Anda di halaman 1dari 90

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Penerapan 4P dalam Komunikasi SBAR saat Operan Jaga


1. Kajian teori

Operan jaga merupakan teknik/cara untuk menyampaikan dan menerima sesuatau

dalam (laporan) yang berkaitan dengan keadaan pasien. Operan jaga harus dilakukan

seefektif mungkin dengan menjelaskan secara singkat, jelas, dan lengkap tentang

tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan atau belum dan

perkembangan pasien saat itu. Informasi yang disampaikan harus akurat sehingga

berkesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan sempurna. Operan jaga

dilakukan oleh perawat primer keperawatan kepada perawat primer (penanggung

jawab) dinas sore atau malam secara tertulis dan lisan. Manfaat operan jaga bagi

perawat antara lain meningkatan kemampuan komunikasi antar perawat, menjalin

hubungan kerjasama dan bertanggung jawab antar perawat, pelaksaanaan asuhan

keperawat terhadap pasien yang berkesinambungan, dan perawat dapat mengikuti

perkembangan pasien secara paripurna. Manfaat operan jaga bagi pasien adalah

pasien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila ada yang belum terungkap

(Nursalam, 2014, hlm. 20).

1. Implementasi

36
a. Menyusun naskah akademik dan petunjuk atau pedoman (SPO)

operan jaga
b. Membuat video tentang operan jaga
c. Seminar penayangan video operan jaga
d. Membuat program rencana mingguan supervisi
e. Pembuatan nama PPJP, PP untuk setiap pergantian shift di setiap

kamar pasien.
f. Role model.
2. RTL
a. Menerapkan pedoman (SPO) operan jaga
b. Memonitoring penerapan SPO operan jaga
c. Mengevaluasi penerapan SPO operan jaga
d. Rekomendasi penambahan tenagga kerja
e. Peningkatan jenjang pendidikan pegawai lebih tinggi
ALASAN:
Penerapan SPO belum dapat dilkasnakan karena masih dalam bentuk naskah

akademik dan belum di sahkan oleh pihak rumah sakit. Diharapkan dapat di tindak

lanjuti oleh pihak rumah sakit dan untuk mahasiswa stase manajemn selajutnya.

3. EVALUASI
a. Kajian Data

Tabel 4.1
Lembar Observasi Pelaksanaan Operan Jaga di Ruang Prabu Siliwangi
RSUD Gunung Jati Cirebon Tahun 2016

Responden Jumlah
No Opsi Pengkajian (perawat)
a b c d e f
Dilakukan kunjungan singkat ke √ √ √ √ √ √ 6
1 setiap kamar pasien diikuti oleh
seluruh peserta timbang terima tugas
Dilakukan komunikasi antar perawat √ √ √ √ √ √ 6
pemberi tanggung jawab dengan
2 perawat penerima tanggung jawab
yang dilakukan didepan pasien
dengan suara pelan atau tidak rebut

37
Perawat memberi tanggung jawab √ √ √ √ √ √ 6
menyebutkan identitas pasien,
3 diagnosa keperawatan, tindakan
keperawatan yang telah dilakukan
berserta waktu pelaksanaanya
Menginformasikan jenis dan waktu √ - √ √ √ √ 5
4 rencana tindakan keperawatan yang -
belum dilakukan _
Menyebutkan perkembangan kondisi √ √ √ √ √ √ 6
5
pasien yang ada selama shif
Menginformasikan pendidikan _ _ √ √ √ - 3
6 kesehatan yang telah dilakukan (bila _
ada)
Mengevaluasi hasil tindakan √ √ √ √ √ √ 6
7
keperawatan
Menyebutkan terapi dan tindakan √ √ √ √ √ √ 6
8 medis berserta waktunya yang telah
dilakukan selama shif
Menyebutkan tindakan medis yang √ √ √ √ √ √ 6
9
belum dilakukan selama shif
Perawat memperkenalkan diri kepada √ _ _ √ √ √ 4
pasien atau keluarga, menyampaikan
adanya pengalihan petugas jaga
a. Menanyakan keluhan pasien √ √ √ √ √ √ 6
b. Menanyakan tentang eliminasi
pasien √ √ √ _ _ √ 4
c. Menanyakan tentang
kenyamanan posisi pasien
d. Menanyakan tentang hal-hal √ √ √ √ √ √ 6
yang masih di butuhkan pasien
sebelum perawat pergi
√ √ √ √ √ √ 6

Memberikan salam kepada pasien √ √ √ √ √ √


11 atau keluaraga pasien selanjutnya 6
berlanjut ke pasien lainnya
Jumlah (90 = 100%) 81 (90%)
Sumber : Hasil Observasi tanggal 15-23 April 2016 di Ruang Prabu Siliwangi
RSUD Gunung Jati Cirebon

38
Perhitungan : 90 %
Kategori :
Baik : > 75%
Cukup : 60-75%
Kurang : < 60%
4. Analisa data

Berdasarkan tabel diatas dapat terlihat bahwa hasil evaluasi rata-rata pelaksanaan

operan jaga di Ruang Prabu Siliwangi RSUD Gunung Jati Cirebon termasuk dalam

kategori baik yaitu sebesar 90 %. Bila dibandingkan dengan evaluasi rata-rata

pelaksanaan operan jaga sebelumnya dalam kategori kurang yaitu sebesar dimana

terjadi peningkatan sebesar 60%.

5. Dukungan

Perawat dapat berkerjasama dengan baik, namun perlu di tingkatkan untuk operan

jaga tentang diagnosa keperawatan dan penerapan 4P saat operan jaga. Selain

dukungan dari perawat kelompok juga mendapat dukungan dari kepala ruang (Hj.

Aminah, S.Kep.,Ners.) dan pembimbing klinik (Mutmainah, S. Kep.,Ners.).

B. Supervisi
1. Kajian teori

Era globalisasi dapat memberikan dampak positif bagi setiap profesi kesehatan

untuk terus berusaha meningkatkan kinerja diberbagai kebutuhan pelayanan

kesehatan secra professional. Sejalan dengan hal tersebut tuntutan masyarakan akan

kualitas pelayanan kesehatn juga makin meningkat dalam memberikan asuhan

keperawatan secar professional seharusnya didukung dengan adanya sumberdaya

manusia yang bermutu, stdar pelayanan, termasuk pelayanan yang berkualitas,

39
disamping fasilitas yang sesuai dengan harapan masyarakat agar playanan

keperawatan sesuai dengan harapan konsumen dan memenuhi standar yang berlaku

mak perlu dilakukan pengawasan atau supervise terhadap pelaksnaan asuhan

keperawatan . supervise merupakan salah satu bentuk kegiatan dari manajemn

keperawatn dan merupakan cara yang tepat untuk menjaga mutu pelayanan

keperawatan. Supervise adalah teknik pelayanan yang tujuan utamanya adalah

mempelajari dan memperbaiki secar bersama-sama. Kunci sukses supervise yaitu 3F

yaitu fair, feed bac, follow uf, suvervisi merupakan ujung tombak tercapainya tujuan

pelayanan kesehatan di rumah sakit.

2. Implementasi
a. Menyusun alur pelaksanaan supervisi
b. Menyusun format supervisi.
c. Membuat jadwal mingguan dan bulanan kepala ruangan untuk pelaksaan

suvervis
d. Pembuatan instrument supervisi.
e. Pengadaan papan jadwal supervisi

3. RTL
a. Penerapan progam pelaksanaan suvervisi
Alasan :
untuk penerapan dan pelaksanaan diharapkan mampu di implemntasikan oleh

kepala ruangan dalam pelaksaan supervisi


4. Evaluasi
a. Kajian Teori
Tabel 4.3
Format observasi supervise kepala ruangan Prabu siliwangi
RSUD Gunung Jati Cirebon
No Variabel Tersedia Tidak tersedia
1 Jadwal mingguan √ -

40
2 Jadwal bulanan √ -
3 Format dokumentasi √ -
4 Instrument suvervisi √ -
Jumlah 4 0
Persentase 100%
Sumber : Hasil Observasi tanggal 11-23 April 2016 di Ruang prabu siliwangi
RSUD Gunung Jati Kota Cirebon.

Perhitungan : 88,57 %
Kategori :
Baik : > 75%
Cukup : 60-75%
Kurang : < 60%
5. Analisa data

Berdasarkan tabel 4.3 diatas dapat terlihat bahwa hasil evaluasi supervisi di

ruangan Prabu Siliwangi Rsud Gunung Jati Cirebon pada tanggal 25-27 april 2016

termasuk dalam kategori baik yaitu sebesar 100%. Dimana Kepela Ruangan sudah

mempunyai jadwal harian, minggun dan bulanan untuk melakukan supervisi

sertakepala ruangan sudah memiliki format dokumentasi hasil supervisi. Sehingga

supervise dapat dilakukan dan didokumentasikan secara optimal sesuai prosedur

tetap.

4. Dukungan

Pelaksanaan progam sangat di dukung oleh kepala ruangan dan perawat yang ada

di ruang prabu siliwangi, selain itu kepala ruangan dan CI selalu memberikan

masukan serta memberi bimbingan untuk pelaksaan program yang di ajukan oleh

mahasiswa.

C. Orientasi Pasien Baru


1. Kajian Teori

41
Menurut Sofyandi (2008, hlm. 68), orientasi adalah pengenalan dan adaptasi

terhadap situasi atau lingkungan. Pengenalan atau orientasi perlu diprogramkan

karena adanya sejumlah aspek khas yang muncul pada saat sesorang memasuki

lingkungan yang baru, antara lain : berupa kecemasan apakah ia diterima dalam

lingkungan yang baru, dan harapan yang tidak realistis karena tidak mempunyai

gambaran atau informasi yang jelas dan lengkap tentang lingkungan yang baru.

Untuk itu diperlukan proses sosialisasi supaya pasien dapat segera menyesuaikan diri

dengan lingkungan rumah sakit.

Menurut Handoko (2011, hlm.88) program orientasi dapat menurunkan perasaan

terasing, cemas dan khawatir karena mereka dapat merasakan bagian dari organisasi

(lingkungan rumah sakit) secara lebih cepat, merasa lebih terjamin atau aman dan

lebih diperhatikan. Pasien yang masuk ke rumah sakit dan menjalani rawat inap

secara umum memiliki stressor yang tinggi. Adanya stressor di rumah sakit akan

memunculkan perasaan takut dan cemas terhadap penyakitnya, merasa asing terhadap

lingkungan yang baru, bingung, dan mungkin menjadi tidak sabaran dan marah.

Kondisi ini perlu mendapat perhatian dari perawat yang berada di ruangan dimana dia

dirawat agar pasien merasa nyaman dan menimbulkan persepsi baik terhadap

pelayanan kesehatan yang akan ia terima. Seperti dinyatakan oleh Yahya (2009,

hlm.322 ) bahwa seiring denganmeningkatnya kesadaran masyarakat akan hak-

haknya, maka hubungan petugas rumah sakit (termasuk perawat) dan pasien

mengalami perubahan yang sangat berarti dari hubungan yang dulunya lebih

42
menyerupai hubungan orang tua anak (paternalistik) bergeser menjadi hubungan

yang bersifat kemitraan (patnership).

2. Implementasi
a. Penyusunan proposal tentang orientasi pasien baru
b. Penyusunan format orientasi pasien baru
c. Penyusunan SPO tentang orientasi pasien baru
d. Membuat alur pelaksanaan pasien baru
e. Membuat video tentang orientasi pasien baru

3. RTL
a. Melakukan sosialisasi dengan pemutaran video kepada perawat ruangan
b. Memonitoring penerapan SPO orientasi pasien baru
c. Mengevaluasi penerapan SPO orentasi pasien baru
d. Rekomendasi penambahan tenagga kerja
e. Peningkatan jenjang pendidikan pegawai lebih tinggi
Alasan :
Proposal masih dalam bentuk naskah akademik dan belum di sahkan oleh

pihak rumah sakit sehingga belum dapat di bakukan dan diterapkan

diharapkan untuk selanjutnya dapat dibakukan dan di tindak lanjuti oleh pihak

rumah sakit dan mahasiswa manajemn selanjutnya

4. Evaluasi
Tabel 4.2
Pelaksanaan Orientasi pasien baru di rauang Prabu Siliwangi
RSUD Gunung Jati Cirebon tahun 2016

No Opsi Pengkajian Jumlah


Responden
A b c d E
1 Menjelaskan posisi keberadaan √ √ √ √ √ 5
pasien dan tata ruang prabu
siliwangi

43
2 Menjelaskan arah evakuasi √ √ √ √ √ 5

3 Menjelaskan nama DPJP dan √ √ - √ √ 4


Perawat penanggung jawab
4 Menjelakan tentang peraturan di √ √ √ √ √ 5
ruang prabu siliwangi
5 Menjelakan fungsi gelang √ √ √ √ √ 5

6 Menjelaskan tentang hak dan √ √ √ √ √ 5


kewajiban pasien
7 Klien memahami penjelasan √ √ √ √ √ 5
perawat dan menyebutkan kembali
tentang
a. Keberadaan pasien √ √ √ √ √ 5
b. Tata ruang prabu siliwangi √ √ √ √ -
4
c. Menjelaskan tentang fungsi √ √ √ √ √ 5
gelang.
d. Arah evakuasi √ √ √ √ - 4

e. DPJP dan Perawat Penanggung √ √ √ √ - 4


Jawab

f. Hak dan kewajiban pasien √ √ √ - √ 4

65 59
JUMLAH NILAI

90,76%
PERSENTASE

Sumber : Hasil Observasi tanggal 15-23 April 2016 di Ruang Prabu Siliwangi
RSUD Gunung Jati Cirebon

Perhitungan : 90 %
Kategori :
Baik : > 75%
Cukup : 60-75%
Kurang : < 60%

5. Analisa :

44
Berdasarkan tabel 4.1 didapatkan hasil sebesar 82.5% pasien sudah memahami

dan dilakukan orientasi ruangan. Pelaksanaan orientasi dilakukan selama 6 hari yaitu

tanggal 15-23 April 2016, pelaksanaan dilakukan pada pasien baru dan pasien yang

belum dilakukan orientasi ruangan.

6. Dukungan

Pelaksanaan progam sangat di dukung oleh perawat dan petugas yang ada di

ruang prabu siliwangi. Selain itu di dalam ruang prabu sudah udah terdapat peta dan

arah evakuasi sehingga memudahkan pelaksanaan, untuk peraturan yang ada. Sudah

tersedia brosur atau leaflet tentang hak dan kewajiban pasien.

7. Hambatan

Pelaksanaan implementasi kurang optimal dikarenakan dengan jumlah tenaga

kerja yang kurang di ruang prabu siliwangi, sehingga perawat dan petugas ruang lebih

terfokus pada pelaksanaan progam pokok dan tindakan delegasi.

D. Pelaksanaan PPI hand hygiene

1. Kajian Teori

Hand hygiene merupakan salah satu tindakan yang paling penting untuk

mencegah mikroorganisme patogen pada pasien. Selain itu mencuci tangan juga dapat

mengurangi pemindahan mikroba ke pasien dan menghambat pertumbuhan

mikroorganisme pada kuku, tangan dan lengan1. Dengan mencuci tangan pasien akan

terlindung dari bakteri yang ada pada tangan perawat, bakteri tersebut misalnya

45
Staphylococcus Aureus, Pseudomonas Auregidan organisme lainnya yang potensial

menyebabkan infeksi pada pasien2. Mencuci tangan tidak hanya melindungi pasien

dari infeksi bakteri patogen yang dibawa oleh perawat dari pasien lain, namun juga

melindungi perawat dari infeksi bakteri patogen yang berasal dari pasien. Pencucian

tangan sangat penting dalam setiap tindakan perawat karena organisme transien dapat

dengan mudah dihilangkan.

Cuci tangan adalah tindakan penting dalam upaya pencengahan infeksi

nosokomial pada lingkungan dan para petugas kesehatan. Menghambat rute penularan

bakteri dari sumber potensial dan reservoir bakteri ke orang yang tidak mengalami

infeksi dengan hand hygiene yang efektif terutama pada tenaga medis juga

merupakan salah satu pencegahan. Hand hygiene termasuk Cuci tangan merupakan

cara yang efektif untuk mengontrol infeksi, dan disinfeksi tangan merupakan tindakan

pencegahan primer yang dapat dilakukan oleh tenaga layanan kesehatan. Pencucian

menyeluruh dengan jumlah air dan sabun yang memadai dapat menghilangkan lebih

dari 90% flora sementara. Disinfeksi dengan alkohol digunakan untuk membunuh

mikroorganisme beserta kontaminan yang ada.

2. Implemntasi

a. Pembuatan poster tentang 5 moment cuci tangan

b. Roll play 5 momnt cuci tangan

c. Evaluasi 5 moment cuci tangan pada setiap perawat

d. Pengawasan pelaksanaan 5 moment cuci tangan

e. Membuat program rencana mingguan supervisi

46
3. RTL

a. Rekomendasi pengadaan sabun dan tissue di setiap wastafel

b. Rekomendasi penambahan tenagga kerja

c. Peningkatan jenjang pendidikan pegawai lebih tinggi

Alasan:

Rekomendasi pengadaan sabun dan tisse pihak rumah sakit dapat menindak

lanjuti program pelaksaananya dan diharpkan dengan adanya program yang

telah diimplemntasikan.

4. Evaluasi

a. Kajian Teori

Tabel 4.4
Pelaksanaan Hand Hygiene baru di ruang prabu siliwangi
RSUD Gunung Jati Kota Cirebon
Responden (Perawat)
No Variabel Jumlah
A b c D e
1 Melakukan cuci tangan √ √ √ √ √ 5
dengan 6 langkah benar
2 Melepas asesoris pada tangan - √ √ √ √ 4
sebelum cuci tangan
3 Melakukan cuci tangan √ - √ √ √ 4
sebelum kontak dengan pasien
4 Melakukan cuci tangan setelah √ √ √ √ √ 5
kontak dengan pasien
5 Melakukan cuci tangan setelah √ √ √ √ √ 5
terkena cairan tubuh pasien
6 Melakukan cuci tangan √ √ √ √ √ 5
sebelum tindakan aseptic
7 Melakukan cuci tangan setelah √ √ √ √ 4
kontak dengan lingkungan
pasien
Jumlah 35 32
Persentasi (%) 91,42%

47
Sumber : Hasil Observasi tanggal 11-23 April 2016 di Ruang prabu siliwangi
RSUD Gunung Jati Kota Cirebon.

Perhitungan : 88,57 %
Kategori :
Baik : > 75%
Cukup : 60-75%
Kurang : < 60%

3. Analisa Data

Berdasarkan tabel 4.4 diatas dapat terlihat bahwa hasil evaluasi rata-rata

pelaksanaan hand hygiene jaga di Ruang rabu siliwangi RSUD Gunung Jati Kota

Cirebon termasuk dalam kategori baik yaitu sebesar 91,42 %. Bila dibandingkan

dengan evaluasi rata-rata pelaksanaan hand hygiene sebelumnya dalam kategori

kurang yaitu sebesar 42,85% dimana terjadi peningkatan sebesar 48,57%.

4. Dukungan

Pelaksanaan progam sangat di dukung oleh perawat dan petugas yang ada di

ruang prabu siliwangi dan dilengkapi dengan adanya fasilitas wastafel, sabun, tisu,

dan tempat sampah khusus tisu.

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

48
1. Hasil evaluasi pelaksanaan 4P dalam komunikasi SBAR saat operan jaga di

ruang Prabu Siliwangi RSUD Gunung Jati Kota Cirebon termasuk dalam

kategori baik yaitu sebesar 90 %.


2. Hasil evaluasi perencanaan supervisi di ruang Prabu Siliwangi RSUD Gunung

Jati Kota Cirebon sudah memiliki format serta instrument yang akan di

gunakan untuk supervisi.


3. Hasil evaluasi pelaksaanaan orientasi pasien baru di ruang Prabu Siliwangi

RSUD Gunung Jati Kota Cirebontermasuk dalam kategorik baik yaitu sebesar

90, 76%.
4. Hasil evaluasi rata-rata pelaksanaan PPI hang Hygiene di ruang Prabu

SiliwangiRSUD Gunung Jati Kota Cirebon termasuk dalam kategori baik

yaitu sebesar 91,42 %.


B. Saran
Berdasarkan hasil evaluasi selama 4 minggu dapat disimpulkan bahwa

manajemen di ruang prabu siliwangi RSUD Gunung Jati Kota Cirebon sudah baik.

Namun, ada beberapa hal yang harus ditingkatkan yaitu tentang penerapan

komunikasi therapeutik dengan 4P (pain, potty, possition, possesive) dalam SBAR

saat handover di depan pasien, kepatuhan perawat dalam melakukan orientasi

ruangan pada pasien baru maupun pasien pindahan, kepatuhan perawat dalam

melakukan penilaian resiko jatuh serta penerapan intervensinya pada komunikasi

pasien dan keluarga, mengoptimalkan kegiatan supervisi untuk meningkatkan mutu

pelayanan dirumah sakit. Diharapkan kepatuhan perawat saat melakukan tindakan

keperawatan dapat menerapkan 5 moment dan hand hygiene sesuai dengan prosedur

yang benar, serta dalam melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan SP. Untuk

49
jumlah ketenagakerjaan yang kurang memadai perlu mendapat perhatian khusus

sehingga dapat tercapai pelayanan keperawatan profesional yang optimal.

NASKAH AKADEMIK OPERAN

Disusun Oleh :

Kelompok Prabu Siliwangi

50
PROGRAM PROFESI NERS
YAYASAN INDRA HUSADA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
STIKes INDRAMAYU
2015/2016
DAFTAR ISI

Halaman

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang …………………………………………………………………... 1


B. Tujuan ……………………………………………………………………………. 2
C. Manfaat Penelitian ……………………………………………………………….. 3

BAB II MATERI TIMBANG TERIMA

A. Pengertian …………………………………………………………. …… 4
B. Tujuan………………..………………………………………………… 5
C. Langkah Timbang Terima ………………….…………………………… 5
D. Hal – hal yang Perlu Diperhatikan……………………………………................ 5
E. Prosedur dalam timbang terima …………………………………………. 6
F. Metode dan media ……………………………………………………………… 7
G. Faktor-faktor dalam timbang terima …………………………………….. 7
H. Efek timbang terima dalam shift jaga …………………………………… 8
I. Dokumentasi dalam timbang terima ……………………………………. 9
J. Alur timbang terima ……………………………………………………. 10
K. Prosedur timbang terima (operan) ……………………………………… 11

51
L. Kriteria Evaluasi ………………………………………………………… 14

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ………………………………………………………….... 17

B. Saran ………………………………………………………………….. 17

52
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manajemen adalah proses dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain (Gilles,
1989). Dan menurut (Swanburg, 2000) mendefinisikan manajemen sebagai ilmu atau seni
tentang bagaimana menggunakan sumber daya secara efisien, efektif, dan rasional untuk
mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. (Keliat, 2009).

Pengoptimalan peran dan fungsi perawat, terutama peran dan fungsi mandiri merupakan
satu upaya dalam meningkatkan profesionalisme pelayanan keperawatan. Hal ini berkaitan
dengan tuntutan profesi dan tuntutan global bahwa setiap perkembangan dan perubahan
memerlukan pengelolaan secara profesional dengan memperhatikan setiap perubahan yang
terjadi. Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan dirasakan sebagai suatu fenomena
yang harus direspon oleh perawat. Respon yang ada harus bersifat kondusif dengan belajar
tentang konsep pelayanan keperawatan dan langkah- langkah konkret dalam pelaksanaannya.
Langkah- langkah tersebut dapat berupa penataan ketenagaan dan pasien, penerapan MAKP
dan perbaikan dokumentasi keperawatan.

Profesionalisme dalam pelayanan keperawatan dapat dicapai dengan mengoptimalkan


peran dan fungsi perawat, terutama peran dan fungsi mandiri perawat. Hal ini dapat
diwujudkan dengan baik melalui komunikasi yang efektif antar perawat, maupun dengan tim
kesehatan yang lain. Salah satu bentuk komunikasi yang harus ditingkatkan efektifitasnya
adalah saat pergantian shift, yaitu saat timbang terima klien.Timbang terima merupakan
teknik atau cara untuk menyampaikan dan menerima sesuatu (informasi) yang berkaitan
dengan keadaan klien. Timbang terima klien harus dilakukan seefektif mungkin dengan
menjelaskan secara singkat jelas dan lengkap tentang tindakan mandiri perawat, tindakan

53
kolaboratif yang sudah dilakukan/belum dan perkembangan klien saat itu. Informasi yang
disampaikan harus akurat sehingga kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan
dengan sempurna. Timbang terima dilakukan oleh perawat primer antar shift secara tulisan
dan lisan.

Timbang terima merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan dan menerima
informasi yang berkaitan dengan keadaan klien. Timbang terima harus dilakukan seefektif
mungkin dengan menjelaskan secara singkat, jelas dan komplit tentang tindakan mandiri
perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan saat itu. Informasi yang disampaikan
harus akurat sehingga kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan sempurna.
Timbang terima dilakukan oleh perawat primer antar shift secara tulisan dan lisan.

Selama ini timbang terima sudah dilakukan. Isi dan substansi timbang terima yang
dilakukan selama ini adalah identitas pasien, diagnosa medis, diagnosa keperawatam,
program terapi yang sudah dilakukan dan rencana tindakan yang akan dilakukan. Timbang
terima dilakukan secara lisan dan tertulis kemudian keliling ke semua pasien. Timbang terima
perlu terus ditingkatkan baik teknik maupun alurnya karena timbang terima merupakan
bagian penting dalam menginformasikan permasalahan klien sehari- hari.

Keakuratan data yang diberikan saat timbang terima sangat penting, karena dengan
timbang terima ini maka pelayanan asuhan keperawatan yang diberikan akan bisa
dilaksanakan secara berkelanjutan, dan mewujudkan tanggungjawab dan tanggunggugat dari
seorang perawat. Bila timbang terima tidak dilakukan dengan baik, maka akan muncul
kerancuan dari tindakan keperawatan yang diberikan karena tidak adanya informasi yang bisa
digunakan sebagai dasar pemberian tindakan keperawatan. Hal ini akan menurunkan kualitas
pelayanan keperawatan dan menurunkan tigkat kepuasan pasien. Kegiatan timbang terima
yang telah dilakukan perlu dipertahankan dan ditingkatkan kualitasnya.

Berdasarkan kondisi tersebut, maka mahasiswa Program profesi ners STIKes akan
melaksanakan timbang terima pasien berdasarkan konsep Model Asuhan Keperawatan
Profesional Primary Nursing di ruang prabu siliwangi RSUD Gunung Jati Cirebon.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum

54
a. Setelah dilakukan timbang terima, maka mahasiswa dan perawat mampu
b. mengkomunikasikan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan klien dengan baik,
c. sehingga kesinambungan informasi mengenai keadaan klien dapat dipertahanka
2. Tujuan Khusus
a. Menyampaikan masalah, kondisi dan keadaan klien (data fokus).
b. Menyampaikan hal-hal yang sudah/belum dilakukan dalam asuhan keperawatan pada
klien.
c. Menyampaikan hal-hal yang penting yang perlu ditindaklanjuti oleh dinas
berikutnya.
d. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.

C. Manfaat
1. Bagi Perawat
a. Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat.
b. Menjalin suatu hubungan kerjasama dan bertanggungjawab antar perawat.
c. Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap klien yang berkesinambungan.
d. Perawat dapat mengikuti perkembangan klien secara paripurna.
2. Bagi Klien
Klien mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal.
3. Bagi Rumah Sakit
Meningkatkan pelayanan keperawatan kepada klien secara komprehensif.

55
BAB II

MATERI TIMBANG TERIMA

A. Pengertian

Timbang terima adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima suatu laporan
yang berkaitan dengan keadaan klien. Timbang terima merupakan kegiatan yang harus
dilakukan sebelum pergantian shift. Selain laporan antar shift, dapat disampaikan juga
informasi-informasi yang berkaitan dengan rencana kegiatan yang telah atau belum
dilaksanakan.

Operan merupakan sistem kompleks yang didasarkan pada perkembangan sosio-


teknologi dan nilai-nilai yang dimiliki perawat dalam berkomunikasi. Operan shif berperan
penting dalam menjaga kesinambungan layanan keperawatan selama 24 jam (Kerr, 2002).
Tujuan komunikasi selama operan adalah untuk membangun komunikasi yang akurat,
reliabel (Lardner, 1996), tentang tugas-tugas yang akan dilanjutkan oleh staf pada shif
berikutnya agar layanan keperawatan bagi pasien berlangsung aman dan efektif, menjaga
keamanan, kepercayaan, dan kehormatan pasien, mengurangi kesenjangan dan ketidak
akuratan perawatan, serga memberi kesempatan perawat meninggalkan pelayanan langsung.
(Achmad, dkk, 2012).

Operan merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan dan menerima sesuatu
(laporan) yang berkaitan dengan keadaan pasien. Operan pasien harus dilakukan seefektif
mungkin dengan menjelaskan secara singkat, jelas dan lengkap tentang tindakan mandiri
perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dan yang belum dilakukan serta perkembangan
pasien saat itu. Informasi yang disampaikan harus akurat sehingga kesinambungan asuhan
keperawatan dapat berjalan dengan sempurna. Operan dilakukan oleh perawat primer

56
keperawatan kepada perawat primer (penanggung jawab) dinas sore atau dinas malam secara
tertulis dan lisan. (Nursalam, 2011).

Menurut Keliat, 2009. Operan adalah komunikasi dan serah terima pekerjaan antara shift
pagi , sore dan malam. Operan dari shif malam ke shif pagi dan dari shif pagi ke shif sore
dipimpin oleh kepala ruangan, sedangkan operan dari shif sore ke shif malam dipimpin oleh
penanggung jawab shif sore.

B. Tujuan
1. tujuan umum
menjaga kesinambungan informasi keadaan pasien kepada setiap sif
2. tujuan khusus
a. menyampaikan kondisi dan keadaan penderita (data fokus)
b. menyampikan hal-hal yang sudah/belum dilakukan dalm askep pada
penderita
c. menyampaikan hal-hal yang penting yang harus ditindak lanjuti oleh dinas
berikutnya.
d. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.

C. Langkah-langkah dalam Timbang Terima


1. Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap.
2. Shift yang akan menyerahkan perlu menyiapkan hal-hal yang akan disampaikan.
3. Perawat primer menyampaikan kepada perawat penanggung jawab shift selanjutnya
meliputi:
a. Kondisi atau keadaan pasien secara umum
b. Tindak lanjut untuk dinas yang menerima operan
c. Rencana kerja untuk dinas yang menerima laporan
4. Penyampaian timbang terima diatas harus dilakukan secara jelas dan tidak terburu-
buri.
5. Perawat primer dan anggota kedua shift bersama-sama secara langsung melihat
keadaan pasien. (Nursalam, 2002)

D. Hal –hal yang harus diperhatikan


1. Dilaksanakan tepat pada waktu pergantian shift
2. Dipimpin oleh kepala ruangan atau penanggung jawab pasien (PP)

57
3. Diikuti oleh semua perawat yang telah dan yang akan dinas
4. Informasi yang disamapaika harus akurat dan systemmatis, dan memberikan
gamabaran kondisi pasien sat ini serta menjaga kerahasiaan pasien.
5. Timbang terima harus berorientasi pada permasalahan pasien.
6. Pada saat timbang terima dikamar pasien, menggunakan volume suara yang cuckup
sehingga pasien disebelahany tidak mendengar sesuatu yang rahasia bagi pasien,
sesuatu yang dianggap rahasia sebaiknya tidak dibicarakan secara langsung didekat
pasien.
7. Sesuatu yang mungkin membuat paien terkejut atau shock sebaiknya dibicarakan di
nurse station

E. Prosedur dalam Timbang Terima


1. Persiapan
a. Kedua kelompok dalam keadaan siap.
b. Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan.
2. Pelaksanaan
Dalam penerapannya, dilakukan timbang terima kepada masing-masing penanggung
jawab:
a. Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian shift atau operan.
b. Dari nurse station perawat berdiskusi untuk melaksanakan timbang terima dengan
mengkaji secara komprehensif yang berkaitan tentang masalah keperawatan
klien, rencana tindakan yang sudah dan belum dilaksanakan serta hal-hal penting
lainnya yang perlu dilimpahkan.
c. Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang lengkap sebaiknya
dicatat secara khusus untuk kemudian diserahterimakan kepada perawat yang
berikutnya.
d. Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima adalah :
1) Identitas klien dan diagnosa medis.
2) Masalah keperawatan yang kemungkinan masih muncul.
3) Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan.
4) Intervensi kolaborasi dan dependen.

58
5) Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan
selanjutnya, misalnya operasi, pemeriksaan laboratorium atau
pemeriksaan penunjang lainnya, persiapan untuk konsultasi atau prosedur
lainnya yang tidak dilaksanakan secara rutin.
e. Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan klarifikasi, tanya
jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang kurang jelas Penyampaian
pada saat timbang terima secara singkat dan jelas
f. Lama timbang terima untuk setiap klien tidak lebih dari 5 menit kecuali pada
kondisi khusus dan memerlukan penjelasan yang lengkap dan rinci.
g. Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara langsung pada buku laporan
ruangan oleh perawat.
h. (Nursalam, 2002)

F. Metode dan Media

1. Metode :

a. Karu memimpin proses Timbang Terima

b. Melakukan timbang terima antara Perawat Primer pagi dengan Perawat Primer sore.

c. Melaporkan status keadaan klien dari PP pagi ke PP sore.

d. Diskusi, tanya jawab dan validasi data kembali.

2. Media :

a. Materi disampaikan secara lisan.

b. Dokumentasi klien (status).

c. Buku Timbang Terima

G. Faktor-faktor dalam Timbang Terima


1. Komunikasi yang objective antar sesama petugas kesehatan.
2. Pemahaman dalam penggunaan terminology keperawatan.

59
3. Kemampuan menginterpretasi medical record.
4. Kemampuan mengobservasi dan menganalisa pasien.
5. Pemahaman tentang prosedur klinik.

H. Efek Timbang Terima dalam Shift Jaga


Timbang terima atau operan jaga memiliki efek-efek yang sangat mempengaruhi diri
seorang perawat sebagai pemberi layanan kepada pasien. Efek-efek dari shift kerja atau
operan adalah sebagai berikut:
1. Efek Fisiologi
Kualitas tidur termasuk tidur siang tidak seefektif tidur malam, banyak gangguan dan
biasanya diperlukan waktu istirahat untuk menebus kurang tidur selama kerja malam.
Menurunnya kapasitas fisik kerja akibat timbulnya perasaan mengantuk dan lelah.
Menurunnya nafsu makan dan gangguan pencernaan.
2. Efek Psikososial
Efek ini berpengeruh adanya gangguan kehidupan keluarga, efek fisiologis hilangnya
waktu luang, kecil kesempatan untuk berinteraksi dengan teman, dan mengganggu
aktivitas kelompok dalam masyarakat. Saksono (1991) mengemukakan pekerjaan
malam berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat yang biasanya dilakukan pada
siang atau sore hari. Sementara pada saat itu bagi pekerja malam dipergunakan untuk
istirahat atau tidur, sehingga tidak dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan tersebut,
akibat tersisih dari lingkungan masyarakat.
3. Efek Kinerja
Kinerja menurun selama kerja shift malam yang diakibatkan oleh efek fisiologis dan
efek psikososial. Menurunnya kinerja dapat mengakibatkan kemampuan mental
menurun yang berpengaruh terhadap perilaku kewaspadaan pekerjaan seperti kualitas
kendali dan pemantauan.
4. Efek Terhadap Kesehatan
Shift kerja menyebabkan gangguan gastrointestinal, masalah ini cenderung terjadi
pada usia 40-50 tahun. Shift kerja juga dapat menjadi masalah terhadap
keseimbangan kadar gula dalam darah bagi penderita diabetes.

60
5. Efek Terhadap Keselamatan Kerja
Survei pengaruh shift kerja terhadap kesehatan dan keselamatan kerja yang dilakukan
Smith et. Al (dalam Adiwardana, 1989), melaporkan bahwa frekuensi kecelakaan
paling tinggi terjadi pada akhir rotasi shift kerja (malam) dengan rata-rata jumlah
kecelakaan 0,69 % per tenaga kerja. Tetapi tidak semua penelitian menyebutkan
bahwa kenaikan tingkat kecelakaan industri terjadi pada shift malam. Terdapat suatu
kenyataan bahwa kecelakaan cenderung banyak terjadi selama shift pagi dan lebih
banyak terjadi pada shift malam.

I. Dokumentasi dalam Timbang Terima


Dokumentasi adalah salah satu alat yang sering digunakan dalam komunikasi
keperawatan. Hal ini digunakan untuk memvalidasi asuhan keperawatan, sarana
komunikasi antar tim kesehatan, dan merupakan dokumen pasien dalam pemberian
asuhan keperawatan. Ketrampilan dokumentasi yang efektif memungkinkan perawat
untuk mengkomunikasikan kepada tenaga kesehatan lainnya dan menjelaskan apa
yang sudah, sedang, dan akan dikerjakan oleh perawat.
1. Yang perlu di dokumentasikan dalam timbang terima antara lain:
a. Identitas pasien.
b. Diagnosa medis pesien.
c. Dokter yang menangani.
d. Kondisi umum pasien saat ini.
e. Masalah keperawatan.
f. Intervensi yang sudah dilakukan.
g. Intervensi yang belum dilakukan.
h. Tindakan kolaborasi.
i. Rencana umum dan persiapan lain.
j. Tanda tangan dan nama terang.
2. Manfaat pendokumentasian adalah:
a. Dapat digunakan lagi untuk keperluan yang bermanfaat.
b. Mengkomunikasikan kepada tenaga perawat dan tenaga kesehatan lainnya tentang
apa yang sudah dan akan dilakukan kepada pasien.

61
c. Bermanfaat untuk pendataan pasien yang akurat karena berbagai informasi mengenai
pasien telah dicatat. (Suarli & Yayan B, 2009)

J. Alur Timbang Teriama

SITUATION

Data demografi diagnosis Dianosa keperawatan (data)


medis

Backgroud

Riwayat keperawatan

Assessment :
KU;TTV;GCS;Sekala nyeri;
skala resiko jatuh; dan ROS
(Point Yang Penting)

Rekomendation :

1. Tindakan Yang Sudah


Dilakukan
2. Dilanjutkan
3. Stop
4. Modifikasi
5. Strategi Baru

62
K. Prosedur Timbang Terima (Operan)

TAHAP KEGIATAN WAKT TEMPA PELAKSANAA


U T N

Persiapan 1. Timabang terima Meni Nurse PP,PA


dilaksanakan setiap t station
pergantian shift/operan
2. Prinsip timabang terima,
semua pasien baru masuk
dan pasien yang memiliki
permasalahan yang
belum/dapat teratasi serta
yang membutuhkan
observasi lebih lanjut.
3. PA/PP menyampaikan
timbang terima kepala PP
(yang menerima
pendelegasian) berikutnya,
hal yang perlu disampaikan
dalam timbang terima:
a. Aspek umum yang
meliputi : MI s/d
M5
b. Jumlah pasien
c. Identitas pasien
dan diagnosa
medis
d. Masalah
keperawatan yang
muncul
e. Intervensi
keperawatan yang
sudah dan belum
dilaksanakan

63
(secara umum)
f. Maslah
keperawatan yang
masih muncul
g. Intervensi
kolaboratif dan
dependent
h. Rencana umum
dan persiapan yang
perlu dilakukan
(persiapan operasi,
pemeriksaan
penunjang dan
program lainya.
Pelaksanaa Nurse station Meni Nurse KARU, PP,PA
n t station
1. Kedua kelompok dinas
sudah siap (shift jaga) .
2. Kelompok yang akan
bertugas menyiapkan buku
catatan
3. Kepala ruangan membuka
acara timbang terima
4. Penyampaian yang jelas,
singkat, dan padat oleh
perawat jaga (NIC)
5. Perawat jaga shift
selanjutnya dapat
melakukan klarifikasi,
Tanya jawab dan
melakukan validasi
terhadap hal-hal yang
kurang jelas.

Ruang/be

64
Di bed pasien d pasien

6. Kepala ruangan
menyampaikan salam dan
PP menanyakan kebutuhan
dasar pasien
7. Perawat jaga selanjutnya
mengkaji secara penuh
terhadap masalah
keperawatan, kebutuhan
pasien, dn tindakan yang
telah/belum dilaksanakan,
serta hal-hal penting lainya
selama masa perawatan.
8. Hal yang sifatnya khusus
dan memerlukn perincian
yang matang sebaiknya
dicatat secara khusus untuk
kemudian diserahterimakan
kepada petugas berikutnya.

Post 1. Diskusi Meni Nurse KARU, PP,PA


2. Pelaporan untuk timbang
timbang t station
terima dituliskan secara
terima
langsung pada format
timbang terima yang
ditandatangani oleh PP
yang jaga berikutnya
diketahui oleh kepala
ruangan
3. Ditutup oleh karu

L. kriteria evaluasi

65
1. Persiapan alat dan struktur
a. Menentukan tanggung jawab serah terima
b. Menyusun teknik timbang terima bersama-sama dengan staf keperawatan
c. Menentukan materi timbang terima
d. Setatus pasien di sipakan
e. Persiapan buku laporan dan buku pesanan khusus
2. Proses
a. melaksanakan timbang terima bersama dengan karu dan staf keperawatan
pada pergantian shif
b. timbang terima dipimpin oleh perawat primer sebagai penangung jawab shif
c. timbang terima diikuti oleh perawat, mahasiswa yang berdinas atau akan
dinas
d. timbang terima dilaksanakan di ners station paling lama 15 menit dan 3
menit di setiap pasien

3. Hasil
a. Perawat mampu melaporkan timbang terima yang berisi (identitas, dignosa
medis, masalah keperawatan, intervensi yang sudah dan belum dilaksanakan,
intervensi kolaboratif, rencana umum pasien).
b. Perawat dapat mengikuti perkembangan pasien secara paripurna.
c. Dapat meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat
d. Menjalin hubungan kerja sama yang bertanggung jawab anatara perawat.
e. Pelaksanaan asuhan keperawatan dapat berjalan berkesinambungan
4. Program kerja
a. Rencana strategi
1) Menentukan tanggung jawab serah terima
2) Menyusun format timbang terima serta petunjuk teknis pengisiannya
3) Menyiapakan kasus kelolaan yang akan digunakan untuk timbang
terima
4) Menetukan jadwal pelaksanaan timbang terima
5) Timbang terim dapat dilakukan secara lisan atau tertulis
6) Melaksanakan timbang terima bersama kepala ruangan dan staf
keperawaran
7) Dilaksanakan pada setiap pergantian shif
8) Dipimpin oleh perawat primer sebagai penaggung jawab shif
9) Diikuti perawat, mahasiswa yang berdinas atau akan berdinas
10) Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat sitemastis atau
mengambarkan kondisi saat ini dengan tetap menjaga kerahasiaan
pasien.

66
11) Timbang terima harus berorientasi pada permasalahan keperawatan,
tindakan, dn perkembangan kesehatan pasien.
12) Mendokumenaasikan hasil timbang terima pasien.
b. Pengorganisasian
1) Penanggung jawab
2) PP
3) PA
4) Waktu

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
Timbang terima adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima suatu laporan
yang berkaitan dengan keadaan klien. Timbang terima merupakan kegiatan yang harus
dilakukan sebelum pergantian shift. Selain laporan antar shift, dapat disampaikan juga

67
informasi-informasi yang berkaitan dengan rencana kegiatan yang telah atau belum
dilaksanakan.Timbang terima bertujuan untuk kesinambungan informasi mengenai keadaan,

B. Saran
1. Pembagian peran PP dan PA hendaknya lebih jelas baik saat di nurse stasion atau saat
di pasien.
2. Pada laporan timbang terima hendaknya dilengkapi dengan tanda tangan PP pagi dan
PP sore sebagai dokumentasi keperawatan

DAFTAR PUSTAKA

Nursalam, (2011). Manajemen Keperawatan : Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan


Profesional. Salemba Medika. Jakarta.

Gillies, (1989). Managemen Keperawatan Suatu pendekatan Sistem, Edisi Terjemahan. Alih
Bahasa Dika Sukmana dkk. Jakarta.

68
Rostandi Purba, Juli. Achmad fathi. 2012. Jurnal Gaya Kepemimpinan dan Manajemen
Koflik Kepala Ruangan di Instalasi Rindu A RSUP H. Adam Malik Medan

Sugiharto, A. S, Dkk. 2012. Manajemen Keperawatan Aplikasi MPKP di Rumah Sakit.


Jakarta: EGC

NASKAH AKADEMIK SUPERVISI

Disusun Oleh :

Kelompok Prabu Siliwangi

69
PROGRAM PROFESI NERS
YAYASAN INDRA HUSADA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
STIKes INDRAMAYU
2015/2016

DAFTAR ISI

Halaman

BAB I SUPERVISI

A. Pengertian ………………………………………………………………………… 1
B. Tugas Dan Wewenang Supervisi …………………………………………………. 2
C. Ciri-Ciri Supersivi Efektif ..................................................................................... 3
D. Alur Supervisi Keperawatan ……………………………………………………… 5
E. Langkah- Langkah Supervisi Keperawatan ……………………………………….. 6
G. Teknik Supervisi ………………………………………………………………….. 8
H. Peran Dan Fungsi Supervisor ……………………………………………………… 11
I. Tugas Dan Fungsi Supervisor ………………………………………………………. 11

BAB II INSTRUMEN SUPERVISI

A. Instrument Supervisi Injeksi Intravena …………...……………………… 13

B. Instrument Supervisi Mengukur Suhu Tubuh ………………….. ………. 16

C. Instrumen Supervisi Pemasangan Infus ………………………. ………… 19

70
D. Tahap Orientasi Perawat Terhadap Pasien Baru ………………………… 22

E. Instrumen Supervisi Discharse Planing …………………………………. 25

F. Instrumen Supervisi Pemasangan Cateter Urine Pada wanita ……..…… 27

G. Instrumen Supervisi Pencegahan Luka Operasi ………………………… 31

SUPERVISI

A. Pengertian
Arti kata supervisor dalam kamus karya Prof.Drs.S.Wojowasito dan Drs.Tito
Wasito W. adalah pengawas. Supervisor adalah pengawas utama, pengontrol utama,
penyedia. Supervisor juga area sales manager ataupun district manager yang langsung
memimpin para medical representative. Jabatan ini merupakan manajer di lapis
terdepan, diatas para medical representative. Jabatan area sales manager ataupun
supervisor memegang peranann penting karena seluruh tugas lapangan harus berjalan
dengan baik dan tepat sasaran. Apabila seluruh anggota timnya berhasil mencapai
sasaran, berarti supervisor sukses mencapai sasarannya. Pemegang jabatan ini
bertanggung jawab atas kualitas dan kuantitas hasil kerja suatu kelompok kerja atau
pelayanan yang diberikan. Supervisor diharapkan mampu membina,
mempertahankan, dan meningkatkan kualitas maupun kuantitas pekerjaan yang
dilakukan para medical representative. Supervisor harus mampu membentuk tim yang
efektif dengan cara tukar – menukar pengalaman, meningkatkan keinginan untuk
berkembang, membimbing, menekankan dan memberikan umpan balik secara terus –
menerus.
Menurut Yura dan Helen (1981), supervisi adalah mengawasi, meneliti dan
memeriksa, yang dipandang sebagai proses dinamis dengan memberikan dorongan
dan berpartisipasi dalam pengembangan diri staf dan pelaksanaan keperawatan.
Sedangkan menurut Kron T.(1987), supervisi adalah merencanakan, mengarahkan,

71
membimbing, mengajar, mengobservasi, mendorong dan memperbaiki, mempercayai,
mengevaluasi secara terus-menerus pada setiap tenaga keperawatan dengan sabar,
adil serta bijaksana sehingga setiap tenaga keperawatan dapat memberikan asuhan
keperawatan dengan baik, trampil, aman, cepat dan tepat secara menyeluruh sesuai
dengan kemampuan dan keterbatasan yang mereka miliki. Menurut Swansburg dan
Swansburg (1990), supervisi adalah suatu proses kemudahan sumber-sumber yang
diperlukan staf keperawatan untuk menyelesaikan tugas-tugasnya.
Supervisor harus mengusahakan seoptimal mungkin kondisi kerja yang
nyaman. Ini tidak hanya meliputi lingkungan fisik, tetapi juga suasana kerja diantara
para tenaga keperawatan dan tenaga lainnya. Juga meliputi jumlah persediaan dan
kelayakan peralatan agar memudahkan pelaksanaan tugas. Lingkungan yang sehat
bila dapat memberikan rasa bebas dan keinginan untuk bekerja lebih baik. Supervisor
juga mengusahakan semangat kebersamaan dengan lebih menekankan “kita” daripada
“saya”.
Pada suatu saat supervisor akan memerlukan bantuan dalam mengambil
keputusan melalui pengamalan dalam tugas untuk menemukan metoda yang lebih
baik guna melaksankan pendelegasian tugas dalam kelompok kerja, tentu
memerlukan dukungan dari anggota kelompok. Walaupun supervisor memperhatikan
kondisi dan hasil kerja, tetapi perhatian utama ialah manusianya, untuk itu harus
mengenal tiap individu dan mampu merangsang agar tiap pelaksana mau
meningkatkan diri. Salah satu tujuan utama dari supervisi adalah orientasi, latihan dan
bimbingan individu, berdasarkan kebutuhan individu dan mengarah pada
pemanfaatan kemampuan dan pengembangan ketrampilan yang baru. Dalam
pelaksanaan supervisi, supervisor membuat suatu keputusan tentang suatu pekerjaan
yang akan dilaksanakan, kemudian siapa yang akan melaksanakan. Untuk itu
supervisor perlu memberikan penjelasan dalam bentuk arahan kepada para pelaksana.

B. Tugas Dan Wewenang Supervisi

72
Posisi supervisor adalah posisi yang sangat vital, karena sebagai manajer lini
terdepan banyak sekali tugas dan tanggung jawab yang diembannya. Semua
dimaksudkan agar pekerjaan lapangan berjalan dengan sebaik-baiknya dengan hasil
yang optimal. Beberapa tugas utama dari banyak tugas seorang supervisor adalah
seperti yang diuraikan sebagai berikut :
1. Mengatur kerja para staf
2. Membuat job desk para staf
3. Bertanggung jawab atas hasil kerja staf
4. Memberi motivasi ke staf
5. Membuat jadwal untuk karyawan
6. Memberikan breafing
7. Memecahkan masalah Tim
8. Mengendalikan perubahan
9. Mengevaluasi kinerja
10. Membuat planning pekerjaan untuk kedepannya yaitu kerja harian, mingguan,
bulanan, dan tahunan
11. Membentuk Tim kerja yang solid
Untuk membentuk tim kerja yang solid diperlukan juga kepiawaian dalam
bersosialisasi dengan anak buah sehingga terjalin hubungan baik. Dalam suatu tim
yang solid para angotanya mempunyai karakteristik yaitu kompak saling membentu
dalam kebaikan, rukun, saling menjaga kehormatan, tidak saling menggunjing, jauh
dari fitnah dan saling menghargai sesama. Jika ada anggota kelompok yang
kekurangan ilmu, mereka mau saling membantu untuk berbagi, melatih, dan
mengajarnya. Tim yang solid akan menjadi teladan bagi tim lain.

C. Ciri-ciri Supervisi Efektif


Menurut R. Keith Mobley dalam artikelnya "The Keys to Effective
Supervision," supervisi efektif memiliki ciri-ciri yang dijadikan panduan dalam
mengembangkan keterampilan supervisi dan dalam pengambilan keputusan
sehubungan dengan tugas-tugas seupervisi seorang pemimpin.
Ciri-ciri yang dimaksud adalah:
1. Pendelegasian

73
Dapat membawa timnya ke arah target yang telah ditetapkan. Dengan
keterbatasan waktu dan tenaga, akan lebih efektif jika seorang supervisor
mendelegasikan tugas-tugasnya, terutama yang bersifat teknis lapangan kepada
bawahannya.
2. Keseimbangan
Seorang pimpinan diberikan otoritas untuk mengambil keputusan dan
memberikan tugas kepada orang-orang di bawah tanggung jawabnya. Otoritas ini
harus digunakan dengan tepat, artinya manajer atau supervisor harus
menyeimbangkan penggunaan otoritas tersebut. Ia perlu tahu kapan harus
menggunakan otoritas ini, dan kapan membiarkan bawahannya bekerja dengan
mengoptimalkan kreativitas mereka. Keseimbangan mengacu pada sikap yang
diambil oleh seorang pemimpin, kapan harus bersikap tegas, dan kapan harus
memberi kesempatan pada bawahannya untuk menyampaikan pendapat.
3. Jembatan
Supervisor atau manajer merupakan jembatan antara staf yang mereka pimpin
dan manajemen puncak. Jadi seorang supervisor harus dapat menyampaikan
keinginan atau usulan karyawan kepada pihak manajemen. Sebaliknya, ia juga harus
mampu menyampaikan visi dan misi yang telah ditetapkan serta keputusan-keputusan
lain yang telah dibuat oleh manajemen puncak untuk diketahui oleh para karyawan
yang menjadi anggota timnya.
4. Komunikasi
Ciri sukses lain yang sangat penting dalam melakukan supervisi efektif adalah
kemampuan berkomunikasi. Komunikasi yang dimaksud bukan komunikasi satu arah
(memberikan tugas-tugas saja), tetapi yang lebih utama adalah komunikasi multiarah,
yang juga mencangkup kemampuan mendengarkan keluhan, masukan, dan
pertanyaan dari karyawan. Dalam mengkomunikasikan tugas-tugas, supervisor perlu
menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh orang yang harus melaksanakan
tugas tersebut, yakni bahasa yang sejajar dengan kemampuan, dan cara berpikir
bawahannya.

74
75
D. Alur Supervisi Keperawatan

76
E. Langkah-Langkah Supervisi Keperawatan
Langkah-langkah pada supervisi keperawatan adalah sebagai berikut
(Nursalam, 2014)
1. Prasupervisi
a. Supervisor menetapkan kegiatan yang akan disupervisi.
b. Supervisor menetapkan tujuan dan kompetensi yang akan dinilai.
2. Pelaksanaan Supervisi
a. Supervisor menilai kinerja perawat berdasarkan alat ukur atau instrumen yang
telah disiapkan.
b. Supervisor mendapat beberapa hal yang memerlukan pembinaan
c. Supervisor memanggil PP dan PA untuk mengadakan pembinaan dan klarifikasi
permasalahan.
3. Pasca supervisi-3F
a. Pelaksanaan supervisi dengan inspeksi, wawancara dan memvalidasi data
sekunder.
b. Supervisor mengklarifikasi permasalahan yang ada.
c. Supervisor melakukan tanya jawab dengan perawat.
d. Supervisor memberikan penilaian supervisi (F-Fair).
e. Supervisor mengklarifikasi masalah yang ada.
f. Supervisor melakukan tanya jawab dengan perawat.
g. Supervisor memberikan feedback dan klarifikasi (sesuai hasil laporan supervisi).
h. Supervisor memberikan reinforcement dan follow up perbaikan.
Terdapat dua reinforcement yaitu reinforcement positif atau reward diberikan
pada yang melakukan perilaku positif atau diinginkan mendapatkan penghargaan
sehingga dapat meningkatkan kekuatan respon atau merangsang pengulangan
perilakunya. Ke dua reinforcement negative atau hukuman adalah situasi yang terjadi
ketika perilaku yang diinginkan terjadi untuk menghindari konsekuensi negative dari
hukuman (Roussel et al, 2003)
Ada dua follow up perbaikan yaitu short-term follo-up adalah intervensi
jangka pendek melibatkan pasien setelah melalui sebuah episode dari penyakit akut
dan long-term follow-up diberikan pada pasien mendapatkan intervensi jangka
panjang atau tindak lanjut, rencana individual lebih formal dapat dilakukan bersama

77
dengan orang-orang di sekitarnya untuk memperluas pemantauan dan mengulangi
perilaku positif. (Cohen and Toni, 2005).

F. Prinsip-prinsip supervisi keperawatan


Ada beberapa prinsip supervisi yang dilakukan di bidang keperawatan (Nursalam,
2007) antara lain:
1. Supervisi dilakukan sesuai dengan struktur organisasi
2. Supervisi menggunakan pengetahuan dasar manajemen, keterampilan
hubungan antar manusia dan kemampuan menerapkan prinsip manajemen dan
kepemimpinan.
3. Fungsi supervisi diuraikan dengan jelas, terorganisasi dan dinyatakan melalui
petunjuk, peraturan, tugas, dan standart.
4. Supervisi merupakan proses kerjasama yang demokratis antara supervisor dan
perawat pelaksana.
5. Supervisi merupakan visi, misi, falsafah, tujuan dan rencana yang spesifik.
6. Supervisi menciptakan lingkungan yang kondusif, komunikasi efektif,
kreatifitas, dan motivasi.
7. Supervisi mempunyai tujuan yang berhasil dan berdayaguna dalam pelayanan
keperawatan yang memberikan kepuasan klien, perawat dan manajer.
Menurut Keliat (1993) prinsip supervisi keperawatan adalah sebagai berikut:
Supervisi dilakukan sesuai dengan struktur organisasi rumah sakit
Supervisi memerlukan pengetahuan dasar manajemen, keterampilan hubungan antar
manusia, kemampuan menerapkan prinsip manajemen dan kepemimpinan.
Fungsi supervisi diuraikan dengan jelas dan terorganisasi dan dinyatakan melalui
petunjuk, peraturan kebijakan dan uraian tugas standart
Supervisi adalah proses kerjasama yang demokratis antar supervisor dan perawat
pelaksana
Supervisi menggunakan proses manajemen termasuk menerapkan misi, falsafah,
tujuan, dan rencananya yang spesifik untuk mencapai tujuan.
Supervisi menciptakan lingkungan yang mendukung komunikasi efektif, merangsang
kreativitas dan motivasi.

78
G. Teknik Supervisi
Supervisi keperawatan merupakan suatu proses pemberian sumber-sumber
yang dibutuhkan perawat untuk menyelesaiakan tugas dalam rangka pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan. Dengan supervisi memungkinkan seorang manajer
keperawatan dapat menemukan berbagai kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan
asuahan keperawatan. Melalui kegiatan supervisi seharusnya kualitas dan mutu
pelayanan keperawatan menjadi fokus dan menjadi tujuan utama, bukan malah
menyibukkan diri mencari kesalahan atau penyimpangan (Arwani, 2006).
Teknik supervisi dibedakan menjadi dua, supervisi langsung dan tak langsung.
1. Teknik Supervisi secara langsung
Supervisi yang dilakukan pada saat kegiatan sedang berlangsung. Supervisor
terlibat dalam kegiatan secara langsung agar proses pengarahan dan pemberian
petunjuk tidak dirasakan sebagai suatu “perintah” Bittel, 1987 (dalam Wiyana, 2008).
Cara memberikan supervisi efektif adalah :1) pengarahan harus lengkap dan mudah
dipahami; 2) menggunakan kata-kata yang tepat; 3) berbicara dengan jelas dan
lambat; 4) berikan arahan yang logis; 5) Hindari banyak memberikan arahan pada
satu waktu; 7) pastikan arahan yang diberikan dapat dipahami; 8) Pastikan bahwa
arahan yang diberikan dilaksanakn atau perlu tindak lanjut Supervisi lansung
dilakukan pada saat perawat sedang melaksanakan pengisian formulir dokumentasi
asuhan keperawatan. Supervisi dilakukan pada kinerja pendokumentasian dengan
mendampingi perawat dalam pengisian setiap komponen dalam proses keperawatan
mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi.

Langkah-langkah yang digunakan dalam supervisi langsung (Wiyana, 2008):


a. Informasikan kepada perawat yang akan disupervisi bahwa pendokumentasiannya
akan disupervisi.

79
b. Lakukan supervisi asuhan keperawatan pada saat perawat melakukan
pendokumentasian. Supervisor melihat hasil pendokumentasian secara langsung
dihadapan perawat yang mendokumentasikan.
c. Supervisor menilai setiap dokumentasi sesuai standar dengan asuhan keperawatan
pakai yaitu menggunakan form A. Depkes 2005
d. Supervisor menjelaskan, mengarahkan dan membimbing perawat yang
disupervisi komponen pendokumentasian mulai dari pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi kepada perawat yang sedang
menjalankan pencacatan dokumentasi asuhan keperawatan
e. Mencatat gasi supervise dan menyimpan dalam dokumentasi supervisi
2. Teknik Supervisi secara tidak langsung
Supervisi tidak langsung adalah supervisi yang dilakukan melalui laporan baik
tertulis maupun lisan. Kepala ruangan tidak melihat langsung apa yang terjadi di
lapangan sehingga memungkinkan terjadi kesenjangan fakta. Umpan balik dapat
diberikan secara tertulis (Bittel 1987 dalam Wiyana 2008).
Langkah-langkah Supervisi tak langsung.
a. Lakukan supervisi secara tak langsung dengan melihat hasil dokumentasi pada
buku rekam medik perawat.
b. Pilih salah satu dokumen asuhan keperawatan.
c. Periksa kelengkapan dokumentasi sesuai dengan standar dokumentasi asuhan
keperawatan yang ditetapkan rumah sakit yaitu form A dari Depkes.
d. Memberikan penilaian atas dokumentasi yang di supervisi dengan memberikan
tanda bila ada yang masih kurang dan berikan cacatan tertulis pada perawat yang
mendokumentasikan.
e. Memberikan catatan pada lembar dokumentasi yang tidak lengkap atau sesuai
standar

Untuk dapat melaksanakan supervisi yang baik ada dua hal yang perlu
diperhatikan (Suarli & Bachtiar, 2009):
1. Pengamatan langsung

80
Pengamatan langsung harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Untuk itu
ada beberapa hal lain yang harus diperhatikan.
a. Sasaran pengamatan
Pengamatan langsung yang tidak jelas sasarannya dapat menimbulkan
kebingungan, karena pelaksana supervisi dapat terperangkap pada sesuatu yang
bersifat detail. Untuk mencegah keadaan yang seperti ini, maka pada pengamatan
langsung perlu ditetapkan sasaran pengamatan, yakni hanya ditujukan pada sesuatu
yang bersifat pokok dan strategis saja (selective supervision).
b. Objektivitas
Pengamatan langsung yang tidak terstandardisasi dapat menggangu
objektivitas. Untuk mencegah keadaan yang seperti ini, maka pengamatan langsung
perlu dibantu dengan dengan suatu daftar isi yang telah dipersiapkan. Daftar tersebut
dipersiapkan untuk setiap pengamatan secara lengkap dan apa adanya.
Pendekatan pengamatan. Pengamatan langsung sering menimbulkan berbagai
dampak dan kesan negatif, misalnya rasa takut dan tidak senang, atau kesan
menggangagu kelancaran pekerjaan. Untuk mengecek keadaan ini pengamatan
langsung harus dilakukan sedemikian rupa sehingga berbagai dampak atau kesan
negatif tersebut tidak sampai muncul. Sangat dianjurkan pengamatan tersebut dapat
dilakukan secara edukatif dan suportif, bukan menunjukkan kekuasaan atau otoritas.
c. Kerja sama
Agar komunonikasi yang baik dan rasa memiliki ini dapat muncul, pelaksana
supervisi dan yang disupervisi perlu bekerja sama dalam penyelesaian masalah,
sehingga prinsip-prinsip kerja sama kelompok dapat diterapkan. Masalah, penyebab
masalah serta upaya alternatif penyelesaian masalah harus dibahas secara bersama-
sama. Kemudian upaya penyelesaian masalah tersebut dilaksanakan secara bersama-
sama pula.
H. Peran dan Fungsi Supervisor
Peran dan fungsi supervisor dalam supervisi adalah mempertahankan
keseimbangan pelayanan keperawatan dan manajemen sumber daya yang tersedia.

81
1. Manajemen pelayanan keperawatan
Tanggung jawab supervisor adalah:
a. Menetapkan dan mempertahankan standar praktek keperawatan
b. Menilai kualitas asuhan keperawatan dan pelayanan yang diberikan
c. Mengembangkan peraturan dan prosedur yang mengatur pelayanan keperawatan,
kerjasama dengan tenaga kesehatan lain yang terkait.
2. Manajemen anggaran
Manajemen keperawatan berperan aktif dalam membantu perencanaan dan
pengembangan. Supervisor berperan dalam:
a. Membantu menilai rencana keseluruhan dikaitkan dengan dan tahunan yang
tersedia, mengembangkan tujuan yang dapat dicapai sesuai tujuan RS.
b. Membantu mendapatkan informasi statistic unutk perencanaan anggaran
keperawatan.
c. Member justifikasi proyeksi anggaran unit yang dikelola.
d. Supervisi yang berhasil guna dan berdaya guna tidak dapat terjadi begitu saja,
tetapi memerlukan praktek dan evaluasi penampilan agar dapat dijalani dengan
tepat. Kegagalan supervisi dapat menimbulkan kesenjangan dalam pelayanan
keperawatan.

I. Tugas dan Fungsi Supervisor


Tugas supervisor adalah mengusahakan seoptimal mungkin kondisi kerja yang
nyaman dan aman, efektif dan efisien. Tugas dan fungsi supervisor menurut Suyatno
(2008) adalah sebagai berikut:
1. Mengorientasi staf dan pelaksana keperawatan terutama pegawai baru
2. Melatuh staf dan pelaksana keperawatan
3. Memberikan pengarahan dalam pelaksanaan tugas agar menyadari, mengerti
terhadap peran, fungsi sebagai staf dan pelaksana asuhan keperawatan
4. Memberikan pelayanan bimbingan kepada pelaksana keperawatan dalam
memberikan asuhan keperawatan
Dalam keperawatan, fungsi supervisi adalah untuk mngatur dan
mengorganisasi proses pemberian pelayanan keperawatan menyangkut pelaksanaan

82
standart asuhan keperawatan. Seorang supervisor harus menyadari fungsinya dalam
supervisi antara lain adalah:
Menilai dalam memperbaiki factor-faktor yang mempengaruhi proses
pemberian pelayanan asuhan keperawatan
Mengkoordinasikan, menstimulasi, dan mendorong kea rah peningkatan
kualitas asuhan keperawatan.
Membantu (asistensing), member support (supporting), dan mengajak untuk
ikut sertakan (sharing)

BAB II
INSTRUMEN SUPERVISI

A. INSTRUMEN SUPERVISI INJEKSI INTRAVENA

Hari/Tanggal :
Yang disupervisi :
Supervisior :

83
Ruangan :
Dilakukan
Aspek Penilaian Parameter
Ya Tidak
Persiapan A. Menyiapkan alat steril
1. Bak injeksi
2. Spuit sesuai kebutuhan
3. Alcohol swab

A. Menyiapkan alat nonsteril


1. Sarung tangan
2. Pengalas
3. Bengkok
4. Alat tulis
5. Buku injeksi

A. Menyiapkan bahan-bahan
1. Obat
2. NaCl 0,9%

A. Menyiapkan Pasien
1. Memberi penjelasan kepada
pasien tentang prosedur yang
akan dilakukan
2. Mengatur posisi pasien yang
nyaman

Pelaksanaan Pelaksanaan injeksi intravena:


1. Cuci tangan kemudian
menggunakan sarung tangan
2. Oplos obat dengan NaCl 0,9%
dengan memasukan obat
dalam spuit

84
3. Pastikan infus dalam keadaan
menetes lancar tidak ada
tanda-tanda febitis, kemudian
klem atau pengtaur tetesan
dimatikan
4. Melakukan desinfeksi dengan
alkohol 70% pada daerah yang
akan diinjeksi.
5. Sampaikan pada pasien bahwa
obat akan di injeksikan
6. Obat dimasukan
7. Perhatikan ekspresi wajah
pasien
8. Pengtaur tetsan dibuka
kembali, kemudian tetsan
diatur sesuai dengan
kebutuhan yang sudah
ditentukan
9. Pasien dirapikan, alat-alat
dibereskan
10. Ucapkan terimakasih kepada
pasien
11. Melepas sarung tangan dan
cuci tangan
12. Mencatat dan memberi tanda
pada format pemberian injeksi
dan buku injeksi
Sikap Sikap perawat pada waktu injeksi:
1. Komunikasi
2. Kerjas sama
3. Tanggung jawab

85
4. Kewaspadaan
Evaluasi Evaluasi:
1. mengevaluasi lokasi
penyuntikan dan kelancaran
tetesan
2. mengevaluasi kenyamanan
posisi
3. mengobservasi kemungkinan
flebitis
Total Nilai

Penilaian : jumlah ceklis


x 100
Jumlah variabel penilaian

Keterangan:
1. Jika total nilai yang diperoleh adalah 85-100 maka hasil dinyatakan baik.
2. Jika total nilai yang diperoleh adalah 70-85 maka hasil dinyatakan cukup.
3. Jika total nilai yang diperoleh adalah kurang dari <70 maka hasil dinyatakan
baik

B. INSTRUMEN SUPERVISI PROSEDUR MENGUKUR SUHU TUBUH

Hari/Tanggal :
Yang disupervisi :
Supervisior :
Ruangan :
Aspek Parameter Dilakukan
Penilaian Ya Tidak
Persiapan 1. Tempatkan pasien pada posisi senyaman
mungkin.
2. Mempersiapkan alat :
a) Termomter
b) Tiga buah botol
c) Botol pertama berisi larutan sabun
d) Botol kedua berisi larutan desinfektan

86
e) Botol ketiga berisi air bersih
f) Bengkok
g) Tisu
h) Vasellin jelly
i) Buku catatan suhu
j) Sarung tangan

Pelaksanaa Pemeriksaan Suhu Oral :


n 1. Cuci tangan
2. Gunakan sarung tangan
3. Atur posisi pasien
4. Tentukan letak bawah lidah
5. Turunkan suhu thermometer di bawah 34-35
c
6. Letakkan thermometer sejajar dengan pusi
7. Anjurkan mulut dikatupkan selama 3 menit
8. Catat hasilnya
9. Bersihkan thermometer dengan tisu
10.Cuci dengan air sabun, desinfektan kemudian
air bersih lalu keringkan
11.Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.

Pemeriksaan suhu ketiak (Aksila) :


1. Cuci tangan
2. Gunakan sarung tangan
3. Atur posisi pasien
4. Tentukan letak aksila dan bersihkan daerah
aksila dengan menggunakan tisu
5. Turunkan suhu thermometer di bawah 34-35
c
6. Letakkan thermometer pada bagian aksila
dengan lengan pasien fleksi di atas dada.
7. Setelah 3-10 menit thermometer di angkat
dan di baca hasilnya
8. Catat hasilnya
9. Bersihkan thermometer dengan tisu
10.Cuci dengan air sabun, desinfektan kemudian
air bersih lalu keringkan
11.Cuci tangan setelah prosedur dilakukan

Pemeriksaan suhu rectal :


1. Cuci tangan
2. Gunakan sarung tangan
3. Atur posisi pasien dengan cara tekuk bagian
lutut pasien dan miringkan ke sisi perawat

87
4. Pakaian diturunkan sampai dengan dibawah
gluteal
5. Tentukan suhu thermometer dan atur pada
nilai nol lalu oleskan vasellin / jelly
6. Setelah 3-5 menit angkat thermometer
7. Catat hasil
8. Cuci dengan air sabun, desinfektan kemudian
air bersih lalu keringkan
9. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan

Sikap Sikap perawat pada waktu TTV :


1. Komunikasi
2. Kerja sama

Evalusi Evaluasi:
1. Mengevaluasi hasil tanda-tanda vital pada
keluarga dan klien
2. Mengevaluasi kenyamanan posisi

Jumlah Skor
Total

Penilaian : jumlah ceklis


x 100
Jumlah variabel penilaian

Keterangan:
1. Jika total nilai yang diperoleh adalah 85-100 maka hasil dinyatakan baik.
2. Jika total nilai yang diperoleh adalah 70-85 maka hasil dinyatakan cukup.
3. Jika total nilai yang diperoleh adalah kurang dari <70 maka hasil dinyatakan
baik

88
C. INSTRUMEN SUPERVISI STANDAR OPERSIONAL PROSEDUR
PEMASANGAN INFUS

Hari/Tanggal :
Yang disupervisi :
Supervisior :
Ruangan :
Aspek Parameter Dilakukan
Penilaian Ya Tidak
Persiapan Mempersiapkan Alat :
a. Abocat sesuai dengan ukuran yang
dibutuhkan
b. Infuse set/tranfusi set
c. Cairan infuse sesuai dengan kebutuhan
tubuh
d. Kassa steril pada tempatnya
e. Kapas alcohol pada tempatnya.
f. Plester
g. Gunting verband
h. Bengkok
i. Standar infuse
j. Tourniquet
h. Pengalas
Pelaksanaan a. Cuci tangan
b. Pasang infuse set ke cairan
- Membuka plastic infuse set dengan
benar
- Tetap melindungi ujung selang steril.
- Menyambung infuse set dengan cairan
infuse dengan cairan diatas.
- Menggantung cairan infuse di standar.
- Mengisi kompartemen infuse set
dengan cara menekan kompartemen.
- Mengisi selang infuse dengan cairan.
- Menutup ujung selang dan tuutp
dengan mempertahankan kesterilan.
- Mengecek adanya udara dalam selang.
c. Memasang sarung tangan bersih

89
d. Memilih vena yang tepat dan benar
e. Memasang pengalas
f. Memasang tourniquet
g. Mendesinfeksi vena dengan tekhnik yang
benar dengan kapas alcohol memutar atau
satu kali usapan
h. Memasukakkan abocath pada vena yang
telah di pilih
i. Perhatikan adanya darah dalam
kompartemen darah dalam abocath bila
ada masukan sedikit demi sedikit sambil
drain abocath di tarik.
j. Tourniquet dilepas atas lalu sambungkan
dengan selang infus dan atur tetesan
sesuai kebutuhan.
k. Berikan plester pada ujung plastic kateter
dengan tidak menyentuh area penusukkan
l. Tutup dengan kassa betadin steril pada
area penusukkan.
m. Lakukan fiksasi dengn benar dan
pertahankan keamanan kateter agar tidak
tercabut
n. Bereskan alat
o. Cuci tangan
p. Dokumentasikan tindakan yang telah
dilakukan.

Sikap Sikap perawat pada saat pemasangan infuse :


1. Komunikasi
2. Kerjas sama
3. Tanggung jawab
4. Kewaspadaan
Evalusi Evaluasi:
1. Mengevaluasi lokasi pemasangan infus
2. Mengevaluasi kenyamanan posisi
3. Mengobservasi kemungkinan flebitis

90
Jumlah
Total Skore

Penilaian : jumlah ceklis


x 100
Jumlah variabel penilaian

Keterangan:
1. Jika total nilai yang diperoleh adalah 85-100 maka hasil dinyatakan baik.
2. Jika total nilai yang diperoleh adalah 70-85 maka hasil dinyatakan cukup.
3. Jika total nilai yang diperoleh adalah kurang dari <70 maka hasil dinyatakan
baik

D. INSTRUMEN SUPERVISI STANDAR PROSEDUR OPRASIONAL

MENCUCI TANGAN

Hari/Tanggal :
Yang disupervisi :
Supervisior :
Ruangan :
Aspek Parameter Dilakukan
Penilaian Ya Tidak
Persiapan Mempersiapkan Alat :
1.Air bersih yang mengalir / kran
2.Sabun cair / sabun batang
3.Lap kertas / lap kain yang kering
4.Gunting kuku (menggunting kuku
bilapanjang)

91
Pelaksanaa TEHNIK MENCUCI BIASA
n 1. Gunting kuku bila panjang
2. Lepaskan seluruh aksesoris (jam tangan,
cicin dll)
3. Langkah-langkah cuci tangan
menggunakan air mengalir :
a. Basahi tangan hingga pertengahan
lengan bawah dengan air mengalir
b. Pakai cukup sabun untuk menyabuni
seluruh permukaan tangan
c. Gosok tangan dengan telapak pada
telapak
d. Telapak tangan diatas punggung
tangan kiri dengan jari-jari saling
menyalin dan sebaliknya.
e. Telapak pada telapak dan jari-jari
saling menjalin
f. Punggung jari-jari pada telapak yang
berlawanan dengan jari-jari saling
mengunci
g. Gosok memutar dengan ibu jari kiri
tangan kanan mengunci pada telapak
kiri dan sebaliknya
h. Gosok memutar kearah beakang dan
depan dengan jari-jari tangan, tangan
kanan mengunci pada telapak kiri
dan sebaliknya.
i. Bilas tangan dengan air
j. Keringkan tangan sekering mungkin
dengan handuk sekali pakai atau tisu
tebal
k. Gerakan handuk untuk mematikan
keran
l. Waktu 40-60 detik, tangan sudah
aman untuk digunakan
Teknik Mencuci Tangan Dengan Antiseptik
a. Tuang segenggam penuh bahan
antiseptic berbasis alcohol keseluruh
permukaan tangan
b. Gosok tangan dengan posisi telapak pada
telapak
c. Telapak tangan di atas punggung telapak
kiri dengan jari-jari saling menjalin
d. Telapak pada telapak dengan jari-jari
saling menjalin

92
e. Punggung jari-jari pada telapak tangan
berlawanan dengan jari-jari saling
mengunci.
f. Gosok memutar dengan ibu jari
mengunci pada telapak kanan dan
sebaliknya.
g. Gosok memtar kearah belakang dan
kearah depan dengan jari-jari tangan
kanan.
Waktu 20-30 detik, tangan sudah aman.

Sikap Sikap perawat pada saat cuci tangan :


1. Komunikasi

Evaluasi 1. Mampu melakukan cuci tangan 5M 6 Langkah


Benar
Jumlah Skor
Total
Penilaian : jumlah ceklis
x 100
Jumlah variabel penilaian

Keterangan:
1. Jika total nilai yang diperoleh adalah 85-100 maka hasil dinyatakan baik.
2. Jika total nilai yang diperoleh adalah 70-85 maka hasil dinyatakan cukup.
3. Jika total nilai yang diperoleh adalah kurang dari <70 maka hasil dinyatakan
baik

E. INSTRUMEN SUPERVISI STANDAR PROSEDUR OPRASIONAL

DISCHARSE PLANNING

Hari/Tanggal :
Yang disupervisi :
Supervisior :
Ruangan :
Parameter Dilakukan

93
Aspek Ya Tidak
Penilaian
Persiapan Form Rencana Pulang

Pelaksanaan 1. Siapkan form rencan pemulangan


(discharge planing), lengkapi dan
digabungkan dengan form pengkajian
awal
2. Tulis identitas pasien pada kolom
yang tersedia, Buat tanggal masuk
pasien pada kolom yang tersedia
3. Buat tanggal masuk pasien di rumah
sakit serta rencana tanggal dan jam
pulang dari rumah sakit
4. Centang pada kolom yang tersedia
sesuai kriteria pasien yang ada, bila
ada salah satunya, lanjutkan dengan
kebutuhanperencanaan pulang
khusus.
5. Isi transportasi yang diapakai untuk
pulang serta orang yang mendampingi
dan merawat pasien dirumah
6. Isi pengobatan yang dilanjutkan
dirumah
7. Isi diet khusus pasien
8. Centang pada kolom yang tersedia
peralatan medis yang dilanjutkan
dirumah serta alat bantu yang dipakai
dirumah
9. Centang pada kolom yang tersedia
tentang pendidikan kesehatan untuk
dirumah
10. Centang pada kolom yang tersedia
segala sesuatu yang diberikan kepada
pasien atau keluarga
11. Tulis jadwal control berikutnya
12. Centang kolom instruksi
13. Beri tanda tangan dan nama jelas
perawat yang menjelaskan serta
pihak pasien yang menerima
penjelasan pada kolom yang tersedia
Sikap Sikap perawat pada saat Discharhe Planning :
1. Komunikasi

94
Evakuasi 1. Mengevaluasi Penkes
Jumlah Skore
Total

Penilaian : jumlah ceklis


x 100
Jumlah variabel penilaian

Keterangan:
1. Jika total nilai yang diperoleh adalah 85-100 maka hasil dinyatakan baik.
2. Jika total nilai yang diperoleh adalah 70-85 maka hasil dinyatakan cukup.
3. Jika total nilai yang diperoleh adalah kurang dari <70 maka hasil dinyatakan
baik

K. Lembar Evaluasi Supervisi Keperawatan

Masalah Penyebab Solusi

95
Cirebon,
Supervisor Perawat yang di supervisi
TTD TTD

( ) ( )

96
DAFTAR PUSTAKA

Nursalam. 2007. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan


Profesional (Edisi2). Jakarta: Salemba Medika

Gillies.19VIII9. Manajemen Keperawatan suatu pendekatan sistem. Edisi


Terjemahan. Alih Bahasa Dika Sukmana dkk. Jakarta

Suarli dan Bahtiar. 2009. Manajemen keperawatan. Jakarta: Erlangga

Arwani & Heru Supriyatno. 2006. Manajemen Bangsal keperawatan. Jakarta: EGC

Cohen L. Elaine, Toni G. Cesta. 2005. Nursing Case Management From Essentials to
Advanced Practice Applications 4th edition. Missouri: Elsevier Mosby.

Http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2010/03/pengawasan_dan_pengendalia
n_dlm_pelayanan_keperawatan.pdf

Nursalam. 2014. Manajemen keperawatan: aplikasi dalam praktik keperawatan


professional (edisi 4). Jakarta: salemba medika

Roussel, Linda A, Russel C. swansburg, Richard J. Swanburg. 2003. Management


and Leadership for Nurse Administrator 4th edition. Toronto: Jones and Barlett
Publishers.

SudaryantoA.https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/510/4h.pdf?
sequence=1. Iakespada 01September2015

97
Wiyana, Muncul. 2008. Supervisi dalam Keperawatan. Diunduh
http://www.akpermadiun.ac.id/index.php?link=artikeldtl.php&id=3 pada
tanggal 7 Oktober 2015

NASKAH AKADEMIK

98
PENERIMAAN PASIEN BARU

Disusun Oleh :

Kelompok Prabu Siliwangi

PROGRAM PROFESI NERS


YAYASAN INDRA HUSADA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
STIKes INDRAMAYU
2015/2016

DAFTAR ISI

99
Halaman

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang …………………………………………………………………… 1


B. Tujuan ……………………………………………………………………………. 4
C. Manfaat Penelitia.................................................................................................. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Orientasi………………………………………………. …… 6
B. Tujuan………………….. ……………………………………………… 7
C. Prosedur………………………. ……………………………………….. 7
D. Tahap Orientasi Perawat Terhadap Pasien Baru………………………… 8
E. Hal – hal yang Perlu Diperhatikan……………………………………............ . 10
F. Tujuan Peneriman Pasien Baru …..…………………………………… 10
G. Tahap Penerimaan Pasien Baru………………………………………………. 10
H. Tahap Pelaksanaan Pasien Baru ………………………………………. 11
I. Hal Yang Perlu Diperhatikan…...…………………………………….. 11
J. Peran Perawat Dalam Penerimaan Pasien……………………………. 12
K. Hal Yang Perlu Diperhatikan………………………………………. 11
L. Alur Penerimaan Pasien Baru………………………………………. 13
M. Evaluasi …………………….……………………………………………. 14

BAB III PENUTUP

A.Kesimpulan…………………………………………………………… 23

B. Saran……………………………………………. …………………. 23

100
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah sakit adalah suatu institusi penyelenggara pelayanan kesehatan yang

merupakan bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan yang memberikan

101
pelayanan kuratif maupun preventif serta menyelenggarakan pelayanan rawat jalan

dan rawat inap juga perawatan di rumah, ini serupa dengan yang tertuang dalam

Undang-Undang nomor.44 tahun 2009 tentang rumah sakit, yaitu pelayanan

kesehatan paripurna adalan pelayanan kesehatan yang melipti promotif, preventif,

kuratif dan rehabilitatif.

Hakikat dasar dari penyelenggaraan pelayanan kesehatan di rumah sakit

adalah pemenuhan kebutuhan dan tuntutan dari para pemakai jasa pelayanan

kesehatan (pasien) dimana pasien mengharapkan suatu penyelesaian dari masalah

kesehatannya pada rumah sakit. Oleh karena itu pasien memandang bahwa rumah

sakit harus lebih mampu dalam hal pemberian pelayanan medik dalam upaya

penyembuhan dan pemulihan yang berkualitas, cepat tanggap atas keluhan serta

penyediaan pelayanan kesehatan yang nyaman (Ristrini, 2005).

Dengan berorientasi pada kualitas, rumah sakit akan mampu mendapatkan

profitabilitas jangka panjang yang diperoleh dari kepuasan pasien. Kondisi

demikian membuat rumah sakit harus mulai merubah pola pikir ke arah pemikiran

yang berfokus pada patient retention sebagai satu tujuan dari program kepuasan

pasien dan harus mempunyai pemahaman dan pengertian yang lebih baik tentang

pentingnya kepuasan dan loyalitas pasien, yang akan meningkatkan patient

retention Kotler mengemukakan bahwa tingkat kepuasan adalah: “Satisfaction is a

person’s feelings of pleasure or disapointment resulting from comparing a

product’s percieved performance (or outcome) in relation to his or her

expectations.” Artinya, kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang

102
yang muncul setelah membandingkan antara persepsi/kesannya terhadap kinerja (atau

hasil) suatu produk dan harapan-harapannya. Kepuasan seorang pembeli (konsumen)

setelah melakukan pembelian tergantung pada kesesuaian antara prestasi dari produk

yang dibeli dengan harapan dari pembelian tersebut. Kunci utama dalam pelaksanaan

orientasi rumah sakit adalah pasien, maka keberhasilan sebuah rumah sakit dalam

mengelola pelayanan rawat kesehatan dapat dilihat dari tingkat kepuasaan pasien.

Apabila kunci utama tersebut telah tercukupi dan berhasil diwujudkan, maka

pelanggan (pasien) diharapkan puas terhadap pelayanan yang diberikan rumah sakit.

Kepuasan pelanggan (pasien) merupakan suatu hal yang abstrak dan hasilnya pun

sangat bervariasi karena pada dasarnya sangat tergantung kepada masing-masing

persepsi individu. Pada awalnya konsep layanan yang bermutu merupakan salah satu

ciri lembaga jaset komersil. Tetapi dewasa ini konsep layanan yang bermutu telah

diadobsi oleh lembaga-lembaga pemerintah, sehingga disadari bahwa layanan yang

bermutu merupakan faktor yang sangat menentukan bagi keberhasilan suatu

organisasi, termasuk rumah sakit. Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah

pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan sesuai

dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk serta penyelenggaraannya sesuai dengan

kode etik dan standar pelayanan yang telah ditetapkan (Azwar, 1996). Dua unsur

penting dalam upaya peningkatan pelayanan kesehatan adalah tingkat kepuasan

pasien sebagai pengguna jasa dan pemenuhan standar pelayanan yang telah

ditetapkan.

Pelayanan kesehatan pasien rawat jalan kini merupakan salah satu pelayanan yang

103
menjadi perhatian utama rumah sakit di seluruh dunia. Hampir seluruh rumah sakit di

negara maju kini meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan terhadap pasien rawat

jalan. Pasien adalah pemakai jasa pemeliharaan kesehatan yang mempunyai citra

pribadi yang mandiri yang mempunyai pilihan bebas dalam mencari dan memilih

bantuan. Seorang pasien bukan lagi seorang penerima pelayanan secara pasif, tetapi

seorang peserta yang aktif yang bertanggung jawab atas pilihannya dan juga memikul

akibat dari pilihannya (Carpenito, 2000). Pasien baru adalah pasien yang baru dating

dan didaftarkan untuk pertama kali pasien mendapat pemeriksaan dari dokter yang

merawatnya. Setelah selesai di bagian penerimaan pasien baru, pasien bersama

keluarganya pergi menuju ke bagian di mana dirinya ditempatkan.

Orientasi terhadap pasien baru adalah pemberian informasi kepada pasien

baru berkaitan dengan proses keperawatan yang akan dilakukan oleh rumah sakit.

Informasi adalah pesan atau isi berita yang ingin disampaikan oleh seseorang kepada

orang lain dengan harapan orang tersebut mengetahui dan mengerti akan maksud dan

tujuan dari isi pesan atau berita yang disampaikan. Orientasi terhadap pasien baru

merupakan usaha memberikan informasi/sosialisasi kepada pasien dan keluarga

tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan pelayanan selama di rumah

sakit (Ragusti, 2008).

Hal ini juga sesuai dengan definisi pelayanan prima yaitu pelayanan yang

terbaik karena sesuai dengan standar pelayanan yang berlaku atau dimiliki oleh

instansi yang memberikan pelayanan (sama atau melebihi standar pelayanan).

Adapun ciri dari pelayanan prima yaitu :

104
- Keramah tamahan
- Emphaty
- Ketepatan waktu
- Sikap responsive
- Memberikan solusi
- Pelanggan diperlakukan senyaman mungkin untuk mencegah terjadinya

complaint terhadap penyedia jasa Pelayanan prima juga berpengaruh langsung

kepada kepuasan pasien guna meraih loyalitas pasien, pelayanan prima yang

sepenuh hati merupakan cara jitu untuk sukses.

Dengan demikian, kepuasan pasien mempunyai peranan yang cukup penting

bagi suatu Rumah Sakit. Kepuasan paisen juga dipengaruhi oleh informasi yang

harus diberikan saat pasien masuk ke Rumah Sakit, orientasi pasien terhadap hak

dan kewajiban pasien sehingga sebagai tolak ukur perawat untuk memberikan

pelayanan yang prima untuk pasien.

B. Tujuan

Mengetahui pentingnya orientasi bagi pasien baru unutk mendapatkan

pelayanan kesehatan yang lebih baik

C. Manfaat Penelitian
1. Bagi Institusi
a. Diharapkan sebagai bahan masukan bagi Rumah Sakit untuk orientasi pasien

terkait hk dan kewajiban pasien


b. Diharapkan sebagai bahan masukan bagi Rumah Sakit untuk mengetahui

tingkat kepuasan pasien terhadap layanan yang diberikan

105
c. Diharapkan sebagai bahan evaluasi atau pertimbangan bagi Rumah Sakit

untuk melakukan perbaikan prosedur pelayanan di masa yang akan datang


2. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan bermanfaat sebagai masukan, sehingga dapat memberikan

informasi tambahan bagi ilmu kesehatan.

3. Bagi Penulis

Merupakan tambahan pengetahuan mengenai pentingnya informasi yang

harus diberikan kepada pasien.

106
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Prakti prientasi pasien baru


1. Pengertian Orientasi

Orientasi adalah melihat atau meninjau supaya kenal atau tahu\

(Purwadarminta,2010). Dalam konteks keperawatan orientasi berarti mengenalkan

segala sesuatu tentang rumah sakit meliputi lingkungan rumah sakit, tenaga

kesehatan, peraturan prosedur dan pasien lain. Dalam orientasi, perawat dan pasien

bekerja sama untuk menganalisa situasi sehingga mereka dapat mengenali,

memperjelas dan menentukan eksistensi sebuah masalah, sehingga pasien dapat

mempersiapkan diri dari keadaan cemas kea rah kondisi yang lebih konstruktif dalam

menghadapi masalahnya.

Pasien adalah pemakai jasa pemeliharaan kesehatan yang mempunyai citra

pribadi yang mandiri yang mempunyai pilihan bebas dalam mencari dan memilih

bantuan. Seorang pasien bukan lagi seorang penerima pelayanan secara pasif, tetapi

seorang peserta yang aktif yang bertanggung jawab atas pilihannya dan juga memikul

akibat dari pilihannya (Carpenito, 2000). Pasien baru adalah pasien yang baru dating

dan didaftarkan untuk pertama kali pasien mendapat pemeriksaan dari

dokter yang merawatnya. Setelah selesai di bagian penerimaan pasien baru, pasien

bersama keluarganya pergi menuju ke bagian di mana dirinya ditempatkan.

107
Orientasi terhadap pasien baru adalah pemberian informasi kepada pasien

baru berkaitan dengan proses keperawatan yang akan dilakukan oleh rumah sakit.

Informasi adalah pesan atau isi berita yang ingin disampaikan oleh seseorang kepada

orang lain dengan harapan orang tersebut mengetahui dan mengerti akan maksud dan

tujuan dari isi pesan atau berita yang disampaikan. Orientasi terhadap pasien baru

merupakan usaha memberikan informasi/sosialisasi kepada pasien dan keluarga

tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan pelayanan selama di rumah

sakit (Ragusti, 2008).

2. Tujuan

Praktik orientasi terhadap pasien baru bertujuan untuk:

a. Pasien dan keluarga memahami tentang peraturan rumah sakit.


b. Pasien dan keluarga memahami tentang semua fasilitas yang tersedia

dan cara penggunaannya


3. Prosedur

Prosedur pelaksanaan orientasi terhadap pasien baru terbagi menjadi :

Persiapan

a. Check list orientasi pasien baru


b. Kartu tunggu
c. Lembar tentang tata tertib rumah sakit

Prosedur kerja :

a. Memberi salam pada pasien dan keluarga


b. Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang semua fasilitas yang

tersedia di ruang perawatan dan prosedur penggunaannya


c. Menjelaskan tata tertib rumah sakit.
d. Menjelaskan hak-hak dan kewajiban pasien

108
e. Memberikan penjelasan dokter yang merawat dan perawat yang

bertanggung jawab
f. Memberikan kartu tunggu
g. Setiap selesai melaksanakan orientasi harus tercatat pada check list dan

ditandatangani oleh kedua belah pihak


4. Tahapan orientasi perawat terhadap pasien baru

Tahapan pertama perawat di saat menerima pasien baru adalah melakukan

orientasi, dimana perawat dan pasien bertemu sebagai dua orang asing. Pasien dan

atau keluarga memiliki “rasa butuh” maka mencari penolong professional. Tetapi

kebutuhan ini belumlah diidentifikasi atau dimengerti oleh individu-individu yang

terlibat (Bowhuizen, 2010).

Orientasi perawat merupakan hal yang sangat penting bahwa perawat

bekerjasama dengan pasien dan keluarga untuk menganalisa keadaan, sehingga

mereka bersama-sama dapat memahami, menjelaskan dan menyimpulkan masalah

yang ada. Tahapan orientasi ini dapat menyebabkan pasien langsung mampu

menambah energy dari rasa keragu-raguan memenuhi kebutuhanya untuk lebih berani

menghadapi permasalahannya. Hubungan telah dibentuk dan berlanjut lebih erat lagi

sementara masalah telah identifikasi. Sementara pasien dan keluarga berdiskusi

dengan perawat keputusan bersama dibuat tentang bentuk bantuan professional apa

yang akan dilakukan. Perawat yang menjadi sumber yang dapat bekerja dengan

pasien dan keluarga. Pada tahap orientasi perawat, pasien dan keluarga merencanakan

jenis pelayanan apa yang dibutuhkan (Ragusti, 2008).

109
Tahap orientasi secara langsung dipengaruhi oleh sikap pasien dan perawat

dalam memberi dan menerima pertolongan secara timbal balik. Berkaitan dengan hal

ini adalah tahap pertama maka perawat perlu menyadari tindakan pribadinya dengan

pasien. Budaya, agama, ras, latar belakang pendidikan, pengalaman masa lalu,

pemikiran yang berbeda dan harapan antara perawat dan pasien memainkan peran

bagaimana tindakan perawat terhadap pasien. Faktor-faktor pengaruh yang sama

memainkan peran dalam reaksi pasien terhadap perawat (Bowhuizen, 2010).

5. Hal – hal yang perlu diperhatikan :


a. Orientasi dilakukan saat pertama kali pasien datang (24 jam pertama) dan

kondisi pasien sudah tenang.


b. Orientasi dilakukan oleh PP (perawat primer). Bila PP tidak ada PA

(Perawat asosiet) dapat memberikan orientasi untuk pasien dan keluarga,

selanjutnya orientasi harus dilengkapi kembali oleh PP sesegera mungkin.

Hal ini penting karena PP yang bertanggung jawab terhadap semua

kontrak atau orientasi yang dilakukan.


c. Orientasi diberikan pada pasien dan didampingi anggota keluarga yang

dilakukan di kamar pasien dengan menggunakan format orientasi.

Selanjutnya pasien diinformasikan untuk membaca lebih lengkap format

orientasi yang ditempelkan di kamar pasien.


d. Setelah orientasi, berikan daftar nama tim atau badge kepada pasien dan

keluarga kemudian gantungkan daftar nama tersebut pada laci pasien


e. Orientasi ini diulang kembali minimal setiap dua hari oleh PP atau yang

mewakili, terutama tentang daftar nama tim yang sudah diberikan,

110
sekaligus menginformasikan perkembangan kondisi keperawatan pasien

dengan mengidentifikasi kebutuhan pasien.


f. Pada saat penggantian dinas (di kamar pasien), ingatkan pasien nama

perawat yang bertugas saat itu, bila perlu anjurkan pasien atau keluarga

melihat pada daftar nama tim.

Tujuan penerimaan pasien baru

1. Menerima dan menyambut kedatangan pasien baru hangat dan terapeutik


2. Meningkatkan komunikasi antara perawat dengan pasien
3. Mengetahui kondisi dan keadaan pasien secara umum
4. Menurunkan tingkat kecemasan pasien saat MRS

Tahapan Penerimaan Pasien Baru

1. Menyiapkan kelengkapan administrasi


2. Menyiapkan kelengkapan kamar sesuai pesanan
3. Menyiapakan format penerimaan pasien baru
4. Menyiapkan buku status pasien dan format pengkajian keperawtan
5. Menyiapkan informed consent sentralisasi obat
6. Menyiapkan nursing kit
7. Menyiapkan lembar tata tertib pasien, keluarga, dan pengunjung

Tahap Pelaksanaan Penerimaan pasien baru

1. Pasien baru datang di ruangan diterima oleh kepala ruangan/perawat

primer/perawat yang diberikan delegasi


2. Perawat memperkenalkan diri kepada pasien dan keluarganya
3. Perawat menunjukan kamar/tempat tidur pasien dan mengantar ke tempat

yang telah ditetapkan.


4. Perawat bersama karyawan lain memindahkan pasien ke tempat tidur (apabila

pasien datang dengan branchard/kursi roda) dan diberikan posisi yang nyaman
5. Perkenalan pasien baru dengan teman sekamar
6. Setelah pasien tenang dan situasi sudah memungkinkan, perawat memberikan

informasi kepada pasien dan keluarga tentang orientasi ruangan, keperawatan

111
(termasuk perawat yang bertanggung jawab dan sentralisasi obat), medis

( dokter yang bertanggung jawab dan jadwal visite), dan tata tertib ruangan

serta penyakit.
7. Perawat menanyakan kembali tentang kembali kejelasan informasi yang telah

disampaikan.
8. Apabila pasien atau keluarga tentang kejelasan informasi yang telah

disampaikan
9. Perawat menyerakan kepada pasien lembar kuesioner tingkat kepuasan pasien.
10. Perawat mulai melakukan pengakajian terhadap pasien sesuai dengan format.

Hal-hal yang perlu diperhatikan

1. Pelaksanaan secara efektif dan efisien


2. Dilakukan oleh kepala rungan atau perawat primer dan atau perawat associate

yang telah diberikan wewenang atau delegasi


3. Saat pelaksanaan tetap menjaga privasi pasien
4. Ajak pasien komunikasi yang baik dan beri sentuhan terapeutik

Peran perawat dalam pelaksanaan pasien baru

1. Kepala Ruangan
a. Menerima pasien baru
b. Memeriksa kelengkapan yang perlu diperhatikan untuk persiapan pasien

baru
2. Perawat ketua tim
a. Menyiapkan lembar penerimaan pasien baru
b. Menandatangani lembar penerimaan pasien baru
c. Mengorientasikan pasien pada ruangan
d. Memberikan penjelasan tetang perawat dan dokter yang bertanggung

jawab
e. Mendelegasikan pengkajian dan pemeriksaan fisik pada pasien baru

kepada perawat associate.


f. Mendokumentasikan penerimaan pasien baru
3. Perawat Pelaksana

112
Membantu ketua tim dalam pelaksanaan penerimaan pasien baru, pengkajian

dan pemeriksaan fisik pada pasien baru.

113
Alur Penerimaan Pasien Baru

Pra Karu memberitahu Ketua Tim akan ada pasien baru

Ketua Tim menyiapkan:

1. Lembar pasien masuk rumah sakit


2. Buku status dan lembar format pengkajian
pasien
3. Nursing kit
4. Informed consent sentralisasi obat
5. Lembar tata tertib pasien dan pengunjung
6. Lembar perawat edukasi pasien
7. Tempat tidur pasien baru
8. Lembar hak dan kewajiban pasien

Pelaksanaan

KARU,Ketua Tim dan Perawat Pelaksana menyambut pasien baru

PP menjelaskan segala sesuatu yang tercantum dalam lembar penerimaan pasien baru

Anamnesis pasien baru oleh KATIM dan Perawat Pelaksana

Terminasi Terminasi

114
Evaluasi

Evaluasi

A. Evaluasi Struktur
- Sarana dan prasarana yang menunjang antara lain lembar penerimaan

pasien baru, informed consent, sentralisasi obat, format pengkajian,

nursing kit, buku status pasien, lembar kuisioner tingkat kepuasaan

pasien, serta lembar tata tertib pasien dan pengunjung


- Penerimaan pasien baru pada sift pagi dilakukan oleh KARU, PP, dan

PA. sementara pada sift sore dilakukan oleh KATIM dan Perawat

Pelaksana.
B. Evaluasi Proses
- Pasien baru disambut oleh KARU, KATIM dan PP
- Pasien baru diberi penjelasan tentang orientasi ruangan, perawatan,

medis, serta tata tertib.

115
B. Pengetahuan
1. Pengertian

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini tejadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra

manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba

( Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behaviour). Berdasarkan

pengalaman ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng

dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).

Berdasarkan pengertian di atas maka pengetahuan perawat tentang orientasi

pada pasien baru adalah sesuatu yang diketahui oleh perawat berkaitan dengan

orientasi terhadap pasien baru yang meliputi pengenalan terhadap pasien dan

keluarganya terkait dengan asuhan keperawatan yang dimulai dari pengenalan diri,

tata tertib rumah sakit serta hak dan kewajiban pasien.

2. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan dalam aspek kognitif menurut Notoatmodjo tahun 2003, dibagi

menjadi 6 (enam) tingkatan yaitu :

a. Tahu ( know )
Tahu diartikan mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, dari

seluruh bahan yang dipelajari. Tahu ini merupakan tingkat pengertian yang

paling rendah.
b. Memahami (Comprehension)

116
Memahami ini diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi ke

kondisi sebenarnya.
c. Aplikasi (Aplication)
Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi

atau kondisi yang sebenarnya.


d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek

ke dalam komponen - komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi

tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.


e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakan atau

menghubungkan bagian - bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evalusi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau obyek.


3. Pengukuran Pengetahuan
Pengetahuan dapat diukur dengan wawancara atau angket yang menyatakan

tentang isi materi yang ingin diukur dari responden (Notoatmodjo, 2003 ).

Pengukuran pengetahuan ini berkaitan dengan pengetahuan perawat tentang orientasi

terhadap pasien baru, serta hal-hal yang akan disampaikan dalam orientasi tersebut.
4. Sumber – sumber pengetahuan
Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang berasal dari

berbagai macam sumber, misalnya media massa, media elektronik, buku petunjuk,

petugas kesehatan, media poster, kerabat dekat dan sebagainya. Menurut

Notoatmodjo (2003) sumber pengetahuan dapat berupa pemimpin – pemimpin

117
masyarakat baik formal maupun informal, ahli agama, pemegang pemerintahan dan

sebagainya.
Sumber pengetahuan perawat tentang pelaksanaan orientasi terhadap pasien

baru dapat berasal dari pendidikan dan pelatihan yang diprogramkan oleh pihak

rumah sakit tempat perawat bekerja.


5. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan (Notoatmodjo, 2003) :
a. Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam member respon

terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang berpendidikan tinggi akan

memberikan respon yang lebih rasional terhadap informasi yang datang dan

akan berpikir sejauh mana keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh

dari gagasan tersebut. Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang

terhadap perkembangan orang lain menuju kearah suatu cita – cita tertentu.
Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang

akan pola hidup, terutama dalam memotivasi sikap berperan serta dalam

perkembangan kesehatan. Semakin tinggi tingkat kesehatan, seseorang makin

menerima informasi sehingga makin banyak pola pengetahuan yang dimiliki.

Perawat dengan jenjang pendidikan yang lebih tinggi diharapkan dapat

memiliki pengetahuan yang lebih dari pelaksanaan asuhan keperawatan

khususnya terkait dengan pelaksanaan orientasi terhadap pasien baru. Sistem

pendidikan lama kurang mengupas tentang pelaksanaan orientasi terhadap

pasien baru dan hanya berfokus pada penanganan perawatan saja. Pelaksanaan

orientasi pasien baru ini nantinya diharapkan pasien dapat memahami hak-hak

118
yang bisa didapatkan serta perawat dapat memberikan asuhan keperawatan

lebih professional.
b. Paparan media massa
Melalui berbagai media baik cetak maupun elektronik berbagai informasi

dapat diterima masyarakat, sehingga seseorang yang lebih sering terpapar

media massa (TV, radio, majalah, pamflet, dan lain - lain) akan memperoleh

informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan orang yang tidak pernah

terpapar informasi media. Ini berarti paparan media massa mempengaruhi

tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang. Media masa sebagai

jendela informasi dapat menjadi salah satu sumber bagi perawat untuk

memahami pentingnya pelaksanaan orientasi terhadap pasien baru.


c. Ekonomi
Dalam memenuhi kebutuhan pokok (primer) maupun kebutuhan sekunder,

keluarga dengan status ekonomi baik akan lebih mudah tercukupi

dibandingkan keluarga dengan status ekonomi rendah. Hal ini akan

mempengaruhi pemenuhan kebutuhan sekunder. Jadi dapat disimpulkan

bahwa ekonomi dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang tentang berbagai

hal.
d. Hubungan social
Manusia adalah makhluk sosial dimana dalam kehidupan saling berinteraksi

antara satu dengan yang lain. Individu yang dapat berinteraksi secara continue

akan lebih besar terpapar informasi.


Sementara faktor hubungan sosial juga mempengaruhi kemampuan individu

sebagai komunikasi untuk menerima pesan menurut model komunikasi media

119
dengan demikian hubungan sosial dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan

seseorang tentang suatu hal.


e. Pengalaman
Pengalaman seorang individu tentang berbagai hal biasa diperoleh dari

lingkungan kehidupan dalam proses perkembangannya, misalnya sering

mengikuti kegiatan. Kegiatan yang mendidik misalnya seminar organisasi

dapat memperluas jangkauan pengalamannya, karena dari berbagai kegiatan

tersebut informasi tentang suatu hal dapat diperoleh. Pengalaman kerja selama

praktik keperawatan dapat menjadi salah satu dasar tambahnya pengetahuan

perawat tentang pentingnya praktik orientasi terhadap pasien baru.

6. Cara memperoleh pengetahuan


Menurut Notoatmodjo (2003), cara memperoleh pengetahuan ada 2, yaitu:
a. Cara tradisional atau non ilmiah.
1) Cara coba salah
Cara ini adalah merupakan cara tradisional, dilakukan apabila seseorang

menghadapi persoalan atau masalah, upaya pemecahannya dilakukan

dengan coba – coba.


2) Cara kekuasaan atau otoritas
Sumber pengetahuan dalam cara ini berdasarkan pada otoritas atau

kekuasan, baik otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, atau

otoritas ilmu pengetahuan, sehingga banyak sekali kebiasan – kebiasaan

dan tradisi yang dilakukan.


3) Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman adalah guru terbaik, maksudnya bahwa pengalaman itu

merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Hal ini

120
dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang di peroleh

dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu.


4) Melalui jalan piker
Dalam hal ini pengetahuan diperoleh dengan menggunakan penalaran atau

jalan pikiran. Cara ini melahirkan pemikiran secara tidak langsung melalui

pertanyaan – pertanyaan yang dikemukakan kemudian dicari hubungannya

sehingga dibuat suatu kesimpulan.


b. Cara modern atau cara ilmiah
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan disebut metode

penelitian ilmiah yang mempunyai sifat lebih sistematis, logis dan ilmiah.

121
C. Kerangka Teori

Predisposisi:

Pendidikan Pengetahuan

Media Masa
Sikap
Ekonomi
Keyakinan
Hubungan
Sosial
Pengalaman Praktek orientasi
perawat terhadap
pasien baru
Enabling:
Sarana dan
prasarana

Reinforcing:
- Pengetahuan dan
sikap teman kerja.
- Pasien dan keluarga.
- Budaya, agama, ras.
- Latar belakang
pendidikan,
pengalaman masa
lalu.
- Pemikiran yang
berbeda dan harapan
antara perawat dan
pasien.

Gambar 2.1 Kerangka teori

122
Sumber : Modifikasi Notoatmodjo (2003), (Bowhuizen, 1986)

123
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penerimaan klien baru dilakukan oleh perawat ketika ada pasien atau klien

yang baru datang dari rumah sakit, baik rujukan dari rumah maupun rujukan dari

rumah sakit atau puskesmas sebelumnya yang menjadi tempat berobat. Selain itu

bahwa penerimaan pasien baru termasuk bagian utama dari proses keperawatan sebab

sebelum melakukan pemeriksaan awal. Perawat terlebih dahulu mengetahui identitas

klien atau pasien yang diperoleh ketika perawat menerima pasien baru, baik rujukan

dari rumah maupun rujukan dari lembaga kesehatan sebelumnya seperti rumah sakit

atau puskesmas.

B. Saran

Kami selaku penulis sangat menghimbau kepada rekan-rekan sekalian,

pembaca maupun perawat agar nantinya dapat melakukan tindakan penerimaan klien

baru dapat dilakukan dengan sesuai prosedur yang benar. Namun, dalam makalah

kami tentunya masih jauh dari kesempurnaan jadi kami sangat perlu kritikan dari

dosen pembimbing maupun dari pihak yang terkait dengan mata kuliah Manajemen

Keperawatan agar dapat membangun kwantitas perawat yang professional. Dalam

proses keperawatan khususnya penerimaan pasien baru sebaiknya perawat harus

124
melakukan pendekatan tentang pasien tersebut sehingga dalam proses keperawatan

kita dapat memberi pelayanan yang optimal kepada pasien.

125

Anda mungkin juga menyukai