Anda di halaman 1dari 17

PRE PLANNING

PENDIDIKAN KESEHATAN RANGE OF


MOTION
DI RUANG CEMPAKA RUMAH
PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA PUCANG
GADING SEMARANG
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah manajemen asuhan keperawatan gerontik
Pembimbing Lapangan : Carik Eko Andasari, SKM
Pembimbing Akademik: Elis Hartati, M.Kep

Disusun Oleh:

Kelompok II
Salsabila Izzaturrohmah (22020116120014)
Verren Ilma Khairunnisa (22020116120019)
Nisa Dieni Utami (22020116140101)
Khosidah (22020116120024)
Fidya Monica (22020116130107)
Fakhrian Rafi Pramana (22020116130074)
Anis Dwi Prasetyani P (22020116130087)
Musdalifah Choirumdani (22020116130100)
Anita Kusumawardani (22020116140095)
A 16 1

DEPARTEMEN ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2019
PRE PLANNING
PENDIDIKAN KESEHATAN RANGE OF MOTION

I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Undang- undang RI No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut
usia BAB 1 Pasal 1 menjelaskan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang
telah mencapai usia 60 tahun keatas. Badan kesehatan dunia WHO
menyatakan bahwa penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2020
mendatang sudah mencapai angka 11,34% atau tercatat 28.8 juta orang,
balitanya tinggal 6,9% yang menyebabkan jumlah penduduk lansia
terbesar di dunia (Ananda, 2017).
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara di ruang Cempaka,
rumah pelayanan sosial lanjut usia Pucang Gading Semarang, didapatkan
sejumlah lansia dengan total 24 lansia. Dari 24 lansia tersebut, hanya 6
lansia yang kondisinya bisa jalan, selebihnya lansia mengalami bedrest.
Kebanyakan lansia di ruang Cempaka mengalami ketergantungan penuh
dan ketergantungan sebagian.
Semakin bertambahnya usia, maka semakin menurun pula fungsi
dan kemampuan tubuh pada lansia, begitu pula dengan kekuatan otot. Pada
lansia, sistem muskuloskeletal termasuk didalamnya adalah tulang,
persendian dan otot-otot akan mengalami perubahan. Kolagen sendi dan
jaringan lunak sekitar akan mengerut. Kontraktur akan menghalangi
pergerakan sendi dan mobilisasi pasif yang memperburuk kondisi
kontraktur. Cairan sinovial mengental dan terjadi kalsifikasi kartilago.
Semua perubahan ini sangat mempengaruhi rentang gerak, gerak secara
keseluruhan, dan cara berjalan. Seiring penuaan, serat otot akan mengecil,
dan massa otot berkurang. Seiring berkurangnya massa otot, kekuatan otot
juga berkurang (National Osteoporosis Foundation).
Pada sendi lansia terjadi perubahan pada jaringan ikat sekitar sendi
seperti tendon, ligamen, dan fasia yang mengalami penurunan elastisitas.
Kartilago dan jaringan periartikular juga mengalami penurunan daya lentur
dan elastisitas. Terjadi degenerasi, erosi dan kalsifikasi pada kartilago dan
kapsul sendi. Sendi kehilangan fleksibilitasnya sehingga terjadi penurunan
luas gerak sendi (Pudjiastuti dan Utomo, 2003 dalam Mudrikah, 2019).
Perubahan yang terjadi pada lansia salah satunya adalah perubahan
penurunan kekuatan otot, dampak dari penurunan kekuatan adalah
meningkatkan resiko jatuh karena gangguan muskuloskeletal misalnya
menyebabkan gangguan gaya berjalan, kelemahan ekstremitas bawah, dan
kekakuan sendi dapat menyebabkan terjadi resiko jatuh pada lansia
(Lumbantobing, 2018).

Bed-rest adalah tindakan medis yang menetap di tempat tidur


sebagai usaha untuk mengembalikan pasien pada keadaan semula.
Menurut Kozier, Bed-rest adalah istirahat di tempat tidur yang ditandai
dengan berkurangnya pergerakan tubuh, pembatasan gerak fisik dan
pergerakan yang terbatas. Perubahan posisi tubuh yang terbatas ini
ditandai dengan hilangnya kemampuan untuk beradaptasi terhadap
perubahan yang ada, salah satu perubahan yang terjadi yaitu pada otot.
Bila otot tidak digunakan atau hanya melakukan aktivitas ringan seperti
tidur dan duduk maka terjadi penurunan kekuatan otot sekitar 5% dalam
tiap harinya, atau setelah 2 minggu dapat menurun sekitar 50%. Maka
diperlukan program latihan khusus yang berfungsi untuk mempertahankan
kekuatan atau memperkuat bagian otot yang sehat tersebut (Yudik
Prasetyo).
Salah satu cara yang bisa digunakan untuk mengatasi masalah pada
lansia tersebut adalah dengan latihan ROM. Latihan ROM dapat
membantu mempertahankan leksibilitas sendi dan kekuatan otot (Stanley
dan Beare, 2006). Menurut Kozier dkk (2010) Latihan ROM merupakan
latihan isotonik yang mampu mempertahankan atau meningkatkan
kekuatan dan daya tahan otot serta dapat mencegah perburukan kapsul
sendi, ankilosis, dan kontraktur. Latihan ROM dapat dilakukan dengan
posisi duduk dan berdiri serta pada posisi terlentang ditempat tidur (Wold,
1999).

Oleh karena itu penulis bermaksud ingin melakukan terapi aktivitas


berupa latihan ROM pada lansia di bangsal Cempaka yang merupakan
penerima manfaat yang ketergantungan dengan tujuan untuk
meningkatkan kekuatan otot dan fleksibilitas lansia.

B. Data yang Perlu Dikaji Lebih Lanjut


 Pengkajian status mobilisasi dan resiko jatuh pada lansia.
 Pemeriksaan fisik pada ekstremitas lansia (kekuatan otot dan
fleksibilitas sendi).
 Pengkajian status fungsional pada lansia.

C. Masalah Keperawatan
 Hambatan mobilitas fisik
 Risiko jatuh
 Intoleransi aktivitas
 Nyeri akut
 Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan perifer

II. Rencana Keperawatan


 Diagnosa Keperawatan
Hambatan Mobilitas Fisik berhubungan dengan penurunan
kekuatan otot.

 Tujuan Umum
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan mengenai latihan Range of
Motion (ROM) selama 60 menit, diharapkan lansia dapat
memahami mengenai latihan untuk meningkatkan kekuatan otot
dan rentan gerak.

 Tujuan Khusus
Setelah dilakukan tindakan Range of Motion (ROM) selama 60
menit, diharapkan lansia mampu bergerak ditempat dengan atau
tanpa alat bantu, krteria hasil:
a. Keseimbangan lansia meningkat, dari skala sangat
terganggu menjadi skala sedikit terganggu.
b. Gerakan otot pada lansia meningkat dari skala banyak
terganggu menjadi skala sedikit terganggu.
c. Gerakan sendi pada lansia meningkat dari skala banyak
terganggu menjadi skala sedikit terganggu

III. Rencana Kegiatan


 Topik
Topik yang disampaikan oleh kelompok adalah Range of Motion
(ROM).
 Metode Pelaksanaan
Metode yang digunakan adalah pendidikan kesehatan
dengan demonstrasi. Perwakilan kelompok akan memberikan
pendidikan kesehatan mengenai tujuan dan cara melakukan Range
of Motion (ROM), sedangkan mahasiswa lainnya sebagai
fasilitator. Setelah mahasiswa menunjukkan gerakan ROM
fasilitator bersama dengan Penerima Manfaat mencoba
mempraktikkan gerakan ROM. Kemudian, mahasiswa juga
memberikan poster yang berisi langkah-langkah gerakan ROM
sehingga Penerima Manfaat dapat mempraktikkannya secara
mandiri.
 Sasaran dan Target
Sasaran : Penerima manfaat di ruang Cempaka Rumah Pelayanan
Sosial Lanjut Usia Pucang Gading Semarang.
Target : 100% penerima manfaat di ruang Cempaka mengikuti
kegiatan pendidikan kesehatan.

 Strategi pelaksanaan
1. Fase Persiapan
a) Mempersiapkan alat dan bahan.
b) Mempersiapkan penerima manfaat untuk latihan ROM.
2. Fase Orientasi
a) Salam terapeutik
b) Validasi
c) Kontrak waktu
3. Fase Kerja
a) Penyampaian materi ROM.
b) Mendemostrasikan ROM.
c) Penerima Manfaat mempraktikkan ROM didampingi oleh
mahasiswa.
4. Fase Terminasi
a) Evaluasi respon klien terhadap tindakan latihan ROM
1) Evaluasi subyektif
2) Evaluasi objektif
b) Rencana tindak lanjut

 Media dan Alat Bantu


 Media
Menggunakan poster dan peragaan langsung dari mahasiswa
saat ROM.
 Alat bantu
Saat pemberian pendidikan kesehatan menggunakan speaker
wireless untuk musik iringan.
 Setting Tempat

Tempat
Tidur
Tempat Lansia
Tidur
Lansia

Keterangan :
= Penyuluh

= Moderator

= Fasilitator
 Susunan Acara

No Hari/Tgl Tahap Kegiatan Media Waktu PJ


1. Pembukaan a. Pembukaan - 09.00- Musda
b. Penjelasan singkat
09.10
maksud dan tujuan
kegiatan ROM kepada
Fasilitator:
PM
1.Nisa
c. Fasilitator menempati
2. Bila
tempat masing-masing
3.Fidya
4.Anita
5.Rafi
Kamis, 29 6.Khosidah
Agustus 7. Verren
2. 2019 Inti a. Penyuluh memberikan Lagu dan 09.10- Rafi
penjelasan singkat Poster 09.25
mengenai ROM
b. Penyuluh mulai
memimpin gerakan
ROM dibantu dengan
fasilitator.
c. Diiringi dengan
benyanyi bersama
3. Penutup a. Evaluasi kegiatan - 09.25- Musda
b. Penutupan
09.30
 Pengorganisasian
Penyuluh : Fakhrian Rafi Pramana
Moderator : Musdalifah Choirumdani
Fasilitator :

- Verren Ilma
- Nisa Dieni Utami
- Salsabila Izzaturrohmah
- Fidya Monica
- Anita Kusumawardani
- Anis Dwi Prasetyani P
- Khosidah

Penjabaran tugas :

a. Penyuluh : Memberikan penjelasan mengenai ROM, memimpin contoh


gerakan ROM
b. Moderator : Membuka kegiatan dan mengatur jalannya kegiatan pendidikan
kesehatan
c. Fasilitator : Mendampingi penerima manfaat dan membantu memperagakan
contoh gerakan

 Kriteria Evaluasi
o Struktur
Penyuluh, moderator dan fasilitator bertugas sesuai dengan rencana yang
telah diatur sebelumnya.
o Proses
Penerima manfaat mengikuti kegiatan dengan antusias dan aktif.
o Hasil
- Penerima manfaat dapat mengulang kembali materi yang telah disampaikan
dengan singkat.
- Penerima manfaat bersdia dan dapat mengaplikasikan materi yang telah
disampaikan.

 Materi
A. Pengertian Range of Motion (ROM)
Range of motion atau rentang gerak merupakan jumlah maksimum
gerakan yang mungkin dilakukan sendi pada salah satu dari tiga potongan
tubuh: sagital, frontal, dan transfersal. Potongan sagital adalah garis yang
melewati tubuh dari depan ke belakang, membagi tubuh menjadi bagian kiri
dan kanan. Potongan frontal melewati tubuh dari sisi ke sisi dan membagi
tubuh menjadi bagian depan dan belakang. Potongan transfersal adalah garis
horizontal yang membagi tubuh menjadi bagian atas dan bawah.
Latihan range of motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk
mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan
menggerakan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan
massa otot dan tonus otot (Potter & Perry, 2005).
B. Tujuan ROM
1. Mempertahankan atau memelihara kekuatan otot
2. Memelihara mobilitas persendian
3. Merangsang sirkulasi darah
4. Mencegah kelainan bentuk
5. Mempertahankan fungsi jantung dan pernapasan
6. Memperlancar eliminasi Alvi dan Urin
7. Mengembalikan aktivitas tertentu sehingga pasien dapat kembali normal
dan atau dapat memenuhi kebutuhan gerak harian
8. Memberi kesempatan perawat dan pasien untuk berinteraksi atau
berkomunikasi

C. Manfaat ROM
 Memperbaiki tonus otot
 Meningkatkan mobilisasi sendi
 Memperbaiki toleransi otot untuk latihan
 Meningkatkan massa otot
 Mengurangi kehilangan tulang

D. Prinsip Dasar Latihan ROM


1. ROM harus diulang sekitar 8 kali dan dilatih minimal 2 kali sehari.
2. ROM dilakukan perlahan dan hati-hati sehingga tidak melelahkan klien.
3. Dalam merencanakan program latihan ROM, perhatikan umur klien,
diagnosa, tanda-tanda vital dan lamanya tirah baring.
4. Bagian-bagian tubuh yang dapat dilakukan latihan ROM adalah leher, jari
lengan, siku, bahu, tumit, kaki, dan pergelangan kaki.
5. ROM dapat dilakukan pada semua persendian atau hanya pada bagian-
bagian yang mengalami proses penyakit atau kelemahan.
6. Melakukan ROM harus sesuai waktunya, misalnya setelah mandi atau
perawatan rutin telah dilakukan
E. Gerakan ROM
1. Leher
a. Angkat dagu ke arah atas
b. Kembalikan posisi kepala ke awal
c. Tekuk kepala ke belakang sejauh mungkin
d. Miringkan kepala kearah bahu kiri dan kanan
e. Putar kepala

Gambar 1. 1 Gerakan Leher

2. Bahu
a. Angkat lengan keatas ke arah kepala
b. Kembalikan lengan ke posisi awal
c. Gerakkan lengan ke belakang tubuh dengan posisi tetap lurus
d. Angkat lengan ke samping dengan telapak tangan kearah atas
e. Kembalikan posisi lengan kearah tubuh
f. Tekuk siku dan gerakkan ke depan
g. Tekuk siku dan gerakkan kearah atas ke belakang
h. Gerakkan bahu dengan lingkaran penuh
3. Siku
a. Tekuk siku sehingga sejajar dengan lengan atas
b. Luruskan siku keposisi awal
c. Luruskan siku sejauh mungkin
4. Lengan Bawah
a. Putar lengan bawah dengan posisi tangan terbuka ke atas
b. Putar lengan bawah dengan posisi tangan terbuka ke bawah.

Gambar 1. 2 Gerakan Lengan

5. Pergelangan Tangan
a. Gerakkan telapak tangan ke bawah
b. Gerakkan telapak tangan sejajar dengan lengan bawah
c. Gerakkan tangan ke atas kearah bahu
d. Tekuk pergelangan tangan ke arah dalam
e. Tekuk pergelangan tangan ke arah luar
6. Jari
a. Kepalkan tangan
b. Luruskan jari/terbuka
c. Tekuk jari ke belakang
d. Jauhkan masing-masing jari
e. Gabung jari secara bersama-sama

7. Ibu Jari
a. Gerakkan ibu jari kearah telapak tangan
b. Gerakkan kembali ibu jari menjauh
c. Gerakkan ibu jari ke samping
d. Gerakkan ibu jari ke dalam
e. Sentuh jari-jari dengan ibu jari
7. Lutut
a. Angkat tumit ke belakang tubuh
b. Kembalikan kaki ke posisi awal

8. Pergelangan Kaki
Gambar 1. 3 Gerakan Tangan
a. Gerakkan telapak kaki sehingga jari ke atas
b. Gerakkan telapak kaki sehingga jari kaki kebawah

9. Kaki
a. Putar telapak kaki ke dalam
b. Putar telapak kaki ke luar
c. Kepitkan jari kaki
d. Luruskan jari kaki
e. Jauhkan masing-masing jari
f. Gerakkan masing-masing jari ke arah dalam

Gambar 1. 4 Gerakan Kaki


DAFTAR PUSTAKA

Maryam, R.Siti, dkk. (2008). Mengenal usia lanjut dan perawatannya. Jakarta; Salemba
Medika.
Stanley, Mickey dan Patricia. (2007). Buku ajar keperawatan gerontik Edisi 2. Jakarta: EGC
Stockslager, Jaime dan Liz Schaeffer. (2008). Asuhan Keperawatan Geriatrik. Edisi 2.
Jakarta: EGC
Ananda, I. P. (2017). Pengaruh Range Of Motion (ROM) terhadap Kekuatan Otot pada
Lansia Bedrest di PSWT Budhi Mulia 3 Margaguna Jakarta Selatan. 9-10.
Mudrikah. (2019). Pengaruh Latihan Range Of Motion Aktif terhadap Peningkatan Rentang
Gerak Sendi dan Kekuatan Otot Kaki Pada Lansia di Panti Wreda Dharma Bakti
Surakarta.
National Osteoporosis Foundation, 2. (n.d.).
Yudik Prasetyo, S. O. (n.d.). Terapi Latihan Pada Keadaan Immobilisasi Yang Lama
(Prolonged Bedrest).
EVALUASI PENDIDIKAN KESEHATAN RANGE OF MOTION

LEMBAR KUESIONER PENGARUH RANGE OF MOTION TERHADAP


KEKUATAN OTOT PADA LANSIA

Inisiasi subjek :

Tanggal / waktu penelitian :

Intervensi yang dilakukan :

Petunjuk : Jawaban akan di isi oleh peneliti berdasarkan hasil observasi


yang telah dilakukan peneliti

BAGAN I : PENGKAJIAN DATA DEMOGRAFI

Nama :

Jenis Kelamin :

Usia :

BAGAN II : PENGKAJIAN SEBELUM DAN SESUDAH INTERVENSI


LEMBAR OBSERVASI KEKUATAN OTOT
KELOMPOK PERLAKUAN DAN KONTROL
Kekuatan otot
No. Inisial Keterangan
Pre-test Post-test

Anda mungkin juga menyukai