Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengetahuan Menurut Notoadmodjo (2012) pengetahuan adalah hasil dari tahu
terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.
Penginderaan tersebut terjadi melalui indera penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa, dan raba. Semakin banyak informasi yang didapatkan maka mempengaruhi atau
menambah pengetahuan seseorang, dengan pengetahuan menimbulkan kesadaran
yang akhirnya seseorang akan berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang
dimilikinya.
Pendidikan kesehatan merupakan suatu cara penunjang program-program
kesehatan yang dapat menghasilkan perubahan dan peningkatan pengetahuan dalam
waktu yang pendek. Konsep pendidikan kesehatan merupakan proses belajar pada
individu, kelompok atau masyarakat dari tidak tahu tentang nilai-nilai kesehatan
menjadi tahu, dari tidak mampu mengatasi masalah kesehatan menjadi mampu
(Notoatmodjo, 2007a).

Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) merupakan cerminan pola hidup
keluaraga yang senangtiasa memperhatikan dan menjaga kesehatan seluruh anggota
keluarga. PHBS Rumah Tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah
tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat
serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyatakat (Rahmawati &
Proverawati, 2012).
Salah satu misi pembangunan kesehatan di Indonesia adalah menggerakkan
dan memberdayakan masyarakat untuk ber-Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Pembangunan kesehatan pada periode 2015-2019 adalah Program Indonesia Sehat
dengan sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui
melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan
perlindungan finansial dan pemeratan pelayanan kesehatan, berdasarkan data dari
kemenkes presentase rumah tangga ber-PHBS pada tahun 2015 mencapai 32.2% dari
sasaran 70% pada tahun 2019 (Kemenkes RI, 2014).
Kebijakan Nasional tentang promosi kesehatan telah menetapkan Visi Nasional
Promosi Kesehatan sesuai Keputusan Menteri Kesehatan RI.
No.1193/MENKES/SK/X/2004 yaitu “Perilaku Hidup Bersih dan Sehat 2010”
(Depkes RI, 2010). Kementrian Kesehatan telah mencanangkan Gerakan
Pembangunan Berwawasan Kesehatan yang dilandasi paradigma sehat. Sedangkan
menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dimulai sejak tahun 2007 yang
berisi tentang indikator untuk mencapai target Millenium Development Goals (MDGs)
yaitu kesehatan lingkungan yang berhubungan dengan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS) yang terkait dengan perilaku hidup sehat memilki program antara lain:
1) air minum, 2) sanitasi layak, 3) perilaku hidup bersih dan sehat, dan 4)
penyelenggaraan kabupaten/kota yang sehat (Kemenkes, 2014).
Dalam Peraturan Kementrian Kesehatan tentang Rencana Strategis Kementrian
Kesehatan Tahun 2015-2019 menetapkan target perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS) sebesar 80%. Persentase rumah tangga yang mempraktikkan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat tahun 2011 sebesar 53,9%, tahun 2012 sebesar 56,5% dan tahun
2013 sebesar 55,0% maka pencapaian PHBS tersebut masih jauh dari target yang
telah ditetapkan pemerintah. Pencapaian target ini dikarenakan kurang maksimalnya
pelaksanaan pelayanan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat serta
kurangnya tenaga promosi keehatan dalam melaksanakan program PHBS.
Hasil Riskesdas Tahun 2018 ada tiga indikator GERMAS yang juga ada pada
indikator PHBS yang masih menjadi masalah dan belum menunjukan perbaikan
dibanding Riskesdas Tahun 2013. Indikator pertama yaitu prevalensi merokok pada
penduduk umur 10-18 tahun sebesar 9,1%, mengalami kenaikan dibanding Riskesdas
Tahun 2013 sebesar 7,2%. Indikator kedua adalah proporsi aktivitas fisik kurang pada
3 penduduk umur ≥ 10 tahun rata-rata Nasional sebesar 33,5%, dimana rata-rata
daerah Sumbar sebesar 39%. Indikator ketiga adalah proporsi konsumsi buah/sayur
kurang pada penduduk umur ≥ 25 tahun rata-rata Nasional sebesar 95,5%, dimana
daerah Sumbar sebesar 98%.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Kabupaten Boyolali sedang
gencar dilakukan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Boyolali. Salah satu yang sedang
dikampanyekan yakni melalui Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) oleh Dinas
Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Boyolali. Melalui gerakan ini, diharapkan dapat
membudayakan hidup sehat bagi masyarakat Boyolali.
Hal tersebut disampaikan Kepala Dinkes Kabupaten Boyolali, Ratri Survival
Lina, S.Km.M.Kes. Pada Selasa (1/10/2019) dalam acara Evaluasi Pelaksana Terbaik
PHBS Tatanan Rumah Tangga Tingkat Provinsi Jawa Tengah Tahun 2019. Digelar di
halaman Kantor Kepala Desa Metuk; Kecamatan Mojosongo, kegiatan PHBS
mendapatkan respon yang positif masyarakat. Respon yang luar biasa ini ditangkap
oleh tim evaluasi PHBS tingkat Provinsi Jawa Tengah untuk diberi suatu
penghargaan. Mereka kita usulkan untuk mengikuti penilaian dan saat ini sudah
masuk ke dalam enam besar pelaksaan PHBS terbaik se Provinsi Jawa Tengah,
ungkap Lina.
Hal senada juga disampaikan Ketua Tim Penilai PHBS Tingkat Provinsi Jawa
Tengah, Rita Ultrajani,S.Km.M.Kes. Pihaknya melakukan evaluasi langsung ke
lapangan guna melihat implementasi PHBS di Kabupaten Boyolali sampai ke tingkat
paling bawah atau grass root. Ini merupakan evaluasi yang secara bertahap mulai
evaluasi dari sisi RT masuk RW kemudian masuk di desa. Desa masuk ke kecamatan,
kemudian masuk ke kabupaten, kabupaten masuk provinsi, ujarnya.
Ibu Rita Ultrajani,S.Km.M.Kes. Menyatakan bahwa Kabupaten Boyolali masuk
dalam enam besar penilaian PHBS Provinsi Jawa Tengah dengan melihat beberapa
indikator. Dari 16 indikator yang harus terpenuhi, Kabupaten Boyolali terbukti sudah
melengkapi beberapa indikator. Antara lain yakni Rumah Tangga yang membuang
sampah pada tempatnya, Rumah Tangga yang mencuci tangan dengan sabun, dan ibu
hamil yang memeriksakan kehamilannya minimal empat kali selama masa kehamilan.
16 standar (indikator-red)  ini adalah salah satunya cuci tangan, tidak merokok,
perilaku hidup bersih dengan PHBS, dan masih banyak lagi.
Bupati Boyolali, Seno Samodro yang turut hadir mengungkapkan rasa bangga
karena Kabupaten Boyolali masuk dalam enam besar penilaian PHBS tingkat Provinsi
Jawa Tengah.Yang utama, Germasnya sukses, terang Bupati Seno singkat. (Tim
Liputan Diskominfo Kabupaten Boyolali).

Desa Metuk adalah salah satu nama desa atau kelurahan yang merupakan bagian
dari kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali. Daerah ini dulu pernah
dijadikan based camp perjuangan Tentara Pelajar pada saat perang melawan Belanda.
Desa Metuk memiliki jenis tanah yang pada umumnya termasuk aluvial, jenis tanah
ini cukup sesuai untuk kegiatan pertanian. Desa Metuk dikenal sebagai sentra
penghasil pertanian, banyak warga desa ini yang bertani. Diantaranya bertani jagung,
aglonema (sejenis tanaman hias), padi, sampai kedelai (tahu dan tempe).

Tahun 2018, desa Metuk terpilih menjadi salah satu desa Gerakan Masyarakat
Hidup Sehat (GERMAS) progam Kabupaten Boyolali untuk meningkatkan derajad
kesehatan masyarakat di Boyolali.Dengan program GERMAS yaitu menjalankan
perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Pada tahun 2019, desa metuk menang
menjadi juara 1 lomba desa PHBS tingkat provinsi Jawa Tengah.

Pendidikan kesehatan dapat berperan untuk merubah perilaku individu,


kelompok dan masyarakat sesuai dengan nilai-nilai kesehatan. Perubahan perilaku
yang diharapakan adalah dapat memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah
risiko terjadinya sakit, melindungi diri dari ancaman penyakit, serta berpartisipasi
aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat sehingga perubahan perilaku merupakan
hasil dari pendidikan kesehatan. Dengan diberikan informasi melalui pendidikan
kesehatan, pengetahuan akan meningkat.(Notoatmodjo, 2007). Salah satu perilaku
yang berkaitan dengan masyarakat desa Metuk adalah PHBS.

Dari keterangan tersebut diatas, penulis tertarik untuk mengetahui pengaruh


pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan masyarakat tentang perilaku hidup bersih
dan sehat (PHBS) di Desa Metuk.

B. Rumusan Masalah
Adakah pengaruh pendidikan Kesehatan terhadap pengetahuan tentang Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada masyarakat di Desa Metuk?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan
masyarakat tentang PHBS di Desa Metuk.
2. Tujuan Khusus
a. Mendiskripsikan pengetahuan PHBS sebelum diberikan pendidikan kesehatan
b. Mendiskripsikan pengetahuan PHBS sesudah diberi pendidikan kesehatan
c. Menganalisis pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan
masyarakat tentang PHBS
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi ilmiah mengenai
Pengaruh Pemberian Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat Pengetahuan
Masyarakat tentang PHBS di Desa Metuk, serta dapat menjadi masukan untuk
memperluas wawsan mahasiswa.
2. Manfaat praktis
a. Bagi Puskesmas Mojosongo
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk
lebih menanamkan pola perilaku hidup bersih dan sehat agar terhindar dari
penyakit yang berhubungan dengan rendahnya PHBS.
b. Bagi masyarakat Desa Metuk
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi menambah pengetahuan dan
memberikan motivasi bagi masyarakat untuk menerapkan pengetahuan PHBS
agar dapat lebih meningkatkan kebersihan dan kesehatan masyarakat, sehingga
terhindar dari penyakit akibat rendahnya PHBS dan meningkatkan derajad
kesehatan masyarakat di Desa Metuk.
c. Bagi peneliti lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai pengetahuan dan menjadi sumber
informasi dalam pengembangan ilmu keperawatan yang selanjutnya.

E. Keaslian penelitian
1. Penelitian sebelumnya serupa dengan rencana penelitian ini adalah penelitian
yang dilakukan oleh DEWI, Nur Annisa Alviana (2016) “Pengaruh Pendidikan
Kesehatan Tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Dengan Metode
Ceramah Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Pada Anak Panti Asuhan Keluarga
Yatim Muhammadiyah Universitas Muhammadiyah Surakarta” metode yang
digunakan metode pre eksperimental with control group yang dilengkapi dengan
pendekatan kuantitatif. Penelitian ini menggunakan kuisioner sebagai instrumen
penelitian. Populasi penelitian ini adalah anak-anak PAKYM Surakarta sebanyak
46 anak. Pembagian sampel menggunakan Random Sampling dengan pembagian
kelompok eksperimen 23 anak dan kelompok kontrol 23 anak. Analisa data yang
digunakan adalah analisa bivariat Uji Paired Sample T test. Hasil penelitian
membuktikan bahwa tidak ada pengaruh ceramah pendidikan kesehatan terhadap
pengetahuan (p=0,426) dan sikap (p=0,492) tentang PHBS pada anak-anak
PAKYM Surakarta.
2. Penelitian sebelumnya serupa dengan rencana penelitian ini dilakukan oleh Erik
F. Poluakan, Nova H. Kapantow, Rahayu H. Akili (2013) “Hubungan Antara
Pengetahuan Dan Sikap Dengan Tindakan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Pada
Pelajar Sd Gmim 1 Tumpaan Kecamatan Tumpaan Kabupaten Minahasa Selatan”
Penelitian ini merupakan Jenis Penelitian survei analitik dengan pendekatan Cross
Sectional yang di lakukan pada bulan Oktober - Desember. Populasi penelitian ini
adalah pelajar kelas IV, V, dan VI di SD Gmim 1 Tumpaan dengan jumlah sampel
sebanyak 72 Pelajar. Uji statistik yang digunakan untuk menganalisis data adalah
uji Chi-Square. Dari hasil penelitian diperoleh nilai p adalah 0,005 untuk
Pengetahuan dengan Tindakan PHBS Sekolah, Hal ini menujukkan bahwa
terdapat hubungan antara pengetahuan dengan tindakan PHBS Sekolah.,dan nilai
p 0,17 untuk Sikap dengan Tindakan PHBS Sekolah. Hal ini menunjukkan bahwa
terdapat hubungan antara sikap dengan tindakan PHBS Sekolah. Perlunya pihak
sekolah dapat menambahkan salah satu mata pelajaran mengenai PHBS agar dapat
meningkatkan derajat kesehatan pada pelajar.
Persamaan rencana penelitian ini dengan kedua penelitian diatas adalah tema
penelitian, yaitu PHBS. Penelitian pertama dengan rencana penelitian ini juga
mempunyai variabel dependen dan independen yang sama, yaitu pengetahuan dan
pendidikan kesehatan.
Perbedaan rencana penelitian ini dengan penelitian pertama adalah di variabel
dependen, di mana variabel dependen yang kedua dari penelitian pertama adalah
sikap. Selain itu, rencana penelitian ini akan dilakukan dalam waktu, subyek
penelitian serta analisis data yang berbeda dengan kedua penelitian di atas. Jadi
rencana penelitian ini bisa dilaksanakan karena bukan duplikasi dari kedua penelitian
di atas.
DAFTAR PUSTAKA

Indonesia Sehat 2010, Depkes RI, Jakarta.


Rahmawati, E. Proverawati A. 2012. Perlika Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Yogyakarta: Nuha Medika
Kemenkes RI, 2014. Profil Kesehatan Indonesia 2014, Jakarta: Kementrian Kesehatan
RI
Posted on: 01 Oct 2019 Oleh  Web Admin(Profil boyolali)
http://bkp2d.boyolali.go.id/sdetail/10777/boyolali-masuk-enam-besar-penilaian.
Nursalam. (2011). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.
Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S.2007. Ilmu perilaku kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Nursalam, dan Siti Pariani. 2010. Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan.
CV. Agung Seto. Jakarta.
Notoatmodjo, S. (2007a). Kesehatan masyarakat
ilmu dan seni. Jakarta: Rineka Cipta.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori

1. Pendidikan

a. Pengertian Pendidikan
Dalam kajian dan pemikiran tentang pendidikan terlebih dahulu perlu
diketahui dua istilah yang hampir sama bentuknya dan sering digunakan
dalam dunia pendidikan, yaitu pedagogi dan paedagogik. Pedagogi berarti
pendidikan, sedangkan paeda artinya ilmu pendidikan. Pedagogic atau
ilmu pendidikan ialah yang menyelidiki, merenung tentang gejala-gejala
perbuatan mendidik. Istilah ini berasal dan kata Pedagogia (Yunani) yang
berarti pergaulan dengan anak-anak. Sedangkan,yang sering mengguankan
istilah paidagogos adalah seorang pelayan (bujang) pada zaman Yunani
Kuno, yang pekerjaannya megantar dan menjemput anak-anak ked an dari
sekolah. Paidagogos berasal dari kata paedos (anak) dan agage (saya
membimbing, memimpin). (Muhammad Anwar, 2017)
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara. (UU RI No. 20, Tentang Sisdiknes, 2003).
b. Kegunaan/Manfaat
Pendidikan sesungguhnya memiliki peran yang sangat penting dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara, yakni dalam upaya menciptakan
sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan merupakan suatu
faktor kebutuhan dasar untuk setiap manusia, karena melalui pendidikan
upaya peningkatan kesejahteraan rakyat dapat diwujudkan. Pendidikan
mempengaruhi secara penuh pertumbuhan ekonomi suatu negara. Hal ini
bukan saja karena pendidikan akan berpengaruh terhadap produktivitas,
tetapi juga akan berpengaruh pada kemampuan masyarakat. Pendidikan
dapat menjadikan sumber daya manusia lebih cepat mengerti dan siap
dalam menghadapi perubahan dan pembangunan suatu negara.
Usaha-usaha yang dilakukan untuk menanamkan nilai-nilai dan norma-
norma tersebut, serta mewariskannya kepada generasi berikutnya untuk
dikembangkan dalam hidup dan kehidupan yang terjadi dalam suatu proses
pendidikan. Karena itu, bagaimana pun peradaban suatu masyarakat, di
dalamnya berlangsung dan terjadi suatu proses pendidikan sebagai usaha
manusia untuk melestarikan hidupnya. (Muhammad Anwar, 2017)
c. Jenis Pendidikan
Tujuan Pendidikan Nasional dapat diperoleh melalui pendidikan formal,
informal dan non formal. Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 tentang
Sisdiknas penyelenggaraan pendidikan dapat diselenggarakan melalui jalur
pendidikan formal dan non formal. Jalur pendidikan formal
diselenggarakan di sekolah, sedangkan jalur pendidikan informal dan
nonformal diselenggarakan di lingkungan keluarga dan masyarakat.
Artinya manusia dapat belajar dirumah dan penyelenggaraan pendidikan
dapat dilaksanakan di masyarakat.
1) Pendidikan formal
Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan
berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan tinggi.
Contoh pendidikan formal (SD, SMP, SMA, PERGURUAN
TINGGI)
2) Pendidikan Non Formal
Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan
formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.
a) Karakteristik Pendidikan non formal menurut Abdulhak,
Ishak. & Suprayogi, (2012).
Pendidikan non formal memiliki ciri-ciri yang berbeda dari
pendidikan sekolah. Namun keduannya pendidikan tersebut
saling menunjang dan melengkapi. Dengan meninjau sejarah
dan banyaknya aktivitas yang dilaksanakan, pendidikan non
formal memiliki cirri-ciri sebagai berikut:
1) Bertujuan untuk memperoleh keterampilan yang segera
akan dipergunakan. Pendidikan non formal menekankan
pada belajar yang fungsional yang sesuai dengan kebutuhan
dalam kehidupan peserta didik.
2) Berpusat pada peserta didik. Dalam pendidikan non formal
dan belajar mandiri, peserta didik adalah pengambilan
inisiatif dan mengkontrol kegiatan belajarnya.
3) Waktu penyelenggaraannya relative singkat, dan pada
umumnya tidak berkesinambungan.
4) Menggunakan kurikulum kafetaria. Kurikulum bersifat
fleksibel, dapat dimusyawarahkan secara terbuka, dan
banyak ditentukan oleh peerta didik.
5) Menggunakan metode pembelajaran yang partisipatif,
dengan penekanan pada elajar mandiri.
6) Hubungan pendidik dengan peserta didik bersifat mendatar.
Pendidik adalah fasilitator bukan menggurui. Hubungan
diantara kedua pihak bersifat informal dan akrab., peserta
didik memandang fasilitator sebagai narasumber dan bukan
sebagai instruktur.
7) Penggunaan sumber-sumber local. Mengingat sumber-
sumber untuk pendidikan sangat langka, maka diusahakan
sumber-sumber local digunakan seoptimal mungkin.
b) Jenis dan Isi Pendidikan non formal
Jenis dan isi pendidikan non formal pada dasarnya
bergantung pada kebutuhan pendidikan.
1. Jenis pendidikan non formal berdasarkan fungsinya
adalah:
a. Pendidikan Keaksaraan
Jenis program pendidikan keaksaraan, ia
berhubungan dengan populasi sasaran yang
belum dapat membaca-menulis. Target
pendidikannya dari program pendidikan
keaksaraan ini adalah terbebasnya populasi
sasaran dari buta baca, buta tulis, buta bahasa
Indonesia, dab buta pengetahuan umum.
b. Pendidikan Vokasional
Jenis program pendidikan vakasioanal
berhubungan dengan populasi sasaran yang
mempunyai hambatan di dalam pengetahuan dan
keterampilannya guna kepentingan bekerja atau
mencari nafkah. Target pendidikannya dari
program pendidikan vakasional ini adalah
terbebasnya populasi sasaran dari ketidaktahuan
atau kekurang mampuannya didalam pekerjaan-
pekerjaan yang sedang atau akan dimasukinya.
c. Pendidikan Kader
Jenis program pendidikan kader berhubungan
dengan populasi sasaran yang sedang atau bakal
memangku jabatan kepemimpinan atau
pengelola dari suatu bidang usaha di
masyarakat, baik bidang usaha bidang social-
ekonomi maupun social-budaya. Jenis
pendidikan ini diharapkan hadir tokoh atau
kader pemimpin dan pengelola dari kelompok-
kelompok usaha yang tersebar di masyarakat.
d. Pendidikan Umum dan Penyuluhan
Jenis program pendidikan ini berhubungan
dengan berbagai variable populasi sasaran,
target pendidikannya terbatas pada pemahaman
dan menjadi lebih sadar terhadap sesuatu hal.
Lingkup geraknya bisa sangat luas dari soal
keagamaan, kenegaraan, kesehatan, lingkungan
hukum dan lainnya.
e. Pendidikan Penyegaran Jiwa-raga
Jenis program pendidikannya ini berkaitan
dengan pengisian waktu luang, pengembangan
minat atau bakat serta hobi.
3) Pendidikan Informal
Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan
formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.

2. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat


a.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar,Muhammad.2017. Filsafat Penelitian.Jakarta:Kencana
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional
Ishak Abdulhak, Ugi Suprayogi, Penelitian Tindakan Dalam Pendidikan Non
Formal.Jakarta: PT RajaGrafindo Pustaka. 2012

Anda mungkin juga menyukai