Hukum pidana adat sangat dipengaruhi dengan agama yang dipeluk oleh mayoritas
penduduk, pada umumnya hukum adat tidak berupa tulisan. Aturan-aturan mengenai
hukum pidana ada karena dijaga secara turun-temurun melalui cerita, atau pelaksanaan
hukum pidana yang ada diwilayah tersebut. Namun dibeberapa wilayah adat nusantara,
hukum adat juga ada yang terjaga dalam bentuk tertulis, sehingga dapat dibaca oleh
khalayak umum. Sebagai contoh dikenal adanya Kitab Kuntara Raja Niti yang berisi
hukum adat Lampung, Simbur Tjahja yang berisi hukum adat Sumatra Selatan dan
Kitab Adigama yang berisi hukum adat Bali.
Maka dengan begitu kekuasaan Raja Belanda terhadap daerah jajahan di Indonesia
berkurang. Peraturan-peraturan yang menata daerah jajahan tidak semata-mata di
tetapkan raja dengan Koninklijk Besluit, namun harus melalui mekanisme
perundang-undangan ditingkat parlemen.
4. Masa Indische Staatregeling ( 1926 – 1942 )
Indische staatregeling ( IS ) adalah pembaharuan dari RR yang mulai berlaku sejak 1
januari 1926 dengan diundangkannya melalui staatblad Nomor 415 tahun 1925. Pada
masa ini, sistem hukum di Indonesia semakin jelas khususnya dalam pasal 131 Jo.
Pasal 163 IS yang menyebutkan pembagian golongan penduduk Indonesia beserta
hukum yang berlaku. Dengan dasar ini maka hukum pidana Belanda ( Wetboek van
Strafrecht voor Netherlands Indie ) tetap diberlakukan kepada seluruh penduduk
Indonesia. Pasal 131 Jo. Pasal 163 IS ini mempertegas pemberlakuan hukum pidana
Belanda semenjak di berlakukan 1 januari 1918.
5. Masa Pendudukan Jepang ( 1942 – 1945 )
Pada masa pendudukan Jepang selama 3,5 tahun, pada hakekatnya hukum pidana
yang berlaku diwilayah Indonesia tidak mengalami perubahan yang signifikan.
Pemerintahan bala tentara Jepang memberlakukan kembali peraturan jaman Belanda
dahulu.
Pada masa ini, Indonesia telah mengenal dualisme hukum pidana karena wilayah
Hindia Belanda dibagi menjadi dua bagian wilayah dengan penguasaan militer yang
tidak saling membawahi.
Masa Setelah Kemerdekaan
Masa pemberlakuan hukum pidana di Indonesia setelah proklamasi kemerdekaan 17
Agustus 1945, dibagi menjadi 4 masa sebagaimana sejarah dalam tata hukum
Indonesia yang didasarkan pada berlakunya empat konstitusi Indonesia
yaitu pertama masa pasca kemerdekaan dengan konstitusi UUD 1945 kedua masa
setelah Indonesia menggunakan konstitusi negara serikat ( konstitusi RIS ) ketigamasa
Indonesia menggunakan konstitusi sementara (UUDS 1950 ) dan keempat masa
Indonesia kembali kepada UUD 1945.
Dan juga ada beberapa Undang-undang yang mengatur tindak pidana khusus yang
dibuat setelah kemerdekaan antara lain :
Macam-Macam Pidana
Hukuman yang dapat dijatuhkan terhadap seseorang yang telah bersalah melanggar
ketentuan-ketentuan dalam undang-undang hukum pidana, dalam Pasal 10 KUHP
ditentukan macam-macam hukuman yang dapat dijatuhkan, sebagai berikut:
Hukuman mati, hukuman mati adalah hukuman yang paling berat untuk seorang
yang melanggar hukum .
Hukuman penjara, yaitu masa tahanannya 1 tahun sampai waktu yang sudah
ditentukan oleh hakim .
Hukuman kurungan, hukuman ini kondisinya tidak seberat hukuman penjara
karena masa tahanannya hanya 1 hari sampai 12 bulan .
Hukuman denda, Dalam hal ini terpidana boleh memilih sendiri antara denda
dengan kurungan. Jika tidak bisa bayar dendanya diganti masa tahanan
ditambah 1/3 .
Hukuman tutupan, hukuman ini untuk para tahanan politik terhadap orang-orang
yang telah melakukan kejahatan yang diancam dengan hukuman penjara oleh
KUHP.
Hukuman Tambahan Hukuman tambahan tidak dapat dijatuhkan secara
tersendiri melainkan harus disertakan hukuman pokok, hukuman tambahan
tersebut antara lain:
Saat itu untuk penduduk Indonesia dibuatlah kitab undang-undang Hukum Pidana sendiri-
sendiri yaitu: 1. Wothoe Straftracht Voor Nederlandsch India untuk golongan Eropa
kejahatan-kejahatan saja. 2. Wethoek Van Straftrech Voor Nederlandsch India’ untuk
penduduk golongan Indonesia dan Timur Asing berisi kejahatan-kejahatan saja.
3. Algemene Politie Srafreglement’ untuk penduduk golongan Eropa berisi pelanggaran-
pelanggaran saja, dan 4. Algemene Politie Strfregment’untuk penduduk Indonesia dan
Timur Asing berisi pelanggaran-pelanggaran saja. Keempat buku ini diganti kitab undang-
undang Hukum Pidana (Wethoek van Strftrech voor Nederlanszh Indie) yang mulai berlaku
1 Januari 1918.