Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan rahmat-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah yang
bertemakan "Demokrasi". Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas mata
kuliah Pendidikan Kewarganegaraan. Meskipun banyak hambatan yang
penyusun alami dalam proses pengerjaannya, namun akhirnya penyusun
berhasil menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui salah satu


permasalahan Demokrasi yang terjadi di Indonesia dan penyelesaiannya.

Penyusun menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari
kata sempurna, untuk itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun guna sempurnanya makalah ini. Penyusun
berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi penyusun khususnya dan
bagi pembaca.

Surabaya, Maret 2019

Penyusun

1
Daftar Isi

KATA PENGANTAR ………………………………………………........ 2

DAFTAR ISI …………………………………………………………....... 1

BAB I PENDAHULUAN …………………………………….................... 3

 A. Latar Belakang ………………………………………….............. 3


 B. Rumusan Masalah ………………………………………............. 6
 C. Tujuan Penulisan ………………………………………............... 6

BAB II PEMBAHASAN ……………………………………….................. 7

 1. Permasalahan yang terjadi terkait dengan demokrasi.....................7

 2. Faktor – faktor yang menyebabkan kemunduran demokrasi.........9

 3. Solusi dan penyelesaian.................................................................10

BAB III PENUTUP ………………………………………………............. 12

 Simpulan ……………………………………………………....... .... 12


 Saran ……………………………………………………….…......... 12

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………….............. 13

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Demokrasi adalah suatu sistem pemerintahan dimana kedaulatan


tertinggi berada di tangan rakyat. Adapun, secara etimologis demokrasi
berasal dari bahasa Yunani, yaitu “demos” yang berarti rakyat dan
“kratos atau kratein” yang berarti kekuasaan atau berkuasa. Demokrasi
dapat diartikan rakyat berkuasa atau “government or rule by the people”
(pemerintahan oleh rakyat).

Dengan kata lain, demokrasi berarti pemerintahan yang dijalankan


oleh rakyat, baik secara langsung maupun tidak langsung, umum, bebas,
rahasia, jujur, dan adil (Luber dan Jurdil). Menurut Abraham Lincoln,
“Demokrasi adalah suatu pemerintahan yang berasal dari rakyat, oleh
rakyat dan untuk rakyat”.

Dapat disimpulkan bahwa pemegang kekuasaan yang tertinggi


dalam suatu sistem demokrasi yaitu ada di kuasa rakyat dan rakyat
memiliki hak, kesempatan dan suara yang sama untuk mengontrol dan
mengatur kebijakan pemerintah melalui keputusan yang terbanyak.
Demokrasi merupakan sebuah proses perkembangan kehidupan politik
yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor ekonomi, sosial,
budaya, maupun faktor eksternal yang didukung oleh perkembangan
teknologi informasi.

Heru Nugroho dalam Pengantar Publikasi Versi Indonesia tentang


Demokrasi dan Demokratisasi mengatakan bahwa abad ke-21 merupakan
“musim semi demokrasi”, baik yang berlangsung di Negara-negara
penganut paham sosialisme, maupun Negara-negara berkembang menuju
masyarakat industri.

Sejarah menunjukkan bahwa pemuda dan mahasiswa selalu


menjadi bagian dari pilar demokrasi, sebagai pelopor, penggerak, bahkan

3
pengambil keputusan. Hal ini dibuktikan pada era Sumpah Pemuda 1928,
pergerakan 1945, angkatan 1966 yang membidani Tritura, Malari 1974,
dan Reformasi 1998.

Maka peran mahasiswa sering kali disebut sebagai transformer atau


pembawa perubahan atau digelari sebagai "agent of change". Namun
dengan adanya perkembangan politik yang dilatarbelakangi demokrasi
sebagai sistem politik, peran pemuda khususnya mahasiswa mulai
dihadapkan pada persimpangan pemikiran dan gerakan, sehingga tujuan
untuk membangun perubahan ke situasi yang lebih baik justru yang
terjadi sebaliknya.

Berbagai aksi demonstrasi yang dianggap suatu bentuk gerakan


yang dilakukan mahasiswa akhir-akhir ini sebagai wujud kritik terhadap
pemerintahan mulai mengalami kemorosotan kepercayaan dari
masyarakat, bahkan aksi demonstrasi seringkali disinyalir sudah
dikooptasi oleh kepentingan-kepentingan elit yang berkuasa.

Berdasarkan penjabaran di atas, dapat disimpulkan bahwa


Indonesia adalah negara demokrasi, dengan kekuasaan tertinggi berada di
tangan rakyat dan rakyat memiliki peranan penting dalam aspek
kehidupan bernegara. Oleh karena itu sangatlah penting bagi masyarakat
untuk mengetahui tentang cara berkehidupan, berbangsa dan bernegara
atau dengan kata lain berdemokrasi.

Tanpa adanya kesadaran demokrasi, maka tingkat partisipasi politik


masyarakat juga rendah yang dapat berdampak pada terhambatnya
pembangunan nasional. Kesadaran demokrasi dapat diperoleh melalui
beberapa hal, salah satunya adalah dengan mengikuti organisasi,
terutama bagi para mahasiswa untuk mengikuti organisasi
kemahasiswaan.
Organisasi gerakan mahasiswa telah banyak berpengaruh terhadap
perkembangan dan praktek demokrasi di Indonesia yang mempengaruhi
kebijakan pemerintah melalui aksi atau demo yang mereka lakukan yang

4
terkadang bersifat anarkhis. Menurut Silvia Sukirman (2004:72-73),
organisasi kemahasiswaan terdiri dari:

“Organisasi kemahasiswaan intra-universiter, disebut juga


organisasi kemahasiswaan di perguruan tinggi, adalah organisasi
kemahasiswan yang berkedudukan di dalam perguruan tinggi yang
bersangkutan, seperti; Senat mahasiswa perguruan tinggi (SMPT), Unit
Kegiatan Kemahasiswaan (UKM), Himpunan Mahasiswa Jurusan”.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa organisasi


kemahasiswaan dibagi menjadi dua, yaitu organisasi intra kampus dan
ekstra kampus. Organisasi mahasiswa intra kampus adalah organisasi
mahasiswa yang berada di lingkungan perguruan tinggi dan mendapat
pendanaan kegiatan kemahasiswaan dari pengelola perguruan tinggi atau
dari Kementrian/Lembaga. Misalnya seperti Badan Eksekutif Mahasiswa
(BEM), Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM), Himpunan Mahasiswa
Jurusan, dan Unit Kegiatan Kemahasiswaan (UKM).

Sedangkan organisasi ekstra kampus merupakan organisasi


mahasiswa yang aktivitasnya berada di luar lingkup universitas atau
perguruan tinggi. Organisasi mahasiswa ekstra kampus di Indonesia
antara lain adalah Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI),
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim
Indonesia (KAMMI), Perhimpunan Mahasiswa Katolik Indonesia
(PMKI), dan lain-lain.

Organisasi-organisasi kemahasiswaan tersebut baik intra kampus


maupun ekstra kampus telah memberikan peran positif dalam
memberikan pemahaman terhadap kehidupan demokrasi di lingkungan
kampus. Mahasiswa merupakan golongan masyarakat yang mendapatkan
pendidikan tertinggi, mempunyai perspektif luas untuk bergerak
diseluruh aspek kehidupan serta merupakan generasi yang bersinggungan
langsung dengan kehidupan akademis dan politik.
Eksistensi organisasi kemahasiswaan (Ormawa) adalah salah satu

5
nilai strategis untuk memupuk jiwa kepemimpinan, keberanian,
mengungkapkan pendapat, serta keberanian dalam mengambil keputusan.

Dalam organisasi kemahasiswaan ada beberapa nilai demokrasi


yang harus tumbuh dalam badan organisasi. Henry B Mayo dalam
bukunya “Introduction to Demokratic Theory” merinci beberapa nilai
yang terdapat dalam demokrasi, yaitu:

1. Menyelesaikan persoalan secara damai dan melembaga.

2. Menjamin terselenggaaranya perubahan secara damai dalam


suatu masyarakat yang sedang berubah.

3. Menyelenggarakan pergantian pemimpin secara teratur.

4. Membatasi pemakaian kekerasan sampai taraf yang minimum.

5. Mengakui serta menganggap wajar adanya keanekaragaman


(diversity).

6. Menjamin tegaknya keadilan.

B. Rumusan Masalah
1. Permasalahan apa yang terjadi terkait dengan demokrasi?
2. Faktor – faktor apa saja yang dapat menyebabkan kemunduran
demokrasi?
3. Bagaimana solusi dan penyelesaian dari kasus ini?

C. Tujuan
1. Mengetahui permasalahan yang terjadi terkait dengan demokrasi
di indonesia.
2. Mengetahui faktor – faktor apa saja yang dapat menyebabkan
kemunduran demokrasi.
3. Mengetahui solusi dan penyelesaian dari kasus tersebut.

6
BAB II

PEMBAHASAN

I. Pilkada DKI Jakarta Dinilai Contoh Kemunduran Demokrasi


Direktur Eksekutif Amnesty International perwakilan
Indonesia, Usman Hamid menilai, belakangan Indonesia
menunjukkan kemunduran dalam perlindungan hak asasi
manusia, khususnya dalam hal terkait berdemokrasi.
Salah satu peristiwa yang dia maksud yakni Pilkada DKI
Jakarta 2017 yang sempat memanas dan dikaitkan dengan kasus
yang menjerat Gubernur nonaktif DKI Jakarta Basuki Tjahaja
Purnama alias Ahok. Usman menilai, dalam perhelatan demokrasi
itu menonjolkan perbedaan kelompok mayoritas dan minoritas.
Usman mengatakan bahwa Ada pandangan kebudayaan yang
dominan, kelompok mayoritas, seolah nilai kelompok harus
diutamakan di atas nilai individu. Oleh sebab itu ada kemunduran
demokrasi.
Padahal, kata Usman, demokrasi di Indonesia sering dianggap
paling baik di Asia Tenggara. Dunia internasional memupuk
harapan pada Indonesia dalam penegakan HAM dan demokrasi.
Namun, ia menilai penilaian itu kontradiktif dengan situasi yang
terjadi sesungguhnya. Usman juga menyebut kasus lain yang
dianggap membatasi hak berdemokrasi, yakni kriminalisasi
aktivis lingkungan yang menentang reklamasi hingga mantan
koordinator Kontras Haris Azhar yang dilaporkan terkait keluhan
narapidana narkoba yang telah dieksekusi, Freddy Budiman.
Pakar hukum tata negara Refly Harun mengatakan, kultur
hukum di Indonesia sangat tertinggal. Hal itu disebabkan banyak

7
warga yang tidak taat hukum. Bahkan, kata dia, orang-orang
mulai mengambil jalur non-hukum untuk memaksakan kehendak.
Sementara itu, Wakil Ketua DPRD DKI, Muhammad Taufik
menilai, usulan pemilihan Gubernur DKI Jakarta oleh DPRD atas
usulan Presiden merupakan kemunduran demokrasi. Kemenangan
besar Presidenlah yang menjadi alasannya.
Pernyataan itu ia sampaikan menanggapi usul yang disampaikan
Gubernur DKI Djarot Saiful Hidayat tentang hal tersebut. Menurut
Taufik, yang berasal dari Fraksi Partai Gerindra di DPRD DKI,
masalah dari usul itu bukan sekedar pengambilan keputusan oleh
DRPD. Adanya Presiden yang memilih calon Gubernur itulah yang ia
anggap sebagai kemunduran pembangunan demokrasi Indonesia.
Terlebih, warga Jakarta tak lagi bisa memilih sosok pemimpinnya
sendiri andai ide itu dilaksanakan. Ia juga meyakini DPR akan
menolak usulan tersebut. Terkait masalah kegaduhan yang ditimbulkan
Pilkada DKI dengan sistem pemilihan langsung seperti yang
disampaikan Djarot, Taufik menilai jawabannya bukan pemilihan
lewat DPRD. Namun, dengan perubahan syarat jumlah suara
kemenangan.
Ditambahkannya, yang membuat kegaduhan itu bukan persoalan
persentase kemenangan dan pemilihan langsung. Namun, ia enggan
menduga-duga soal kemungkinan bahwa usulan tersebut berasal dari
kekalahan Djarot di Pilkada itu. Menurutnya, lebih baik saat ini Djarot
fokus pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD), dan menyelesaikan target yang belum tercapai.
Djarot sendiri bakal mengakhiri tugasnya sebagai gubernur pada
bulan depan saat pasangan gubernur-wakil gubernur terpilih Anies
Baswedan dan Sandiaga Uno dilantik.
Sebelumnya, usulan tersebut disampaikan Djarot saat dirinya
membuka focus group discussion (FGD) soal Substansi Perubahan
RUU Revisi UU Nomor 29 Tahun 2007 itu tentang Provinsi DKI
Jakarta sebagai Ibukota NKRI, belum lama ini. Dia juga menilai,

8
metode perhitungan kemenangan 50 persen plus 1 adalah biang
kegaduhan.
Djarot mengatakan bahwa demokrasi dalam daerah khusus tidak
hanya dimaknai oleh one man one vote, bisa juga (gubernur) dipilih
oleh DPRD atas usul presiden, sehingga menjadi satu kesatuan.

II. Faktor – faktor apa saja yang dapat menyebabkan


kemunduran demokrasi

Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Fadli Zon


mengklaim tingkat demokrasi di Indonesia mengalami
kemunduran. Menurut Fadli, harapan masyarakat untuk melihat
wajah demokrasi di Indonesia yang makin berkualitas harus
tertunda.

Menurut data indeks demokrasi yang dirilis The Economist


Intelligence Unit (EIU) tahun 2017, peringkat demokrasi
Indonesia turun 20 peringkat ke posisi 68 dari 48 pada 2016.
Fadli kemudian membandingkannya dengan peringkat demokrasi
Timor Leste yang berada di urutan 43.

Menurut Fadli, terancamnya kebebasan sipil merupakan salah satu


faktor yang paling menentukan kemerosotan HAM dan tingkat
demokrasi Indonesia. Fadli mengatakan, para pengamat yang partisan
biasanya hanya menyebut faktor menguatnya intoleransi atau
menguatnya politik identitas sebagai penyebab mundurnya peringkat
demokrasi. Namun, mereka mengabaikan faktor turunnya kebebasan sipil
akibat kontrol dan pembatasan kebebasan berpendapat oleh pemerintah.

Data lembaga-lembaga internasional, lanjut Fadli, konsisten dengan


data yang dimiliki Badan Pusat Statistik yang selama ini menjadi rujukan
pemerintah. Meski secara umum tahun ini angka BPS menyebut skor
Indeks Demokrasi Indonesia mengalami kenaikan, namun variabel
kebebasan berpendapat serta kebebasan berkumpul dan berserikat justru
menurun.

9
Faktor selanjutnya adalah tentang RUU pilkada melalui DPRD oleh
DPR RI.

Pasca disahkannya RUU Pilkada melalui DPRD oleh DPR RI, hal
ini mendapat banyak kritikan dan kecaman. Peristiwa ini merupakan
suatu kemunduran besar demokrasi bangsa Indonesia. Hal ini membuat
kita kembali masa pemerintahan orde baru ketika pemilihan Presiden dan
Kepala Daerah dipilih oleh anggota MPR. Sistem pemilihan kepala
daerah melalui anggota MPR pada waktu itu sarat akan Korupsi, Kolusi,
dan Nepotisme ditambah lagi dengan tidak adanya transparansi dalam
pelaksanaannya sedangkan rakyat yang sangat dibatasi haknya dalam
memberikan kritik juga tidak bisa berbuat banyak.

Sebenarnya yang menjadi perdebatan adalah definisi “demokrasi”


itu sendiri. Dalam Pasal 18 ayat (4) UUD 1945 tentang Pemerintah
Daerah bahwa “Guberbur, Bupati, dan Walikota masing-masing sebagai
kepala pemerintah daerah provinsi, kabupaten, dan kota dipilih secara
demokratis”. Kata demokratis disini harusnya dimaknai sebagai
kedaulatan rakyat yang berasal dari rakyat, untuk rakyat, dan oleh rakyat
melalui pemilihan umum yang dilaksanakan secara langsung, umum,
bebas, rahasia, jujur, dan adil. Perlu menjadi catatan bahwa anggota
DPRD juga dipilih langsung oleh rakyat melalui pemilihan umum,
sehingga mereka harus berjuang memperjuangkan hak dan kehendak
rakyat. Sehingga antara pemilihan anggota DPRD dan kepala daerah itu
tidak ada bedanya.

III. Solusi dan Penyelesaian


Yang dapat kita lakukan dalam mengatasi kasus seperti ini adalah kita
harus membenahi sistem demokrasi yang ada di Indonesia dan
menegakkan demokrasi yang ada di Indonesia agar berkembang.
Berikut adalah upaya – upaya untuk menegakkan demokrasi di
Indonesia :

10
1. Kedaulatan tertinggi berada di tangan rakyat, sehingga kapanpun
danbagaimanapun rakyat bisa saja menggulingkan kekuasaan
pemerintah yang sedang berkuasa dengan alasan kuat yang rasional
2. Segala kegiatan dilakukan dengan berasaskan kekeluargaan dan
gotong-royong
3. Pengambilan keputusan didasari dengan musyawarah untuk
mencapai mufakat, hal ini bisa terlihat pula dari organisasi-
organisasi intra dan ekstrakurikuler di sekolah ataupun di
perguruan tinggi.
4. Tidak ada partai pemerintah atau oposisi, semua partai
berlandaskan untuk kepentingan bersama rakyat Indonesia
5. Hak dan kewajiban dijalankan dengan seimbang, tidak berat
sebelah ke satu sisi
6. Hak Asasi Manusia dijunjung tinggi dan dilindungi oleh hukum
yang jelas
7. Pendapat rakyat disampaikan melalui lembaga perwakilan rakyat
dan tidak menganut sistem partai tunggal
8. Pemilu dilaksanakan secara LUBERJURDIL dan sistem hukum
diterapkan secara fleksibel (tidak kaku terhadap perkembangan
zaman namun juga tidak mudah terbawa arus perubahan)

11
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Ternyata kenyataan pelaksanaan demokrasi di Indonesia tidaklah semulus


yang kita bayangkan, hal-hal di atas merupakan kenyataan yang kini mulai
menjadi ekspektasi. Bangsa dan negara kita perlahan mulai membelot dari tujuan
dan cita-cita demokrasi sesungguhnya. Hal itu bisa dibuktikan dengan maraknya
kasus pemerintah ataupun rakyat Indonesia yang tidak sesuai dengan nilai dan
norma Pancasila seperti contoh kasus diatas. Disini kita haruslah mulai menata
diri dan mendemokratisasi kembali kehidupan berbangsa dan bernegara kita.
Sehingga jangan sampai demokrasi hanya menjadi pemanis bernegara saja, namun
juga bisa terealisasi sesuai dengan hakikatnya.

Saran

Sebagai seorang pemuda dan warga negara yang baik, sudah sepatutnya
kita menggali informasi sebanyak-banyaknya mengenai sistem politik di negara
kita sendiri, demokrasi pancasila. Nilai-nilai moral dalam demokrasi Pancasila
harus ditinjau kembali dan diterapkan dalam segala aktivitas berbangsa dan
bernegara kita. Hal itu dimaksudkan agar demokrasi pancasila memiliki nama dan
realisasi yang harum sampai ke mata dunia luar.

12
DAFTAR PUSTAKA

http://www.academia.edu/29459257/upaya_upaya_agar_demokrasi_di_indonesia
_semakin_berkembang

https://nasional.kompas.com/read/2017/05/14/20145781/pilkada.dki.jakarta.dinila
i.contoh.kemunduran.demokrasi#

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20170921202432-32-
243217/kemunduran-demokrasi-jika-dprd-pilih-gubernur-dki

https://nasional.kompas.com/read/2019/01/01/22063871/fadli-zon-sebut-tingkat-
demokrasi-indonesia-alami-kemunduran

https://nasional.kompas.com/read/2018/12/10/20310761/fadli-zon-kebebasan-
ham-dan-demokrasi-alami-kemunduran

13

Anda mungkin juga menyukai