Anda di halaman 1dari 73

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan teknologi serta lahirnya inovasi-inovasi baru

mengakibatkan banyak produk baru yang muncul, termasuk berbagai jenis

peralatan rumah tangga yang serba elektrik. Peralatan tersebut, mulai dari

lampu penerangan, televisi, kulkas hingga AC, kini sudah menjadi barang

kebutuhan rumah tangga dan merupakan sumber pemborosan bila tidak

digunakan secara efisien. Penggunaan listrik dapat menjadi boros ataupun

hemat tergantung oleh cara pemakaiannya. Banyak terjadi, konsumsi listrik

melambung tinggi untuk hal yang seharusnya dapat dikurangi. Disamping itu,

tagihan listrik yang tinggi dapat disebabkan oleh pemakaiannya yang salah.

Penggunaan energi listrik dalam kapasitas besar, umumnya

digunakan untuk keperluan usaha dan bisnis. Namun dalam penggunaan

energi listrik kapasitas besar, banyak kalangan pengusaha menghadapi

permasalahan. Permasalahan tersebut antara lain adanya rugi-rugi jaringan

dan penurunan tegangan yang terjadi pada saluran. Penyaluran daya listrik

dari pembangkit ke konsumen yang diharapkan adalah daya yang disalurkan

sama dengan jumlah daya yang sampai ke konsumen. Tetapi dalam

kenyataannya, daya yang disalurkan tidak sama dengan daya yang sampai ke

konsumen.

Umumnya penyaluran akan daya listrik digunakan melayani beban-

beban seperti : motor-motor listrik, transformator, lampu TL dan sebagainya

1
yang mana beban-beban tersebut mengandung gulungan-gulungan kawat

(induktor). Induktor merupakan komponen yang menyerap daya listrik untuk

keperluan magnetisasi dan daya lisrik tersebut disebut daya reaktif. Suatu

beban dikatakan induktif apabila beban tersebut membutuhkan daya reaktif

dan disebut kapasitif apabila menghasilkan daya reaktif. Bertambahnya beban

yang bersifat induktif membutuhkan daya reaktif yang sangat besar sehingga

sumber (pembangkit listrik) harus mensuplai daya yang lebih besar. Keadaan

seperti ini dapat menyebabkan jatuh tegangan, arus pada jaringan bertambah

dan faktor daya rendah pada daerah dekat beban.

Rendahnya faktor daya dapat diatasi dengan menambahkan sumber

daya reaktif. Sumber daya reaktif tersebut dapat diletakkan pada daerah dekat

beban untuk mensuplai daya reaktif yang dibutuhkan oleh beban tersebut.

Sumber daya reaktif yang digunakan adalah kapasitor. Penambahan sumber

daya reaktif ini juga diharapkan dapat mengurangi rugi-rugi daya dan jatuh

tegangan. Misalnya penggunaan lampu TL pada instalasi penerangan yang

masih sering digunakan oleh masyarakat.

Lampu TL banyak digunakan oleh masyarakat karena apabila

dibandingkan dengan lampu jenis pijar, maka lampu jenis TL tampak

mempunyai efisiensi yang lebih tinggi yaitu dengan besar daya yang sama,

diperoleh kuat penerangan yang lebih besar, selain itu pada lampu jenis pijar,

banyak energi listrik yang diubah menjadi energi panas saja. Walaupun lampu

jenis TL mempunyai efisiensi lebih tinggi dari pada lampu jenis pijar, tetapi

lampu ini masih mempunyai kerugian–kerugian yang cukup berarti yaitu :

2
Harga lebih mahal, hal ini tidak terlalu menjadi masalah, sebab masih

terjangkau oleh masyarakat kalangan tertentu. Memerlukan ballast, dengan

adanya ballast ini akan menimbulkan kerugian daya pada ballast sendiri, yang

kerugian cukup besar, dan juga rendahnya harga faktor kerja (Cos φ) karena

pada lampu jenis TL yang konvensional digunakan ballast jenis induktor

(kumparan).

Karena semakin mahalnya energi listrik, maka dimulailah beberapa

cara untuk menghemat energi listrik, sehingga semakin banyak misalnya

digunakan lampu–lampu jenis tabung TL karena dianggap lebih efisien dalam

mengubah energi listrik menjadi energi cahaya, tetapi kendala timbul setelah

digunakan dalam jumlah yang banyak dan beban yang cukup besar

mengakibatkan menurunya faktor daya sumber yang berakibat tidak

tercapainya jumlah beban dan jumlah daya tersedia dari sumber, akibatnya

penggunaan lampu jenis ini akan menurunkan jumlah daya yang tersedia dari

sumber, juga kesulitan lain berupa sulit menyala dengan normal pada saat

terjadi beban puncak dan menurunya tegangan sumber.

Oleh karena itu, perlu diteliti lebih lanjut aspek ekonomis dari

penggunaan lampu TL berdasarkan pertimbangan teknis dan biaya. Hal

tersebut menjadi sebab diadakannya penelitian terhadap lampu neon atau

lampu TL ini, dengan membedakannya berdasarkan perbedaan sistem, yaitu

TL sistem trafo dan TL sistem elektronik, untuk mencari rasio keuntungan

berdasarkan konsumsi daya dan biaya penggunaan. Adapun strategi ini adalah

dengan memasangkan kapasitor. Pemasangan kapasitor ini dilakukan untuk

3
memperbaiki faktor daya sehingga dapat meminimalkan atau meniadakan

biaya penggunaan kVARh dan juga dapat meningkatkan besarnya daya

reaktif.

Selain meningkatkan tagihan listrik, instalasi faktor daya rendah

akan menyebabkan kenaikan suhu operasi, rugi-rugi, tegangan jatuh, dan

efisiensi penggunaan energi listrik menjadi turun.

Untuk alasan ini, otoritas penyedia listrik memasukkan ketentuan

tagihan yang berhubungan dengan besarnya operasi faktor daya yang tinggi

pada beban komersial dan industri.

Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka dari itu kami dalam

menyusun Tugas Akhir ini mengangkat judul “ANALISIS FAKTOR DAYA

LAMPU TL DAN LHE PADA INSTALASI PENERANGAN”.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana menghitung besar daya reaktif yang dibutuhkan pada instalasi

penerangan.
2. Bagaimana menghitung besar kapasitas kapasitor, apakah telah sesuai

dengan besar kapasitas kapasitor yang dibutuhkan pada instalasi

penerangan.

1.3. Batasan Masalah

Mengingat pembahasan tentang faktor daya (cos φ) sangat luas,

maka masalah dibatasi yakni hanya menyangkut salah satu aplikasi

(penggunaan) kapasitor sebagai perbaikan faktor daya.

1.4. TujuanPenelitian

4
Adapun tujuan penelitian dari tugas akhir ini adalah :

1. Menentukan nilai kapasitas daya reaktif yang diperlukan pada instalasi

penerangan.
2. Menghitung besar nilai kapasitas kapasitor yang dibutuhkan untuk

memperbaiki faktor daya pada instalasi penerangan.

1.5. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermamfaat bagi :

1. Bagi Institusi
Hasil penelitian ini kiranya dapat memjadi kumpulan literatur bagi

mahasiswa, khususnya mahasiswa Teknik Elektro.


2. Bagi Penulis
Agar menambah wawasan dan pengetahuan tentang perkembangan

ilmu kelistrikan dalam memahami Faktor Daya lampu TL dan LHE.


3. Bagi Pembaca
Kiranya dapat menjadi bahan masukan yang bermanfaat bagi peneliti

lain yang berminat di bidang ini.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori Umum

Pada dasarnya suatu inovasi baru tidak mudah diserap oleh seluruh

lapisan masyarakat seperti misal "Teknologi Energi Listrik", mula-mula

diterima oleh masyarakat pada kalangan atas, bangsawan, feodal, maupun

teknokrat, dan lama kelamaan kalangan menengah kebawah merasa butuh

5
akan teknologi tersebut dan akhirnya lambat laun mau menerima, yang

ternyata saat sekarang ini teknologi listrik merupakan kebutuhan pokok

masyarakat di kota-kota besar.

Kenyataan yang dihadapi saat ini, masyarakat masih banyak yang

belum mengenal atau belum memahami apa yang dimaksud dengan lampu

hemat energi. Masyarakat cenderung memilih lampu yang murah dan mudah

didapatkan di pasaran tanpa mengetahui dengan pasti konsumsi energi dari

lampu tersebut. Hemat energi adalah suatu tema yang menarik perhatian

penuh di seluruh masyarakat umum, tapi dalam hubungan ini jarang

dipikirkan ke masalah penerangan.

Pemilihan jenis lampu juga berpengaruh terhadap besar kecilnya

biaya penggunaan listrik tersebut dan masyarakat terkadang kurang

memperhatikan hal ini, karena menganggap konsumsi energi listrik untuk

penggunaan lampu relatif lebih kecil dibandingkan penggunaan peralatan

listrik lainnya, seperti televisi, kulkas, maupun AC. Asumsi ini muncul akibat

adanya anggapan bahwa daya yang dibutuhkan oleh satu dari peralatan-

peralatan tersebut lebih besar dari pada daya sebuah lampu. Demikian pula

dengan waktu penggunaannya, dimana beberapa peralatan listrik seperti

kulkas dan AC harus hidup selama 24 jam non-stop, sedangkan lampu kurang

lebih hanya 9 jam per hari. Namun, potensi penghematan energi listrik pada

penggunaan lampu tersebut ternyata sangat besar dan lampu merupakan

peralatan pengguna tenaga listrik yang utama dan penting. Rata-rata hampir

50 % dari tenaga listrik digunakan untuk penerangan.

6
2.2. Gambaran Umum Sistem Penerangan di Indonesia

Sejarah perkembangan penerangan berawal sejak puluhan abad yang

lalu dari suatu penemuan manusia yang membutuhkan penerangan (cahaya

buatan) untuk malam hari dengan cara menggosok-gosokan batu hingga

mengeluarkan api atau cahaya, kemudian dari api dikembangkan dengan

membakar benda-benda yang mudah menyala hingga membentuk

sekumpulan cahaya dan seterusnya, sampai ditemukan bahan bakar minyak

dan gas yang dapat digunakan sebagai bahan penyalaan untuk lampu obor,

lampu minyak maupun lampu gas. Teknologi berkembang terus dengan

ditemukannya lampu listrik oleh Thomas Alpha Edison pada tanggal 21

Oktober 1879 di laboratorium Edison-Menlo Park, Amerika Serikat. Prinsip

kerja dari lampu listrik tersebut adalah dengan cara menghubung singkat

listrik pada filamen Karbon (C), sehingga terjadi arus hubung singkat yang

mengakibatkan timbulnya panas. Panas yang terjadi dibuat hingga suhu

tertentu sampai mengeluarkan cahaya, dan cahaya yang dihasilkan pada

waktu itu baru mencapai 3 Lumen/W (Lumen = satuan arus cahaya).

Lima puluh tahun kemudian, tepatnya tahun 1933, filamen karbon

diganti dengan filamen tungsten atau Wolfram (=Wo) yang dibuat membentuk

lilitan kumparan sehingga dapat meningkatkan efficacy lampu menjadi ± 20

Lumen/W. Sistem pembangkitan cahaya buatan ini disebut sistem pemijaran

(Incandescence). Revolusi teknologi perlampuan berkembang dengan pesat.

Pada tahun 1910 pertama kali digunakan lampu luah (discharge)

tegangan tinggi. Prinsip kerja lampu ini menggunakan sistem emisi-elektron

7
yang bergerak dari katoda menuju anoda pada tabung lampu akan menumbuk

atom-atom media gas yang ada di dalam tabung tersebut, akibat tumbukan

akan menjadi pelepasan energi dalam bentuk cahaya. Sistem pembangkitan

cahaya buatan ini disebut luminescence (berpencarnya energi cahaya keluar

tabung). Media gas yang digunakan dapat berbagai macam. Lampu luah

dengan gas Sodium tekanan rendah ditemukan pada tahun 1932, lampu luah

dengan gas Merkuri dikembangkan pada tahun 1935, dan kemudian tahun

1939 berhasil dikembangkan lampu fluorescence, yang biasa dikenal dengan

lampu neon, hingga lampu Xenon tahun 1959. Khusus lampu sorot dengan

warna yang lebih baik telah dikembangkan gas Metalhalide (Halogen yang

dicampur dengan Iodine) pada tahun 1964, sampai pada akhirnya lampu

Sodium tekanan tinggi tahun 1965. Prinsip emisi elektron ini yang dapat

meningkatkan efficacy lampu diatas 50 Lumen/W, jauh lebih tinggi dibanding

dengan prinsip pemijaran. Hal ini jelas karena rugi energi listrik yang diubah

menjadi energi cahaya melalui proses emisi elektron dapat dihemat banyak

sekali dibanding dengan cara pemijaran dimana energi listrik yang diubah

menjadi energi cahaya banyak yang hilang terbuang menjadi energi panas

(sebelum menjadi energi cahaya).

Pada era yang terakhir telah dikembangkan lampu pijar dengan

sistem induksi magnet yang mempunyai umur paling lama dari lampu-lampu

jenis lain ± 60.000 jam, namun hal ini masih dalam tahap penelitian.

Penelitian dan pengembangan (R & D) guna mendapat nilai ekonomi yang

lebih baik (benefit/ cost ratio). Untuk sistem penerangan dekade 90-an yang

8
banyak digunakan oleh masyarakat umum saat ini adalah jenis lampu

fluorescence kompak model SL atau PL, yang dikenal lampu hemat energi.

2.3. Dasar-Dasar Pemanfaatan Tenaga Listrik

Berdasarkan pada efisiensi pemanfaatan energi listrik yang hendak

dicapai tidak terbatas, sedangkan sumber yang tersedia sangat terbatas.

Pendekatan-pendekatan yang paling mendasar untuk

mengembangkan efesiensi teori penggunaan energi dapat dibagi atas 3 bagian

yaitu :

1. Penyeleksian dan pengembangan peralatan-peralatan yang akan digunakan

untuk memcapai tujuan yang digunakan yakni penghematan tenaga listrik.


2. Pengembangan proses pengelolahan guna mengatur keperluan-keperluan

energi dan mengurangi pemborosan material.


3. Bentuk dan sistem pemamfaatan energi untuk mengoptimalkan

penggunaan energi total dalam memperoleh tujuan akhir yang spesifik.

2.3.1. Analisa Pemanfaatan Tenaga Listrik

Langkah awal untuk meningkatkan efesiensi pemanfaatan tenaga

listrik pada gedung-gedung adalah membuat suatu perencanaan yang akurat

sebagai petunjuk, untuk menganalisa penggunaan pemmfaatan energi secara

terperinci. Penggunaan ini dapat diketahui berapa energi yang dipakai, berapa

biaya, dimana digunakan dan untuk keperluan digunakan.

Dalam rangka penghematan energi, maka penghematan energi listrik

dikendalikan agar penggunaan energi listrik secara sia-sia dapat dihindarkan.

Dengan demikian maka biaya energi dapat ditekan serendah mungkin tampa

mengurangi kualitas yang diharapkan.

9
Pada waktu tertentu apabila mendapatkan cukup sinar matahari baik

secara langsung atau pantulan dari luar ruangan. Maka tidak perlu

menyalakan semua lampu yang tingkat penerangannya dalam ruangan

tersebut sebaiknya disesuaikan dengan banyaknya lumen (LUX) dianjurkan

tenaga listrik secara efesien dapat diperlukan beberapa cara supaya diperoleh

daya guna yang tinggi, antara lain cara tersebut secara alami :

1. Pada beban penerangan


a. Memanfaatkan penerangan alam
b. Evaluasi jumlah lampu yang digunakan
c. Pemilihan atau indivikasi jenis lampu

2. Pada penyejuk udara

a. Memanfaatkan udara luar dengan menggunakan ventilasi udara dan

pintu ruangan sedemikian rupa.


b. Memperhitungkan tingkat kebutuhan penghuni dalam ruangan yang

dikondisikan.
c. Menentukan besar daya yang tepat dan sesuai dengan luar ruangan
d. Harus memperhitungkan sesuai standar normalisasi teknik dan

peraturan lain yang berlaku.

3. Pada peralatan kantor

Peralatan-peralatan kantor yang memakai energi listrik hendaknya

digunakan apabila sangat diperlukan dan di off-kan setelah kegiatan-

kegiatan itu dihentikan.

2.3.2. Cara Penghematan Tenaga Listrik

Berdasarkan cara penghematan tenaga listrik dapat diberikan

beberapa cara penghematan tenaga listrik yang efesien penggunaannya.

a. Cara operasi dan strategi pemeliharan

10
Untuk maksud penghematan tenaga listrik, pengoperasian perlu

diperhatikan. Hal ini dapat dilakukan meng off-kan peralatan sistem yang

tidak dibutuhkan serta mengurangi pemakain pada ruangan yang jarang

digunakan. Selain itu dapat pula dilakukan dengan membuat strategi

penjadwalan penggunaan peralatan-peralatan untuk mengurangi besar beban

puncak tersebut ialah mengatur jam kerja beban-beban yang tidak dipakai

harus sesuai dengan kebutuhan. Begitu pula prioritas ruangan dianggap lebih

penting saja dipasangkan penyejuk udara (AC).

b. Cara modifikasi
Penghematan energi dengan cara modifikasi dapat dilakukan dengan

cara menyempurnakan sistem penerangan yang hendak dimodifikasi perlu

diperhatikan besarnya beban agar tidak melebihi kapasitas penghantar yang

sudah terpasang. Demikian pula kapasitas peralatan-peralatan terpasang

seperti motor-motor, pompa dan lain-lain hendaknya disesuaikan dengan

kapasitas yang dibutuhkan, oleh karena itu peralatan-peralatan dengan

kapasitas yang terlalu besar sebaiknya diganti dengan kapasitas kecil yang

sesuai dengan kebutuhan.

2.4. Lampu TL

Penggunaan lampu fluorescence, dan selanjutnya disebut lampu TL

ini sudah sangat luas dan sangat umum baik untuk penerangan rumah,

perkantoran, ataupun penerangan pada industri-industri. Keuntungan dari

lampu TL ini, seperti yang telah disebutkan di atas adalah menghasilkan

11
cahaya output per watt daya yang digunakan lebih tinggi dari pada lampu

bolam biasa (incandescence lamp).

Gambar 2.1. Lampu TL

Prinsip kerja lampu TL yaitu, ketika tegangan AC 220 volt di

hubungkan ke satu set lampu TL maka tegangan diujung-ujung starter sudah

cukup untuk menyebabkan gas neon didalam tabung starter untuk panas

(terionisasi), sehingga menyebabkan starter yang pada kondisi normal adalah

normally open ini akan ‘closed’. Hal ini menyebabkan gas neon di dalamnya

dingin (deionisasi), dan dalam kondisi starter ‘closed’ ini terdapat aliran arus

yang memanaskan filamen tabung lampu TL sehingga gas yang terdapat

didalam tabung lampu TL ini terionisasi. Pada saat gas neon di dalam tabung

starter sudah cukup dingin maka bimetal di dalam tabung starter tersebut

akan ‘open’ kembali sehingga ballast akan menghasilkan spike tegangan tinggi

yang menyebabkan terdapat lompatan elektron dari kedua elektroda dan

memendarkan lapisan fluorescent pada tabung lampu TL tersebut.

Peristiwa ini akan berulang, dan ketika gas di dalam tabung lampu

TL tidak terionisasi penuh sehingga tidak terdapat cukup arus yang melewati

12
filamen lampu neon tersebut, maka lampu neon akan tampak berkedip. Selain

itu, jika tegangan induksi dari ballast tidak cukup besar, maka walaupun

tabung neon TL tersebut sudah terionisasi penuh tetap tidak akan

menyebabkan lompatan elektron dari salah satu elektroda tersebut.

Jika proses ‘starting up’ yang pertama tidak berhasil maka tegangan

diujung-ujung starter akan cukup untuk menyebabkan gas neon di dalamnya

untuk terionisasi (panas) sehingga starter ‘closed’. Dan seterusnya sampai

lampu TL ini masuk pada kondisi steady state, yaitu pada saat impedansinya

turun menjadi ratusan ohm. Impedansi dari tabung akan turun dari ratusan

megaohm menjadi ratusan ohm saja pada saat kondisi ‘steady state’. Arus

yang ditarik oleh lampu TL tergantung dari impedansi ballast trafo seri dengan

impedansi tabung lampu TL.

Selain itu, karena tidak ada sinkronisasi dengan tegangan input,

maka ada kemungkinan pada saat starter berubah kondisi dari ‘closed’ ke

‘open’ terjadi pada saat tegangan AC turun mendekati nol, sehingga tegangan

yang dihasilkan oleh ballast tidak cukup untuk menyebabkan lompatan

elektron pada tabung lampu TL.

Lampu TL membutuhkan komponen yang sangat sedikit seperti

Ballast (berupa induktor), starter, dan sebuah kapasitor (pada umumnya tidak

digunakan) dan sebuah tabung lampu TL. Konstruksi ini dapat dilihat pada

gambar 2.2.

13
Gambar 2.2. Blok Diagram Lampu TL Standar

Tabung lampu TL ini diisi oleh semacam gas dimana pada saat

elektrodanya mendapat tegangan tinggi, maka gas ini akan terionisasi,

sehingga menyebabkan elektron-elektron pada gas tersebut bergerak dan

memendarkan lapisan fluorescence pada lapisan tabung lampu TL. Starter

merupakan komponen penting pada sistem lampu TL ini karena starter akan

menghasilkan suatu pulsa trigger agar ballast dapat menghasilkan spike

tegangan tinggi. Starter merupakan komponen bimetal yang dibangun di

dalam sebuah tabung vacuum yang biasanya diisi dengan gas neon.

2.5. Ballast

Ballast atau pemberat bekerja sebagai pengatur arus listrik. Ballast

menyediakan kondisi yang tepat untuk menghidupkan dan mengoperasikan

lampu TL. Jika tegangan listrik pada lampu TL tidak diatur, maka besar arus

listrik yang mengalir melalui lampu akan meningkat pesat dan dapat

menyebabkan hancurnya komponen-komponen. Ballas bekerja mengatur

tegangan dengan prinsip pembatasan arus. Ada dua jenis ballast dalam lampu.

14
yaitu ballast magnetik dan ballast elektronik. Ballast magnetik bekerja dengan

cara mencekik (bahasa Inggris: choke) arus pada titik yang sudah ditentukan

berdasarkan siklus arus bolak-balik pada frekuensi jala-jala sumber, atau

50/60Hz. Adapun contoh jenis ballast yang sering digunakan dapat dilihat

pada gambar 2.3.

Gambar 2.3. Ballast Magnetik

Sedangkan ballas elektronik menggunakan komponen-komponen

elektronik aktif untuk membatasi arus dan bekerja pada frekuensi yang lebih

tinggi (sekitar 25KHz).

Gambar 2.4. Ballast Elektronik pada Lampu Hemat Energi (LHE)

2.6. Starter

Starter atau penghidup pada dasarnya adalah suatu saklar otomatis yang

akan mati setelah jangka waktu tertentu. Starter akan membiarkan arus listrik

mengalir melalui elektrode pada kedua ujung tabung kaca dan

15
memanaskannya hingga mulai melepaskan electron. Starter akan terbuka

setelah beberapa detik dan tegangan listrik di antara kedua ujung tabung

menyebabkan aliran elektron mengalir dalam tabung dan mengionisasi uap

raksa.

Gambar. 2.5. Starter

2.7. Kapasitor

Berdasarkan dengan adanya perkembangan penggunaan kapasitor

sebagai kompensator daya reaktif, timbul kecenderungan untuk memsang

kapasitor dalam usaha mengatasi perbaikan faktor daya pada sistem.

Pada dasarnya kapasitor adalah sebuah komponen listrik yang terdiri

dua buah lempengan konduktor yang dipisahkan oleh sebuah bahan

dielektrik. Dimana dari penggunaannya yang sangat luas, maka kapasitor

memegang peranan penting dalam pengoperasian berbagai macam peralatan

listrik.

Besarnya energi listrik yang tersimpan dalam kapasitor sebanding

dengan besarnya tegangan dan kapasitansi dari kapasitor tersebut, makin

besar kapasitansinya makin besar pula muatan atau medan listrik yang dapat

disimpan dalam kapasitor.

16
Gambar 2.6. Kapasitor

Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa kapasitor adalah

suatu komponen listrik yang merupakan tempat untuk menyimpan dan

mengeluarkan elektron.

Teryata dengan adanya kemampuan kapasitor yang dapat

menyimpang dan mengeluarkan elektron pada saat terjadi perubahan

tegangan menyebabkan lebih banyak elektron yang mengalir kebeban

dibanding dengan rangkain tampa kapasitor. Oleh karenanya kapasitor juga

disebut sebagai pembangkit daya reaktif.

Daya reaktif adalah daya listrik yang diubah dari energi magnetis.

Daya reaktif diperlukan untuk menghasilkan medan magnet pada alat-alat

yang bersifat induktif seperti transformator, ballast lampu flourencent, mesin-

mesin listrik. Daya reaktif mempunyai tanda yang berlawanan dengan daya

reaktif kapasitif dianggap sebagai sumber dari daya reaktif induktif.

Beban yang bersifat induktif akan menyerap daya aktif ditambah

daya reaktif yang disebut daya semu (kVA). Bila disekitar beban yang bersifat

induktif pada suatu jaringan tidak terdapat sumber daya reaktif induktif, maka

kebutuhan daya reaktif akan ditanggulangi oleh pembangkit.

17
Untuk mengkompensasi pengaruh yang diakibatkan oleh beban

reaktif induktif yang berlebihan, maka pada daerah dekat dengan beban dapat

ditambahkan sumber daya induktif tambahan.

Secara geometris bangun yang menggambarkan hubungan antara

daya aktif (kW), daya nyata (kVA) dan daya reaktif (kVAR) adalah bangun

segitiga yang biasa disebut segitiga daya. Daya reaktif terdiri dari dua macam

yaitu daya reaktif induktif dan daya reaktif kapasitif.

2.7.1. Prinsip Dasar Kapasitor

Kapasitor adalah suatu alat listrik yang terdiri dari dua konduktor

yang mempunyai jumlah muatan yang sama tetapi berlawanan. Kapasitor

didefinisikan juga sebagai suatu komponen untuk menyimpan energi listrik

atau elektrostatis berupa medan listrik yang dapat dilepaskan menurut

keadaan tertentu.

Bahan-bahan kapasitor terdiri dari isolator atau yang sering

dikatakan sebagai bahan “Dielektrik” antara pelat-pelatnya. Diantara pelat-

pelat dari suatu kapasitor digunakan suatu bahan dielektrik pada yang

berfungsi sebagai berikut :

a. Dapat berfungsi memisahkan antara dua lembaran pelat (biasanya dari

logam) yang berdekatan supaya tidak menyatu.


b. Karena kekuatan dielektriknya lebih besar dari kapasitor lebih besar

beberapa kali jika menggunakan suatu dielektrik antara pelat-pelatnya,

dari pada pelat-pelat tersebut berada dalam ruang hampa udara.

18
Bentuk kapasitor yang sering dijumpai dalam praktek adalah

kapasitor keeping (pelat) paralel. Kapasitor ini terdiri atas dua keping (pelat)

paralel yang masing-masing luasnya adalah (A) dan jaraknya (d), ini terlihat

pada gambar 2.7 dibawah ini :

elektroda

d
A
elektroda

Gambar 2.7. Bentuk kapasitor pelat parallel dengan hampa udara


antara pelat-pelatnya

Kapasitansi dari suatu kapasitor adalah berbanding terbalik dengan

jaraknya, apabila antara pelat-pelat hampa udara. Persamaannya tertera

dibawah ini, yaitu :

Co = Ԑo. .............................................................................................. (2.1)

Dimana :

Co = kapasitansi kapasitor (farad)

A = luas masing-masing pelatnya (m²)

19
d = jarak antara pelat (m)

Ԑo = 8,85 x 10 ˉ¹² (coulomb/ N.m²)

Reaktansi kapasitif (Xc) dari suatu kapasitor dengan kapasitansi (C)

pada frekuensi (f) yang diketahui diberikan dalam hubungan sebagai berikut :

Xc = ........................................................................................... (2.2)

Dimana :

Xc = reaktansi kapasitif (ohm)

f = frekuensi (Herz)

C = kapasitas kapasitor (farad)

Pemasangan kapasitor terdiri atas dua tipe, yaitu :

1. Tipe kapasitor seri


2. Tipe kapasitor shunt
2.7.2. Kapasitor seri
Kapasitor seri adalah kapasitor yang dihubungkan secara dengan

rangkain pada salah satu ujung saluran dan bila saluran lebih panjang maka

dipasang pada kedua ujung saluran. Kapasitor seri ini lebih efektif untuk

mengkompensasi reaktansi seri, dengan demikian menaikkan limit daya statis

atau menaikkan stabilitas saluran.

20
Kapasitor seri ini dilengkapi “spark gap” untuk perlindungan

terhadap arus hubung singkat.


Adapun keuntungan kapasitor seri adalah :
a. Mengurangi kerugian terhadap reaktansi induktif. Menekan drop

tegangan dengan memperkecil reaktansi jaringan (Voltage Regulator).


b. Tidak memperkecil rugi-rugi daya.
c. Tidak umum digunakan pada jaringan distribusi tetapi pamakain terutama

pada jaringan transmisi gunanya adalah :


 Untuk mengatur tegangan.
 Mengembangkan kamampuan jaringan yang paralel antara kapasitas

besar dan kapasitas kecil.


d. Memperbaiki faktor daya.
Kapasitor seri tidak umum digunakan pada jaringan distribusi sebab

pemasangan kapasitor seri pada jaringan distribusi banyak menimbulkan

masalah antara lain :


a. Resonansi pada transformator
b. Resonansi pada saat motor distar

Selain itu juga pemasangan kapasitor seri akan menimbulkan

penurunan drop tegangan yang cukup pada saat leading, sehingga

pemasangan kapasitor seri biasanya pada saat beban lagging.

Adapun beberapa aspek tertentu yang tidak menyenangkan pada

kapasitor seri, dapat dikatakan bahwa daya yang disuplai untuk melayani

beban harus melalui sistem kapasitor, dengan diputuskan sistem kapasitor ini,

berarti memutuskan daya yang melayani beban, sehingga palayanan listrik

untuk konsumen terganggu.

Dari uraian diatas, maka dapat dikatakan bahwa pemasangan

kapasitor seri digunakan pada jaringan transmisi sebagai :

21
a. Pengatur tegangan.
b. Untuk mengembangkan jaringan yang parallel antara kapasitas besar

dan kapasitas kecil.


2.7.3. Kapasitor Shunt
Kapasitor shunt adalah kapasitor yang dihubungkan secara paralel

dengan rangkain. Adapun fungsi dari kapasitor shunt adalah :


1. Memperbaiki faktor daya.
2. Mengubah karakteristik beban induktif.
3. Memperkecil arus jaringan yang disalurkan.
4. Memperbaiki drop tegangan dan rugi-rugi daya

Selain itu kapasitor shunt dapat memperkecil magnitude arus pada

jaringan serta memperkecil drop tegangan dan rugi-rugi daya antara ujung

pengirim dan beban.

Kapasitor shunt digunakan dalam sistem tenaga listrik oleh karena

keuntungan-keuntungan yang didapatkan dalam pemasangan kapasitor shunt

sebagai daya reaktif tambahan.

Dari kedua tipe pemasangan kapasitor yang telah dijelaskan diatas,

maka dapat disimpulkan bahwa kedua tipe kapasitor ini berfungsi

memperbaiki factor daya dan sabagai kompensasi reaktansi sehingga dapat

mengubah rangkian sebelum terpasang kapasitor baik secara seri maupun

secara paralel.

Dewasa ini dengan adanya perkembangan penggunaan kapasitor

sebagai sumber daya reaktif, timbul kecenderungan untuk memasang

kapasitor dalam usaha perbaikan sistem. Penempatan kapasitor dilaksanakan

dengan beberapa cara yaitu :

22
1. Secara sendiri-sendiri atau langsung pada beban misalnya pada motor-

motor induksi, lampu TL dan peralatan-peralatan lainnya yang bersifat

induktif seperti kawat distribusi, kabel transformator.


2. Secara berkelompok yaitu pada panel bagi cabang.
3. Secara terpusat pada panel utama pada gardu tegangan rendah.
Meletakkan kapasitor langsung pada sisi beban dapat dilakukan bila

kondisi beban kostan dan meletakkan langsung kapasitor untuk memperbaiki

faktor daya. Daya dapat mereduksi yang maksimum.


Jadi untuk menempatkan kapasitor ada sisi beban dilakukan pada

motor-motor induksi yang mempunyai faktor daya (Cos φ) yang kecil akibat

motor-motor tersebut tidak dibebani dengan beban penuh, karena

menghindari agar motor tidak cepat rusak.


Faktor kerja dari motor induksi akan baik bila motor mempunyai

faktor kerja antara 80% - 90%. Tetapi dengan cara tersebut tidaklah

ekonomis, bila motor-motor yang digunakan dalam jumlah yang banyak

karena faktor daya dari sebuah motor sendiri dapat berubah terhadap beban,

kapasitor dapat menghasilkan suatu tegangan surya yang dapat memiliki efek

merusak pada motor.

Jika meletakkan kapasitor pada panel-penel yang bebannya terdiri

dari lampu-lampu TL, AC, motor-motor induksi dan lain-lain, selain untuk

meningkatkan faktor daya (Cos φ) juga untuk mempermudah

pemeliharaannya, bila dibandingkan letak kapasitor yang dipasang langsung

pada beban-beban pada panel pembagi dan panel utama, maka efesiensi pada

panel utama bagi rangkaiannya sederhana, biayanya murah dan

23
pemeliharaannya tidak sulit.Sebagai bahan pertimbangan sehingga

penempatan kapasitor pada panel utama yaitu :

1. Beban besar dapat langsung dilayani dari panel utama.


2. Sejumlah besar beban induktif, misalnya lampu-lampu TL, motor-motor

induksi, AC dan lain-lain sehingga tidak ekonomis memasang kapasitor

langsung pada sisi beban.


2.8. Lampu Hemat Energi (LHE)

Lampu hemat energi (LHE) meruapakan salah satu jenis

pengembangan lampu fluorescent dengan bentuk kompak sehingga sering

juga disebut compact fluorescent lamp (CFL). Lampu hemat energi memiliki

prinsip kerja yang sama dengan lampu fluorescent pada umumnya, yaitu

memendarkan gas di dalam tabung lampu sehingga timbul sinar ultra violet

akibat energi listrik yang dialirkan. Perbedaan mendasar LHE dengan lampu

fluorescent standar adalah lampu jenis ini didesain dengan bentuk dasar

berupa uliran seperti lampu pijar sehingga dapat dengan mudah dipasang

pada fiting-fiting lampu pijar yang sudah terpasang.


Lampu hemat energi terdiri atas 2 bagian yaitu tabung lampu dan

ballast magnetik atau ballast elektronik. Tabung lampu berisi campuran

merkuri dan gas inert Argon (Ar), ballast elektronik terdiri dari komponen

semikonduktor berupa penyearah dan konverter DC ke AC. Penggunaan

ballast magnetik lebih jarang ditemui sekarang ini karena flicker yang tinggi

pada saat starting serta bentuk lebih besar dan lebih berat dibandingkan

ballast elektronik.

24
Gambar 2.8. Lampu hemat Energi (LHE)
Terdapat 2 jenis LHE yang dapat ditemui di pasaran, yaitu:

1. Integral units.
2. Modular units.

Menurut Edward (1983), beberapa kelebihan yang didapat dari

ballast elektronik dibandingkan ballast magnetik antara lain:

1. Meningkatkan efisiensi dari rangkaian sehingga dapat mengurangi losses

yang ditimbulkan dari ballast.


2. Berat pada ballast dapat dikurangi, sehingga menambah nilai ekonomis

dari penginstalasian pada lampu, khususnya lampu-lampu TL yang

ukurannya besar.
3. Meningkatkan nilai luminous efficacy atau perbandingan jumlah lumen

yang dihasilkan dengan daya listrik yang diserap.


4. Menghilangkan fenomena lampu berkedip yang terjadi pada penggunaan

ballast konvensional.
5. Mengurangi noise suara yang terjadi pada ballast.
6. Mempunyai faktor daya yang lebih bagus jika dibandingkan dengan

ballast magnetis.
7. Mampu untuk mengontrol tegangan dan arus yang dikehendaki dengan

lebih akurat.
8. Mempersingkat waktu yang dibutuhkan untuk start dan restart pada

lampu.
9. Mengontrol keadaan start dan operasi dengan lebih baik sehingga

memperpanjang masa kerja aktif lampu.

25
Terlepas dari keuntungan-keuntungan tersebut, ballast elektronik

menghasilkan distorsi gelombang arus yang nonsinusoidal. Ballast elektronik

termasuk salah satu beban non linier yang menghasilkan harmonik yang

disebabkan oleh bahan semikondutor yang digunakan sebagai konverter.

Proses switching pada konverter mengakibatkan timbulnya distorsi harmonik.

2.9. Faktor Daya


2.9.1. Prinsip Dasar Faktor Daya
Prinsip dasar faktor daya dari suatu segitiga daya, maka daya listrik

dapat diuraikan menjadi 3 komponen yaitu :


1. Daya aktif P (Watt)
2. Daya reaktif Q (Volt Ampere Reaktif)
3. Daya semu S (Volt Ampere)

S=V.I Q = V. I Sin φ

S (VA) Q (VAR)

P (Watt) P = V . I Cos φ

Gambar 2.9. Segitiga daya

1. Daya Aktif P (W)


Daya aktif adalah daya listrik yang memerlukan usaha yang

sebenarnya (efektif power) atau diuraikan dengan rumus :


Tegangan x komponen arus sephasa dengan tegangan dalam satuan watt,

kilowatt, megawatt.
P = V.I cos φ………..................................................................... (2.3)

26
2. Daya Reaktif Q (VAR)
a. Daya reaktif induktif adalah daya listrik yang dibutuhkan untuk

menghasilkan medan magnet yang diperlukan oleh alat induksi lain.

Tampa daya reaktif induktif daya tak dapat ditransfer kerangkain

sekunder dengan suatu transformator dan melalui celah udara atau gap

pada motor listrik.


b. Daya reaktif kapasitif adalah daya listrik yang dibutuhkan oleh peralatan

seperti kawat, tegangan tinggi, synchronous kondensor yang bekerja pada

penguatan lebih.
Besar daya reaktif tersebut secara matematis dapat dinyatakan dalam

rumus :
Tegangan x komponen arus yang tegak lurus dalam satuan VAR, kVAR dan

MVAR.
Q = V.I Sin φ ................................................................................(2.4)
3. Daya Semu S (VA)
Daya semu adalah daya pada jaringan dan merupakan jumlah vektor

antara daya aktif dengan daya reaktif atau dapat dijabarkan dengan

persamaan:
S² = P² + Q²
= (V . I. Cos. φ)² + (V . I. Sin. φ)²
= V² . I² (Cos. φ + Sin . φ)²
S = V . I ........................................................................................(2.5)
Dari uraian diatas jelas bahwa daya reaktif ini tidak menghasilkan

kerja tetapi tersimpan dalam sistem yaitu dalam bentuk usaha atau kapasitif

dalam tenaga listrik daya reaktif yang dibutuhkan pada beban yang bersifat

induktif seperti motor-motor induktif, lampu-lampu discharge serta beberapa

peralatan sistem itu sendiri, misalnya : kawat transmisi, kabel dan

transformator.
Diantara daya semu (kVA) dan daya aktif (kW) terdapat suatu faktor

yang disebut faktor daya (power faktor) atau faktor kerja yang dapat

27
dinyatakan sebagai perbandingan antara daya aktif dengan daya semu,

sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut :

Faktor daya =

Cos. φ = = ............................................................... (2.6)


Faktor kerja tersebut mempengaruhi sistem tenaga listrik, pada

umumnya faktor daya pada suatu beban baik daya kecil maupun daya besar

adalah 0,5 – 0,75, hal ini dimungkinkan oleh meningkatnya penggunaan

peralatan-peralatan yang masih bersifat induktif seperti motor-motor induksi,

transformator, lampu-lampu dengan gas discharge. Sehingga banyak

membutuhkan daya reaktif, sebaliknya suatu beban yang bersifat kapasitif

apabila beban itu menghasilkan daya reaktif.


2.9.2. Perbaikan Faktor Daya
Salah satu menghemat energi listrik yaitu dengan cara menaikkan

faktor daya adalah mempergunakan kapasitor sebagai sumber daya reaktif

tambahan.
Dalam kenyataan sebagian besar dari beban baik beban untuk

penerangan maupun beban tenaga adalah bersifat induktif. Beban-beban

peralatan diatas, misalnya lampu-lampu TL, motor-motor induktif, AC dan

lain-lain.
Beban-beban ini menyebabkan faktor daya lagging dan menjadi

reaktif rendah dikarenakan mengambil arus yang mengalir pada peralatan-

peralatan akan lebih besar jika dibandingkan dengan arus yang mengalir pada

faktor daya yang lebih tinggi.

Kerugian-kerugian bila faktor daya rendah :

28
1. Pada faktor daya yang rendah arus yang mengalir pada sistem besar

sehingga mengakibatkan drop tegangan yang besar.


2. Losses yang besar pada sistem.
3. Efesiensi jelek terhadap sistem.

Salah satu cara untuk memperbaiki faktor daya adalah dengan

memasang kompensasi kapasitif menggunakan kapasitor pada jaringan

tersebut. Kapasitor adalah komponen listrik yang justru menghasilkan daya

reaktif pada jaringan dimana dia tersambung. Pada jaringan yang bersifat

induktif dengan segitiga daya seperti ditunjukkan pada Gambar 2.7, apabila

kapasitor dipasang maka daya reaktif yang harus disediakan oleh sumber

akan berkurang sebesar (yang merupakan daya reaktif berasal dari

kapasitor). Karena daya aktif tidak berubah sedangkan daya reaktif

berkurang, maka dari sudut pandang sumber, segitiga daya yang baru

diperoleh; ditunjukkan pada Gambar 2.10. garis oranye. Terlihat bahwa sudut

mengecil akibat pemasangan kapasitor tersebut sehingga faktor daya

jaringan akan naik.

Qc

S (VA) Q tot

Q (VAR)

1 2

P (Watt)

Gambar 2.10. Perbaikan faktor daya

Qc = ………………………………………..(2.7)

29
C= …………………………………...(2.8)

Dimana :

1 = sebelum perbaikan

2 = setelah perbaikan

Dengan penambahkan kapasitas daya reaktif akan didapatkan akibat

perbaikan faktor daya ini dimana hal-hal tersebut sangat erat sekali

hubungannya yang pada hakekatnya adalah memperbaiki kualitas kerja

sistem, sehingga diperoleh penghematan-penghematan tenaga listrik.

Akibat dari perbaikan faktor daya (cos φ) maka keuntungan-

keuntungan yang didapat adalah sebagai berikut :


1. Setelah faktor daya diperbaiki maka arus yang mengalir pada rangkain

menjadi kecil.
2. Perbaikan regulasi tegangan.
3. Pengurangan jatuh tegangan.
4. Efesiensi kabel dan peralatan-peralatan lainnya menjadi naik.
5. Dengan berkurangnya arus, kenaikan temperatur yang berlebihan dapat

dihindari jadi umur isolasi-isolasi konduktor maupun peralatan-peralatan

dapat tahan lama.


6. Penghematan dalam pembayaran kVA beban dan juga penghematan

dalam beban pemakaian.

30
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan selama ± 3 (tiga) bulan, terhitung mulai

pada tanggal 26 Mei – 16 Agustus 2014 bertempat di Laboratorium Transmisi dan

Tegangan Tinggi Teknik Elektro Universitas Muslim Indonesia

3.2. Bahan Penelitian

Bahan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Lampu TL dan Lampu Hemat Energi (LHE)

2. Kapasitor

3. Kabel penghantar

4. Ballast Magnetik

5. Stater

6. Tang

7. Obeng

8. Alat Ukur :

 Cos Phi meter

 Ampere meter

 Volt meter

 Watt Meter

 Lux meter

31
3.3. Rancangan Penelitian

Penelitian tentang pemasangan kapasitor dan pengaruhnya sebagai

metode alternatif penghemat energi Iistrik ini akan dilaksanakan sesuai

perancangan gambar 3.1 dan gambar 3.2 sebagai inti dari rancangan dari

penelitian.

3.3.1. Gambar Rangkain Pengujian Lampu TL Sebelum Menggunakan

Kapasitor

Berikut merupakan gambar rangkaian pengujian sebelum

menggunakan kapasitor.

R balast

P A

Tabung Lampu TL Starter

V 3.1. Rangkain Percobaan Lampu TL sebelum menggunakan


Gambar
S

kapasitor

3.3.2. Gambar Rangkain Pengujian Lampu TL dengan Menggunakan

Kapasitor

Berikut merupakan gambar rangkaian pengujian dengan

menggunakan kapasitor.

R balast
P A

32
C

S V
Tabung Lampu TL

Starter

Gambar 3.2. Rangkain Percobaan Lampu TL menggunakan kapasitor.

3.3.3. Gambar Rangkaian Pengujian Lampu Hemat Energi (LHE)

P A
R

L1
S V

Gambar. 3.3. Rangkaian Percoban LHE

3.4. Digram Alir Penelitian Secara Keseluruhan

FLOWCHART PENELITIAN

Mulai

Perencanaan / Persiapan Alat dan Bahan :

Lampu TL - Kabel Penghantar - Starter


Kapasitor - Ballast Gulungan - Alat
Ukur
Tang - Obeng

Design / Perancangan Modul

33
Pengukuran

Tidak Menggunakan Kapasitor

Mengukur besar daya reaktif


yang di butuhkan

Mengukur besar kapasitas


kapasitor yang digunakan

Menggunakan Kapasitor

Mengukur Cos phi

Mengukur daya
reaktif
Analisis :
kVAR
Nilai C

Tidak
Sesu
ai
Ya
Selesai

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Faktor Daya pada Rangkaian Lampu TL

Faktor daya lampu TL yang dihasilkan dalam penelitian ini diperoleh

melalui perhitungan. Perhitungan dilakukan dengan terlebih dahulu

melakukan pengukuran arus, tegangan dan daya listrik. Pada pengukuran ini

34
terdapat tiga jenis pembebanan, yaitu lampu TL 60 watt, 80 watt dan 100

watt. Pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali pengambilan data agar diperoleh

hasil yang lebih baik.

Faktor daya lampu TL yang diamati dalam penelitian ini dilakukan

sebelum dan setelah menggunakan kapasitor. Penggunaan kapasitor

diharapkan dapat memperbaiki faktor daya lampu TL tersebut. Selain itu

dilakukan pengukuran intensitas penerangan lampu TL sebelum dan setelah

menggunakan kapasitor.

4.1.1. Faktor Daya pada Rangkaian Lampu TL Sebelum Menggunakan

Kapasitor.

Hasil pengukuran arus, tegangan dan daya listrik pada setiap beban

lampu TL ditunjukkan pada Tabel. 4.1 berikut,

Tabel. 4.1. Data Pengukuran Lampu TL sebelum menggunakan kapasitor

Daya P V I
No.
Beban (Watt) (Volt) (Ampere)
76 220 0,68
1. 60 Watt 64 220 0,57
68 219 0,61
85 218 0,71
2. 80 Watt 81 219 0,70
87 220 0,75
118 221 0,87
3. 100 Watt 114 222 0,87
122 218 0,92

35
Berdasarkan data yang telah diperoleh pada tabel. 4.1. maka

dilakukan perhitungan faktor daya pada setiap pembebanan. Hasil yang

diperoleh adalah sebagai berikut :

a. Beban Lampu TL 60 Watt

 Menghitung nilai cos φ dari setiap pengambilan data.

Data 1 :

Data 2 :

Data 3 :

36
Selanjutnya dilakukan perhitungan nilai cos φ rata-rata, yang

hasilnya sebagai berikut :

Setelah diperoleh nilai cos φ rata-rata, selanjutnya menghitung daya

semu (S) dan daya reaktif (Q) lampu TL. Untuk memperoleh daya semu dan

daya reaktif tersebut, terlebih dahulu dilakukan perhitungan daya, arus dan

tegangan rata-rata. Hasil perhitungan tersebut adalah sebagai berikut :

Daya semu diperoleh sebagai berikut,

37
Sedangkan daya reaktif diperoleh sebagai berikut,

Selanjutnya menentukan nilai kapasitansi kapasitor yang digunakan

dalam perbaikan faktor daya (cos φ). Untuk menentukan nilai

kapasitansi kapasitor, ditentukan dengan cara perhitungan sebagai

berikut :

Data 1 :

Cos φ1 : 0,50 (yang akan dikoreksi)

Cos φ2 : 0,99 (dikoreksi)

38
Data 2 :

Cos φ1 : 0,51 (yang akan dikoreksi)

Cos φ2 : 0,99 (dikoreksi)

Data 3 :

Cos φ1 : 0,50 (yang akan dikoreksi)

Cos φ2 : 0,99 (dikoreksi)

39
Sehingga didapatkanlah nilai rata – rata dari kapasitor yang

digunakan, sebagai berikut :

Cos φ1 : 0,50 (yang akan dikoreksi)

Cos φ2 : 0,99 (dikoreksi)

 Pengukuran intensitas penerangan sebelum menggunakan kapasitor.

Pengukuran penerangan ini dilakukan sebnayak 5 (lima) kali ditempat

berbeda.

40
Pengukuran 1 :

Pada saat pengukuran : 347, 340, 333, 341, 332

Nilai rata – rata intensitas penerangan : 338,6 Lux.

Pengukuran 2 :

Pada saat pengukuran : 342, 339, 332, 338, 331

Nilai rata – rata intensitas penerangan : 336,4 Lux.

Pengukuran 3 :

Pada saat pengukuran : 358, 350, 343, 351, 345

Nilai rata – rata intensitas penerangan : 349,4 Lux.

b. Beban Lampu TL 80 Watt.

 Menghitung nilai cos φ dari setiap pengambilan data.

Data 1 :

41
Data 2 :

Data 3 :

Dari masing-masing nilai cos φ, dari data diatas maka cos φ rata-rata

sebagai berikut :

42
 Berdasarkan tabel. 4.1. maka didapatkanlah daya (P) rata-rata adalah

sebagai berikut :

 Berdasarkan tabel. 4.1. maka didapatkanlah tegangan (V) rata-rata

adalah sebagai berikut :

 Berdasarkan tabel. 4.1. maka didapatkanlah arus (I) rata-rata adalah

sebagai berikut :

 Menghitung nilai kapasitansi kapasitor untuk perbaikan faktor daya

(cos φ) dari setiap pengambilan data.

Data 1 :

Cos φ1 : 0,54 (yang akan dikoreksi)

Cos φ2 : 0,99 (dikoreksi)

43
Data 2 :

Cos φ1 : 0,52 (yang akan dikoreksi)

Cos φ2 : 0,99 (dikoreksi)

Data 3 :

Cos φ1 : 0,52 (yang akan dikoreksi)

Cos φ2 : 0,99 (dikoreksi)

44
Sehingga didapatkanlah nilai rata – rata dari kapasitor yang

digunakan, sebagai berikut :

Cos φ1 : 0,53 (yang akan dikoreksi)

Cos φ2 : 0,99 (dikoreksi)

 Menghitung Daya Semu.

Dari hasil perhitungan nilai rata-rata diatas maka daya semu adalah

sebagai berikut :

45
 Menghitung Daya Aktif.

Dari hasil perhitungan nilai rata-rata diatas maka daya aktif adalah

sebagai berikut :

 Menghitung Daya Reaktif.

Dari hasil perhitungan nilai rata-rata diatas maka daya reaktif adalah

sebagai berikut :

 Pengukuran intensitas penerangan sebelum menggunakan kapasitor.

46
Pengukuran penerangan ini dilakukan sebnayak 5 (lima) kali ditempat

berbeda.

Pengukuran 1 :

Pada saat pengukuran : 379, 373, 367, 372, 368

Nilai rata – rata intensitas penerangan : 371,8 Lux.

Pengukuran 2 :

Pada saat pengukuran : 374, 372, 366, 370, 367

Nilai rata – rata intensitas penerangan : 369,8 Lux.

Pengukuran 3 :

Pada saat pengukuran : 392, 386, 380, 387, 381

Nilai rata – rata intensitas penerangan : 385,2 Lux.

c. Beban Lampu TL 100 Watt

 Menghitung nilai cos φ dari setiap pengambilan data.

Data 1 :

47
Data 2 :

Data 3 :

Dari masing-masing nilai cos φ, dari data diatas maka cos φ rata-rata

sebagai berikut :

48
 Berdasarkan tabel. 4.1. maka didapatkanlah daya (P) rata-rata adalah

sebagai berikut :

 Berdasarkan tabel. 4.1. maka didapatkanlah tegangan (V) rata-rata

adalah sebagai berikut :

 Berdasarkan tabel. 4.1. maka didapatkanlah arus (I) rata-rata adalah

sebagai berikut :

 Menghitung nilai kapasitansi kapasitor untuk perbaikan faktor daya

(cos φ) dari setiap pengambilan data.

Data 1 :

Cos φ1 : 0,61 (yang akan dikoreksi)

49
Cos φ2 : 0,99 (dikoreksi)

Data 2 :

Cos φ1 : 0,59 (yang akan dikoreksi)

Cos φ2 : 0,99 (dikoreksi)

Data 3 :

Cos φ1 : 0,60 (yang akan dikoreksi)

Cos φ2 : 0,99 (dikoreksi)

50
Sehingga didapatkanlah nilai rata – rata dari kapasitor yang

digunakan, sebagai berikut :

Cos φ1 : 0,60 (yang akan dikoreksi)

Cos φ2 : 0,99 (dikoreksi)

 Menghitung Daya Semu.

Dari hasil perhitungan nilai rata-rata diatas maka daya semu adalah

sebagai berikut :

51
 Menghitung Daya Aktif.

Dari hasil perhitungan nilai rata-rata diatas maka daya aktif adalah

sebagai berikut :

 Menghitung Daya Reaktif.

Dari hasil perhitungan nilai rata-rata diatas maka daya reaktif adalah

sebagai berikut :

 Pengukuran Intensitas Penerangan sebelum menggunakan kapasitor.

52
Pengukuran penerangan ini dilakukan sebnayak 5 (lima) kali ditempat

berbeda.

Pengukuran 1 :

Pada saat pengukuran : 453, 444, 441, 446, 443

Nilai rata – rata Intensitas Penerangan : 445,4 Lux.

Pengukuran 2 :

Pada saat pengukuran : 442, 436, 430, 435, 431

Nilai rata – rata Intensitas Penerangan : 434,8 Lux.

Pengukuran 3 :

Pada saat pengukuran : 447, 442, 438, 441, 436

Nilai rata – rata Intensitas Penerangan : 440,8 Lux.

Tabel. 4.2. Data pengukuran rata-rata intensitas penerangan dari masing-

masing beban sebelum menggunakan kapasitor.

Intensitas
Daya
No. Penerangan
Beban
(Lux)
338,6
1. 60 Watt 336,4
349,4

53
371,8
2. 80 Watt 369,8
385,2
445,4
3. 100 Watt 434,8
440,8

4.1.2. Faktor Daya pada Rangkaian Lampu TL Setelah Menggunakan

Kapasitor.

Tabel. 4.3. Data Pengukuran Lampu TL menggunakan kapasitor.

Daya P V I
No. C
Beban (Watt) (Volt) (Ampere)
72 219 0,34
1. 60 Watt 7 µF 61 219 0,28
65 219 0,30
82 221 0,40
2. 80 Watt 8 µF 80 219 0,38
84 221 0,42
3. 9 µF 114 220 0,53

54
100 110 219 0,52
Watt 118 218 0,60

Berdasarkan tabel. 4.3. maka didapatkanlah hasil perhitungan dari

setiap beban sebagai berikut :

a. Beban Lampu TL 60 Watt menggunakan kapasitor 7 µF.

 Menghitung nilai cos φ dari setiap pengambilan data.

Data 1 :

Data 2 :

55
Data 3 :

Dari masing-masing nilai cos φ, dari data diatas maka cos φ rata-rata

sebagai berikut :

 Berdasarkan tabel. 4.3. maka didapatkanlah daya (P) rata-rata adalah

sebagai berikut :

 Berdasarkan tabel. 4.3. maka didapatkanlah tegangan (V) rata-rata

adalah sebagai berikut :

56
 Berdasarkan tabel. 4.3. maka didapatkanlah arus (I) rata-rata adalah

sebagai berikut :

 Menghitung Daya Semu.

Dari hasil perhitungan nilai rata-rata diatas maka daya semu adalah

sebagai berikut :

 Menghitung Daya Aktif.

Dari hasil perhitungan nilai rata-rata diatas maka daya aktif adalah

sebagai berikut :

 Menghitung Daya Reaktif.

57
Dari hasil perhitungan nilai rata-rata diatas maka daya reaktif adalah

sebagai berikut :

 Pengukuran intensitas penerangan menggunakan kapasitor.

Pengukuran penerangan ini dilakukan sebnayak 5 (lima) kali ditempat

berbeda.

Pengukuran 1 :

Pada saat pengukuran : 3490, 3420, 3390, 3400, 3380

Nilai rata – rata Intensitas Penerangan : 3416 Lux.

Pengukuran 2 :

Pada saat pengukuran : 3480, 3410, 3370, 3390, 3360

Nilai rata – rata Intensitas Penerangan : 3402 Lux.

Pengukuran 3 :

58
Pada saat pengukuran : 3600, 3530, 3510, 3550, 3490

Nilai rata – rata intensitas penerangan : 3536 Lux.

b. Beban Lampu TL 80 Watt menggunakan kapasitor 8 µF.

 Menghitung nilai cos φ dari setiap pengambilan data.

Data 1 :

Data 2 :

Data 3 :

59
Dari masing-masing nilai cos φ, dari data diatas maka cos φ rata-rata

sebagai berikut :

 Berdasarkan tabel. 4.3. maka didapatkanlah daya (P) rata-rata adalah

sebagai berikut :

 Berdasarkan tabel. 4.3. maka didapatkanlah tegangan (V) rata-rata

adalah sebagai berikut :

60
 Berdasarkan tabel. 4.3. maka didapatkanlah daya (P) rata-rata adalah

sebagai berikut :

 Menghitung Daya Semu.

Dari hasil perhitungan nilai rata-rata diatas maka daya semu adalah

sebagai berikut :

 Menghitung Daya Aktif.

Dari hasil perhitungan nilai rata-rata diatas maka daya aktif adalah

sebagai berikut :

 Menghitung Daya Reaktif.

61
Dari hasil perhitungan nilai rata-rata diatas maka daya reaktif adalah

sebagai berikut :

 Pengukuran intensitas penerangan menggunakan kapasitor.

Pengukuran penerangan ini dilakukan sebnayak 5 (lima) kali ditempat

berbeda.

Pengukuran 1 :

Pada saat pengukuran : 3780, 3710, 3660, 3700, 3650

Nilai rata – rata intensitas penerangan : 3700 Lux.

Pengukuran 2 :

Pada saat pengukuran : 3770, 3720, 3640, 3700, 3630

Nilai rata – rata intensitas penerangan : 3692 Lux.

Pengukuran 3 :

62
Pada saat pengukuran : 3890, 3810, 3770, 3820, 3780

Nilai rata – rata intensitas penerangan : 3814 Lux.

c. Beban Lampu TL 100 Watt menggunakan kapasitor 9 µF.

 Menghitung nilai cos φ dari setiap pengambilan data.

Data 1 :

Data 2 :

Data 3 :

63
Dari masing-masing nilai cos φ, dari data diatas maka cos φ rata-rata

sebagai berikut :

 Berdasarkan tabel. 4.3. maka didapatkanlah daya (P) rata-rata adalah

sebagai berikut :

 Berdasarkan tabel. 4.3. maka didapatkanlah daya (P) rata-rata adalah

sebagai berikut :

64
 Berdasarkan tabel. 4.3. maka didapatkanlah daya (P) rata-rata adalah

sebagai berikut :

 Menghitung Daya Semu.

Dari hasil perhitungan nilai rata-rata diatas maka daya semu adalah

sebagai berikut :

 Menghitung Daya Aktif.

Dari hasil perhitungan nilai rata-rata diatas maka daya aktif adalah

sebagai berikut :

65
 Menghitung Daya Reaktif.

Dari hasil perhitungan nilai rata-rata diatas maka daya semu adalah

sebagai berikut :

 Pengukuran Intensitas Penerangan menggunakan kapasitor.

Pengukuran penerangan ini dilakukan sebnayak 5 (lima) kali ditempat

berbeda.

Pengukuran 1 :

Pada saat pengukuran : 4510, 4440, 4390, 4420, 4390

Nilai rata – rata Intensitas Penerangan : 4430 Lux.

Pengukuran 2 :

Pada saat pengukuran : 4400, 4330, 4290, 4310, 4280

Nilai rata – rata Intensitas Penerangan : 4322 Lux.

66
Pengukuran 3 :

Pada saat pengukuran : 4440, 4370, 4310, 4350, 4290

Nilai rata – rata Intensitas Penerangan : 4352 Lux.

Tabel. 4.2. Data pengukuran rata-rata intensitas penerangan dari

masing-masing beban sebelum menggunakan kapasitor.

Intensitas
Daya
No. Penerangan
Beban
(Lux)
3416
1. 60 Watt 3402
3536
3700
2. 80 Watt 3692
3814
4430
3. 100 Watt 4322
4352
4.1.3. Analisa Data

Berdasarkan hasil pengukuran serta perhintungan pada percobaan

lampu TL untuk setiap beban sebelum dan menggunakan kapasitor, dapat kita

lihat perbandingannya pada tabel berikut ini :

Tabel 4.3. Perbandingan sebelum dan menggunakan kapasitor.

S P Q
No Beban Cos φ
(VA) (W) (VAR)
. Daya
S M S M S M S M
60
1. 136,15 65,7 68,07 64,38 117,91 13,10 0,50 0,98
Watt

67
80
2. 157,68 88,12 83,57 81,95 133,71 32,39 0,53 0,93
Watt
100
3. 193,86 120,45 116,31 113,22 155,09 44,10 0,60 0,94
Watt

4.2. Mengukur Faktor Daya pada Rangkaian Lampu Hemat Energi (LHE)

Umumnya jenis Lampu Hemat Energi (LHE) adalah sumber

penerangan yang digunakan oleh masyarakat zaman sekarang dibandingkan

lampu TL, tanpa melihat tipe merek produksinya. Ada beberapa tipe merek

LHE yang beredar di pasaran, diantaranya Philips, Osram, Cosmos, dan lain-

lain.

Pada penelitian ini akan dilakukan pengujian untuk menghitung

berapa nilai faktor daya (cos φ) yang dikonsumsi LHE, dan kemudian

68
dibandingkan dengan faktor daya yang dikonsumsi oleh lampu TL. Adapun

data pengukuran rangkaian LHE sebagai berikut :

 Beban LHE 11 Watt yang setara dengan lampu pijar 60 Watt.

Diketahui : P = 13 W

V = 218 V

I = 0,06 A

 Menghitung nilai cos φ berdasarkan data pengukuran.

 Menghitung Daya Semu.

 Menghitung Daya Aktif.

69
 Menghitung Daya Reaktif.

 Pengukuran intensitas penerangan Lampu Hemat Energi (LHE).

Pengukuran ini dilakukan sebnayak 5 (lima) kali pengambilan data pada

tempat yang berbeda.

Pada saat pengukuran : 41, 34, 29, 33, 30

Nilai rata – rata Intensitas Penerangan : 33,4 Lux.

70
BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Dari hasil pengujian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan sebagai

berikut :

1. Dalam menentukan nilai kapasitas daya reaktif, pada beban 60 watt

dengan Cos φ = 0,50 dilakukan perbaikan faktor daya menjadi 0,98,

71
nilai kapsitas daya reaktif (Q) yang dikonsumsi adalah 117,91 VAR

menjadi 13,10 VAR, dan untuk beban 80 watt dengan cos φ = 0,53

menjadi 0,93, nilai Q yang dikonsumsi adalah 133,71 VAR menjadi

32,39 VAR. Kemudian untuk beban 100 watt dengan Cos φ = 0,60

menjadi 0,94, nilai Q yang dikonsumsi adalah 155,09 VAR menjadi

41,10 VAR. Dengan demikian nilai kapasitas daya reaktif setelah

diperbaiki faktor dayanya lebih rendah dibandingkan dengan sebelum

dilakukan perbaikan.
2. Untuk nilai kapasitas kapasitor yang dibuthkan dalam memperbaiki

faktor daya pada beban 60 watt dengan Cos φ = 0,50 menjadi 0,98 dan

Q = 117,91 VAR menjadi 13,10 VAR mendapatkan nilai kapasitas

kapasitor sebesar 7,09 µF. untuk beban 80 watt cos φ = 0,53 menjadi

0,93, dan Q = 133,71 VAR menjadi 32,39 VAR mendapatkan nilai

kapasitas kapasitor sebesar 8,00 µF. Dan untuk beban 100 watt dengan

cos φ = 0,60 menjadi 0,94, nilai Q = 155,09 VAR menjadi 41,10 VAR

dengan nilai kapasitas kapasitor sebesar 9,05 µF.

5.2. Saran
Dengan melihat kesimpulan yang ada, penulis sadar akan

kekurangan yang ada dalam penyelesaian tugas akhir ini. Untuk itu bagi

pembaca yang ingin mendalami bidang ini khususnya pada perbaikan faktor

daya, penulis menyarankan kiranya tugas akhir ini agar bisa disempurnakan

lagi sehingga menjadi sebuah referensi yang bermanfaat dalam ilmu

kelistrikan. Penulis juga berharap kepada pembaca untuk pengetahuan yang

72
pembaca dapati pada tugas akhir ini kiranya bisa dikembangkan untuk

sesuatu yang bermanfaat.

73

Anda mungkin juga menyukai