Anda di halaman 1dari 11

KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN

(LEADERSHIP)
MAKALAH

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Kepemimpinan dan Komunikasi Interpersonal

Dosen Pengampu : Virdyra Tasril

Disusun Oleh:
Dimas Febryansyah
(1714370059)

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


MEDAN
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Setiap manusia pada hakikatnya adalah pemimpin dan setiap manusia akan diminta
pertanggung jawaban atas kepemimpinannya kelak. Manusia sebagai pemimpin minimal
mampu memimpin dirinya sendiri. Setiap organisasi harus ada pemimpinnya, yang secara
ideal dipatuhi dan disegani bawahannya. Organisasi tanpa pemimpin akan kacau balau. Oleh
karena itu, harus ada seorang pemimpin yang memerintah dan mengarahkan bawahannya
untuk mencapai tujuan individu, kelompok, dan organisasi.
Kepemimpinan merupakan salah satu topik terpenting dalam mempelajari dan
memperaktikkan manajemen sehingga Gibson, et al., (2009) menyebutkan fungsi manajemen
yaitu POLC.[1]
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai kepemimpinan dan manajemen, teori
kepemimpinan, tingkatan pemimpin dan kepemimpinan, ketrampilan yang harus dimiliki
pemimpin, tipe-tipe kepemimpinan serta kepemimpinan yang efektif.

B.     Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Kepemimpinan dan Manajemen?
2. Bagaimana Teori Kepemimpinan?
3. Apa saja Tingkatan Pemimpin dan Kepemimpinan?
4. Keterampilan/Kemampuan apa saja yang harus dimiliki pemimpin?
5. Apa saja Tipe-tipe Kepemimpinan dan bagaimana Kepemimpinan yang Efektif?

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Pemimpin, Kepemimpinan, dan Manajemen


1. Pemimpin

Definisi Pemimpin Menurut Para Ahli


a. Ahmad Rusli dalam kertas kerjanya Pemimpin Dalam Kepimpinan Pendidikan(19
99). Menyatakan pemimpin adalah individu manusia yang
diamanahkan memimpin subordinat  (pengikutnya) kearah mencapai tujuan  yang
ditetapkan.
b. Miftha Thoha dalam bukunya Prilaku Organisasi (1983: 255).
Pemimpin adalah seseorang yang memiliki kemampuan memimpin,
artinya memiliki kemampuan untuk mempengaruhi orang lain
atau kelompok tanpa mengindahkan bentuk alasannya.
c. Kartini Kartono (1994 : 33). Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki
kecakapan dan kelebihan khususnya kecakapan dan kelebihan di satu bidang,
sehingga dia mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama
melakukan aktivitas-aktivitas tertentu, demi pencapaian satu atau beberapa tujuan.
d. Henry Pratt Faiechild dalam Kartini Kartono (1994: 33).
Pemimpin ialah seseorang yang dengan jalan memprakarsai (memelopori)
tingkahlaku social dengan mengatur, mengarahkan,
2. Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah upaya mempengaruhi kegiatan pengikut melalui proses
komunikasi untuk mencapai tujuan tertentu[2]. Para ahli lain berpendapat bahwa
kepemimpinan adalah sebagai seni untuk mengatur individu dan masyarakat, serta
memotivasi semangat mereka untuk meraih tujuan yang telah ditetapkan[3]. Pendapat lain
menyatakan bahwa kepemimpinan sebagai seni untuk memengaruhi dan mengarahkan orang
lain dengan metode tertentu agar mereka berusaha untuk taat, loyal, dan membantu dalam
satu cara untuk meraih tujuan yang telah ditetapkan[4].
Seorang pemimpin memiliki karekter dan sifat tertentu, pemimpin menduduki jabatan
yang tinggi sebuah struktur organisasi, perusahaan. Pemimpin di bekali dengan kekuasaan
untuk mempengaruhi, mengatur atau mengarahkan anggota organisasi untuk tunduk terhadap
kepemimpinan mereka. Kepemimpinan muncul dari aspirasi anggota organisasi. Adapun
seorang pemimpin dengan kekuasan yang di milikinya, ia berusaha memengaruhi prilaku
orang lain dengan sebuah metode yang memungkinkan mereka loyal dan taat kepadanya,
selain itu para bawahan juga berkenaan untuk mematuhi segala perintahnya dengan ridha dan
segenap perasaan jiwa. Sebagai seorang pemimpin  ia menggunakan sepenuh hati dan bisa di
terima oleh bawahnnya jadi, seorang pemimpin sumber kekuasaannya adalah aspirasi
bawahan.
Menurut Hikmat (2009:249), kepemimpinan adalah proses
pelaksanaan tugas dan kewajiban individu.
Kepemimpinan merupakan sifat dari pemimpin dalam memikul tanggungjawabnya secara
moral dan legal formal atas seluruh pelaksanaan wewenangnya yang
telah didelegasikan kepada orang-orang yang dipimpinnya.

Dari beberapa definisi  di atas,  ada beberapa unsur pokok yang mendasari atau sudut
pandang dan sifat-sifat dasar yang ada dalam merumuskan definisi kepemimpinan, yaitu:
a. Unsur-unsur yang mendasari
1. Kemampuan mempengaruhi orang lain (kelompok/bawahan)
2. Kemampuan mengarahkan atau  memotivasi tingkah laku orang lain atau kelompok
3. Kemampuan bekerjasama untuk mencapai tujuan yang diinginkan

b. Sifat dasar kepemimpinan


1. Kecakapan memahami individual, artinya mengetahui bahwa setiap manusia
mempunyai daya motivasi yang berbeda pada berbagai saat dan keadaan yang
berlainan.
2. Kemampuan untuk menggugah semangat dan memberi inspirasi.
3. Kemampuan untuk melakukan tindakan dalam suatu cara yang dapat
mengembangkan suasana (iklim) yang mampu memenuhi dan sekaligus menimbulkan
dan mengendalikan motivasi-motivasi (Tatang M. Amirin, 1983:15). 

Dari definisi-definisi di atas dapat ditarik kesimpulan yang sama, yaitu masalah
kepemimpinan adalah masalah sosial yang di dalamnya terjadi interaksi antara pihak yang
memimpin dengan pihak yang dipimpin untuk mencapai tujuan bersama, baik dengan cara
mempengaruhi, membujuk, memotivasi dan mengkoordinasi. 
3. Manajemen
Manajemen dalam arti luas adalah perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan (P3)
sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Manajemen dalam
arti sempit adalah manajemen sekolah/madrasah yang meliputi: perencanaan program
sekolah/madrasah, pelaksanaan program sekolah/madrasah, kepemimpinan kepala
sekolah/madrasah, pengawas/evaluasi, dan sistem informasi sekolah/madrasah. Jika istilah
administrasi banyak digunakan oleh Amerika Serikat, Kanada, dan Australia, maka
manajemne banyak digunakan oleh Inggris, Afrika, dan negara-negara Eropa.[5]
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan merupakan
kemampuan mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok, kemampuan mengarahkan
tingkah laku bawahan atau kelompok, memiliki kemampuan atau keahlian khusus dalam
bidang yang diinginkan oleh kelompoknya, untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok.
Perbedaan kepemimpinan dengan manajer:

Manager Leadership
1.    Building and maintaining an organizational Building and maintaining an organizational
structure (membangun dan mengembangkan culture (membangun dan mengembangkan
struktur organisasi) kultur organisasi)
2.    Path- following (merujuk pada alur Path- finding (merujuk pada alur penemuan)
kepengikutan)
3.    Doing thing right (mengerjakan sesuatu Doing the right thing (mengerjakan sesuatu
yang benar) dengan benar)
4.    The manager maintains, relies and The leader develops, inspires
control (mengedepankan pemeliharaan dan trust (mengembangkan dan menginspirasi
pengendalian) kepercayaan)
5.    A preoccupation with the here-and-now of Focused on the creation of a vision about a
goal attainment (beranjak dengan “disini dan desired future state (berfokus pada upaya
sekarang” dari pencapaian tujuan) mengkreasi tentang masa depan yang
diinginkan)
6.    Managers maintain a low level of Leaders have empathy with other people and
emotional involvement (memelihara level give attention to what event and action
rendah keterlibatan emosional) means (mempunyai empati terhadap orang
lain dan memberi perhatian pada setiap
peristiwa dan makna tindakan)
7.    Designing and carry out plant, getting Establishing a mission, giving a sense of
things done, working effectively with direction (memantapkan misi dan
people (mendesain dan membawa rencana, membangkitkan rasa untuk mencapai arah
mendorong tindakan, dan bekerja efektif tertentu)
dengan orang)
8.    Being taught by the Learning from the organization (belajar dari
organization (mengembangkan pikiran dari organisasi)
organisasi)
Sumber: Stoner, Freeman, Gilbert dalam Danim (2008: 4-5)

B.   Teori Kepemimpinan
1. Teori dengan Pengaruh Kekuasaan
Teori yang dikemukakan oleh French dan Raven (1959) ini menyatakan bahwa
kepemimpinan bersumber pada kekuasaan dalam satu kelompok atau organisasi. Dengan
perkataan lai, orang atau orang-orang yang memiliki akses terhadap sumber kekuasaan dalam
suatu kelompok atau organisasi tertentu akan mengendalikan atau memimpin kelompok atau
organisasi itu.(Salito Wirawan, 2005:40)
 Adapun sumber kekuasaan itu sendiri ada tiga macam, yaitu (1) kedudukan, (2)
kepribadian, dan (3) politik.
1.1) Kekuasaan yang bersumber pada kedudukan
Kekuasaan yang bersumber pada kedudukan terbagi lagi ke dalam beberapa jenis;
a) Kekuasaan Formal atau legal (French & Raven, 1959)
Termasuk dalam jenis ini adalah komandan tentara, kepala dinas, presiden atau perdana
menteri dan sebagainya yang mendapat kekuasaan karena ditunjuk dan/atau diperkuat
dengan peraturan atau perundangan yang resmi.
b) Kendali atas Sumber dan Ganjaran (French & raven, 1959)
Majikan yang menggaji karyawan, majikan yang mengupah buruh, kepala suku atau
kepala kantor yang dapat memberi ganjaran kepada bawahannya, dan sebagainya,
memimpin berdasarkan sumber kekuasaan seperti ini.
c) Kendali atas Hukum (French & Raven, 1959)
Ganjaran biasanya terkait dengan hukuman sehingga kendali atas ganjaran biasa juga
kendali atas hukuman. Walaupun demikian, ada kepemimpinan yang yang sumbernya
hanya kendali atas hukuman saja, ini merupakan kepemimpinan yang didasarkan pada
rasa takut. Contoh para preman yang memungut pajak kepada pedagang, pedagang
akan tunduk kepada preman karena takut akan mendapat perlakuan kasar.
d) Kendali atas Informasi (French & Raven, 1959)
Informasi adalah ganjaran positif bagi orang yang memerlukannya, sehingga siapa pun
yang menguasai informasi dapat menjadi pemimpin. Misal adalah orang yang paling
tahu arah jalan maka otomatis dia akan menjadi pimpinan rombongan.
e) Kendali Ekologi (lingkungan)
Sumber kekuasaan ini dinamakan juga perekayasa situasi (situational sengineering).
Contoh adalah kendali atas penempatan jabatan (Oldham, 1975). Seorang atasan,
manager, atau kepala bagian personality mempunyai kekuasaan atas bawahannya,
karena ia boleh menentukan posisi anggotanya.
1.2) Kekuasaan yang Bersumber pada Kepribadian
Berbeda dari kepemimpinan kekuasaan, kekuasaan yang bersumber pada kepribadian
berawal dari sifat-sifat pribadi, yaitu sebagai berikut;
a) Keahlian atau Ketrampilan (French & Raven, 1959)
Dalam agama Islam, orang yang menjadi imam adalah orang yang paling fasih
membaca ayat Al-Qur’an. Demikian pula dalam pesawat atau kapal, orang yang paling
ahli dalam mengemudilah yang akan menjadi pemimpin.
b) Persahabatan atau Kesetiaan (French & Raven, 1959)
Sifat dapat bergaul, setia kawan atau setia kepada kelompok dapat merupakan sumber
kekuasaan, sehingga seseorang dianggap sebagai pemimpin.
c) Karisma (House, 1977)
Ciri kepribadian yang menyebabkan timulnya kewibawaan pribadi dari pemimpin juga
merupakan salah satu sumber kekuasaan dalam proses kepemimpinan. Mengenai hal ini
dibicarakan tersendiri dalam teori bakat.
1.3) Kekuasaan yang Bersumber pada Politik
Kekuasaan yang bersumber pada politik terdiri atas beberapa jenis (Pfeffer, 1981)
a)      Kendali atas Proses Pembuatan Keputusan
Dalam organisasi, ketua menetukan apakah suatu keputusan akan dibuat dan
dilaksanakan atau tidak. Dan sebagainya.
b) Koalisi (Stevenson, Perace & Porter, 1985)
Kepemimpinan atas dasar sumber kekuasaan politik ditentukan juga atas hak atau
kewenangan untuk membuat kerja sama denga kelompok lain.
c) Partisipasi (Pfeffer, 1981)
Pemimpin mengatur partisipasi anggotanya, siapa yang boleh berpartisipasi, dalam
bentuk apa tiap anggota berpartisipasi, dan sebagainya.
d) Institusionalisasi

Pemimpin agama menikahkan pasangan suami istri, menentukan terbentuknya keluarga


baru. Notaris atau hakim menetukan berdirinya suatu yayasan atau perusahaan baru.
2) Teori Bakat
Teori bakat dinamakan juga teori sifat (trait), teori karismatik atau teori transformasi.
Inti dari teori ini adalah bahwa kepemimpinan terjadi karena sifat-sifat atau bakat yang
khas yang terdapat dalam diri pemimpin yang dapat diwujudkan dalam prilaku
kepemimpinan. Sifat atau bakat itu dinamakan karisma atau wibawa. Sebagai contoh
adalah Bung Karno, Adolf Hitler, Fidel Castro, Mahatma Gandhi, Ibu Theresa dan
Martin Luther King. Tokoh-tokoh ini memiliki sifat yang tidak dimiliki pemimpin-
pemimpin lain.
Di pihak lain, pemimpin-pemimpin karismatik tidak dapat disamakan dengan tokoh-
tokoh yang kewibawaan, kekuasaan atau kepemimpinannya bersumber atau ditopang
oleh legenda-legenda, mitos, dan dongeng-dongeng. Misal keturunan raja, bangsawan,
orang sakti, keturunan yang dianggap titisan dewa dan sebagainya.
Karisma yang ditunjang oleh oleh mitos dan legenda ini bukanlah dating dari bakat atau
sifat pribadi yang bersangkutan, sehingga tidak dapat digolongkan dalam teori bakat
yang sedang kita bicarakan ini.
Teori bakat menurut Hourse (1977) bahwa karisma yang berupa bakat atau sifat adalah
hal yang dapat dijelaskan secara objektif ilmiah, sehingga dapat diteliti, diukur, dan
dibuktikan keberadaanya.
Teori bakat menurut Baas (1985) ada factor-faktor tambahan lain yang menyebabkan
lahirnya kepemimpinan karismatik selain faktor bawaan sejak lahir yang dikemukakan
oleh Hourse, yaitu factor anteseden (hal yang mendahului terjadinya seorang
pemimpin), faktor atribusi (keyakinan sendiri) dan faktor konsekuensi dari
kepemimpinan.
Teori bakat menurut Conger dan Kanungo (1987) bahwa kepemimpinan karismatik
terutama bersifat atributif, yaitu karena adanya ciri-ciri tertentu dari pemimpin yang
dipersepsikan oleh para pengikut berdasarkan pengamatan pengikut terhadap prilaku
pemimpin.
Teori Tranformasional menurut Robert (1984) bahwa pemimpin karismatik dapat juga
terjadi dalam kelompok-kelompok yang sangat terorganisasi. Berbeda dari pendapat
sebelumnya yang seakan-akan menyatakan bahwa kepemimpinan karismatik tidak
dapat berjan pada kelompok-kelompok yang sangat terorgaisasi.
Karisma: Negatif atau Positif?
Ykul (1989) mengemukakan bahwa sejarah telah mencatat pemimpin-pemimpin
karismatik yang telah member dampak positif yang sangat luar biasa kepada
kelompoknya, bahkan terhadap umat manusia secara keseluruhan, seperti Mahatma
Gandhi dan Martin Luther King. Di pihak lain sejarah juga mencatat pemimpin-
pemimpin karismatik yang memberikan dampak negative dan kehancuran, seperti
Adolf Hitler. Pertanyaan yang timbul adalah “Apakah pemimpin karismatik berdampak
positif atau negatif bagi pengikutnya?”. Pertanyaan ini semakin perlu dijawab karena
banyak pemimpin karismatik yang sulit digolongkan dalam salah satu jenis tersebut.
Bahkan ada yang berpengaruh negatif di satu pihak namun positif di pihak yang lain.
Musser (1987) mengusukan kriteria yang berbeda antara pemimpin karismatik yang
positif dan negatif. Ciri pemimpin karismatik yang negatif adalah yang lebih
mementingkan tujuan dirinya sendiri daripada idiologi-idiologinya.

3) Teori Perilaku
Teori prilaku memusatkan perhatiannya pada perilaku pemimpin dalamkaitannya
dengan struktur dan organisasi kelompok. Oleh karena itu, teori prilaku ini lebih sesuai
untuk kepemimpinan dalam lingkungan organisasi atau perusahaan, karena peran
pemimpin digariskan dengan jelas. Teori perilaku menurut beberapa ahli, antara lain;
Mintzberg (1973) mengemukakan sepuluh peran pemimpin (manager) sebagai berikut;
Peran dalam hubungan antarpribadi adalah sebagai pemimpin, penghubung dan panutan
(figurehead). Peran yang berkaitan dengan pemrosesan informasi adalah sebagai
pemantau, penyebaran informasi dan juru bicara. Peran yang berkaitan dengan
pembuatan keputusan adalah sebagai wiraswasta, penyelesaian gangguan,
pengalokasian sumber, dan negosiator.
Bagaimana seorang pemimpin memenuhi kesepuluh peran itu, hal itu akan ditentukan
bagaimana kepemimpinannya. Mereka akan memiliki kecocokan dengan salah satu
peran, dan biasanya mereka akan unggul dalam hal itu.
Page (Page, 1985 & Tornow, 1987) juga memusatkan teori kepemimpinannya pada
peran yang dibawakan pemimipin dalam posisi managerial. Menurutnya ada Sembilan
kewajiban dan tanggung jawab manager dalam organisasi. Yaitu penyelia (supervising),
perencan dan pengorganisasi, pembuat keputusan, pemantau indicator, pengendalian,
perwakilan, pengkooordinasi, konsultasi, dan administrasi.
Sebagai manager sudah barang tentu seseorang yang dapat menduduki sembilan peran
tersebut. Namun, setiap orang memiliki kemampuan tersendiri, sehingga ada yang kuat
di peran tertentu dan lemah di peran yang lain.

4) Teori Situasional
Teori situasional berintikan hubungan antara perilaku pemimpin dan situasi
dilingkungan pemimpin itu.dalam hal ini ada dua macam hubungan, yaitu (1) perilaku
pemimpin yang merupakan hasil atau akibat dari situasi dan (2) perilaku pemimpin
merupakan penentu atau penyebab situasi. Dengan perkataan lain, pada hubungan
pertama, pemimpin merupakan variabel ikutan (dependent variable), sedangkan yang
kedua masuk dalam variabel bebas (independent variable).[6]

C.    Tingkatan Pemimpin dan Kepemimpinan


a.      Pemimpin

1.      Top Management yang juga sering disebut dengan istilah” administrative management”
2.      Middle Management
3.      Lower Management, Supervisory Management, Gang leader, Mandur, atau Operational
Management.[7]

b.      Kepemimpinan

1.  Pemimpin yang dicintai


2.      Pemimpin yang dipercaya
3.      Pembimbing
4.      Pemimpin yang berkepribadian
5.      Pemimpin Abadi.[8]
D.    Keterampilan/Kemampuan yang harus dimiliki pemimpin

1.      Keterampilan presentasi
2.      Keterampilan membangun tim yang kuat
3.      Keterampilan negosiasi
4.      Keterampilan bersikap baik
5.      Keterampilan memotivasi
6.      Keterampilan mengorganisasi

E.     Tipe-tipe Kepemimpinan dan Kepemimpinan yang Efektif


1.      Tipe Kepemimpinan
Tipe kepemimpinan dapat disebut dengan model (gaya) kepemimpinan seseorang. Tipe
kepemimpinan yang secara luas dikenal adalah sebagai berikut.
1.      Tipe Otoriter
Disebut juga tipe kepemimpinan authoritarian. Dalam kepemimpinan ini, pemimpin
bertindak sebagai diktator terhadap anggota kelompoknya. Baginya memimpin adalah
menggerakkan dan memaksa kelompok. Batasan kekuasaan dari pemimpin otoriter
hanya dibatasi oleh undang-undang. Bawahan hanya bersifat sebagai pembantu,
kewajiban bawahan hanyalah mengikuti dan menjalankan perintah dan tidak boleh
membantah atau mengajukan saran. Mereka harus patuh dan setia kepada pemimpin
secara mutlak.
Kelebihan:
a. Keputusan dapat diambil secara cepat
b. Mudah dilakukan pengawasan
Kelemahan:
a. Pemimpin yang otoriter tidak menghendaki rapat atau musyawarah.
b. Setiap perbedaan diantara anggota kelompoknya diartikan sebagai kelicikan,
pembangkangan, atau pelanggaran disiplin terhadap perintah atau instruksi yang telah
diberikan.
c. Inisiatif dan daya pikir anggota sangat dibatasi, sehingga tidak diberikan kesempatan
untuk mengeluarkan pendapatnya.
d. Pengawasan bagi pemimpin yang otoriter hanyalah berarti mengontrol, apakah
segala perintah yang telah diberikan ditaati atau dijalankan dengan baik oleh
anggotanya.
e. Mereka melaksanakan inspeksi, mencari kesalahan dan meneliti orang-orang yang
dianggap tidak taat kepada pemimpin, kemudian orang-orang tersebut diancam dengan
hukuman, dipecat, dsb. Sebaliknya, orang-orang yang berlaku taat dan menyenangkan
pribadinya, dijadikan anak emas dan bahkan diberi penghargaan.
f. Kekuasaan berlebih ini dapat menimbulkan sikap menyerah tanpa kritik dan
kecenderungan untuk mengabaikan perintah dan tugas jika tidak ada pengawasan
langsung.
g. Dominasi yang berlebihan mudah menghidupkan oposisi atau menimbulkan sifat
apatis.

2. Tipe Laissez-faire (Bahasa Perancis  : “biarkan mereka sendiri”)


Dalam tipe kepemimpinan ini sebenarnya pemimpin tidak memberikan
kepemimpinannya, dia membiarkan bawahannya berbuat sekehendaknya.Pemimpin akan
menggunakan sedikit kekuasaannya untuk melakukan tugas mereka.Dengan demikian
sebagian besar keputusan diambil oleh anak buahnya.Pemimpin semacam ini sangat
tergantung pada bawahannya dalam membuat tujuan itu.Mereka menganggap peran mereka
sebagai ‘pembantu’ usaha anak buahnya dengan cara memberikan informasi dan menciptakan
lingkungan yang baik.
Kelebihan:
a. Keputusan berdasarkan keputusan anggota
b. Tidak ada dominasi dari pemimpin

Kekurangan:
a. Pemimpin sama sekali tidak memberikan control dan koreksi terhadap pekerjaan
bawahannya.
b. Pembagian tugas dan kerja sama diserahkan sepenuhnya kepada bawahannya tanpa
petunjuk atau saran-saran dari pemimpin. Dengan demikian mudah terjadi kekacauan
dan bentrokan.
c. Tingkat keberhasilan anggota dan kelompok semata-mata disebabkan karena
kesadaran dan dedikasi beberapa anggota kelompok, dan bukan karena pengaruh dari
pemimpin.
d. Struktur organisasinya tidak jelas atau kabur, segala kegiatan dilakukan tanpa
rencana dan tanpa pengawasan dari pimpinan.

3. Tipe Demokratis
Pemimpin ikut berbaur di tengah anggota kelompoknya. Hubungan pemimpin dengan
anggota bukan sebagai majikan dengan bawahan, tetapi lebih seperti kakak dengan saudara-
saudaranya. Dalam tindakan dan usaha-usahanya ia selalu berpangkal kepada kepentingan
dan kebutuhan kelompoknya, dan mempertimbangkan kesanggupan dan kemampuan
kelompoknya.
Kelebihan:
a. Dalam melaksanalan tugasnya, ia mau menerima dan bahkan mengharapkan
pendapat dan saran dari kelompoknya.
b. Ia mempunyai kepercayaan pula pada anggotanya bahwa mereka mempunyai
kesanggupan bekerja dengan baik dan bertanggung jawab.
c. Ia selalu berusaha membangun semangat anggota kelompok dalam menjalankan dan
mengembangkan daya kerjanya dengan cara memupuk rasa kekeluargaan dan
persatuan. Di samping itu, ia juga memberi kesempatan kepada anggota kelompoknya
agar mempunyai kecakapan memimpin dengan jalan mendelegasikan sebagian
kekuasaan dan tanggung jawabnya.

Kekurangan:
a. Proses pengambilan keputusan akan memakan waktu yang lebih banyak.
b. Sulitnya pencapaian kesepakatan.

4. Tipe Pseudo-demokratis

Tipe ini disebut juga semi demokratis atau manipulasi diplomatic. Pemimpin yang
bertipe pseudo-demokratis hanya tampaknya saja bersikap demokratis padahal sebenarnya
dia bersikap otokratis. Misalnya jika ia mempunyai ide-ide, pikiran, atau konsep yang ingin
diterapkan di lembaga Pendidikannya, maka hal tersebut akan dibicarakan dan
dimusyawarahkan dengan bawahannya, tetapi situasi diatur dan diciptakan sedemikian rupa
sehingga pada akhirnya bawahan didesak agar menerima ide atau pikiran tersebut sebagai
keputusan bersama. Pemimpin ini menganut demokrasi semu dan lebih mengarah kepada
kegiatan pemimpin yang otoriter dalam bentuk yang halus, samar-samar, dan yang mungkin
dilaksanakan tanpa disadari bahwa tindakan itu bukan tindakan pimpinan yang demokratis.
5.     Tipe Kharismatik

Seorang pemimpin yang kharismatik memiliki karakteristik yang khas yaitu daya
tariknya yang sangat memikat sehingga mampu memperoleh pengikut yang sangat besar dan
para pengikutnya tidak selalu dapat menjelaskan secara konkret mengapa orang tertentu itu
dikagumi. Pengikutnya tidak mempersoalkan nilai yang dianut, sikap, dan perilaku serta gaya
dari si pemimpin.

2. Kepemimpinan yang Efektif


Bureaucrat Developer Bene Volent Executive
Patuh pada Mencipta Mampu Berorientasi ke
peraturan memotivasi masa depan
orang lain
Loyal Menggunakan Belajar dari Membangkitkan
orang lain pengalaman partisipasi
bawahan
Memelihara Percaya pada Efektif untuk Berpandangan
lingkungan orang lain memperoleh jangka panjang
dengan hasil
peraturan Mengembangkan Paham aturan Memotivasi
bakat orang lain dan metode dengan baik
kerja
Bekerja efektif
Empat gaya kepemimpinan efektif (Anonim, 2009)
BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan
Kata pemimpin, kepemimpinan serta manajemen memiliki keterikatan yang tak dapat
dipisahkan. Karena untuk menjadi pemimpin bukan hanya berdasarkan suka satu sama
lainnya, tetapi banyak faktor. Pemimpin yang berhasil hendaknya memiliki beberapa kriteria
yang tergantung pada sudut pandang atau pendekatan yang digunakan, apakah itu
kepribadiannya, keterampilan, bakat, sifat – sifatnya, atau kewenangannya yang dimiliki yang
mana nantinya sangat berpengaruh terhadap teori maupun gaya kepemimpinan yang akan
diterapkan.
Keterampilan/Kemampuan yang harus dimiliki pemimpin:
A. Keterampilan presentasi
B. Keterampilan negosiasi
C. Keterampilan bersikap baik
D. Keterampilan memotivasi
E. Keterampilan mengorganisasi
F. Keterampilan membangun tim yang kuat

B. Saran
Demikianmakalah yang kami susun. Kritik dan saran yang membangun kami harapkan
guna karya tulis yang lebih baik lagi, terimakasih.

DAFTAR PUSTAKA
Usman, Husaini. 2013. Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan Edisi 4. Jakarta Timur : PT Ikrar Mandiriabadi.
Dr. H. Abdul Choliq. 2013. Leadership. Semarang: Rafi Sarana Perkasa.
http://dhesiasri.blogspot.co.id/2012/11/makalah-kepemimpinan-dalam-manajemen.html diakses pada tanggal 21 Mei 2016 pukul 09.50 WIB
http://kompasiana.com/awanggolex/tingkat-kepemimpinan.html diakses pada tanggal 23 Mei 2016 pukul 21.16 WIB
http://djajendra-motivator.com diakses pada tanggal 23 Mei 2016 pukul 21:23 WIB

[1]Prof. Dr. Husaini Usman, M.Pd., M,T, Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan Edisi 4, Jakarta Timur: PT Bumi Aksara, 2013,
hlm. 304.
[2] Edwin. A. Fleishman,” Twenty Years of consideration and Scructure”, in Current Devwloments in the Study of Leadership, ed Edwin
A. Flesiman dan James G. Hunt (Carbondale: Southern lllinois University Press, 1973) hal. 3
[3] John F. Dan Robert B, Public Management, Ronald Press, New York, 1960
[4] Madrasah al-Masya al- Amerika, Katiib al Ziyadah, hlm. 12
[5] Prof.Dr.Husaini Usman,M.Pd.,M.T, Manajemen Teori Praktik dan Riset Pendidikan Edisi 4, Jakarta Timur: PT Bumi Aksara, 2013,
hlm. 5-6.
[6] Dr. H. Abdul Choliq, Leadership, Semarang: Rafi Sarana Perkasa,2013, hlm.32-55.
[7]S.P. Siagan, Filsafat Administrasi, Jakarta : Gunung Agung, 1983.
[8]Kompasiana.com

Anda mungkin juga menyukai