Anda di halaman 1dari 7

BAB IV

SEJARAH GEOLOGI

Sejarah Geologi daerah penelitian dimulai pada Kapur Akhir, pada periode ini
terjadi konvergensi lempeng akibat pergerakan Lempeng Hindia-Australia yang menunjam
ke bawah Daratan Sunda. Peristiwa ini mengakibatkan terbentuknya zona subduksi pada
batas konvergensi lempeng yang menerus sepanjang Jawa hingga ke arah Pegunungan
Meratus di Kalimantan. Pada sepanjang zona subduksi ini ditandai dengan adanya
penekukan dan penyesaran ke bagian bawah lempeng benua, sehingga membentuk suatu
dalaman yang disebut dengan palung. Batuan kerak samudera yang terdiri dari kelompok
batuan ofiolit dan sedimen laut dalam terseret ke dalam palung bersama-sama dengan
potongan kerak kontinen, tercampur secara tektonik.

Pada peristiwa inilah terbentuk batuan-batuan metamorf sebagai akibat deformasi


yang melibatkan perubahan tekanan dan temperatur sepanjang zona subduksi. Zona
subduksi ini diinterpretasikan sebagai suatu zona gerusan (subduction channel shear zone)
yang sangat besar, mengakibatkan batuan mengalami deformasi bertipe ductile, kemudian
dengan penyesaran naik dan mekanisme fluida tertentu (channel flow), seluruh campuran
batuan yang terseret ke dalam zona subduksi mengalami pengangkatan ke arah permukaan
dan tercampur bersama pada suatu zona yang disebut prisma akresi. Proses penyesaran
yang terjadi pada sepanjang zona subduksi juga mengakibatkan proses serpentinisasi pada
kelompok batuan ultrabasa. Keseluruhan proses inilah yang membentuk Kompleks
Melange pada daerah penelitian, dan umur Paleosen sebagai umur termuda pada Kompleks
Melange diinterpretasikan sebagai batas berakhirnya zona subduksi Jawa-Meratus

43
(Gambar 4.1. : Subduksi antara Lempeng IndoAustralia menunjam ke Lempeng Eurasia
pada Kapur akhir-Paleosen, modifikasi Penulis)

Pada Paleosen hingga Eosen Akhir, sebuah fragmen kontinen (mikro-kontinen)


yang berasal dari Super-Kontinen Gondawana di bagian selatan, bergerak ke arah timur

44
laut mendekati zona subduksi. Proses docking pada Eosen Akhir dari mikro-kontinen ini
menyebabkan aktivitas magmatik Eosen berhenti dan menghasilkan pengangkatan (uplift)
Kompleks Melange. Proses ini juga mengakibatkan berhentinya zona subduksi
88 Kapur dan mengalami rotasi ke arah selatan P. Jawa. Kecepatan pergerakan lempeng
yang berkurang secara cepat pada Oligosen Awal mengakibatkan pergeseran dari busur
magmatik ke arah selatan dan meningkatnya sudut penunjaman sehingga proses
pengangkatan bagian tenggara Daratan Sunda semakin intensif. Mengimbangi proses ini,
erosi dan longsoran akibat gravitasi mengakibatkan terjadinya pengendapan pada
cekungan-cekungan yang telah ada sejak Paleosen yang berupa dalaman dekat zona
penunjaman (trench zone). Akumulasi sedimen ini menyebabkan Satuan Batulempung
hitam terbentuk, dimana terjadi pelengseran akibat gaya berat pada lereng yang tidak stabil
pada lingkungan bawah laut dan terendapkan secara tidak selaras di atas Kompleks
Melange.

45
(Gambar 4.2 : Satuan Batulempung hitam terendapkan pada kala eosen tengah-
oligosen awal, modifikasi Penulis)

Masih dalam kala waktu yang relative bersamaan dengan aktifitas volkanisme
Proses akibat dari lempeng samudera indo-australia yang terus menunjam maka
terbentukalah zona penunjaman baru dan cekungan karangsambung dan terjadi proses
sedimentasi itu lalu terendapkan juga satuan Batulempung bersisik pada lingkungan laut
dalam namun sedikit lebih dangkal sehingga sudah memasuki zona CCD sehingga sifat
karbonatan dapat terlihat pada satuan ini. Satuan ini merupakan endapan olistostrom
dengan pemilahan yang sangat buruk dengan fragmen yang berukuran kerikil sampai
bongkah. pada Satuan Batulempung hitam dan satuan Batulempung berfragmen
menandakan bahwa selama proses pengendapan aktifitas deformasi akibat pengaruh kuat
dari penunjaman yang terus terjadi selama pengendapan satuan-satuan tersebut.

46
Gambar 4.3 : (Pada Kala Oligosen akhir-Miosen awal diendapkanlah Satuan Batulempung bersisik)

47
Pada Miosen tengah Satuan Intrusi Diabas menerobos Formasi Karangsambung
sehingga membuat kontak antara Satuan Batulempung bersisik dengan Satuan Batuan
Diabas tak selaras

Proses yang terjadi kemudian adalah pengangkatan satuan batuan ke permukaan


oleh aktifitas tektonik dan tersingkap sebagian akibat erosi yang terjadi di daerah
karangsambung. Terjadi deformasi dengan tegasan utama Utara-Selatan yang
menghasilkan lipatan dengan sumbu relatif berarah Barat-Timur. Kemuadian terjadi proses
erosi sehingga terbentuk morfologi yang mungkin hampir atau menyerupai morfologi
sekarang. Aktifitas tektonik di daerah ini masih berlanjut dan menghasilkan fase tektonik
selanjutnya dengan tegasan utama Utara-Selatan. Proses erosi terus terjadi hingga sekarang
hingga membentuk morfologi yang sekarang terlihat. Material hasil erosi ditransport oleh
sungai-sungai yang kemudian bermuara di K. Luk Ulo. Material-material ini di endapkan
di sekitar kali yang kemudian menjadi endapan aluvial. Oleh karena itu, satuan aluvial
dengan satuan yang lebih tua memiliki hubungan yang tidak selaras dan memiliki kontak
erosional.

48
Ringkasan daerah penelitian

Daerah peneliian merupakan bagian dari Olistostrome (mélange sedimenter). Yaitu


merupakan zona pangendapan sedimen laut dalam yang terjadi di zona palung subduksi
yang disebabkan oleh tektonik yang dominan matriks daripada fragmen. Terlihat dari
fragmen yang berukuran krikil sampai bongkah yang berukuran bukit terlihat dibeberapa
lokasi terdapat fragmen yang yang berukuran sebesar bukit,

Urutan lapisan stratigrafi daerah penelitian adalah dari tua ke muda

Aluvial

Intrusi

Breksi

Lempung A

Lempung B

Pertama terjadi subduksi di palung yang akibat tumbukan lempeng Australia dan Eurasia
kemudian terjadi pengendapan mélange kemudian olistoostrome bt lmpungB kemudian bt
lempungA Kemudian breksi, setelah itu terjadi perlipatan yang di cirikan terdapat antiklin
dan sinklin antiklin terlihat dari lembah amphitheater karang sambung dan sinkli nya
terlihat pada puncak gunung Paras, kemudian terjadi struktur berupa lapisan tersubut
tersesarkan dilihat dari struktur geologi yang di dapat di kali mandala dan di sungai Lok
Ulo, setelah itu terjadi intrusi Batuan diabas pada G. Parangan terdapat bukti berupa
honfels di kali jebug dan terlihat struktur kekear kolom yang masih bagus, setelah itu
terjadi erosi yang sangat besar besaran yang menyebabkan daerah penelitian sesuai dengan
yang terlihat sekarang ini, sampai endapan alluvial sekarang ini.

49

Anda mungkin juga menyukai