Anda di halaman 1dari 6

Etiologi Manifestasi Klinis

1. Herediter (keturunan) 1. Rasa nyeri yang berat dan tiba-tiba di


2. Umur : penyakit ini paling sering didapatkan pada usia 30- daerah pinggang yang menjalar
50 tahun sampai pangkal paha. Rasa nyeri
3. Jenis kelamin tidak berkurang walaupun penderita
4. Geografis mencoba posisi- posisi tertentu,
5. Iklim dan temperatur misalnya berbaring, membungkuk.
6. Asupan air : Kurangnya asupan air dan tingginya kadar 2. Mual dan muntah.
mineral kalsium pada air yang dikonsumsi. 3. Kadang dijumpai darah pada air seni.
7. Diet : Diet tinggi purin, oksalat dan kalsium Perasaan terbakar di saluran kemih
mempermudah terjadinya batu. saat kencing.
8. Pekerjaan : orang yang pekerjaannya banyak duduk atau 4. Rasa sangat ingin kecing.
kurang aktifitas atau sedentary life. 5. Demam.
9. Infeksi : Infeksi oleh bakteri yang memecahkan ureum dan UROLITIASIS adalah suatu keadaan terjadinya penumpukan batu
membentuk amonium akan mengubah pH uriun menjadi oksalat, kalkuli (batu ginjal) pada ureter atau pada daerah ginjal
alkali dan akan mengendapkan garam-garam fosfat
sehinggga akan mempercepat pembentukan batu yang NEFROLITIASIS adalah adanya batu atau kalkuli dibentuk di Penatalaksanaan
telah ada. dalam ginjal (parenkim ginjal) oleh kristalisasi dari substansi
ekskresi didalam urine. Medikasi
1. Batu Kalsium Oksalat: Suplementasi
sitrat, Kolestiramin atau terapi lain untuk
Fakor Risiko Pembentukan Batu
Pemeriksaan Penunjang malabsorpsi lemak, Tiazid (bila disertai
1. Hiperkalsiuria: 1. Foto abdomen dengan adanya hiperkalsiuria),
a. Hiperkalsiuria absorptive: ditandai oleh adanya 2. Intra Vena Pielografi (IVP) Allupurinol (bila disertai dengan adanya
kenaikan absorpsi kalsium dari lumen usus 3. Ultrasonografi hiperurikosuria)
b. Hiperkalsiuria puasa: ditandai dengan adanya 4. Pemeriksaan mikroskopik urin, Renogram, Analisa batu dan Kultur urin 2. Batu Kalsium Fosfat: Tiazid (bila
kelebihan kalsium, diduga berasal dari tulang. 5. ureum, kreatinin, elektrolit, kalsium, fosfat, urat, protein, fosfatase alkali disertai adanya hiperkalsuria)
c. Hiperkalsiuria ginjal: yang diakibatkan serum. 3. Batu Struvit (Mg-Sb Fosfat)
kelainan reabsorpsi kalsium di tubulus ginjal. - Mandelamin dan Vitamin C
2. Hiperoksaluria: kenaikan ekstensi oksalat diatas - Antibiotik  kotrimoksazol
normal (< 45 mg/hari). 4. Batu Urat: Allupurinol
3. Hiperurikosuria: suatu peningkatan asam urat air 5. Batu Sistin: Alkalinisasi urin,
kemih yang dapat memacu pembentukan batu Penisilamin
kalsium.
4. Hipositraturia: penurunan ekskresi inhibitor Non Medikasi
pembentukan kristal dalam air kemih, khususnya 1. ESWL ( Extracorporeal Shockwave
sitrat merupakan mekanisme lain timbulnya batu Lithotripsy )
ginjal. 2. Endourologi
5. Penurunan jumlah air kemih: masukan cairan a. PNL (Percutaneous Nephro
sedikit yang selanjutnya dapat menimbulkan batu Litholapaxy)
dengan peningkatan reaktan dan pengurangan b. Uretero atau Uretero-renoskopi
aliran air kemih. (URS)
6. Faktor diet: Faktor diet misalnya diet tinggi 3. Pielolitotomi atau nefrolitotomi
kalsium, diet tinggi purin, tinggi oksalat.
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN BATU
GINJAL

PENGKAJIAN DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Identitas
2. Riwayat kesehatan 1. Risiko infeksi
3. Pemeriksaan fisik 2. Nyeri akut
3. Gangguan eliminasi urine
4. Pola fungsional Gordon
5. Pemeriksaan penunjang

Risiko infeksi Nyeri Akut Gangguan Eliminasisi urine


NOC
NOC : NOC Urinary Continence
Risk control : infection process Level nyeri Urinary Elimination
Risk control Kontrol nyeri NIC : Urinary Elimination Management
1. Kaji dan Pantau eliminasi urine termasuk
NIC : NIC : frekuensi, konsistensi, volume,warna.
Infection control Pain Management 2. Pantau tanda dan gejala retensi urin
1. Bersihkan lingkungan setelah dipakai klien lain 1. Kaji secara komprehensip terhadap nyeri termasuk lokasi, 3. Identifikasi faktor penyebab inkontinensia
2. Instruksikan pengunjung untuk mencuci tangan saat karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri dan faktor urin
berkunjung dan setelah berkunjung presipitasi 4. Berikan penjelasan tanda dan gejala infeksi
3. Gunakan sabun anti mikroba untuk cuci tangan 2. Observasi reaksi ketidaknyaman secara nonverbal saluran kemih
4. Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan 3. Gunakan strategi komunikasi terapeutik untuk mengungkapkan 5. Ajarkan pasien cara mengosongkan kandung
keperawatan pengalaman nyeri dan penerimaan klien terhadap respon nyeri kemih
5. Gunakan universal precaution dan gunakan sarung 4. Tentukan pengaruh pengalaman nyeri terhadap kualitas hidup( napsu 6. Pasang DC
tangan selma kontak dengan kulit yang tidak utuh makan, tidur, aktivitas,mood, hubungan sosial) Health education (pendidikan kesehatan)
6. Berikan terapi antibiotik bila perlu 5. Berikan informasi tentang nyeri termasuk penyebab nyeri, berapa
7. Observasi dan laporkan tanda dan gejal infeksi seperti 7. Ajarkan pasien dari tanda gejala yang ringan
lama nyeri akan hilang, antisipasi terhadap ketidaknyamanan dari
kemerahan, panas, nyeri, tumor prosedur sampai berat tentang tanda dan gejala
8. Kaji temperatur tiap 4 jam 6. Control lingkungan yang dapat mempengaruhi respon
9. Catat dan laporkan hasil laboratorium, WBC obstruksi
ketidaknyamanan klien( suhu ruangan, cahaya dan suara)
10. Kaji warna kulit, turgor dan tekstur, cuci kulit dengan 7. Hilangkan faktor presipitasi yang dapat meningkatkan pengalaman 8. Ajarkan pada klien tentang retensi urin dan
hati-hati nyeri klien( ketakutan, kurang pengetahuan) pengosongan tidak teratur dengan
11. Ajarkan keluarga bagaimana mencegah infeksi 8. Ajarkan cara penggunaan terapi non farmakologi (distraksi, guide
mengeluarkan dengan jam yang terjadwal
imagery,relaksasi)
9. Kolaborasi pemberian analgesic 9. Hindari obat-obat diet (yang sering terdiri
dari alpha adrenergic agonist)
Daftar Pustaka

Sjabani M. Batu saluran kemih. Buku ajar ilmu penyakit dalam Jilid I. 5th ed. Interna Publishing.
Jakarta: 2009.

Bickley L.S. Anamnesis. Bates’ Guide to physical examination and history taking. International
edition. 10th edition. Lippincott Williams & Wilkins. Wolters Kluwer Health; 2009.

Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W. Kapita selekta kedokteran. Edisi ke-3. Jilid II.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2000.hal.329-45.

Purnomo, Basuki. Dasar-dasar Urologi. Edisi ke-2. Sagung Seto: Jakarta; 2007.

Manuputty, David. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Indonesia. Binarupa Aksara
Publisher.

Halim, Mubin A. Panduan Praktis Ilmu Penyakit Dalam: Diagnosis dan Terapi. Edisi 2: Jakarta; 2007.

NANDA International Inc. Nursing Diagnosis: Definitions and Classification 2015 – 2017.
Ed.10. Jakarta : EGC, 2015

Moorhead, S., et al. Nursing Outcomes Classification (NOC). 4 th ed. Mosbie Elsevier: USA,
2008.

Bulechek, G.M., et al. Nursing Intervention Classification (NIC). 5th ed. Mosbie Elsevier:
USA, 2008.
LAPORAN PENDAHULUAN

PADA KLIEN DENGAN BATU GINJAL

DI RUANG BEDAH UMUM RSUD ULIN BANJARMASIN

Tanggal 13 – 19 Juni 2016

Oleh :

Ridha Fahliati Dewi, S.Kep

NIM. I4B112002

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

2016
LEMBAR PENGESAHAN

NAMA : Ridha Fahliati Dewi, S.Kep

NIM : I4B112002

JUDUL : Laporan Pendahuluan Pada Klien Dengan Batu Ginjal Di Ruang

Bedah Umum RSUD Ulin Banjarmasin

Banjarmasin, 13 Juni 2016

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Maulidya Septiany,, S.Kep., Ns, Lola Hamika, S.Kep, Ns


NIK. 1990 2016 1 199 NIP. 19800207 200801 2 015

Anda mungkin juga menyukai