Anda di halaman 1dari 6

2. Apa mekanisme respon peningkatan leukosit pada ibu?

Jawab:

Leukositis pada kehamilan terjadi akibat toleransi ibu terhadap antigen jaringan asing dari
janin yang bersifat semialogenik. Leukosit yang meningkat menunjukkan suatu respon
fisiologis untuk melindungi tubuh dari mikroorganisme.

Referensi : Universitas Muhammadiyah Surakarta oleh Farida Maharani tahun 2012

5. Apakah efek samping dari dilakukannya kuretase?


Pada dasarnya kuret adalah prosedur yang aman dan jarang menyebabkan
komplikasi. Meski begitu, bukan berarti kuret tidak memiliki efek samping atau risiko
sama sekali. Komplikasi akibat kuret hampir sama seperti komplikasi setelah melahirkan
Setelah kuret, biasanya pasien akan mengalami : sakit punggung, kram perut ringan,
mengeluarkan bercak darah selama beberapa hari, efek samping obat bius seperti mual dan
pusing usai prosedur kuret.
Referensi : Ardhiyanti, Y., Pitriani, R., Damayanti, PI. 2014. Panduan Lengkap Keterampilan
Dasar Kebidanan 1. Yogyakarta : Deepublish.

7. Berapakah berat badan normal pada bayi baru lahir?


Normalnya, bayi keturunan Asia lahir dengan berat badan antara 2,9 kg sampai 3,6
kg, dengan rata – rata berat badan bayi laki – laki yang lahir pada usia kehamilan 37 – 41
minggu antara 3 – 3,6 kg, sedangkan berat badan bayi perempuan berkisar antara 2,9 – 3,4
kg.
Referensi : Buku saku Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir : panduan untuk dokter, perawat
dan bidan / WHO. Editor edisi bahasa Indonesia, Pamilih Eko K, Eny Meilya. Jakarta : EGC.
2007
9. Penelitian ini menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara riwayat abortus
terhadap kejadian abortus spontan. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Kuntari et.al yang
menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan riwayat abortus terhadap kejadian abortus begitu
juga dengan rinayati et.al yang menyatakan bahwa tidak selamanya ibu hamil dengan riwayat
abortus akan mengalami kejadian abortus lagi, namun penelitian ini bertolak belakang dengan
penelitian L.George etal dan juga Kleinhaus et al yang menyatakan bahwa ada hubungan
yang signifikan antara riwayat abortus dengan kejadian abortus.5,13,18Angka kejadian
abortus akan meningkat pada ibu yang memiliki riwayat abortus, karena pembuluh darah
plasenta ibu yang pernah mengalami kejadian abortus sudah mengalami gangguan, maka
keadaan ini akan memperberat keadaan ibu.19 Namun tidak semua ibu yang memiliki
riwayat abortus akan mengalami kejadian abortus lagi atau dengan kata lain tidak selalu ibu
hamil dengan riwayat abortus akan mengalami abortus pada kehamilan selanjutnya meskipun
riwayat abortus merupakan salah satu dari faktor risiko abortus.20 Hal ini dikarenakan ibu
yang pernah mengalami kejadian abortus akan lebih menjaga kondisi kesehatannya dan juga
kehamilannya agar tidak mengalami kejadian abortus lagi

Referensi : Silitonga, Jernita Megawati, dkk. 2017. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat.
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEJADIAN ABORTUS SPONTAN DI RUMAH SAKIT
UMUM PUSAT DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG. 8(2):100-108.

24. Tata laksana kuretase?


 Beberapa waktu setelah prosedur kuret, cobalah untuk berdiri dan berjalan perlahan.
Hal ini penting untuk dilakukan untuk mencegah penggumpalan darah disekitar kaki
dan membuat otot kaki tetap kuat
 Hindari menggunakan tampon untuk mencegah infeksi
 Jika timbul rasa lelah atau kram ringan di perut pasca kuret, bisa konsumsi obat
pereda nyeri seperti paracetamol atau ibuprofen sebagai bagian perawatan pasca
kuret, sesuai saran dokter
 Istirahat total sekitar 1-2 hari

25. Apakah ada jalan lain selain kuretase?


Jadi dalam kasus ibu tersebut tengah hamil dengan usia kandungan 16 minggu dan
DJJ bayi tidak terdengar, sehingga diperkirakan janin tersebut sudah meninggal di dalam
kandungan. Kuretase sendiri dilakukan jika kejadian gagal janin pada trimester I dan II
(dibawah usia kehamilan 20 minggu). Namun jika sudah di atas 20 minggu bisa dilakukan
induksi. Maka pada kasus ibu Ny . D dengan gagal janin di usia kehamilan 16 minggu harus
dilakukan kuretase. Hal ini juga dilakukan untuk menghindari terjadinya resiko kanker
/pendarahan secara terus-menerus hingga menyebabkan sulit hamil.
Referensi:
1. Purba, Y. S., Munir, M. A., Saranga, D., (2019). Mola Hidatidosa. Jurnal Medical
Profession (Medpro). 1(1). 79-86.

26. Pada 90% wanita dengan infeksi CMV selama kehamilan, tidak menunjukkan gejala dan
tidak terlacak (Quinonez, 2004). Sekitar 90% infeksi CMV kongenital tidak menunjukkan
gejala. Sementara yang lain menunjukkan gejala khas berupa ikterik (62%), petechiae (58%),
dan hepatosplenomegali (50%). Ketiga gejala tersebut merupakan trias gejala khas yang
sering ditemui pada penderita. Selain itu bayi dengan CMV kongenital dapat pula ditemukan
adanya gangguan penglihatan dalam hal ini katarak (Leung et al., 2003).

Referensi: Wahyutomo, Ridha. 2011.Medica Hospitalia. Cytomegalovirus Katarak


Kongenital. Vol. 3, No. 1.

Hampir semua CMV didapat pada dewasa dan wanita hamil tidak menunjukkan adanya
gejala. Hanya sekitar 10–15% dengan CMV terdapat gejala, gambaran klinis klasik ditandai
dengan keterlibatan multipel organ, terutama retikuloendotelial dan SSP dengan atau tanpa
kerusakan okular dan pendengaran.

Referensi : Airlangga,Tri Juda, dkk. 2017. Medica Hospitalia. Gangguan Pendengaran pada
Infeksi Citomegalovirus Kongenital. vol 4 (2) : 72–76

27. Apakah dukungan keluarga berpengaruh terhadap penyembuhan CMV

Jawab :

Pada orang sakit pasti akan mengalami distres, adapun distres sendiri merupakan reaksi
emosional yang berhubungan dengan beban dan kekawatiran dan hidup terhdap penyakit
kronis yang di idapnya ada pun perean utama keluarga disini adalah memberikan perhatian
dan sikap penuh empaty, karena dengan adanya sikap empaty dapat membuat pasien merasa
nyaman, dan nantinya dapat menunjang kesem buhan pada pasien

(sumber :Rahmi, H. Dkk. 2019. Artikel penelitian : Peran & Dukungan Keluarga Dalam
Menurunkan Diabetes Distres Pada Diabetes Mellitus Tipe II. Jurnal Penelitian FK
UNAND)
29,30. Asuhan Keperawatan

PENGKAJIAN

No Data Etiologi Masalah


1 Ds : - Penyakit Hipertermi
Do :- dehidrasi
Suhu tubuh 39 derajat
Celcius
RR 22 kali permenit
2 Ds Faktor yang Defisiensi volume cairan
Do: mempengaruhi
T : 39 derajat celcius kebutuhan cairan
N: 100 kali permenit
Terlihat pucat dan lemah

DIAGNOSA
A. Hipertermi behubungan atau berkaitan dengan penyakit dan dehidrasi
B. Defisiensi volume cairan berhubungan atau berkaitan dengan faktor yang
mempengaruhi kebutuhan cairaN.

OUTCOME & INTERVENSI

No NOC NIC
1 Setelah dilakukan perawatan 1 kali • perawatan demam
60 menit, hipertermi pada pasein 1. pantau suhu dan tanda-tanda vital
dapat berkurang dengan kriteria lainnya
hasil: 2. beri obat atau cairan IV
• Hipertermia yang dialami (misalnya, antipiretik, agen antibakteri,
pasien dapat berkurang dan agen anti mengigil)
• Denyut nadi radialis dapat 3. fasilitasi istirahat, terapkan
berada pada frekuensi normal pembatasan aktivitas, jika diperlukan
• Melaporkan kenyamanan • pengaturan suhu
suhu pada pasien 1. monitor suhu paling tidak setiap
• Dehidrasi yang dialami 2 jam, sesuai kebutuhan
pasien dapat berkurang 2. monitor tekanan darah, nadi dan
respirasi, sesuai kebutuhan
3. monitor dan laporkan adanya
tanda dan gejala dari hipotermia dan
hipertermia
Setelah dilakukan perawatan selama Pengurangan perdarahan
1 kali 60 menit, difisensi volume  Identifikasi penyebab perdarahan
cairan pada pasien dapat membaik  Monitor pasien akan perdarahan
dengan kriteria hasil secara ketat
 Tekanan darah normal  Monitor jumlah dan sifat
 Denyut nadi radialis normal kehilangan darah
 Turgor kulit menjadi baik  Melakukan tindakan pencegahan
yang tepat dlam menangani
produk darah atau sekresi yang
berdarah
Menejemn cairan
 Monitor tanda-tanda vital
 Berikan cairan dengan tepat
 Berikan terapi IV yang
ditentukan

Pohon Masalah

Pencegahan &
penatalaksanaan

pemeriksaan

Hospes Gejala Penyebab

CMV
Sasaran belajar

Adapun sasaran yang ditetapkan berdasarkan tutorial mengenai kasus pada BBM
skenario adalah dimana berokus kepada TORCH, mekanisme penyebaran virus CMV,
kemudian asal dari virus CMV, kemudian mngenai patofisiologi dari CMV, dampak
yang ditimbulkan CMV terhadap ibu dan anak, kemudian korelasi antar CMV dan
keguguran dari ibu hamil, tata laksana kuretasi pada ibu hamil beserta efek dan
tatalaksananya pada ibu yang baru saja dilakukan kuretase.

Anda mungkin juga menyukai