Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Aborsi adalah suatu usaha mengakhiri kehamilan dengan mengeluarkan

hasil pembuahan secara paksa sebelum janin mampu bertahan hidup jika

dilahirkan. (Varney, 2008)

Aborsi merupakan masalah kesehatan masyarakat karena memberikan

dampak pada kesakitan dan kematian ibu. Sebagaimana diketahui penyebab

utama kematian ibu hamil dan melahirkan adalah perdarahan, infeksi dan

eklampsia.

Namun sebenarnya aborsi juga merupakan penyebab kematian ibu,

hanya saja muncul dalam bentuk komplikasi perdarahan dan sepsis. Akan

tetapi, kematian ibu yang disebabkan komplikasi aborsi sering tidak muncul

dalam laporan kematian, tetapi dilaporkan sebagai perdarahan atau sepsis. Hal

itu terjadi karena hingga saat ini aborsi masih merupakan masalah

kontroversial di masyarakat. Di satu pihak aborsi dianggap ilegal dan dilarang

oleh agama sehingga masyarakat cenderung menyembunyikan kejadian

aborsi, di lain pihak aborsi terjadi di masyarakat. Ini terbukti dari berita yang

ditulis di surat kabar tentang terjadinya aborsi di masyarakat, selain dengan

mudahnya didapatkan jamu dan obat-obatan peluntur serta dukun pijat untuk

mereka yang terlambat datang bulan.

1
Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan 10-15% kematian ibu

disebabkan oleh aborsi (tergantung kondisi masing-masing negara).

Diperkirakan ada 20 juta kejadian aborsi tidak aman di dunia, 95 % (19 dari

20 juta tindakan aborsi tidak aman) di antaranya terjadi di negara berkembang

dan sekitar 13% dari total perempuan yang melakukan aborsi tidak aman

berakhir dengan kematian, 70.000 wanita meninggal akibat aborsi tidak aman,

dan 1 dari 8 kematian ibu disebabkan oleh aborsi tidak aman. Di kawasan Asia

Tenggara, WHO memperkirakan 4,2 juta aborsi dilakukan setiap tahunnya.

Risiko kematian akibat aborsi tidak aman di wilayah Asia tersebut

diperkirakan antara 1 dari 250, negara maju hanya 1 dari 3700.

(http://www.medical-journal.co.cc, diakses 3 Desember 2012)

Diperkirakan setiap tahun jumlah aborsi yang terjadi di Indonesia

mencapai 2,4 juta jiwa. Parahnya, 800 ribu di antaranya terjadi di kalangan

remaja. Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN),

mengaku perihatin dengan keberadaan remaja saat ini. Sebab menurut data

2010, baik dari Badan Pusat Statistik (BPS) sebagian dari 63 juta jiwa remaja

berusia 10-24 tahun di Indonesia berprilaku tidak sehat. Kasus aborsi yang

diperoleh melalui data, sekitar 2,5 juta jiwa perempuan pernah melakukan

aborsi dan dari jumlah ini sebanyak 27% atau 700.000 dilakukan oleh remaja.

(http://beritasore.com, diakses 3 Desember 2012).

2
B. Ruang Lingkup

Adapun ruang lingkup dalam penulisan ini adalah Pendokumentasian

Asuhan Kebidanan pada Ny.“N” dengan Abortus Inkomplit di Rumah Sakit

Umum Sawerigading palopo

C. Tujuan Umum

Adapun tujuan umum penyusunan laporan ini adalah untuk mengetahui

pengertian abortus inkomplit beserta penyebab terjadinya abortus serta

pengkajian yang dilakukan pada ibu hamil dengan abortus inkomplit hingga

dilakukannya evaluasi atas asuhan kebidanan yang telah dilakukann

D. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengertian abortus inkomplit dan penyebab terjadinya

abortus

2. Dapat melakukan pengkajian kasus pada ibu hamil dengan abortus

inkomplit

3. Dapat melakukan penatalaksanaan asuhan kebidanan pada ibu hamil

dengan abortus inkomplit

4. Dapat melakukan proses evaluasi dari setiap tindakan yang telah dilakukan

pada ibu hamil dengan abortus inkomplit

3
E. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat penulisan pada kasus tersebut di atas adalah :

1. Manfaat Teoritis

Sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan di

STIKES Mega Buana Palopo, dan dapat dijadikan sebagai sumber

informasi untuk memperkuat wawasan dan pengetahuan bagi para

pembaca tentang berbagai aspek yang berhubungan dengan abortus

inkomplit.

2. Manfaat Praktis

 Sebagai bahan masukan/ informasi bagi tenaga Bidan di RSU

Sawerigading Palopo khusunya yang berkaitan dengan Abortus

Inkomplit .

 Sebagai bahan acuan/ pedoman bagi institusi jurusan kebidanan

untuk penulisan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan.

 Hal ini merupakan pengalaman yang dapat menambah

kemampuan dalam penerapan Pendokumentasian asuhan

kebidanan khususnya intra natal care dengan abortus inkomplit

 Sebagai referensi untuk penulisan selanjutnya

F. Metode Penulisan

Dalam menyusun Pendokumentasian Asuhan Kebidanan digunakan dasar teori

yang dipadukan dengan praktek. Metode yang digunakan adalah sebagai berikut:

4
1. Studi Kepustakaan

Dengan mempelajari literatur-literatur, mengambil dari internet, profil

kesehatan yang relevan dengan isi Pendokumentasian Asuhan Kebidanan.

2. Studi Dokumentasi

Membaca dan mempelajari status kesehatan yang berhubungan dengan

keadaan klien yang bersumber dari catatan perawatan maupun dari

sumber lain yang menunjang yaitu pemeriksaan laboratorium dan

Ultrasonografi.

5
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Abortus

Ada beberapa definisi/pengertian abortus yang dikeluarkan oleh para

ahli, yaitu:

1. Abortus ditentukan sebagai pengakhiran kehamilan sebelum janin

mencapai berat 500 gram atau kurang dari 20 minggu. Abortus yang

berlangsung tanpa tindakan disebut abortus spontan. Abortus buatan ialah

pengakhiran kehamilan sebelum usia kehamilan 20 minggu akibat

tindakan. Abortus terapeutik adalah abortus buatan yang dilakukan atas

indikasi medik. (Prawiroharjdo S, 2010)

2. Aborsi adalah suatu usaha mengakhiri kehamilan dengan mengeluarkan

hasil pembuahan secara paksa sebelum janin mampu bertahan hidup, jika

dilahirkan. Yang diterima sebagai aborsi umumnya adalah usia kehamilan

hingga 20 minggu atau berat janin 500 gram. (Varney, 2008)

3. Abortus Inkomplit adalah abortus yang isi uterus tidak keluar seluruhnya

dan biasanya masih dapat dipertahankan.

4. Menurut Eastman, abortus merupakan terputusnya kehamilan, fetus belum

sanggup hidup di luar uterus, berat janin 400-1000 gram, umur kehamilan

kurang dari 28 minggu. (Fadlun, 2011)

5. Menurut Jeffcoat, abortus merupakan pengeluaran hasil konsepsi kurang

dari umur kehamilan 28 minggu, fetus belum viable in law. (Walsh, 2008)

6
Berdasarkan berbagai pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan

bahwa abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di

luar kandungan, berat janin kurang dari 500 gram dan umur kehamilan kurang

dari 20 minggu.

B. Frekuensi Abortus

Frekuensi abortus sukar ditentukan karena abortus buatan banyak tidak

dilaporkan, kecuali apabila terjadi komplikasi, juga karena sebagian abortus

spontan hanya disertai gejala dan tanda ringan, sehingga pertolongan medik

tidak diperlukan dan kejadian ini dianggap sebagai haid terlambat.

Diperkirakan frekuensi abortus spontan berkisar 10-15%. (Prawirohardjo

Sarwono, 2010)

C. Etiologi Abortus

Pada kehamilan muda, abortus tidak jarang didahuui oleh kematian

mudighah. Sebaliknya, pada kehamilan lebih lanjut, biasanya janin

dikeluarkan dalam keadaan masih hidup. Hal-hal yang dapat menyebabkan

abortus dapat dibagi sebagai berikut:

1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi

Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian janin

atau cacat. Faktor-faktor yang menyebabkan kelainan dalam pertumbuhan

hasil konsepsi adalah sebagai berikut:

7
a. Kelainan kromosom. Kelainan yang sering ditemukan pada abortus

spontan ialah trisomi, poliploidi, dan kemungkinan pula kelainan

kromosom seks.

b. Lingkungan kurang sempurna. Bila lingkungan di endometrium di

sekitar tempat implantasi kurang sempurna sehingga pemberian zat-zat

makanan pada hasil konsepsi terganggu.

c. Pengaruh dari luar. Radiasi, virus, obat-obatan dan sebagainya dapat

mempengaruhi baik hasil konsepsi, maupun lingkungan hidupnya

dalam uterus. Pengaruh ini umumnya disebut sebagai pengaruh

teratogen. (Prawirohardjo, 2010)

2. Gangguan pada plasenta

Pada penderita nefritis, hipertensi, toksemia gravidarum, anomali plasenta,

semua ini dapat mempengaruhi sirkulassi oksigen dan zat makanan dari

plasenta ke janin. (Rustam, 2007)

3. Faktor ibu

Penyakit mendadak, seperti pneumonia, tifus abdominalis, pielonefritis,

malaria dan lain-lain dapat menyebabkan abortus. Toksin, bakteri, virus

atau plasmodium dapat melalui plasenta masuk ke janin sehingga

menyebabkan kematian janin. Selain itu, malnutrisi dan gangguan

kardiovaskuler juga dapat mempengaruhi asupan nutrisi dari ibu ke janin

sehingga memungkinkan terjadinya abortus (Prawirohardjo, 2010)

4. Faktor embrionik

5. Antagonis rhesus

8
6. Rangsangan kontraksi uterus seperti laparotomi, terkejut, dan penggunaan

uterotonika

7. Faktor bapak Meliputi umur, penyakit kronis yang diderita seperti TBC.

(Fadlun, 2011)

D. Patologi Abortus

Abortus terjadi karena adanya perdarahan desidua basalis yang

berdampak terjadi nekrosis jaringan sekitar sehingga sebagian atau seluruh

hasil konsepsi keluar dan menyebabkan uterus berkontraksi. Hasil konsepsi

kurang dari umur kehamilan 8 minggu dapat keluar seluruhnya, sedangkan

hasil konsepsi dengan umur kehamilan 8-14 minggu, maka dapat keluar

sebagian atau seluruhnya. Pengeluaran hasil konsepsi umumnya ditandai

dengan perdarahan. (Walsh, 2008)

E. Klasifikasi dan Penanganan Abortus

Secara klinik, abortus dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kategori

sebagai berikut:

1. Abortus insipiens

Ketika suatu aborsi spontan hampir dapat dipastikan akan terjadi dan tidak

dapat dihentikan, maka aborsi tersebut digolongkan sebagai abortus

insipiens. Abortus ini terjadi ketika ada pembukaan serviks dan/atau

pecahnya ketuban disertai perdarahan dan nyeri pada abdomen bagian

bawah atau pada punggung. (Varney, 2008)

9
Pengeluaran hasil konsepsi dapat dilaksanakan dengan kuret vakum atau

dengan cunam ovum, disusul dengan kerokan. Pada kehamilan >12

minggu, biasanya perdarahan tidak banyak dan bahaya perforasi pada

kerokan lebih besar, maka sebaiknya proses abortus dipercepat dengan

pemberian infus oksitosin. Apabila janin sudah keluar tetapi plasenta

masih tertinggal, sebaiknya pengeluaran plasenta dikerjakan secara digital

yang dapat disusul dengan kerokan bila masih ada sisa plasenta yang

tertinggal. (Prawirohardjo, 2010)

2. Abortus imminens

Abortus imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada

kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus

dan tanpa adanya dilatasi serviks.

Diagnosis abortus imminens ditentukan karena pada wanita hamil terjadi

perdarahan melalui ostium uteri eksternum, disertai mules sedikit atau

tidak sama sekali, uterus membesar sebesar tuanya kehamilan, serviks

belum membuka, dan tes kehamilan positif

Penanganan abortus imminens terdiri atas:

a. Istirahat baring. Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam

pengobatan, karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah

ke uterus dan berkurangnya rangsang mekanik.

b. Pemberian hormon progesteron jika diperlukan

c. Pemeriksaan ultrasonografi untuk menentukan apakah janin masih

hidup atau tidak. (Prawirohardjo, 2010)

10
3. Abortus inkompletus

Abortus inkompletus adalah abortus yang sebagian hasil

konsepsinya telah keluar, tetapi desidua atau plasenta masih tertinggal.

Pada pemeriksaan vaginal, kanalis servikalis terbuka dan jaringan dapat

diraba dalam kavum uteri atau kadang sudah menonjol dari ostium uteri

eksternum. Perdarahan pada abortus inkompletus dapat banyak sekali

sehingga menyebabkan syok dan perdarahan tidak akan berhenti sebelum

hasil konsepsi dikeluarkan.

Tanda klinis berupa amenorea, nyeri perut, perut mules, perdarahan

sedikit/banyak, keluar jaringan/fetus, serviks terbuka. Penanganan yang

diberikan berupa pemberian cairan, digital dan kuretase, pemberian

uterotonika dan antibiotik. (Walsh, 2008)

4. Abortus kompletus

Pada abortus kompletus, semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan. Pada

penderita ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup dan

uterus sudah banyak mengecil. Diagnosis dapat dipermudah apabila hasil

konsepsi dapat diperiksa dan dinyatakan bahwa semuanya sudah keluar

dengan lengkap.

Penderita dengan abortus kompletus tidak memerlukan pengobatan

khusus, hanya apabila menderita anemia perlu diberi sulfas ferrosus atau

transfusi. (Prawirohardjo, 2010)

11
5. Missed abortion

Pada aborsi tipe ini, janin telah meninggal, tetapi hasil konsepsi masih

ada di dalam uterus selama beberapa jangka waktu yang lebih panjang

(dua minggu atau lebih). Tanda dan gejalanya adalah:

a. Kondisi pada awal kehamilan normal tanpa disertai tanda

kemungkinan dan dugaan kehamilan.

b. Terdapat bercak darah (spotting)atau perdarahan atau nyeri abdomen

atau nyeri pada punggung pada kematian janin (bisa ada, bisa tidak)

c. Penambahan tinggi fundus uteri bukan saja terhenti, tetapi tidak berapa

lama kemudian, rahim pun menjadi lebih kecil (akibat maserasi janin

dan penyerapan cairan amnion)

d. Kelenjar susu yang sebelumnya mengalami perubahan kembali ke

keadaan semula

e. Wanita tertentu mengalami penurunan berat badan

f. Amenorea menetap

g. Tidak ada denyut jantung janin setelah usia kehamilan tertentu.

Menurut Scott (2009), ketika seorang wanita datang dengan tanda dan

gejala di atas, maka segera programkan pemeriksaan ultrasonografi untuk

memastikan kematian janin. Apabila kematian janin telah terjadi, maka

akan ada peningkatan risiko mekanisme pembekuan yang abnormal dan

potensi disseminated intravascular coagulation (DIC). Penanganan yang

diberikan berupa pemberian uterotonika, dilatasi dan kuretase, dan

pemberian atibiotik.

12
6. Abortus provokatus

Abortus provokatus adalah abortus yang disengaja. Abortus provokatus

dapat dibagi menjadi :

a. Abortus provokatus medisinalis (terapeutika), yaitu abortus yang

dilakukan karena adanya indikasi medis seperti penyakit jantung,

hipertensi, Ca serviks.

b. Abortus provokatus kriminalis yaitu abortus yang dilakukan secara

illegal atau tanpa indikasi medis.

7. Abortus habitualis (Scott, 2009)

Abortus habitualis adalah istilah yang diberikan ketika seorang

wanita mengalami aborsi spontan sebanyak 3 kali atau lebih secara

berurutan. Apabila wanita tersebut sudah berulang kali mengalami abortus,

maka ia perlu dipertimbangkan untuk mendapatkan konseling genetik dan

pemeriksaan endokrinologi. Kelainan perkembangan saluran alat kelamin

misalnya uterus bikornus dan septum vagina, harus disingkirkan pada

wanita yang berkali-kali mengalami keguguran pada trimester kedua.

8. Abortus infeksiosus dan abortus septik

Abortus infeksiosus adalah abortus yang disertai infeksi pada

genitalia, sedangkan abortus septik ialah abortus infeksiosus berat disertai

penyebaran kuman atau toksin ke dalam peredaran darah atau peritoneum.

Diagnosis ditentukan dengan adanya abortus yang disertai dengan gejala

dan tanda infeksi alat genital seperti panas, takikardia, perdarahan

13
pervaginam yang berbau, uterus yang membesar, lembek, serta nyeri tekan

dan leukositosis.

F. Komplikasi Abortus

Abortus dapat memberi dampak timbulnya berbagai komplikasi yang

berbahaya bagi nyawa ibu. Dampak tersebut adalah sebagai berikut:

1. Perdarahan

Perdarahan dapat terjadi jika kuretase yang dilakukan tidak sesuai

prosedur kerja utamanya jika dilakukan oleh pihak yang tidak kompeten

dan secara ilegal. Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus

dari sisa-sisa hasil konsepsi dan jika perlu pemberian transfuse darah.

Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak

diberikan tepat waktu. (Fadlun, 2011)

2. Perforasi (Prawirohardjo, 2010)

Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus

dalam posisi hiperretrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini, penderita perlu

diamati dengan teliti. Jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan

laparotomi dan tergantung dari luas dan bentuk perforasi, penjahitan luka

perforasi atau perlu histerektomi. Perforasi uterus pada uterus yang

dikerjakan oleh orang awam menimbulkan persoalan gawat karena

perlukaan uterus biasanya luas, dan mungkin pula terjadi perlukaan pada

kandung kemih atau usus. Dengan adantya dugaan kepastian terjadinya

perforasi, laparotomi harus segera dilakukan untuk menentukan luasnya

14
cedera, untuk selanjutnya mengambil tindakan untuk mengatasi

komplikasi.

3. Infeksi

Penanganan aborsi dengan peralatan yang tidak steril dapat

menyebabkan terjadinya infeksi dan membawa pada kematian (Putra,

2010)

G. Konsep Dasar Kehamilan

Kehamilan adalah adanya janin dalam rahim, dan dalam masa kehamilan

biasanya didapatkan kelainan dan masalah dalam masa kehamilan tersebut

seperti abortus inkomplit, dan dalam hal ini kehamilan dengan abortus ikomplit

pada pemeriksaan dalam jaringan dapat diraba dan perdarahan pada kasus ini

tidak akan berhentisebelum sisa hasil konsepsi dikeluarkan.

Perubahan fisiologi kehamilan

a. Uterus

Uterus akan membesar pada bulan-bulan pertama di bawah pengaruh

estrogen dan progesteron yang kadarnya meningkat. ( Wikjosastro 2008)

b. Vagina

Vagina dan vulva juga mengalami perubahan akibat hormon estrogen

sehingga vagina tampak lebih merah, agak kebiru-biruan ( livide ). Tanda

ini disebut dengan tanda Chadwick. (Winkjosastro 2008 )

15
c. Ovarium

Pada permulaan kehamilanmasih terdapat korpus luteum graviditatis

sampai terbentuknya placenta pada usia kehamilan 16 minggu.

(Wikjosastro 2008 )

d. Payudara

Payudara akan mengalami perubahan dengan membesar dan tegangny

payudara, akibat hormon somatommotropin, estrogen, dan progesteron,

namun belum mengeluarkan air susu. Aerolamamma tampak lebih hitam

karena hiperpigmentasi. (Wikjosastro 2008 )

e. Sistem sirkulasi

Sirkulasi darah ibu bertambah secara fisiologik dengan adanya pencairan

darah yang disebut hidremia. Volume darah akan bertambah kira-kira 25%,

dengan puncak kehamilan32 minggu.( Wikjosastro 2008 )

H.  Pendokumentasian Asuhan Kebidanan

1.  Data Subjektif

Data atau fakta yang merupakan informasi termasuk biodata, mencakup

nama, umur, tempat tinggal, status perkawinan, pendidikan serta keluhan-

keluhan, diperoleh dari hasil wawancara langsung pada pasien atau dari

keluarga dan tenaga kesehatan lainnya.

16
2.  Data Objektif

Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik mencakup inspeksi,

palpasi, auskultasi, perkusi serta pemeriksaan penunjang, seperti

pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radio diagnostik.

3.  Analisis / Diagnosa

Merupakan keputusan yang ditegakkan dari hasil perumusan masalah yang

mencakup kondisi, masalah dan prediksi terhadap kondisi tersebut.

Penegakan diagnosa kebidanan dijadikan sebagai dasar tindakan dalam

upaya menanggulangi ancaman keselamatan pasien / klien.

4.  Penatalaksanaan / Perencanaan

Rencana kegiatan mencakup langkah-langkah yang akan dilakukan oleh

bidan dalam melakukan intervensi untuk memecahkan masalah pasien/klien.

17
BAB III

TINJAUAN KASUS

PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN

NY. “ A ” DENGAN ABORTUS INKOMPLIT

DI RSUD SAWERIGADING PALOPO

TANGGAL 24 DESEMBER 2013

No. Register : XX XX XX

Tgl. Masuk : 23 Desember 2013 pukul 18.50 wita

Tgl Pengkajian : 24 – 25 Desember 2013 pukul 13.20

Yang Mengkaji : Herlina Masdin

Identitas Pasien

Nama : Ny. “A”

Umur : 22 tahun

Nikah/Lamanya : 1x/ 4 tahun

Suku : Luwu

Agama : Islam

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : IRT

Alamat : Lamasi Timur

18
A. Data Subjektif

a. HPHT : Tanggal 4 Oktober 2013

b. Para : 1 ( satu )

c. Ada darah keluar dari vagina dan ibu mengeluh nyeri pada bagian perut

d. Dikuret tanggal 24 desember 2013 pukul 10.00 wita

B. Data Objektif

a. Pemeriksaan fisik secara umum

Ultrasonicgrafi : janin yang sudah tidak dapat dipertahankan

Gestasi : 11 minggu 3 hari

Keadaan Umum : Baik

Pemeriksaan TTV :

a. Tekanan darah : 110/70 mmHg

b. Nadi : : 82 kali/menit

c. Suhu : 36° C

d. Pernapasan : 22 kali / menit

b. Pemeriksaan fisik sistematis


a) Kepala
- Kulit kepala bersih
- Rambut kehitaman
- Tidak ada nyeri tekan
b) Muka
- Tidak ada edema pada wajah
- Ekspresi wajah meringis saat bergerak
c) Mata
- Konjungtiva merah muda
- Sklera putih

19
d) Hidung
- Tidak ada polip
- Tidak ada sekret
- Tidak ada pernafasan cuping hidung
e) Mulut dan gigi
- Bibir agak kering
- Lidah bersih
- Tidak ada caries
- Gusi merah muda
- Tidak ada stomatitis
f) Telinga
- Simetris kiri dan kanan
- Tidak ada serumen
g) Leher
- Tidak ada pembesaran vena jungularis
- Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
- Tidak ada pembesaran kelenjar limfe
h) Dada dan aksila
- Payudara simetris kiri dan kanan
- Puting susu menonjol
- Hyperpigmentasi areola mammae
- Ada colostrum sedikit
- Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
- Tidak ada nyeri tekan
i) Abdomen
- Nampak luka operasi masih terbungkus verban
- Nampak linea glisea
- Kandung kemih kosong
- TFU setinggi pusat, kontraksi baik

20
j) Genetalia
- Vulva bersih, tidak ada edema dan varises
- Pengeluaran lochea rubra, warna merah darah segar, bau amis
- Tidak ada hemoroid, terpasang kateter pada uretra.
k) Ekstrimitas
a. Atas : terpasang infus RL pada tangan kanan (18 tts/menit)
b. Bawah :
- Tidak ada edema dan varises pada tungkai
- Tidak ada nyeri tekan pada tungkai.
c. Pemeriksaan Laboratorium

Hb : 12,0 gr%

Leukosit : 12.3 nilai rujukan 4000-10.000 mm

C. Analisis

G II PI A 0, Gestasi 11 minggu 3 hari, Abortus inkomplit.

D. Penatalaksanaan

Adapun tindakan yang dilakukan untuk Ny. “A”

Post kuret hari pertama berjalan normal ditandai dengan keadaan ibu mulai

membaik. Adapun tindakan selanjutnya yaitu :

1. Memberitahu ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan dan rencana

tindakan yang telah dilakukan

Hasil : Ibu dan keluarga mengetahui kondisi ibu saat ini

2. Menganjurkan ibu untuk berbaring/istirahat baring

Hasil : Ibu beristirahat dengan posisi baring

21
3. Memantau tanda-tanda vital ibu

Hasil : TD : 110/60 mmHg S : 36°C

N : 80 kali/menit P : 22x/menit

4. Melakukan Vagina toilet

Hasil : membersihkan vagina dengan menggunakan kasa steril yang

di beri antiseptic ( betadine )

5. Berikan obat antibiotik dan analgetik

Hasil : Dengan memberikan analgetik dapat mengurangi rasa nyeri

dan obat antibiotik dapat mencegah infeksi

22
PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN

NY. “ A ” DENGAN ABORTUS INKOMPLIT

DI RSUD SAWERIGADING PALOPO

TANGGAL 25 DESEMBER 2013

1. Melakukan pemantauan tanda-tanda vital

Hasil : TTV :

a. TD : 110/60 mmHg

b. N : 82 kali/menit

c. S : 36,7°C

d. P : 20 kali/menit

2. Melakukan Vagina toilet

Hasil : membersihkan vagina dengan menggunakan kasa steril yang

diberi antiseptic ( betadine )

3. Berikan obat antibiotik dan analgetik

Hasil : Dengan memberikan analgetik dapat mengurangi rasa nyeri dan

obat antibiotik dapat mencegah infeksi

4. Aff Infus

Hasil : aff infus dilakukan pukul 11.00

5. Memberi tahu ibu agar menjaga personal hygiene

Hasil : ibu akan menjaga personal hygiene

6. Memberi pengertian agar ibu menjaga kesehatannya dan banyak istirahat

Hasil : ibu mengerti dan akan melakukannya

23
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dilakukan pembahasan mengenai kesesuaian antara

tinjauan teori dengan hasil penatalaksanaan kasus pada Ny. “A” dengan Abortus

Inkomplit di ruangan Post Natal Care di Rumah Sakit Umum Sawerigading

Palopo tanggal pengkajian 23 - 25 Desember 2014.

Dalam praktek asuhan kebidanan terhadap ibu yang mengalami abortus

inkomplit tersebut telah diterapkan pendekatan Pendokumentasian kebidanan

dengan Pendokumentasian dalam bentuk SOAP:

A. Data Subjektif

Pada tinjauan pustaka merupakan dasar proses Pendokumentasian

kebidanan yang kegiatannya ditinjau untuk mengumpulkan informasi

mengenai kesehatan ibu meliputi identifikasi data biologis/ fisiologis serta

data spiritual klien, yang berpedoman pada format pengkajian yang telah

tersedia.

Dalam tinjauan pustaka, Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional

yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual dan

yang potensial. Nyeri terjadi bersamaan dengan beberapa pemeriksaan

diagnostik atau pengobatan.

24
Pada kasus Ny. “A” di temukan bahwa ibu mengatakan ada nyeri pada

daerah perut. Nyeri merupakan mekanisme pertahanan tubuh, rasa nyeri

timbul bila ada jaringan rusak dan hal ini akan menyebabkan individu bereaksi

dengan cara memindahkan Stimulus nyeri. Dengan demikian apa yang

didapatkan dalam tinjauan pustaka dan tinjauan kasus pada Ny. “A” sudah ada

persamaan antara kasus dan teori.

B. Data Objektif

Dalam tinjauan pustaka tahap selanjutnya setelah melakukan pengumpulan

data dari pasien secara subjektif melalui anamesis yaitu mengumpulan data

secara objektif meliputi usia kehamilan, pemeriksaan fisik, baik inspeksi,

palpasi, dan pemeriksaan obstetrik, pemeriksaan penunjang laboratorium.

Pada kasus Ny.”A” didapatkan hasil USG adanya jaringan yang tak

dapat dipertahankan dan segera harus dilakukan tindakan selanjutnya oleh

dokter kandungan, serta adanya nyeri pada daerah abdomen. Dengan demikian

apa yang didapatkan dalam tinjauan pustaka dan tinjauan kasus pada Ny. “A”

persamaan antara kasus dan teori

C. Analisis

Pada tinjauan pustaka diagnosa lebih sering diidetifikasi oleh bidan yang

difokuskan kepada yang dialami oleh klien sedangkan masalah lebih sering

berhubungan dengan bagaimana klien menguraikan keadaan yang ia rasakan.

Dalam menegakkan suatu diagnosa atau masalah kebidanan berdasarkan

25
pendekatan Pendokumentasian asuhan kebidanan yang didukung dan

ditunjang oleh beberapa data, baik subjektif maupun objektif yang diperoleh

dari hasil pengkajian yang dilakukan.

Dengan demikian diagnosa yang diidentifikasikan pada Ny. “A” dengan

kasus Abortus Inkomplit menunjukkan adanya persamaan dengan tinjauan

pustaka.

D. Penatalaksanaan

Pada tahap ini diterapkan tindakan berdasarkan apa yang telah

direncanakan dan seluruh tindakan yang dilakukan sudah berorientasi pada

kebutuhan klien, sehingga tujuan dapat dicapai dan penulis tidak menemukan

hambatan karena ditunjang oleh klien yang kooperatif dalam menerima saran

dan tindakan yang diberikan.

26
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Setelah penulis mempelajari tinjauan teori dan pengalaman langsung di

lahan praktik studi kasus tentang abortus inkomplit, maka penulis menarik

kesimpulan sebagai berikut :

1. Abortus inkomplit adalah terhentinya kehamilan yang ditandai dengan

keluarnya sebagian hasil konsepsi sebelum usia kehamilan 20 minggu dan sisa

hasil konsepsi masih tertinggal di dalam kavum uteri. Abortus inkomplit dapat

menyebabkan tejadinya perdarahan jika sisa hasil konsepsi tidak segera

dikeluarkan. Penyebab terjadinya abortus inkomplit adalah faktor plasenta,

adanya infeksi, adanya penyakit serta malnutrisi yang diderita ibu, dan

sebagainya.

2. Penegakan diagnosa yang dapat dilakukan oleh bidan pada kasus abortus

inkomplit adalah dengan melakukan anamnese, serta pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan dalam yang teliti tentang pengeluaran darah dan sisa jaringan

dari jalan lahir sebelum kuretase dilakukan.

3. Rencana tindakan yang dilakukan pada kasus ini harus dikonsultasikan dengan

dokter dan dipantau pelaksanaannya, yaitu pemantauan tanda-tanda vital,

dimana dilakukan pemasangan infus RL 28 tetes/menit, pemberian antibiotik

dan induksi intravaginal sesuai advis dokter.

27
4. Evaluasi hasil tindakan dilakukan setiap kali selesai melakukan tindakan.

Tindakan evaluasi didasarkan pada kriteria keberhasilan rencana tindakan

yang telah disusun sebelumnya. Dalam kasus ini, tindakan evaluasi dilakukan

sejak ibu masuk rumah sakit hingga ibu dipindahkan ke ruang perawatan ibu

dengan perdarahan obstetri pasca dilakukan kuretase.

5. Pendokumentasian dilaksanakan karena merupakan bukti memberikan

tanggung jawab dan tanggung gugat oleh petugas kesehatan terhadap asuhan

kebidanan yang diberikan. Dalam kasus abortus inkomplit, pendokumentasian

juga dilakukan secara berkesinambungan untuk melihat sejauh mana tindakan

yang diberikan serta tingkat keberhasilannya.

B. SARAN

1. Untuk profesi kebidanan     

Dengan adanya pendekatan asuhan kebidanan terhadap klien, bidan

harus memberikan asuhan kebidanan sesuai dengan kewajiban dan

kewenangannya sehingga manajemen asuhan kebidanan perlu

dikembangkan karena merupakan alat yang mendasar bagi bidan untuk

memecahkan masalah klien dalam berbagai kasus.

Juga Untuk meningkatkan profesionalisme, sehingga pelayanan

pada klien sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.

28
2. Untuk Institusi

Pendidikan khususnya pada institusi pendidikan kesehatan sangat

diharapkan agar dapat meningkatkan mutu dan sarana pendidikan agar

dapat menghasilkan suatu tenaga kesehatan yang berkualitas

3. Untuk ibu dan keluarga

Hendaknya untuk ibu dianjurkan untuk melakukan kuret, agar

perdarahan dapat teratasi.

29

Anda mungkin juga menyukai