Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN TETAP

PRAKTIKUM DASAR-DASAR TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN


PENGAMATAN KEMUNDURAN MUTU IKAN

Oleh :
Kelompok 8
Ricky Setyo Aditomo 05111006013
Yogi Christian Josua 05111006019
Hilda Dian Sarlita 05111006028
Ni Made Pratiwi 05111006038
Achmad Haidir 05111006040

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDERALAYA
2012
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejak beberapa abad yang lalu manusia telah memanfaatkan ikan sebagai
salah satu bahan pangan yang banyak mengandung protein. Protein ikan sangat
diperlukan oleh manusia karena selain lebih mudah dicerna juga mengandung asam
amino dengan pola yang hampir sama dengan pola asam amino yang terdapat di
dalam tubuh manusia. Berdasarkan hasil penelitian, ternyata daging ikan mempunyai
komposisi kimia sebagai berikut:
Air : 60,0 – 84,0 %
Protein : 18,0 – 30,0 %
Lemak : 0,1 – 2,2 %
Karbohidrat : 0,0 – 1,0 %
Vitamin dan mineral : sisanya
Kebutuhan setiap manusia akan protein hewani sangat bervariasi, tergantung
pada umur, jenis kelamin dan aktivitas yang dilakuka. Kalau kita andaikan sumber
protein hewani hanya berasal dari ikan, jumlah daging dan protein ikan yang harus
dimakan.Bagi tubuh manusia, daging ikan mempunyai beberapa fungsi, yaitu
diantaranya:
1) menjadi sumber energi yang sangat dibutuhkan dalam menunjang aktivitas
kehidupan sehari-hari
2) membantu pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh
3) mempertinggi daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit dan juga
memperlancar proses-proses fisiologi didalam tubuh.
Kekurangan daging ikan dapat berakibat timbulnya penyakit kuasiorkor,
busung lapar, terhambatnya pertumbuhan mata, kulit dan tulang, serta menurunnya
tingkat kecerdasan (terutama pada anak-anak), bahkan dapat menimbulkan kematian.
Memang sangat sulit untuk mempertahankan kesegaran ikan sampai ke tangan
konsumen, karena ikan merupakan komoditi yang sangat mudah busuk. Ikan mulai
mengalami proses pembusukan sejak pertama kali ditangkap. Adapun yang dimaksud
ikan segar adalah ikan yang masih mempunyai sifat sama seperti ikan hidup, baik
rupa, bau, rasa maupun teksturnya. Dengan kata lain, ikan segar adalah :
1) Ikan yang baru saja ditangkap dan belum mengalami proses pengawetan maupun
pengolahan lebih lanjut.
2) Ikan yang belum mengalami perubahan fisik maupun kimiawi atau yang masih
mempunyai sifat sama seperti ketika ditangkap.
Proses perubahan pada tubuh ikan terjadi karena adanya aktivitas enzim,
mikroorganisme, atau oksidasi oksigen. Setelah ikan mati, berbagai proses perubahan
fisik maupun kimiawi berlangsung lebih cepat. Semua perubahan ini akhirnya
mengarah kepada pembusukan. Seluruh permukaan tubuh ikan yang sedang
mengalami proses pembusukan dipenuhi lendir. Adapun urutan proses perubahan
yang terjadi pada tubuh ikan adalah sebagai berikut:
- Prerigormortis, suatu fase waktu antara disaat mana ikan sedang mengalami
kematian sampai mati.
- Proses rigormortis, suatu fase yang ditandai dengan mengejangnya tubuh ikan dan
ikan yang berada pada fase ini menandakan bahwa ikan masih dalam keadaan
segar.
- Pasca rigormortis, suatu fase yang menyebabkan jaringan otot ikan tidak dapat
mempertahankan fleksibilitasnya(kekenyalan), daging ikan menjadi lunak kembali
dan proses pembusukan akan segera berlangsung.
Setiap jenis ikan memiliki rentang waktu yang berbeda untuk setiap tahap
fase kemunduran mutu/pembusukan. (Bahar, H. 2006).

B. Tujuan

Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa lebih memahami tingkat kemuduran


mutu ikan sehingga dapat membedakan sampai sebatas mana ikan layak untuk
dikonsumsi.
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Sistematika Ikan

Adapun sistematika ikan-ikan yang digunakan dalam praktikum ini antara


lain sebagai berikut :
1. Ikan Sarden (Sardinella lemuru)
klasifikasi : Animalia
phylum : Chordata
class : Pisces
sub class : Teleostei
ordo : Percomorfes
sub Ordo : Malotopterygii
family : Clupeidae
genus : Sardinella
spesies : Sardinella lemuru
Ikan sarden (Sardinella lemuru) memiliki bentuk badan yang memanjang,
perut agak bulat dengan sisik berduri. Awal sirip punggung sedikit ke muka dari
pertengahan badan, lebih dekat kea rah moncong daripada ke drip ekor. Ikan sarden
disebut juga ikan lemuru dikenal dengan produk kaleng. Ikan ini memiliki daging
mirip ikan kembung. Sarden merupakan ikan laut yang terdiri dari beberapa spesies
dari family clupadae. ikan ini mampu bertahan hingga kedalam lebih dari 1000
meter. Ikan ini cocok digunakan sebagai makanan dihidangkan dengan saus cabe
atau saus tomat. Sarden adalah ikan yang memiliki nilai komersial.(Khairuman 2002)
2. Ikan Ekor Kuning (Lutjanus chrysurus)
Sistematika ikan ekor kuning (Lutjanus chrysurus) menurut Bahar,(2006)
adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
sub phylum : Vertebrata
class : Teleostei
sub Class : Actinopterygii
ordo : Perciformes
genus : Lutjanus
species : Lutjanus chrysurus
Tubuh yang berukuran besar, berbentuk fusiform (torpedo), sedikit kompres
dari sisi ke sisi. Jari-jari insang 26-34 pada lengkuangan pertama. Memiliki dua sirip
dorsal/punggung, sirip depan biasanya pendek dan terpisah oleh celah yang kecil
dari sirip belakang. Mempunyai jari-jari sirip tambahan (finlet) 8-10 finlet dibelakang
sirip punggung dan sirip anal 7-10 finlets. Memiliki sisip pelvik yang kecil. Pada
spesimen yang berukuran besar memiliki sirip dorsal kedua dan sirip anal yang
sangat panjang, mencapai lebih dari 20% panjang cagak sirip pektoralnya cukup
panjang, biasanya lebih dari panjang sirip dorsal kedua biasanya 22-31% dari
panjang fork. Sirip ekor bercagak agak ke dalam dengan jari-jari penyokong
menutup seluruh ujung hipural. Sirip ekornya berbentuk sangat ramping dan terdiri
dari 3 keel. Tubuhnya tertutup oleh sisik yang sangat kecil, berwarna biru tua dan
agak gelap pada bagian atas tubuhnya. Sisik berukuran besar kadang berkembang
namun jarang nampak. Tanda sisik yang berukuran besar membentuk semacam
lingkaran di sekeliling tubuh pada bagian belakang kepala, dan kemudian berkurang
di bagian belakang sirip dorsal kedua. Ikan ekor kuning berwarna biru tua gelap pada
sisi belakang dan di atas tubuhnya dengan perut kuning atau silver (Bahar, 2006).
3. Ikan Kembung (Rastreliger canagurta)
Ikan kembung(Rastreliger canagurta) mempunyai klasifikasi menurut
Khairuman (2002) sebagai berikut:
kingdom : Animalia
filum : Chordata
kelas : Pisces
ordo : Pecomorphi
famili : Scombridae
genus : Rastrelliger
spesies : Rastreliger canagurta
Ikan kembung (Rastreliger canagurta) tergolong ikan pelagik yang
menghendaki perairan yang bersalinitas tinggi. Ikan kembung suka hidup secara
bergerombol dan kebiasaan makan adalah memakan plankton yang besar/kasar
(Copepode atau Crustacea).
Ikan kembung (Rastreliger canagurta) memiliki rahang, tubuh bilateral
simetris, mulutnya terminal dan memiliki tutup insang. Ikan kembung juga memiliki
linea lateralis, rudimeter, finlet, memiliki lubang hidung dua buah (dirhinous),
bersisik dan tidak memiliki sunggut, ikan kembung juga memiliki satu buah sirip
punggung, dua buah sirip perut, pectoralis, sirip anal dan sirip ekor bercagak
(Khairuman 2002)
4. Sepat Siam ( Trichogaster pectoralis)
Sistematika Ikan Sepat Siam ( Trichogaster pectoralis ) Mandala.( 2005)
adalah sebagai berikut :
filum : Chordata
sub filum : Vertebrata
class : Pisces
sub class : Teleostei
ordo : Percomorphoidei
sub Ordo : Anabantoidei
family : Anabantidae
genus : Trichogaster
species : Trichogaster pectoralis
Ikan sepat siam termasuk salah satu ikan introduksi yang berasal dari
Thailand pada tahun 1934. Bentuk badan memanjang dan pipih. Bermulut kecil
dengan bibir yang tipis, satu sirip perut yang terdepan berubah menjadi semacam
cambuk yang dapat digerakkan. Punggung berwarna hijau kehitaman, tapi pada
bagian perut berwarna lebih terang. Pada bagian tubuh ikan sepat siam terdapat satu
garis hitam horizontal dari mata sampai ujung batang ekor, juga garis vertical yang
tidak lurus mulai dari awal sirip dada sampai ekor, ikan sepat siam memiliki sisik
kecil-kecil dan panjang maksimumnya adalah sekitar 25 cm. Ikan sepat siam hidup
disungai dan rawa-rawa, mudah untuk dipelihara dikolam. Sepat siam dapat tumbuh
dengan cepat bila dipelihara di kolam dengan pakan alami berlimpah. Selain makan
plankton, ikan ini juga memakan tanaman air yang lunak. Ikan sepat siam dapat
hidup dengan baik pada daerah dengan ketinggian 0-7 m DPL (Mandala, J. 2005)
5. Ikan Tembakang (Helostoma temminckii)
Sistematika ikan Tembakang(Helostoma temminckii) menurut Mandala.
(2005) sebagai berikut:
filum : Chordata
class : Actinopterygii
ordo : Perciformes
family : Helostomatidae
genus : Helostoma
spesies : Helostoma temminckii
Ikan tambakan memiliki tubuh berbentuk pipih vertikal. Sirip punggung dan
sirip analnya memiliki bentuk dan ukuran yang hampir serupa. Sirip ekornya sendiri
berbentuk nyaris bundar atau mengarah cembung ke luar, sementara sirip dadanya
yang berjumlah sepasang juga berbentuk nyaris bundar. Di kedua sisi tubuhnya
terdapat, pola berupa garis tipis yang berawal dari pangkal celah insangnya sampai
pangkal sirip ekornya. Kurang lebih ada sekitar 43-48 yang menyusun gurat sisi
tersebut. Ikan tambakan diketahui bisa tumbuh hingga ukuran 30 sentimeter.Salah
satu ciri khas dari ikan tambakan adalah mulutnya yang memanjang. Karakteristik
mulutnya yang menjulur ke depan membantunya mengambil makanan semisal lumut
dari tempatnya melekat. Bibirnya diselimuti oleh semacam gigi bertanduk, namun
gigi-gigi tersebut tidak ditemukan di bagian mulut lain seperti , premaksila, dentary,
dan langit-langit mulut. Ikan tambakan juga memiliki tapis insang (gill raker) yang
membantunya menyaring partikel-partikel makanan yang masuk bersama dengan air.
Ada dua jenis ikan tambakan berdasarkan warnanya, namun mereka masih termasuk
dalam spesies yang sama: ikan tambakan berwarna dan ikan tambakan berwarna
pucat. Belakangan, ada juga jenis ikan tambakan yang ukurannya lebih kecil dari
ikan tambakan kebanyakan dan bentuknya bundar nyaris menyerupai balon. Variasi
genetis ikan tersebut biasa dikenal dengan nama "gurami pencium kerdil" atau "balon
merah muda".( Mandala.2005)
B. Kemunduran Mutu Ikan
Ikan yang bersifat perishable atau mudah mengalami pembusukan atau
kemunduran mutu. Fase-fase pembusukan pada ikan ada 3 tahap, yaitu
prerigormortis, rigormortis, dan pascargormortis. Dan proses perubahan pada tubuh
ikan terjadi karena adanya aktivitas enzim, mikrooranisme, atau oksidasi oksigen.
Setelah ikan mati, berbagai proses perubahan fisik maupun kimiawi berlangsung
secara cepat. Semua perubahan ini akhirnya mengarah ke pembusukan. Seluruh
permukaan tubuh ikan yang sedang mengalami proses pembusukan dipenuhi lendir.
Adapun urutan proses perubahan yang terjadi pada tubuh ikan adalah sebagai
berikut :
1. Proses perubahan pada ikan setelah penangkapan
Meliputi, prerigormortis,rigormortis,dan pascarigormortis.
2. Proses perubahan karena aktivitas enzim (Autolisis).
Autolisis adalah proses penguraian organ-organ tubuh ikan oleh enzim-enzim
yang terdapat didalam tubuh ikan sendiri.Proses ini biasanya terjadi setelah ikan
yang mati melewati fase rigormortis. Selama ikan hidup, enzim-enzim yang terdapat
didalam tubuh berasal dari daging(cathepsin), enzim pencernaan (trypsin,
chemotrypsin dan pepsin) atau enzim dari mikroorganisme yang terdapat pada
saluran pencernaan. Untuk menghindari terjadinya autolisis, ikan sebaiknya
dipanaskan pada suhu 60-80oC dalam waktu yang relative singkat sekitar 5 menit.
3. Proses perubahan karena aktivitas Mikroorganisme
Dalam keadaan hidup, ikan dapat dianggap tidak mengandung bekteri yang
sifatnya tidak mengandung bakteri yang sifatnya merusak. Adapunjenis bakteri yang
umumnya ditemukan pada tubuh ikan adalah Achromobacter, Pseudomonas,
Micrococcus, dan Bacillus.
4. Proses perubahan karena oksidasi
Proses perubahan pada ikan dapat juga terjadi karena proses oksidasi lemak,
sehingga timbul aroma tengik yang tidak diinginkan. Pada praktikum ini hal-hal yang
diamati adalah post mortemnya yaitu, rentang waktu pada tahap-tahap kemunduran
mutu ikan setelah ikan mati. Hari pertama ikan masih berada dalam keadaan hidup
sehingga untuk hari keduanya ikan masih berada pada fase rigormortis dan dalam
keadaan segar. Pengamatan yang dilakukan meliputi, tekstur tubuh, mata, insang,
sisik, keadaan perut, bau dan lendir. Dilakukan pada ikan yang disiangi dan tanpa
penyiangan. Pada ikan yang disiangi lebih lama mengalami kemunduran mutu karena
penyiangan dilakukan dengan membuang insang dan jeroan atau isi perut. Keduanya
merupakan tempat adanya bakteri sehingga proses kemunduran mutunya lebih lama
terjadi. Sedangkan pada ikan tanpa penyiangan lebih cepat mengalami kemunduran
mutu karena bakteri-bakteri tersebut menyerang tubuh bagian dalam, dan saluran
pencernaan menuju jaringan daging dan dari permukaan kulit menuju ke jaringan
tubuh bagian dalam. Sehingga proses rigormortisnya hanya bertahan selama 3 hari
dengan media pembekuan.
Proses kemunduran mutu kesegaran ikan akan terus berlangsung jika tidak
dihambat. Cepat lambatnya proses tersebut sangat dipengaruhi oleh banyak hal, baik
faktor internal yang lebih banyak berkaitan dengan sifat ikan itu sendiri maupun
eksternal yang berkaitan dengan lingkungan dan perlakuan manusia. Faktor biologis
(internal) tidak mudah ditangani karena berkaitan dengan sifat ikan itu sendiri. Meski
begitu, dalam beberapa hal beberapa tindakan dapat dilakukan. Misalnya untuk ikan
budidaya dipuasakan lebih dulu paling tidak 4 jam sebelum dipanen sehingga ikan
tidak dalam kondisi kenyang ketika dipanen. Yang paling dapat dilakukan adalah
menangani faktor eksternal karena berkaitan dengan tindakan dan lingkungan yang
diberikan. Betapa pun, penurunan mutu harus dihambat sejak awal, yaitu sejak ikan
ditangkap atau diangkat dari habitat hidupnya, dan tetap dilanjutkan ketika ikan
didaratkan, selama transportasi hingga selama pengolahan. Ada dua cara utama untuk
menghambat kemunduran mutu ikan segar. Yang pertama adalah dengan merusak
atau mematikan agen penyebab kerusakan, yaitu enzim dan bakteri. Dengan
menggunakan suhu tinggi pemanasan, pemasakan, dan sebagainya biang penyebab
kerusakan tersebut tidak aktif lagi. Namun cara ini tidak hanya berpengaruh terhadap
agen penyebab kemunduran mutu ikan, tetapi juga mengubah sifat asli kesegaran
ikan.
Cara kedua adalah dengan menghambat aktivitas penyebab kemunduran mutu
hingga pada tingkat paling rendah. Misalnya dengan menggunakan garam,
pengeringan, dan sebagainya. Namun cara ini juga menyebabkan banyak perubahan
terhadap sifat asli kesegaran ikan. Agar sifat asli kesegaran ikan bertahan, yang
diperlukan adalah cara yang tidak banyak berpengaruh terhadap sifat asli kesegaran
ikan. Cara paling mudah dan jitu untuk menghambat biang kerusakan ikan adalah
dengan menggunakan suhu rendah. Istimewanya, dengan suhu rendah ini aktivitas
biang kerusakan terhambat sedangkan sifat asli kesegaran ikan hampir tidak berubah.
Pada suhu rendah tersebut aktivitas enzim terhambat, aktivitas dan pertumbuhan
bakteri pun terhambat dan bahkan sebagian bakteri yang tidak tahan suhu rendah
akan mati. Akibatnya, kemunduran mutu ikan berjalan jauh lebih lambat sehingga
ikan tetap segar dalam jangka waktu lama. Kemampuan suhu rendah
mempertahankan ikan tetap segar sangat ditentukan oleh mutu awal ikan, teknik
untuk membuat ikan bersuhu rendah, dan penerapan suhu rendah tersebut hingga
ikan siap digunakan (sistem rantai dingin).
Cara paling sederhana, mudah, murah dan lazim digunakan untuk membuat
ikan bersuhu rendah adalah dengan menurunkan suhu menggunakan es. Dengan cara
ini ikan menjadi dingin tetapi tidak beku. Titik beku ikan (-1,1° s/d -2,2°C) tidak
akan tercapai, dan suhu terendah yang dicapai sekitar 0°C. Pada suhu ini semua
aktivitas penyebab kemunduran mutu ikan terhambat total sehingga kemunduran
mutu pun terhambat. Tidak hanyak itu, dengan es tersebut ikan akan tetap basah,
bersih dan mengkilap akibat tercuci lelehan es (Suwarno, 2006).

III. METODOLOGI
A. Waktu dan Tempat

Praktikum Dasar-Dasar Teknologi Hasil Perikanan dilaksanakan pada hari


kamis tanggal 08 maret dari pukul 14.30 sampai dengan selesainya praktikum
tersebut,di Laboratorium THI.

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah pisau, alas plastic untuk penyiangan, baskom,
talenan. Sedangkan bahannya adalah ikan ekor kuning,ikan sepat,ikan sarden,ikan
tembakang dan ikan kembung.

C. Cara Kerja

Ikan diamati kondisi fisiknya mulai dari mutu, insang, tekstur daging, keadaan kulit
dan lendir, keadaan perut dan sayatan daging serta bau.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

Adapun hasil pengamatan yang diperoleh pada praktikum kemunduran mutu


ikan adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Hasil pengamatan praktikum kemunduran mutu ikan.
Kelompok No Ikan Ikan Keterangan
Sampel segar busuk
I.Ikan ekor 1 √ - Daging elastis, bau masih segar
kuning(Lutjan 2 - √ Mata keabu-abuan, warna kulit agak
us chrysurus) 3 √ - pudar
Daging elastis, matanya bening
II.Ikan Sepat 1 √ - Mata cembung,daging kompak
(Trichogaster 2 - √ Insang warna coklat,mulut terbuka
pectoralis) 3 - √ Mata cekung,insang warna coklat
daging tidak kompak
III.Ikan 1 - √ Mata cekung,berbau agak tengik
Sarden 2 √ - Mata cembung,insang merah
(Sardinella 3 - √ Mata cekung,daging tidak kompak,
lemuru) Memiliki lendir,berbau sudah tidak
segar lagi.
IV.Ikan 1 √ - Insang berwarna merah,mata
Tembakang(H 2 √ - cembung,berbau khas,daging elastis
elostoma 3 √ - warna kulit ikan yang cerah dan
temminckii) tidak memiliki lendir
V. Ikan 1 - √ Mata sudah cekung, berwarna keruh
Kembung 2 - √ atau buram, insang berwarna
(Rastrelliger 3 √ - coklat,berlendir, badan lunak, bau
canagurta) sudah busuk, kulit warnanya pudar.

B. PEMBAHASAN

Pada pratikum Dasar-Dasar Teknologi Hasil Perikanan yang dilaksanakan


hari kamis yang mempunyai judul percobaan “Pengamatan Kemunduran Mutu Ikan”.
Dari praktikum tersebut kami sebagai praktikan dapat mengetahui dan membedakan
ikan. Pengamatan untuk mengetahui mutu kemunduran ikan memberitahu bahwa
ikan yang dijual di pasar memiliki tingkat kesegaran yang berbeda, bahkan kami juga
mendapati ikan yang tidak layak untuk konsumsi. Adapun cara kami mengetahui
standar atau tingkat kesegaran suatu ikan atau ikan telah membusuk melalui
percobaan pengamatan berikut,yaitu dengan melihat parameter. Adapun parameter
ikan yaitu mata, insang, tekstur daging, keadaan kulit dan lender, keadaan perut dan
sayatan daging, dan bau. Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui tahap–tahap
kemunduran mutu ikan setelah ikan mati dengan cara penyiangan atau tanpa
penyiangan. Setelah ikan mati, praktikum dilanjutkan dengan mengamati ikan pada
menit-menit yang telah ditentukan. Proses perubahan pada ikan setelah penangkapan.
Meliputi, prerigormortis, rigormortis, dan pascarigormortis. Setelah itu dilanjutkan
dengan proses perubahan karena aktivitas enzim (autolisis).
Pada saat kami melakukan praktikum mengamati ikan sarden yang dibuat
dengan tiga sampel ikan yang sama yaitu ikan sarden dengan keadaan ikan yang
sudah mati semua,tetapi dari ketiga ikan tersebut ada yang masih segar dan ada juga
ikan yang sudah tidak segar.pada sampel pertama yaitu ikan sarden yang mutu nya
sudah tidak segar lagi atau masih biasa dibilang sudah busuk,dengan warna insang
coklat,warna kulit ikan sudah tidak cerah lagi,mata cekung,daging tidak kompak bila
ditekan meninggalkan jejak jari,bau nya juga sudah tidak khas lagi tapi sedikit
tengik. Kemudian pada sampel kedua mutu nya masih segar dengan warna insang
yang merah,warna kulit ikan yang cerah,mata yang cembung,daging yang elastis dan
tidak meninggalkan jejak jari dibagian perut nya,dan bau ikan tersebut masih khas
yaitu bau amis. Lalu pada sampel yang ketiga ikan sarden nya sudah tidak segar lagi
mutu ikan sarden tersebut sudah turun dan mulai membusuk,dengan warna kulit yang
tidak cerah lagi, mata yang cekung, warna insang coklat, daging yang sudah tidak
kompak lagi dan jika ditekan dibagian perutnya meninggalkan jejak, dan memiliki
lendir yang banyak.
Pada percobaan praktikum kali ini dapat kita simpulkan hasil yaitu kita dapat
mengetahui dan lebih memahami tingkat kemunduran mutu ikan sehingga kita dapat
membedakan sampai sebatas mana ikan tersebut layak untuk dikonsumsi. Pada
praktikum kali ini juga dapat kita ketahui kesegaran dari ikan air tawar yang dapat
terlihat jelas bahwa parameter dari ikan tersebut dalam keadaan yang baik dengan
contoh tekstur pada daging dan sayatan daging masih cemerlang dan jika dibelah
maka daging melekat kuat pada tulang terutama rusuknya. Hal didukung karena ikan
air tawar dibudidayakan dengan baik, ditangkap dari alam dan mungkin
pengolahannya sudah bagus.
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
1. Ikan memiliki protein, lemak, dan vitamin yang baik untuk tubuh manusia.
2. Adanya beberapa fase dalam perubahan fisik yang di sebabkan oleh aktivitas
enzim dan mikroorganisme.
3. Kita dapat mengetahui tentang ikan yang layak buat dikonsumsi
4. Dapat lebih teliti dalam menentukan ikan yang segar atau busuk
5. Cara untuk mengetahui tingkat kesegaran ikan dapat dilihat dari mata, insang,
tekstur daging, keadaan kulit dan lendir, kedaan perut dan sayatan daging, serta
bau dari ikan.

B.SARAN
Dari praktikum ini kita sudah banyak mendapatkan ataupun memepelajari
mengenai ikan segar dan ikan busuk sehingga kita bisa membedakan hal tersebut,
DAFTAR PUSTAKA

Bahar, H. 2006. Sumberdaya Perikanan Indonesia. Galia Indonesia : Jakarta.


Khairuman, M. 2002. Morfologi Ikan. Gramedia : Jakarta
Khairuman (2002) .Morfologi ikan.Sukabumi:Bandung
Mandala, J. 2005. Budidaya Perairan. Penebar Swadaya : Jakarta
Suwarno,Hadi.2006.Dasar-Dasar Teknologi Hasil perikanan SMK Negri 6.Modul:
Bandar Lampung

Anda mungkin juga menyukai