Anda di halaman 1dari 15

ANAMNESIS PADA KASUS HIPERTENSI

iii
DAFTAR ISI
SAMPUL
................................
................................
................................
.................
i
KATA PENGANTAR
................................
................................
............................
ii
BAB I PENDAH
ULUAN
................................
................................
.......................
1
A.
Latar Belakang
................................
................................
...............................
1
B.
Rumusan Masalah
................................
................................
..........................
3
C.
Tujuan
................................
................................
................................
............
3
BAB II PEMBAHASAN
................................
................................
........................
5
A.
Definisi
Intercostal Neuritis
................................
................................
..........
5
B.
Patofisiologi
Intercostal Neuritis
................................
................................
...
5
C.
Penyebab
Intercostal Neuritis
................................
................................
........
7
D.
Gambaran Klinis/ Tanda dan Gejala Klinis
................................
...................
7
E.
Penatalaksanaan Fisioterapi
...................

OLEH :
NOR’AINI
NIM EFT10180111

PROGRAM STUDI FISIOTERAPI


POLITEKNIK UNGGULAN KALIMANTAN
BANJARMASIN
2020
DAFTAR ISI

Daftar Isi......................................................................................................... i

BAB I PENDAHULUAN

A. Anatomi................................................................................................. 1
B. Fisiologi................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi.................................................................................................. 3
B. Etiologi.................................................................................................. 3
C. Manisfestasi Klinis................................................................................ 6
D. Klafikasi................................................................................................ 7
E. Patofisiologi.......................................................................................... 8
BAB III MANAJEMEN

A. Kesimpulan........................................................................................... 11
BAB III PENUTUP

B. Kesimpulan........................................................................................... 11
C. Saran..................................................................................................... 14
Daftar Pustaka................................................................................................ 15
BAB I PENDAHULUAN

A. ANATOMI COSTA
Costa terdiri atas 12 pasang. Dibagian posterior bersendi dengan
columna vertebra thoracal (costovertebralis), dibagian depan bersendi
dengan sternum (sternocostalis). Costa 1-7 dibagian depan (costosternalis)
berikatan langsung dengan os sternum yang dikenal dengan costa sejati
(costa vera). Costa 8-10 melekat dengan costa yang ada diatasnya yang
dikenal dengan (costa spuria). Costa 11-12 tidak melekat pada costa yang
ada diatasnya yang dikenal dengan costa melayang (costa fluktuantes)
1. Intercostal Muscle
Intercostal muscles, terdiri dari:
1. External intercostal muscle (intercostales externi)
2. Internal intercostal muscle (intercostales interni)
3. Innermost intercostal muscle

Gambar 1.2 Anterior Rib Cage Intercostal Muscle


1. Intervasi:
Di innervasi oleh nervus intercostalis : Ramus Cutaneus Lateralis,
Ramus Anterior, Ramus Posterior) berasal dari rami anterior dari
nervus spinalis thoracal dari T1-T11.

FISIOLOGI COSTA
Costa berfungsi dalam sistem pernapasan, untuk melindungi organ paru-
paru
serta membantu menggerakkan otot diafragma didalam proses inhalasi
saat
bernapas. Setelah tulang iga terdapat lapisan otot Musculus pectoralis
mayor dan
minor merupakan muskulus utama dinding anterior thorax. Muskulus
latisimus
dorsi, trapezius, rhomboideus, dan muskulus gelang bahu lainnya
membentuk
lapisan muskulus posterior dinding posterior thorax. Tepi bawah muskulus
pectoralis mayor membentuk lipatan/plika aksilaris posterior.
Setelah lapisan otot. Rongga dada berisi organ vital paru dan jantung,
pernafasan berlangsung dengan bantuan gerak dinding dada. Inspirasi
terjadi
karena kontraksi otot pernafasan yaitu muskulus interkostalis dan
diafragma, yang
menyebabkan rongga dada membesar sehingga udara akan terhisap
melalui
trakea dan bronkus.
Paru-paru dilapisi oleh Pleura. Lapisan ini adalah membran aktif yang
disertai
dengan pembuluh darah dan limfatik. Disana terdapat pergerakan cairan,
fagositosis debris, menambal kebocoran udara dan kapiler. Pleura visceralis
menutupi paru dan sifatnya sensitif, pleura ini berlanjut sampai ke hilus dan
mediastinum bersama – sama dengan pleura parietalis, yang melapisi
dinding
dalam thorax dan diafragma. Pleura sedikit melebihi tepi paru pada setiap
arah
dan sepenuhnya terisi dengan ekspansi paru – paru normal, hanya ruang
potensial
yang ada.
Rongga toraks dibentuk oleh suatu kerangka dada berbentuk cungkup yang
tersusun dari tulang otot yang kokoh dan kuat, namun dengan konstruksi
yang
lentur dan dengan dasar suatu lembar jaringan ikat yang sangat kuat yang
disebut
Diaphragma. Diafragma bagian muskular perifer berasal dari bagian bawah
iga
keenam kartilago kosta, dari vertebra lumbalis, dan dari lengkung
lumbokostal,
bagian muskuler melengkung membentuk tendo sentral. Nervus frenikus
mempersarafi motorik dari interkostal bawah mempersarafi sensorik.
Diafragma
yang naik setinggi putting susu, turut berperan dalam ventilasi paru – paru
selama respirasi biasa / tenang sekitar 75%.
BAB II PEMBAHASAN

PATOLOGI INTERCOSTAL NEURITIS


A. Definisi Intercostal Neuritis
Intercostal Neuritis adalah peradangan saraf antara tulang iga
sehingga menyebabkan nyeri menjalar sepanjang tulang rusuk ke depan
dada. Intercostal neuritis adalah suatu kondisi yang langka yang
menyebabkan rasa sakit sepanjang saraf intercostal. Saraf intercostal
terletak diantara costa. Saraf intercostal ini dapat rusak atau meradang
karena berbagai penyakit, atau trauma. Intercostal neuritis menghasilkan
rasa sakit yang spasmodic dan sering digambarkan seperti rasa sakit yang
menusuk dan rasa sakit ini akan bertambah saat batuk atau tertawa.
B. Patofisiologi Intercostal Neuritis
Intercostal neuralgia dapat disebabkan oleh suatu luka, kerusakan
saraf atau sebagai akibat dari penyakit degeneratif . Kondisi yang terkait
dengan IN termasuk trauma bedah, tumor dada, dan herpes zoster.
Rasa sakit intercostal neuralgia dapat konstan atau intermiten. Ini
dapat digambarkan sebagai menusuk, merobek, tajam, menggerogoti.
Penderita mungkin mengalami rasa sakit sementara bernapas, batuk, dan
tertawa. Intercostal neuralgia juga dapat merasakan kesemutan, mati rasa
atau gatal. Rasa sakit ini dapat dirasakan sakit membungkus seperti
sebuah
band di sekitar dada bagian atas.
Penderita mungkin juga merasa sakit di bawah lengan atau sekitar
hingga ke belakang bahu. Bahkan jika rasa sakit intermiten, itu dapat
membuat sentuhan kain, tekanan pada kulit dan kegiatan sehari-hari yang
normal seperti duduk atau berbaring sulit dan menyakitkan.
Neuron menanggapi trauma ditentukan oleh tingkat keparahan
cedera, diklasifikasikan oleh Seddon's Clasification. Dalam klasifikasi
Seddon's, cedera saraf digambarkan sebagai neurapraxia, axonotmesis,
atau neurotmesis. Sementara berlangsung hanya beberapa menit, kejadian
ini telah dikaitkan dengan timbulnya nyeri neuropatik. Ketika ingin menilai
neuralgia pemeriksaan eksperimental dan klinis
diperlukan untuk menemukan mekanisme yang mendasari, sejarah rasa
sakit, deskripsi sakit. Karena rasa sakit subyektif kepada pasien, sangat
penting untuk menggunakan skala penilaian sakit. Kualifikasi tingkat
keparahan rasa sakit penting dalam diagnosis dan dalam mengevaluasi
efektivitas pengobatan. Pemeriksaan klinis biasanya melibatkan pengujian
tanggapan terhadap rangsangan seperti sentuhan, suhu, dan getaran.
Neuralgia dapat digolongkan lebih lanjut oleh jenis rangsangan yang
memunculkan respons: mekanis, panas atau kimia. Respon untuk sesi
pengobatan adalah alat akhir yang digunakan untuk menentukan
mekanisme rasa sakit.
C. Penyebab Intercostal Neuritis
Neuritis interkostalis adalah peradangan saraf antara tulang iga
sehingga menyebabkan nyeri menjalar sepanjang tulang rusuk ke depan
dada. Penyebab intercostal neuritis antara lain:
1. Lesi saraf akibat trauma (fraktur rib,luka tikam)
2. Surgery (thoracotomy,mastectomy)
3. Infeksi neuropatik (herpes zoster)
4. Infeksi Tulang Rusuk
5. Degenerasi Saraf
6. Tumor di dada dan perut
D. Gejala Intercostal Neuritis
Gejala yang dapat timbul adalh sebagai berikut:
1. Nyeri Abdomen
2. Demam
3. Itchiness
4. Numbness
5. Pain in your arm, shoulder or back
6. Restricted mobility of your shoulders or back
7. Tingling
BAB III
A. ANAMNESIS
1. Anamnesis Umum

Nama : Mr. AA
Umur : 27 thn
Pekerjaan : Engineering
Jenis kelamin : laki-laki
Alamat : Jl. Bersama
Hobi : Futsal dan jalan-jalan.
Agama : Islam
1. Anamnesis Khusus
a. Keluhan utama :
Pasien mengeluhkan nyeri hebat dada sebelah kiri dan sulit bernafas
b. Letak keluhan :
Dada sebelah kiri
c. Kapan terjadi :
Sejak 3 minggu yang lalu
d. Riwayat penyakit sekarang :
Pasien awalnya merasa suhu tubuhnya meninggi, dan besoknya muncul
bintik-bintik gelembung di kulit. Pasien kemudian memeriksakan dirinya ke
dokter dan diberi obat. Gelembung yang muncul dikulit perlahan hilang akan
tetapi rasa nyeri hebat masih terasa seminggu yang lalu di sepanjang bekas
luka, nyeri menjalar dari belakang sampai daerah mid sternal, sehingga ketika
pasien menarik napas terasa sakit. Kecemasan tergambar jelas diwajah pasien.
Pada akhirnya pasien memutuskan untuk berobat ke fisioterapis.
e. Riwayat penyakit dahulu :
Tidak ada riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan keluhan pasien.
f. Riwayat penyakit penyerta :
Tidak ada riwayat penyakit penyerta.
g. Riwayat penyakit keluarga :
Tidak ada riwayat penyakit keluarga.
h. Medika mentosa :
Pasien pernah berobat ke dokter dan diberi obat
2. Anamnesis Sistem
a. Muskuloskeletal : Weakness M. intercostalis
b. Nervorum : Gagguan Nerv. intercostal 8-10
c. Respirasi : Pasien mengalami gangguan sesak napas
d. Kardiovaskular : tidak ada gangguan
e. Integumentum : Terdapat bitnik-bintik dan bergelembung
f. Urinaria : tidak ada gangguan.
g. Gastrointestinal :.tidak ada gangguan

B. PEMERIKSAAN FISIK
1. Antropometri
a. Tinggi badan : 172 cm
b. Berat badan : 57 kg
c. IMT : 19,2 (normal)
2. Vital sign
a. Tekanan darah : 120/80 mmHg
b. Denyut nadi : 80 kpm
c. Pernafasan : 22 kpm
d. Temperatur : 36,2oC

C. INSPEKSI
1. Inspeksi Statis
- Ekspresi kecemasan tergambar jelas diwajah pasien
- Badan cenderung bungkuk kedepan
2. Inspeksi Dinamis
- Pasien berjalan lambat dengan wajah merasa nyeri sambil memegang bagian
dada.

D. PALPASI
1. Suhu : hangat
2. Tenderness : ada nyeri
3. Oedem : terdapat oedem
4. Kontur kulit : bergelombang
E. QUICK TEST
Elbow Ekstensi-Pronasi-Palmar Fleksi-Finger Fleksi-Supinasi-Fleksi (+)
IP = mampu melakukan namun dengan adanya nyeri pada epicondylus lateral

F. PFGD
Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar (PFGD) Trunk

Gerak Akrif Pasif TIMT


Fleksi Dapat digerakan, Dapat digerakan, Mampu
tidak full ROM full ROM
Ekstensi Dapat digerakan, Dapat digerakan, Mampu
tidak full ROM full ROM
Rotasi Dapat digerakan, Dapat digerakan, Mampu
tidak full ROM full ROM
Lateral fleksi Dapat digerakan, Dapat digerakan, Mampu
tidak full ROM full ROM
Restrictive
ROM : terbatas (Regio Trunk)
ADL : dressing dan selfcare terbatas
Pekerjaan : terbatas sebagai engineering
Rekreasi : hobi olahraga terbatas

Spesific Test Spesific Test

1. HRS-A
Hasil : 17
Interpretasi : Kecemasan Sedang
2. VAS
Hasil : 8
Interpretasi : Nyeri Berat
3. Tes Sensorik ( Tajam Tumpul, Diskriminasi 2 Titik, Kasar Halus)
Hasil : Pasien sudah dapat membedakan rangsangan dengan baik
Interpretasi : Tidak terdapat gangguan sensorik
4. Lingkar Thorax
a. Upper chest
Hasil : selisih 1 cm (96 -> 97cm)
IP : normal (normal = selisih 1-3cm)
b. Middle chest
Hasil :selisih 2 cm (93 -> 95 cm)
IP : tidak normal (normal = selisih 3-5 cm)
c. Lower chest
Hasil : selisih 4 cm (86 ->90 cm)
IP : tidak normal normal (selisih 5-7 cm)
5. Palpasi Torax
Pump handle movement : normal
Bucket handle movement : (-) chest sinistra
Piston action : (-) chest sinistra

BODY LANGUANGE
1. Inspeksi Dinamis
ketika pasien berjalan, posisi badannya sedikit membungkuk.
2. Tes Orientasi
a. Menarik napas dalam dan hembuskan
Hasil : Pasien dapat melakukan tapi ada keluhan nyeri
IP : tidak normal
b. Mengangkat tangan ke atas
Hasil : Pasien dapat melakukannya tapi ada keluhan nyeri
IP : tidak normal
c. Mengambil barang kearah samping
Hasil : Pasien dapat melakukannya tapi ada keluhan nyeri
IP : tidak normal
d. Menunduk (dalam posisi duduk)
Hasil : Pasien dapat melakukannya dengan baik tanpa keluhan.
IP : normal

1
2
3
4
5
6
7

G. SPESIFIK TEST
1. Verbal Rating Scale (VRS)
Nyeri diam : tidak nyeri
Nyeri tekan : nyeri sedang pada saat ditekan di epicondylus lateral dextra.
Nyeri gerak : nyeri sedang pada saat gerakan ekstensi, pronasi dan supinasi.
2. Palpasi epycondylus lateral (+)
Mill’s test (+)
Maudsley’s test (+)
Cozen test (+)
IP = positif adanya lateral epycondylitis atau tennis elbow

H. DIAGNOSA FISIOTERAPI
Gangguan aktivitas fungsional
Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar (PFGD) Trunk

Gerak Akrif Pasif TIMT


Fleksi Dapat digerakan, Dapat digerakan, Mampu
tidak full ROM full ROM
Ekstensi Dapat digerakan, Dapat digerakan, Mampu
tidak full ROM full ROM
Rotasi Dapat digerakan, Dapat digerakan, Mampu
tidak full ROM full ROM
Lateral fleksi Dapat digerakan, Dapat digerakan, Mampu
tidak full ROM full ROM

I. PROGNOSIS
Quo ad vitam : bonam
Quo ad sanam : bonam
Quo ad functionam : bonam
Quo ad cosmeticam : bonam

J. PROBLEMATIKA FISIOTERAPI
1. Impairment
- Tenderness pada epicondylus lateral bagian dextra
- Spasme pada m. Ekstensor carpi radialis brevis
- Muscle imbalance
2. Functional limitation
- Pasien kesulitan pada saat menggerakkan elbow joint bagian dextra, terutama
pada gerakan ekstensi.
3. Disability
- Pasien kesulitan untuk melakukan aktivitas rutin seperti latihan badminton.
4. Handicap
- Pasien kesulitan untuk melakukan hobinya yaitu berolahraga.
K. TUJUAN FISIOTERAPI
1. Jangka Pendek
- Mengurangi nyeri epicondylus lateral dextra
- Mengurangi spasme m. ekstensor carpi radialis brevis
- Menyeimbangkan kekuatan otot otot fleksor dan ekstensor elbow joint dextra
2. Jangka Panjang
- Mengembalikan aktivitas fungsional pada elbow joint bagian dextra pasien
seperti semula agar pasien dapat melakukan aktivitas rutin dan hobi nya yaitu
olahraga.

L. INTERVENSI FISIOTERAPI
Problematika Modalitas Dosis
F : 3x seminggu
I : 120 Hz – 170 Hz
Elektroterapi
T : Ultrasound (US)
T : 5 menit
F : 3x seminggu
I : 3 – 5 rep
Nyeri
T : Mill’s manipulation
T : 5 menit
Manual Terapi
F : 3x seminggu
I : 3 – 5 rep
T : MWM
T : 5 menit
F : 3x seminggu
I : 30dtk – 2 set
Spasme Exercise therapy
T : Stretching
T : 3 - 5 menit
F : 3x seminggu
I : 10 rep – 3 set
Muscle imbalance Exercise therapy
T : Eccentric
T : 5 menit

M. HOME PROGRAM
Pasien dianjurkan untuk melakukan beberapa latihan yang sudah diajarkan fisioterapis
agar dilakukan dirumah seperti stretching dan latihan eksentrik. Bisa menggunakan alat
latihan seperti barbel atau dengan hand grip.

N. EDUKASI
Pasien dianjurkan untuk melakukan pemanasan dan pendinginan dengan baik dan benar, baik
sebelum ataupun sesudah berolahraga.

Anda mungkin juga menyukai