D. Landasan Teori
Ekstraksi
1. Pelarut yang mudah menguap seperti : n-heksan, eter, petroleum eter, metil
klorida dan alkohol
2. Titik didih pelarut rendah
3. Pelarut tidak melarutkan senyawa yang diinginkan
4. Pelarut terbaik untuk bahan yang akan diekstraksi
5. Sifat sesuai dengan senyawa yang akan diisolasi, polar atau non polar
6. Pelarut tersebut akan terpisah dengan cepat setelah pengocokan.
1. Pelarut organik dapat menarik senyawa organik dalam bahan alam secara
berulang kali.
2. Waktu yang digunakan lebih efisien.
3. Pelarut lebih sedikit dibandingkan dengan metoda maserasi atau perkolasi.
Keunggulan sokletasi :
Kelemahan Sokletasi
Pelarut
Pada percobaan isolasi minyak jahe dari rimpang jahe menggunakan metode
ekstraksi dengan pelarut n-heksana. Heksana adalah sebuah senyawa hidrokarbon
alkana dengan rumus kimia C6H14. Heksana merupakan pelarut non polar yang
bersifat stabil dan mudah menguap sehingga memudahkan untuk refluks, selektif
dalam menguapkan zat, dan pelarut yang ringan dalam mengangkat minyak yang
terkandung dalam biji-bijian. Pelarut ini memiliki titik didih 69 0C sehingga bisa
digunakan sebagai pelarut dalam pemisahan minyak atsiri. Sedangkan minyak
jahe memiliki titik didih 140-1800C. Perbedaan titik didih inilah yang
dimanfaatkan untuk memisahkan minyak jahe dan pelarut n-heksana. Kadar air
jahe basah 86,2%, dan randemen rata-rata minyak jahe yang bisa dihasilkan
mampu mencapai 1-3% berat kering, tergantung jenis jahe serta penanganan dan
efektivitas proses penyulingan.
Selain pelarut senyawa n-heksan adapula pelarut yang dapat digunakan
untuk proses ekstraksi minyak jahe yaitu Petroleum Eter. Petroleum eter adalah
pelarut non polar yang merupakan campuran dari hidrokarbon cair yang mudah
menguap. Petroleum eter akan melarutkan senyawa-senyawa yang bersifat kurang
polar pada selubung sel dan dinding sel seperti lemak-lemak, terpenoid, klorofil
dan steroid. merupakan campuran hidrokarbon (bukan eter sebenarnya) yang atsiri
dan mudahterbakar, tidak berwarna, terutama terdiri dari pentana dan heksana.
Petroleumeter memiliki titik didih dalam rentang 20-75 °C, titik lebur -73 °C
(Anonim,2009). Petroleum eter memiliki konstanta dielektrikum 2,0-2,2 (Anonim,
2009).
Minyak Jahe
Minyak jahe merupakan salah satu minyak atsiri yang dapat di isolasi dari
rimpang (akar) jahe sebanyak 1,5-3% dari berat jahe kering. Minyak jahe di
Negara maju digunakan sebagai campuran pembuatan kosmetik, bahan penyedap
makanan, dan sebagai obat. Senyawa penyusun minyak jahe terdiri dari α- pinena,
kamfena, 1,8-sineol, bomeol, neral, geraniol, α-kurkumina, α-zingeberena, dan β-
saskuipellandrena (Tim Dosen Kimia Organik, 2017).
Pada dasarnya, dalam ilmu botani, rimpang dikenal dengan nama rhizoma.
Bagian ini tak lain merupakan modifikasi batang suatu tanaman yang menjalar
dalam tanah dan mampu menghasilkan tanaman baru dari ruas rimpangnya.
Rhizoma atau rimpang merupakan "bank makanan" atau tempat tumbuhan
menyimpan produk hasil metabolisme. Rimpang jahe mengandung beberapa zat
aktif antara lain minyak atsiri yang terdiri antara lain zingiberen, kamfena,
lemonin, zingiberol dan masih banyak lainnya. Komponen zat lain yang bisa
ditemui pada rimpang jahe adalah oleoresin yang juga terbagi atas atas gingerol,
shagol, resin, zingiberin dan lain-lain. Masing-masing zat ini memiliki manfaat
yang beragam. Secara umum, aroma khas pada jahe disebabkan oleh kandungan
minyak atsirinya. Sedangkan rasa pedasnya bersumber pada oleoresin-nya.
Jahe kering mengandung beberapa komponen kimia, yaitu pati, minyak atsiri,
fixed oil, air,abu, atau serat kasar. Minyak jahe mengandung dua komponen utama
yaitu :
1. Minyak atsiri
Komponen utama dalam minyak jahe adalah zingiberen dan zingiberol yang
menyebabkan bau tajam. Sedangkan senyawa penyusunnya adalahn-desialdehid
yang bersifat optis dan inaktif, n-nonil aldehida, d-camphene, d-α-phellandrone,
metal heptenon, sineo, borneol, dan geraniol, lineol, asetat dan kaprilat, dan fenol.
Zingiberen adalah senyawa paling utama dalam minyak selama penyimpanan,
persenyawaan akan mengalami resonifikasi. Zingiberol merupakan sesque-terpen
alkohol (C15H26O) yang menyebabkan bau khas pada minyak jahe.
2. Fixed Oil
Jahe mengandung fixed oil sebanyak 3-4% yang terdiri dari gingerol,
shagaol, dan resin. Senyawa-senyawa tersebut menyebabkan rasa pedas pada jahe
juga mengandung oleoresin yang menyebabkan rasa pedas.
Fraksi utama dalam jahe dibedakan menjadi fraksi volatil dan fraksi non
volatil yang ditunjukkan pada tabel berikut :
Tabel 1. Fraksi utama dalam jahe
Fraksi Komponen
Non volatil Gingerol, shogaol, gingediols,
gingediacetates, gingerdiones,
gingerenones.
Volatil (-) zingiberene, (+) ar-curcumene, β-
sesquipelandrene, β-bisabolene, α-pinene,
bomyl acetate, borneol, champhene, 𝛼-
cymene, cineol, citral, cumene, β-
elemene, farnesene.
Ada tiga cara umum untuk mengambil komponen atsiri dari tumbuhan : Distilasi,
Ekstrasi dengan pelarut dan pengaliran udara atau aerasi (Robinson,1995).
Minyak atsiri biasanya terdapat pada kelenjar minyak tanaman. Menurut
Guenther, proses pelepasan minyak atsiri pada distilasi bagian tanaman
didasarkan pada proses hidrodifusi yaitu difusi minyak atsiri dan air panas melalui
membran tanaman. Distilasi pada tekanan rendah dan suhu rendah memungkinkan
terjadinya penguraian oleh enzim, sehingga menimbulkan perubahan kandungan
jaringan. Cara isolasi lain adalah dengan ekstrasi menggunakan suatu pelarut
organik. Beberapa minyak atsiri yang berbobot molekul rendah terlalu mudah
larut dalam air untuk diekstraksi dengan pelarut organik secara efisien. Pelarut
organik yang efisien misalnya n-heksana merupakan jenis pelarut organik
berfungsi untuk mengekstraksi lemak atau untuk melarutkan lemak, sehingga
merubah warna dari kuning menjadi jernih. Setelah diperoleh minyak atsiri,
kemudian ditambahkan Natrium Sulfat anhidrat ke dalam gelas beker yang berisi
minyak atsiri. Penambahan ini bertujuan untuk mengikat air yang masih
bercampur dengan minyak atsiri sehingga diperoleh minyak atsiri yang murni.
Standar mutu minyak atsiri jahe menurut ketentuan EOA (Essential Oil
Association) adalah sebagai berikut :
Indeks Bias
Indeks bias adalah perbandingan kecepatan cahaya dalam udara dengan kecepatan
cahaya dalam zat tersebut. Indeks bias berfungsi untuk indektifikasi zat
kemurnian, suhu pengukuran dilakukan pada suhu 20◦C dan suhu tersebut harus
benar benar diatur dan dipertahankan karena sangat mempengaruhi indeks bias.
Harga indeks bias dinyatakan dalam farmakope Indonesia edisi empat dinyatakan
garis (D) cahaya natrium pada panjang gelombang 589,0nm dan 589,6nm.
Umumnya alat dirancang untuk digunakan denggan cahaya putih. Alat yang
digunakan untuk mengukur indeks bias adalah refraktometer ABBE. Untuk
mencapai kestabilan, alat tersebut harus dikalibrasi dengan menggunakan plat
glass standart (Anonim,2010).
Jahe
Serbuk Jahe
Ekstrak Filtrat
Ditimbang Dihitung
Massa Indeks Bias
Digunakan untuk menghitung rendemen
Rendemen