Anda di halaman 1dari 7

BU3 Standard Operating Procedure – Health, Safety and Environment

Historically Contaminated Soil

Daftar Isi
1 TUJUAN............................................................................................................................2

2 RUANG LINGKUP.............................................................................................................2

3 DefiniSI..............................................................................................................................2

4 PROSEDUR.......................................................................................................................2
4.1 Informasi Umum.......................................................................................................................... 2
4.2 Identifikasi Aspek & Potensi Dampak...........................................................................................3
4.3 Penyelidikan ahli.......................................................................................................................... 3
4.4 Rencana Remediasi.................................................................................................................... 4
4.5 Metode Remediasi....................................................................................................................... 4
4.6 Pengelolaan Pekerjaan Remedial................................................................................................4
4.6.1 Akses Terbatas........................................................................................................................................ 4
4.6.2 Penggalian Tanah yang Terkontaminasi.................................................................................................. 5
4.6.3 Transportasi Tanah yang Terkontaminasi................................................................................................ 5
4.6.4 Penimbunan Tanah yang Terkontaminasi di dalam Lokasi Proyek..........................................................5
4.6.5 Pencucian Mesin..................................................................................................................................... 6
4.7 Pengawasan, Pengukuran & Kinerja...........................................................................................6
4.8 Pelanggaran & Pelaporan............................................................................................................ 6
4.9 Tanggung Jawab.......................................................................................................................... 7

5 References........................................................................................................................7

6 ATTACHMENTS................................................................................................................7

Revision Details Next Review: Aug 2010


Rev. Date Revision Status Checked Approved
01 31/8/09 First issue, template provided by LCI HSEQ Dept. Peter Finch

Note: Check with Document Control or LCI Controlled Servers before use that this is the current
version.

PT. Leighton Contractors Indonesia Page 1 of 7


BU3-ENV-SOP-007 Rev 01
12 March 2020
BU3 Standard Operating Procedure – Health, Safety and Environment

Historically Contaminated Soil

TUJUAN
Prosedur ini bertujuan untuk secara efektif mengelola semua sejarah kontaminasi tanah di lokasi proyek.
Prosedur ini menyediakan informasi kajian lokasi, rencana remidiasi dan pilihan remidiasi.

RUANG LINGKUP
Prosedur ini berlaku untuk semua proyek di mana kontaminasi tanah diidentifikasikan sebagai salah satu isu
aspek atau dampak proyek.
Prosedur ini tidak membahas pengelolaan air tanah yang terkontaminasi. Aspek keselamatan dan kesehatan
kontaminasi tanah dibahas pada BU3-OHS-SOP-012 Workplace Contamination Controls.

DEFINISI
Tingkatan yang Batasan nilai konsentrasi kontaminan yang dianggap bisa diterima – lebel
diterima: bisa berbeda tergantung pada hukum atau peraturan yang berlaku.
ANZECC: Australian and New Zealand Environment and Conservation Council.
Lokasi Lokasi di mana terdapat substansi dengan konsentrasi di atas tingkatan yang
terkontaminasi: bisa diterima atau tingkatan latar belakang (yang biasanya terjadi) dan
kemungkinan besar dapat menimbulkan bahaya jangka panjang terhadap
kesehatan manusia dan lingkungan hidup.
Industri / Kegiatan Jenis industry, kegiatan dan penggunaan lahan yang dapat mengkontaminasi
Beresiko Tinggi: tanah seperti lokasi pembuangan sampah, stasiun listrik, lokasi pembuangan
limbah tambang, pekerjaan mesin, pembuatan, penyusunan dan
penyimpanan bahan kimia.
JSEA: Job Safety and Environmental Analysis (Analisis Kesehatan Kerja dan
Lingkungan Hidup).
Otoritas Lokal: Otoritas resmi di jurisdiksi politik tertentu yang bertanggungjawab dalam
mengelola tanah yang terkontaminasi, misalnya Departemen Lingkungan
Hidup, Badan Perencanaan Daerah.
Mobilitas: Kemampuan partikel dan substansi berpindah, baik acak maupun dipengaruhi
oleh kekuatan atau medan tertentu.
NHMRC: National Health and Medical Research Council.
Pathway: Rute yang diambil oleh kontaminan menuju penerima (receptor).
Penerima (receptor): Seseorang atau sesuatu yang menerima polusi, misalnya Taman Nasional,
orang, hewan.
Remidiasi: Pembersihan atau pengelolaan polusi tanah dengan berbagai metode baik di
lokasi proyek maupun dari luar proyek.
Stabilisasi: Mengubah kontaminan agar lebih stabil dan tidak begitu beracun, biasanya
dengan menggunakan reaksi kimia.
Solidifying: Mengunci kontaminan dalam bentuk padat.

PROSEDUR
1.1 Informasi Umum
Tanah yang telah terkontaminasi sejak dulu dapat mengancam kenyamanan lingkungan hidup. Kontaminasi
tanah dapat terjadi akibat praktek pengelolaan lingkungan hidup yang buruk atau kecelakaan berupa
tumpahan bahan kimia pada kegiatan industry terdahulu atau kegiatan manufaktur yang dilakukan di lokasi
proyek.

PT. Leighton Contractors Indonesia Page 2 of 7


BU3-ENV-SOP-007 Rev 01
12 March 2020
BU3 Standard Operating Procedure – Health, Safety and Environment

Historically Contaminated Soil

Kontaminan yang sering ditemukan antara lain:


 Logam beracun – timah, cadmium, asenik, berilium, merkuri proses industri;
 Hidrokarbon – bensi, solar, minyak, pelumas yang bocor dari tangki penyimpanan bawah tanah, bekas
bengkel, lokasi pengisian (stasiun listrik / depot bahan bakar); dan
 Limbah padat - asbestos, sampah rumah tangga dari TPA, tempat pembuangan, dsb.
Tanah pada umumnya dianggap terkontaminasi jika tingkatan bahan kimia melebihi batas dan memiliki
potensi membahayakan kesehatan manusia atau lingkungan hidup – informasi terkait tingkatan tersebut
bisa diperoleh dari otoritas lokal atau dari referensi internasional (lihat bagian 6).
Lokasi proyek yang terkontaminasi oleh bahan yang tidak jadi meledak, substansi radioaktif dan material
patogenik secara biologi biasanya dianggap sebagai lokasi terkontaminasi.
Tujuan dasar pekerjaan lahan yang terkontaminasi adalah perlindungan lingkungan hidup dan kesehatan para
pekerja dan juga melindungi kesehatan dan keselamatan umum.

1.2 Identifikasi Aspek & Potensi Dampak


Untuk mengurangi dampak kegiatan proyek terhadap lingkungan hidup, hal pertama yang penting untuk
dilakukan adalah menidentifikasi potensi seberapa besar dampak pada lingkungan hidup.
Terkait hal ini:
 Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup pada Proyek (The Project Environmental Management Plan
PEP) dan Daftar Aspek Dampak Lingkungan Hidup (Kajian Resiko) harus diselesaikan pada semua
proyek untuk mengidentifikasi potensi dampak dan kemudian menyiapkan tindakan-tindakan tertentu
untuk mengelola dan pengurangi dampak.
 Analisis Keselamatan Kerja dan Lingkungan Hidup (JSEA) harus dilakukan untuk mengidentifikasi
potensi dampak terkait tugas yang tidak dibahas pada Daftar Aspek Dampak dan PEP.
 Harus ada catatan Kajian Dampak Lingkungan Hidup atau penyelidikan ahli (biasanya dilakukan oleh
klien) mengenai data sejarah penggunaan lahan sebelumnya dan daftar nasional terkait lokasi
terkontaminasi yang mungkin bisa diperoleh dari badan pemerintahan atau badan lingkungan hidup.
Polusi tanah dari kontaminasi tanah yang telah berlangsung lama harus dipertimbangkan sebagai salah satu
resiko apabila pengguna lahan sebelumnya terlibat dalam kegiatan komersil beresiko tinggi. Contohnya bekas
TPA, bekas area pembuangan limbah tambang, pekerjaan mesin dan tempat manufaktur bahan kimia.

1.3 Penyelidikan ahli


Jika kontaminasi tanah telah teridentifikasi sebagai potensi resiko proyek, penyelidikan penuh harus dilakukan
untuk mengkaji seberapa besar pengaruh pada lingkungan hidup. Ini biasanya merupakan tanggung jawab
klien dan dilakukan oleh ahli teknis lingkungan hidup dengan berpedoman pada panduan otoritas setempat.
Contoh informasi dan analisis yang biasanya membutuhkan penyelidikan khusus:
 Penyediaan catatan sejarah penggunaan lahan sebelumnya yang akurat;
 Tinjauan geologis dan hidrologis lokal;
 Contoh dan analisis tanah yang ilmiah;
 Ifrntifikasi sumber kontaminasi;
 Sejauh mana remediasi yang diperlukan;
 Kemampuan kontaminan untuk menempel dan bergerak;
 Identitas penerima – co, komunitas lokal;
 Kajian kesehatan dan lingkungan hidup; dan
 Potensi kontaminasi air tanah dan kemungkinan perpindahan keluar lokasi proyek.

PT. Leighton Contractors Indonesia Page 3 of 7


BU3-ENV-SOP-007 Rev 01
12 March 2020
BU3 Standard Operating Procedure – Health, Safety and Environment

Historically Contaminated Soil

1.4 Rencana Remediasi


Pada ahli harus menyediakan rencana remediasi untuk lokasi proyek setelah penyelidikan mengkonfirmasi
adanya kontaminasi. Ini bisa dinyatakan pada dokumen berbeda atau sama dengan dokumen hasil
penyelidikan.
Rencana tersebut akan menolong mitigasi dampak kontaminan lokasi proyek terhadap lingkungan hidup
dengan menyediakan panduan sebagai berikut:
 Lokasi kontaminasi;
 Metode remediasi yang sesuai untuk lokasi proyek dan rencana penggunaan lahan;
 Kriteria remediasi khusus lokasi tersebut untuk kontaminan tertentu untuk keperluan kegiatan
pembersihan;
 Seberapa besar remediasi diperlukan, termasuk volume tanah yang akan digali dan dirawat;
 Rekomendasi untuk baik remediasi di lokasi proyek, di luar proyek maupun gabungan dari keduanya.
Rencana tersebut harus memberi garis besar strategi untuk melindungi publik dari paparan sumber
kontaminan selama kegiatan remediasi. Strategi komunikasi public mungkin perlu dikembangkan bagi
kelompok-kelompok komunitas yang terpengaruh, terutama yang memiliki kepedulian (nyata maupun tidak)
mengenai sejarah penggunaan lahan proyek, atau di mana uap atau bau bahan kimia atau bahan berbahaya
dapat terpapar selama proses kajian atau kegiatan remediasi.
Rencana tersebut harus sesuai dengan peryaratan otoritas lokal untuk pengelolaan tanah terkontaminasi.
Informasi terkait dari penyelidikan ahli dan rencana remediasi harus disertakan dalam Rencana Lingkungan
Hidup Proyek.

1.5 Metode Remediasi


Metode remediasi yang sesuai untuk lokasi proyek harus dinyatakan pada rencana remediasi. Pada umumnya
resiko dari tanah yang terkontaminasi dapat dikelola dengan menerapkan kendali untuk kontaminan tersebut,
pathway(jalur)nya dan identifikasi penerima:
 Pengelolaan Contaminan – termasuk mengurangi, memindahkan, mengubah dan menghancurkan
kontaminan. Teknik termasuk pembuangan ke TPA, bioremediasi, solidifying dan stabilisasi contaminan,
pelepasan dan pencucian tanah, dan penguapan kontaminan.
 Pengelolaan Pathway – termasuk mencegah pergerakan kontaminan baik dengan cara memindahkan
atau merusak atau menjaga jalurnya (pathway). Teknik termasuk konstruksi dinding slurry, penggunaan
bangunan untuk mengurangi potensi migrasi atau paparan kontaminan, batasan vertical atau horizontal
yang tak bisa dilewati untuk mencegah penetrasi dan arus di permukaan.
 Pengelolaan Penerima – termasuk melindungan penerima yang sensitive dari paparan. Teknik antara
lain membatasi akses lokasi dan penggunaan lahan dan pengendalian debu dari timbunan yang
terkontaminasi.
Tanah yang terkontaminasi dapat ditangani di dalam lokasi proyek atau dibawa keluar proyek untuk
penanganan atau pembuangan, tergantung pada rencana khusus lokasi proyek.

1.6 Pengelolaan Pekerjaan Remedial


1.6.1 Akses Terbatas
Akses menuju lokasi harus dibatasi untuk membantu menahan sumber kontaminasi dan mencegah
kontaminasi menjalar ke area yang tidak terinfeksi. Tergantung pada lokasinya, sifat proyek dan persyaratan
lokal, langkah-langkah pengendalian ini harus dipertimbangkan:
 Pagar / barikade dan rambu-rambu;
 Titik akses yang terkendali;
 Hanya orang yang berwenang yang boleh masuk;

PT. Leighton Contractors Indonesia Page 4 of 7


BU3-ENV-SOP-007 Rev 01
12 March 2020
BU3 Standard Operating Procedure – Health, Safety and Environment

Historically Contaminated Soil

 Persyaratan ijin akses;


 Mencegah akses publik / thoroughfare;
 Rute alternatif.
1.6.2 Penggalian Tanah yang Terkontaminasi
Sebagai bagian dari pekerjaan remedial, tanah yang terkontaminasi akan digali lalu dipindahkan ke tempat
penimbunan sementara (menunggu relokasi dan pengobatan akhir) atau dibawa keluar lokasi proyek (untuk
dibuang atau diobati).
Kendali di bawah ini dapat membantu mengelola dampak kegiatan penggalian terhadap lingkungan hidup:
 Memperoleh ijin menggali dan meninjau rencana lokasi proyek untuk pemasangan listrik / benda di
bawah tanah seandainya diperlukan;
 Singkirkan material terkontaminasi pada kondisi lembab untuk mengurangi proses pembentukan debu
dan isu kualitas air buruk;
 Menutup bekas galian dengan isi yang bersih atau telah diobati yang sudah diuji untuk memastikan
kontaminan dalam tingkatan yang bisa diterima;
 Mengawasi kualitas air selama proses penggalian.

1.6.3 Transportasi Tanah yang Terkontaminasi


Kendali berikut ini bisa membantu mengelola dampak memindahkan tanah terkontaminasi di sekitar dan
keluar lokasi proyek terhadap lingkungan hidup:
 Spray air atau penutup muatan untuk mencegah debu bertebaran atau tanah tumpah saat sedang
dipindahkan;

 Travel melalui rute yang telah ditentukan sebelumnya, untuk meminimalisir kemungkinan penerima yang
sensitive terpapar material yang terkontaminasi;

 Memperoleh ijin lingkungan hidup yang sesuai untuk transportasi dan pembuangan material yang
terkontaminasi di luar lokasi proyek, atau memastikan para subkontraktor telah memilikinya;

 Truk layak digunakan di jalan dan muatan berada pada batas hukum – jangan sampai menumpahkan
tanah yang terkontaminasi, terutama di area publik.

1.6.4 Penimbunan Tanah yang Terkontaminasi di dalam Lokasi Proyek


Daftar berikut ini berfungsi membantu mengelola dampak penimbunan tanah terkontaminasi di dalam lokasi
proyek terhadap lingkungan hidup:

 Beberapa lokasi proyek mungkin memerlukan area pematang dengan struktur yang tak dapat ditembus
tergantung pada material dan persyaratan hukum;

 Dirikan rambu-rambu yang sesuai untuk menginformasikan apakah material tersebut akan tetap berada
di lokasi atau akan dibawa keluar lokasi proyek;

 Lakukan –pemeriksaan rutin pada lokasi penimbunan – pastikan tanah yang tidak terkontaminasi tidak
disimpan pada timbunan tanah terkontaminasi;

 Kelola aliran air dari timbunan untuk mencegah kontaminasi di daerah hilir – seandainya perlu, dirikan
tanggul di sekeliling timbunan;

 Cepah polusi lebih lanjut – jangan posisikan timbunan dekat dengan jalur aliran air;

 Gunakan teknik supresi debu untuk mencegah polusi udara di dalam dan di luar lokasi proyek, co: tutup
timbunan dengan kain terpal.
PT. Leighton Contractors Indonesia Page 5 of 7
BU3-ENV-SOP-007 Rev 01
12 March 2020
BU3 Standard Operating Procedure – Health, Safety and Environment

Historically Contaminated Soil

1.6.5 Pencucian Mesin


Semua mesin yang terlibat dalam penggalian, pemindahan dan penimbunan tanah yang terkontaminasi harus
dicuci di daerah yang telah ditentukan sebelum meninggalkan area terkontaminasi dan meninggalkan lokasi
proyek. Harus membuat pengaturan untuk pengumpulan dan pembuangan air yang terkontaminasi dan
limbah dan kegiatan operasional ini harus disetujui oleh klien dan, jika perlu, otoritas lokal.

1.7 Pengawasan, Pengukuran & Kinerja


Untuk mengawasi dampak terhadap lingkungan hidup yang timbul dari kegiatan remidiasi tanah yang
terkontaminasi, kembangkan dan terapkan program resmi terkait dengan dampak-dampak penting yang telah
teridentifikasi pada kajian due diligence, Kajian Dampak Lingkungan Hidup, Daftar Aspek Dampak atau JSEA
yang dikembangkan selama siklus proyek. Terkait semua ini, proyek harus mengikuti prosedur sebagai
berikut:
 BU3-HSE-PRO-002 Legal Compliance;
 BU3-HSE-PRO-003 HSE Performance
 BU3-HSE-PRO-007 HSE Audit; dan
 Semua persyaratan hukum khusus yang berlaku di negara tempat pelaksanaan proyek.
Tergantung sifat proyek, program pengawasan lingkungan hidup yang khusus harus mempertimbangkan
kegiatan-kegiatan berikut ini:
 Pemeriksaan area yang terkontaminasi secara terjadwal dan acak untuk memeriksa apakah praktek
pelaksanaan mengikuti persyaratan dan prosedur serta instruksi terkait;
 Mengkonfirmasi contoh tanah di lokasi proyek atau yang dibawa untuk pengobatan untuk memastikan
situs telah dibersihkan sesuai dengan standard yang diharapkan – artinya tidak lagi memiliki resiko
kesehatan dan lingkungan hidup yang tidak dapat diterima. Jika contoh menunjukkan tingkatan
kontaminan yang tidak bisa diterima kasih ada, pekerjaan remedial tambahan harus dilakukan.
Pengujian harus dilakukan oleh laboratorium yang bereputasi.
 Pengawasan jumlah tanah terkontaminasi yang digali dan dibawa keluar dari lokasi, dan jika
terkontaminasi oleh material berbahaya catat informasi nama pembawa, tanggal keluar lokasi dan
tujuannya – periksa persyaratan terkait melacak material limbah terkontaminasi dari sumber hingga
lokasi tujuan dengan otoritas pengelolaan limbah setempat.

1.8 Pelanggaran & Pelaporan


Saat program pengawasan atau audit mengidentifikasi pelanggaran terhadap peraturan internal maupun
eksternal, termasuk Rencana Remediasi, harus mengikuti prosedur di bawah ini:
 BU3-HSE-PRO-002 Legal & Compliance;
 BU3-HSE-PRO-011 HSE Incidents Management;
 BU3-HSE-PRO-012 HSE Report.
Setiap cacat pada sistem dan prakteknya, usulan untuk perbaikan dan ketidaksesuaian yang teridentifikasi
selama proses audit dan pemeriksaan harus dicatat secara resmi, dikaji akibatnya, dan tindakan perbaikan
akan diprioritaskan dan segera dilakukan.
Manajer Proyek bertanggung jawab dalam memastikan penyelesaikan tindakan yang timbul akibat audit dan
pemeriksaan.
The Project Manager is responsible for ensuring close-out of actions arising from audits and inspections.

PT. Leighton Contractors Indonesia Page 6 of 7


BU3-ENV-SOP-007 Rev 01
12 March 2020
BU3 Standard Operating Procedure – Health, Safety and Environment

Historically Contaminated Soil

1.9 Tanggung Jawab


 Klien bertanggung jawab dalam melakukan penyelidikan ahli dan kajian sejarah tanah yang
terkontaminasi serta membagi informasi terkait dengan para kontraktor yang berlibat dalam pelaksanaan
kegiatan di lokasi proyek.
 Manajer Proyek bertanggungjawab dalam memastikan peraturan dan kewajiban mengikat dipenuhi, serta
menginformasikan klien jika ditemukan kontaminasi lebih lanjut dalam proses pekerjaan proyek.
 Shift Supervisor bertanggungjawab dalam mengkoordinasikan pelaksanaan prosedur pada para
karyawan.
 Perwakilan Lingkungan Hidup bertanggung jawab dalam menyediakan pelatihan terkait prosedur,
pengawasan dan pelaporan pelaksanaan operasional prosedur dari hari-ke hari, audit rutin dan
memperbaharui prosedur. Ia juga harus memastikan bahwa semua karyawan dan subkontraktor
memahami persyaratan dalam mengelola lahan yang terkontaminasi.

REFERENCES
 BU3-HSE-PRO-001 - HSE Risk Management
 BU3-HSE-PRO-002 - HSE Legal Compliance
 BU3-HSE-PRO-007 - HSE Audits
 BU3-HSE-PRO-011 - HSE Incidents Management
 BU3-HSE-PRO-012 - HSE Reports
 BU3-OHS-SOP-012 - Workplace Contamination Controls

ATTACHMENTS
Nil

PT. Leighton Contractors Indonesia Page 7 of 7


BU3-ENV-SOP-007 Rev 01
12 March 2020

Anda mungkin juga menyukai