Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TIDAK MENULAR


“ Kecelakaan Lalu Lintas Darat”

KELOMPOK 5

1. NI PUTU ANGELISA CH. (22)

2. ENDANG LAURE (43)

3. JULIATRI P. D. LEDO (13)

4. YABES NINDY E. NALLE (30)

5. ARVILYA ANDI (29)

6. JEKI ARIYANTO TOUDENGA (10)

7. RISKI ARIYANTO BAHAN (26)

8. FARHAN NOOR FATJERI (67)

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS NUSA CENDANA


1

KUPANG

2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul epidemiologi penyakit tidak menular (kecelakaan lalu lintas darat)  ini tepat
pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi


tugas dosen pada mata kuliah Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang kecelakaan lalu lintas
darat bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Deviarbi Sakke Tira, selaku dosen


Epidemiologi Penyakit Tidak Menular yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami
tekuni.

kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami butuhkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Kupang, februari 2020 

penulis

1
DAFTAR ISI

Kata pengantar………………………………………………………..1

Daftar isi ………………………………………………………..…….2

Bab I
1.1 Latar belakang …………………………………………………………4
1.2 Rumusan masalah …………………………………………………….5
1.3 Tujuan …………………………………………………………….…….5

Bab II

2.1 Definisi kecelakaan lalu lintas………………………………………….…6


2.2 Faktor resiko kecelakaan lalu lintas………………………………….
…….7
2.3Patofisiologi kecelakaan lalu lintas…………………………………..
…….17
2.4 Diagnosa pemeriksaan ……………………….……………….
………….18

Bab III

3.1 Nilai Besaran Kecelakaan tiap tahun selama 10


tahun…………………..21
3.2 Jumlah Kecelakaan Lalu Lintas berdasarkan Waktu
Terjadinya………….22
3.3 Jumlah kecelakaan lalu lintas berdasarkan
2
usia…………………………...23
3.4 Jumlah Kecelakaan berdasarkan Waktu…………………………….
…….24
3.5 Jumlah Kecelakaan berdasarkan jenis kendaraan………………….
……..25
3.6 Jumlah kecelakaan berdasarkan jenis kelamin……………………..
…….26

Bab IV
4.1 faktor penyebab kecelakaan lalu lintas……………………………….27
4.2 Hubungan faktor resiko dengan kecelakaan lalu lintas……….…….28
4.3 Upaya Penanggulangan dan Pencegahan Kecelakaan Lalu Lintas….29

BAB V
5.1 Kesimpulan ………………………………………………………….31
5.2 saran ……………………………….……………………………….31

Daftar pustaka ……………………………………………………..….32

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit tidak menular (PTM) dan pengendalian faktor risikonya berhubungan


erat dengan determinan kualitas hidup, yaitu tingkat pendidikan dan sosial ekonomi.
Memasuki abad ke-21 pola penyakit di Indonesia menunjukkan perubahan pada
transisi epidemiologi, yaitu dari pola penyakit dan kematian yang semula didominasi
oleh penyakit infeksi bergeser ke penyebab kematian karena penyakit non infeksi
(Non Communicable Disease) (Yusherman, 2008).

Kecelakaan lalu lintas merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang
mempengaruhi semua sektor kehidupan. Pada tahun 2002 diperkirakan sebanyak 1,18
juta orang meninggal karena kecelakaan. Angka kecelakaan ini merupakan 2,1% dari
kematian global, dan merupakan indikator penting dalam status kesehatan
(Yusherman, 2008). Pada tahun 1990, kecelakaan lalu lintas menduduki peringkat 9
(WHA) penyebab utama faktor
4 resiko, penyakit dan kematian dan meliputi 2,6% dari
kehilangan kualitas hidup secara global. Selain itu pada tahun 2020 diperkirakan
angka kecelakaan lalu lintas menduduki urutan ke-3 di atas masalah kesehatan lain
seperti malaria, TB paru, dan HIV/AIDS berdasarkan proyeksi penyakit secara
global. (Yusherman, 2008)

Pada tahun 2002, 90% dari kematian global karena kecelakaan lalu lintas terjadi
di negara-negara dengan penghasilan rendah sampai sedang. Cedera karena
kecelakaan lalu lintas secara tidak seimbang menimpa golongan miskin di negara-
negara tersebut, dengan sebagian besar korban ialah pemakai jalan yang rentan
seperti pejalan kaki, pengendara sepeda, anak-anak, dan penumpang (Yusherman,
2008). Masalah dan beban karena kecelakaan lalu lintas bervariasi menurut wilayah
secara geografi. Lebih dari separuh kematian karena kecelakaan lalu lintas jalan
terjadi di Asia Tenggara dan wilayah Pasifik Barat dan angka tertinggi kecelakaan
terjadi di wilayah Afrika. (Yusherman, 2008)

Di Indonesia, sebagian besar (70%) korban kecelakaan lalu lintas adalah


pengendara sepeda motor dengan golongan umur 15-55 tahun dan berpenghasilan
rendah, dan cedera kepala merupakan urutan pertama dari semua jenis cedera yang
dialami korban kecelakaan. Proporsi disabilitas (ketidakmampuan) dan angka
kematian karena kecelakaan masih cukup tinggi yaitu sebesar 25% dan upaya untuk
mengendalikannya dapat dilakukan melalui tatalaksana penanganan korban
kecelakaan di tempat kejadian kecelakaan maupun setelah sampai di sarana
pelayanan kesehatan. (Yusherman, 2008)

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan kecelakaan lalu lintas?

2. Apa saja yang menjadi faktor resiko terjadinya kecelakaan lalu lintas?

3. Bagaimana patofisiologi dari kecelakaan lalu lintas?

4. Bagaimana disgnosa pemeriksaan


5
yang tepat untuk kecelakaan lalu lintas?

1.3 Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah tentang kecelakaan lalu lintas ini adalah untuk
mengetahui apa itu kecelakaan lalu lintas serta faktor penyebabnya dan juga
bagaimana epidemiologinya.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Kecelakaan Lalu Lintas


Dalam melakukan suatu analisis terhadap kejadian kecelakaan lalu lintas
diperlukan pengetahuan mengenai definisi kecelakaan lalu lintas itu sendiri.
Kecelakaan itu sendiri merupakan suatu kejadian tak terduga dan tak diinginkan
sebagai akibat dari kelalaian manusia. Menurut Frank Bird, kecelakaan merupakan
suatu kejadian yang tidak diinginkan yang menyebabkan kerugian pada manusia,
kerusakaan pada property, dan hilang atau terganggunya proses. Sedangkan lalu lintas
merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan aktivitas transportasi
masyarakat baik di darat, laut, maupun udara. Berikut definisi kecelakaan lalu lintas
yang dikemukakan oleh para ahli dan organisasi dunia :
1. Menurut F. D. Hobbs, 1995
Kecelakaan lalu lintas merupakan kejadian yang sulit
diprediksi kapan dan dimana terjadinya. Kecelakaan tidak hanya
cedera, trauma, ataupun kecacatan tetapi juga kematian. Kasus
kecelakaan sulit
6 diminimalisasi dan cenderung meningkat seiring
pertambahan panjang jalan dan banyaknya pergerakan dari kendaraan.
2. Menurut WHO
Kecelakaan lalu lintas adalah kejadian pada lalu lintas jalan
yang sedikitnya melibatkan satu kendaraan yang menyebabkan cedera
atau kerusakan atau kerugian pada pemiliknya (korban)
3. Menurut PP No. 43 tahun 1993 tentang Kecelakaan Lalu Lintas
Kecelakaan lalu lintas diartikan sebagai suatu peristiwa di jalan raya
yang tidak disangka-sangka dan tidak disengaja, melibatkan kendaraan
dengan atau tanpa pemakai jalan lainnya, mengakibatkan korban
manusia atau kerusakan harta benda. Korban kecelakaan lalu lintas
dapat berupa korban meninggal, luka berat, luka ringan, dan dihitung
paling lama 30 hari setelah kecelakaan terjadi.
4. Menurut UU No. 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan
Kecelakaan lalu lintas adalah suatu kejadian di jalan yang tidak diduga
dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pemakai
jalan lainnya, mengakibatkan korban manusia atau kerusakan harta
benda.
2.2 Faktor Resiko Kecelakaan Lalu Lintas
Jalan raya adalah jalan yang dipenuhi dengan alat transportasi darat yang
saling berpacu untuk mencapai tempat tujuan masing-masing. Setiap kendaraan dan
pengguna jalan memiliki resiko untuk mengalami kecelakaan lalu lintas. Kasus
kecelakaan lalu lintas di Indonesia saat ini sangat banyak baik yang melibatkan
pengendara mobil, sepeda, motor, maupun pejalan kaki. Umumnya kasus kecelakaan
lalu lintas di Indonesia disebabkan oleh kelalaian manusia itu sendiri baik disengaja
maupun tidak disengaja. Menurut data dari Direktorat Jendral Perhubungan Darat
faktor penyebab kecelakaan lalu lintas di Indonesia sebesar 93% disebabkan oleh
kelalaian manusia (faktor manusia).
7
F. D. Hobbs, 1995 mengelompokkan faktor penyebab terjadinya kecelakaan lalu
lintas menjadi 3 penyebab utama, yakni :
1. Faktor Pemakai Jalan (Manusia)
Faktor pengguna jalan (manusia) menjadi faktor dominan
penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas. Sebagai salah satu faktor
dominan manusia dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal.
1) Faktor Internal
Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri
manusia. Faktor internal dikelompokkan secara umum menjadi 2
yakni :
a) Faktor Fisiologi
Faktor fisiologi manusia yang mempengaruhi kejadian
kecelakaan yakni, sistem saraf, penglihatan, pendengaran,
stabilitas perasaan, indra lain (sentuh, bau), modifikasi (lelah
obat).
b) Faktor Psikologi
Faktor Psikologi manusia yang mempengaruhi kejadian
kecelakaan meliputi, motivasi, intelegensia, pengalaman,
emosi, kedewasaan, kebiasaan, pengetahuan, dan ketrampilan.
Respon berkendara dari pengemudi merupakan kombinasi dari
faktor fisiologi dan psikologi dengan karakteristik pengemudi.
Karakteristik pengemudi meliputi :
a) Usia Pengemudi
Usia memiliki pengaruh penting dalam kejadian kecelakaan
lalu lintas. Menurut Sabey, 1993 orang dengan usia lebih
muda lebih sering terlibat kecelakaan lalu lintas baik pejalan
kaki maupun pengendara disbanding usia dewasa. Sebagian
besar kasus kecelakaan lalu lintas melibatkan anak usia 16-25
tahun. Hal ini dipengaruhi oleh faktor psikologi orang usia
muda8 yang belum stabil bila dibandingkan dengan usia
dewasa. Orang usia muda memiliki sifat yang tergesa-gesa dan
kurang berhati-hati/lengah dan ceroboh serta mengabaikan
larangan saat berkendara seperti, menghidupkan rokok,
memainkan handphone, menoleh kesamping kiri dan kanan
saat berkendara, melanggar rambu-rambu lalu lintas, tidak
menggunakan APD. Dan kelompok dengan rentang usia
demikian merupakan pengendara pemula dengan emosi yang
labil dan belum terampil dalam berkendara. Sedangkan orang
dengan usia dewasa berkisar 30 tahun keatas memiliki sikap
berhati-hati lebih tinggi dan lebih menyadari adanya bahaya.
Dan faktor fisiologi lebih banyak mempengaruhi orang usia
dewasa akibat penurunan fungsi tubuh seperti penglihatan.
b) Jenis Kelamin
Jenis kelamin laki-laki memiliki risiko lebih tinggi mengalami
kecelakaan lalu lintas dan angka kematiannya lebih tinggi
dibandingkan jenis kelamin perempuan. Berdasarkan suatu
penelitian di wilayah depok menunjukkan bahwa
perbandingan kecelakaan lalu lintas berdasarkan jenis kelamin
yaitu laki-laki lebih tinggi dengan persentase 92% dan
perempuan 8% (Kartika, 2009). Hal ini dikarenakan oleh
beberapa hal antara lain :
 Morbilitas jenis kelamin laki-laki di jalan raya lebih
tinggi dibanding perempuan
 Pekerjaan laki-laki yang lebih banyak di luar ruangan
yang berhubungan dengan lalu lintas. Pekerjaan laki-
laki yang menyita waktu lebih banyak hingga
kelelahan dan mengantuk saat berkendara
 Kebiasaan laki-laki dalam mengkonsumsi alcohol lebih
9
tinggi dibanding permpuan. Sehingga banyak kasus
kecelakaan lalu lintas akibat pengaruh alcohol yang
tinggi.
c) Perilaku
Faktor perilaku juga mempunyai peranan penting dalam
menentukan terjadinya kecelakaan lalu lintas pada pengendara
sepeda motor. Dimana para pengendara yang berperilaku
tidak baik ketika berkendara juga mempengaruhi
keselamatan pengendara tersebut, sepertti tidak memakai
APD (helm sesuai standar, melanggar rambu lalu lintas dan
tidak tertib dalam berkendara)
d) Kepemilikan SIM
SIM merupakan suatu tanda bukti bahwa pengendara sudah

layak berkendara di jalan raya, terkhususnya SIM C yang

wajib dimiliki pengendara sepeda motor. Surat izin

mengemudi ini berlaku selama lima tahun dan dapat

diperpanjang. SIM juga didapatkan dengan ujian yang

meliputi teori dan praktek keterampilan mengemudi, selain

itu juga pengemudi harus memenuhi beberapa syarat,

yakni: dapat menulis dan membaca huruf latin, memiliki

pengetahuan mengenai lalu lintas, memenuhi batas usia

minimum, dan sehat jasmani maupun rohani.

Oleh karena itu, pengemudi yang telah memiliki SIM dapat


dikatakan telah menguasai ketrampilan dalam berkendara
di jalan raya dan lebih mengetahui peraturan lalu lintas di
10
jalan raya dibanding yang tidak memiliki SIM. Pengemudi
yang memiliki SIM dapat menjadi tolak ukur dalam
berkendara, akan tetapi semua itu tidak menjamin
kemungkinan tidak terjadinya kecelakaan lalu lintas di
jalan raya.
2) Faktor Eksternal
Selain faktor internal diatas, terdapat pula faktor eksternal
sebagai faktor penentu keberhasilan adaptasi pengemudi di
jalan raya. Faktor eksternal merupakan faktor sekitar yang
mempengaruhi manusia dalam berkendara yaitu, karakteristik
kemampuan, ketrampilan, dan kebiasaan dalam mengemudi
kendaraan di jalan raya serta alat pelindung diri (APD) sebagai
komponen penentu efek yang timbul dari kecelakaan lalu
lintas.
2. Faktor kendaraan
Faktor kendaraan merupakan salah satu faktor yang menjadI
penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas dan sepeda motor menjadi
kendaraan yang paling banyak mengalami/ terlibat kasus kecelakaan lalu
lintas. Oleh karena itu, pemilihan kendaraan yang sesuai dan pengecekkan
kendaraan sebelum digunakan perlu dilakukan. Kondisi internal dari sepeda
motor itu sendiri juga merupakan hal yang wajib menjadi perhatian karena
berperan penting untuk keselamatan bagi pengendara sepeda motor
tersebut. Kondisi internal motor yang dimaksud meliputi, ban, rem, kaca
spion, lampu utama, lampu sein, dsb.
Faktor-faktor kendaraan yang beresiko menimbulkan kecelakaan lalu
lintas pada pengendara sepeda motor, adalah:
1) Rem Blong

Rem merupakan komponen penting dari sepeda motor yang


11

berfungsi untuk memperlambat laju atau memberhentikan


sepeda motor. Sepeda motor memiliki dua rem, yaitu rem

depan dan rem belakang. Rem depan lebih efektif

dibandingkan rem belakang bahkan pada jalan dengan

permukaan yang licin. Satu-satunya saat di mana rem depan

tidak boleh digunakan adalah saat jalan ditutupi oleh es.

Teknik pengereman yang baik adalah menggunakan kedua

rem untuk memberhentikan atau mengurangi kecepatan

sepeda motor, lalu menurunkan transmisi sepeda motor. Jarak

terlalu dekat juga mempengaruhi pengereman, jika

pengendara kurang memperhatikan jarak minimal dengan

kendaraan di depan dan kecepatan kendaraannya maka jarak

pandang henti akan berkurang dan dapat menimbulkan

kecelakaan lalu lintas (Dephub RI, 2008). Kecelakaan lalu

lintas yang diakibatkan oleh kerusakan rem (rem blong)

sering terjadi karena kurangnya pengawasan dan perawatan

pada rem sepeda motor.

2) Ban

Hal-hal yang harus diperhatikan pada ban yaitu tekanan

ban dan kerusakan ban. Kendala pada ban meliputi ban

kempes dan ban pecah, ban kempes adalah kondisi dimana


12

tekanan ban kurang ataupun berkurang walaupun sudah di


pompa, hal ini dapat disebabkan oleh rusaknya pentil ban

ataupun longgar. Sedangkan ban pecah adalah kerusakan

ban secara tiba-tiba yang dapat disebabkan oleh ban

yang tertusuk oleh paku, batu tajam, atau benda lainnya

yang dapat melubangi ban. Tekanan ban harus diperhatikan

karena tekanan ban yang kurang dapat menyebabkan

ketidakseimbangan ban dan menimbulkan ancaman ketika

berkendara terutama dalam kecepatan tinggi. Adapun hal-

hal lain yang harus diperhatikan dalam memilih dan

menggunakan ban adalah ukuran ban, tipe ban, dan daya

cengkeram ban pada jalan.

3) Lampu Kendaraan

Lampu kendaraan merupakan salah satu faktor yang

berpengaruh terhadap terjadinya kecelekaan lalu lintas bagi

pengendara sepeda motor terutama fungsinya pada

malam hari. Sesuai Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun

1993 pasal 41, mengungkapkan sepeda motor dengan atau

tanpa kereta samping harus dilengkapi dengan lampu-

lampu dan pemantul cahaya yang meliputi:

a) Lampu Utama
13

Lampu utama terbagi menjadi dua, yaitu lampu

utama dekat dan lampu utama jauh. Lampu utama


berfungsi sebagai penerang utama bagi pengendara

dan sebagai penanda keberadaan bagi pengendara

lain. Ketika berkendara lampu utama dekat yang lebih

sering dipergunakan, karena lampu utama jauh dapat

mengganggu penglihatan pengendara lain yang

berlawanan arah. Lampu utama jauh digunakan ketika

berada pada jalanan sepi. Lampu utama dekat dan jauh

berwarna putih atau kuning muda, lampu harus dapat

menerangi jalan sekurang-kurangnya 40 meter ke

depan sepeda motor untuk lampu utama dekat dan

sekurang-kurangnya 100 meter ke depan sepeda

motor untuk lampu utama jauh.

b) Lampu Indikator/sein

Lampu ini wajib dimiliki sepeda motor yang

letaknya sepasang di depan sepeda motor dan

sepasang lagi dibelakang sepeda motor. Fungsinya

adalah sebagai penunjuk arah untuk memberitahu

arah tujuan kita kepada pengendara dibelakang kita atau

kendaraan di depan kita, selain itu juga dapat

digunakan ketika akan berpindah jalur. Lampu ini


14

berwarna putih atau kuning tua dan berkelip-kelip,

harus dapat dilihat pada malam hari maupun siang hari.


c) Lampu Rem

Lampu rem berfungsi untuk memberitahu pengendara

lain di belakang agar mengurangi kecepatan dan

sebagai tanda bahwa kendaraan mengurangi laju

kecepatannya. Lampu ini harus berwarna merah

terang tetapi tidak menyilaukan pengendara

dibelakangnya

3. Jalan dan linkungannya.

Faktor lingkungan fisik merupakan faktor dari luar yang

berpengaruh terhadap terjadinya kecelakaan lalu lintas, lingkungan fisik

yang dimaksud terdiri dari dua unsur, yakni faktor jalan dan faktor

lingkungan. Faktor jalan meliputi kondisi jalan yang rusak, berlubang,

licin, gelap, tanpa marka/rambu, dan tikungan/tanjakan/turunan tajam,

selain itu lokasi jalan seperti di dalam kota atau di luar kota (pedesaan)

dan volume lalu lintas juga berpengaruh terhadap timbulnya kecelakaan

lalu lintas. Sedangkan faktor lingkungan berasal dari kondisi cuaca, yakni

berkabut, mendung, dan hujan. Interaksi antara faktor jalan dan faktor

lingkungan inilah yang akhirnya menciptakan faktor lingkungan fisik yang

menjadi salah satu sebab terjadinya kecelakaan lalu lintas. Faktor jalan

dan lingkungan meliputi :


15

a) Jalan Berlubang

Jalan berlubang adalah kondisi dimana permukaan jalan tidak


rata akibat adanya cekungan ke dalam yang memiliki
kedalaman dan diameter yang tidak berpola, ini disebabkan
sistem pelapisan yang kurang sempurna. Kecelakaan lalu
lintas pada sepeda motor yang disebabkan jalan berlubang
kebanyakan dikarenakan pengendara berusaha
menghindari lubang secara tiba-tiba dalam kecepatan tinggi.
Contoh lain adalah ketika roda ban sepeda motor melewati
lubang yang berdiameter dan kedalaman yang cukup besar
sehingga mengganggu pengendara menjaga keseimbangan
dan kemampuan mengontrol sepeda motornya.
b) Jalan Rusak
Jalan rusak adalah kondisi dimana permukaan jalan tidak mulus
yang disebabkan karena jalan belum diaspal, jalan yang terdapat
bebatuan, kerikil atau material lain yang berada di permukaan jalan
yang mengganggu ketika berkendara, dan jalan aspal yang
sudah mengalami kerusakan. Jalan yang rusak dapat mengurangi
kontrol dalam berkendara dan mengganggu keseimbangan
pengendara sepeda motor, untuk itu pengendara sebaiknya
mengurangi kecepatannya ketika melewati jalan dengan kondisi
rusak.
c) Jalan Licin/ Basah
Permukaan jalan yang licin dapat disebabkan oleh cuaca
(hujan/tidak) maupun material lain yang menutupi
permukaan jalan seperti tumpahan minyak, lumpur, ataupun
tanah yang basah karena tersiram air hujan. Kondisi jalan
yang seperti ini berpotensi menyebabkan kecelakaan lalu
16
lintas bagi pengendara sepeda motor. karena keseimbangan
ketika berkendara akan berkurang saat melintasi jalan yang
licin, lalu sepeda motor dapat tergelincir dan jatuh hingga
menabrak kendaraan lain di dekatnya. Kondisi ban juga
berperan penting untuk melewati permukaan jalan yang
licin/basah, dengan kondisi ban yang baik maka pengendara
lebih dapat mengontrol kendaraannya. Selain itu, melakukan
pengereman di permukaan jalan yang licin juga sebaiknya
tidak secara mendadak karena akan berefek selip pada roda
ban.

d) Jalan Tikungan Tajam


Jalan yang memiliki tikungan tajam adalah jalan yang
memiliki kemiringan sudut belokan kurang dari atau lebih
o
dari 180 . Untuk melewati kondisi jalan tersebut dibutuhkan
keterampilan dan teknis khusus dalam berkendara agar tidak
hilangnya kendali pada kendaraan yang berakibat jatuh dan
menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu lintas. Tikungan
yang tajam juga dapat menghalangi pandangan pengendara
atau menutupi rambu lalu lintas.
2.3 Patofisiologi Kecelakaan Lalu Lintas
Perjalanan penyakit pada kecelakaan lalu lintas tidak dijelaskan secara pasti.

Hal ini dikarenakan kecelakaan lalu lintas merupakan kejadian yang terjadi secara

mendadak dan tidak diduga. Secara umum patofisiologi kecelakaan lalu lintas

didasari oleh faktor resiko terjadinya kecelakaan (kelalaian pengendara). Oleh

karena itu patofisiologi kecelakaan lalu lintas diuraikan berdasarkan dampak dari

kecelakaan lalu lintas. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 1993


17
tentang Prasarana Jalan Raya dan Lalu Lintas, dampak kecelakaan lalu lintas

dapat diklasifikasi berdasarkan kondisi korban menjadi tiga, yaitu:


1) Meninggal Dunia adalah korban kecelakaan yang dipastikan
meninggal dunia sebagai akibat kecelakaan lalu lintas dalam jangka
waktu paling lama 30 hari setelah kecelakaan tersebut.
2) Luka Ringan adalah korban kecelakaan yang mengalami luka-luka
yang tidak memerlukan rawat inap atau harus dirawat inap di rumah
sakit dari 30 hari.
3) Luka Berat adalah korban kecelakaan yang karena luka-lukanya
menderita cacat tetap atau harus dirawat inap di rumah sakit dalam
jangka waktu lebih dari 30 hari sejak terjadi kecelakaan. Suatu
kejadian digolongkan sebagai cacat tetap jika sesuatu anggota badan
hilang atau tidak dapat digunakan sama sekali dan tidak dapat sembuh
atau pulih untuk selama-lamanya.

2.4 Diagnosa Pemeriksaan Kecelakaan Lalu Lintas (Standar Diagnosis)


Tindakan diagnosa pada kejadian kecelakaan lalu lintas lebih diutamakan pada
pertolongan pertama bukan diagnosa penyakit. Hal ini untuk meminimalisir dampak
atau komplikasi akibat kecelakaan yang akan terjadi. Tindakan utama yang perlu
dilakukan ketika terjadi kecelakaan lalu lintas yakni :
1) Bantuan Hidup Dasar (BHD)
Bantuan Hidup Dasar (BHD) adalah serangkaian awal untuk
mengembalikan fungsi pernapasan dan atau sirulasi pada seseorang
yang mengalami henti nafas dan atau henti jantung. BHD ini dilakukan
bertujuan untuk mencegah berhentinya pernafasan, sirkulasi dan
memberikan bantuan external pada sirkulasi korban. Tindakan ini
lebih dikenal dengan tindakan RJP (resusitasi jantung paru). Tindakan
ini biasanya dilakukan bagi korban kecelakaan yang mengalami
18
kesusahan bernapas.
2) Balut dan Bidai
Balut dan bidai merupakan pertolongan pertama bagi korban yang
mengalami luka berat. Bidai sendiri adalah alat yang dipakai untuk
mempertahankan kedudukan atau letak tulang yang patah. Tindakan
ini bertujuan untuk mencegah terjadinya kekurangan darah akibat luka
di tubuh korban serta mencegah terjadi perdarahan yang banyak
sehingga korban tidak mengalami kekurangan darah dan mencegah
komplikasi akibat patah tulang.
3) Mengangkat dan Mengangkut Penderita
Tindakan diatas merupakan suatu proses atau usaha memindahkan dari
satu tempat ke tempat lain tanpa ataupun menggunakan bantuan alat.
Tujuan dari itndakan ini untuk memberi kenyamanan posisi korban
untuk melakukan pertolongan pertama lainnya. Hal-hal yang perlu
diperatikan dalam melakukan pemindahan korban :
 Pemindahan korban dilakukan apabila diperlukan betul dan
tidak membahayakan penolong
 Terangkan kepada korban apa yang akan dilakukan agar
korban dapat kooperatif (sesuai dengan kondisi)
 Libatkan penolong lain.
 Pemidahan korban dilakukan dibawah 1 komando agar dapat
dikerjakan bersamaan.
 Pakailah teknik pengangkatan korban dengan teknik yang
benar agar tidak menimbulkan cedera bagi penolong maupun
korban. Contohnya, teknik melepaskan helm dari korban yang
diduga patah tulang.
Diagnosa lanjutan yang dapat dilakukan oleh korban setelah kecelakaan lalu
lintas yakni melakukan pemeriksaan menyeluruh, CT Scan, rontgen, dll untuk
pada fasilitas kesehatan untuk mendetiksi dini dampak dari kecelakaan lalu
19
lintas.
BAB III
EPIDEMIOLOGI KECELAKAAN LALU LINTAS

Dalam penelitian epidemiologi terdapat tiga gejala fenomena yang


ditangkap yaitu dilihat dari frekuensi kejadian kecelakaan lalu lintas yaitu
digunakan untuk mengidentifikasi berdasarkan banyaknya kecelakaan atau
untuk menentukan masalah dan memproritaskan masalah.
Distribusi yaitu penyebaran kejadian kecelakaan lalu lintas menurut suatu
keadaan tertentu yang dibedakan atas tiga macam (variabel epidemiologi)
yaitu menurut ciri-ciri manusia (person), menurut tempat (place) dan menurut
waktu (time). Determina menggambarkan faktor penyebab suatu masalah
kesehatan. Frekuensi menggambarkan besarnya masala kesehatan yang
terdapat pada sekelompok manusia/masyarakat. Artinya, bila dikaitkan
dengan masalah penyakit menunjukkan banyaknya kelompok masyarakat
yang terserang penyakit.
Kecelakaan lalu lintas dijalan raya merupakan penyumbang angka
kematian terbesar di dunia, hampir 3.400 orang meninggal di jalan dunia setiap
hari. Puluhan juta orang terluka setiap tahun. Anak, pejalan kaki, pengendara
sepeda dan orang tua paling rentan dari pengguna jalan.
20
3.1 Nilai Besaran Kecelakaan tiap tahun selama 10 tahun

Grafik Pelaksanaan Investigasi dan Jumlah Korban yang dapat Diidentifikasi


tahun 2007 -2016

250
228

200

164

150 137 141

112 109
105
104
94 98
100 85 86
84
69
56 56
45 49
50
28
19
8 6 9 7 8 8 5 5 5
3
0
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

jlh kecelakaan meninggal luka-luka

Pada grafik diatas menunjukkan


21 nilai besaran kecelakaan tiap tahun yang
diinvestigasi dan diteliti KNKT serta korban yang ditimbulkannya baik yang
meninggal maupun yang luka-luka. Bila angka-angka tersebut diambil nilai rata-
ratanya didapatkan sebesar ± 6 kali kecelakaan lalu lintas jalan terjadi tiap tahun.
Sedangkan rata-rata korban kecelakaan yang meninggal dunia tiap tahun adalah 70
orang dan rata-rata korban kecelakaan yang luka-luka tiap tahun adalah 117 orang.

3.2 Jumlah Kecelakaan Lalu Lintas berdasarkan Waktu Terjadinya

waktu terjadinya kecelakaan lalu lintas jalan

18.00-00.00;
00.00-06.00;
17%; 17%
17%; 17%

06.00-12.00; 22%; 22%

12.00-18.00; 44%; 44%

00.00-06.00 06.00-12.00 12.00-18.00 18.00-00.00

Dari hasil analisis data


22 terhadap kecelakaan di Jalan raya tecatat bahwa

kecelakaan banyak terjadi pada rentang waktu pukul 00.00–06.00 (dini hari) yaitu
sebesar 17%, sedang 22% lainnya kecelakaan terjadi pada pukul 06.00-12.00 (pagi
hari), dan periode waktu siang hari yaitu pada pukul 12.00-18.00 sebesar 44%, serta
pada pukul 18.00-24.00 (malam hari) yaitu sebesar 17%. Apabila dicermati,
kecelakaan lalu lintas jalan paling banyak terjadi pada pukul 12.00-18.00 sebanyak
44% kasus, hal ini dikarenakan pada waktu tersebut merupakan waktu
sibuk/produktif lalu lintas jalan yang di Indonesia.

3.3 Jumlah kecelakaan lalu lintas berdasarkan usia

jumlah kecelakaan berdasarkan usia


500

450
437
400

350

300

250 275

200

150

100
106
50
48
0
dewasa usia lanjut muda remaja

rentang usia

Gambar diatas merupakan jumlah kecelakaan berdasarkan usia. Jumlah


kecelakaan paling tinggi adalah
23 usia dengan kategori muda sebesar 437, posisi kedua

adalah usia dengan kategori dewasa sebesar 275, kemudian pada posisi ketiga adalah
usia dengan kategori usia lanjut sebesar 106, untuk posisi keempat adalah usia
dengan kategori remaja sebesar 48

3.4 Jumlah Kecelakaan berdasarkan Waktu

jum lah k ecelak aan ber das ar k an waktu


600
533
500

400
333
300

200

100

0
sepi padat

gambar di atas merupakan jumlah kecelakaan berdasarkan waktu, dari output


diagram tersebut dapat diketahui bahwa jumlah kecelakaan lalu lintas berdasarkan
waktu kejadian yang paling tinggi adalah pada waktu sepi kendaraan sebesar 533.
Sedangkan paling rendah pada
24 waktu padat kendaraan yaitu 333.
3.5 Jumlah Kecelakaan berdasarkan jenis kendaraan

jumlah kecelakaan berdasarkan jenis kecelakaan

tabrak manusia 12

tabrak lari 52

samping-samping 20

luka tunggal 15

depan-depan 148

depan-samping 307

depan-belakang 310

0 50 100 150 200 250 300 350

jumlah

Berdasarkan diagram pada gambar diatas jumlah kecelakaan berdasarkan jenis


kecelakaan paling tinggi adalah jenis kecelakaan depan belakang sebesar 310,
sedangkan pada posisi paling
25 rendah adalah jenis kecelakaan tabrak manusia sebesar

12.
3.6 Jumlah kecelakaan berdasarkan jenis kelamin

jumlah kecelakaan berdasarkan jenis kelamin

218; 25%
laki-laki
perempuan

655; 75%

jumlah kecelakaan berdasarkan jenis kelamin, dari output diagram tersebut


dapat diketahui bahwa jumlah kecelakaan paling tinggi adalah jenis kelamin
laki-laki sebesar 655,26sedangkan jumlah kecelakaan paling rendah adalah jenis
kelamin perempuan yaitu sebesar 218.
655
BAB IV

PEMBAHASAN

Dari beberapa penelitian dalam beberapa jurnal ditemukan hal-hal yang menjadi
faktor atau penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas serta hubungan-hubungan
faktor resiko tersebut dengan kejadian kecelakaan lalu lintas yang terjadi. Selain itu
ada juga penelitian yang menunjukkan karakteristik kecelakaan lalu lintas
berdasarkan penggolongannya dan juga pendidikan keselamatan berlalu lintas sejak
dini.

4.1 faktor penyebab kecelakaan lalu lintas

Suatu penelitian menunjukkan bahwa faktor pengemudi dapat memicu terjadinya


kecelakaan pada pengendara terutama pengendara yang menggunakan kendaraan
dengan kecepatan tinggi (67,0%), kelelahan (48.9%), mengantuk (26.6%) lengah
(25.5%), serta disusul keadaan lainnya seperti tidak tertib (11.7%), keadaan sakit
(9.6%), serta pengaruh obat sebesar (4.3%).

faktor kendaraan juga memiliki peranan penting terhadap terjadinya kecelakaan


khususnya disebabkan oleh kondisi kendaraan yang tidak baik atau tidak berfungsi
seperti tidak rutin merawat kendaraan (55.3%), ban dalam kondisi buruk (30.9%),
tidak memiliki kaca sepion27(27.7%), alat rem tidak bekerja dengan baik (20.2%),
lampu tanda rem tidak bekerja (13.8%), menggunakan lampu yang menyilaukan
(13.8%), alat-alat kemudi tidak bekerja dengan baik (2.1%), serta syarat lampu
penerangan tidak terpenuhi (11.0%). selain itu faktor lingkungan juga memiliki
peranan dalam penyebab kecelakaan khususnya jalan gelap (17,0%), asap/kabut,
hujan (13,8%), jalan menikung (12,8%), jalan basah atau licin (11,7%), jalan rusak
(9,6%) dan jalan berlubang (8,5%).

Berdasarkan beberapa uraian diatas bahwa faktor pengemudi, kendaraan, dan


lingkungan memiliki peranan dalam terjadinya kecelakaan lalu lintas. Penelitian ini
sejalan dengan penelitian ali dkk (2016) yang melakukan penelitian deskriptif
crossectional pada 583 pasien di rumah sakit DHQ faisalabad yang berumur 15-29
tahun dimana faktor manusia/pengemudi dan lingkungan memberikan kontribusi
penyebab terjadinya kecelakaan khususnya pengendara lalai, tidak menaati peraturan
lalu lintas, menggunakan handphone di jalan, faktor cuaca, kondisi jalan yang tidak
baik serta tidak adanya rambu-rambu lalu lintas. Untuk itu perlu upaya-upaya untuk
meminimalisir terjadinya kecelakaan lalu lintas khususnya pengontrolan pada faktor
pengemudi, faktor kendaraan dan faktor lingkungan.

Sebaiknya pengendara sadar dan patuh dalam berlalu lintas di jalan raya serta
menggunakan kendaraan yang layak/prima ketika di jalan, jalan-jalan rusak dan
berlubang di perbaiki oleh dinas terkait serta penyuluhan rutin pada sekolah-sekolah
oleh polantas serta kemudahan akses dalam pembuatan surat ijin mengemudi.

4.2 Hubungan faktor resiko dengan kecelakaan lalu lintas

Penelitian lainnya menunjukkan hubungan antara faktor resiko dengan kejadian


kecelakaan lalu lintas yang terjadi, yaitu :

 Hubungan Penggunaan HP dengan Menelepon, SMS dan Mendengarkan


Musik dengan Kecelakaan Lalu Lintas

Bahaya penggunaan ponsel saat berkendara bukan pada cara kita menggunakannya
(termasuk memakai hands free), melainkan lebih pada topik pembicaraan atau apa
yang sedang kita bicarakan saat itu. Jadi bahayanya adalah karena otak pengemudi
dipaksa berpikir hal penting lainnya saat mengemudi, sehingga konsentrasi menjadi
terpecah (Polda Jatim, 2018).

 Hubungan Merokok Saat Berkendara dengan Kecelakaan Lalu Lintas


28
Persentase kejadian kecelakaan terdapat pada responden dengan perilaku selalu atau
sering merokok saat berkendara sebesar 33,0%. Hal ini menunjukkan bahwa
pengaruh rokok sebagai zat adiktif dalam berkendara seperti penurunan konsentrasi.
 Hubungan Berkendara Lebih dari 2 Penumpang dengan Kecelakaan Lalu
Lintas

Penelitian Soehodho menyebutkan bahwa kecelakaan lalu lintas juga disebabkan


karena penumpang lebih dari kapasitas dari dua orang yang mengendarai sepeda
bukanlah hal yang tidak biasa (Soehodho, 2009).

 Hubungan Kepatuhan Terhadap Rambu-Rambu Lalu Lintas dengan


Kecelakaan Lalu Lintas

Pada penelitian ini, secara statistik menunjukkan hubungan dengan p=0,015 antara
pelanggaran terhadap lampu lalu lintas seperti melajukan kendaraan di saat lampu
lalu lintas dengan angka kecelakaan pada responden. Penelitian Handayani (2017)
menunjukkan bahwa pelanggaran rambu dan lampu Lalu Lintas merupakan faktor
yang paling berpengaruh terhadap potensi terjadinya kecelakaan Lalu Lintas yaitu
sebesar 39,5%. Penelitian Marsaid menunjukkan bahwa pengendara tidak tertib
berisiko 0,227 kali menyebabkan kejadian meninggal pada kecelakaan lalu lintas.
Data ini mencerminkan pengendara yang tidak tertib berisiko menyebabkan
kecelakaan dengan korban meninggal dunia (Marsaid, 2013).

4.3 Upaya Penanggulangan dan Pencegahan Kecelakaan Lalu Lintas


Kecelakaan merupakan ssebuah peristiwa tak terduga yang tidak diinginkan
kejadiannya dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari konsep keselamatan
transportasi berkelanjutan yang menekankan pada prinsip transportasi yang
aman, nyaman, bersih, dan cepat. Oleh karena itu untuk meningkatkan
keselamatan dibutuhkan penanggulangan yang mencakup beberapa segi yakni :
1) Engineering (rekayasa), yaitu dengan merubah lingkungan sehingga
pemakai jalan secara fisik dituntun untuk bertindak secara tepat dan
benar dalam berlalu lintas. Contohnya, menempatkan rambu-rambu
lalu lintas di titik-titik
29 jalan yang sesuai, memperbaiki kerusakan jalan,
dll. Peningkatan keselamatan berlalu lintas bergantung pada fasilitas
jalan. Jalan raya yang terencana dengan baik dapat memberikan
tingkat keselamatan yang terbaik. Sehingga kesalahan penilaian dan
presepsi jalan dapat teratasi. Dengan demikian kejadian kecelakaan
lalu lintas dapat dihindari dan diminimalisir.
2) Education (pendidikan), yaitu dengan memberikan informasi dan
pelatihan gratis bagi para pengguna jalan untuk mengatasi kecelakaan
lalu lintas. Contohnya, dengan memberikan penjelasan atau
pemahaman mengenai tata tertib berlalu lintas, mengadakan kampanye
tertib lalu lintas serta mengawasi dan membina sekolah
MENGEMUDI yang didirikan oleh pihak-pihak swasta.
3) Enforcement (penegakan hukum), Merupakan segala bentuk kegiatan
dan tindakan dari polri dibidang lalu lintas agar undang-undang atau
ketentuan perundang-undangan lalu lintas lainnya ditaati oleh semua
para pemakai jalan dalam usaha menciptakan kenyaman dan
keselamatan berlalu lintas. Dalam upaya ini penegakan hokum
dilakukan dari 2 sisi yakni :
a. Preventif, Segala usaha dan kegiatan untuk memelihara
keamanan dan ketertiban masyarakat, memelihara keselamatan
orang, benda, masyarakat termasuk memberikan perlindungan
dan pertolongan khususnya mencegah terjadinya pelanggaran
yang meliputi pengaturan lalu lintas, penjagaan lalu lintas,
pengawalan lalu lintas dan patroli lalu lintas.
b. Represif , Merupakan serangkaian tindakan penyidik untuk
mencari dan menemukan sesuatu peristiwa yang diduga
sebagai tindak pidana yang meliputi penindakan
pelanggaran lalu lintas dan penyidikan kecelakaan lalu
lintas.
30
4) Encouragement, yaitu dengan meenggalakan program-program
keselamatan lalu lintas.misalnya dengan menggalakan pemakaian
helm untuk para pengendara dan penumpangnya.
5) Emergency preparedness merupakan upaya medis yang dilakukan oleh
tenaga kesehatan pada korban kecelakaan lalu lintas untuk mencegah
cidera pada korban menjadi lebih parah dan menghindari kematian
pada korban.

BAB V

PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Kecelakaan lalu lintas merupakan keladian dijalan raya yang tidak disangka-
sangka dan tidak disengaja, melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pemakai jalan
lainnya mengakibatkan korban manusia ataupun kerusakan harta benda.

Beberapa faktor sangat berpengaruh terhadap terjadinya kecelakaan seperti : manusia,


kendaraan, dan lingkungan.

Perjalanan penyakit pada kecelakaan lalu lintas tidak dijelaskan secara pasti. Hal
ini dikarenakan kecelakaan lalu lintas merupakan kejadian yang terjadi secara
mendadak dan tidak diduga. Secara umum patofisiologi kecelakaan lalu lintas
didasari oleh faktor resiko terjadinya kecelakaan (kelalaian pengendara). Oleh karena
itu patofisiologi kecelakaan lalu lintas diuraikan berdasarkan dampak dari kecelakaan
lalu lintas.

untuk meningkatkan keselamatan dibutuhkan penanggulangan yang mencakup


beberapa segi yakni engineering, education, enforcement, encouragement, dan
emergency preparedness.

5.2 Saran

Sebaiknya pengendara sadar dan patuh dalam berlalu lintas di jalan raya serta
menggunakan kendaraan yang layak/prima ketika di jalan. jalan-jalan rusak dan
berlubang di perbaiki oleh dinas terkait serta penyuluhan rutin pada sekolah-sekolah
31
oleh Polantas serta kemudahan akses dalam pembuatan surat ijin mengemudi.
DAFTAR PUSTAKA

Marsaid, Hidayat.m., Ahsan.(20130). faktor yang berhubungan dengan kejadian


kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor di wilayah polres kabupaten
Malang. Jurnal ilmu keperawatan, vol 1

Saputra abadi dwi, (2017). Study of Traffic Accident Rate in Indonesia Base on
KNKT (Komite Nasional Keselamatan Transportasi) Database from 2007-2016.
warta penelitian perhubungan, vol 29

32

Anda mungkin juga menyukai