Kekurangan vitamin A (KVA) merupakan salah satu masalah gizi di Indonesia yang umum dialami
oleh anak-anak dan ibu hamil. Meskipun ini termasuk masalah gizi yang sudah dapat dikendalikan,
kekurangan vitamin A dapat berakibat fatal bila tidak segera ditangani.
Pada anak-anak, kekurangan vitamin A dapat menyebabkan gangguan penglihatan hingga kebutaan
dan meningkatkan perkembangan penyakit diare dan campak. Sementara untuk ibu hamil yang
kekurangan vitamin A berisiko tinggi mengalami kebutaan atau bahkan kematian saat persalinan.
Jangan khawatir, kekurangan vitamin A dapat dicegah dengan pemberian kapsul vitamin A. Kapsul
vitamin A diberikan setahun dua kali pada bulan Februari dan Agustus, sejak anak berumur enam
bulan. Kapsul merah (dosis 100.000 IU) diberikan untuk bayi umur 6-11 bulan dan kapsul biru (dosis
200.000 IU) untuk anak umur 12-59 bulan.
2. GAKI
Tubuh Anda membutuhkan sejumlah iodium untuk membuat zat kimia yang dikenal sebagai hormon
tiroid. Hormon tiroid inilah yang mengendalikan metabolisme dan fungsi penting tubuh lainnya.
Kekurangan iodium atau GAKI (Gangguan Akibat Kekurangan Iodium) memang bukanlah satu-
satunya penyebab kadar tiroid dalam tubuh menjadi rendah. Namun, kekurangan iodium dapat
menyebabkan pembesaran abnormal kelenjar tiroid, yang dikenal sebagai gondok.
Untuk menanggulangi masalah ini, pemerintah telah mewajibkan semua garam yang beredar harus
mengandung iodium sekurangnya 30 ppm. Bagaimana dengan Anda, sudahkah menggunakan garam
beryodium?
3. Anemia
Anemia merupakan kondisi saat tubuh tidak memiliki cukup sel darah merah yang sehat untuk
membawa oksigen ke jaringan tubuh. Masalah kesehatan ini paling banyak ditemukan pada ibu
hamil dengan gejala-gejala berupa rasa lelah, lemah, pucat, detak jantung tidak beraturan, dan sakit
kepala.
Berdasarkan data yang diambil dari Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, lebih dari 15 persen balita
dan 37 persen ibu hamil mengalami anemia. Studi menunjukkan bahwa ibu hamil yang anemia
memiliki risiko meninggal dalam proses persalinan hingga 3,6 kali lebih besar akibat pendarahan dan
atau sepsis.
Untuk mencegah terjadinya anemia, ibu hamil dianjurkan untuk mengonsumsi paling sedikit 90 pil
zat besi selama kehamilannya. Zat besi yang dimaksud adalah semua konsumsi zat besi selama masa
kehamilannya, termasuk yang dijual bebas maupun multivitamin yang mengandung zat besi.
Masalah gizi di Indonesia yang belum terselesaikan
1. Gizi kurang
Tubuh kurus akibat gizi kurang sering kali dinilai lebih baik daripada tubuh gemuk akibat gizi lebih,
padahal kenyataannya tidak. Sama seperti obesitas, anak maupun remaja dengan gizi kurang
memiliki risiko pada kesehatannya. Nah, Anda bisa mengukur kategori status gizi Anda melalui
kalkulator BMI ini.
Bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) umumnya akan mengalami kehidupan masa
depan yang kurang baik. Pasalnya, kebutuhan zat gizi yang tidak terpenuhi dalam masa
pertumbuhan balita akan meningkatkan kerentanannya terhadap penyakit infeksi pada awal-awal
kehidupannya dan berlangsung hingga ia dewasa. Beberapa risiko gizi kurang di antaranya sebagai
berikut:
2. Stunting
Stunting merupakan kondisi malnutrisi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam
waktu cukup lama, umumnya karena pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi.
Stunting terjadi mulai dari dalam kandungan dan baru terlihat saat anak berusia dua tahun. Gejala-
gejala stunting di antaranya:
Waktu terbaik untuk mencegah stunting adalah mulai dari awal kehamilan hingga dua tahun
pertama kehidupan anak. Oleh karena itu, kebutuhan gizi ibu hamil harus terpenuhi untuk
mengoptimalkan perkembangan janin. Selain itu, pemberian ASI eksklusif dan gizi seimbang pada
balita perlu menjadi perhatian khusus agar anak tidak tumbuh pendek atau stunting.
Masalah gizi apa saja yang paling mengancam kesehatan masyarakat?
Berdasarkan laporan gizi global atau Global Nutrition Report di tahun 2014, Indonesia termasuk ke
dalam 17 negara yang memiliki 3 permasalahan gizi sekaligus, yaitu stunting (pendek), wasting
(kurus), dan overweight atau gizi lebih (obesitas).
Gizi lebih, umum dikenal dengan obesitas, termasuk dalam masalah gizi yang mengancam kesehatan
masyarakat. Gizi lebih atau obesitas merupakan kondisi abnormal atau kelebihan lemak yang serius
dalam jaringan adiposa yang dapat mengganggu kesehatan. Yuk, cek kategori status gizi Anda
melalui kalkulator BMI ini untuk mengetahui apakah Anda termasuk gizi lebih atau tidak.
Penyebab gizi lebih yang paling mendasar adalah ketidakseimbangan energi dan kalori yang
dikonsumsi dengan jumlah yang dikeluarkan. Baik pada kelompok anak-anak, remaja, maupun
dewasa, prevalensi gizi lebih ini terus meningkat hampir satu persen setiap tahun. Bila sejak kecil
anak sudah terkena obesitas, maka mereka akan lebih rentan terkena penyakit tidak menular saat
dewasa, seperti diabetes dan penyakit jantung.
Untuk menjaga berat badan tetap seimbang dan ideal, Anda perlu mengubah pola hidup sehat
dengan membatasi konsumsi makanan tinggi lemak dan gula, meningkatkan konsumsi buah dan
sayuran, serta melakukan aktivitas fisik secara teratur.
Masalah gizi di Indonesia yang rawan terjadi pada anak
Di Indonesia, terdapat berbagai permasalahan gizi pada anak. Masalah gizi tersebut biasanya
meliputi anak yang terlalu kurus, kelebihan berat badan, bertubuh pendek, dan anemia.
1. Anak yang kurus
Di Indonesia, anak-anak cenderung memiliki tubuh yang kurus, apalagi bila dibesarkan dalam
keluarga berpenghasilan rendah atau miskin. Kurusnya tubuh anak, disebabkan oleh kurangnya
asupan zat gizi.
Hal tersebut dapat meningkatkan risiko anak terkena berbagai penyakit infeksi, dan gangguan
hormonal, yang berdampak buruk pada kesehatannya. Masalah gizi ini dapat dicegah dengan
mengonsumsi makanan bergizi seimbang.
2. Kelebihan berat badan
Anak-anak di Indonesia biasanya kurang mendapat asupan serat sayur dan buah, sering
mengonsumsi makanan berpenyedap, dan kurang melakukan aktivitas fisik. Hal tersebut dapat
membuat pola makan anak tidak sesuai dengan gizi seimbang, sehingga meningkatkan risiko
kegemukan, bahkan mengalami obesitas.
Obesitas dapat meningkatkan risiko anak terkena penyakit hipertensi, diabetes melitus, kanker,
osteoporosis, dan kondisi lainnya, yang dapat menurunkan produktivitas dan usia harapan hidup.
Akan tetapi, masalah gizi ini dapat dicegah dengan mengatur pola dan porsi makan, mengonsumsi
buah dan sayur, melakukan aktivitas fisik, serta tidur yang cukup.
3. Bertubuh pendek
Kebanyakan anak di Indonesia memiliki tinggi badan yang pendek. Rata-rata tinggi anak Indonesia,
lebih pendek daripada standar WHO. Mayoritas anak laki-laki lebih pendek 12,5 cm. Sementara itu,
rata-rata anak perempuan lebih pendek 9,8 cm.
Tubuh pendek pada masa kanak-kanak dapat diakibatkan oleh kekurangan gizi kronis atau kegagalan
pertumbuhan. Tubuh pendek dapat menimbulkan berbagai dampak.
Beberapa di antaranya adalah penurunan kekebalan tubuh, fungsi kognitif, hingga gangguan sistem
metabolisme. Gangguan tersebut dapat menimbulkan risiko penyakit hipertensi, obesitas, jantung
koroner, dan diabetes melitus.
4. Anemia
Anemia pada anak sebagian besar diakibatkan oleh kekurangan zat besi. Cukup banyak anak
Indonesia yang mengalami anemia atau kekurangan darah. Anemia dapat berdampak buruk
terhadap penurunan imunitas, konsentrasi, prestasi belajar, dan produktivitas.
Akan tetapi, masalah gizi ini dapat dicegah dengan makanan tinggi zat besi, asam folat, vitamin A,
vitamin C, dan zinc.
Mengatasi masalah gizi pada anak Indonesia
Status gizi di Indonesia telah mengalami peningkatan yang signifikan. Dalam menangani masalah gizi,
pemerintah telah melakukan berbagai upaya diantaranya, yaitu dengan menyediakan layanan
kesehatan yang memadai, dan pemberian makanan tambahan berupa biskuit kaya gizi terutama
pada daerah-daerah tertinggal.
Selain itu, anak-anak juga mendapatkan pendidikan karakter, untuk membiasakan diri hidup sehat
dan bersih. Pada 2018, program tersebut diterapkan di 64 kabupaten dalam 20 provinsi.
https://hellosehat.com/hidup-sehat/nutrisi/masalah-gizi-di-indonesia/