Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Semua sel dibatasi oleh suatu membran yang disebut dengan membran
plasma (membran sel), sementara daerah di dalam sel disebut sitoplasma. Di
dalam sitoplasma terdapat organel sel dan inti sel (nukleus). Setiap organisme
tersusun atas salah satu dari dua jenis sel yang berbeda yaitu sel prokariotik dan
sel eukariotik (Fahn, 1991).
Sel tumbuhan dibatasi oleh dinding sel yang didalamnya terdapat tempat
berlangsungnya reaksi kimia yang diperlukan untuk kehidupan sel. Pengamatan
tentang sel hanya dapat dilihat menggunakan mikroskop. Dalam hal ini,
mempelajari ukuran, dan bentuk sel merupakan hal penting, namun tanpa
memahami isi dari sel (unit sel) serta hubungannya dengan sel-sel lain yang
melapisinya tidak akan didapat pengetahuan yang mendalam tentang sel itu
sendiri (Hidayat, 1995).
Maserasi merupakan salah satu teknik pembuatan preparat yang digunakan
untuk melihat kenampakan sel secara utuh. Prinsip kerja dari teknik pembuatan
inia dalah dengan cara memutuskan lamella tengah dari sel tumbuhan.
Pemutusan lamella tengah bertujuan memisahkan bagian sel dengan sel lainnya
sehingga sel bisa dilihat secara satuan utuh. Teknik ini sangat bermanfaat.
Banyak penelitian melakukan teknik ini untuk mengekstraksi suatu zat atau
bagian tertentu dari sel tumbuhan (Sugiharto, 1988).
Berdasarkan teori diatas pada percobaan ini kita akan mengetahui
bagaimana proses pembuatan sediaan (preparat) dalam metode maserasi jaringan
atau perendaman pada senyawa tertentu untuk melihat bagian-bagian organ
dengan jelas

1.2 Tujuan
Adapun tujuan pada praktikum ini, sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui teknik pembuatan sediaan preparat batang
tumbuhan dengan metode Schultze
2. Untuk mengetahui sel-sel penyusun jaringan xilem.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Maserasi


Maserasi merupakan proses perendaman sampel (simplisia) menggunakan
pelarut organik pada temperatur ruangan guna untuk mengestrak suatu zat. Secara
teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian konsentrasi pada
keseimbangan. Maserasi merupakan proses dimana simplisia yang sudah halus
memungkinkan untuk direndam dalam menstrum sampai meresap dan
melunakkan susunan sel, sehingga zat-zat mudah larut akan melarut. Maserasi
merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan dengan cara
merendam serbuk simplisia dalam cairan penyarian. Cairan penyarian akan
menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat
aktif. Zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan
zat aktif di dalam sel dengan yang di luar sel, maka larutan yang terpekat akan
didesak keluar (Campbell, 2000). 
Proses maserasi ini sangat menguntungkan dalam isolasi senyawa bahan
alam karena dengan perendaman sampel tumbuhan akan terjadi pemecahan
dinding dan membran sel akibat perbedaan tekanan antara di dalam dan di luar
sel, sehingga metabolit sekunder yang ada dalam sitoplasma akan terlarut dalam
pelarut organik dan ekstraksi senyawa akan sempurna karena dapat diatur lama
perendaman yang dilakukan. Pemilihan pelarut untuk proses maserasi akan
memberikan efektivitas yang tinggi dengan memperhatikan kelarutan senyawa
bahan alam dalam pelarut tersebut. Secara umum pelarut metanol merupakan
pelarut yang banyak digunakan dalam proses isolasi senyawa organik bahan alam
karena dapat melarutkan seluruh golongan metabolit sekunder (Nugroho, 2006).
Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan
dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyarian. Cairan penyarian
akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat
aktif. Zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan
zat aktif di dalam sel dengan yang di luar sel, maka larutan yang terpekat akan
didesak keluar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan
konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Maserasi digunakan untuk
penyarian simplisia yang mengandung zat aktif mudah larut dalam cairan
penyarian, tidak mengandung zat mudah mengembang dalam cairan penyari, tidak
mengandung benzoin, stirak dan lain-lain. Keuntungan cara penyarian dengan
Maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana dan
mudah diusahakan. Kerugian cara Maserasi adalah pengerjaannya lama dan
penyariannya kurang sempurna (Hidayat, 1995). 
Selama maserasi atau proses perendaman dilakukan pengocokan berulang-
ulang. Upaya ini menjamin keseimbangan konsentrasi bahan ekstraksi yang lebih
cepat di dalam cairan. Sedangkan keadaan diam selama maserasi menyebabkan
turunnya perpindahan bahan aktif. Secara teoritis pada suatu maserasi tidak
memungkinkan terjadinya ekstraksi absolut. Semakin besar perbandingan
simplisia terhadap cairan pengekstraksi, akan semakin banyak hasil yang
diperoleh (Fahn, 1991). 
Maserasi merupakan salah satu metode ekstraksi yang dilakukan melalui
perendaman serbuk bahan dalam larutan pengekstrak. Metode ini digunakan untuk
mengekstrak zat aktif yang mudah larut dalam cairan pengekstrak, tidak
mengembang dalam pengekstrak, serta tidak mengandung benzoin (Sugiharto,
1989). 
2.2 Metode Maserasi
Ada beberapa variasi metode maserasi, antara lain digesti, maserasi
melalui pengadukan kontinyu, remaserasi, maserasi melingkar, dan maserasi
melingkar bertingkat. Digesti merupakan maserasi menggunakan pemanasan
lemah (40-50°C). Maserasi pengadukan kontinyu merupakan maserasi yang
dilakukan pengadukan secara terus-menerus, misalnya menggunakan shaker,
sehingga dapat mengurangi waktu hingga menjadi 6-24 jam. Remaserasi
merupakan maserasi yang dilakukan beberapa kali. Maserasi melingkar
merupakan maserasi yang cairan pengekstrak selalu bergerak dan menyebar.
Maserasi melingkar bertingkat merupakan maserasi yang bertujuan untuk
mendapatkan pengekstrakan yang sempurna. Lama maserasi memengaruhi
kualitas ekstrak yang akan diteliti. Lama maserasi pada umumnya adalah 4-10
hari (Puspawati dkk, 2013). 
Maserasi akan lebih efektif jika dilakukan proses pengadukan secara
berkala karena keadaan diam selama maserasi menyebabkan turunnya
perpindahan bahan aktif. Melalui usaha ini diperoleh suatu keseimbangan
konsentrasi bahan ekstraktif yang lebih cepat masuk ke dalam cairan pengekstrak.
Kelemahan metode maserasi adalah pengerjaannya lama dan penyarian kurang
sempurna. Secara tekhnologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode
pencapaian konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi kinetik berarti dilakukan
pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyarigan maserat pertama
dan seterusnya (Tjitrosoepomo, 2001). 
Preparat maserasi digunakan untuk pengamatan dimensi dan kualitas serat.
Serpihan contoh kayu sebesar batang korek pi, mula-mula dipanaskan hingga
setengah melunak dan diberi perlakuan dengan berbagai larutan. Contohnya
Alkohol, KOH, Xylol maupun aquades (Budiono, 1992). 
Preparat maserasi selalu digunakan pada batang-batang tumbuhan karena
batang tumbuhan lebih variatif dalam bentuk sel. Selain itu, pada batang
tumbuhan mudah diamati serta memiliki bentuk yang khas dalam gambaran
jaringannya. Beberapa contoh ekstraksi dengan menggunakan teknik maserasi
adalah mengekstrak artermisin yang terdapat pada tumbuhan Artemisia annua L.
Ekstraksi secara maserasi dengan pelarut n-heksana, dengan alat soxhlet
menggunakan pelarut n-heksana, dan maserasi-perkolasi dengan pelarut metanol.
Ekstrak n-heksana difraksinasi dengan metanol 60%, fraksi metanol difraksinasi
dengan n-heksana-etil asetat (9:1). Ekstrak metanol ditambahkan air suling, dan
disentrifuga. Supernatan yang diperoleh difraksinasi dengan n-heksana.
Pemekatan fraksi n-heksana atau n-heksana-etil asetat menghasilkan kristal yang
direkristalisasi dengan metanol. Artemisinin 0,22 % b/b dari ekstrak n-heksana
secara maserasi pengadukan, 0,29% b/b dari ekstrak n-heksana menggunakan
soxhlet, dan 0,4% b/b dari ekstrak metanol secara maserasi (Hidayat, 1995). 
Maserasi dilakukan dengan metode Schultze, yaitu ke dalam tabung reaksi
yang berisi potongan kayu dimasukkan asam nitrat (HNO3) konsentrasi 65%
hingga kayu terendam dan potasium klorat (KClO3). Tabung beserta isinya
dipanaskan hingga terjadi gelembung- gelembung udara berwarna putih
kekuningan, sebagai tanda proses maserasi sedang berlangsung dan serat mulai
terpisah. Kemudian tabung segera didinginkan dan serat dicuci dengan aquades
lalu serat dimasukkan ke dalam tabung yang berisi alkohol 50%. Selanjutnya serat
diambil dan diletakkan di kaca objek dan diberi kaca penutup lalu diukur dimensi
seratnya (Campbell, 2000). 
Keunggulan metode maserasi ini adalah maserasi merupakan cara
ekstraksi yang paling sederhana dan paling banyak digunakan, peralatannya
mudah ditemukan dan pengerjaannya sederhana. Cara ini sesuai, baik untuk skala
kecil maupun skala industri. Dasar dari maserasi adalah melarutnya bahan
kandungan simplisia dari sel yang rusak, yang terbentuk pada saat penghalusan,
ekstraksi (difusi) bahan kandungan dari sel yang masih utuh. Setelah selesai
waktu maserasi artinya keseimbangan antara bahan yang diekstraksi pada bagian
dalam sel dengan masuk ke dalam cairan, telah tercapai maka proses difusi segera
berakhir (Hidayat, 1995)
Teknik untuk mendapatkan ekstrak tumbuhan dapat dilakukan dengan
beberapa metode. Maserasi dan ekstraksi sinambung merupakan dua metode
ekstraksi yang lazim digunakan. Maserasi adalah proses penyarian dengan cara
perendaman serbuk dalam air atau pelarut organic sampai meresap yang akan
melunakkan susunan sel, sehingga zat-zat yang terkandung di dalamnya akan
terlarut. Ekstraksi sinambung adalah ekstraksi dengan cara panas yang umumnya
menggunakan soxhlet, sehingga terjadi ekstraksi berkesinambungan dengan
jumlah pelarut relative konstan dengan adanya pendingin balik (Daud dkk, 2011).
Sel serat merupakan sel meristematik yang telah mengalami diferensiasi.
Pertumbuhan dan perkembangan serat merupakan hasil dari proses pertambahan
jumlah dan ukuran sel. Pertambahan jumlah sel suatu organisme terjadi karena
proses pembelahan sedangkan proses penambahan ukuran sel terjadi karena
proses pembentangan sel. Proses pembelahan sel menentukan dasar untuk
pertumbuhan yang merupakan serangkaian proses yang diatur secara biokimia
(Astuti dan Darmanti, 2010).
BAB III
METODELOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Pada praktikum mikroteknik tumbuhan mengenai Teknik Maserasi Pada
Pembuatan Preparat Kayu Tectona grandis Menggunakan Metode Schultz
dilakukan pada hari Rabu, 04 Maret 2020 pukul 14.00 WIB sampai dengan selesai
dan hari, Minggu, 08 Maret 2020 pukul 10.00 WIB sampai dengan selesai di
Laboratorium Biologi, Gedung Basic Science, Jurusan Biologi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Bengkulu.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan adalah kaca objek, kaca penutup, pipet tetes, botol
vial, mikroskop binokuler, inkubator, water bath, oven, penjepit tabung reaksi,
tabung reaksi dan rak tabung reaksi
3.3.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah batang Tectona
grandis, KOH 10 %, asam chormat 10 %, potassium 10 %, alkohol 30 %, alkohol
50%, alkohol 70%, xilol, safranin 1 %, entelan, batang kayu jati , kain kasa dan
label.
3.3 Prosedur Kerja
Persiapan alat dan bahan yang akan digunakan dipersiapkan di
laboratorium. Lalu, disiapkan bahannya berupa batang kayu jati dan dipotong
bahan tersebut seukuran batang korek api. Kemudian potongan batang direbus
dalam KOH 10% selama 2-5 menit. Setelah itu dicuci dengan air mengalir
selama 15 menit. Kemudian dalam proses maserasi, di ambil asam chromat 10% :
potassium 10%,dengan perbandingan 1:1 selama 2-3 jam dan dilakukan maserasi
di dalam water bath dengan suhu 65 °C sampai lunak. Setelah itu dicuci dengan
air mengalir selama 20 menit. Pada proses dehidrasi, sediaan diwarnai dengan
safranin 1% selama beberapa hari. Kemudian dilakukan dehidrasi bertingkat dari
alkohol 70%, alkohol 90%, alkohol 96%, dan alkohol absolute: xilol (1:3, 1:1,
3:1) selama 3 menit. Diteteskan xilol pada kaca benda, kemudian sediaan diberi
entelan lalu ditutup dengan kaca penutup. Sediaan dikeringkan dan kemudian
diamati.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Pada praktikum Teknik Maserasi Pada Pembuatan Preparat Kayu Tectona
grandis Menggunakan Metode Schultz didapatkan hasil sebagai berikut:

Serat

Trakeid

Trakea

Gambar 1. Pengamatan maserasi dari metode Schultz pada batang tanaman


Tectona grandis : (a). Struktur batang Tectona grandis yang diamati
dibawah mikroskop pada pembesaran 40x10, (b). Struktur batang
Tectona grandis pada literatur

4.2 Pembahasan
Dari praktikum yang telah dilakukan mengenai pembuatan preparat
maserasi batang jati (Tectona grandis). Organ yang digunakan adalah batang jati
yang tidak terlalu tua dan juga tidak terlalu muda. Menurut Astuti dan Darmanti
(2010) menyatakan bahwa, apabila terlalu tua maka jaringan akan menjadi terlalu
sulit untuk dilunakkan, sedangkan apabila terlalu muda strukturnya akan lebih
mudah hancur dan kemungkinan jaringannya belum terbentuk dengan sempurna.
Pada proses pembuatannya ditambahkan KOH 10 % dengan cara merebus
batangnya selama 2-5 menit. Menurut Fahn (1991) menyatakan bahwa, hal ini
bertujuan untuk memisahkan pektin dalam jaringan sehinga mudah dipisahkan
bagian keras penyusun batang. Setelah perendaman larutan KOH 10% batang-
batang tersebut dicuci di bawah air mengalir. Ini dilakukan agar larutan KOH tadi
larut terbawa air.
Kemudian dilakukan proses maserasi. Batang-batang tersebut dimasukkan
dalam campuran asam chromat dan pottasium masing-masing 10 % dengan
perbandingan yang sama sampai bahan menjadi benar-benar lunak. Menurut
Hidayat (1995) menyatakan bahwa, asam chromat dan pottasium berfungsi untuk
melunakan batang-batang tersebut, perendaman tidak boleh terlalu lama karena
dapat menyebabkan sel batang menjadi hancur. Kalau sudah lunak dicuci kembali
dalam air mengalir, hal ini dilakukan untuk melarutkan larutan asam chromat dan
pottasium dan dilakukan proses pewarnaan dengan menggunakan safranin 1%
selama beberapa hari. Menurut Sugiharto (1989) menyatakan bahwa, pewarnaan
safranin ini mengakibatkan warna merah pada sel batang dan juga pewarnaan ini
untuk memperjelas bentuk sel agar tampak jika diamati dibawah mikroskop.
Kemudian dilakukan dehidrasi menggunakan alkohol bertingkat dari
persentase rendah ke persentasi tinggi (70%, 90%, 96%) dan alkohol absolut.
Menurut Sugiharto (1989) menyatakan bahwa, dehidrasi ini dilakukan untuk
menjaga agar tidak terjadi perubahan tiba-tiba pada terhadap sel dan jaringan.
Langkah selanjutnya yakni dipisah-pisahkan bagian-bagiannya. Untuk
memudahkan prose pemisahan, maka menggunakan jarum pentul. Tidak
diperbolehkan menggunakan alat bantu yang terbuat dari kayu, Menurut Budiono
(1992) menyatakan bahwa, apabila menggunakan alat dari kayu dikhawatirkan
malah tertinggal di obyek glass sehingga menimbulkan kerancuan dalam
menganalisis hasil sedian. Pada proses akhir, preparat diletakkan pada kaca objek
kemudian menutup preparat tersebut agar tidak terganggu oleh mikroorganisme.
Hasil pengamatan pada preparat maserasi batang jati (Tectona grandis)
preparat yang dibuat sudah cukup baik, sebab preparat dapat diamati dibawah
mikroskop dan terlihat jelas bagian-bagian dari batang tanaman. Bagian sel
penyusun xylem sudah dapat terlihat dengan jelas. Pembuluh pada batang jati
berbentuk lonjong dengan ujung lancip. Selain itu, juga dapat ditemukan fibrosa
yang masih terlihat berbentuk persegi panjang yang mengikat trakeid. Terlihat
jelas bagian-bagian dari batang berupa serat, trakeid dan trakhea yang berperan
dalam translokasi air dan mineral pada batanng (Fahn, 1991).
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Pembuatan sediaan batang Tectona grandis menggunakan metode
maserasi dengan metode Schultze yaitu ke dalam tabung reaksi yang berisi
potongan kayu dimasukkan asam nitrat (HNO3) hingga kayu terendam dan
potasium klorat (KClO3). Metode maserasi digunakan untuk membuat
sediaan dengan cara menghancurkan lamela tengah yang menghubungkan
antara satu sel dengan sel lainnya sehingga diperoleh gambaran bentuk
utuh dari sel-sel tersebut.
2. Bagian sel penyusun xylem sudah dapat terlihat dengan jelas. Pembuluh
batang jati (Tectona grandis) berbentuk memancang dengan ujung lancip.
Selain itu, juga dapat ditemukan fibrosa yang masih terlihat berbentuk
persegi panjang yang mengikat trakeid. Dan jaringan yang terlihat adalah
jaringan pengangkut xylem yang terdiri dari sel trakea, serabut trakeid, dan
serat.
5.2 Saran
Adapun saran untuk praktikum ini sebaiknya dapat menggunakan metode
maserasi yang lain seperti metode jeffrey, metode harlow dan metode ekstraksi,
agar lebih mengetahui berbagai teknik maserasi pada pembuatan preparat pada
tumbuhan.
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, T., dan Darmanti, S. 2010. Perkembangan Serat Batang Rosella (Hibiscus
sabdariffa var.Sabdariffa) dengan Perlakuan Naungan dan Volume
Penyiraman yang Berbeda. Jurnal Buletin Anatomi dan Fisologi. 18 (2).

Budiono. 1992. Pembuatan Preparat Mikroskopis. Surabay: IKIP Press.

Campbell, R. 2000. Biologi Edisi Kelima Jilid Dua. Jakarta: Erlangga.

Daud, M.F., Sadiyah, E.R., dan Rismawati, E. 2011. Pengaruh Perbedaan Metode
Ekstraksi Terhadap Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Jambu Biji
(Psidium guajava L.) Berdaging Buah Putih. Jurnal Sains Teknologi dan
Kesehatan. 2 (1).

Fahn, A. 1991. Anatomi Tumbuhan Edisi 3. Yogyakarta: Gadjah Mada University


Press.

Hidayat, B. E. 1995. Anatomi dari Tumbuhan Berbiji. Bandung: ITB.

Nugroho. 2006. Struktur dan Perkembangan Tumbuhan. Depok: Penebar


Swadaya.

Puspawati, N. M., Kriswiyanti, E., Dan Junitha, I. K. 2013. Profil Struktur Serat
Ibu Tangkai Daun Antara Induk Dan Anakan Kelapa (Cocos Nucifera L).
Jurnal Simbiosis. 1 (2)

Sugiharto, 1989. Mikroteknik. Bogor: IPB.

Tjitrosoepomo, G. 2001. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta : UGM Press.

Anda mungkin juga menyukai