Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

INOVASI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Kurikulum Pendidikan yang diampu
oleh
Rizki hikmawan Sp.d., Mp.d

Oleh :
Aditya Putra Prakarsa
Agesti Awaliyah
Ari Firmansyah
Dodi Muhammad Iqbal
Muhammad Tohari
Wulan Nariyah
Zaenab Setri Naulandani (1804989)

2B PSTI

PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KAMPUS DAERAH PURWAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT., atas rahmat dan hidayah-
Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “INOVASI
PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL” ini dengan tepat waktu. Makalah ini telah
kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah . Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat


kekurangan. Oleh karena itu, kami membutuhkan kritik dan saran dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Purwakarta, 17 Mei 2019

Penyus
un
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah salah
satunya dengan cara melakukan perbaikan proses belajar mengajar.
Berbagai konsep dan wawasan baru tentang proses belajar mengajar di
sekolah telah muncul dan berkembang seiring pesatnya perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Guru sebagai orang yang memiliki posisi
strategis dalam rangka pengembangan sumber daya manusia, dituntut
untuk terus mengikuti berkembangnya konsep-konsep baru yang berkaitan
dengan profesinya sebagai seorang pendidik.
Dalam mengembangkan aspek kognitif, tidak cukup seorang guru
hanya menggunakan metode ceramah saja karena itu tidak mendorong
daya kreativitas dan daya nalar anak. Akibatnya anak akan cenderung
menghafal 3 materi. Padahal pengetahuan yang diperoleh dari hafalan
kurang bermakna dan cenderung mudah lupa. Berbeda dengan
pengetahuan yang diperoleh dengan pengertian dan pemahaman akan lebih
bermakna dan tahan lama.
Seorang guru harus mampu mengajak siswanya untuk senantiasa
mengaplikasikan atau menerapkan ilmu ilmu yang ada untuk membantu
mengatasi masalah dalam kehidupan seharihari, Guna mengembangkan
aspek Psikomotor.
Untuk menghasilkan peserta didik yang aktif , kreatif dan inovatif
perlu ada perubahan pendekatan pembelajaran yang lebih bermakna
sehingga siswa diharapkan mampu menghadapi permasalahan yang ada.
Pendekatan pembelajaran yang cocok adalah pembelajaran Contextual
Teaching and Learning (CTL).
Pembelajaran kontekstual bagi siswa dapat menghubungkan
kemampuan yang diharapkan pada suatu mata pelajaran dengan pekerjaan
atau kehidupan sehari-hari mereka sehingga mereka semakin akrab/ dekat
dengan lingkungannya. Selain itu siswa akan memiliki kemampuan untuk
selalu berusaha mencari dan menemukan sendiri dan membuktikannya.
Manfaat yang lain adalah siswa akan mampu untuk menguasai suatu
konsep yang abstrak melalui pengalaman belajar yang konkret.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan pembelajaran kontekstual?
2. Bagaimana pendekatan kontekstual dalam pembelajaran?
3. Bagaimana perbedaan pembelajaran kontekstual dan pembelajaran
tradisional?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pembelajaran
kontekstual.
2. Untuk mengetahui bagaimana kontekstual dalam pembelajaran.
3. Untuk mengetahui perbedaan pembelajaran kontekstual dan
pembelajaran tradisional.
D. MANFAAT
Mengembangkan pemahaman baru serta meningkatkan semangat
siswa atau sebagai motivasi melalui penerapan pembelajaran kontekstual
sehingga hasil belajar menjadi meningkat dan lebih menyenangkan.
Dengan melalui pendekatan pembelajaran ini guru akan mengetahui
apakah pembelajarannya sudah sesuai yang diharapkan atau belum.
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL


Kata “kontekstual” berasal dari “konteks” yang dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia mengandung dua arti: 1) bagian sesuatu uraian
atau kalimat yang dapat mendukung atau menambah kejelasan makna;
2) situasi yang ada hubungan dengan suatu kejadian.14
Johnson, mengartikan pembelajaran kontekstual adalah suatu
proses pendidikan yang bertujuan membantu siswa melihat makna
dalam bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara
menghubungkannya dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari,
yaitu dengan konteks lingkungan pribadinya, sosialnya, dan
budayanya.15
Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning)
adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada
proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi
yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan
nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam
kehidupan mereka (Sanjaya, 2005). Pembelajaran kompetensi
merupakan suatu sistem atau pendekatan pembelajaran yang bersifat
holistik (menyeluruh), terdiri dari berbagai komponen yang saling
terkait, apabila dilaksanakan masing-masing memberikan dampak
sesuai dengan peranannya (Sukmadinata,2004).
Paparan pengertian pembelajaran kontektual di atas dapat
diperjelas sebagai berikut: Pertama, pembelajaran kontekstual
menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan
materi, artinya proses belajar beroeantasikan pada proses pengalam
secara langsung. Proses belajar dalam konteks pembelajaran
kontekstual tidak mengharapkan agar siswa hanya menerima pelajaran
akan tetapi proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran.
Kedua, pembelajaran kontekstual mendorong agar siswa dapat
menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi
kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap
hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan
nyata di masyarakat. Hal ini akan memperkuat dugaan bahwa materi
yang telah dipelajari akan tetap tertanam erat dalam memori siswa,
sehingga tidak akan mudah dilupakan.
Ketiga, pembelajaran kompetensi mendorong siswa untuk
dapat menerapkannya dalam kehidupan, artinya pembelajaran
kompetensi tidak hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi
yang dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat
mewarnai perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Materi pelajaran di
sini bukan ditumpuk di otak dan kemudian dilupakan akan tetapi
sebagai bekal mereka dalam mengarungi bahtera kehidupan nyata.
Atas dasar pengertian tersebut, pembelajaran kontekstual
menurut Muslich, mempunyai karakteristik sebagai berikut:
a. Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks autentik, yaitu
pembelajaran yang diarahkan pada ketercapaian keterampilan
dalam konteks kehidupan nyata atau pembelajaran yang
dilaksanakan dalam lingkungan yang alamiah (learning in real life
setting).
b. Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengerjakan tugas-tugas yang bermakna (meaningful learning).
c. Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman
bermakna kepada siswa (learning by doing).
d. Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi,
saling mengoreksi antarteman (learning in a group).
e. Pembelajaran memberikan kesempatan untuk menciptakan rasa
kebersamaan, bekerja sama, dan saling memahami antara satu
dengan yang lain secara mendalam (learning to know each other
deeply).
f. Pembelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, produktif, dan
mementingkan kerja sama (learning to ask, to inquiry, to work
together).
g. Pembelajaran dilaksanakan dalam situasi yang menyenangkan
(learning as an enjoy activity).16
Sedangkan menurut Kunandar, ciri-ciri pembelajaran
kontekstual antara lain:
1. Adanya kerjasama antara semua pihak
2. Menekankan pentingnya pemecahan masalah atau problem
3. Bermuara pada keragaman konteks kehidupan siswa yang berbeda-
beda
4. Saling menunjang
5. Menyenangkan, tidak membosankan
6. Belajar dengan bergairah
7. Pembelajaran terintegrasi
8. Menggunakan berbagai sumber
9. Siswa aktif
10. Sharing dengan teman
11. Siswa kritis, guru kreatif
12. Dinding kelas dan lorong-lorong penuh dengan hasil karya siswa,
peta-peta, gambar, artikel, humor dan sebagainya
13. Laporan kepada orang tua bukan saja rapor, tetapi hasil karya
siswa, laporan hasil praktikum, karangan siswa, dan sebagainya.

B. PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN


Komponen – komponen pembelajaran kontekstual :
1. Konstruktivisme
Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun
pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan
pengalaman. Jean Piaget (Sanjaya,2005) menganggap bahwa
pengetahuan itu terbentuk bukan hanya dari objek semata, akan
tetapi juga dari kemampuan individu sebagai subjek yang
menangkap setiap objek yang diamatinya. Kontruktivisme
memandang bahwa pengetahuan itu berasal dari luar akan tetapi
dikontruksi dari dalam diri seseorang. Pendekatan kontruktivisme
merupakan salah satu pandangan tentang proses pembelajaran yang
menyatakan bahwa dalam proses memperoleh pengetahuan diawali
dengan terjadinya konflik kognitif, yang hanya dapat diatasi
melalui pengetahuan diri. sehingga diperlukan
perubahan/modifikasi struktur kognitif untuk mencapai
keeimbangan.
Membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman
baru berdasar pada pengetahuan awal dan Pembelajaran harus
dikemas menjadi proses ”mengkonstruksi” bukan menerima
pengetahuan.
2. Inquiry
proses pembelajaran dalam pencarian dan penemuan melaui
proses berfikir sistematis. Maksudnya pengetahuan bukan fakta
dari hasil mengingat, akan tetapi perencanaan, guru bukanlah
mempersiapkan sejumlah materi yang hasul dihafal tetapi
merancang pembelajaran yang dimana siswa dapat memukan
materi itu sendiri yang harus dipahaminya.
Proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman
serta Siswa belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis
3. Questioning
Belajar pada hakikatnya bertanya adalah bertanya dan
menjawab pertanyaan. Dalam proses pembelajaran melalui CTL
guru tidak menyampaikan informasi begitu saja, akan tetapi
memancing siswa agar menemukan sendiri.
Guru hanya membimbing dan menilai kemampuan berpikir
siswa. Bagi siswa yang merupakan bagian penting dalam
pembelajaran yang berbasis inquiry.
4. Learning Community (Masyarakat belajar)
Hasil pembelajaran yang diperoleh melaui kerja sama
dengan orang lain atau dalam kerja kelompok yang secara alamiah.
Hasil belajar dapat diperoleh dari sharing dengan orang lain, antar
teman, antar kelompok.
Belajar berkelompok dalam kegiatan belajar, bekerjasama
dan saling tukar pengalaman serta berbagi ide sangat dibtuhkan.
5. Modelling (Pemodelan)
Proses belajar dengan memperagakan sesuatu sebagai
contoh yang dapat dtiru siswa. 6Proses modelling tidak terbatas
dari guru saja, melainkan juga dapat memanfaatkan siswa yang
dianggap memiliki kemampuan.
Dalam hal ini guru disarankan untuk menapilkansuatu
contoh agar orang siswa menjadi berpikir dan belajar serta
mengerjakan apa yang guru perintahkan.
6. Refleksi
Proses pembelajaran pengalaman yang telah dipelajari
dengan cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau peristiwa
yang telah dilaluinya.
Siswa dapat diberika tugas seperti jurnal atau karya seni.
7. Authentic Assesment (Penilaian nyata)
Proses pengumpulan data yang memberikan gambaran
perkembangan hasil belajar siswa. Maksudnya gambaran proses
dan kemajuan siswa dalam pembelajaran.
Untuk mengukur pemahaman siswa diberikan tugas tugas
yang relevan dan kontekstual.

Beberapa pendekatan CTL menurut Saliman, adalah


sebagai berikut:
1. Problem-Based Learning, yaitu suatu pendekatan pembelajaran
yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks
bagi siswa untuk belajar melalui berpikir kritis dan keterampilan
pemecahan masalah dalam rangka memperoleh pengetahuan dan
konsep yang esensi dari materi pelajaran.
2. Authentic Instruction, yaitu pendekatan pengajaran yang
menperkenankan siswa untuk mempelajari konteks bermakna
melalui pengembangan keterampilan berpikir dan pemecahan
masalah yang penting di dalam konteks kehidupan nyata.
3. Inquiry-Based Learning, yaitu pendekatan pembelajaran yang
mengikuti metodologi sains dan memberi kesempatan untuk
pembelajaran bermakna.
4. Project-Based Learning, yaitu pendekatan pembelajaran yang
memperkenankan siswa untuk bekerja mandiri dalam
mengkonstruk pembelajarannya (pengetahuan dan keterampilan
baru), dan mengkulminasikannya dalam produk nyata.
5. Work-Based Learning, yaitu pendekatan pembelajaran yang
memungkinkan siswa menggunakan konteks tempat kerja untuk
mempelajari materi ajar dan menggunakannya kembali di tempat
kerja.
6. Service Learning, yaitu pendekatan pembelajaran yang
menyajikan suatu penerapan praktis dari pengetahuan baru dan
berbagai keterampilan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
melalui proyek/tugas terstruktur dan kegiatan lainnya.
7. Cooperative Learning, yaitu pendekatan pembelajaran yang
menggunakan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam
rangka memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan
belajar.

Banyak pendekatan yang kita kenal dan digunakan dalam


pembelajaran dan tiaptiap pendekatan memiliki karakteristik
tersendiri. Karakteristik ini berhubungan dengan apa yang menjadi
fokus dan mendapat tekanan dalam pembelajaran. Ada pendekatan
pembelajaran yang berfokus pada siswa, kemampuan berfikir,
aktivitas, pengalaman siswa, berfokus pada guru, berfokus pada
masalah (personal, lingkungan, sosial), berfokus pada teknologi
seperti sistem instruksional, media dan sumber belajar.
Berkenaan dengan aspek kehidupan dan lingkungan, maka
pendekatan pembelajaran ada keterlibatan pada siswa, makna,
aktivitas, pengalaman dan kemandirian, serta konteks kehidupan
dan lingkungan. Pembelajaran dengan fokus-fokus tersebut secara
konprehensif tercantum dalam pembelajaran kontekstual.
Siswa dalam pembelajaran kontekstual dipandang sebagai
individu yang berkembang. Anak bukanlah orang dewasa kecil,
melainkan organisme yang sedang berada pada tahap-tahap
perkembangan. Kemampuan belajar akan sangat ditentukan oleh
tingkat perkembangan dan pengalaman mereka. Dengan demikian
peran guru tidak lagi sebagai instruktur atau penguasa yang
memaksakan kehendak, melainkan sebagai pembimbing siswa agar
mereka dapat belajar sesuai dengan kemampuannya.
Setiap anak memiliki kecenderungan untuk belajar hal-hal
yang baru dan penuh tantangan. Kegemaran anak adalah mencoba
hal-hal yang bersifat aneh dan baru. Oleh karena itu, belajar bagi
mereka mencoba memecahkan persoalan yang menantang. Guru
berperan sebagai pemilih bahan-bahan belajar yang dianggap
penting untuk dipelajari oleh anak. Guru membantu agar setiap
siswa mampu mengaitkan antara pengalaman baru dengan
sebelumnya, memfasilitasi atau mempermudah agar siswa mampu
melakukan proses asimilasi dan akomodasi.
Dengan demikian, pendekatan pembelajaran CTL
menekankan pada aktivitas siswa secara penuh, baik fisik maupun
mental.
Dalam hal ini guru mengajak dan membimbing siswa untuk
berpikir dan memecahkan masalah serta bagaimana siswa mampu
berpikir ilmu yang didapat dapat diimplementasikan dalam
kehidupan sehari hari sehingga para siswa meyadari akan
pentingnya pengetahuan. Denngan cara demikian siswa menjadi
tertarik serta menggali pengetahuaannya akibat mucul rasa
penasaran. Melalui pertanyaan yang bersangkutan dengan
permasalahan dalam kehidupan sehari hari siswa diajak berpikir.
Sehingga mengetahui permasalahannya, bagaimana bisa terjadi ,
bagaimana cara mengatasinya. Akibatnya Siswa mencari tahu.
Siswa mengungkapkan dengan kata-kata mereka sendiri cara
mengatasi masalah tersebut, kemungkinan siswa menemukan
solusi alternatif terbaik versi mereka, jangan sekali-kali guru
mendominasi jawaban mereka, biarkan mereka mengemukakan
argumentasinya sesuai dengan taraf berfikir siswa sekolah dasar.
Ada 4 tahap model peembelajaran yaitu : invitasi,
eksplorasi, penjelasan dan solussi, dan pengambilan tindakan.7
1. Tahap invitasi
Peserta didik lebih didorong untuk dapat mengemukakan
pengetahuan tentang konsep yang dibahas. Guru juga dapat
memancing dengan memberikan pertanyaan mengenai konsep
yang dibahas dengan pendapat yang mereka miliki. Jadi peserta
didik diberi kesempatan untuk mengkomunikasikan,
mengikutsertakan pemahahaman tentang konsep tersebut.
2. Tahap eksplorasi
Peserta didik diberi kesempatan untuk menyelidiki dan
menemukan konsep melalui pengumpulan, pengorganisasian,
penginterprestasikan data dalam kegiatan yang sudah dirancang
oleh guru.8 Tahap ini dapat memenuhi rasaa keingintahuan peserta
didik tentang fenomena kehidupan lingkungan sekelilingnya.
3. Tahap penjelasan dan solusi
Peserta didik memberikan penjelasan-penjelasan solusi
yang berdasarkan pada hasil observasinya.
4. Tahap pengambilan tindakan
Peserta didik dapat membuat keputusan, menggunakan
pengetahuan dan keterampilan, berbagai informasi dan
gagasan, dan mengajukan saran balik secara individu.

C. PERBEDAAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DAN


PEMBELAJARAN TRADISIONAL

NO Pendekatan CTL Pendekatan Tradisional


1 Siswa secara aktif terlibat dalam Siswa adalah penerima
proses pembelajaran. Dalam informasi secara pasif.
pembelajaran bahasa Dalam pembelajaran
dapat berupa berbagai pelatihan bahasa sering terfokus pada
keterampilan berbahasa. penyampaian teori
kebahasaan atau teori
keteramilan berbahasa.
2 Pembelajaran dikaitkan dengan Pembelajaran sangat
kehidupan nyata dan atau masalah abstrak dan teoritis
yang disimulasikan.
3 Perilaku dibangun atas kesadaran Perilaku dibangun atas
diri. kebiasaan/tradisi.
4 Ketrampilan dikembangkan atas Ketrampilan dibangun atas
dasar pemahaman. dasar latihan.
5 Hadiah untuk perilaku baik adalah Hadiah untuk perilaku baik
kepuasan diri adalah pujian atau nilai
(angka) rapor.

Dengan hal tersebut, maka keberhasilan


pembelajaran kontekstual, baik proses maupun hasil
belajarnya akan terwujud secara nyata dalam proses
pembelajaran di sekolah bagi siswa. Dengan
pendekatan tersebut siswa akan lebih kreatif,
mandiri, aktif, dan inovatif. Siswa lebih mampu
mengeksplorasi pembelajaran secara kontekstual
yang berbasis dunia nyata. Keberhasilan dengan
pendekatan tersebut bukan tanpa alasan. Paling tidak
dalam pandangan penulis, keberhasilan tersebut
berwujud nyata.

KESIMPULAN
Pembelajaran Kontekstual (CTL) meruapakn suatu model pembelajaran yang
menekankan keterlibatan siswa setiap tahapan pembelajaran dengan cara
menghubungkannya dengan situasi kehidupan yang dialami siswa sehari-hari
sehingga pemahaman materi diterapkan dalam kehidupan nyata. Karakteristik CTL
adalah pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada,
belajar dalam rangka memperoleh dan menambah pengetahuan baru, pengetahuan
yang diperoleh bukan untuk dihafal tetapi untuk diyakini dan diterapkan,
memperaktikan pengalaman dalam kehidupan nyata, dan melakukan refleksi terhadap
strategi pengembangan pengetahuan. komponen pembelajaran konstektual
menekankan aktivitas siswa secara penuh baik fisik maupun mental. Menempatkan
peran siswa selain sebagai subjek pembelajaran juga latar belakang kehidupan,
kemampuan, pengalaman belajar, dan tujuan belajar siswa selalu dipertimbangkan.
Melalui model pembelajaran kontekstual, pengalaman
belajar bukan hanya terjadi dan dimiliki ketika seseorang
siswa berada di dalam kelas, tetapi jauh lebih penting dari
itu adalah bagaimana membawa pengalaman belajar
tersebut keluar dari kelas, yaitu pada saat ia dituntut untuk
menanggapi dan memecahkan permasalahan yang nyata
yang dihadapi sehari-hari. Sehingga pembelajaran
kontekstual ini idealnya mengkaitkan permasalahan pada
dunia nyata kepada teori yang akan dipelajarkan atau
disajikan pada siswa, dan siswa secara aktif memecahkan
permasalahan tersebut sesuai apa yang ia dapatkan melalui
pengalaman dan dihubungkan dengan teori yang ia pelajari
di sekolah oleh gurunya. siswa menjadi lebih aktif
dikarenakan dia yang belajar, dia yang mengalami, dan
pada akhirnya dia juga yang akan mengaplikasikan ilmu
pengethuan yang dimilikinya di dalam kehidupan
bermasyarakat. Inovasi pembelajaran konstektual adalah suatau metode yang
mampu memberikan kesempatan siswa untuk berfikir kritis dalam memecahkan suata
masalah. Pada dasarnya belajar berfikir aktif dapat mengembangkan pola pikir anak
supaya cepat tanggap terhadap keadaan sekitar.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai