534 1654 1 PB PDF
534 1654 1 PB PDF
534 1654 1 PB PDF
Ika Andriani
Abstrak
Periodontitis adalah suatu penyakit infeksi pada jaringan pendukung gigi disebabkan
mikroorganisme menyebabkan kerusakan progresif pada ligamen periodontal dan tulang
alveolar, jika tidak dilakukan perawatan yang tepat dapat mengakibatkan kehilangan gigi.
Perawatan periodontitis adalah menghilangkan patogen periodontal dengan scaling root
planing (SRP) yaitu menghilangkan deposit keras dan lunak serta bakteri yang menempel
pada permukaan gigi dan dalam subgingiva, sehingga mengeliminasi bakteri. Pembersihan
patogen periodontal dan produknya dengan SRP kadang-kadang tidak maksimal karena
terdapat bagian yang tidak dapat diakses oleh alat SRP, sehingga pemberian antimikroba
secara sistemik ataupun lokal dianjurkan untuk meningkatkan hasil terapi SRP. Ciprofloxacin
adalah generasi kedua derivat fluroquinolon, aktif dengan jangkauan yang luas pada bakteri
gram negatif dan gram positif fakultatif patogen periodontal. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui perbedaan efektivitas hasil perawatan antara scaling root planing (SRP) tanpa
dan dengan pemberian ciprofloxacin per oral pada penderita periodontitis diukur dari
parameter hitung jenis leukosit terdiri dari neutrofil, basofil,eosinofi, limfosit dan monosit
pada cairan sulkus gingiva. Penelitian dilakukan pada 20 kasus periodontitis kronis
kedalaman poket >5 mm, subyek dibagi dalam dua kelompok yaitu 10 penderita periodontitis
dilakukan scaling root planing (SRP) tanpa ciprofloxacin per oral dan 10 penderita
periodontitis dengan pemberian ciprofloxacin per oral. Pengambilan dan pengukuran hitung
jenis leukosit terdiri dari neutrofil, eosinofil, basofil, monosit dan limfosit cairan sulkus
gingiva dilakukan sebelum SRP dan hari ke 8 sesudah SRP. Hasil analisis uji non parametrik
Mann Whitney menunjukkan tidak adanya perbedaan bermakna (p>0,05) pada hitung jenis
leukosit pada neutrofil, limfosit dan eosinofil. Jumlah neutrofil pada SRP tanpa dan dengan
ciprofloxacin menunjukkan kenaikan, jumlah limfosit dan eosinofil pada SRP dengan dan
tanpa ciprofloxacin mengalami penurunan, Jumlah basofil dan monosit 0 (nol) sehingga tidak
dapat dihitung secara statistik. Kesimpulan penelitian ini menunjukkan hasil perawatan
scaling root planing (SRP) tanpa ciprofloxacin per oral sama efektifnya dengan SRP dengan
pemberian ciprofloxacin per oral pada penderita periodontitis diukur dari parameter hitung
jenis jumlah leukosit yaitu jumlah neutrofil, limfosit dan eosonofil dalam cairan sulkus
gingiva.
Correspondence: Ika Andriani, Prodi Kedokteran Gigi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, email: ikaandriani@yahoo.com
Abstract
berfungsi sebagai fagosit bakteri, kemudian dengan jangkauan yang luas pada bakteri
limfosit dikirim menuju plasma sel dan gram negatif dan gram positif fakultatif
memproduksi antibodi untuk melawan bakte- patogen periodontal10, bakteri facultative
ri tertentu. Proses tersebut merupakan meka- anaerob seperti A. actinomycetemcomitans11.
nisme pertahanan pertama untuk mengontrol Penelitian yang pernah dilakukan
infeksi. Sistem imun patogen periodontitis menyatakan bahwa antibiotik Ciprofloxacin
pada sel inflamatori ini adalah adanya yang diberikan secara sistemik, kadar
neutrofil, makrofag dan perlindungan oleh ciprofloxacin mencapai konsentrasi 4-8 kali
limfosit dari segala hal yang mengganggu lebih tinggi dalam CGS dari pada serum
jaringan ikat dan mencegah lokal infeksi darah, dan antibiotik ini efektif memasuki
menjadi sistemik4. jaringan lunak yang mengalami penyakit
Tujuan perawatan periodontitis adalah periodontal sehingga ciprofloxacin
menghilangkan patogen periodontal, merupakan drug of choice untuk
umumnya dilakukan secara khemis dengan periodontitis12.
obat-obatan dan secara mekanis dengan scal- Cairan sulkus gingival (CSG) telah di-
ing root planing (SRP) yaitu menghilangkan gunakan untuk mendeteksi atau mendiagnosa
deposit keras dan lunak serta bakteri yang keadaan jaringan periodontal secara
menempel pada permukaan gigi dan dalam obyektif13. Komponen CSG adalah protein,
subgingiva, sehingga mengeliminasi bakteri5. antibodi, antigen, enzym dan elemen seluler
Pembersihan patogen periodontal dan pro- terdiri dari bakteri, desquamasi sel epitelial
duknya dengan SRP kadang-kadang tidak dan lekosit (polimorfonuklear, limfosit,
maksimal karena terdapat bagian yang tidak monosit atau makrofag)13. Pada gingiva yang
dapat diakses oleh alat SRP, sehingga meradang dalam CSG ditemukan
pemberian antimikroba secara sistemik per peningkatan jumlah leukosit
oral ataupun lokal dianjurkan untuk mening- polimorfonuklear, makrofag, limfosit,
katkan hasil terapi SRP6. monosit, ion elektrolit, protein plasma dan
Pemilihan penggunaan antibiotik secara endotoksin bakteri. Jumlah leukosit akan
sistemik perlu mempertimbangkan menurun bila terjadi penyembuhan12.
keuntungan dan efek sampingnya. Kerugian
atau efek samping pada pemberian antibiotik Metode Penelitian
secara sistemik yaitu resistensi bakteri,
infeksi yang disebabkan jamur dan alergi7. Jenis penelitian adalah penelitian
Keuntungan terapi antibiotik secara sistemik eksperimental laboratoris, Variabel pengaruh
yaitu memberantas dan mencegah infeksi : Scaling Root Planing (SRP) dan
oleh bakteri patogen periodontal yang Ciprofloxacin, Variabel terpengaruh : jumlah
menyerang jaringan periodontal subepitelial leukosit dan hitung jenis leukosit ( neutrofil
atau yang berkoloni didaerah rongga mulut. dan limfosit), Variabel terkendali :Subyek
Sedangkan pada terapi antibiotik lokal, laki-laki dan perempuan umur 35 - 50 tahun
aplikasi sulit dilakukan sendiri oleh dengan periodontitis kronis, kedalaman poket
penderita, hanya sementara dalam perbaikan >5 m,waktu pengukuran sebelum dan 8 hari
klinis, memerlukan pengontrolan terapi, sesudah SRP,Variabel tidak terkendali :
patogen periodontal tidak secara total Lokasi sulkus gingiva, tempat pengambilan
tereliminasi dan dapat terjadi rekolonisasi cairan sulkus gingiva,sistem imun, faktor
bakteri pada bagian yang dirawat8. Terapi penyembuhan.
antibiotik sistemik untuk perawatan peri-
odontal biasanya monoterapi meliputi amox- Pengambilan sampel penelitian:
icillin, metronidazole, tetracyclines (tetracyc-
line, doxycycline, minocycline), clindamycin Pasien diperiksa dan dianamnesis. Pa-
dan ciprofloxacin9. Ciprofloxacin adalah sien penderita periodontitis kronis dengan
generasi kedua derivat fluroquinolon, aktif kedalaman poket > 5 mm sebagai subyek
Tabel 1.
Periodontitis SRP sebelum SRP sesu- SRP+Cipro SRP+Cipro
n=10 dah sebelum sesudah
leukosit 1.08 ± 0.93 3.1 ± 3.5 4.1 ± 3.1 2.9 ± 2.2
Neutrofil 52,4± 21,3 82,6 ± 14,7 78,1± 9,04 82,7 ±12,49
limfosit 45.2 ± 20,8 17,1 ±14,32 22,3 ± 9,57 16,5 ± 11,5
Tabel 2. Rerata dan Simpang baku selisih jumlah leukosit,neutrofil, dan limfosit sebe-
lum dan sesudah perawatan SRP tanpa dan dengan Ciprofloxacin
Selisih jumlah leukosit, neutrofil, dan limfosit pada SRP tanpa pemberian ciprofloxacin
lebih tinggi dari pada SRP dengan pemberian ciprofloxacin per oral. Uji normalitas leukosit,
neutrofil, dan limfosit menunjukkan bahwa selisih leukosit, neutrofil, dan limfosit mempu-
nyai nilai p < 0,05 menunjukkan sebaran data tidak normal maka dilanjutkan dengan uji non
parametrik Mann Whitney.
Tabel 3. Uji Mann-Whitney selisih jumlah leukosit,neutrofil, dan limfosit dalam Cairan
Sulkus Gingiva pada SRP dengan dan tanpa Ciprofloxacin
Setelah dilakukan uji Mann Whitney, selisih jumlah leukosit p=0,023 menunjukkan
p<0,05 menunjukkan perbedaan yang bermakna sedangkan selisih jumlah neutrofil p=0,081
dan jumlah limfosit p= 0,13 menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang bermakna dengan p
> 0,05.
menunjukkan lebih tinggi dari batas normal. tempat infeksi kemudian memfagosit dan
Penyembuhan luka merupakan proses terus membunuh bakteri dengan metabolit oksigen
menerus dari peradangan dan perbaikan, di- reaktif. Meskipun PMN sangat efektif me-
mana sel-sel inflamasi keluar dari tempatnya lindungi terhadap infeksi bakteri tetapi bebe-
semula dan berinteraksi untuk memperbaiki rapa bakteri sukar dibunuh terutama bakteri
kerusakan. Kerusakan jaringan akan diikuti gram negatif seperti A. Actinomycetemcomi-
reaksi komplek dalam jaringan pengikat yang tans (Aa). Bakteri Aa merupakan patogen
mempunyai pembuluh darah. Sel dalam ja- penting yang terlibat dalam periodontitis
ringan rusak akan melepaskan mediator ki- agresif, periodontitis kronis dan periodontitis
miawi yaitu sitokin, yang mempunyai daya refraktori. Bakteri Aa menolak difagositosis
kemotaktik, mampu menarik leukosit dalam oleh PMN. Mekanisme oksidatif PMN
sirkulasi kapiler. Neutrofil akan tertarik dan 'pembunuhan’ tidak sepenuhnya efektif da-
menempel pada permukaan endotel menge- lam kondisi anaerob. Oleh karena itu, agen
rutkan diri menyisip lewat celah antar mem- antimikroba dapat membantu kontrol infeksi.
bran basalis sel endotel untuk keluar ekstra- Ciprofloxacin, merupakan fluoroquinolones
vasasi dan transmigrasi meninggalkan kapiler paling aktif, terakumulasi dan tetap aktif di
menuju jaringan interstitial yang rusak16. Ba- dalam PMN (biasanya 4-8 kali lipat lebih
nyaknya jumlah neutrofil yang bermigrasi ke tinggi daripada di daerah ekstraselular), dan
tempat infeksi menunjukkan adanya patogen mempertahankan aktivitas bakterisidal di da-
dan jaringan mati yang perlu difagosit oleh lamnya kemudian PMN meningkatkan peng-
neutrofil15. Cairan terambil pada sulkus gin- hancuran bakteri12. Hal ini didukung oleh
giva merupakan hasil dari eksudat inflamasi penelitian Conway dkk.(2008) bahwa jumlah
neutrofilik berupa jaringan neutrofil yang neutrofil pada perawatan SRP dengan pem-
hidup maupun mati sehingga ditemukan berian Ciproflixacin mengalami kenaikan
jumlah neutrofil yang tinggi dalam penelitian karena ciprofloxacin dapat menumpuk di da-
ini. Cairan sulkus gingiva merupakan eksu- lam PMN dan membantu membunuh bakteri
dat inflamasi dan mengandung molekul bi- yang sulit difagosit20. Antibiotik akan mem-
ologi leukosit polimorfonuklear serta subs- pengaruhi interaksi antara neutrofil dengan
tansi antimikrobia lainnya17. Ditemukannya mikroba melalui berbagai cara, dan begitu
jumlah neutrofil yang masih tinggi pada hari juga sebaliknya neutrofil dapat mengganggu
ke 8 disebabkan beberapa faktor seperti pen- aktivitas antimikroba dalam tubuh. Kebanya-
deknya waktu penelitian (8 hari), status imun kan antibiotik golongan -laktam dan quino-
tubuh dan subyek penelitian tidak menjaga lone memiliki efek sinergis dengan sistem
kebersihan mulutnya dengan baik. Jumlah fagosit dalam menghancurkan kuman di da-
neutrofil akan naik 24-28 jam sesudah perlu- lam sel neutrofil, Ciprofloxacin merupakan
kaan dan kemudian turun kecuali luka ter- antibiotik golongan quinolone oleh karena itu
kontaminasi18. Hal ini didukung Simon obat tersebut disebut obat yang bersifat im-
(2002) bahwa pada hari ke 7 sampai dengan unostimulator. Meskipun antibiotik dapat
10 belum terjadi penyembuhan maka dicuri- membunuh atau menghambat pertumbuhan
gai adanya gangguan penyembuhan, yang bakteri dalam tubuh, namun antibiotik juga
paling umum karena adanya faktor iritan berpengaruh terhadap sistem fagosit baik se-
misalnya sisa debridemen ketika SRP terdo- cara langsung maupun secara tidak langsung
rong masuk ke dasar poket atau reakumulasi dan dapat meningkatkan fungsi fagosit21.
plak19. Penelitian ini menunjukkan bahwa pada
Jumlah neutrofil pada perawatan SRP SRP dengan pemberian Ciprofloxacin mem-
dengan pemberian ciprofloxacin mengalami punyai selisih kenaikan hitung jenis neutrofil
kenaikan tetapi kenaikan ini lebih rendah da- lebih sedikit dari pada SRP tanpa pemberian
ripada kenaikan perawatan SRP tanpa pe- ciprofloxacin (tabel 2), hal ini membuktikan
nambahan Ciprofloxacin (tabel 2). Kondisi bahwa perawatan periodontitis dengan SRP
periodontitis, leukosit PMN bermigrasi ke akan lebih efektif bila ditambahkan antibak-
teri sehingga pemberian antibiotik secara sis- Kronis , JURNAL PDGI, Vol 58 No. 1,
temik per oral ataupun lokal dianjurkan un- Januari-April : 1-6
tuk menambah hasil terapi mekanis6. Secara 2. Novak J, 2006, Classification of
statistik menunjukkan tidak ada perbedaan Diseases and Conditions Affecting the
yang bermakna pada jumlah neutrofil antara Periodontium, In. Newman, M.G., Takei,
perawatan SRP dan perawatan SRP dengan H.H., Klokkevold, P.R., Carranza, F.A.,
pemberian Ciprofloxacin (tabel 3). Carranza’s Clinical Periodontology, 10 th
Selisih jumlah limfosit pada perawatan .,W.B. Saunders Company, Philadelphia,
SRP dengan pemberian ciprofloxacin lebih 100-109
sedikit dari pada SRP (tabel 2). Secara statis- 3. Nishihara T, Koseki T., 2004, Microbial
tik menunjukkan tidak ada perbedaan yang etiology of periodontitis. Periodontol
bermakna pada jumlah limfosit antara pera- 2000 , 36:14–26.
watan SRP dan SRP dengan pemberian ci- 4. Russel JN, Susan KH, Michael G, New-
profloxacin( tabel 3). Hal ini berarti bahwa man, Kenneth TM, 2006, Microbial Inte-
SRP maupun SRP dengan pemberian ciprof- raction with the Host in Periodontal Dis-
loxacin sama efektifnya dalam merawat peri- eases In. Newman, M.G., Takei, H.H.,
odontititis dilihat pada parameter jumlah lim- Klokkevold, P.R., Carranza, F.A.,
fosit. Carranza’s Clinical Periodontology, 10 th
.,W.B. Saunders Company, Philadelphia,
Kesimpulan Dan Saran 74-94, 263-9,432-53, 631-50, 749 pp. 36-
73, 254-260, 500, 682
Berdasarkan penelitian yang telah 5. Russel JN, Susan KH, Michael G, New-
dilakukan terdapat perbedaan yang bermakna man, Kenneth TM, 2006, Microbial Inte-
pada jumlah leukosit dan tidak terdapat raction with the Host in Periodontal Dis-
perbedaan yang bermakna pada jumlah eases In. Newman, M.G., Takei, H.H.,
neutrofil dan limfosit sehingga disimpulkan Klokkevold, P.R., Carranza, F.A.,
bahwa hasil perawatan antara scaling root Carranza’s Clinical Periodontology, 10 th
planing (SRP) dengan ciprofloxacin lebih .,W.B. Saunders Company, Philadelphia,
efektif dari pada perawatan SRP tanpa 74-94, 263-9,432-53, 631-50, 749 pp. 36-
pemberian ciprofloxacin per oral pada 73, 254-260, 500, 682
penderita periodontitis diukur dari parameter 6. Berglundh T, Krok L, Liljenberg B,
jumlah leukosit dan sama efektifnya diukur Westfelt E, Serino G, Lindhe J.,1998,
dengan parameter hitung jenis jumlah The use of metronidazole and amoxicillin
leukosit yaitu jumlah neutrofil dan limfosit in the treatment of advanced periodontal
dalam cairan sulkus gingiva. disease. A prospective, controlled clini-
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut : caltrial. J Clin Periodontol, 25: 354-362.
lokasi pengambilan cairan sulkus gingiva 7. Walker CB., 1996, The acquisition of an-
pada rahang yang sama, misalnya pada tibiotic resistance in the periodontal mi-
posterior rahang bawah, kedalaman sulkus croflora. Periodontol 2000; 10:79–88
lebih ditentukan yang terjangkau alat SRP 8. Bidault P, Fatiha C, Grenier D, 2007,
dan selalu melakukan kontrol plak pada Systemic Antibiotic Therapy in the
pasien yang dilakukan perlakuan. Treatment of Periodontitis, JCDA, Vol.
73, No. 6
Daftar Pustaka 9. Van Winkelhoff AJ, Rams TE, Slots J.,
1996, Systemic antibiotic therapy in peri-
1. Wahyukundari M.A, 2009, Perbedaan odontitics. Periodontol 2000,; 10:45–78
Kadar Matrix Metalloproteinase-8 10. Ahmed MG, Harish NM, Narayana
Setelah Scaling dan pemberian RC,Prabhu P, 2009, Formulation of
Tetrasiklin pada penderita Periodontitis chitosan-based ciprofloxacin and
diclofenac film for periodontitis therapy,