Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan kemudahan
sehingga penulis dapat menyelesaian makalah yang berjudul "TEORI DAN ANALISA
MASALAH SOSIAL DI INDONESIA” hingga akhir.

Makalah ini telah disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya ucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Saya berharap
semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan bermanfaat bagi para pembaca.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman yang penulis miliki, kekurangan
pasti masih ada dalam makalah ini. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Tim Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………………………………………….1

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………2
BAB I
PENDAHULUAN…………………………………………………………………………………3
a. Latar Belakang…………………………………………………………………………………...3
b.Rumusan Masalah………………………………………………………………………………..3
c. Tujuan……………………………………………………………………………………………3

BAB II
PEMBAHASAN…………………………………………………………………………………..4
a. Masalah Sosial …………………………………………………………………………………4
b. Masalah Sosial Menurut Para Ahli……………………………………………………………..4
c. Teori Masalah Sosial……………………………………………………………………………5

BAB III
ANALISIS MASALAH SOSIAL……………………………………………………………….6
a. Stunting (Gangguan Pertumbuhan)……………………………………………………...…….6
b. Indeks Penderita Stunting Di Indonesia……………………………………………………….6
c. Penyebab Dan Langkah Pencegahan………………………………………………….…….…9

TEORI DAN ANALISIS……………………………………………………………………….10


KESIMPULAN…………………………………………………………………………………10
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………...…11

2
BAB 1

PENDAHULUAN

a. Latar Belakang
Masalah sosial merupakan indikator terjadinya disfungsi sosial atau gagalnya keberfungsian
sosial di dalam masyarakat. Masalah sosial juga merupakan suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur
kebudayaan atau masyarakat, yang akan membahayakan kehidupan kelompok sosial. Atau,
menghambat terpenuhinya keinginan-keinginan pokok warga kelompok sosial tersebut sehingga
menyebabkan kepincangan ikatan sosial. Dalam hal ini dibutuhkan orang-orang khususnya
profesional yang mampu untuk mengatasi permasalahan-permasalahan sosial yang ada di tiap negara.
Dalam mengatasi masalah sosial, kita tidak bisa semena-mena mengintervensi permasalahan yang ada
hanya dengan sepengetahuan kita saja, melainkan kita memerlukan ilmu sosial yang sudah dikaji
secara ilmiah dan tidak terlepas dari teori-teori masalah sosial yang ada.

b. Rumusan Masalah
Oleh karena pesatnya perkembangan di era 4.0 ini masyarakat sudah pasti akan mengalami
beberapa perubahan yang terjadi dalam kehidupannya, begitu juga dengan keberfungsian sosialnya.
Dengan berkembangnya zaman menuju kemajuan, maka akan semakin kompleks juga permasalahan
sosial yang ada, maka dari itu kita sebagai makhluk sosial khususnya para pekerja sosial, harus bisa
ambil bagian penting dalam masyarakat khususnya dalam hal Planning dan Controlling terhadap
masyarakat. Controlling disini berarti pekerja sosial harus bisa mengamati perilaku dan gejala-gejala
sosial yang terjadi di dalam masyarakat dan juga melakukan Planning atau perencanaan, dimana
disini kita menjadi bagian penting pemerintah dalam merealisasikan pembuatan program-program
dalam bidang sosial yang dimaksudkan untuk mengurangi masalah sosial yang terjadi di dalam
masyarakat, namun ternyata ini tidak semudah yang dibayangkan, disini dibutuhkan para professional
yang ahli dalam memecahkan masalah sosial yang ada di dalam masayarakat dan ini dikerjakan
berdasarkan teori-teori masalah sosial yang ada. Adapun yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu:
1. Teori Masalah Sosial
2. Analisa Masalah Sosial
3. Keterkaitan Masalah sosial dengan Teori

c. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui Teori-teori masalah sosial serta
Analisis masalah sosial dalam masyarakat dan keterkaitannya dengan Teori masalah sosial. Dan disini
Analisa masalah sosial ditujukan dengan harapan untuk mengintepretasikan keadaan sosial yang
terjadi di Indonesia saat ini, dan bagaimanakah salah satu cara penanganannya

3
BAB 2

PEMBAHASAN

a. Masalah Sosial

Hingga saat ini Indonesia masih mengalami masalah sosial yang besar dan
kompleks. Masalah sosial tersebut terjadi sejak Indonesia merdeka maupun
sebagai dampak negatif dari berbagai perubahan sosial dan pembangunan
nasional yang terjadi hingga saat ini. The World Economic Forum’s Global
Shapers Survey, 2017, mengungkapkan bahwa terdapat 10 masalah sosial
utama yang dihadapi oleh umat manusia dunia yaitu sebagai berikut :
1. Climate change / destruction of nature
2. Large scale conflict/wars
3. Inequality (income, discrimination)
4. Poverty
5. Religious conflicts
6. Government accountability transparency / corruption
7. Food and water security
8. Lack of education
9. Safety / security/ wellbeing
10. Lack of economic opportunity and employment

Di Indonesia masalah-masalah sosial tersebut sebagian penanganannya


dilakukan oleh Kementerian Sosial Republik Indonesia yang dikategorikan
sebagai masalah sosial yang terkait dengan pemberdayaan
masyarakat,perlindungan sosial, dan rehabilitasi sosial. Sebagian lagi masalah
sosial tersebut ditangani oleh kementerian-kementerian lain serta lembaga-
lembaga swadaya masyarakat dan organisasi-organisasi pelayanan sosial
lainnya.

b.Masalah Sosial Menurut Para Ahli

Secara Hakikat, masalah sosial menyangkut nilai-nilai sosial dan moral.


Masalah sosial merupakan persoalan karena menyangkut tata kelakuan yang
berlawanan dengan hukum dan bersifat merusak. Oleh sebab itu, masalah-
masalah sosial tidak akan mungkin ditelaah tanpa mempertimbangkan
masyarakat mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk.
Istilah masalah sosial mengandung dua kata yakni masalah dan sosial.
Masalah artinya adalah ketidaksetaraan yang terjadi antara keinginan dan
kenyataan, sedangkan sosial berarti masyarakat. Jadi masalah sosial adalah
suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat yang
dapat membahayakan kehidupan kelompok sosial.

4
Adapun Definisi masalah sosial menurut pandangan para ahli adalah :

1. Soetomo
Masalah sosial ialah sebuah kondisi kehidupan yang tidak diinginkan oleh
sebagian besar warga masyarakat.

2. Soejono Soekanto
Masalah sosial merupakan suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur
kebudayaan atau masyarakat, sehingga dapat membahayakan kehidupan
kelompok sosial.

3. Martin S.Weinberg
Masalah sosial berarti sesuatu yang bertentangan dengan nilai sosial yang
berkembang dalam masyarakat yang cukup berarti, sehingga masyarakat
sepakat untuk membuat suatu tindakan untuk mengubah situasi tersebut.

4. Lesli
Masalah sosial ialah suatu kondisi yang mempunyai pengaruh dalam
kehidupan sosial kemasyarakatan yang tidak diinginkan, sehingga
membutuhkan tindakan untuk mengatasinya.

5. Arnold Rose
Masalah sosial ialah situasi yang telah berpengaruh terhadap sebagian besar
warga masyarakat sehingga mereka yakin bahwa situasi itulah yang membawa
kesulitan bagi mereka, dan situasi tersebut dapat diubah.

c. Teori Masalah Sosial

Masalah sosial terjadi akibat adanya ketimpangan dan ketidaksesuaian antara


budaya dan masyarakat nya, ada perubahan sosial ke arah negative sehingga
meningkatnya masalah sosial dan dinilai oleh masyarakat sebagai sesuatu yang
buruk.
Kita tahu semua bahwa masalah sosial tidak mungkin kita hindari, mengingat
dalam bermasalah terdapat banyak individu dengan karakteristik yang berbeda,
ada tiga teori tentang masalah sosial, yaitu teori fungsionalis, teori konflik dan
teori interaksi simbolis.

1. Teori Fungsionalis
Dalam masalah sosial, teori ini punya pendapat bahwa semua di bagian
masyarakat punya fungsi masing-masing , semua bagian masyarakat tersebut
saling bekerjasama untuk membangun tatanan sosial yang stabil dan harmonis.
Jika dalam masyarakat ada satu elmen yang tidak mengerjakan tugas fungsi
nya dengan baik, maka akan timbul kesenjangan atau ketidakaturan di lingkup
sosial, dari ketidakaturan itu maka akan menimbulakan masalah sosial. Ada
dua pandangan tentang masalah sosial, yaitu patologi sosial dan disorganisasi
sosial.

5
- Patologi sosial: Permasalahan sosial diibaratkan sebagai penyakit dalam
diri manusia. Penyakit tersebut ada karena ada salah satu bagian tubuh
tidak mampu bekerja dengan baik sesuai dengan fungsinya. Dalam teori
fungsionalis, pelaku kriminal termasuk dalam penyakit sosial yang merusak
tatanan fungsi sosial di masyarakat yang stabil. Penyakit sosial (masalah
sosial) seperti kekerasan, kriminalitas, dan kenakalan remaja muncul di
tengah-tengah masyarakat karena peran institusi sosial seperti institusi
agama, keluarga, ekonomi, dan politik tidak berfungsi dengan maksimal
dalam mensosialisasikan nilai dan norma.

- Disorganisasi sosial: Menurut pandangan ini, masalah sosial berasal dari


perubahan sosial yang cepat, yang kemudian mempengaruhi norma sosial
yang berlaku di masyarakat.

2. Teori Konflik
Teori yang kedua yaitu teori konflik. Menurut teori masalah sosial ini, masalah
sosial muncul dari berbagai macam konflik sosial, yaitu konflik kelas, konflik
etnis, dan konflik gender Lebih jauh lagi, ada 2 pandangan dalam teori konflik,
yaitu teori Marxis dan teori Non-Marxis.

- Teori Marxis: Terjadi karena adanya ketidaksetaraan dalam kelas sosial.


Oleh karena itu, Teori Marxis muncul untuk menyelesaikan masalah-
masalah yang timbul akibat ketidaksetaraan tersebut.

- Teori Non-Marxis: Berfokus pada konflik antarkelompok sosial di


masyarakat. Konflik tersebut disebabkan oleh kepentingan yang berbeda
antara satu kelompok dengan yang lain.

3. Teori Interaksi Simbolis


Teori dalam masalah sosial yang terakhir yaitu teori interaksi simbolis.
Berkenaan dengan masalah sosial, ada dua pandangan yang mengkaji tentang
masalah sosial, yaitu Teori Pelabelan dan Teori Konstruksionisme.

- Teori Pelabelan: adalah suatu kondisi sosial kelompok atau masrakat


tertentu dianggap bermasalah, karena kondisi tersebut sudah dicap
bermasalah.

- Teori Konstruksionisme Sosial: adalah masalah sosial merupakan hasil


konstruksi manusia, di mana individu lebih sering berinteraksi dengan
orang-orang yang mendefinisikan kejahatan sebagai suatu hal yang positif.
Edwin Suterland mengistilahkan hal tersebut sebagai asosiasi diferensial.

BAB III

ANALISIS MASALAH SOSIAL DI INDONESIA

6
Pemecahan masalah-masalah sosial di Indonesia telah dilaksanakan oleh
beragam organisasi pelayanan sosial. Untuk sebagian, penanganan masalah
sosial berlangsung dengan efektif. namun sebagian lagi penanganan masalah
sosial tersebut belum efektif karena anatara lain terdapatnya berbagai masalah
yang dihadapi oleh organisasi pelayanan sosial. Salah satu Masalah sosial yang
kini sedang dalam penanganan pemerintah yaitu diantaranya adalah
“STUNTING”.

a. Stunting
Stunting (kerdil) adalah kondisi dimana balita memiliki panjang atau tinggi
badan yang kurang jika dibandingkan dengan umur. Kondisi ini diukur dengan
panjang atau tinggi badan yang lebih dari minus dua standar deviasi median
standar pertumbuhan anak dari WHO. Balita stunting termasuk masalah gizi
kronik yang disebabkan oleh banyak faktor seperti kondisi sosial ekonomi, gizi
ibu saat hamil, kesakitan pada bayi, dan kurangnya asupan gizi pada bayi. Balita
stunting di masa yang akan datang akan mengalami kesulitan dalam mencapai
perkembangan fisik dan kognitif yang optimal.

b. Indeks Penderita Stunting di Indonesia

Kejadian balita stunting (pendek) merupakan masalah gizi utama yang


dihadapi Indonesia. Berdasarkan data Pemantauan Status Gizi (PSG) selama tiga
tahun terakhir, pendek memiliki prevalensi tertinggi dibandingkan dengan
masalah gizi lainnya seperti kurang gizi, kurus, dan gemuk. Prevalensi balita
pendek mengalami peningkatan dari tahun 2016 yaitu 27,5% menjadi 29,6%
pada tahun 2017.
Seperti yang dipaparkan pada tabel berikut ini:

Masalah Gizi di Indonesia Tahun 2015-2017

7
Prevalensi balita pendek di Indonesia cenderung statis. Hasil Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan prevalensi balita pendek di
Indonesia sebesar 36,8%. Pada tahun 2010, terjadi sedikit penurunan menjadi
35,6%. Namun prevalensi balita pendek kembali meningkat pada tahun 2013
yaitu menjadi 37,2%. Prevalensi balita pendek selanjutnya akan diperoleh dari
hasil Riskesdas tahun 2018 yang juga menjadi ukuran keberhasilan program
yang sudah diupayakan oleh pemerintah.

Prevalensi Balita Pendek di Indonesia Tahun 2007-2013

Survei PSG diselenggarakan sebagai monitoring dan evaluasi kegiatan dan


capaian program.
Berdasarkan hasil PSG tahun 2015, prevalensi balita pendek di Indonesia adalah
29%. Angka ini mengalami penurunan pada tahun 2016 menjadi 27,5%. Namun
prevalensi balita pendek kembali meningkat menjadi 29,6% pada tahun 2017.

Prevalensi Balita Pendek di Indonesia Tahun 2015-2017

8
Prevalensi balita sangat pendek dan pendek usia 0-59 bulan di Indonesia
tahun 2017 adalah 9,8% dan 19,8%. Kondisi ini meningkat dari tahun
sebelumnya yaitu prevalensi balita sangat pendek sebesar 8,5% dan balita
pendek sebesar 19%.

Situasi Ibu dan Calon Ibu


Kondisi kesehatan dan gizi ibu sebelum dan saat kehamilan serta setelah
persalinan mempengaruhi pertumbuhan janin dan risiko terjadinya stunting.
Faktor lainnya pada ibu yang mempengaruhi adalah postur tubuh ibu (pendek),
jarak kehamilan yang terlalu dekat, ibu yang masih remaja, serta asupan nutrisi
yang kurang pada saat kehamilan. Dari data Riskesdas tahun 2013, diketahui
proporsi kehamilan pada remaja usia 10-14 tahun sebesar 0,02% dan usia 15-19
tahun sebesar 1,97%. Proporsi kehamilan pada remaja lebih banyak terdapat di
perdesaan daripada perkotaan.

Proporsi Kehamilan pada Remaja Menurut Daerah Tempat Tinggal di Indonesia


Tahun 2013

Kondisi ibu sebelum masa kehamilan baik postur tubuh (berat badan dan
tinggi badan) dan gizi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
terjadinya stunting. Remaja putri sebagai calon ibu di masa depan seharusnya
memiliki status gizi yang baik. Pada tahun 2017, persentase remaja putri dengan
kondisi pendek dan sangat pendek meningkat dari tahun sebelumnya, yaitu
7,9% sangat pendek dan 27,6% pendek.

9
Persentase Remaja Putri dengan Status Gizi Pendek dan Sangat Pendek di
Indonesia Tahun 2017

Angka stunting atau kekerdilan pada bayi di bawah lima tahun akibat gizi buruk mengalami
penurunan menjadi 30,8 persen. Angka itu menurun sekitar 6,4 persen dari lima tahun sebelumnya,
hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) 2017, angka kekerdilan pada anak berada di angka 27 persen.
Namun, PSG hanya menggunakan sampel dalam lingkup yang lebih kecil.elumnya. Penurunan angka
stunting tersebut didapat dari hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2018.

c. Penyebab Stunting

Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya Stunting pada anak yaitu diantaranya:

1. Asupan Nutrisi Ibu Penyebab stunting yang pertama dipengaruhi oleh asupan nutrisi ibu hamil.
Ibu hamil yang kurang mengonsumsi makanan bergizi seperti asam folat, protein, kalsium, zat
besi, dan omega-3 cenderung melahirkan anak dengan kondisi kurang gizi. Kemudian saat lahir,
anak tidak mendapat ASI eksklusif dalam jumlah yang cukup dan MPASI dengan gizi yang
seimbang ketika berusia 6 bulan ke atas.

2. Kurangnya Asupan Makanan Sehat dan Bergizi sebagai Makanan Pendamping ASI
Pemberian makanan pendamping yang tidak cukup dan kekurangan nutrisi penting di samping
asupan kalori murni adalah salah satu penyebab pertumbuhan pada anak terhambat. Anak-anak
perlu diberi makanan yang memenuhi persyaratan minimum dalam hal frekuensi dan keragaman
makanan untuk mencegah kekurangan gizi.

3. Kebersihan Lingkungan Penyakit-penyakit yang berulang seperti diare dan infeksi cacing usus
(helminthiasis) yang keduanya terkait dengan sanitasi yang buruk telah terbukti berkontribusi
terhadap terhambatnya petumbuhan anak. Enviromental enterophaty adalah infeksi usus halus
pada anak yang disebabkan oleh sanitasi yang buruk. Infeksi kronis yang terjadi akibat
lingkungan yang kotor dan sanitasi buruk menyebabkan fungsi usus halus terganggu yang tentu
akan berpengaruh pada terhambatnya penyerapan protein dan vitamin yang dikonsumsi.

d. Pencegahan stunting pada Anak

10
Pemerintah sudah mengupayakan sosialisasi terhadap masyarakat untuk meminimalisir
terjadinya Stunting yang diantaranya:
1. Memperbaiki pola makan dan mencukupi kebutuhan gizi selama kehamilan.
2. Memperbanyak konsumsi makanan yang mengandung zat besi dan asam folat untuk
mencegah cacat tabung saraf.
3. Memastikan anak mendapat asupan gizi yang baik khususnya pada masa kehamilan hingga
usia 1000 hari anak.
4. Selain itu stunting adalah gangguan yang juga dapat dicegah dengan meningkatkan
kebersihan lingkungan dan meningkatkan akses air bersih di lingkungan rumah.

TEORI DAN ANALISIS


Berdasarkan masalah sosial yang sudah dipaparkan sebelumnya ini berhubungan dengan salah
satu teori masalah sosial yaitu Teori Fungsionalitas yang menyatakan pendapat bahwa: Semua bagian
dalam masyarakat punya fungsi masing-masing. Semua bagian masyarakat tersebut saling
bekerjasama untuk membangun tatanan sosial yang stabil dan harmonis. Jika dalam masyarakat ada
satu elmen yang tidak mengerjakan tugas fungsi nya dengan baik, maka akan timbul kesenjangan atau
ketidakteraturan di lingkup sosial, dari ketidakaturan itu maka akan menimbulkan masalah sosial. Dan
ini tergolong dalam kelompok Patologi sosial yang mengatakan: Permasalahan sosial diibaratkan
sebagai penyakit dalam diri manusia. Penyakit tersebut ada karena ada salah satu bagian tubuh tidak
mampu bekerja dengan baik sesuai dengan fungsinya. Yang berarti pada kasus ini Kekurangan gizi
yang mengakibatkan penyakit Stunting, disebabkan oleh hilangnya salah satu atau beberapa syarat
kebutuhan hidup manusia yang mana ini sangatlah berpengaruh pada keberfungsian sosialnya dan
mengurangi kesejahteraan dalam masyarakat. Lantas penanganan pemerintah tidak akan benar-benar
mampu mengatasi permasalahan sosial ini, karena masayarakatlah yang berperan penting dalam
memasyarakatkan itu sendiri. Yang artinya pemerintah dan masyarakat harus saling bersinergi,
Bersama-sama menanggulangi permasalahan tersebut dan harus adanya peningkatan Empati, Simpati,
Gotong Royong dari masyarakat itu sendiri terhadap sekitarnya pasti akan mempermudah dan
mengakselerasikan peningkatan taraf kesejahteraan Warga itu sendiri.

KESIMPULAN
Dalam memecahkan suatu permasalahan sosial kita harus mengacu pada salah satu atau
beberapa Teori, dimana ini akan mempermudah kita khususnya sebagai pekerja sosial untuk
mengklasifikasikan masalah sosial yang terjadi. Sehingga akan memudahkan dalam perencanaan
terhadap solusi masalah sosial itu sendiri, tidak hanya teori saja melainkan pekerja sosial harus
mempunyai softskill yang mumpuni seperti dalam hal Komunikasi, Empati dan Simpati, dan peka
terhadap permasalahan sosial yang terjadi di dalam masyarakat. Intervensi pekerja sosial dan
pemerintah terhadap gejala sosial yang terjadi masyarakat akan menjadi efektif san efisien jika dalam
masayakat itu sendiri mempunyai pengetahuan dan skill yang mumpuni, kita harus bisa meningkatkan
kesadaran masyarakat akan pentingnya Pendidikan karena sifatnya luas dan berguna bagi
keberfungsian sosial mereka .

11

Anda mungkin juga menyukai