Ilmu Tauhid Kel 10
Ilmu Tauhid Kel 10
Tugas ini ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah
“HUKUM KELUARGA ISLAM”
Disusun oleh:
1. Abi Ahmad Rifai (101190184)
2. Zulfa Khoiriyyah (101190181)
HKI-G/SEM.1
Dosen pengampu:
Dr. Nihayatur Rohmah, M.S.I
1
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN................................................................................................................................3
A. Latar Belakang........................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................................4
A. Sejarah Munculnya Firqah- Firqah dalam Islam.................................................................4
1. Syiah.....................................................................................................................................4
2. Khawarij...............................................................................................................................6
BAB III PENUTUP.............................................................................................................................9
A. Kesimpulan..............................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................10
2
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah perkembangan pemikiran dalam Islam mencatat bahawa menculnya
persoalan kalam justru berakhir dari perbincangan umaat tentang persoalan politik. Mungkin
sebagaian orang merasa aneh kenpa didalam islam, sebagai agama , masalah pertama muncul
justru persoalan politik bukan persoalan keagamaan , seperti persoalan kalam atau Ushul fiqh.
Setiap manusia memiliki sejarah yang berbeda, pemikiran- pemikiran yang berbeda
dan tokoh- tokoh yang berbeda juga. Islam yang diklaim sebagai agama yang komperatif,
baik dari kalangan intern maupun kalangan ekstren mempunyai cerita tersendiri dalam sejarah
ketatanegaraannya.
3
BAB II
PEMBAHASAN
1. Syiah
A. Pengertian dan Latar Belakang Kemunculan Syi’ah
Syi’ah secara bahasa berarti pengikut” ,”pendukung” ,”partai”,
atau”kelompok”,sedangkan secara terminologis istilah ini dikaitkan dengan
sebagian kaum muslim yang dalam bidang sepiritual dan keagamaan merujuk
pada keturunan Nabi Muhammad SAW.atau disebut sebagai ahl al-bait.Poin
penting dalam doktrin Sy’iah adalah pernyataan bahwa segala petunjuk agama
bersumber dari ahl al-bait. Mereka menolak petunjuk-petunjuk keagamaan dari
para sahabat yang bukan ahl al-bait atau para pengikutnya.1
Menurut Ath-Thabathaba’I (1903-1981 M), Istilah ”Syi’ah” untuk pertama
kalinya ditujukan pada para pengikut ‘Ali (Syi’ah ‘Ali), pemimpin pertama ahl
al-bait pada masa Nabi Muhammad SAW.Para pengikut ‘Ali yang disebut
Syi’ah,di antaranya adalah Abu Dzar Al-Ghiffari,Miqdad bin Al-Aswad,dan
Annar bin Yasir.
Pengertian bahasa dan terminologis di atas boleh dikatakan hanya merupakan
dasar yang membedakan Syi’ah dengan kelompok islam yang lain. Wajar jika dari
pengertian diatas belum diperoleh penjelasan yang memadai mengenai Syi’ah
berikut doktrin-doktrinnya. Meskipun demikian pengertian di atas merupakan titik
tolak penting bagi mazhab Syi’ah dalam mengembangkan dan membangun
doktrin-doktrinnya yang meliputi segal aspek kehidupan, seperti imamah, taqiyah,
mut’ah, dan sebagainya.
Mengenai kemunculan Syi’ah dalam sejarah, terdapat perbadaan pendapat
dikalangan para ahli. Menurut Abu Zahrah,Syi’ah mulai muncul ke pernukaan
sejarah pada masa akhir pemerintahan Utsman bin Affan. Selanjutnya, aliran ini
tunbuh dan berkembang pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib.
Watt menyatakan bahwa Syi’ah muncul ketika berlangsung peperangan antara
‘Ali dan Mu’awiyah yang dikenal dengan perang shiffin. Dalam peperangan ini,
sebagai respon atas ali diceritakan terpecah menjadi dua, satu kelompok
mendukung sikap ‘Ali disebut Syi’ah dan kelompok lain menolak sikap ‘Ali yang
disebut Khawarij.2
1
Abdul Rozak.,Rosihon Anwar., Ilmu Kalam, Bandung: 2012,hal.111
2
Ibid.hal 112
4
Berbeda dengan pendapat diatas, kalangan Syi’ah berkaitan dengan masalah
pengganti (khalifah) Nabi Muhammad SAW. Mereka menolak pemerintahan Abu
Bakar, Umar bin Khatab, dan Utsman bin Affan karena dalam pandangan mereka
hanya Ali bin Abi Thalib yang berhak menggantikan Nabi. Ketokohan Ali dalam
pandangan Syi’ah sejalan dengan isyarat-isyarat yang di berikan oleh Nabi
Muhammad SAW. Pada masa hidupnya. Pada awal kenabian, ketika Muhammad
diperintahkan menyampaikan dakwah kepada kerabatnya, yang pertama-tama
menerima adalah Ali bin Abi Thalib. Pada saat itu Nabi mengatakan bahwa orang
yang pertama-tama memenuhi ajakannya akan menjadi penerus dan pewarisnya.,
‘Ali merupakan orang yang menunjukkan perjuangan dan pengabdian yang luar
biasa besar.3
3
Ibid.hal 113
5
mulia daripada Abu Bakar. 4Syi’ah Zaidiyah ber’itiqad bahwa orang
Muslim yang melakukan dosa besar, kalau mati sebelum bertaubat, ia
kafir, dan kekal di alaam neraka. (Ahmad Amin, t.t,:136-137) menyatakan
sebagai berikut: “Imam kaum Zaidiyah, Zaid bin Ali adalah murid dari
Washil bin ‘Atha’, pemimpin Kaum Mu’tazilah”. Oleh karena itu, Mazhab
Zaidiyah mendekati Mazhab Mu’tazilah. Menurut Syahrastani semua
murid Zaid berpaham Mu’tazilah. Orang- orang Zidiyah banyak
mengarang kitab-kitab ushuludin, hadis dan fiqh yang khusus bagi
mereka. Salah seorang di antaranya yang gterkenal dalam abad mutakhir
ialah Imam Syaukani yang banyak mengarang dalam ushuludin dan fiqh,
termasuk “Nailul Authar”, yang beredar di Indonesia.”
2. Khawarij
A. Sejarah
Golongan Khawarij pada awalnya adalah pengikut Ali bin Abi Tholib yang
keluar dari barisan karna tidak sepakat dengan keputusan Ali bin Abi Tholib yang
menerima Arbitase (Tahkim) dengan pihak Mu’awiyah dalam perang shiffin pada
tahun 37 H/648 M.Pada masa pemerintahan Bani Ummaiyyah yang didukung
olehkaum muslimin, mereka seslalu jadi penentang Bani Ummaiyyah dan
seringkali melakukan pemberontakan walaupun pada akhirnya mereka dapat
dikalahkan. Nama Khawarij berasal dari kata kharaja yang berarti keluar. Nama
itu diberikan kepada mereka karena mereka keluar dari barisan Ali.5
Pada pertempuran melawan kekuatan Ali mereka mengalami kekalahan besar,
tetapi akhirnya serang Khariji bernama Abd al- Rahman Ibn Muljam dapat
membunuh Ali. Setelah mereka mengalami kekalahan , kaum Khawarih
menyusun barisan kembali dan meneruskan perlawanan terhadap kekuatan Islam
resmi baik di zaman Dinasti Bani Umaiyyah maupun di dinasti Bani Abbas.6
Dalam sikap politik kaum khawarij mempunyai paham yang berlawanan
dengan paham yang ada diwaktu itu. Terkait persoalan kepemimpinan yang
menurut mereka harus dipilih secara bebas oleh umat islam. Yang berhak menjadi
khalifah bukanlah anggota suku bangsa quraisy saja, bahkan bukan hanya orang
arab , tetapi siapa saja yang sanggup, sekalipun ia hamba sahaya yang berasal dari
afrika. Kalifah yang dipilih harusah islam, bersikap adil, dan melaksanakan syariat
4
Tufik Rahman, Tauhid Ilmu Kalam, Bandung:Pusaka Setia , 2009, hal.188-189
5
Tim Karya Imliah 2008 (KAISAR ’08), Aliran- aliran Teologi Islam, Kediri: Purna Siswa Aliyah , 2008,hal.103
6
Harun Nasution, Teologi Islam, Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI- Press), 2013, hal.13
6
islam. Tetapi kalau ia menyeleweng dari ajaran- ajaran islam, ia wajib diturunkan
atau darahnya dihalalkan untuk dibunuh.7
Tetapi, sikap tribal democracy ala khawarij ini berubah menjadi kelompok
ekstrem dan eksklusif sebagai implikasi dari nilai- nilai badawi yang tergerus
tekanan politik. Dengan sikap ini membuat mereka tidak bias metolelir
penyimpangan terhadap ajaran islam menurut paham mereka , walaupun hanaya
penyimpangan dalam bentuk kecil.8
7
Nunu Burhanuddin, Ilmu Kalam dari Tauhid Menuju Keadilan, Jakarta: kencana, 2016, hal.32
8
Ibid.hal 33
7
1. Mereka tidak berpendapat bahwa anak- anak kaum musyrik boleh
di bunuh.
2. Tidak semua berpendapat bahwa orang yang berbuat dosa besar
menjadi musyrik. Ada diatara mereka yang membagi dosa besar
menjadi dua golongan, dosa yang sangsinya di dunia, seperti
membunuh dan berzinah, dan dosa yang taka da sangsinya di
dunia, seperti meninggalkan solat dan puasa. Orang yang berbuat
dosa golongan pertama tidak dipandang kafir hanya golongan ke
dua yang dianggap kafir.
3. Kurf dibagi dua: kurf bin inkar al- ni’mah yaitu yang mengingkari
rahmat Tuhan dan kurf bi inkar al- rububiah yaitu yang
mengingkari Tuhan. Dengan demikian kafir tidak selamanya harus
berarti keluar dari islam.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Politik diartikan sebagi pengetahuan mengenai ketatanegaraan atau kenegaraan,
seperti tata cara [pemerintahan dan sebagainya; dan dapat segala urusan dan tindakan
(kebijaksanaan), siasat dan sebagainya mengenai pemerintahan suatu negara atau terhadap
negara lain. Pemikiran politik islam klasik dalam kaitannya dengan manajemen kenegaraan
tedapat variasi pendekatan sentralisme khalifah dan organisme.
Setiap manusia memiliki sejarah yang berbeda, pemikiran- pemikiran yang berbeda begitu
juga dengan kelompok syiah dan khawarij, satu kelompok mendukung sikap ‘Ali disebut
Syi’ah dan kelompok lain menolak sikap ‘Ali yang disebut Khawarij.
9
DAFTAR PUSTAKA
Prof.Dr.H.Abdul Rozak, M.Ag., Prof.Dr.H. Rosihon Anwar, M.Ag., Ilmu Kalam, Bandung:
Pusaka Setia,2012
Harun Nasution, Teologi Islam, Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI- Press), 2013
Dr. H. Nunu Burhanuddin, Lc., M.A., Ilmu Kalam dari Tauhid Menuju Keadilan, Jakarta:
kencana, 2016
Tim Karya Imliah 2008 (KAISAR ’08), Aliran- aliran Teologi Islam, Kediri: Purna Siswa
Aliyah , 2008
Drs. Tufik Rahman, M.Ag., Tauhid Ilmu Kalam, Bandung:Pusaka Setia , 2009
10