Bab Iv Soka
Bab Iv Soka
PEMBAHASAN
dalam (laporan) yang berkaitan dengan keadaan pasien. Operan jaga harus dilakukan
seefektif mungkin dengan menjelaskan secara singkat, jelas, dan lengkap tentang
tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan atau belum dan
perkembangan pasien saat itu. Informasi yang disampaikan harus akurat sehingga
jawab) dinas sore atau malam secara tertulis dan lisan. Manfaat operan jaga bagi
perkembangan pasien secara paripurna. Manfaat operan jaga bagi pasien adalah
pasien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila ada yang belum terungkap
1. Implementasi
36
a. Menyusun naskah akademik dan petunjuk atau pedoman (SPO)
operan jaga
b. Membuat video tentang operan jaga
c. Seminar penayangan video operan jaga
d. Membuat program rencana mingguan supervisi
e. Pembuatan nama PPJP, PP untuk setiap pergantian shift di setiap
kamar pasien.
f. Role model.
2. RTL
a. Menerapkan pedoman (SPO) operan jaga
b. Memonitoring penerapan SPO operan jaga
c. Mengevaluasi penerapan SPO operan jaga
d. Rekomendasi penambahan tenagga kerja
e. Peningkatan jenjang pendidikan pegawai lebih tinggi
ALASAN:
Penerapan SPO belum dapat dilkasnakan karena masih dalam bentuk naskah
akademik dan belum di sahkan oleh pihak rumah sakit. Diharapkan dapat di tindak
lanjuti oleh pihak rumah sakit dan untuk mahasiswa stase manajemn selajutnya.
3. EVALUASI
a. Kajian Data
Tabel 4.1
Lembar Observasi Pelaksanaan Operan Jaga di Ruang Prabu Siliwangi
RSUD Gunung Jati Cirebon Tahun 2016
Responden Jumlah
No Opsi Pengkajian (perawat)
a b c d e f
Dilakukan kunjungan singkat ke √ √ √ √ √ √ 6
1 setiap kamar pasien diikuti oleh
seluruh peserta timbang terima tugas
Dilakukan komunikasi antar perawat √ √ √ √ √ √ 6
pemberi tanggung jawab dengan
2 perawat penerima tanggung jawab
yang dilakukan didepan pasien
dengan suara pelan atau tidak rebut
37
Perawat memberi tanggung jawab √ √ √ √ √ √ 6
menyebutkan identitas pasien,
3 diagnosa keperawatan, tindakan
keperawatan yang telah dilakukan
berserta waktu pelaksanaanya
Menginformasikan jenis dan waktu √ - √ √ √ √ 5
4 rencana tindakan keperawatan yang -
belum dilakukan _
Menyebutkan perkembangan kondisi √ √ √ √ √ √ 6
5
pasien yang ada selama shif
Menginformasikan pendidikan _ _ √ √ √ - 3
6 kesehatan yang telah dilakukan (bila _
ada)
Mengevaluasi hasil tindakan √ √ √ √ √ √ 6
7
keperawatan
Menyebutkan terapi dan tindakan √ √ √ √ √ √ 6
8 medis berserta waktunya yang telah
dilakukan selama shif
Menyebutkan tindakan medis yang √ √ √ √ √ √ 6
9
belum dilakukan selama shif
Perawat memperkenalkan diri kepada √ _ _ √ √ √ 4
pasien atau keluarga, menyampaikan
adanya pengalihan petugas jaga
a. Menanyakan keluhan pasien √ √ √ √ √ √ 6
b. Menanyakan tentang eliminasi
pasien √ √ √ _ _ √ 4
c. Menanyakan tentang
kenyamanan posisi pasien
d. Menanyakan tentang hal-hal √ √ √ √ √ √ 6
yang masih di butuhkan pasien
sebelum perawat pergi
√ √ √ √ √ √ 6
38
Perhitungan : 90 %
Kategori :
Baik : > 75%
Cukup : 60-75%
Kurang : < 60%
4. Analisa data
Berdasarkan tabel diatas dapat terlihat bahwa hasil evaluasi rata-rata pelaksanaan
operan jaga di Ruang Prabu Siliwangi RSUD Gunung Jati Cirebon termasuk dalam
pelaksanaan operan jaga sebelumnya dalam kategori kurang yaitu sebesar dimana
5. Dukungan
Perawat dapat berkerjasama dengan baik, namun perlu di tingkatkan untuk operan
jaga tentang diagnosa keperawatan dan penerapan 4P saat operan jaga. Selain
dukungan dari perawat kelompok juga mendapat dukungan dari kepala ruang (Hj.
B. Supervisi
1. Kajian teori
Era globalisasi dapat memberikan dampak positif bagi setiap profesi kesehatan
kesehatan secra professional. Sejalan dengan hal tersebut tuntutan masyarakan akan
39
disamping fasilitas yang sesuai dengan harapan masyarakat agar playanan
keperawatan sesuai dengan harapan konsumen dan memenuhi standar yang berlaku
keperawatn dan merupakan cara yang tepat untuk menjaga mutu pelayanan
yaitu fair, feed bac, follow uf, suvervisi merupakan ujung tombak tercapainya tujuan
2. Implementasi
a. Menyusun alur pelaksanaan supervisi
b. Menyusun format supervisi.
c. Membuat jadwal mingguan dan bulanan kepala ruangan untuk pelaksaan
suvervis
d. Pembuatan instrument supervisi.
e. Pengadaan papan jadwal supervisi
3. RTL
a. Penerapan progam pelaksanaan suvervisi
Alasan :
untuk penerapan dan pelaksanaan diharapkan mampu di implemntasikan oleh
40
2 Jadwal bulanan √ -
3 Format dokumentasi √ -
4 Instrument suvervisi √ -
Jumlah 4 0
Persentase 100%
Sumber : Hasil Observasi tanggal 11-23 April 2016 di Ruang prabu siliwangi
RSUD Gunung Jati Kota Cirebon.
Perhitungan : 88,57 %
Kategori :
Baik : > 75%
Cukup : 60-75%
Kurang : < 60%
5. Analisa data
Berdasarkan tabel 4.3 diatas dapat terlihat bahwa hasil evaluasi supervisi di
ruangan Prabu Siliwangi Rsud Gunung Jati Cirebon pada tanggal 25-27 april 2016
termasuk dalam kategori baik yaitu sebesar 100%. Dimana Kepela Ruangan sudah
tetap.
4. Dukungan
Pelaksanaan progam sangat di dukung oleh kepala ruangan dan perawat yang ada
di ruang prabu siliwangi, selain itu kepala ruangan dan CI selalu memberikan
masukan serta memberi bimbingan untuk pelaksaan program yang di ajukan oleh
mahasiswa.
41
Menurut Sofyandi (2008, hlm. 68), orientasi adalah pengenalan dan adaptasi
karena adanya sejumlah aspek khas yang muncul pada saat sesorang memasuki
lingkungan yang baru, antara lain : berupa kecemasan apakah ia diterima dalam
lingkungan yang baru, dan harapan yang tidak realistis karena tidak mempunyai
gambaran atau informasi yang jelas dan lengkap tentang lingkungan yang baru.
Untuk itu diperlukan proses sosialisasi supaya pasien dapat segera menyesuaikan diri
terasing, cemas dan khawatir karena mereka dapat merasakan bagian dari organisasi
(lingkungan rumah sakit) secara lebih cepat, merasa lebih terjamin atau aman dan
lebih diperhatikan. Pasien yang masuk ke rumah sakit dan menjalani rawat inap
secara umum memiliki stressor yang tinggi. Adanya stressor di rumah sakit akan
memunculkan perasaan takut dan cemas terhadap penyakitnya, merasa asing terhadap
lingkungan yang baru, bingung, dan mungkin menjadi tidak sabaran dan marah.
Kondisi ini perlu mendapat perhatian dari perawat yang berada di ruangan dimana dia
dirawat agar pasien merasa nyaman dan menimbulkan persepsi baik terhadap
pelayanan kesehatan yang akan ia terima. Seperti dinyatakan oleh Yahya (2009,
haknya, maka hubungan petugas rumah sakit (termasuk perawat) dan pasien
mengalami perubahan yang sangat berarti dari hubungan yang dulunya lebih
42
menyerupai hubungan orang tua anak (paternalistik) bergeser menjadi hubungan
2. Implementasi
a. Penyusunan proposal tentang orientasi pasien baru
b. Penyusunan format orientasi pasien baru
c. Penyusunan SPO tentang orientasi pasien baru
d. Membuat alur pelaksanaan pasien baru
e. Membuat video tentang orientasi pasien baru
3. RTL
a. Melakukan sosialisasi dengan pemutaran video kepada perawat ruangan
b. Memonitoring penerapan SPO orientasi pasien baru
c. Mengevaluasi penerapan SPO orentasi pasien baru
d. Rekomendasi penambahan tenagga kerja
e. Peningkatan jenjang pendidikan pegawai lebih tinggi
Alasan :
Proposal masih dalam bentuk naskah akademik dan belum di sahkan oleh
diharapkan untuk selanjutnya dapat dibakukan dan di tindak lanjuti oleh pihak
4. Evaluasi
Tabel 4.2
Pelaksanaan Orientasi pasien baru di rauang Prabu Siliwangi
RSUD Gunung Jati Cirebon tahun 2016
43
2 Menjelaskan arah evakuasi √ √ √ √ √ 5
65 59
JUMLAH NILAI
90,76%
PERSENTASE
Sumber : Hasil Observasi tanggal 15-23 April 2016 di Ruang Prabu Siliwangi
RSUD Gunung Jati Cirebon
Perhitungan : 90 %
Kategori :
Baik : > 75%
Cukup : 60-75%
Kurang : < 60%
5. Analisa :
44
Berdasarkan tabel 4.1 didapatkan hasil sebesar 82.5% pasien sudah memahami
dan dilakukan orientasi ruangan. Pelaksanaan orientasi dilakukan selama 6 hari yaitu
tanggal 15-23 April 2016, pelaksanaan dilakukan pada pasien baru dan pasien yang
6. Dukungan
Pelaksanaan progam sangat di dukung oleh perawat dan petugas yang ada di
ruang prabu siliwangi. Selain itu di dalam ruang prabu sudah udah terdapat peta dan
arah evakuasi sehingga memudahkan pelaksanaan, untuk peraturan yang ada. Sudah
7. Hambatan
kerja yang kurang di ruang prabu siliwangi, sehingga perawat dan petugas ruang lebih
1. Kajian Teori
Hand hygiene merupakan salah satu tindakan yang paling penting untuk
mencegah mikroorganisme patogen pada pasien. Selain itu mencuci tangan juga dapat
mikroorganisme pada kuku, tangan dan lengan1. Dengan mencuci tangan pasien akan
terlindung dari bakteri yang ada pada tangan perawat, bakteri tersebut misalnya
45
Staphylococcus Aureus, Pseudomonas Auregidan organisme lainnya yang potensial
menyebabkan infeksi pada pasien2. Mencuci tangan tidak hanya melindungi pasien
dari infeksi bakteri patogen yang dibawa oleh perawat dari pasien lain, namun juga
melindungi perawat dari infeksi bakteri patogen yang berasal dari pasien. Pencucian
tangan sangat penting dalam setiap tindakan perawat karena organisme transien dapat
nosokomial pada lingkungan dan para petugas kesehatan. Menghambat rute penularan
bakteri dari sumber potensial dan reservoir bakteri ke orang yang tidak mengalami
infeksi dengan hand hygiene yang efektif terutama pada tenaga medis juga
merupakan salah satu pencegahan. Hand hygiene termasuk Cuci tangan merupakan
cara yang efektif untuk mengontrol infeksi, dan disinfeksi tangan merupakan tindakan
pencegahan primer yang dapat dilakukan oleh tenaga layanan kesehatan. Pencucian
menyeluruh dengan jumlah air dan sabun yang memadai dapat menghilangkan lebih
dari 90% flora sementara. Disinfeksi dengan alkohol digunakan untuk membunuh
2. Implemntasi
46
3. RTL
Alasan:
Rekomendasi pengadaan sabun dan tisse pihak rumah sakit dapat menindak
telah diimplemntasikan.
4. Evaluasi
a. Kajian Teori
Tabel 4.4
Pelaksanaan Hand Hygiene baru di ruang prabu siliwangi
RSUD Gunung Jati Kota Cirebon
Responden (Perawat)
No Variabel Jumlah
A b c D e
1 Melakukan cuci tangan √ √ √ √ √ 5
dengan 6 langkah benar
2 Melepas asesoris pada tangan - √ √ √ √ 4
sebelum cuci tangan
3 Melakukan cuci tangan √ - √ √ √ 4
sebelum kontak dengan pasien
4 Melakukan cuci tangan setelah √ √ √ √ √ 5
kontak dengan pasien
5 Melakukan cuci tangan setelah √ √ √ √ √ 5
terkena cairan tubuh pasien
6 Melakukan cuci tangan √ √ √ √ √ 5
sebelum tindakan aseptic
7 Melakukan cuci tangan setelah √ √ √ √ 4
kontak dengan lingkungan
pasien
Jumlah 35 32
Persentasi (%) 91,42%
47
Sumber : Hasil Observasi tanggal 11-23 April 2016 di Ruang prabu siliwangi
RSUD Gunung Jati Kota Cirebon.
Perhitungan : 88,57 %
Kategori :
Baik : > 75%
Cukup : 60-75%
Kurang : < 60%
3. Analisa Data
Berdasarkan tabel 4.4 diatas dapat terlihat bahwa hasil evaluasi rata-rata
pelaksanaan hand hygiene jaga di Ruang rabu siliwangi RSUD Gunung Jati Kota
Cirebon termasuk dalam kategori baik yaitu sebesar 91,42 %. Bila dibandingkan
4. Dukungan
Pelaksanaan progam sangat di dukung oleh perawat dan petugas yang ada di
ruang prabu siliwangi dan dilengkapi dengan adanya fasilitas wastafel, sabun, tisu,
BAB V
A. Simpulan
48
1. Hasil evaluasi pelaksanaan 4P dalam komunikasi SBAR saat operan jaga di
ruang Prabu Siliwangi RSUD Gunung Jati Kota Cirebon termasuk dalam
Jati Kota Cirebon sudah memiliki format serta instrument yang akan di
RSUD Gunung Jati Kota Cirebontermasuk dalam kategorik baik yaitu sebesar
90, 76%.
4. Hasil evaluasi rata-rata pelaksanaan PPI hang Hygiene di ruang Prabu
manajemen di ruang prabu siliwangi RSUD Gunung Jati Kota Cirebon sudah baik.
Namun, ada beberapa hal yang harus ditingkatkan yaitu tentang penerapan
ruangan pada pasien baru maupun pasien pindahan, kepatuhan perawat dalam
keperawatan dapat menerapkan 5 moment dan hand hygiene sesuai dengan prosedur
yang benar, serta dalam melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan SP. Untuk
49
jumlah ketenagakerjaan yang kurang memadai perlu mendapat perhatian khusus
Disusun Oleh :
50
PROGRAM PROFESI NERS
YAYASAN INDRA HUSADA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
STIKes INDRAMAYU
2015/2016
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
A. Pengertian …………………………………………………………. …… 4
B. Tujuan………………..………………………………………………… 5
C. Langkah Timbang Terima ………………….…………………………… 5
D. Hal – hal yang Perlu Diperhatikan……………………………………................ 5
E. Prosedur dalam timbang terima …………………………………………. 6
F. Metode dan media ……………………………………………………………… 7
G. Faktor-faktor dalam timbang terima …………………………………….. 7
H. Efek timbang terima dalam shift jaga …………………………………… 8
I. Dokumentasi dalam timbang terima ……………………………………. 9
J. Alur timbang terima ……………………………………………………. 10
K. Prosedur timbang terima (operan) ……………………………………… 11
51
L. Kriteria Evaluasi ………………………………………………………… 14
A. Kesimpulan ………………………………………………………….... 17
B. Saran ………………………………………………………………….. 17
52
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manajemen adalah proses dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain (Gilles,
1989). Dan menurut (Swanburg, 2000) mendefinisikan manajemen sebagai ilmu atau seni
tentang bagaimana menggunakan sumber daya secara efisien, efektif, dan rasional untuk
mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. (Keliat, 2009).
Pengoptimalan peran dan fungsi perawat, terutama peran dan fungsi mandiri merupakan
satu upaya dalam meningkatkan profesionalisme pelayanan keperawatan. Hal ini berkaitan
dengan tuntutan profesi dan tuntutan global bahwa setiap perkembangan dan perubahan
memerlukan pengelolaan secara profesional dengan memperhatikan setiap perubahan yang
terjadi. Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan dirasakan sebagai suatu fenomena
yang harus direspon oleh perawat. Respon yang ada harus bersifat kondusif dengan belajar
tentang konsep pelayanan keperawatan dan langkah- langkah konkret dalam pelaksanaannya.
Langkah- langkah tersebut dapat berupa penataan ketenagaan dan pasien, penerapan MAKP
dan perbaikan dokumentasi keperawatan.
53
kolaboratif yang sudah dilakukan/belum dan perkembangan klien saat itu. Informasi yang
disampaikan harus akurat sehingga kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan
dengan sempurna. Timbang terima dilakukan oleh perawat primer antar shift secara tulisan
dan lisan.
Timbang terima merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan dan menerima
informasi yang berkaitan dengan keadaan klien. Timbang terima harus dilakukan seefektif
mungkin dengan menjelaskan secara singkat, jelas dan komplit tentang tindakan mandiri
perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan saat itu. Informasi yang disampaikan
harus akurat sehingga kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan sempurna.
Timbang terima dilakukan oleh perawat primer antar shift secara tulisan dan lisan.
Selama ini timbang terima sudah dilakukan. Isi dan substansi timbang terima yang
dilakukan selama ini adalah identitas pasien, diagnosa medis, diagnosa keperawatam,
program terapi yang sudah dilakukan dan rencana tindakan yang akan dilakukan. Timbang
terima dilakukan secara lisan dan tertulis kemudian keliling ke semua pasien. Timbang terima
perlu terus ditingkatkan baik teknik maupun alurnya karena timbang terima merupakan
bagian penting dalam menginformasikan permasalahan klien sehari- hari.
Keakuratan data yang diberikan saat timbang terima sangat penting, karena dengan
timbang terima ini maka pelayanan asuhan keperawatan yang diberikan akan bisa
dilaksanakan secara berkelanjutan, dan mewujudkan tanggungjawab dan tanggunggugat dari
seorang perawat. Bila timbang terima tidak dilakukan dengan baik, maka akan muncul
kerancuan dari tindakan keperawatan yang diberikan karena tidak adanya informasi yang bisa
digunakan sebagai dasar pemberian tindakan keperawatan. Hal ini akan menurunkan kualitas
pelayanan keperawatan dan menurunkan tigkat kepuasan pasien. Kegiatan timbang terima
yang telah dilakukan perlu dipertahankan dan ditingkatkan kualitasnya.
Berdasarkan kondisi tersebut, maka mahasiswa Program profesi ners STIKes akan
melaksanakan timbang terima pasien berdasarkan konsep Model Asuhan Keperawatan
Profesional Primary Nursing di ruang prabu siliwangi RSUD Gunung Jati Cirebon.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
54
a. Setelah dilakukan timbang terima, maka mahasiswa dan perawat mampu
b. mengkomunikasikan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan klien dengan baik,
c. sehingga kesinambungan informasi mengenai keadaan klien dapat dipertahanka
2. Tujuan Khusus
a. Menyampaikan masalah, kondisi dan keadaan klien (data fokus).
b. Menyampaikan hal-hal yang sudah/belum dilakukan dalam asuhan keperawatan pada
klien.
c. Menyampaikan hal-hal yang penting yang perlu ditindaklanjuti oleh dinas
berikutnya.
d. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.
C. Manfaat
1. Bagi Perawat
a. Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat.
b. Menjalin suatu hubungan kerjasama dan bertanggungjawab antar perawat.
c. Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap klien yang berkesinambungan.
d. Perawat dapat mengikuti perkembangan klien secara paripurna.
2. Bagi Klien
Klien mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal.
3. Bagi Rumah Sakit
Meningkatkan pelayanan keperawatan kepada klien secara komprehensif.
55
BAB II
A. Pengertian
Timbang terima adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima suatu laporan
yang berkaitan dengan keadaan klien. Timbang terima merupakan kegiatan yang harus
dilakukan sebelum pergantian shift. Selain laporan antar shift, dapat disampaikan juga
informasi-informasi yang berkaitan dengan rencana kegiatan yang telah atau belum
dilaksanakan.
Operan merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan dan menerima sesuatu
(laporan) yang berkaitan dengan keadaan pasien. Operan pasien harus dilakukan seefektif
mungkin dengan menjelaskan secara singkat, jelas dan lengkap tentang tindakan mandiri
perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dan yang belum dilakukan serta perkembangan
pasien saat itu. Informasi yang disampaikan harus akurat sehingga kesinambungan asuhan
keperawatan dapat berjalan dengan sempurna. Operan dilakukan oleh perawat primer
56
keperawatan kepada perawat primer (penanggung jawab) dinas sore atau dinas malam secara
tertulis dan lisan. (Nursalam, 2011).
Menurut Keliat, 2009. Operan adalah komunikasi dan serah terima pekerjaan antara shift
pagi , sore dan malam. Operan dari shif malam ke shif pagi dan dari shif pagi ke shif sore
dipimpin oleh kepala ruangan, sedangkan operan dari shif sore ke shif malam dipimpin oleh
penanggung jawab shif sore.
B. Tujuan
1. tujuan umum
menjaga kesinambungan informasi keadaan pasien kepada setiap sif
2. tujuan khusus
a. menyampaikan kondisi dan keadaan penderita (data fokus)
b. menyampikan hal-hal yang sudah/belum dilakukan dalm askep pada
penderita
c. menyampaikan hal-hal yang penting yang harus ditindak lanjuti oleh dinas
berikutnya.
d. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.
57
3. Diikuti oleh semua perawat yang telah dan yang akan dinas
4. Informasi yang disamapaika harus akurat dan systemmatis, dan memberikan
gamabaran kondisi pasien sat ini serta menjaga kerahasiaan pasien.
5. Timbang terima harus berorientasi pada permasalahan pasien.
6. Pada saat timbang terima dikamar pasien, menggunakan volume suara yang cuckup
sehingga pasien disebelahany tidak mendengar sesuatu yang rahasia bagi pasien,
sesuatu yang dianggap rahasia sebaiknya tidak dibicarakan secara langsung didekat
pasien.
7. Sesuatu yang mungkin membuat paien terkejut atau shock sebaiknya dibicarakan di
nurse station
58
5) Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan
selanjutnya, misalnya operasi, pemeriksaan laboratorium atau
pemeriksaan penunjang lainnya, persiapan untuk konsultasi atau prosedur
lainnya yang tidak dilaksanakan secara rutin.
e. Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan klarifikasi, tanya
jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang kurang jelas Penyampaian
pada saat timbang terima secara singkat dan jelas
f. Lama timbang terima untuk setiap klien tidak lebih dari 5 menit kecuali pada
kondisi khusus dan memerlukan penjelasan yang lengkap dan rinci.
g. Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara langsung pada buku laporan
ruangan oleh perawat.
h. (Nursalam, 2002)
1. Metode :
b. Melakukan timbang terima antara Perawat Primer pagi dengan Perawat Primer sore.
2. Media :
59
3. Kemampuan menginterpretasi medical record.
4. Kemampuan mengobservasi dan menganalisa pasien.
5. Pemahaman tentang prosedur klinik.
60
5. Efek Terhadap Keselamatan Kerja
Survei pengaruh shift kerja terhadap kesehatan dan keselamatan kerja yang dilakukan
Smith et. Al (dalam Adiwardana, 1989), melaporkan bahwa frekuensi kecelakaan
paling tinggi terjadi pada akhir rotasi shift kerja (malam) dengan rata-rata jumlah
kecelakaan 0,69 % per tenaga kerja. Tetapi tidak semua penelitian menyebutkan
bahwa kenaikan tingkat kecelakaan industri terjadi pada shift malam. Terdapat suatu
kenyataan bahwa kecelakaan cenderung banyak terjadi selama shift pagi dan lebih
banyak terjadi pada shift malam.
61
c. Bermanfaat untuk pendataan pasien yang akurat karena berbagai informasi mengenai
pasien telah dicatat. (Suarli & Yayan B, 2009)
SITUATION
Backgroud
Riwayat keperawatan
Assessment :
KU;TTV;GCS;Sekala nyeri;
skala resiko jatuh; dan ROS
(Point Yang Penting)
Rekomendation :
62
K. Prosedur Timbang Terima (Operan)
63
(secara umum)
f. Maslah
keperawatan yang
masih muncul
g. Intervensi
kolaboratif dan
dependent
h. Rencana umum
dan persiapan yang
perlu dilakukan
(persiapan operasi,
pemeriksaan
penunjang dan
program lainya.
Pelaksanaa Nurse station Meni Nurse KARU, PP,PA
n t station
1. Kedua kelompok dinas
sudah siap (shift jaga) .
2. Kelompok yang akan
bertugas menyiapkan buku
catatan
3. Kepala ruangan membuka
acara timbang terima
4. Penyampaian yang jelas,
singkat, dan padat oleh
perawat jaga (NIC)
5. Perawat jaga shift
selanjutnya dapat
melakukan klarifikasi,
Tanya jawab dan
melakukan validasi
terhadap hal-hal yang
kurang jelas.
Ruang/be
64
Di bed pasien d pasien
6. Kepala ruangan
menyampaikan salam dan
PP menanyakan kebutuhan
dasar pasien
7. Perawat jaga selanjutnya
mengkaji secara penuh
terhadap masalah
keperawatan, kebutuhan
pasien, dn tindakan yang
telah/belum dilaksanakan,
serta hal-hal penting lainya
selama masa perawatan.
8. Hal yang sifatnya khusus
dan memerlukn perincian
yang matang sebaiknya
dicatat secara khusus untuk
kemudian diserahterimakan
kepada petugas berikutnya.
L. kriteria evaluasi
65
1. Persiapan alat dan struktur
a. Menentukan tanggung jawab serah terima
b. Menyusun teknik timbang terima bersama-sama dengan staf keperawatan
c. Menentukan materi timbang terima
d. Setatus pasien di sipakan
e. Persiapan buku laporan dan buku pesanan khusus
2. Proses
a. melaksanakan timbang terima bersama dengan karu dan staf keperawatan
pada pergantian shif
b. timbang terima dipimpin oleh perawat primer sebagai penangung jawab shif
c. timbang terima diikuti oleh perawat, mahasiswa yang berdinas atau akan
dinas
d. timbang terima dilaksanakan di ners station paling lama 15 menit dan 3
menit di setiap pasien
3. Hasil
a. Perawat mampu melaporkan timbang terima yang berisi (identitas, dignosa
medis, masalah keperawatan, intervensi yang sudah dan belum dilaksanakan,
intervensi kolaboratif, rencana umum pasien).
b. Perawat dapat mengikuti perkembangan pasien secara paripurna.
c. Dapat meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat
d. Menjalin hubungan kerja sama yang bertanggung jawab anatara perawat.
e. Pelaksanaan asuhan keperawatan dapat berjalan berkesinambungan
4. Program kerja
a. Rencana strategi
1) Menentukan tanggung jawab serah terima
2) Menyusun format timbang terima serta petunjuk teknis pengisiannya
3) Menyiapakan kasus kelolaan yang akan digunakan untuk timbang
terima
4) Menetukan jadwal pelaksanaan timbang terima
5) Timbang terim dapat dilakukan secara lisan atau tertulis
6) Melaksanakan timbang terima bersama kepala ruangan dan staf
keperawaran
7) Dilaksanakan pada setiap pergantian shif
8) Dipimpin oleh perawat primer sebagai penaggung jawab shif
9) Diikuti perawat, mahasiswa yang berdinas atau akan berdinas
10) Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat sitemastis atau
mengambarkan kondisi saat ini dengan tetap menjaga kerahasiaan
pasien.
66
11) Timbang terima harus berorientasi pada permasalahan keperawatan,
tindakan, dn perkembangan kesehatan pasien.
12) Mendokumenaasikan hasil timbang terima pasien.
b. Pengorganisasian
1) Penanggung jawab
2) PP
3) PA
4) Waktu
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Timbang terima adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima suatu laporan
yang berkaitan dengan keadaan klien. Timbang terima merupakan kegiatan yang harus
dilakukan sebelum pergantian shift. Selain laporan antar shift, dapat disampaikan juga
67
informasi-informasi yang berkaitan dengan rencana kegiatan yang telah atau belum
dilaksanakan.Timbang terima bertujuan untuk kesinambungan informasi mengenai keadaan,
B. Saran
1. Pembagian peran PP dan PA hendaknya lebih jelas baik saat di nurse stasion atau saat
di pasien.
2. Pada laporan timbang terima hendaknya dilengkapi dengan tanda tangan PP pagi dan
PP sore sebagai dokumentasi keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
Gillies, (1989). Managemen Keperawatan Suatu pendekatan Sistem, Edisi Terjemahan. Alih
Bahasa Dika Sukmana dkk. Jakarta.
68
Rostandi Purba, Juli. Achmad fathi. 2012. Jurnal Gaya Kepemimpinan dan Manajemen
Koflik Kepala Ruangan di Instalasi Rindu A RSUP H. Adam Malik Medan
Disusun Oleh :
69
PROGRAM PROFESI NERS
YAYASAN INDRA HUSADA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
STIKes INDRAMAYU
2015/2016
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I SUPERVISI
A. Pengertian ………………………………………………………………………… 1
B. Tugas Dan Wewenang Supervisi …………………………………………………. 2
C. Ciri-Ciri Supersivi Efektif ..................................................................................... 3
D. Alur Supervisi Keperawatan ……………………………………………………… 5
E. Langkah- Langkah Supervisi Keperawatan ……………………………………….. 6
G. Teknik Supervisi ………………………………………………………………….. 8
H. Peran Dan Fungsi Supervisor ……………………………………………………… 11
I. Tugas Dan Fungsi Supervisor ………………………………………………………. 11
70
D. Tahap Orientasi Perawat Terhadap Pasien Baru ………………………… 22
SUPERVISI
A. Pengertian
Arti kata supervisor dalam kamus karya Prof.Drs.S.Wojowasito dan Drs.Tito
Wasito W. adalah pengawas. Supervisor adalah pengawas utama, pengontrol utama,
penyedia. Supervisor juga area sales manager ataupun district manager yang langsung
memimpin para medical representative. Jabatan ini merupakan manajer di lapis
terdepan, diatas para medical representative. Jabatan area sales manager ataupun
supervisor memegang peranann penting karena seluruh tugas lapangan harus berjalan
dengan baik dan tepat sasaran. Apabila seluruh anggota timnya berhasil mencapai
sasaran, berarti supervisor sukses mencapai sasarannya. Pemegang jabatan ini
bertanggung jawab atas kualitas dan kuantitas hasil kerja suatu kelompok kerja atau
pelayanan yang diberikan. Supervisor diharapkan mampu membina,
mempertahankan, dan meningkatkan kualitas maupun kuantitas pekerjaan yang
dilakukan para medical representative. Supervisor harus mampu membentuk tim yang
efektif dengan cara tukar – menukar pengalaman, meningkatkan keinginan untuk
berkembang, membimbing, menekankan dan memberikan umpan balik secara terus –
menerus.
Menurut Yura dan Helen (1981), supervisi adalah mengawasi, meneliti dan
memeriksa, yang dipandang sebagai proses dinamis dengan memberikan dorongan
dan berpartisipasi dalam pengembangan diri staf dan pelaksanaan keperawatan.
Sedangkan menurut Kron T.(1987), supervisi adalah merencanakan, mengarahkan,
71
membimbing, mengajar, mengobservasi, mendorong dan memperbaiki, mempercayai,
mengevaluasi secara terus-menerus pada setiap tenaga keperawatan dengan sabar,
adil serta bijaksana sehingga setiap tenaga keperawatan dapat memberikan asuhan
keperawatan dengan baik, trampil, aman, cepat dan tepat secara menyeluruh sesuai
dengan kemampuan dan keterbatasan yang mereka miliki. Menurut Swansburg dan
Swansburg (1990), supervisi adalah suatu proses kemudahan sumber-sumber yang
diperlukan staf keperawatan untuk menyelesaikan tugas-tugasnya.
Supervisor harus mengusahakan seoptimal mungkin kondisi kerja yang
nyaman. Ini tidak hanya meliputi lingkungan fisik, tetapi juga suasana kerja diantara
para tenaga keperawatan dan tenaga lainnya. Juga meliputi jumlah persediaan dan
kelayakan peralatan agar memudahkan pelaksanaan tugas. Lingkungan yang sehat
bila dapat memberikan rasa bebas dan keinginan untuk bekerja lebih baik. Supervisor
juga mengusahakan semangat kebersamaan dengan lebih menekankan “kita” daripada
“saya”.
Pada suatu saat supervisor akan memerlukan bantuan dalam mengambil
keputusan melalui pengamalan dalam tugas untuk menemukan metoda yang lebih
baik guna melaksankan pendelegasian tugas dalam kelompok kerja, tentu
memerlukan dukungan dari anggota kelompok. Walaupun supervisor memperhatikan
kondisi dan hasil kerja, tetapi perhatian utama ialah manusianya, untuk itu harus
mengenal tiap individu dan mampu merangsang agar tiap pelaksana mau
meningkatkan diri. Salah satu tujuan utama dari supervisi adalah orientasi, latihan dan
bimbingan individu, berdasarkan kebutuhan individu dan mengarah pada
pemanfaatan kemampuan dan pengembangan ketrampilan yang baru. Dalam
pelaksanaan supervisi, supervisor membuat suatu keputusan tentang suatu pekerjaan
yang akan dilaksanakan, kemudian siapa yang akan melaksanakan. Untuk itu
supervisor perlu memberikan penjelasan dalam bentuk arahan kepada para pelaksana.
72
Posisi supervisor adalah posisi yang sangat vital, karena sebagai manajer lini
terdepan banyak sekali tugas dan tanggung jawab yang diembannya. Semua
dimaksudkan agar pekerjaan lapangan berjalan dengan sebaik-baiknya dengan hasil
yang optimal. Beberapa tugas utama dari banyak tugas seorang supervisor adalah
seperti yang diuraikan sebagai berikut :
1. Mengatur kerja para staf
2. Membuat job desk para staf
3. Bertanggung jawab atas hasil kerja staf
4. Memberi motivasi ke staf
5. Membuat jadwal untuk karyawan
6. Memberikan breafing
7. Memecahkan masalah Tim
8. Mengendalikan perubahan
9. Mengevaluasi kinerja
10. Membuat planning pekerjaan untuk kedepannya yaitu kerja harian, mingguan,
bulanan, dan tahunan
11. Membentuk Tim kerja yang solid
Untuk membentuk tim kerja yang solid diperlukan juga kepiawaian dalam
bersosialisasi dengan anak buah sehingga terjalin hubungan baik. Dalam suatu tim
yang solid para angotanya mempunyai karakteristik yaitu kompak saling membentu
dalam kebaikan, rukun, saling menjaga kehormatan, tidak saling menggunjing, jauh
dari fitnah dan saling menghargai sesama. Jika ada anggota kelompok yang
kekurangan ilmu, mereka mau saling membantu untuk berbagi, melatih, dan
mengajarnya. Tim yang solid akan menjadi teladan bagi tim lain.
73
Dapat membawa timnya ke arah target yang telah ditetapkan. Dengan
keterbatasan waktu dan tenaga, akan lebih efektif jika seorang supervisor
mendelegasikan tugas-tugasnya, terutama yang bersifat teknis lapangan kepada
bawahannya.
2. Keseimbangan
Seorang pimpinan diberikan otoritas untuk mengambil keputusan dan
memberikan tugas kepada orang-orang di bawah tanggung jawabnya. Otoritas ini
harus digunakan dengan tepat, artinya manajer atau supervisor harus
menyeimbangkan penggunaan otoritas tersebut. Ia perlu tahu kapan harus
menggunakan otoritas ini, dan kapan membiarkan bawahannya bekerja dengan
mengoptimalkan kreativitas mereka. Keseimbangan mengacu pada sikap yang
diambil oleh seorang pemimpin, kapan harus bersikap tegas, dan kapan harus
memberi kesempatan pada bawahannya untuk menyampaikan pendapat.
3. Jembatan
Supervisor atau manajer merupakan jembatan antara staf yang mereka pimpin
dan manajemen puncak. Jadi seorang supervisor harus dapat menyampaikan
keinginan atau usulan karyawan kepada pihak manajemen. Sebaliknya, ia juga harus
mampu menyampaikan visi dan misi yang telah ditetapkan serta keputusan-keputusan
lain yang telah dibuat oleh manajemen puncak untuk diketahui oleh para karyawan
yang menjadi anggota timnya.
4. Komunikasi
Ciri sukses lain yang sangat penting dalam melakukan supervisi efektif adalah
kemampuan berkomunikasi. Komunikasi yang dimaksud bukan komunikasi satu arah
(memberikan tugas-tugas saja), tetapi yang lebih utama adalah komunikasi multiarah,
yang juga mencangkup kemampuan mendengarkan keluhan, masukan, dan
pertanyaan dari karyawan. Dalam mengkomunikasikan tugas-tugas, supervisor perlu
menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh orang yang harus melaksanakan
tugas tersebut, yakni bahasa yang sejajar dengan kemampuan, dan cara berpikir
bawahannya.
74
75
D. Alur Supervisi Keperawatan
76
E. Langkah-Langkah Supervisi Keperawatan
Langkah-langkah pada supervisi keperawatan adalah sebagai berikut
(Nursalam, 2014)
1. Prasupervisi
a. Supervisor menetapkan kegiatan yang akan disupervisi.
b. Supervisor menetapkan tujuan dan kompetensi yang akan dinilai.
2. Pelaksanaan Supervisi
a. Supervisor menilai kinerja perawat berdasarkan alat ukur atau instrumen yang
telah disiapkan.
b. Supervisor mendapat beberapa hal yang memerlukan pembinaan
c. Supervisor memanggil PP dan PA untuk mengadakan pembinaan dan klarifikasi
permasalahan.
3. Pasca supervisi-3F
a. Pelaksanaan supervisi dengan inspeksi, wawancara dan memvalidasi data
sekunder.
b. Supervisor mengklarifikasi permasalahan yang ada.
c. Supervisor melakukan tanya jawab dengan perawat.
d. Supervisor memberikan penilaian supervisi (F-Fair).
e. Supervisor mengklarifikasi masalah yang ada.
f. Supervisor melakukan tanya jawab dengan perawat.
g. Supervisor memberikan feedback dan klarifikasi (sesuai hasil laporan supervisi).
h. Supervisor memberikan reinforcement dan follow up perbaikan.
Terdapat dua reinforcement yaitu reinforcement positif atau reward diberikan
pada yang melakukan perilaku positif atau diinginkan mendapatkan penghargaan
sehingga dapat meningkatkan kekuatan respon atau merangsang pengulangan
perilakunya. Ke dua reinforcement negative atau hukuman adalah situasi yang terjadi
ketika perilaku yang diinginkan terjadi untuk menghindari konsekuensi negative dari
hukuman (Roussel et al, 2003)
Ada dua follow up perbaikan yaitu short-term follo-up adalah intervensi
jangka pendek melibatkan pasien setelah melalui sebuah episode dari penyakit akut
dan long-term follow-up diberikan pada pasien mendapatkan intervensi jangka
panjang atau tindak lanjut, rencana individual lebih formal dapat dilakukan bersama
77
dengan orang-orang di sekitarnya untuk memperluas pemantauan dan mengulangi
perilaku positif. (Cohen and Toni, 2005).
78
G. Teknik Supervisi
Supervisi keperawatan merupakan suatu proses pemberian sumber-sumber
yang dibutuhkan perawat untuk menyelesaiakan tugas dalam rangka pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan. Dengan supervisi memungkinkan seorang manajer
keperawatan dapat menemukan berbagai kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan
asuahan keperawatan. Melalui kegiatan supervisi seharusnya kualitas dan mutu
pelayanan keperawatan menjadi fokus dan menjadi tujuan utama, bukan malah
menyibukkan diri mencari kesalahan atau penyimpangan (Arwani, 2006).
Teknik supervisi dibedakan menjadi dua, supervisi langsung dan tak langsung.
1. Teknik Supervisi secara langsung
Supervisi yang dilakukan pada saat kegiatan sedang berlangsung. Supervisor
terlibat dalam kegiatan secara langsung agar proses pengarahan dan pemberian
petunjuk tidak dirasakan sebagai suatu “perintah” Bittel, 1987 (dalam Wiyana, 2008).
Cara memberikan supervisi efektif adalah :1) pengarahan harus lengkap dan mudah
dipahami; 2) menggunakan kata-kata yang tepat; 3) berbicara dengan jelas dan
lambat; 4) berikan arahan yang logis; 5) Hindari banyak memberikan arahan pada
satu waktu; 7) pastikan arahan yang diberikan dapat dipahami; 8) Pastikan bahwa
arahan yang diberikan dilaksanakn atau perlu tindak lanjut Supervisi lansung
dilakukan pada saat perawat sedang melaksanakan pengisian formulir dokumentasi
asuhan keperawatan. Supervisi dilakukan pada kinerja pendokumentasian dengan
mendampingi perawat dalam pengisian setiap komponen dalam proses keperawatan
mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi.
79
b. Lakukan supervisi asuhan keperawatan pada saat perawat melakukan
pendokumentasian. Supervisor melihat hasil pendokumentasian secara langsung
dihadapan perawat yang mendokumentasikan.
c. Supervisor menilai setiap dokumentasi sesuai standar dengan asuhan keperawatan
pakai yaitu menggunakan form A. Depkes 2005
d. Supervisor menjelaskan, mengarahkan dan membimbing perawat yang
disupervisi komponen pendokumentasian mulai dari pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi kepada perawat yang sedang
menjalankan pencacatan dokumentasi asuhan keperawatan
e. Mencatat gasi supervise dan menyimpan dalam dokumentasi supervisi
2. Teknik Supervisi secara tidak langsung
Supervisi tidak langsung adalah supervisi yang dilakukan melalui laporan baik
tertulis maupun lisan. Kepala ruangan tidak melihat langsung apa yang terjadi di
lapangan sehingga memungkinkan terjadi kesenjangan fakta. Umpan balik dapat
diberikan secara tertulis (Bittel 1987 dalam Wiyana 2008).
Langkah-langkah Supervisi tak langsung.
a. Lakukan supervisi secara tak langsung dengan melihat hasil dokumentasi pada
buku rekam medik perawat.
b. Pilih salah satu dokumen asuhan keperawatan.
c. Periksa kelengkapan dokumentasi sesuai dengan standar dokumentasi asuhan
keperawatan yang ditetapkan rumah sakit yaitu form A dari Depkes.
d. Memberikan penilaian atas dokumentasi yang di supervisi dengan memberikan
tanda bila ada yang masih kurang dan berikan cacatan tertulis pada perawat yang
mendokumentasikan.
e. Memberikan catatan pada lembar dokumentasi yang tidak lengkap atau sesuai
standar
Untuk dapat melaksanakan supervisi yang baik ada dua hal yang perlu
diperhatikan (Suarli & Bachtiar, 2009):
1. Pengamatan langsung
80
Pengamatan langsung harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Untuk itu
ada beberapa hal lain yang harus diperhatikan.
a. Sasaran pengamatan
Pengamatan langsung yang tidak jelas sasarannya dapat menimbulkan
kebingungan, karena pelaksana supervisi dapat terperangkap pada sesuatu yang
bersifat detail. Untuk mencegah keadaan yang seperti ini, maka pada pengamatan
langsung perlu ditetapkan sasaran pengamatan, yakni hanya ditujukan pada sesuatu
yang bersifat pokok dan strategis saja (selective supervision).
b. Objektivitas
Pengamatan langsung yang tidak terstandardisasi dapat menggangu
objektivitas. Untuk mencegah keadaan yang seperti ini, maka pengamatan langsung
perlu dibantu dengan dengan suatu daftar isi yang telah dipersiapkan. Daftar tersebut
dipersiapkan untuk setiap pengamatan secara lengkap dan apa adanya.
Pendekatan pengamatan. Pengamatan langsung sering menimbulkan berbagai
dampak dan kesan negatif, misalnya rasa takut dan tidak senang, atau kesan
menggangagu kelancaran pekerjaan. Untuk mengecek keadaan ini pengamatan
langsung harus dilakukan sedemikian rupa sehingga berbagai dampak atau kesan
negatif tersebut tidak sampai muncul. Sangat dianjurkan pengamatan tersebut dapat
dilakukan secara edukatif dan suportif, bukan menunjukkan kekuasaan atau otoritas.
c. Kerja sama
Agar komunonikasi yang baik dan rasa memiliki ini dapat muncul, pelaksana
supervisi dan yang disupervisi perlu bekerja sama dalam penyelesaian masalah,
sehingga prinsip-prinsip kerja sama kelompok dapat diterapkan. Masalah, penyebab
masalah serta upaya alternatif penyelesaian masalah harus dibahas secara bersama-
sama. Kemudian upaya penyelesaian masalah tersebut dilaksanakan secara bersama-
sama pula.
H. Peran dan Fungsi Supervisor
Peran dan fungsi supervisor dalam supervisi adalah mempertahankan
keseimbangan pelayanan keperawatan dan manajemen sumber daya yang tersedia.
81
1. Manajemen pelayanan keperawatan
Tanggung jawab supervisor adalah:
a. Menetapkan dan mempertahankan standar praktek keperawatan
b. Menilai kualitas asuhan keperawatan dan pelayanan yang diberikan
c. Mengembangkan peraturan dan prosedur yang mengatur pelayanan keperawatan,
kerjasama dengan tenaga kesehatan lain yang terkait.
2. Manajemen anggaran
Manajemen keperawatan berperan aktif dalam membantu perencanaan dan
pengembangan. Supervisor berperan dalam:
a. Membantu menilai rencana keseluruhan dikaitkan dengan dan tahunan yang
tersedia, mengembangkan tujuan yang dapat dicapai sesuai tujuan RS.
b. Membantu mendapatkan informasi statistic unutk perencanaan anggaran
keperawatan.
c. Member justifikasi proyeksi anggaran unit yang dikelola.
d. Supervisi yang berhasil guna dan berdaya guna tidak dapat terjadi begitu saja,
tetapi memerlukan praktek dan evaluasi penampilan agar dapat dijalani dengan
tepat. Kegagalan supervisi dapat menimbulkan kesenjangan dalam pelayanan
keperawatan.
82
standart asuhan keperawatan. Seorang supervisor harus menyadari fungsinya dalam
supervisi antara lain adalah:
Menilai dalam memperbaiki factor-faktor yang mempengaruhi proses
pemberian pelayanan asuhan keperawatan
Mengkoordinasikan, menstimulasi, dan mendorong kea rah peningkatan
kualitas asuhan keperawatan.
Membantu (asistensing), member support (supporting), dan mengajak untuk
ikut sertakan (sharing)
BAB II
INSTRUMEN SUPERVISI
Hari/Tanggal :
Yang disupervisi :
Supervisior :
83
Ruangan :
Dilakukan
Aspek Penilaian Parameter
Ya Tidak
Persiapan A. Menyiapkan alat steril
1. Bak injeksi
2. Spuit sesuai kebutuhan
3. Alcohol swab
A. Menyiapkan bahan-bahan
1. Obat
2. NaCl 0,9%
A. Menyiapkan Pasien
1. Memberi penjelasan kepada
pasien tentang prosedur yang
akan dilakukan
2. Mengatur posisi pasien yang
nyaman
84
3. Pastikan infus dalam keadaan
menetes lancar tidak ada
tanda-tanda febitis, kemudian
klem atau pengtaur tetesan
dimatikan
4. Melakukan desinfeksi dengan
alkohol 70% pada daerah yang
akan diinjeksi.
5. Sampaikan pada pasien bahwa
obat akan di injeksikan
6. Obat dimasukan
7. Perhatikan ekspresi wajah
pasien
8. Pengtaur tetsan dibuka
kembali, kemudian tetsan
diatur sesuai dengan
kebutuhan yang sudah
ditentukan
9. Pasien dirapikan, alat-alat
dibereskan
10. Ucapkan terimakasih kepada
pasien
11. Melepas sarung tangan dan
cuci tangan
12. Mencatat dan memberi tanda
pada format pemberian injeksi
dan buku injeksi
Sikap Sikap perawat pada waktu injeksi:
1. Komunikasi
2. Kerjas sama
3. Tanggung jawab
85
4. Kewaspadaan
Evaluasi Evaluasi:
1. mengevaluasi lokasi
penyuntikan dan kelancaran
tetesan
2. mengevaluasi kenyamanan
posisi
3. mengobservasi kemungkinan
flebitis
Total Nilai
Keterangan:
1. Jika total nilai yang diperoleh adalah 85-100 maka hasil dinyatakan baik.
2. Jika total nilai yang diperoleh adalah 70-85 maka hasil dinyatakan cukup.
3. Jika total nilai yang diperoleh adalah kurang dari <70 maka hasil dinyatakan
baik
Hari/Tanggal :
Yang disupervisi :
Supervisior :
Ruangan :
Aspek Parameter Dilakukan
Penilaian Ya Tidak
Persiapan 1. Tempatkan pasien pada posisi senyaman
mungkin.
2. Mempersiapkan alat :
a) Termomter
b) Tiga buah botol
c) Botol pertama berisi larutan sabun
d) Botol kedua berisi larutan desinfektan
86
e) Botol ketiga berisi air bersih
f) Bengkok
g) Tisu
h) Vasellin jelly
i) Buku catatan suhu
j) Sarung tangan
87
4. Pakaian diturunkan sampai dengan dibawah
gluteal
5. Tentukan suhu thermometer dan atur pada
nilai nol lalu oleskan vasellin / jelly
6. Setelah 3-5 menit angkat thermometer
7. Catat hasil
8. Cuci dengan air sabun, desinfektan kemudian
air bersih lalu keringkan
9. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
Evalusi Evaluasi:
1. Mengevaluasi hasil tanda-tanda vital pada
keluarga dan klien
2. Mengevaluasi kenyamanan posisi
Jumlah Skor
Total
Keterangan:
1. Jika total nilai yang diperoleh adalah 85-100 maka hasil dinyatakan baik.
2. Jika total nilai yang diperoleh adalah 70-85 maka hasil dinyatakan cukup.
3. Jika total nilai yang diperoleh adalah kurang dari <70 maka hasil dinyatakan
baik
88
C. INSTRUMEN SUPERVISI STANDAR OPERSIONAL PROSEDUR
PEMASANGAN INFUS
Hari/Tanggal :
Yang disupervisi :
Supervisior :
Ruangan :
Aspek Parameter Dilakukan
Penilaian Ya Tidak
Persiapan Mempersiapkan Alat :
a. Abocat sesuai dengan ukuran yang
dibutuhkan
b. Infuse set/tranfusi set
c. Cairan infuse sesuai dengan kebutuhan
tubuh
d. Kassa steril pada tempatnya
e. Kapas alcohol pada tempatnya.
f. Plester
g. Gunting verband
h. Bengkok
i. Standar infuse
j. Tourniquet
h. Pengalas
Pelaksanaan a. Cuci tangan
b. Pasang infuse set ke cairan
- Membuka plastic infuse set dengan
benar
- Tetap melindungi ujung selang steril.
- Menyambung infuse set dengan cairan
infuse dengan cairan diatas.
- Menggantung cairan infuse di standar.
- Mengisi kompartemen infuse set
dengan cara menekan kompartemen.
- Mengisi selang infuse dengan cairan.
- Menutup ujung selang dan tuutp
dengan mempertahankan kesterilan.
- Mengecek adanya udara dalam selang.
c. Memasang sarung tangan bersih
89
d. Memilih vena yang tepat dan benar
e. Memasang pengalas
f. Memasang tourniquet
g. Mendesinfeksi vena dengan tekhnik yang
benar dengan kapas alcohol memutar atau
satu kali usapan
h. Memasukakkan abocath pada vena yang
telah di pilih
i. Perhatikan adanya darah dalam
kompartemen darah dalam abocath bila
ada masukan sedikit demi sedikit sambil
drain abocath di tarik.
j. Tourniquet dilepas atas lalu sambungkan
dengan selang infus dan atur tetesan
sesuai kebutuhan.
k. Berikan plester pada ujung plastic kateter
dengan tidak menyentuh area penusukkan
l. Tutup dengan kassa betadin steril pada
area penusukkan.
m. Lakukan fiksasi dengn benar dan
pertahankan keamanan kateter agar tidak
tercabut
n. Bereskan alat
o. Cuci tangan
p. Dokumentasikan tindakan yang telah
dilakukan.
90
Jumlah
Total Skore
Keterangan:
1. Jika total nilai yang diperoleh adalah 85-100 maka hasil dinyatakan baik.
2. Jika total nilai yang diperoleh adalah 70-85 maka hasil dinyatakan cukup.
3. Jika total nilai yang diperoleh adalah kurang dari <70 maka hasil dinyatakan
baik
MENCUCI TANGAN
Hari/Tanggal :
Yang disupervisi :
Supervisior :
Ruangan :
Aspek Parameter Dilakukan
Penilaian Ya Tidak
Persiapan Mempersiapkan Alat :
1.Air bersih yang mengalir / kran
2.Sabun cair / sabun batang
3.Lap kertas / lap kain yang kering
4.Gunting kuku (menggunting kuku
bilapanjang)
91
Pelaksanaa TEHNIK MENCUCI BIASA
n 1. Gunting kuku bila panjang
2. Lepaskan seluruh aksesoris (jam tangan,
cicin dll)
3. Langkah-langkah cuci tangan
menggunakan air mengalir :
a. Basahi tangan hingga pertengahan
lengan bawah dengan air mengalir
b. Pakai cukup sabun untuk menyabuni
seluruh permukaan tangan
c. Gosok tangan dengan telapak pada
telapak
d. Telapak tangan diatas punggung
tangan kiri dengan jari-jari saling
menyalin dan sebaliknya.
e. Telapak pada telapak dan jari-jari
saling menjalin
f. Punggung jari-jari pada telapak yang
berlawanan dengan jari-jari saling
mengunci
g. Gosok memutar dengan ibu jari kiri
tangan kanan mengunci pada telapak
kiri dan sebaliknya
h. Gosok memutar kearah beakang dan
depan dengan jari-jari tangan, tangan
kanan mengunci pada telapak kiri
dan sebaliknya.
i. Bilas tangan dengan air
j. Keringkan tangan sekering mungkin
dengan handuk sekali pakai atau tisu
tebal
k. Gerakan handuk untuk mematikan
keran
l. Waktu 40-60 detik, tangan sudah
aman untuk digunakan
Teknik Mencuci Tangan Dengan Antiseptik
a. Tuang segenggam penuh bahan
antiseptic berbasis alcohol keseluruh
permukaan tangan
b. Gosok tangan dengan posisi telapak pada
telapak
c. Telapak tangan di atas punggung telapak
kiri dengan jari-jari saling menjalin
d. Telapak pada telapak dengan jari-jari
saling menjalin
92
e. Punggung jari-jari pada telapak tangan
berlawanan dengan jari-jari saling
mengunci.
f. Gosok memutar dengan ibu jari
mengunci pada telapak kanan dan
sebaliknya.
g. Gosok memtar kearah belakang dan
kearah depan dengan jari-jari tangan
kanan.
Waktu 20-30 detik, tangan sudah aman.
Keterangan:
1. Jika total nilai yang diperoleh adalah 85-100 maka hasil dinyatakan baik.
2. Jika total nilai yang diperoleh adalah 70-85 maka hasil dinyatakan cukup.
3. Jika total nilai yang diperoleh adalah kurang dari <70 maka hasil dinyatakan
baik
DISCHARSE PLANNING
Hari/Tanggal :
Yang disupervisi :
Supervisior :
Ruangan :
Parameter Dilakukan
93
Aspek Ya Tidak
Penilaian
Persiapan Form Rencana Pulang
94
Evakuasi 1. Mengevaluasi Penkes
Jumlah Skore
Total
Keterangan:
1. Jika total nilai yang diperoleh adalah 85-100 maka hasil dinyatakan baik.
2. Jika total nilai yang diperoleh adalah 70-85 maka hasil dinyatakan cukup.
3. Jika total nilai yang diperoleh adalah kurang dari <70 maka hasil dinyatakan
baik
95
Cirebon,
Supervisor Perawat yang di supervisi
TTD TTD
( ) ( )
96
DAFTAR PUSTAKA
Arwani & Heru Supriyatno. 2006. Manajemen Bangsal keperawatan. Jakarta: EGC
Cohen L. Elaine, Toni G. Cesta. 2005. Nursing Case Management From Essentials to
Advanced Practice Applications 4th edition. Missouri: Elsevier Mosby.
Http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2010/03/pengawasan_dan_pengendalia
n_dlm_pelayanan_keperawatan.pdf
SudaryantoA.https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/510/4h.pdf?
sequence=1. Iakespada 01September2015
97
Wiyana, Muncul. 2008. Supervisi dalam Keperawatan. Diunduh
http://www.akpermadiun.ac.id/index.php?link=artikeldtl.php&id=3 pada
tanggal 7 Oktober 2015
NASKAH AKADEMIK
98
PENERIMAAN PASIEN BARU
Disusun Oleh :
DAFTAR ISI
99
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
A. Pengertian Orientasi………………………………………………. …… 6
B. Tujuan………………….. ……………………………………………… 7
C. Prosedur………………………. ……………………………………….. 7
D. Tahap Orientasi Perawat Terhadap Pasien Baru………………………… 8
E. Hal – hal yang Perlu Diperhatikan……………………………………............ . 10
F. Tujuan Peneriman Pasien Baru …..…………………………………… 10
G. Tahap Penerimaan Pasien Baru………………………………………………. 10
H. Tahap Pelaksanaan Pasien Baru ………………………………………. 11
I. Hal Yang Perlu Diperhatikan…...…………………………………….. 11
J. Peran Perawat Dalam Penerimaan Pasien……………………………. 12
K. Hal Yang Perlu Diperhatikan………………………………………. 11
L. Alur Penerimaan Pasien Baru………………………………………. 13
M. Evaluasi …………………….……………………………………………. 14
A.Kesimpulan…………………………………………………………… 23
B. Saran……………………………………………. …………………. 23
100
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
101
pelayanan kuratif maupun preventif serta menyelenggarakan pelayanan rawat jalan
dan rawat inap juga perawatan di rumah, ini serupa dengan yang tertuang dalam
adalah pemenuhan kebutuhan dan tuntutan dari para pemakai jasa pelayanan
kesehatannya pada rumah sakit. Oleh karena itu pasien memandang bahwa rumah
sakit harus lebih mampu dalam hal pemberian pelayanan medik dalam upaya
penyembuhan dan pemulihan yang berkualitas, cepat tanggap atas keluhan serta
demikian membuat rumah sakit harus mulai merubah pola pikir ke arah pemikiran
yang berfokus pada patient retention sebagai satu tujuan dari program kepuasan
pasien dan harus mempunyai pemahaman dan pengertian yang lebih baik tentang
102
yang muncul setelah membandingkan antara persepsi/kesannya terhadap kinerja (atau
setelah melakukan pembelian tergantung pada kesesuaian antara prestasi dari produk
yang dibeli dengan harapan dari pembelian tersebut. Kunci utama dalam pelaksanaan
orientasi rumah sakit adalah pasien, maka keberhasilan sebuah rumah sakit dalam
mengelola pelayanan rawat kesehatan dapat dilihat dari tingkat kepuasaan pasien.
Apabila kunci utama tersebut telah tercukupi dan berhasil diwujudkan, maka
pelanggan (pasien) diharapkan puas terhadap pelayanan yang diberikan rumah sakit.
Kepuasan pelanggan (pasien) merupakan suatu hal yang abstrak dan hasilnya pun
persepsi individu. Pada awalnya konsep layanan yang bermutu merupakan salah satu
ciri lembaga jaset komersil. Tetapi dewasa ini konsep layanan yang bermutu telah
pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan sesuai
kode etik dan standar pelayanan yang telah ditetapkan (Azwar, 1996). Dua unsur
pasien sebagai pengguna jasa dan pemenuhan standar pelayanan yang telah
ditetapkan.
Pelayanan kesehatan pasien rawat jalan kini merupakan salah satu pelayanan yang
103
menjadi perhatian utama rumah sakit di seluruh dunia. Hampir seluruh rumah sakit di
negara maju kini meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan terhadap pasien rawat
jalan. Pasien adalah pemakai jasa pemeliharaan kesehatan yang mempunyai citra
pribadi yang mandiri yang mempunyai pilihan bebas dalam mencari dan memilih
bantuan. Seorang pasien bukan lagi seorang penerima pelayanan secara pasif, tetapi
seorang peserta yang aktif yang bertanggung jawab atas pilihannya dan juga memikul
akibat dari pilihannya (Carpenito, 2000). Pasien baru adalah pasien yang baru dating
dan didaftarkan untuk pertama kali pasien mendapat pemeriksaan dari dokter yang
baru berkaitan dengan proses keperawatan yang akan dilakukan oleh rumah sakit.
Informasi adalah pesan atau isi berita yang ingin disampaikan oleh seseorang kepada
orang lain dengan harapan orang tersebut mengetahui dan mengerti akan maksud dan
tujuan dari isi pesan atau berita yang disampaikan. Orientasi terhadap pasien baru
Hal ini juga sesuai dengan definisi pelayanan prima yaitu pelayanan yang
terbaik karena sesuai dengan standar pelayanan yang berlaku atau dimiliki oleh
104
- Keramah tamahan
- Emphaty
- Ketepatan waktu
- Sikap responsive
- Memberikan solusi
- Pelanggan diperlakukan senyaman mungkin untuk mencegah terjadinya
kepada kepuasan pasien guna meraih loyalitas pasien, pelayanan prima yang
bagi suatu Rumah Sakit. Kepuasan paisen juga dipengaruhi oleh informasi yang
harus diberikan saat pasien masuk ke Rumah Sakit, orientasi pasien terhadap hak
dan kewajiban pasien sehingga sebagai tolak ukur perawat untuk memberikan
B. Tujuan
C. Manfaat Penelitian
1. Bagi Institusi
a. Diharapkan sebagai bahan masukan bagi Rumah Sakit untuk orientasi pasien
105
c. Diharapkan sebagai bahan evaluasi atau pertimbangan bagi Rumah Sakit
3. Bagi Penulis
106
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
segala sesuatu tentang rumah sakit meliputi lingkungan rumah sakit, tenaga
kesehatan, peraturan prosedur dan pasien lain. Dalam orientasi, perawat dan pasien
mempersiapkan diri dari keadaan cemas kea rah kondisi yang lebih konstruktif dalam
menghadapi masalahnya.
pribadi yang mandiri yang mempunyai pilihan bebas dalam mencari dan memilih
bantuan. Seorang pasien bukan lagi seorang penerima pelayanan secara pasif, tetapi
seorang peserta yang aktif yang bertanggung jawab atas pilihannya dan juga memikul
akibat dari pilihannya (Carpenito, 2000). Pasien baru adalah pasien yang baru dating
dokter yang merawatnya. Setelah selesai di bagian penerimaan pasien baru, pasien
107
Orientasi terhadap pasien baru adalah pemberian informasi kepada pasien
baru berkaitan dengan proses keperawatan yang akan dilakukan oleh rumah sakit.
Informasi adalah pesan atau isi berita yang ingin disampaikan oleh seseorang kepada
orang lain dengan harapan orang tersebut mengetahui dan mengerti akan maksud dan
tujuan dari isi pesan atau berita yang disampaikan. Orientasi terhadap pasien baru
2. Tujuan
Persiapan
Prosedur kerja :
108
e. Memberikan penjelasan dokter yang merawat dan perawat yang
bertanggung jawab
f. Memberikan kartu tunggu
g. Setiap selesai melaksanakan orientasi harus tercatat pada check list dan
orientasi, dimana perawat dan pasien bertemu sebagai dua orang asing. Pasien dan
atau keluarga memiliki “rasa butuh” maka mencari penolong professional. Tetapi
yang ada. Tahapan orientasi ini dapat menyebabkan pasien langsung mampu
menambah energy dari rasa keragu-raguan memenuhi kebutuhanya untuk lebih berani
menghadapi permasalahannya. Hubungan telah dibentuk dan berlanjut lebih erat lagi
dengan perawat keputusan bersama dibuat tentang bentuk bantuan professional apa
yang akan dilakukan. Perawat yang menjadi sumber yang dapat bekerja dengan
pasien dan keluarga. Pada tahap orientasi perawat, pasien dan keluarga merencanakan
109
Tahap orientasi secara langsung dipengaruhi oleh sikap pasien dan perawat
dalam memberi dan menerima pertolongan secara timbal balik. Berkaitan dengan hal
ini adalah tahap pertama maka perawat perlu menyadari tindakan pribadinya dengan
pasien. Budaya, agama, ras, latar belakang pendidikan, pengalaman masa lalu,
pemikiran yang berbeda dan harapan antara perawat dan pasien memainkan peran
110
sekaligus menginformasikan perkembangan kondisi keperawatan pasien
perawat yang bertugas saat itu, bila perlu anjurkan pasien atau keluarga
pasien datang dengan branchard/kursi roda) dan diberikan posisi yang nyaman
5. Perkenalan pasien baru dengan teman sekamar
6. Setelah pasien tenang dan situasi sudah memungkinkan, perawat memberikan
111
(termasuk perawat yang bertanggung jawab dan sentralisasi obat), medis
( dokter yang bertanggung jawab dan jadwal visite), dan tata tertib ruangan
serta penyakit.
7. Perawat menanyakan kembali tentang kembali kejelasan informasi yang telah
disampaikan.
8. Apabila pasien atau keluarga tentang kejelasan informasi yang telah
disampaikan
9. Perawat menyerakan kepada pasien lembar kuesioner tingkat kepuasan pasien.
10. Perawat mulai melakukan pengakajian terhadap pasien sesuai dengan format.
1. Kepala Ruangan
a. Menerima pasien baru
b. Memeriksa kelengkapan yang perlu diperhatikan untuk persiapan pasien
baru
2. Perawat ketua tim
a. Menyiapkan lembar penerimaan pasien baru
b. Menandatangani lembar penerimaan pasien baru
c. Mengorientasikan pasien pada ruangan
d. Memberikan penjelasan tetang perawat dan dokter yang bertanggung
jawab
e. Mendelegasikan pengkajian dan pemeriksaan fisik pada pasien baru
112
Membantu ketua tim dalam pelaksanaan penerimaan pasien baru, pengkajian
113
Alur Penerimaan Pasien Baru
Pelaksanaan
PP menjelaskan segala sesuatu yang tercantum dalam lembar penerimaan pasien baru
Terminasi Terminasi
114
Evaluasi
Evaluasi
A. Evaluasi Struktur
- Sarana dan prasarana yang menunjang antara lain lembar penerimaan
PA. sementara pada sift sore dilakukan oleh KATIM dan Perawat
Pelaksana.
B. Evaluasi Proses
- Pasien baru disambut oleh KARU, KATIM dan PP
- Pasien baru diberi penjelasan tentang orientasi ruangan, perawatan,
115
B. Pengetahuan
1. Pengertian
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini tejadi setelah orang melakukan
pengalaman ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng
dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).
pada pasien baru adalah sesuatu yang diketahui oleh perawat berkaitan dengan
orientasi terhadap pasien baru yang meliputi pengenalan terhadap pasien dan
keluarganya terkait dengan asuhan keperawatan yang dimulai dari pengenalan diri,
2. Tingkat Pengetahuan
a. Tahu ( know )
Tahu diartikan mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, dari
seluruh bahan yang dipelajari. Tahu ini merupakan tingkat pengertian yang
paling rendah.
b. Memahami (Comprehension)
116
Memahami ini diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
kondisi sebenarnya.
c. Aplikasi (Aplication)
Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi
baru.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evalusi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
tentang isi materi yang ingin diukur dari responden (Notoatmodjo, 2003 ).
terhadap pasien baru, serta hal-hal yang akan disampaikan dalam orientasi tersebut.
4. Sumber – sumber pengetahuan
Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang berasal dari
berbagai macam sumber, misalnya media massa, media elektronik, buku petunjuk,
117
masyarakat baik formal maupun informal, ahli agama, pemegang pemerintahan dan
sebagainya.
Sumber pengetahuan perawat tentang pelaksanaan orientasi terhadap pasien
baru dapat berasal dari pendidikan dan pelatihan yang diprogramkan oleh pihak
terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang berpendidikan tinggi akan
memberikan respon yang lebih rasional terhadap informasi yang datang dan
akan berpikir sejauh mana keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh
terhadap perkembangan orang lain menuju kearah suatu cita – cita tertentu.
Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang
akan pola hidup, terutama dalam memotivasi sikap berperan serta dalam
pasien baru dan hanya berfokus pada penanganan perawatan saja. Pelaksanaan
orientasi pasien baru ini nantinya diharapkan pasien dapat memahami hak-hak
118
yang bisa didapatkan serta perawat dapat memberikan asuhan keperawatan
lebih professional.
b. Paparan media massa
Melalui berbagai media baik cetak maupun elektronik berbagai informasi
media massa (TV, radio, majalah, pamflet, dan lain - lain) akan memperoleh
informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan orang yang tidak pernah
jendela informasi dapat menjadi salah satu sumber bagi perawat untuk
hal.
d. Hubungan social
Manusia adalah makhluk sosial dimana dalam kehidupan saling berinteraksi
antara satu dengan yang lain. Individu yang dapat berinteraksi secara continue
119
dengan demikian hubungan sosial dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan
tersebut informasi tentang suatu hal dapat diperoleh. Pengalaman kerja selama
120
dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang di peroleh
jalan pikiran. Cara ini melahirkan pemikiran secara tidak langsung melalui
penelitian ilmiah yang mempunyai sifat lebih sistematis, logis dan ilmiah.
121
C. Kerangka Teori
Predisposisi:
Pendidikan Pengetahuan
Media Masa
Sikap
Ekonomi
Keyakinan
Hubungan
Sosial
Pengalaman Praktek orientasi
perawat terhadap
pasien baru
Enabling:
Sarana dan
prasarana
Reinforcing:
- Pengetahuan dan
sikap teman kerja.
- Pasien dan keluarga.
- Budaya, agama, ras.
- Latar belakang
pendidikan,
pengalaman masa
lalu.
- Pemikiran yang
berbeda dan harapan
antara perawat dan
pasien.
122
Sumber : Modifikasi Notoatmodjo (2003), (Bowhuizen, 1986)
123
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penerimaan klien baru dilakukan oleh perawat ketika ada pasien atau klien
yang baru datang dari rumah sakit, baik rujukan dari rumah maupun rujukan dari
rumah sakit atau puskesmas sebelumnya yang menjadi tempat berobat. Selain itu
bahwa penerimaan pasien baru termasuk bagian utama dari proses keperawatan sebab
klien atau pasien yang diperoleh ketika perawat menerima pasien baru, baik rujukan
dari rumah maupun rujukan dari lembaga kesehatan sebelumnya seperti rumah sakit
atau puskesmas.
B. Saran
pembaca maupun perawat agar nantinya dapat melakukan tindakan penerimaan klien
baru dapat dilakukan dengan sesuai prosedur yang benar. Namun, dalam makalah
kami tentunya masih jauh dari kesempurnaan jadi kami sangat perlu kritikan dari
dosen pembimbing maupun dari pihak yang terkait dengan mata kuliah Manajemen
124
melakukan pendekatan tentang pasien tersebut sehingga dalam proses keperawatan
125