Anda di halaman 1dari 12

MODUL 6 : PENGANGGARAN SEKTOR PUBLIK

MATERI PENGANGGARAN SEKTOR PUBLIK :

1. Konsep Dasar anggaran sektor publik

2. Fungsi Anggaran sektor publik

3. Pengertian Anggaran Sektor Publik

4. Aspek-aspek Anggaran Sektor Publik

5. Prinsip-prinsip Anggaran Sektor Publik

6. Proses Penyusunan Anggaran Sektor Publik

7. Pendekatan Utama Anggaran Sektor Publik

1. Konsep Dasar Anggaran Sektor Publik

Menurut Governmental Accounting Standarts Board (GASB), anggaran/budget merupakan


rencana operasi keuangan yang mencakup estimasi pengeluaran dan sumber pendapatan yang
diharapkan untuk membiayainya dalam periode waktu tertentu. Dalam sektor publik,
anggaran menjadi rahasia publik yang wajib untuk dikritik dan didiskusikan. Anggaran
sebagai bentuk pengelolaan dana publik dan pelaksanaan program pemerintah.

Lebih lanjut, penganggaran sektor publik sendiri mempelajari tentang proses penentuan
jumlah alokasi dana untuk setiap program yang direncanakan dalam satuan moneter. Tahap
ini menjadi sangat penting, karena ketidakefektifan pada kinerja dapat menggagalkan
perencanaan yang sudah disusun. Dalam anggaran sektor publik, aspek perencanaan,
pengendalian, dan akuntanbilitas publik akan menjadi efektif jika diawasi lembaga pengawas
khusus yang mengontrol aspek-aspek tersebut.

2. Fungsi Anggaran Sektor Publik

1. Anggaran sebagai alat perencanaan (planning tool)

Anggaran sektor publik sebagai alat perencanaan, dibuat untuk merencanakan tindakan apa
yang akan dan harus dilakukan oleh pemerintah, banyaknya biaya yang dibutuhkan, dan
berapa hasil yang diperoleh di akhir periode. Anggaran ini digunakan untuk merumuskan
tujuan atau sasaran kebijakan agar sesuai dengan visi dan misi yang ditetapkan,
merencanakan berbagai program dan kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi serta
merencanakan alternatif sumber pembiayaannya, mengalokasikan dana pada berbagai
program kegiatan yang telah disusun, dan menentukan indikator kinerja dan tingkat
pencapaian strategi.

2. Anggaran sebagai alat pengendalian (control tool)

Anggaran memberikan rencana detail atas pendapatan dan pengeluaran pemerintah agar
pembelanjaan yang dilakukan dapat dipertanggungjawabkan kepada publik. Anggaran ada
untuk mengendalikan (membatasi kekuasaan) eksekutif. Dan sebagai instrumen
pengendalian, anggaran digunakan untuk menghindari over-spending, underspending, dan
salah sasaran (misappropriation) dalam pengalokasian anggaran pada bidang lain yang bukan
prioritas. Anggaran juga digunakan untuk memonitor kondisi keuangan dan pelaksanaan
operasional program pemerintah.

Pengendalian tersebut dapat dilakukan dengan cara, antara lain: (a) membandingkan kinerja
aktual dengan kinerja yang dianggarkan, (b) menghitung selisih anggaran (favourable dan
unfavourable variances), (c) menemukan penyebab yang dapat dikendalikan (controllable)
dan tidak dapat dikendalikan (uncontrollable), serta (d) merevisi standar biaya atau target
anggaran untuk tahun berikutnya.

3. Anggaran sebagai alat kebijakan fiskal (fiscal tool)

Anggaran menunjukkan arah kebijakan fiskal pemerintah sehingga dapat dilakukan prediksi-
prediksi dan estimasi ekonomi. Anggaran mendorong, menfasilitasi dan mengkoordinasikan
kegiatan ekonomi masyarakat sehingga dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi. Dalam
kebijakan fiskal pemerintah, anggaran digunakan untuk menstabilkan ekonomi dan
mendorong pertumbuhan ekonomi.

4. Anggaran sebagai alat politik (political tool)

Dalam sektor publik, anggaran merupakan dokumen politik sebagai bentuk komitmen
eksekutif dan kesepakatan legislatif atas penggunaan dana publik untuk kepentingan tertentu.
Pembuatan anggaran publik membutuhkan political skill, coalition skill, keahlian
bernegosiasi, dan pemahaman tentang prinsip manajemen keuangan publik oleh para manajer
publik. Kegagalan dalam mewujudkan apa yang telah direncanakan dapat menjatuhkan
kepimpinan maupun kredibilitas pemerintah.

5. Anggaran sebagai alat koordinasi dan komunikasi (coordination and communication tool)

Anggaran yang dibuat harus dikomunikasikan ke seluruh bagian organisasi untuk


dilaksanakan. Setiap unit kerja pemerintahan harus terlibat dalam proses penyusunan
anggaran tersebut. Anggaran yang telah dibuat dengan baik akan mampu mendeteksi
terjadinya inkonsistensi suatu unit kerja dalam pencapaian tujuan organisasi.

6. Anggaran sebagai alat penilaian kinerja (performance measurement tool)

Kinerja eksekutif dapat dinilai berdasarkan pencapaian target anggaran dan efisiensi
pelaksanaan anggaran. Apakah eksekutif dapat mencapai target-target yang dijanjikannya di
awal jabatan? Jadi, dengan adanya anggaran, lingkungan eksekutif dapat lebih terkendali dan
kinerja eksekutif juga dapat terukur. Hal ini merupakan komitmen dari budget holder kepada
pemberi kuasa.

7. Anggaran sebagai alat motivasi (motivation tool)

Anggaran yang dibuat harus bersifat challenging but attainable atau demanding but
achieveable untuk memotivasi para pembuat anggaran. Sehingga para manajer dan staf dapat
bekerja secara ekonomis, efektif, dan efisien dalam mencapai target dan tujuan organisasi
yang telah ditetapkan.

8. Anggaran sebagai alat untuk menciptakan ruang publik (public sphere)

Anggaran publik harus melibatkan banyak kalangan seperti kabinet, birokrat, DPR/DPRD,
LSM, Perguruan Tinggi, masyarakat, dan berbagai organisasi kemasyarakatan. Dengan
adanya keterlibatan semua elemen tersebut anggaran publik akan menciptakan ruang publik.
Kelompok yang terorganisir akan menuntut pencapaian target dari anggaran tersebut.
Sementara kelompok yang tidak terorganisir akan menyerahkan keseluruhan pencapaian
anggaran kepada pemerintah.

3. Pengertian Anggaran Sektor Publik

Dalam arti sempit anggaran sektor publik memiliki pengertian sebagai dokumen yang
menggambarkan kondisi keuangan dari suatu organisasi. Sedangkan dalam arti luas, anggaran
sektor publik berisi rencana kegiatan yang direpresentasikan dalam bentuk rencana perolehan
pendapatan dan belanja dalam satuan moneter. Anggaran menjelaskan tentang estimasi
mengenai hal-hal yang akan dilakukan organisasi pada periode yang akan datang.
Singkatnya,anggaran menceritakan secara finansial terkait biaya atas rencana-rencana yang
dibuat (pengeluaran) dan bagaimana cara untuk mendanai rencana tersebut (pendapatan).

Menurut Freeman, anggaran dijelaskan sebagai proses yang dilakukan organisasi sektor
publik untuk mengalokasikan sumber daya yang dimilikinya dalam kebutuhan yang tidak
terbatas. Organisasi sektor publik mungkin ingin memberikan pelayanan maksimal kepada
masyarakat, tapi seringkali terkendala oleh sumber daya yang terbatas. Hal ini
mengungkapkan peran strategis anggaran dalam pengelolaan kekayaan sebuah organisasi
politik.

Semua aspek kehidupan masyarakat tidak termasuk dalam anggaran sektor publik. Anggaran
sektor publik hanya terkait dengan hal-hal yang membantu menentukan tingkat kebutuhan
masyarakat seperti listrik, air bersih, kualitas kesehatan, pendidikan, dan lain sebagainya agar
terjamin secara layak. Anggaran yang dibuat pemerintah menunjukkan tingkat kesejahteraan
masyarakat.

Anggaran adalah alat utama kebijakan fiskal. Dan juga sebagai alat ekonomi yang dimiliki
oleh pemerintah untuk mengarahkan perkembangan sosial dan ekonomi, menjamin
kesinambungan, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Anggaran sektor publik harus
menggambarkan perubahan prioritas kebutuhan dan keinginan masyarakat, serta penerimaan
dan pengeluaran departemen-departemen pemerintah.

Anggaran sektor publik menjadi alat bagi pemerintah dalam mengarahkan pembangunan
sosial untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Adanya masalah keterbatasan sumber
daya (scarcity of resource), pilihan (choice), dan trade off juga menjadi point penting dalam
anggaran sektor publik. Dalam bidang pemerintahan, anggaran menjadi bentuk tanggung
jawab pemerintah terhadap rakyat. Hal ini menunjukkan instrumen pelaksanaan akuntabilitas
publik oleh lembaga-lembaga publik yang ada.

4. Aspek-Aspek Anggaran Sektor Publik

Pengelolaan keuangan publik melibatkan beberapa aspek, yaitu :

a. Aspek penganggaran

b. Aspek akuntansi

c. Aspek pengendalian

d. Aspek auditing

5. Prinsip – Prinsip Anggaran Sektor Publik

Meliputi :

1. Otorisasi oleh legislative

Anggaran publik harus mendapatkan otorisasi dari legislatif terlebih dahulu sebelum
eksekutif dapat membelanjakan anggran tersebut.

2.Komprehensif

Anggaran harus menunjukkan semua penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Oleh karena
itu, adanya dana non – budgetair pada dasarnya menyalahi prinsip anggaran yang bersifat ko
mprehensif.

3. Keutuhan anggaran

Semua penerimaan dan belanja pemerintah harus terhimpun dalam dana umum.

4.Nondiscretionary appropriation

Jumlah yang disetujui oleh legislatif harus termanfaatkan secara ekonomis, efisien, dan
efektif.

5. Periodik
Anggaran merupakan suatu proses yang periodik, dapat bersifat tahunan atau multitahunan.

6. Akurat

Estimasi anggaran hendaknya tidak memasukkan cadangan yang tersembunyi yang dapat
dijadikan sebagai kantong – kantong pemborosan dan inefisiensi anggaran serta dapat
mengakibatkan munculnya underestimate pendapatan dan overestimate pengeluaran.

7. Jelas

Anggaran hendaknya sederhana, dapat dipahami masyarakat, dan tidak membingungkan.

8. Diketahui publik

Anggaran harus diinformasikan kepada masyarakat luas.

6. Proses Penyusunan Anggaran Sektor Publik

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah (APBN/APBD) memberi informasi rinci


kepada DPR/DPRD dan masyarakat tentang program – program apa yang direncanakan
pemerintah untuk meningkatkan kualitas kehidupan rakyat, dan bagaimana program –
program tersebut dibiayai. Proses penyusunan dan pelaksanaan anggaran tahunan merupakan
rangkaian proses anggaran. Proses penyusunan anggaran mempunyai empat tujuan, yaitu :

a. Membantu pemerintah mencapai tujuan fiskal dan meningkatkan koordinasi antar bagian
dalam lingkungan pemerintah.

b. Membantu menciptakan efisiensi dan keadilan dalam menyediakan barang dan jasa publik
melalui proses pemrioritasan.

c. Memungkinkan bagi pemerintah untuk memenuhi prioritas belanja.

d. Meningkatkan transparasi dan pertanggungjawaban pemerintah kepada DPR/DPRD dan


masyarakat luas.

Faktor dominan yang terdapat dalam proses penganggaran adalah :

- Tujuan dan target yang hendak dicapai.


- Ketersediaan sumber daya (faktor – faktor produksi yang dimiliki pemerintah).
- Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan dan target.
- Faktor – faktor lain yang mempengaruhi anggaran, seperti : munculnya peraturan
pemerintah yang baru, fluktuasi pasar, perubahan sosial dan politik, bencana alam,
dan sebagainya.
Prinsip – prinsip dan mekanisme penganggaran antara sektor publik dengan sektor swasta
relatif tidak berbeda.

Siklus anggaran meliputi 4 tahap yang terdiri atas:

1). Tahap persiapan anggaran (preparation)

Pada tahap persiapan anggaran dilakukan taksiran pengeluaran atas dasar taksiran pendapatan
yang tersedia. Yang perlu diperhatikan adalah sebelum menyetujui taksiran pengeluaran,
terlebih dahulu harus dilakukan penaksiran pendapatan secara lebih akurat. Dalam persoalan
estimasi, yang perlu mendapat perhatian adalah terdapatnyafaktor “uncertainty” (tingkat
ketidakpastian)yang cukup tinggi. Oleh sebab itu, manajer keuangan publik harus memahami
betul dalam menentukan besarnya suatu mata anggaran.

Besarnya mata anggaran pada suatu anggaran yang menggunakan “line-item budgeting” akan
berbeda pada “input-output budgeting”, “program budgeting” atau “zero based budgeting”.

Di Indonesia, proses perencanaan APBD dengan paradigma baru menekankan pada


pendekatan bottom-up planning dengan tetap mengacu pada arah kebijakan pembangunan
pemerintah pusat. Arahan kebijakan pembangunan pembangunan pemerintah pusat tertuang
dalam dokumen perencanaan berupa GBHN, Program Pembangunan Nasional (PROPE
NAS), Rencana Strategis (RESENTRA), dan Rencana Pembangunan Tahunan (REPETA).
Sinkronisasi perencanaan pembangunan yang digariskan oleh pemerintah pusat dengan
perencanaan pembangunan daerah sejak spesifik diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 105
dan 108 Tahun 2000. Pada pemerintah pusat, perencanaan pembangunan dimulai dari
peyusunan PROPENAS yang merupakan operasionalisasi GBHN. PROPERNAS tersebut
kemudian dijabarkan dalam bentuk RESENTRA. Berdasarkan PROPERNAS dan RESENRA
serta analisis fiscal dan makro ekonomi,kemudian dibuat persiapan APBN dan REPETA.
Sementara itu, di tingkat daerah (propinsi dan kabupaten/kota) berdasarkan ketentuan
Peraturan Pemerintah No. 108 Tahun 2000 pemerintah daerah disyaratkan untuk membuat
dokumen perencanaan daerah yang terdiri atas PROPEDA (RENSTRADA). Dokumen
perencanaan daerah tersebut diupayakan tidak menyimpang dari PROPENAS dan RENSTRA
yang dibuat pemerintah pusat. Dalam PROPEDA dimungkinkan adanya penekanan prioritas
program pembangunan yang berbeda dari satu daerah dengan daerah yang lain sesuai
kebutuhan masing-masing daerah. PROPEDA (RENSTRADA) dibuat oleh pemerintah
daerah bersama dengan DPRD dalam kerangka waktu lima tahun yang kemudian dijabarkan
pelaksanaannya dalam kerangka tahunan.

Penjabaran rencana strategis jangka panjang dalam REPETADA tersebut dilengkapi


dengan:

1. Pertimbangan-pertimbangan yang berasal dari hasil evaluasi kinerja pemerintahdaerah


pada periode sebelumnya.

2. Masukan-masukan dan aspirasi masyarakat.


3. Pengkajian kondisi yang saat ini terjadi, sehingga bisa diketahui kekuatan,kelemahan,
peluang dan tantangan yang sedang dan akan dihadapi.

2). Tahap ratifikasi (approval/ratification)

Tahap berikutnya adalah budget ratification. Tahap ini merupakan tahap yang melibatkan
proses politik yang cukup rumit dan cukup berat. Pimpinan eksekutif dituntut tidak hanya
memiliki “managerial skill” namun juga harus mempunyai “ political skill” salesmanship´dan
‘coalition building’ yang memadai. Integritas dan kesiapan mentalyang tinggi dari eksekutif
sangat penting dalam tahap ini.

3). Tahap implementasi (implementation)

(Budget Implementation) Sistem informasi akuntansi dan sistem pengendalian manajemen


sangat diperlukan untuk mendukung pelaksanaan anggaran. Manajer keuangan public dalam
hal ini bertanggung jawab untuk menciptakan sistem akuntansi yang memadai dan handal
untuk perencanaan dan pengendalian anggaran yang telah disepakati, dan bahkan dapat
diandalkan untuk tahap penyusuanan anggaran periode berikutnya.

4). Tahap pelaporan dan evaluasi (reporting & evaluation)

Tahap terakhir dari siklus anggaran adalah pelaporan dan evaluasi anggaran. Tahap
persiapan, ratifikasi, dan implementasi anggaran terkait dengan aspek operasionalanggaran,
sedangkan tahap pelaporan dan evaluasi terkait dengan aspek akuntanbilitas. Jika tahap
implementasi telah didukung dengan sistem akuntansi dan sistem pengendalian manajemen
yang baik, maka diharapkan tahap budget reporting and evaluation tidak akan menemui
banyak masalah.

Siklus pembuatan anggaran terbagi dalam 5 tahapan yaitu :

a. Persiapan (preparation)

Pada tahap ini, bagian anggaran menyiapkan format anggaran yang akan dipakai. Kemudian
masing – masing unit dipemerintahan mengajukan anggaran yang selanjutnya akan
dikonsolidasikan oleh bagian anggaran. Setelah ditelaah dan diadakan dengar pendapat ke
semua unit, anggaran ini akan disetujui oleh kepala pemerintahan.

b. Persetujuan lembaga legislatif (legislative enactment)

Anggaran diajukan ke lembaga legislative untuk mendapatkan persetujuan. Lembaga


legislative terutama komite anggaran akan mengadakan pembahasan guna memperoleh
pertimbangan – pertimbangan untuk menyetujui atau menolak anggaran tersebut. Dan
sebelum lembaga legislative menyetujui atau menolaknya diadakan dengar pendapat (public
hearing).

c. Administrasi (administration)

Setelah anggaran disahkan, pelaksanaan anggaran dimulai baik pengumpulan pendapatan


yang ditargetkan maupun pelaksanaan belanja yang telah direncanakan. Bersamaan dengan
tahap pelaksanaan ini dilakukan pula proses administrasi anggaran yang meliputi pencatatan
pendapatan dan belanja yang terjadi.

d. Pelaporan (reporting)

Pada akhir periode atau pada waktu – waktu tertentu yang ditetapkan dilakukan pelaporan
sebagai bagian yang tak terpisahkan dari proses akuntansi yang telah berlangsung selama
proses pelaksanaan.

e. Pemeriksaan (post - audit)

Laporan yang diberikan atas pelaksanaan anggaran kemudian diperiksa/diaudit oleh lembaga
pemeriksa independen. Hasil pemeriksaan akan menjdi masukan atau umpan balik (feedback)
untuk proses penyusunan periode berikutnya.

7. Pendekatan Utama Anggaran Sektor Publik

Pada dasarnya terdapat beberapa jenis pendekatan dalam perencanaan dan penyusunan
anggaran sektor publik. Secara garis besar ada dua pendekatan utama yang memiliki
perbedaan mendasar, yaitu :

1). Anggaran tradisional atau anggaran konvensional

2). New public management

1) Anggaran Tradisional

Anggaran tradisional merupakan pendekatan yang banyak digunakan di negara berkembang


dewasa ini. Terdapat dua ciri utama dalam pendekatan ini yaitu:

(a) Cara penyusunan anggaran didasarkan atas pendekatan incrementalism.

(b) Struktur dan susunan anggaran yang bersifat line-item.

Ciri lain yang melekat pada pendekatan anggaran tradisional tersebut adalah cenderung
sentralistis, bersifat spesifikasi, tahunan, dan mengggunakan prinsip anggaran bruto.

Incrementalism
Penekanan dan tujuan utama pendekatan tradisional adalah pada pengawasan dan
pertanggungjawaban yang terpusat. Anggaran tradisional bersifat incrementalism yaitu hanya
menambah/mengurangi jumlah rupiah pada item anggaran yang ada sebelumnya dengan
menggunakan data tahun sebelumnya sebagai dasar menyesuaikan besarnya penambahan
atau pengurangan tanpa dilakukan kajian yang mendalam.Masalah utama anggaran
tradisional adalah berkaitan dengan tidak adanya perhatian terhadap konsep value for money.

Konsep ekonomi, efesiensi dan efektivitas sering tidak dijadikan pertimbangan dalam
penyusunan anggaran tradisional. Dengan ketiadaan perhatian pada konsep value for money
ini, sering kali pada akhir tahun anggaran terjadi kelebihan anggaran yang pengalokasiannya
kemudian dipaksakan pada aktivitas-aktivitas yang sebenarnya kurang penting untuk
dilaksanakan.Anggaran tradisional cenderung menggunakan konsep historic cost of service.

Akibat digunakannya harga pokok pelayanan historis tersebut adalah suatu item, program,
atau kegiatan akan muncul lagi dalam anggaran tahun berikutnya meski item tersebut sudah
tidak dibutuhkan. Perubahan anggaran hanya menyentuh jumlah nominal rupiah yang
disesuaikan dengan tingkat inflasi, jumlah penduduk, dan lainnya.

Line-item

Ciri lain anggaran tradisional adalah struktur anggaran bersifat line-item yang didasarkan atas
dasar sifat (nature) dari penerimaan dan pengeluaran.Metode line-item budget tidak
memungkinkan untuk menghilangkan item-item penerimaan atau pengeluaran yang telah ada
dalam struktur anggaran, walaupun sebenarnya secara riil item tertentu sudah tidak relevan
lagi untuk digunakan dalam periode sekarang. Penyusunan anggaran dengan menggunakan
struktur line-item dilandasi alasan adanya orientasi sistem anggaran yang dimaksudkan untuk
mengontrol pengeluaran.

Berdasarkan hal tersebut, anggaran tradisional disusun atas dasar sifat penerimaan dan
pengeluaran, seperti misalnya pendapatan dari pemerintah atasan, pendapatan dari pajak,atau
pengeluaran untuk gaji, pengeluaran untuk belanja barang, dan sebagainya, bukan berdasar
pada tujuan yang ingin dicapai dengan pengeluaran yang dilakukan.

Kelemahan Anggaran Tradisional

Beberapa kelemahan anggaran tradisional antara lain:

- Hubungan yang tidak memadai (terputus) antara anggaran tahunan denganrencana


pembangunan jangka panjang.
- Pendekatan incremental menyebabkan sejumlah besar pengeluaran tidak pernahditeliti
secara menyeluruh efektivitasnya.
- Lebih berorientasi pada input daripada output. Hal tersebut menyebabkananggaran
tradisional tidak dapat dijadikan sebagai alat untuk membuat kebijakandan pilihan
sumberdaya, atau memonitor kinerja.
- Sekat-sekat antar departemen yang kaku membuat tujuan nasional secarakeseluruhan
sulit dicapai.
- Proses anggaran terpisah untuk pengeluaran rutin dan pengeluaran modal/investasi.
- Anggaran tradisional bersifat tahunan
- Sentralisasi penyiapan anggaran, ditambah dengan informasi yang tidak memadai
menyebabkan lemahnya perencanaan anggaran. Sebagai akibatnya adalah munculnya
budget padding atau budgetary slack.
- Persetujuan anggaran yang terlambat, sehingga gagal memberikan mekanisme
pengendalian untuk pengeluaran yang sesuai, seperti seringnya dilakukan revisi
anggaran dan manipulasi anggaran.

Aliran informasi (sistem informasi financial yang tdak memadai yang menjadi dasar
mekanisme pengendalian rutin, mengidentifikasi masalah dan tindakan.

2) Anggaran Publik Dengan Pendekatan Npm

Era New Public Management

Sejak pertengahan tahun 1980-an telah terjadi perubahan manajemen sektor publik menjadi
model sektor publik yang fleksibel dan lebih mengakomodasi pasar. Perubahan tersebut telah
mengubah peran pemerintah terutama dalam hal hubungan antara pemerintah dengan
masyarakat. Paradigma baru yang muncul dalam manajemen sektor publik tersebut adalah
pendekatan New Public Management.

Pada tahun 1980-an model New Public Management mulai dikenal dan kembali populer
tahun 1990-an. New Public Management berfokus pada manajemen sektor publik yang
berorientasi pada kinerja, bukan berorientasi kebijakan. Penggunaan paradigma New Public
Management tersebut menimbulkan beberapa konsekuensi bagi pemerintah di antaranya
adalah tuntutan untuk melakukan efisiensi, pemangkasan biaya (cost cutting), dan kompetisi
tender.

Salah satu model pemerintahan di era New Public Management adalah model pemerintahan
yang diajukan oleh Osborne dan Gaebler (1992) yang tertuang dalam pandangannya yang
dikenal dengan konsep “reinventing government”. Perspektif baru pemerintah menurut
Osborne dan Gaebler tersebut adalah:

a. Pemerintahan Katalis

Fokus pada pemberian pengarahan bukan produksi pelayanan publik. Pemerintah harus
menyediakan beragam pelayanan publik, tetapi tidak harus terlibat secara langsung dengan
proses produksinya (producing). Produksi pelayanan publik oleh pemerintah harus dijadikan
sebagai pengecualian, dan bukan keharusan, pemerintah hanya memproduksi pelayanan
publik yang belum dapat dilakukan oleh pihak non-pemerintah.

b. Pemerintah Milik Masyarakat


Memberdayakan masyarakat daripada melayani. Pemerintah sebaiknya memberikan
wewenang kepada masyarakat sehingga mereka mampu menjadi masyarakat yang dapat
menolong dirinya sendiri (self-help community).

c. Pemerintah Yang Kompetitif

Menyuntikkan semangat kompetisi dalam pemberian pelayanan publik. Kompetisi adalah


satu-satunya cara untuk menghemat biaya sekaligus meningkatkan kualitas pelayanan.
Dengan kompetisi, banyak pelayanan publik yang dapat ditingkatkan kualitasnya tanpa harus
memperbesar biaya.

d. Pemerintah Yang Digerakkan Oleh Misi

Mengubah organisasi yang digerakkan oleh peraturan menjadi organisasi yang digerakkan
oleh misi.

e. Pemerintah Yang Berorientasi Hasil

Membiayai hasil bukan masukan. Pada pemerintah tradisional, besarnya alokasi anggaran
pada suatu unit kerja ditentukan oleh kompleksitas masalah yang dihadapi. Semakin
kompleks masalah yang dihadapi, semakin besar pula dana yang dialokasikan.

f. Pemerintah Berorientasi Pada Pelanggan

Memenuhi kebutuhan pelanggan, bukan birokrasi. Pemerintah tradisional seringkali salah


dalam mengidentifikasikan pelanggannya. Penerimaan pajak memang dari masyarakat dan
dunia usaha, tetapi pemanfaatannya harus disetujui oleh DPR/DPRD. Akibatnya, pemerintah
seringkali menganggap bahwa DPR/DPRD dan semua pejabat yang ikut dalam pembahasan
anggaran adalah pelanggannya.

g. Pemerintahan Wirausaha

Mampu menciptakan pendapatan dan tidak sekedar membelanjakan. Pemerintah daerah


wirausaha dapat mengembangkan beberapa pusat pendapatan, misalnya: BPS dan Bappeda,
yang dapat menjual informasi tentang daerahnya kepada pusat-pusat penelitian
(BUMN/BUMD) pemberian hak guna usaha yang menarik kepada para pengusaha dan
masyarakat, seperti misalnya penyertaan modal, dan lain-lain.

h. Pemerintah Antisipatif

Berupaya mencegah daripada mengobati. Pemerintah tradisonal yang birokratis memusatkan


diri pada produksi pelayanan publik untuk memecahkan masalah publik.

i. Pemerintah Desentralisasi

Dari hierarkhi menuju partisipatif dan tim kerja. Pada saat sekarang perkembangan teknologi
sudah sangat maju, kebutuhan/ keinginan masyarakat dan bisnis sudah semakin kompleks,
dan staf pemerintah sudah banyak yang berpendidikan tinggi. Sekarang ini, pengambilan
keputusan harus digeser ke tangan masyarakat, asosiasi-asosiasi, pelanggan, dan lembaga
swadaya masyarakat.

j. Pemerintah Berorientasi Pada (Mekanisme) Pasar

Mengadakan perubahan dengan mekanisme pasar (sistem insentif) dan bukan dengan
mekanisme administratif (sistem prosedur dan pemaksaan). Ada dua cara alokasi
sumberdaya, yaitu mekanisme pasar dan mekanisme administratif. Dari keduanya,
mekanisme pasar terbukti sebagai yang terbaik dalam mengalokasi sumberdaya. Pemerintah
tradisional menggunakan mekanisme administratif yaitu menggunakan perintah dan
pengendalian, mengeluarkan prosedur dan definisi baku dan kemudian memerintahkan orang
untuk melaksanakannya (sesuai dengan prosedur tersebut). Pemerintah wirausaha
menggunakan mekanisme pasar yaitu tidak memerintahkan dan mengawasi tetapi
mengembangkan dan menggunakan sistem insentif agar orang tidak melakukan kegiatan-
kegiatan yang merugikan masyarakat.

Munculnya konsep NPM berpengaruh langsung terhadap konsep anggaran publik. Salah satu
pengaruhnya adalah terjadinya perubahan sistem anggaran dari model anggaran tradisional
menjadi anggaran yang lebih berorientasi pada kinerja.

Anda mungkin juga menyukai