Anda di halaman 1dari 17

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/308742151

Petrologi, Geokimia dan Umur Batuan Granitoid di Komplek Luk-Ulo,


Karangsambung, Kebumen, Jawa Tengah

Conference Paper · October 2015

CITATION READS

1 3,332

5 authors, including:

Nugroho Imam Setiawan Muhammad Novian


Universitas Gadjah Mada Universitas International semen indonesia
19 PUBLICATIONS   42 CITATIONS    3 PUBLICATIONS   3 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Geochronology of HP/LT and amphibolite-facies rocks from Sulawesi and Java, Indonesia View project

cts risk factors among wood factory worker View project

All content following this page was uploaded by Nugroho Imam Setiawan on 30 September 2016.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8
Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA

PETROLOGI, GEOKIMIA DAN UMUR BATUAN GRANITOID DI KOMPLEK LUK-


ULO, KARANGSAMBUNG, KEBUMEN, JAWA TENGAH

Nugroho Imam Setiawan 1*, Muhammad Indra Novian 1, Muhammad Irman Khalif bin Ahmad
Aminuddin 2
1
Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada
2
Program Pascasarjana Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada
* nugroho.setiawan@ugm.ac.id

ABSTRAK
Batuan granitoid merupakan kelompok batuan beku plutonik asam yang dapat dibedakan jenisnya
berdasarkan persentase kehadiran mineral kuarsa, alkali feldspar, dan plagioklas. Batuan tersebut
dijumpai di hulu Sungai Luk-Ulo, Karangsambung, Jawa Tengah. Kehadirannya sebagai bongkah-
bongkah yang terbawa arus sungai dengan ukuran panjang maksimal sebesar 1.5 m. Granitoid diteliti
secara petrografi, geokimia dan perhitungan umur batuan dengan metode XRF dan LA-ICP-MS U-Pb
zirkon.

Pengamatan detil petrologi dan petrografi memperlihatkan variasi tekstur dan komposisi batuan
granitoid. Granitoid berwarna abu-abu cerah dengan tekstur faneritik memiliki komposisi mineral
utama berupa plagioklas, kuarsa, K-feldspar, biotit, muskovit, dan di beberapa batuan terdapat
hornblende dan garnet. Pengamatan petrografi menyimpulkan bahwa granitoid di Komplek Luk-Ulo
dapat digolongkan menjadi 4 kelompok utama yaitu 1) granodiorit berfoliasi mengandung garnet, 2)
granit atau granodiorit mengandung garnet, 3) grafik granit, dan 4) granit mengandung hornblende.

Analisis geokimia pada 11 sampel granitoid memperlihatkan semua kelompok memiliki afinitas Kalk-
Alkalin pada diagram AFM. Pengeplotan pada diagram ASI memperlihatkan semua granitoid bertipe
metaluminous. Diskriminan diagram granitoid menunjukkan ketidak-konsistenan pengeplotan pada
granit tipe volcanic-arc granite dan syn-collisional. Lebih jauh lagi, perhitungan umur batuan dengan
metode U-Pb zirkon menunjukkan bahwa grafik granit dan granit mengandung hornblende memiliki
umur yang relative sama yaitu 68.41 ± 1.4 Jtl, 67 ± 1.2 Jtl, dan 69.10 ± 0.91 Jtl. Sedangkan
granodiorit berfoliasi dan granit/granodiorit mengandung garnet memiliki umur inheritage paling
muda dan tertua adalah 107 ± 3 Jtl dan 437 ±13 Jtl, secara berurutan. Data tersebut mengindikasikan
bahwa di daerah Karangsambung hadir batuan granitoid bertipe Cordilleran yang merupakan produk
busur vulkanik normal dan kemungkinan adanya granitoid bertipe Caledonian yang merupakan
produk hasil post-tectonic collision pelelehan parsial pada kerak benua.

I. PENDAHULUAN Kapur Atas hingga Paleosen (Asikin, 1974).


Kehadirannya di zona mélange yang terdiri
Batuan granitoid merupakan kelompok batuan dari batuan metamorf tekanan tinggi, batuan
beku plutonik asam yang dapat dibedakan sedimen laut dalam, dan serpentinit
jenisnya berdasarkan persentase kehadiran menimbulkan berbagai macam interpretasi
mineral kuarsa, alkali feldspar, dan plagioklas. geologi.
Batuan granitoid dijumpai sebagai bongkah-
bongkah di hulu Sungai Luk Ulo. Komplek Luk- Kehadiran granitoid di Komplek Luk Ulo,
Ulo di Karangsambung, Jawa Tengah Karangsambung dilaporkan pertama kali oleh
merupakan salah satu dari tiga tempat Ketner dkk. (1972) sebagai bagian dari
tersingkapnya batuan pra-Tersier di Jawa, mélange. Selanjutnya, Kadarusman dkk. (2010)
yaitu Ciletuh, Jawa Barat dan di Pegunungan menghadirkan granitoid di Komplek Luk Ulo
Jiwo, Bayat, Jawa Tengah. Himpunan batuan sebagai protolith dari batuan metamorf
yang tersingkap di daerah tersebut ditafsirkan psammitik (metagranite, kuarsit, felsic
akibat penunjaman Lempeng Samudera Hindia granulite). Kehadiran granitoid juga dapat
ke bawah Lempeng Benua Eurasia pada umur dihubungkan dengan produk subduksi busur
865
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8
Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA

kepulauan maupun tepi benua aktif, pelelehan tinggi dan seumur dengan batuan metamorf
parsial pada zona kolisi, post-tectonic collision, tekanan tinggi lainnya yang dijumpai di
oceanic plagio-granite, rifting granite, dll. Sulawesi Selatan (Komplek Bantimala) dan
(Maniar dan Piccoli, 1989). Kalimantan Selatan (Komplek Meratus)
(Parkinson dkk., 1998; Setiawan, 2013).
Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui
genesis dari batuan granitoid di Komplek Luk- Secara tidak selaras, ditandai oleh suatu
Ulo, Karangsambung dari studi petrologi, kontak tektonik, komplek mélange ini
geokimia, dan perhitungan umur batuan. ditumpangi oleh sedimen berumur Paleogen.
Berurutan dari yang berumur tua ke muda
II. GEOLOGI REGIONAL adalah Formasi Karangsambung, Formasi
Kompleks Melange Luk Ulo merupakan Totogan, Formasi Waturanda dan Formasi
kumpulan satuan batuan berumur Penosogan.
Mesozoikum di daerah Luk Ulo yang Formasi Karangsambung dan Formasi Totogan
merupakan batuan tertua dan sebagai batuan umumnya terdiri dari percampuran
dasar di daerah ini. Kompleks Melange Luk Ulo sedimenter fragmen-fragmen dan blok-blok
dibentuk dari hasil penunjaman Lempeng (olistolit) seperti batupasir, batulanau,
Samudera Hindia ke bawah Lempeng Benua konglomerat, batugamping Nummulites dalam
Eurasia pada umur Kapur Atas hingga Paleosen masadasar lempung. Formasi ini
(Asikin, 1974). Kompleks tersebut terbentuk diinterpretasikan sebagai endapan olistostrom
dari satuan batuan yang tercampur secara (Asikin, 1974). Pada formasi ini juga banyak
tektonik dari batuan sedimen laut dalam, dijumpai produk-produk vulkanik berupa
ofiolit dan batuan metamorfik tekanan tinggi. intrusi diabas dan lava basalt yang disebut
Kenampakan umum yang dijumpai di lapangan sebagai vulkanik Dakah yang diendapkan pada
adalah rekahan gerus dengan permukaan sistem vulkanik busur kepulauan (Setiawan
berupa cermin sesar dengan blok batuan dari dkk., 2011).
tempat tersebut maupun yang berasal dari
tempat lain berukuran ratusan meter hingga Menumpang secara selaras di atas Formasi
dapat terpetakan mengambang dalam massa Totogan adalah Formasi Waturanda yang
dasar yang lebih halus terdiri dari lempung terdiri dari batupasir dan breksi volkanik.
abu-abu gelap yang mempunyai sifat tergerus Formasi Waturanda ditumpangi secara selaras
(sheared). Komponen batuan dalam Kompleks oleh Formasi Penosogan yang terdiri dari
Melange Luk Ulo dapat dibagi menjadi dua perselingan napal dan batupasir gampingan
jenis yaitu unit batuan yang berasosiasi (Asikin dkk., 2007)
dengan metamorf dan metasedimen dan unit
batuan ofiolit. III. OBSERVASI LAPANGAN DAN
METODE PENELITIAN
Perhitungan umur batuan pada batuan
Batuan granitoid dijumpai sebagai bongkah-
metamorf dengan menggunakan metode K-Ar
bongkah di hulu Sungai Luk-Ulo yang
menunjukkan umur 110 ± 6 Jtl dan 115 ± 6 Jt
merupakan pertemuan cabang dengan Sungai
dari muskovit pada sekis kuarsa-mika
Loning (Gambar 1). Bongkah granitoid
(Miyazaki dkk., 1998). Parkinson dkk. (1998)
tersebut memiliki bentuk membundar dan
melakukan pentarikhan umur batuan
mempunyai ukuran diameter terbesar hingga
metamorf dengan metode yang sama dari
1.5 meter (Gambar 2). Singkapan batuan insitu
phengite pada jadeite-glaucophane-quartz
yang dijumpai di sekitar Sungai Loning adalah
rock menghasilkan umur 124 ± 2 Jtl dan 119 ±
sekis mika-kuarsa-garnet. Pada sungai ini,
2 Jtl. Umur tersebut diasumsikan merupakan
jarang dijumpai batuan metamorf tekanan
umur ekshumasi batuan metamorf tekanan
tinggi seperti di Sungai Muncar (Gambar 1).
866
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8
Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA

Selain granitoid, beberapa bongkah batuan IV. PEMAPARAN DATA DAN


vulkanik (basalt), gabro, kuarsit dan ANALISIS
serpentinit juga dijumpai di sepanjang aliran IV.1. Petrografi
sungai (Gambar 2a). Kehadiran bongkah
granitoid cukup mencolok diantara bongkah- Analisis petrografi pada sampel batuan
bongkah batuan yang lain karena memiliki granitoid menunjukkan bahwa terdapat 4 tipe
tekstur kasar dan berwarna cerah (Gambar 2b). granitoid (Tabel 1). Tipe yang pertama adalah
Beberapa granitoid memperlihatkan tekstur granodiorit berfoliasi dengan kehadiran garnet.
foliasi. Seluruh variasi bongkah granitoid di Komposisi mineral pada batuan ini adalah
lokasi tersebut diambil contoh setangannya kuarsa, plagioklas, biotit, muskovit, K-feldspar,
dan dianalisis detil petrologi meliputi garnet, titanit dan mineral opak (Gambar 3).
petrografi, geokimia batuan baik unsur utama Mineral asesoris berupa zirkon dan apatit.
ataupun unsur tanah jarang dan unsur jejak, Mineral sekunder yang hadir adalah klorit dan
dan perhitungan umur batuan. serisit. Foliasi cukup mencolok pada batuan ini
ditandai dengan penjajaran biotit dan
Analisis petrografi dilakukan di Laboratorium muskovit dengan tekstur lepidoblastik.
Geologi Optik, Departemen Teknik Geologi, FT.
UGM. Analisis geokimia batuan dilakukan di Tipe yang kedua adalah granit atau
Laboratorium Earth and Environmental granodiorit mengandung garnet tanpa tekstur
Division, Kyushu University, Jepang foliasi. Tipe ini memiliki komposisi mineral
menggunakan metode X-ray fluorescence yang hampir sama dengan tipe yang pertama
spectrometry (XRF) menggunakan mesin (Tabel 1; Gambar 4). Perbedaan yang paling
Rigaku ZSX Primus II untuk unsur utamanya mencolok antara tipe kedua dan tipe pertama
dan laser ablation-inductively coupled plasma- adalah tidak adanya tekstur foliasi pada tipe
mass spectrometry (LA-ICP-MS) mesin Agilent kedua ini. K-feldspar lebih banyak hadir pada
7500cx quadropole ICP-MS dan New Wave tipe yang kedua sehingga beberapa sampel
Research UP-213 untuk unsur jejak dan tanah batuan berada pada klasifikasi granit dan
jarang. Jenis sampel yang digunakan adalah granodiorit.
fused glass bead dengan perbandingan rasio
Tipe ketiga adalah granit dengan dominansi
flux 1:2 pada total 11 sampel granitoid.
tekstur grafik yang mencolok (Tabel 1). Tekstur
Prosedur detil analisis mengikuti Nakano dkk.
grafik adalah tekstur yang terbentuk akibat
(2012).
tumbuh bersama antara 2 buah mineral yaitu
Analisis umur batuan dilakukan menggunakan kuarsa dan K-feldspar (Gambar 5). Tekstur ini
metode zirkon U-Pb di Laboratorium Earth terbentuk pada intrusi magma dangkal dengan
and Environmental Division, Kyushu University, kandungan air (H2O) yang berkurang secara
Jepang menggunakan LA-ICP-MS. Pemisahan tiba-tiba yang menyebabkan batas likuidus
zirkon dilakukan dengan cara manual yaitu akan naik (suhu bertambah) sehingga larutan
menumbuk batuan dan memisahkan zirkon (melt) akan mengkristal dengan cepat dan
menggunakan bantuan mikroskop dan tidak memiliki waktu untuk membentuk kristal
panning. Zirkon terpilih selanjutnya di utuh yang sempurna (Winter, 2010). Hasilnya
dikumpulkan secara sistematis sesuai dengan adalah mikrokristalin dua buah mineral yang
nomor sampel dan dicetak menggunakan tumbuh secara bersama dalam hal ini adalah
sayatan poles. Tahap selanjutnya dilakukan K-feldspar dan kuarsa. Mineral plagioklas
observasi tekstur dan inklusi menggunakan memiliki bentuk kristal yang sempurna karena
SEM-EDS yang ditambahkan cathode- mineral tersebut sudah mengkristal terlebih
luminesce. Singkatan mineral pada publikasi ini dahulu dibandingkan dengan kuarsa maupun
mengikuti Whitney dan Evans (2010). K-feldspar. Beberapa mineral hidrous yang

867
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8
Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA

sebelumnya hadir seperti hornblende dan afinitas Kalk-Alkalin dan High Kalk-Alkalin
biotit masih dapat dijumpai dalam jumlah (Gambar 8b).
yang sangat jarang. Pada tipe ini tidak
Penentuan tipe batuan dengan menggunakan
dijumpai garnet dan muskovit.
diagram segitiga An, Ab, dan Or dari Barker
Tipe keempat adalah granit mengandung dan Arth (1979) memperlihatkan bahwa
hornblende. Tipe ini dibedakan dengan tipe seluruh sampel tipe kedua berada pada area
yang lain karena kehadiran mineral granit, tipe keempat berada pada area
hornblende yang melimpah (Tabel 1; Gambar granodiorit, tipe ketiga bervariasi pada area
6). Mineral hidrous lain yang hadir adalah granit dan trohjemite, dan tipe keempat
biotit. Mineral utama yang hadir lainnya bervariasi pada area granit, granodiorit dan
adalah kuarsa, K-feldspar, plagioklas, mineral tonalit (Gambar 9a). Pengeplotan pada
opak (magnetite), dan sedikit titanite. Pada diagram TAS dari Cox dkk. (1979)
tipe ini tidak dijumpai garnet dan muskovit. memperlihatkan bahwa sebagian besar
Mineral asesoris yang hadir adalah zirkon dan sampel berada pada area granit (tipe kedua
apatit. dan ketiga) (Gambar 9b). Tipe keempat berada
pada area diorit kuarsa dan tipe pertama
IV.2. Geokimia batuan
bervariasi pada area granit dan diorite
Sebanyak 11 sampel batuan granitoid (Gambar 9b).
dianalisis geokimia untuk mengetahui
Pengeplotan pada diagram ASI dari Maniar
karakteristik unsur utama, unsur tanah jarang
dan Picolli (1989) dan Chappel dan White
dan unsur jejaknya dengan menggunakan
(1974) memperlihatkan bahwa semua tipe
metode XRF dan LA-ICP-MS. Sebelas sampel
granitoid masih berada pada area
granitoid tersebut terdiri dari 4 sampel tipe
metaluminous (Gambar 10a). Tepat berada di
pertama, 3 sampel tipe kedua, 3 sampel tipe
batas garis peraluminous adalah tipe kedua.
ketiga, dan 1 sampel tipe keempat..
Pola unsur tanah langka dengan normalisasi
Pada pengeplotan pada diagram Harker yang
C1-Chondrite oleh Sun dan McDonough (1989)
membandingkan SiO2 wt% dengan Al2O3, CaO,
memperlihatkan bahwa tipe pertama memiliki
K2O, Na2O, MgO dan Fe2O3 wt% (Gambar 7).
pengkayaan pada LREE dan relatif miskin pada
Tipe pertama memiliki kisaran SiO2 yang
HREE (Gambar 10b). Pola berbeda ditunjukkan
panjang dibandingkan tipe yang lain yaitu
pada kedua, ketiga dan keempat yang
61.98─72.78 wt% (Gambar 7). Kisaran SiO2
memiliki pengkayaan pada LREE kemudian
yang pendek ditunjukkan pada tipe kedua,
menurun dan naik kembali pada HREE
ketiga dan keempat yaitu 71.83─72.46 wt%,
(Gambar 11a). Pengeplotan pada diagram
70.37─73.69 wt%, 66.40 wt%, secara
laba-laba dengan normalisasi MORB oleh Sun
berurutan. Begitu pula dengan nilai
dan McDonough (1989) memperlihatkan pola
perbandingan unsur utama lainnya, tipe
yang relatif seragam pada semua tipe
pertama memiliki kisaran yang panjang
granitoid yaitu depleted anomali pada unsur
diantara masing-masing sampel sedangkan
Nb dan Tb (Gambar 11b). Anomali pengayaan
tipe yang lain relatif berkumpul pada satu
Sr juga ditunjukkan pada beberapa sampel
kluster (Gambar 7).
secara acak pada setiap tipe (Gambar 11b).
Pengeplotan diagram AFM (Irvine dan Baragar,
Semua tipe granitoid diplotkan pada
1971) memperlihatkan bahwa semua sampel
diskriminan diagram dari Pearce dkk. (1984)
berada pada afinitas Kalk-Alkalin (Gambar 8a).
(Gambar 12) untuk menentukan lingkungan
Sedangkan diagram K2O vs SiO2 dari Pereccillo
tektoniknya. Pengeplotan pada diagram (Yb +
dan Taylor (1976) memperlihatkan variasi
Nb) vs Rb dan (Yb + Ta) vs Rb memperlihatkan

868
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8
Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA

bahwa semua sampel berada pada area Tekstur zirkon pada granitoid tipe ketiga
volcanic arc granite (VAG) (Gambar 12a dan b). memperlihatkan bentuk yang euhedral dengan
Pada diskriminan diagram Y vs Nb, semua oscillatory dan sector zoning yang sangat jelas
sampel berada pada area VAG dan syn- diamati (Gambar 15a dan b). Dua buah sampel
collisional (syn-COLG) (Gambar 12c). Pada granitoid pada tipe pertama (KSF01E dan
diagram Yb vs Ta, semua tipe pertama dan KSF01A) menunjukkan konsentrasi umur yang
kedua berada pada area syn-COLG sedangkan dihasilkan dari umur konkordia dengan
sebagian besar tipe ketiga dan tipe keempat masing-masing menunjukkan umur 68.41 ± 1.4
pada area VAG (Gambar 12d). Jtl dari total 12 titik analisis dan 67.00 ± 1.2 Jtl
dari total 15 titik analisis.
IV.3. Umur batuan U-Pb zirkon
Tekstur zirkon pada granitoid tipe keempat
Total sebanyak 6 sampel granitoid dilakukan
memperlihatkan tekstur yang mirip dengan
perhitungann umur batuan dengan metode U-
granitoid tipe ketiga. Zirkon memperlihatkan
Pb zirkon. Enam buah sampel tersebut terdiri
bentuk yang euhedral dengan oscillatory dan
dari 2 buah sampel batuan pada tipe pertama,
sector zoning yang sangat jelas diamati
1 buah sampel pada tipe kedua, 2 buah
(Gambar 16). Satu buah sampel granitoid
sampel pada tipe ketiga dan 1 buah sampel
(KSF01H) menghasilkan konsentrasi umur
pada tipe keempat.
konkordia 69.10 ± 0.91 Jtl dari total 12 titik
Tekstur zirkon pada granitoid tipe pertama analisis (Gambar 16).
memperlihatkan tekstur rounded-subrounded
dengan zonasi yang tidak tampak jelas. Bagian V. DISKUSI
inti dari zirkon memperlihatkan warna gelap Berdasarkan pemaparan data pada Bab IV di
dan bagian tepi lebih terang (Gambar 13a dan atas, granitoid tipe pertama dan kedua
b) dengan batas yang tidak teratur. Umur memiliki kemiripan komposisi mineral, kimia
zirkon pada bagian inti menunjukkan umur batuan dan umur batuan. Granitoid tipe ketiga
yang lebih tua daripada bagian tepi (Gambar dan keempat juga saling memiliki kemiripan
13a dan b). Masing-masing zirkon pada komposisi mineral, kimia batuan dan
menunjukkan umur yang bervariasi. Pada umur batuan. Oleh karenanya, pada
sampel pertama (KSF01L), umur termuda pembahasan diskusi akan dikelompokkan
adalah 100 ± 5 Jtl dan umur tertua adalah 437 tersendiri.
± 13 Jtl dari total 18 data konkordan. Selain itu,
terdapat konsentrasi umur pada 100─127 Jtl V.1. Granitoid tipe pertama dan kedua
dan 170─203 Jtl (Gambar 13a). Pada sampel Dari hasil analisis petrografi disimpulkan
kedua (KSF01B), umur termuda adalah 107 ± 3 bahwa terdapat 4 tipe granitoid di Komplek
Jtl dan umur tertua adalah 412 ± 12 Jtl dari Luk Ulo, Karangsambung. Granitoid tipe
total 13 data konkordan (Gambar 13b). pertama dan kedua menunjukkan kehadiran
Tekstur zirkon pada granitoid tipe kedua mirip mineral garnet (Gambar 3 dan 4) dan memiliki
dengan granitoid tipe pertama. Satu buah foliasi (tipe pertama). Hadirnya mineral garnet
sampel granitoid (1201BA) menunjukkan umur mengindikasikan adanya pengayaan unsur
zirkon pada bagian inti lebih tua daripada alumina pada batuan umumnya hadir pada
bagian tepi (Gambar 14). Masing-masing batuan beku yang berasal dari pelelehan
zirkon juga menunjukkan umur yang bervariasi. parsial batuan sedimen (Tipe-S) apabila dapat
Umur termuda adalah 118 ± 4 Jtl dan tertua dijumpai mineral lain seperti korundum,
adalah 373 ± 13 Jtl (Gambar 14) dari total 13 silimanit dan kordierit. Foliasi yang intensif
data konkordan. Umur konkordia dapat hadir di granitoid tipe pertama
dihasilkan pada 121.2 ± 1.7 Jtl. mengindikasikan granitoid tersebut

869
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8
Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA

bersamaan dengan proses tektonik (syn- bergerak ke atas menggantikan delaminasi


tectonic). melt tersebut yang kemudian mengintrusi dan
memanasi sedimen yang ada di atasnya
Data geokimia terutama diagram ASI
sehingga menghasilkan pluton granit (Frost
menunjukkan bahwa granitoid tipe pertama
dan Frost, 2014).
dan kedua adalah metaluminous yang artinya
bukan berasal dari tipikal pelelehan parsial Sampai saat ini belum ada laporan mengenai
batuan sedimen (Tipe-S) pada zona kolisi kehadiran granit tipe-S di daerah
(contoh: Himalaya) (Gambar 10a dan b). Karangsambung atau di Jawa walaupun
Spidergram lebih pasti menunjukkan adanya beberapa penulis mengusulkan bahwa
pengaruh busur vulkanik ditunjukkan dengan terhentinya subduksi berumur Kapur yang
anomali negatif Nb (Gambar 11b). Diagram menghasilkan batuan metamorf tekanan tinggi
diskriminan menggunakan unsur immobile dari di Indonesia bagian tengah (Kalimantan
Pearce dkk. (1984) memperlihatkan hasil yang Selatan, Sulawesi Selatan, dan Jawa Tengah)
tidak konsisten karena beberapa diagram diakibatkan adanya mikrokontinen yang hadir
menunjukkan sampel batuan hadir pada area dan menyebabkan subduksi terhenti (misal:
syn-COLG dan juga VAG, sehingga tidak bisa Clements dan Hall, 2011; Hall dan
ditarik kesimpulan secara pasti (Gambar 12). Sevastjanova, 2012; Satyana, 2014; Setiawan
dkk., 2014). Bisa jadi granit tipe-S hadir di
Perhitungan umur batuan menggunakan
Karangsambung atau daerah lainnya tetapi
metode U-Pb zirkon lebih bisa
belum ditemukan atau kolisi mikrokontinen
memperlihatkan genesis dari granitoid ini.
tersebut tidak menghasilkan pelelehan parsial
Kedua tipe granitoid tersebut memiliki
pada kerak benua seperti di Himalaya akan
inheritage zirkon yang variasi umur beragam
tetapi Caledonian granit tetap terbentuk
(Tipe pertama: 100 ± 5 – 437 ± 13 Jtl; Tipe
setelahnya.
kedua: 118 ± 4 – 373 ± 13 Jtl). Variasi umur ini
didapat dari zirkon yang berasal dari batuan V.2. Granitoid tipe ketiga dan keempat
sedimen yang ada sebelumnya. Bagian tepi
Kedua tipe granitoid memiliki beberapa
zirkon yang berwarna terang kemungkinan
kesamaan ditandai dengan komposisi mineral
merupakan umur pembentukan batuan beku,
dengan hadirnya mineral hornblende yang
sedangkan bagian inti zirkon yang berwarna
tidak bisa dijumpai pada kedua tipe
gelap merupakan umur sedimen yang lebih
sebelumnya (Gambar 5 dan 6). Hasil analisis
tua. Umur termuda dapat diartikan sebagai
geokimia juga menunjukkan kesamaan yaitu
umur pelelehan parsial yang membentuk
merupakan tipe metaluminous pada diagram
granitoid ini.
ASI (Gambar 10a dan b), pola unsur tanah
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, jarang dan diagram laba-laba (Gambar 11a
walaupun bukan bertipe peraluminous tetapi dan b) menunjukkan anomali negatif pada Nb
granitoid tipe pertama dan kedua dapat yang mengindikasikan produk busur vulkanik.
berasal dari pelelehan parsial batuan sedimen
Hadirnya tekstur grafik pada granitoid tipe
karena memiliki inheritage zirkon. Genesis
ketiga (Gambar 5) memberikan informasi
seperti ini dapat berasal dari post-collisional
bahwa granit tersebut membeku dekat
orogeny atau biasa disebut Caledonian (Frost
dengan permukaan pada saat H2O dari magma
dan Frost, 2014). Granitoid bertipe Caledonian
berkurang dengan cepat sehingga terjadi
muncul setelah fase kolisi diakibatkan oleh
super-cooling. Kondisi tersebut dapat
pelelehan parsial batuan metamorf tekanan
dihasilkan dari sebuah retas pada tubuh
tinggi di bawah zona kolisi yang memiliki
magma atau sisa magma akhir (pegmatite)
densitas lebih tinggi dari pada mantel
yang membeku di dekat permukaan.
mengalami delaminasi sehinggal mantel dapat
870
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8
Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA

Tekstur zirkon yang memperlihatkan berasal dari post-collisional orogeny


oscillatory dan sector zoning yang jelas memiliki inheritage zirkon dengan variasi
umumnya merupakan zirkon yang berasal dari umur mulai dari 100 ± 5 – 437 ± 13 Jtl.
proses magmatisme baru (Cordilleran, I-type). Umur pelelehan parsial pembentuk
Tidak ada variasi umur batuan dan adanya batuan ini berkisar antara 100 ± 5 hingga
konsentrasi umur pada diagram konkordia 118 ± 4 Jtl.
mengonfirmasi hal ini. Granitoid tipe pertama 3. Granitoid tipe ketiga dan keempat dapat
dan kedua merupakan granit yang berasal dari digolongkan sebagai tipe Cordilleran yang
busur magmatic dan dari diferensiasi magma berasal dari aktivitas magmatisme
basaltik. Kisaran umur yang didapat adalah diferensiasi magma basalt. Proses
67.00 ± 1.2 Jtl hingga 69.10 ± 0.91 Jtl. Hal ini magmatisme yang menghasilkan granitoid
memberikan informasi adanya aktivitas ini terjadi pada kisaran 67.00 ± 1.2 Jtl
magmatisme di Pulau Jawa yang menghasilkan hingga 69.10 ± 0.91 Jtl.
granit pada umur tersebut.
VII. ACKNOWLEDGEMENT
VI. KESIMPULAN Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada
1. Terdapat 4 tipe granitoid yang hadir di Departemen Teknik Geologi, FT. UGM,
Komplek Luk Ulo, Karangsambung, Kampus LIPI Karangsambung beserta staf, dan
Kebumen Jawa Tengah yaitu 1) granodiorit Pak Sodik yang telah membantu kegiatan
berfoliasi mengandung garnet, 2) granit lapangan. Riset ini didanai dari program JICA –
atau granodiorit mengandung garnet, 3) AUN/Seed-Net Collaborative Research for
grafik granit, dan 4) granit mengandung Alumni antara Universitas Gadjah Mada
hornblende. dengan Kyushu University 2015-2016.
2. Granitoid tipe pertama dan kedua dapat
digolongkan sebagai tipe Caledonian yang

DAFTAR PUSTAKA
Asikin, S., 1974. Evolusi geologi Jawa Tengah dan sekitarnya ditinjau dari segi tektonik dunia yang
baru. Laporan tidak dipublikasikan, disertasi, Dept. Teknik Geologi ITB, 103 hal.

Asikin, S., Handoyo, A., Busono, A. dan Gafoer, S., 2007. Geological map of the Kebumen Quadrangles,
Jawa. Scale 1:100,000. Geological Research and Development Centre of Indonesia.

Barker, F. dan Arth, J.G., 1979. Trondhjemite: definition, environment and hypotheses or orgin, in:
Trondhjemites, dacites, and related rocks, Barker, F, ed.: Elsevier, New York, 1–12 pp.

Chappell, B.W. dan White, A.J.R., 1974. Two contrasting granite types, Pacific Geology, 8, 173-174.

Clements, B. dan Hall, R., 2011. A record of continental collision and regional sediment flux for the
Cretaceous and Palaeogene core of SE Asia: implications for early Cenozoic palaeogeography, Journal
of the Geological Society, London, 168, 1187–1200.

Cox, K.G., Bell, J.D. dan Pankhurst, R.J., 1979. The Interpretation of Igneous Rocks. George, Allen and
Unwin, London.

Frost, B.R. dan Frost, C.D., 2014. Essentials of igneous and metamorphic petrology, Cambrige
University Press, New York, p. 303.

Hall, R. dan Sevastjanova, I., 2012. Australian crust in Indonesia, Australian Journal of Earth Sciences,
827–844.
871
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8
Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA

Kadarusman, A., Massonne, H.J., Roermund, V.H., Permana, H. dan Munasri., 2007. P-T evolution of
eclogites and blueschists from the Luk Ulo Complex of Central Java, Indonesia. International Geology
Review, 49, 329–356.

Kadarusman, A., Permana, H., Massone, H.J., Roermund, H.v., Munasri. dan Bambang, P., 2010.
Contrasting protoliths of Cretaceous metamorphic rocks from the Luk Ulo accretionary wedge
complex of Central Java, Indonesia. The 39th IAGI Annual Convention and Exhibition. 10pp.

Ketner, K.B., Kastowo, S., Modjo, C.W., Naeser, H.D., Obradovich, K., Robinson, T., Suptanda. dan
Wikarno., 1976. Pre-Eocene rocks of Java, Indonesia. Journal of Research United States Geological
Survey, 4, 605–614.

Maniar, P.D. dan Piccoli, P.M., 1989. Tectonic discrimination of granitoids, Geological Society of
America Bulletin, v. 101, p. 635-643.

Miyazaki, K., Sopaheluwakan, J., Zulkarnain, I. dan Wakita, K., 1998. Jadeite-quartz-glaucophane rock
from Karangsambung, Central java, Indonesia and its tectonic implications. The Island Arc, 7, 223–
230.

Nakano N., Osanai, Y., Adachi, T., Yonemura, K., Yoshimoto, A., dan Setiawan, N., 2012. Rapid
techniques for quantitative determination of major, trace and rare earth elements in low dilution
glass bead using XRF and LA-ICP-MS, Bulletin of the Graduate School of Social and Cultural Studies
Kyushu University, Vol. 18, p. 81–94.

Parkinson, C.D., Miyazaki, K., Wakita, K., Barber, A.J. dan Carswell, A., 1998. An overview and tectonic
synthesis of the pre-Tertiary very-high-pressure metamorphic and associated rocks of Java, Sulawesi
and Kalimantan, Indonesia. The Island Arc, 7, 184–200.

Pearce, J.A., Harris, N.B.W., dan Tindle, A.G., 1984. Trace element discrimination diagrams for the
tetonic interpretation of granitic rocks. Journal of Petrology, 24, 956–983.

Peccerillo, R. dan Taylor, S. R., 1976. Geochemistry of Eocene calc-alkaline volcanic rocks from the
Kastamonu area, northern Turkey. Contributions to Mineralogy and Petrology 58, 63─81.

Prasetyadi, C., 2007. Evolusi tektonik Paleogen Jawa bagian Timur, PhD thesis, Bandung Institute of
Technology, Bandung, Indonesia, 323 pp.

Satyana, A.H., 2014. New consideration on the Cretaceous subduction zone of Ciletuh-Luk Ulo-Bayat-
Meratus: Implications for Southeast Sundaland petroleum geology. Proc. Indonesian Petroleum
Association, Thirty-Eighth Annual Convention & Exhibition, May 2014

Setiawan, N.I., Yuwono, Y.S. dan Sucipta, E.I.G.B., 2011. The genesis of Tertiary “Dakah Volcanic” in
Karangsambung, Kebumen, Central Java. Proceeding JCM Makassar 2001. The 36th HAGI and 40th IAGI
Annual Convention and Exhibition. 105–121.

Setiawan, N.I., (2013) Metamorphic evolution of central Indonesia, Ph.D Thesis, Kyushu University,
Tidak dipublikasikan, 318 hal.

Setiawan, N.I., Husein, S., dan Alfyan, M.F., 2014. Speculative models of exhumation on high-prssure
low-temperature metamorphic rocks from central part of Indonesia: An implementation of concepts
and processes, Prosiding Seminar Nasional Kebumian Ke-7, Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik,
Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014, 504─523.

872
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8
Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA

Sun, S.-s. dan McDonough, W.F., 1989. Chemical and isotopic systematics of oceanic basalts:
implications for mantle composition and processes. In: Saunders, A.D. and Norry, M.J, (Eds).
Magmatism in the Ocean Basins, Geological Society Special Publication, 42, 313–345.

Whitney, D.L., dan Evans, B.W., 2010. Abbreviations for names of rock-forming minerals: American
Mineralogist, p. 98, p. 185–187.

TABEL
Tabel 1. Komposisi mineral pada 4 tipe granitoid di Komplek Luk Ulo, Karangsambung
Mineral Assemblages
No Rock type Remark
Qz Pl Kfs Bt Ms Hb Grt Opq Ttn Other Secondary
1 Foliated Grt bg. ○ ○ ◊ ● ◊ ─ ◊ ± ◊ Zrn, Chl, Ser Foliation
Granodiorite Ap
2 Grt bg. granite / ○ ○ ● ● ◊ ─ ◊ ± ◊ Zrn, Chl, Ser Non
granodiorite Ap foliation
3 Graphic granite ○ ○ ○ ◊ ─ ◊ ─ ◊ ± Zrn, Chl, Ser Dominant by
Ap graphic
texture
4 Hb bg. granite ○ ○ ● ● ─ ● ─ ◊ ◊ Zrn, Chl, Ser
Ap
○ Rich ◊ Poor ─ Not present
● Moderate ± Occur in some sample

GAMBAR

Gambar 1. Peta geolori daerah penelitian dengan lokasi pengambilan sampel batuan (Asikin dkk.,
2007 dengan modifikasi).

873
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8
Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA

a) b)

Gambar 2. a) Kenampakan bongkah-bongkah granitoid di hulu Sungai Luk Ulo. b) Close-up tekstur
fanerik pada granitoid.

Gambar 3. Fotomikrograf dari granitoid tipe pertama (granodiorit berfoliasi mengandung garnet).

874
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8
Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA

Gambar 4. Fotomikrograf dari granitoid tipe kedua (granit atau granodiorit mengandung garnet).

Gambar 5. Fotomikrograf dari granitoid tipe ketiga (grafik granit).

875
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8
Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA

Gambar 6. Fotomikrograf dari granitoid tipe keempat (granit mengandung hornblende).

Gambar 7. Granitoid Karangsambung diplotkan pada diagram Harker.

876
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8
Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA

b)

a)

Gambar 8. Granitoid Karangsambung diplotkan pada a) Diagram segitiga AFM (Irvine dan Baragar,
1971) dan b) SiO2 vs K2O dari Pereccillo dan Taylor (1976).

b)

a)

Gambar 9. Granitoid Karangsambung diplotkan pada a) Diagram segitiga An-Ab-Or (Barker dan Arth,
1979) dan b) TAS diagram dari Cox dkk. (1979).

877
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8
Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA

a) b)

Peraluminous

Metaluminous

Gambar 10. Granitoid Karangsambung diplotkan pada diagram ASI a) Maniar dan Piccolli (1989), b)
Chappel dan White (1974).

a) b)

Gambar 11. Granitoid Karangsambung diplot pada a) pola unsur tanah jarang dengan normalisasi C1-
Chondrite dari Sun dan McDonough (1989) dan b) diagram laba-laba dengan normalisasi MORB oleh
Sun dan McDonough (1989).

878
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8
Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA

Gambar 12. Granitoid Karangsambung diplotkan pada diskriminan diagram dari Pearce et al. (1984).

Gambar 13. Tekstur zirkon dan penentuan umur batuan U-Pb zirkon pada granitoid tipe pertama.

879
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8
Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA

Gambar 14. Tekstur zirkon dan penentuan umur batuan U-Pb zirkon pada granitoid tipe kedua.

Gambar 15. Tekstur zirkon dan penentuan umur batuan U-Pb zirkon pada granitoid tipe ketiga.

Gambar 16. Tekstur zirkon dan penentuan umur batuan U-Pb zirkon pada granitoid tipe keempat..

880

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai