Anda di halaman 1dari 9

Nama : Lisa Claudia Matulu

Nim : 1620524

Prodi : PAK

Semester : VI

MK : SGU II

Materi : Sejarah Gerakan Sekolah Minggu

BAB I

A. Latar Belakang

Tidak ada pokok yang lebih penting berkaitan dengan berdirinya Sekolah Minggu dari
pada pembahasan pokok Revolusi Industri. Revolusi Industri merupakan suatu peristiwa yang
menandai adanya perubahan yang radikal (maju dalam berpikir/ bertindak) dengan cepat
dalam perkembangan manusia dan menciptakan peralatan kerja untuk meningkatkan
produktivitas (kemampuan untuk menghasilkan sesuatu) dengan menggunakan mesin, baik
untuk tenaga penggerak maupun untuk tenaga pemproses. 1 Mengapa Revolusi Industri itu
dimulai di Inggris dan bukan di negara lain? Di benua Eropa pada abad ke-18 ada para ahli
yang mencatat beberapa faktor yang turut mendukung Inggris sebagai pusat penggantian
tenaga manusia dan hewan dengan mesin. Pertama, kepulauan Inggris diberkati dengan bahan
mentah seperti wol, besi dan batu bara dalam jumlah yang banyak. Di samping itu negeri-
negeri jajahannya menghasilkan gula, besi, kayu dan bahan celup. Bahan-bahan mentah
tersebut lebih menguntungkan sifatnya bila diolah dalam jumlah yang sangat besar. untuk
mengambil keuntungan darinya, harus ada mesin. Kedua, sistem serikat kerja yang berporos
pada bengkel kecil mustahil dapat menghasilkan barang dengan jumlah yang besar sesuai
dengan bahan dan luasnya daerah pemasaran yang tersedia. Ketiga, karena Inggris adalah
negeri pulau dengan pelabuhan yang baik, maka pemerintah dan para pengusaha melihat laut
bukan sebagai penghalang melainkan sarana yang baik untuk mengangkut barang-barang
berat secara gampang dan relatif murah. Keempat, pemerintahannya stabil, suatu keadaan
yang mutlak (seutuhnya) diperlukan bagi pemupukan penanaman modal dalam bidang
1
Robert R. Boehlke, Ph. D. Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama Kristen. Dari Yohanes
Amos Comenius hingga Perkembangan PAK di Indonesia. Hlm. 375
industri (kegiatan mengolah barang menggunakan tangan dan peralatan). Kelima, ilmuwan
Inggris cenderung memihak pada usaha memecahkan masalah nyata, sedangkan rekan-
rekannya di bagian lain di benua Eropa lebih tertarik pada tantangan yang berkaitan dengan
penelitian abstrak (tidak jelas). Alhasil, satu penemuan dalam industri tekstil umpamanya,
cenderung merangsang penemuan baru lagi yang semakin menambah kedayagunaan mesin
tertentu. Keenam, dan yang paling penting bagi pendirian Sekolah Minggu, adalah kebutuhan
bahan wol. Dengan meningkatnya kebutuhan itu berarti bahwa pemilik kawanan domba akan
semakin menambah lahan padang rumputnya. Akibat sampingannya adalah jumlah petani
semakin berkurang. Sebab, lahan untuk becocok tanam sudah berkurang. Para petani yang
terpaksa keluar dari usaha taninya sendiri itu berduyun-duyun ke kota untuk memperoleh
kesempatan bekerja di pabrik-pabrik, walaupun gajinya amat minim. Maka kurangnya
lowongan kerja tersedia. Asas permintaan dan penawaran pun berlaku. Dengan demikian
upah buruh semakin rendah sedangkan keuntungan para pemilik industri semakin bertambah.
Keadaan buruk ini perlu disesalkan, bila diukur dari tolok ukur moralitas. Tetapi
keadaan ini harus berlaku, bila ditinjau dari sudut watak kaum miskin. Kalau seorang buruk
menerima upah yang lebih besar daripada yang diperlukan oleh keluarganya untuk menutupi
kebutuhan sederhana saja, maka ia hanya akan bekerja sejauh usaha memenuhi maksud
tersebut. Alhasil, orangtua muda-mudi dan anak kecil pun hidup melarat dalam keadaan yang
lebih buruk bahkan lebih daripada keadaan kaum budak. Diperhadapkan dengan keadaan
yang tidak manusiawi itu, memang banyak orang yang menjadi ribut-ribut, mabuk-mabukan,
mencuri dan mengancam gaya hidup kelas menengah dan atas. Mereka putus asa, karena
tidak melihat jalan ke luar. Orangtua tidak bisa berharap untuk masa depan anak-anak
mereka, sebab tidak ada persekolahan bagi mereka.2 Smith mengakui bahwa memang selalu
ada buruh yang malas dan hanya rela bekerja tiga atau empat hari saja dalam seminggu, tetapi
jumlah tenaga semacam ini hanya sedikit. Sebenarnya kebanyakan buruh bekerja dengan
rajin, asal saja gajinya di tambah sesuai dengan hasil usahanya. Namun agak disayangkan
karena dalil Smith tidak di hiraukan oleh para pemimpin pemerintah, industri, dan Gereja
Inggris pada abad ke-18. Justru hasil buruk yang keterlaluan dari Revolusi Industri inilah
yang mendorong Robert Raikes untuk mendirikan Sekolah Minggu.3

BAB 2

2
Ibid. Hlm 376-377
3
Ibid. Hlm 378
Pembahasan

A. Riwayat Hidupnya (1735-1811)

Kegiatan Sekolah Minggu yang pertama dilakukan oleh Robert Raikes. Ia lahir di
4
Inggris pada tanggal 14 September 1735. Ayahnya adalah anggota masyarakat terhormat
dari kelas menengah di Gloucester, Inggris, sebuah kota sedang yang letaknya dekat dengan
tapal batas Propinsi Wales, di tepi sungai Severn, kira-kira 150 kilometer barat laut dari
London. Ia terkenal di Gloucester, karena dialah peberbit Gloucester journal, sebuah surat
kabar yang pelanggannya banyak di daerah itu. Tatkalah Robert berumur 14 tahun ia
meneruskan studinya pada sekolah katedral Gloucester. Rupanya pendidikan akademisnya
diakhiri pada saat itu, karena tidak ada bukti bahwa ia pernah meneruskan studinya pada taraf
perguruan tinggi seperti halnya dengan adiknya, Richard yang menjadi seorang pendeta.
Pendidikan kejuruan bidang percetakan diteruskan di bengkel ayahnya sendiri. Rupanya,
Robert sama seperti ayahnya. Buktinya, keduanya senantiasa menanamkan diri “pencetakan”
bukan “penerbit” atau “redaktur”. Dia bekerja rajin dan mempelajari segala urusan yang
berkaitan dengan penerbit surat kabar. Tinjauan itu terbukti dengan kemampuannya
mengambil alih seluruh urusan yang berkaitan dengan penerbitan Gloucester Journal
sepeninggalan ayahnya. Secara praktis Raikes yang baru berumur dua puluh tahun menjadi
penerbit, sekaligus kepala keluarga mencakup lima orang adik dan ibu.

Sepuluh tahun kemudian, yakni 23 Desember 1767, ia menikah dengan Anne Trigge,
putri Thomas Trigge. Kedua saudara Anne berpangkat tinggi dalam anggkatan bersenjata
Inggris. Yang satu menjadi seorang Jenderal, sedangkan yang lain berpangkat laksamana
muda dalam angkatan laut. Keterangan tentang keluarga Anne ini bermakna, karena di
dalamnya juga tersirat status sosial Raikes. Di Inggris pada waktu itu, suatu keluarga yang
menghasilkan dua orang yang berpangkat tinggi tidak akan mengizinkan putrinya menikah
dengan laki-laki dari kelas sosial yang rendah. Ada sembilan orang anak yang lahir dari
keluarga baru ini, tetapi dua orang laki-laki meninggal. Masing-masing anak laki-laki diberi
nama Robert Powell. Juga ada lima putri. Kemudian, keluarga Raikes diberkati lagi dengan
seorang bayi laki-laki. Kali ini namanya adalah Robert Napier. 5 Sebagai penerbit, Raikes
meneruskan keprihatinan ayahnya terhadap nasib buruk rakyat jelata dan narapidana. 6 Untuk
4
Ruth S. Kadarmanto, M.A. Tuntunlah ke jalan yang benar. Hlm. 26
5
Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama Kristen. Ibid. Hlm. 380
6
ibid
menolong mereka ia melakukan berbagai upaya, antara lain mengumpulkan dana untuk
peningkatan kondisi kesehatan di penjara dan perlakuan yang lebih manusiawi dan
menyelenggarakan pembinaan bagi para napi. Robert mengamati bahwa semua tindakan
kejahatan yang terjadi disebabkan rendahnya pendidikan.7

B. Berdirinya Sekolah Minggu

Raikes memperkasai suatu rencana untuk mendidik anak miskin pada hari Minggu,
dapat di sebut sebagai Sekolah Minggu. Walaupun seluk-beluk pendirianya tidak seragam,
namun Raikes memainkan peranan mencolok di dalamnya. Pada tahun 1780 ia pergi ke
rumah seorang tukang kebun yang letaknya di kampung dekat pabrik pengelolahan peneti.
Kebanyakan pekerjanya adalah anak. Namun, tukang kebun yang Raikes cari itu sudah keluar
rumah. Sambil menunggu dia pulang, Raikes bercakap-cakap dengan istrinya. Ibu itu
mengeluh tentang kenakalan anak pada hari Minggu. Lalu ia memohon dengan sangat agar
Raikes berbuat sesuatu. Kemudian Raikes mengambil keputusan untuk melakukan percobaan
dengan sekolah sederhana bagi anak miskin. Ia meminta pertolongan seorang ibu yang
mendidik beberapa anak di rumahnya pada hari-hari biasa. Dan Raikes sendiri yang akan
membayar gajinya, bila ibu itu rela untuk mengajar anak-anak yang ia antarkan pada hari
Minggu. Kelompok anak laki-laki itu sangat nakal sekali. Contohnya mereka melakukan atau
menyembunyikan luak di balik baju bajunya kemudian setelah ibu sibuk mengajar barulah
anak itu mengeluarkan binatang itu agar supaya proses belajar bisa kacau. Setelah dari itu ibu
ini tidak akan menerima lagi anak-anak yang di titipkan oleh Raikes. 8 Namun Raikes tidak
membuat niatnya putus begitu saja, ia kemudian memindahkan sekolah Minggunya kepada
Ny. King tempat May Critchley rumahnya berdekatan dengan rumah Raikes. Hal ini sangat
menolong, bila seorang anak terlalu nakal maka Raikes sendirilah yang mencambuknya,
bahkan kadang-kadang ia mengantar anak itu pulang dan menuntut supaya orangtuanya
mencambuk anak nakal itu, dan Raikes menungguinya sampai hukuman itu dilaksanakan. 9
Ibu Critchley mengajar mereka dari pukul dua belas siang dan dari pukul satu sampai dengan
pukul lima petang hari. Ia menghendaki anak-anak hadir setelah tangan di cuci dan rambut
disisir. Dalam waktu yang singkat anak-anak mau belajar. Tidak lama kemudian terkumpul
sembilan puluh anak menghadiri sekolah Minggu pada setiap Hari Minggu. Perlahan mereka
belajar membaca. Karena hasilnya semakin meningkat, maka Raikes pun membuka Sekolah

7
Tuntunlah ke jalan yang benar. Ibid
8
Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama Kristen. Ibid. Hlm. 384
9
ibid
Minggu di tempat lain termasuk di jemaatnya sendiri, yakni Saint Mary de Crypt.10 Seorang
teman Raikes yang bernama Thomas Stock, pendeta jemaat Saint John the Baptist yang
merangkap jabatan sebagai kepala sekolah katedral di Gloucester, menjelaskan bahwa
gagasan dan pendiri Sekolah Minggu pertama itu terjadi di dalam jemaatnya sendiri sebagai
usaha kerja sama antara ia dan Raikes.

Dalam artikel yang yang di terbitkan pada tanggal 3 Nopember 1783, perananya
sendiri ia sembunyikan seakan-akan hanya beberapa pendeta yang terlibat. Ada kemungkinan
bahwa perananya tidak disebutkan, karena ia tidak mau menonjolkan nama, atau ia merasa
bahwa gagasan Sekolah Minggu itu akan diterima lebih baik kalau pendeta terlibat di
dalamnya. Sejumlah pendeta yang melayani jemaat-jemaat di propinsi ini telah berusaha
memprakarsai pembaruan di antara anak-anak yang berasal dari keluarga kelas bawah
melalui pendirian Sekolah Minggu, untuk memanfaatkan hari Tuhan ini demi maksud
pengajaran.11

C. Tinjauan sementara terhadap Prestasi Raikes

Raikes tidak mampu melihat jauh ke depan tentang hasil yang lebih luas yang akan terjadi
sebagai hasil dari pendiri Sekolah Minggu. Akan tetapi, beberapa pengusaha Inggris segera
sadar akan dampaknya. Anak yang mampu membaca dan menulis tidak akan merasa puas
lagi dengan keadaannya. Mereka akan mencari gaji yang lebih besar daripada yang berlaku di
zaman itu. Dengan kemampuan membaca itu berarti pula bahwa para pemimpin tidak dapat
lagi mengendalikan sumber keterangan yang tersedia bagi kaum pekerja. Mereka dapat
membaca tentang Revolusi di Perancis sesuatu yang menyedihkan bahkan penyakit yang
mengancam ketertiban sosial di mana saja. Selaras dengan keprihatinan itu, Perdana Menteri
Pitt pernah mempersiapkan perundang-undangan yang melarang penyelenggaraan Sekolah
Minggu beserta pendirian sekolah baru. Dalam hal ini penentang Sekolah Minggu dari pihak
gereja menjadi sekutu, meskipun dengan alasan yang berbeda. Tetapi dari pihak gereja ,
Sekolah Minggu cenderung dikaitkan dengan praktek pendeta yang bukan Gereja negara
Inggris (Gereja Anglikan) untuk berkhotbah di luar gedung gereja, misalnya di padang
terbuka. Perundang-undangan yang memihak hak pemimpin gereja negara pada akhirnya

10
100 Peristiwa Penting dalam Sejarah Kristen. A. Kenneth Curtis, J. Stephen Lang dan Randy Petersen. Hlm.
111
11
Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama Kristen. Ibid. Hlm. 386
tidak menerima suara yang cukup. Pada masa yang akan datang, pelaksanaan Sekolah
Minggu tidak pernah terancam lagi oleh hukum negara Inggris.12

Dalam buku harian John Wesley, pendiri Gereja Methodist, tercatat tinjauannya atas
Sekolah Minggu di Bolton yang ia kunjungi tanggal 20 April 1788. Ia terkesan sekali akan
kebersihan dan kerapihan pakaian anak-anak. Kelakuannya baik, ketika mereka bernyanyi
bersama, luar biasa indahnya. Sebagian dari anak-anak bekerja dalam kelompok yang terdiri
dari enam, delapan atau sepuluh orang untuk melawat orang miskin yang sakit. Anak-anak itu
memberi kesaksian, menghibur dan mendoakan. Para pemimpin Sekolah Minggu berupaya
mendidik nalar anak, tetapi tidak jarang keadaan murid yang menghadiri tempat belajar itu
memerlukan pakaian dan makanan juga. Raikes mencatat bahwa pada hari Natal 1785 ia
terlibat dalam pesta makan bersama dengan sebanyak 350 orang anak. Para penyokong
sekolahlah yang menanggung biaya termasuk penyajian makanan. Dengan adanya Sekolah
Minggu itu anak-anak belajar membaca dan menulis. Tetapi barangkali hasil yang paling
mencolok adalah hasil yang bersifat “rohani”, yakni adanya perbaikan dalam hal swacitra
anak-anak itu sendiri. Sepanjang Minggu ia menerima perlakuan secara keras oleh orang
dewasa, tetapi pada hari Minggu ia menerima perlakuan lain lagi dari orang dewasa. Ia mulai
merasakan bahwa dirinya diperhatikan oleh guru dan penyokong sebagai seorang pribadi
yang berharga. Sungguhpun pada awal Sekolah Minggu guru menerima gaji, namun lambat
laun seluruh gerakan itu berjalan lancar karena adanya sumbangan besar dari pihak
sukarelawan dan sukarelati. Biaya pelaksanaan Sekolah Minggu ditutupi oleh sumbangan
dari dermawan dan bukan dari kas negara ataupun kas gereja pusat. Di antara dermawan itu
dapat disebutkan nama Raja George III dan Ratu Charlote. Mereka mengharapkan agar setiap
anak di Inggris mampu membaca Alkitab.13 Ketika Sekolah Minggu mendapat dana yang
lumayan, mereka dapat mengadakan buku-buku teks lain. Tetapi ketika pendidikan umum
berkembang, sekolah-sekolah Minggu memusatkan perhatiannya pada pelajaran Alkitab
saja.14

D. Pertumbuhan Sekolah Minggu

12
ibid
13
Ibid. Hlm. 397
14
100 Peristiwa Penting dalam Sejarah Kristen. Ibid. Hlm. 112
Baru dua puluh delapan tahun setelah Raikes mengumumkan pendirian Sekolah
Minggu yang berlangsung di Inggris pertama, 400.000 anak didik sedang balajar dalam
Sekolah Minggu yang berlangsung di Inggris saja.

a. Sekolah Minggu di Amerika

Pada tahun 1790, sepuluh tahun sesudah Raikes mendirikan Sekolah Minggu dan
tujuh tahun sesudah para jajahan Inggris meraih kemerdekaannya dari raja Inggris, tiga warga
kota Philadelpia mendirikan Perserikatan Hari Pertama, untuk mendidik anak-anak dari
keluarga miskin. Sebagaimana di Inggris, anak-anak cenderung memanfaatkan hari Minggu
untuk maksud buruk yang merusak kesusilaan dan mutu hidup. Latar belakang ketiga pendiri
itu mencerminkan sifat pluralis dari masyarakat baru yang sedang di bangun. Para pendiri itu
adalah Benyamin Rush, seorang warga Gereja Universalis, dan penandatngan Deklarasi
Kemerdekaan Amerika Serikat; Matthew Carey, pendatang Irlandia seorang warga Gereja
Katolik Roam, dan penerbit; William White, Uskup Gereja Episkopal Protestan di negera
bagian Pennsylvania. Selama tahun-tahun pertama, rencana kerja dan kurikulum diambil alih
langsung dari pengalaman orang Inggris, meskipun konteks Sekolah Minggu di negeri
Amerika jauh berbeda. Misalnya, Sekolah Minggu di Inggris didirikan sebagai tanggapan
terhadap dampak negatif dari Revolusi Industri, padahal revolusi itu belum terjadi di
Amerika. Anak Sekolah Minggu di Inggris kebanyak berasal dari kelurga miskin, sedangkan
di Amerika kebanyakan anak Sekolah Minggu dari semua golongan di tampung semua.
Karena di Amerika ada nilai-nilai demokrasi yang sedang di kembangkan, sehingga setiap
warga menganggap diri sama, tidak ada ungsur yang membeda-bedakan. Sebab
pendemokrasian itu diteruskan oleh pendirian sekolah negeri yang membuka kesempatan
belajar kepada semua anak.15

b. Perluasan Sekolah Minggu

Pada tahun 1824 para pemimpin Sekolah Minggu mendirikan American Sunday School
Union (Perserikatan Sekolah Minggu Amerika) di kota Philadelphia. Dalam sidang raya yang
berlangsung pada tahun 1830 para utusan menetapkan tujuan yang berlaku untuk dua tahun
mendatang dan yang betul-betul mengagumkan. Sambil bergantung pada bantuan ilahi,
sejauh mungkin Union itu bermaksud untuk mendirikan Sekolah Minggu pada setiap pelosok
daerah yang luasnya meliputi seluruh Lembah Mississippi. Bila kita mengingat bahwa daerah
itu mencakup jutaan kilometer persegi, yakni dari pertengahan negara bagian Pennsylvania di
15
Ibid. Hlm 398
arah timur sampai ke pegunungan Rocky (Gunung Batu) ke arah barat dan dari tapal batas
Kanada di utara sampai ke Teluk Meksiko ke arah selatan, maka maksud itu amat berani dan
memang mustahil dicapai. Maka di samping dari hal itu mereka meneriman kepuasan, karena
mereka dapat melihat usahanya berupa kelompok anak-anak yang diajar membaca, menulis
dan belajar Alkitab. Tidak jarang Sekolah Minggunya bertumbuh menjadi sekolah negeri dan
jemaat beribadah. Jika dilihat dari sudut pandang manusia, upaya ini berhasil karena
semangatnya yang tinggi, pengabdian diri yang dalam dan karena bahan pelajaran tercetak
yang mereka jual.16 Stephen Paxon seorang tukang yang tidak terpelajar, berlatar belakang
sederhana dan seorang yang tidak beriman sebelum putrinya mendorongnya menghadiri kelas
Sekolah Minggu. Disana ia diperhadapkan dengan Allah, menjadi percaya dan masuk
Kristen. John Adams, pengawas Sunday School Union untuk negara bagian Illinois, mampu
melihat hati Paxon sehingga ia menemukan seorang yang berbakat demi pelayanan Tuhan.
Adams mendesaknya untuk mencalonkan diri sebagai pekerja Sekolah Minggu. Ia dan
kudanya yang baik, bernama Raikes, mengunjungi orang yang tinggal di banyak desa-desa
kecil di seluruh daerah pertanian negara bagian Illinois.17

c. Perkembangan Sekolah Minggu

Dalam perkembangannya lebih memperhatikan pertobatan dari pada pendidikan. Karena


kurikulum yang seragam untuk semua umur yang dimulai sejak 1872, lebih mempermudah
persiapannya karena bahan Alkitabnya sama, baik untuk anak empat tahun maupun untuk
orang dewasa. Pendekatan Alkitab terjadi secara harafiah, karena gerakan Injili pada akhir
abad ke-19 sudah berwujud fundamentalistis, maka juga tokoh-tokoh dalam gerakan Sekolah
Minggu menjadi bermusuhan terhadap interpretasi Alkitab yang berbentuk historis kritis.
Sebagai akibat gerakan gerakan Liberialisme yang dipelopori oleh Schleiermacher, Ritschl,
Hegel, timbullah suatu kepercayaan yang optimistis mengenai kebaikan manusia dan
kesempurnaan masyarakat yang dapat dicapai melalui usaha sendiri. 18 Orang mulai jemu
dengan suatu teologi yang beranggapan bahwa anak-anak adalah makhluk yang berdosa,
yang bila tidak bertobat akan masuk neraka. Maka tiap kemajuan di bidang ilmu Pendidikan
juga menyebabkan Sekolah Minggu dalam bentuk lama tidak lagi dapat diterima. Sehingga
keanggotaan jemaat mulai terbagi antara kaum Liberal dan kaum yang menekankan

16
Ibid. Hlm. 401
17
Ibid.
18
Ajarlah Mereka Melakukan. Kumpulan Karangan Seputar Pendidikan Agama Kristen. Dr. Andar Ismail. Hlm. 9
pertobatan atau yang biasa disebut golongan “Modernisasi” dan golongan “Fundamentalis”.
Para ahli pendidikan mengakui bahwa sistem pendidikan yang baik adalah yang mau
memperhitungkan kebutuhan anak. Sistem tersebut harus di buat menurut batas golongan
umur murid. Namun kenyataannya di Sekolah Minggu anak-anak dari berbagai golongan
umur banyak disatukan saja dan tidak banyak perhatian diberikan terhadap tahap-tahap
pertumbuhan anak yang berbeda-beda. Semua ketidakpuasan ini akhirnya dicetuskan dalam
sebuah konferensi besar di Chicago, tahun 1903, yang berhasil membentuk Religious
Education yang memberi suatu tradisi baru dalam Sekolah Minggu, yaitu pemakaian Alkitab
yang lebih ilmiah. Namun pendukung aliran ini tidak merasa terikat kepada aliran teologi
manapun, berhubung karena mereka ingin menyatukan semua yang mengingini suatu
pendidikan yang lebih ilmiah dalam pendidikan agama, baik yang ada di dalam gereja
maupun yang tidak. Maka gerakan ini yang timbul sebagai protes terhadap tradisi lama dalam
Sekolah Minggu segera dicap “tidak Kristen.” Kelompok Evangelical menganggapnya
sebagai suatu bahaya terhadap eksistensi Sekolah Minggu dan musuh terhadap Injil. 19

19
Ibid.

Anda mungkin juga menyukai