Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kematian Janin dalam Rahim adalah keadaan tidak adanya tanda-tanda

kehidupan janin dalam kandungan. KJDR atau intra uterine fetal death (IUFD)

sering dijumpai, baik kehamilan di bawah 20 minggu maupun sesudah kehamilan

20 minggu. (Mochtar Rustam, 2008)

Kematian Janin Dalam Rahim dalam kandungan sekitar 3-4 minggu

biasanya tidak membahayakan ibu. Terjadinya kelainan darah akan lebih besar,

karena itu pemeriksaan pembekuan darah harus dilakukan setiap minggu setelah

diagnosa ditegagkan. Bila terjadi hipofibrinogenemia bahayanya adalah

perdarahan pospartum. (Mochtar Rustam, 2008)

Kemajuan dalam bidang sosial dan ekonomi mempunyai pengaruh yang

sangat baik terhadap angka kematian perinatal. Dalam 30 tahun terakhir angka

kematian bayi turun dengan mencolok, tetapi angka kematian pada perinatal juga

digunakan sebagai ukuran menilai kualitas pengawasan antenatal oleh negara-

negara Barat. Sehubungan dengan hal ini, maka pada pengawasan antenatal hal-

hal yang bersangkutan dengan keadaan janin dalam uterus mendapat banyak

perhatian.

http://www.angka-kejadianWHO.com. (Diakses tanggal 10 April 2013)

1
Menurut WHO setiap tahunnya kira-kira 3% (3,6 juta) dari 120 ,juta bayi

lahir mengalami kematian janin dalam rahim. Prinsip dasar angka kematian janin

dalam rahim (KJDR) merupakan hasil akhir dari gangguan pertumbuhan janin,

kegawatan janin atau akibat infeksi yang tidak terdiagnosa sebelumnya sehingga

tidak ditangani. (internet indonesia asean, 2010)

Sampai saat ini angka kematian ibu (AKI) melahirkan tidak dapat turun

seperti yang diharapkan. Menurut laporan Survei Demografi Kesehatan

Indonesia (SDKI) pada bulan juli 2009, AKI masih berkisar 307 per 100.000

kelahiran hidup. Pemerintah sebenarnya telah bertekad menurunkan AKI dari

309 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI) menjadi 225 per 100.000 pada tahun

1999, dan menurunkannya lagi menjadi 125 per 100.000 pada tahun 2010.

Angka kematian janin dalah rahim (KJDR) di Indonesia tidak diketahui

dengan pasti karena belum ada survey yang menyeluruh. Angka kematain

perinatal di rumah sakit pada umumnya berkisar antara 77,3 sampai 137,7 per

1000 kelahiran hidup. Lebih separuh dari kematian perinatal adalah bayi lahir

mati atau kematian janin dalm rahim. Angka-angka tersebut niscaya akan lebih

tinggi dari kenyataan sebenarnya karena data yang ada hanya berasal dari rumah

sakit yang menampung kasus-kasus dalam keadaan darurat di daerahnya.

(Prawirohardjo Sarwono, 2007)

Negara-negara Barat telah berhasil menurunkan angka kematian maternal

dan kini angka kematian perinatal digunakan sebagai ukuran untuk menilai

kualitas pengawasan antenatal. Dalam hubungan ini, maka, pada pengawasan

antenatal hal-hal yang bersangkuta dengan keadaan janin dalam uterus mendapat

2
bangk perhatian. Perbaikan dalam angka kematian perinatal dapat dicapai dengan

memberikan pengawasan antenatal untuk semua wanita hamil dan dengan

menemukan dan memperbaiki faktor-faktor yang mempengaruhi keselamatan

janin dan neonatus. Hal ini yang mendorong peneliti untuk mengkaji lebih dalam

tentang asuhan yang diberikan kepada ibu dengan KJDR di RSU Sawerigading

Palopo

B. Ruang Lingkup

Adapun ruang lingkup penulisan ini adalah Pendokumentasian Asuhan

Kebidanan pada ny “N” dengan kematian janin dalam rahim di Rumah Sakit

Umum Sawerigading palopo

C. Tujuan penulisan

1. Tujuan umum

Diperolehnya gambaran nyata dalam mengumpulkan data dan analisa

data dengan kasus kematian janin dalam rahim di RSU Sawerigading

Palopo yang dilakukan melalui pendekatan manajemen kebidanan sesuai

dengan wewenang bidan.

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui pengertian kematian janin dalam rahim

b. Dapat melakukan pengkajian data subjektif dan Objektif dengan

Kematian janin dalam rahim

c. Dapat melakukan asuhan kebidanan pada ibu dengan kematian janin

dalam rahim

3
d. Dapat melakukan proses evaluasi dari setiap tindakan yang dilakukan

pada ibu hamil dengan kematian janin dalam rahim

D. Manfaat penulisan

Adapun manfaat penulisan pada kasus tersebut di atas adalah :

1. Manfaat praktiks

Sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan di STIKES Mega

Buana Palopo.

2. Manfaat program

Sebagai bahan masukan/ informasi bagi tenaga Bidan di RSU Sawerigading

Palopo khusunya yang berkaitan dengan kematian janin dalam rahim .

3. Manfaat institusi

Sebagai bahan acuan/ pedoman bagi institusi jurusan kebidanan untuk

penulisan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan.

4. Bagi penulis

Hal ini merupakan pengalaman yang dapat menambah kemampuan dalam

penerapan Pendokumentasian asuhan kebidanan khususnya intra partum

dengan kematian janin dalam rahim ( KJDR )

E. Metode Penulisan

Dalam menyusun Pendokumentasian Asuhan Kebidanan digunakan dasar teori

yang dipadukan dengan praktek. Metode yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Studi Kepustakaan

Dengan mempelajari literatur-literatur, mengambil dari internet, profil

kesehatan yang relevan dengan isi Pendokumentasian Asuhan Kebidanan.

4
2. Studi Kasus

Yaitu melaksanakan studi kasus pada Ny.“N” dengan pendekatan

Pendokumentasian asuhan kebidanan meliputi : data subjektif, data objektif,

analisis, penatalaksanaan. Untuk menghimpun informasi / data dalam

pengkajian penulisan menggunakan tekhnik :

a. Anamnese

Adalah melakukan tanya jawab dengan klien dan keluarga secara

langsung guna mendapatkan data yang diperlukan untuk memberikan

asuhan kebidanan pada klien tersebut.

b. Pemeriksaan fisik

Melakukan pemeriksaan fisik secara sistematis pada klien mulai dari

kepala sampai kaki dengan melalui pemeriksaan inspeksi, palpasi,

auskultasi, perkusi dan pemeriksaan laboratorium.

c. Pengkajian psikososial

Yaitu status emosional dan pola interaksi serta respon terhadap keadaan

bagaimana hubungan dengan anggota keluarga, tetangga dan petugas

kesehatan.

3. Studi Dokumentasi

Membaca dan mempelajari status kesehatan yang berhubungan dengan

keadaan klien yang bersumber dari catatan perawatan maupun dari

sumber lain yang menunjang yaitu laboratorium.

5
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Tentang Persalinan

1. Persalinan

a. Pengertian persalinan

a) Persalinan adalah proses lahirnya bayi pada letak belakang kepala

dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai

ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam.

(Mochtar Rustam, 2008)

b) Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat

hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. (Prawirohardjo

Sarwono, 2007)

c) Persalinan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada

kehamilan cukup bulan (37 – 42 minggu), lahir spontan dengan

presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa

komplikasi baik pada ibu maupun janin.( Saifuddin A.B, 2006)

d) Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri)

yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui

jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan

(kekuatan sendiri). (Manuaba I.B.G.2006)

6
b. Bentuk-bentuk persalinan

a) Persalinan spontan

Bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri

dan melalui jalan lahir.

b) Persalinan buatan

Bila proses persalinan dengan bantuan oleh tenaga dari luar misalnya

ekstraksi dengan forseps, atau dengan dilakukan operasi seksio

sesarea.

c) Persalinan anjuran

Bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar

dengan jalan rangsangan, misalnya pemecahan ketuban, pemberian

pitosin atau prostaglandin

c. Tanda-tanda Persalinan (inpartu)

1. Rasa sakit oleh adanya his akan datang lebih kuat, sering, dan teratur.

2. Keluarnya lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena

robekan-robeken kecil pada serviks.

3. Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.

4. Pada pemeriksaan dalam: serviks mendatar dan pembukaan

telah ada

7
Seperti yang dikemukakan terdahulu, faktor-faktor yang berperan dalam

persalinan adalah : (Mochtar Rustam, 2008)

1) Kekuatan mendorong janin keluar (pawer)

a. His (kontraksi uterus)

b. Kontraksi otot-otot dinding perut

c. Kontraksi diagfragma

d. Ligamentous aktion terutama lig.rotundum.

2) Faktor janin

3) Faktor jalan lahir

d. Tahapan Persalinan

1. Kala I (Kala Pembukaan)

Dimulai sejak dari adanya kontraksi uterus dengan dilatasi serviks dari 1

cm menjadi 10 cm atau pembukaan lengkap. Kala I, dibagi atas 2 fase:

1) Fase laten: dimana pembukaan serviks berlangsung lambat dari

pembukaan 0 sampai 3 cm berlangsung kurang lebih 8 jam.

B. Konsep Dasar Kematian Janin dalam Kandungan

1. Pengertian

1) Kematian janin dalam rahim merupakan hasil akhir dari gangguan

pertumbuhan janin, kegawatan janin, atau akibat infeksi yang tidak

terdiagnosis sebelumnya sehingga tidak diobati. (Saifuddin A.B, 2006)

2) Kematian janin (fetal death) adalah kematian hasil konsepsi, sebelum

dikeluarkan dengan sempurna dari ibunya, dan tanpa memandang umur

kehamilannya. (Manuaba I.B.G.2006)

8
3) Kematian janin dalam rahim adalah tidak adanya tanda-tanda kehidupan

janin dalam kandungan baik pada kehamilan dibawah 20 minggu maupun

sesudah kehamilan 20 minggu.

(Mochtar Rustam, 2008)

4) Kematian janin (feotal death) ialah kematian hasil konsepsi sebelum

dikeluarkan dengan sempurna dari ibunya dan tanpa memandang tuanya

kehamilan. (Prawirohardjo Sarwono, 2007)

5) Kelahiran mati (stillbirth) ,adalah kematian hasil konsepsi setel,ah

mencapai umur kehamilan 28 minggu atau berat diatas 1000 gr.

6) Kematian janin dalam kehamilan (Intrauterin Fetal Death) adalah

kematian janin dalam kehamilan sebelum terjadi proses persalinan pada

usia kehamilan 28 minggu ke atas atau ,berat badan janin 1000 gram ke

atas. (Manuaba I.B.G.2006)

2. Etiologi

1) Perdarahan : plasenta previa dan solusio plasenta.

2) Pre-eklampsia dan eklamsia.

3) Penyakit-penyakit kelainan darah.

4) Penyakit infeksi dan penyakit menular.

5) Penyakir saluran kencing:bakteriuria, pielonefritis, glomerulonefritis

dan payah ginjal.

6) Penyakit endokrin : diabetes melitus dan hipertiroid

7) Malnutrisi (Manuaba I.B.G.2006)

9
3. Kriteria Diagnosis

1) Anamnesis: ibu tidak merasakan gerakan janin dalam beberapa hari, atau

gerakan janin sudah sangat berkurang. Ibu merasakan perutnya tidak

bertambah besar, bahkan bertambah kecil, atau kehamilan tidak seperti

biasanya. Wanita belakangan ini merasa perutnya sering menjadi keras

dan merasakan sakit seperti mau melahirkan.

2) Inspeksi: tidak kelihatan gerakan-gerakan janin, yang biasanya dapat

terlihat terutama pada ibu yang kurus.

3) Palpasi:

(1) Tinggi fundus

lebih rendah dari seharusnya tua kehamilan; tidak teraba gerakan-

gerakan janin.

(2) Dengan palpasi

yang teliti, dapat dirasakan adanya krepitasi pada tulang kepala janin.

4) Auskultasi: baik memakai stetoskop monoral maupun dengan Deptone

akan terdengar denyut jantung janin.

5) Reaksi kehamilan: reaksi kehamilan baru negatif setelah beberapa minggu

janin mati dalam kandungan.

6) Rontgen foto abdomen:

(1) Adanya

akumulasi gas dalam jantung dan pembuluh darah besar janin

(2) Tanda

Nojosk: adanya angulasi yang tajam tulang belakang janin

10
(3) Tanda

Gerhard: adanya hiperekstensi kepala tulang leher janin

(4) Tanda

Spalding: overlapping tulang-tulang kepala (sutura) janin

(5) Disinteg

rasi tulang janin bila ibu berdiri tegak

(6) Kepala

janin kelihatan seperti kantong berisi benda padat.

7) Ultrasonografi (USG): tidak terlihat denyut jantung janin dan gerakan-

gerakan janin. (Mochtar Rustam, 2008)

4. Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Kematian Janin Dalam Rahim

Penyelidikan kematian perinatal di beberapa rumah sakit di Indonesia

menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kematian perinatal

tidak banyak berbeda dengan apa yang disebut dalam kepustakaan Barat.

1) Faktor ibu yang memperbesar resiko kematian perinatal (high risk mother) :

(1) Status sosial

ekonomi yang rendah

(2) Tingkat

pendidikan ibu yang rendah

(3) Umur ibu yang

melebihi 30 tahun atau kurang dari 20 tahun

11
(4) Parietas pertama

dan parietas ke 5 dan lebih

(5) Tinggi badan

ibu dan berat badan ibu (pengaruh kedua faktor ini pada angka

kematian perinatal di beberapa rumah sakit di Indonesia tidak jelas)

(6) Kehamilan di

luar perkawinan

(7) Kehamilan

tanpa pengawasan antenal

(8) Gangguan gizi

dan anemia dalam kehamilan

(9) Ibu dengan

anamnesis kehamilan dan persalinan sebelumnya yang tidak baik,

misalnya kehamilan dan persalinan berakhir dengan kematian janin,

kematian bayi yang dini atau kelahiran bayi dengan berat badan lahir

rendah.

(10) Riwayat

persalilnan yang diakhiri dengan tindakan bedah atau yang

berlangsung lama

(11) Riwayat

persalinan dan kehamilan dengan komplikasi medik atau obstetrik

12
(12) Riwayat

inkompatibilitas darah janin dan ibu

(13) Kehamilan

dengan riwayat pelayanan kesehatan ibu yang tidak adekuat atau tidak

dapat dinilai

2) Faktor bayi yang mempertinggi angka

kematian perinatal (high risk infants) :

(1) Bayi yang lahir

dari kehamilan yang bersifat high risk

(2) Bayi yang berat

badan lahir kurang dari 2500 gram

(3) Bayi yang berat

badan lahir lebih dari 4000 gram

(4) Bayi yang

dilahirkan dari kehamilan kurang dari 37 minggu dan lebih dari 42

minggu

(5) Bayi yang berat

badan lahir kurang dari berat badan lahir menurut masa kehamilan

(small for gestational age)

(6) Bayi yang nilai

Apgarnya kurang dari 7

13
(7) Bayi yang lahir

dengan infeksi intrapartum, trauma kelahiran atau kelahiran kongenit.

(Sarwono, 2007)

2. Komplikasi

1) Trauma emosional yang berat terjadi bila waktu antara kematian janin dan

persalinan cukup lama

2) Dapat terjadi infeksi bila ketuban pecah

3) Dapat terjadi koagulopati bila kematian janin berlangsung lebih dari 2

minggu.

4) Terjadinya gangguan pembekuan darah akibat penurunan kadar

fibrinogen, apabila kadar fibrinogen rendah < 150 mg/dl maka segera

lakukan penanganan aktif.

5) Perporasi sebagai akibat tindakan waktu melahirkan, misalnya

embriotomi.( Saifuddin A.B, 2006)

3. Penanganan Kematian Janin

Dalam Rahim

1) Pemeriksaan tanda vital

Dari janin : denyut jantung janin

Dari ibu : tekanan darah, nadi, suhu dan pernafasan

2) Ambil darah ibu untuk pemeriksaan darah perifer, fungsi pembekuan,

golongan darah dan Rhesus.

14
3) Jelaskan seluruh prosedur pemeriksaan dan juga hasilnya serta rencana

tindakan yang akan dilakukan oleh bidan kepada pasien dan keluarganya.

Dan bila belum ada kepastian sebab kematian, hindari memberikan

informasi yang tidak tepat.

4) Dukungan mental emosional perlu diberikan kepada pasien.

5) Rencana persalinan pervaginam dengan cara induksi maupun ekspetatif,

perlu dibicarakan dengan pasien dan keluarga, sebelum keputusan

diambil.

6) Bila pilihan adalah pada ekspektatif: tunggu persalinan spontan hingga

waktu 2 minggu. Dalam waktu 2 minggu tersebut dilakukan pemeriksaan

kadar trombosit, fibrinogen. Jika kadar trombosit menurun dan serviks

belum matang, matangkan serviks dengan misoprostol.

7) Bila pilihan adalah manajemen aktif: induksi persalinan dengan oksitosin

atau misoprostol.

8) Penanganan pasif

(1) Rawat jalan

(2) Menunggu

persalinan spontan 2 – 3 minggu

(3) Pemeriksaan

kadar hematokrit, trombosit fibrinogen tiap minggu.

9) Penanganan aktif (Saifuddin A.B, 2006)

(1) Dilatasi dengan

batang laminaria, balon kateter

15
(2) Induksi:

oksitosin, prostaglandin tablet vagina

(3) Untuk rahim

yang umur kehamilannya lebih dari 12 minggu dilakukan induksi

persalinan dengan menggunakan cytotect atau infuse oksitosin pekat.

Untuk oksitosin diperlukan pembukaan serviks dengan memasang

batang laminaria atau pemasangan kateter foley intra uteri selama 24

jam.

4. Usaha-usaha untuk

Memperbaiki Angka Kematian Perinatal

1) Perbaikan keadaan sosial dan ekonomi

2) Kerjasama yang erat antara ahli obstetri, ahli kesehatan anak, ahli

kesehatan masyarakat, dokter umum, bidan, dan perawat untuk

kesejahteraan ibu dan anak.

3) Pemeriksaan postmortem terhadap sebab-sebab kematian pada perinatal.

4) Perbaiki kesehatan ibu dan juga pengawasan antenatal yang baik, antara

lain perbaiki keadaan gizi ibu dan menemukan high risk mothers untuk

dirawat dan diobati.

5) Ibu dengan high risk pregnancy hendaknya melahirkan di rumah sakit

yang memiliki fasilitas yang cukup.

6) Perbaiki teknik diagnosis gawat janin

16
7) Persediaan tempat perawatan yang khusus untuk berat badan lahir rendah

8) Perbaikan resusitasi bayi yang lahir dengan asfiksia dan perbaikan dalah

teknik perawatan bayi baru lahir terutama bayi prematur.

9) Penyelidikan sebab-sebab intrauterine undernutrition.

( Prawirohardjo Sarwono, 2007)

E.  Pendokumentasian Asuhan Kebidanan

1.  Data Subjektif

Data atau fakta yang merupakan informasi termasuk biodata, mencakup nama,

umur, tempat tinggal, status perkawinan, pendidikan serta keluhan-keluhan,

diperoleh dari hasil wawancara langsung pada pasien atau dari keluarga dan

tenaga kesehatan lainnya.

2.  Data Objektif

Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik mencakup inspeksi, palpasi,

auskultasi, perkusi serta pemeriksaan penunjang, seperti pemeriksaan

laboratorium dan pemeriksaan radio diagnostik.

3.  Analisis / Diagnosa

17
Merupakan keputusan yang ditegakkan dari hasil perumusan masalah yang

mencakup kondisi, masalah dan prediksi terhadap kondisi tersebut. Penegakan

diagnosa kebidanan dijadikan sebagai dasar tindakan dalam upaya

menanggulangi ancaman keselamatan pasien / klien.

4.  Penatalaksanaan / Perencanaan

Rencana kegiatan mencakup langkah-langkah yang akan dilakukan oleh bidan

dalam melakukan intervensi untuk memecahkan masalah pasien/klien.

BAB III

PERKEMBANGAN KASUS

PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN INTRA NATAL

PADA NY ”N” DENGAN KEMATIAN JANIN DALAM RAHIM

DI RSU SAWERIGADING PALOPO

TANGGAL 3 JANUARI 2014

No. Register : xxxxxx

Tanggal MRS : 02 Januari 2014, jam 15.41 Wita

Tanggal Pengkajian : 03 Januari 2014, jam 09.00 Wita

18
Identitas Istri/Suami

Nama istri/suami : Ny ”N”/ Tn “A “

Umur : 38 tahun/ 40 Tahun

Nikah/lamanya : 1 kali / 2 tahun

Suku : Bugis / Bugis

Agama : Islam / Islam

Pendidikan : SMA / SD

Pekerjaan : IRT /Wiraswasta

Alamat : Malangke

KALA I

A. Data Subjektif

a. Ibu masuk rumah sakit tanggal 03-01-2014 jam 15.30 Wita.

b. Ibu terahir haid tanggal 28-8-2013, ini merupakan kehamilan yang keempat

dan tidak pernah keguguran.

c. Ibu mengeluh nyeri perut disertai pelepasan lender.

B. Data Objektif

Hasil pemeriksaan tanggal 03-01-2014

1. Keadaan umum baik

2. Gestasi : 18 minggu 1 hari

3. Tekanan Darah : 110/70 mmHg

19
4. Nadi : 80 x/menit

5. Pernapasan : 20 x/menit

6. Suhu : 360 C

7. Pemeriksaan Leopold I – Leopold IV ( Ball )

8. Pemeriksaan dalam pkl. 15:40 wita

 V/V : T.a.k

 Portio : lunak, tipis

 Pembukaan : 3 cm

 Ketuban : (-)

 Presentase : Bokong

 Bagian terkemuka : (-)

 Kesan panggul : cukup

 Pelepasan : lendir campur darah dan air ketuban.

C. Analisis

G IV PIII A 0, Gestasi 18 minggu 1 hari, presentase bokong, Intra uterin, dengan

kematian janin dalam rahim.

D. Penatalaksanaan

Tindakan yang di berikan adalah:

1. Memberitahu ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan dan rencana

tindakan yang akan dilakukan

20
2. Memasang balon kateter

3. Menganjurkan ibu untuk melakukan perubahan posisi sesuai dengan

kemauan ibu.

4. Meminta ibu untuk mengosongkan kandung kemih

5. Menganjurkan keluarga untuk memberi nutrisi yang cukup

6. Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk terapi lebih lanjut. Advis dokter

pasang infus RL 28 tetes/menit, dan di masukkan miso (1 kali )

7. Merencanakan pemeriksaan dalam ulang dalam 4 jam kemudian dan

pemantauan TTV serta kemajuan persalinan

Pukul 05.50 wita dilakukan pemeriksaan

a. Mengukur:

1) TD : 110/70 mmHg

2) N : 80 kali/menit

3) S : 36,5°C

4) P : 24 kali/menit

b. His : -

c. PD : pembukaan 1 cm, ketuban (+), kepala Hodge I

21
PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN INTRA NATAL

PADA NY ”N” DENGAN KEMATIAN JANIN DALAM RAHIM

DI RSU SAWERIGADING PALOPO

TANGGAL 4 JANUARI 2014

A. Data Subjektif

Ibu merasa nyeri perut tembus belakang

B. Data Objektif
1. Tampak ekspresi wajah meringis
2. Mengukur Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 80x/menit

Suhu badan : 360C

22
Pernafasan : 24x/menit

3. Pemeriksaan dalam tanggal 04-01-2014 pkl. 14.50 wita

 v/v :T.a. k

 portio : lunak

 pembukaan : seujung jari

 ketuban : (-)

 presentase : bokong

 bagian terkemuka : (-)

 penurunan :

 kesan panggul : cukup

 pelepasan : lendir campur darah dan air ketuban.


C. Analisis
G IV PIII A0, Gestasi 18 minggu 1 hari, intraurtrina, inpartu dengan KJDR.
D. Penatalaksanaan
Tanggal 03-01-2014, jam 06.00 wita.

1. Memberi tahu ibu tentang hasil pemeriksaan, ibu tahu tentang hasil

pemeriksaan.

2. Memberikan dukungan moral pada ibu, ibu merasa tenang

3. Menganjurkan keluarga untuk mendampingi ibu pada saat persalinan

4. Mengatur posisi ibu

5. Memimpin persalinan

6. Melakukan pertolongan persalinan

7. Beri tahu Ibu bahwa akan disuntik

23
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dilakukan pembahasan mengenai kesesuaian antara tinjauan

teori dengan penatalaksanaan yang dilakukan pada kasus kematian janin dalam rahim

berdasarkan pengkajian pada Ny. “N”.

Data subjectif

Dari pengumpulan data dari NY.”N” dimana ibu mengeluh nyeri perut dan ada

darah keluar dari kemaluan ibu, Kematian Janin dalam Rahim adalah keadaan tidak

adanya tanda-tanda kehidupan janin dalam kandungan. KJDR atau intra uterine fetal

death (IUFD) sering dijumpai, baik kehamilan di bawah 20 minggu maupun sesudah

kehamilan 20 minggu. (Mochtar Rustam, 2008)

24
Kematian janin adalah kematian hasil konsepsi sebelum dikeluarkan dengan

sempurna dari ibu tanpa memandang usia kehamilan. Kematian dinilai berdasarkan

fakta bahwa sesudah dipisahkan dari ibunya janin tidak bernapas atau menunjukkan

tanda-tanda kehidupan, seperti denyut jantung, atau pulsasi tali pusat, atau kontraksi

otot.

Data objectif

Dari hasil pemeriksaan baik secara inspeksi maupun pemeriksaan dalam

yang dilakukan, didapatkan tidak adanya denyut jantung janin, tidak ada pergerakan

janin , pada pemeriksaan dalam, ketuban (-), pembukaan seujung jari. Hal ini

menunjukkan adanya kesesuaian antara tinjauan teori dengan pengkajian kasus pada

Ny. “N”.

Analisis

Diagnosa pada kematian janin dalam rahim ibu tidak merasakan gerakan janin

dalam beberapa hari, atau gerakan janin sudah sangat berkurang. Ibu merasakan

perutnya tidak bertambah besar, bahkan bertambah kecil, atau kehamilan tidak seperti

biasanya. Wanita belakangan ini merasa perutnya sering menjadi keras dan

merasakan sakit seperti mau melahirkan. tidak kelihatan gerakan-gerakan janin, yang

biasanya dapat terlihat terutama pada ibu yang kurus.

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan yang dilakukan pada Ny”N” dengan kematian janin dalam

rahim, berupa kolaborasi dengan dokter untuk penatalaksanaan aktif. Sesuai advis

dokter dilakukan pemasangan infus RL 28 tetes/menit,memasukan messo,dan

25
memasang balon chateter, Pemantauan kemajuan persalinan serta tanda-tanda vital

dilakukan hingga persalinan selesai, Hal ini menunjukkan adanya kesesuaian antara

tinjauan teori dengan pengkajian kasus pada Ny. “N”

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Setelah penulis mempelajari tinjauan teori dan pengalaman langsung di

lahan praktik studi kasus tentang kematian janin dalam rahim, maka penulis

menarik kesimpulan sebagai berikut :

(1) Kematian janin

dalam rahim adalah kematian hasil konsepsi sebelum dikeluarkan

dengan sempurna dari ibu tanpa memandang usia kehamilan.

Kematian dinilai berdasarkan fakta bahwa sesudah dipisahkan dari

ibunya janin tidak bernapas atau menunjukkan tanda-tanda kehidupan,

26
seperti denyut jantung, atau pulsasi tali pusat, atau kontraksi otot.

Factor-faktor yang mempengaruhi kematian janin dalam rahim, Umur

ibu yang melebihi 30 tahun atau kurang dari 20 tahun, Kehamilan

tanpa pengawasan antennal, Gangguan gizi dan anemia dalam

kehamilan, Ibu dengan anamnesis kehamilan dan persalinan

sebelumnya yang tidak baik, misalnya kehamilan dan persalinan

berakhir dengan kematian janin, kematian bayi yang dini atau

kelahiran bayi dengan berat badan lahir rendah.

(2) Penegakan

diagnose yang dapat di lakukan oleh bidan pada kasus kematian janin

dalam rahim adalah dengan melakukan anamnese, serta pemeriksaan

fisik dan pemeriksaan dalam.

(3) Rencana

tindakan yang dilakukan pada kasus ini harus dikonsultasikan dengan

dokter dan dipantau pelaksanaannya, yaitu penatalaksanaan aktif,

dimana dilakukan pemasangan infus RL 28 tetes/menit, memasukan

messo dan memasang balon chateter, Kemudian dilakukan pemantauan

tanda-tanda vital serta kemajuan persalinan.

(4) Evaluasi hasil

tindakan dilakukan setiap kali selesai melakukan tindakan. Tindakan

evaluasi didasarkan pada kriteria keberhasilan rencana tindakan yang

telah disusun sebelumnya. Dalam kasus ini, tindakan evaluasi

27
dilakukan sejak ibu masuk kamar bersalin hingga ibu di pindahkan ke

ruang perawatan ibu nifas.

(5) Pendokumentasian dilaksanakan karena merupakan bukti memberikan

tanggung jawab dan tanggung gugat oleh petugas kesehatan terhadap

asuhan kebidanan yang diberikan. Dalam kasus kematian janin dalam

rahim, pendokumentasian juga dilakukan secara berkesinambungan

untuk melihat sejauh mana tindakan yang diberikan serta tingkat

keberhasilannya.

(6) Kasus dengan Kematian Janin Dalam Rahim (KJDR), dilihat dari

angka kejadiannya merupakan angka kejadian yang tinggi dan perlu

mendapat perhatian khusus dari tenaga kesehatan, utamanya para

bidan untuk melakukan pengawasan antenatal yang optimal untuk

mendeteksi dini berbagai kelainan yang mungkin terjadi utamanya

Kematian Janin Dalam Rahim (KJDR).

(7) Apabila bidan mendapatkan kasus Kematian Janin Dalam Rahim

(KJDR), segera melakukan rujukan ke Rumah Sakit yang fasilitasnya

lebih lengkap. Karena kasus dengan Kematian Janin Dalam Rahim

(KJDR) ini dapat berdampak lebih fatal pada ibu yang mana dapat

menyebabkan terjadinya gangguan atau bekuan darah akibat

penurunan kadar fibrinogen dan perporasi sebagai akibat tindakan

waktu melahirkan.

B. SARAN

1. Untuk profesi kebidanan     

28
Dengan adanya pendekatan asuhan kebidanan terhadap klien, bidan harus

memberikan asuhan kebidanan sesuai dengan kewajiban dan

kewenangannya sehingga manajemen asuhan kebidanan perlu

dikembangkan karena merupakan alat yang mendasar bagi bidan untuk

memecahkan masalah klien dalam berbagai kasus.

Juga Untuk meningkatkan profesionalisme, sehingga pelayanan pada

klien sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.

2. Untuk Institusi

Pendidikan khususnya pada institusi pendidikan kesehatan sangat

diharapkan agar dapat meningkatkan mutu dan sarana pendidikan agar

dapat menghasilkan suatu tenaga kesehatan yang berkualitas

3. Untuk ibu dan keluarga

Hendaknya waspada terhadap komplikasi yang mungkin terjadi seperti

halnya kematian janin dalam rahim (KJDR)

29

Anda mungkin juga menyukai