Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Biotik, ISSN: 2337-9812, Vol. 2, No. 2, Ed. September 2014, Hal.

77-137

PENERAPAN PENDEKATAN STM (SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT) PADA KONSEP


PENCEMARAN LINGKUNGAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN
KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DI SMA NEGERI 4 WIRA BANGSA MEULABOH

1
Nur Afni, 2Khairil dan 3Abdullah
1
Program Studi Magister Pendidikan Biologi PPs Universitas Syiah Kuala Banda Aceh; dan
2,3
Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
Email: afni_th@yahoo.com

ABSTRAK

Telah dilaksanakan penelitian tentang “Penerapan pendekatan STM (Sains Teknologi Masyarakat) pada
konsep pencemaran lingkungan untuk meningkatkan hasil belajar, kemampuan berpikir kritis, dan sikap
peduli lingkungan di SMA Negeri 4 Wira Bangsa Meulaboh”. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
perbedaan hasil belajar, kemampuan berpikir kritis siswa pada materi pencemaran lingkungan yang
dibelajarkan dengan pendekatan STM dan tanpa STM. Metode penelitian ini adalah metode eksperimental
semu. Populasi dalam penelitian ini seluruh siswa kelas X SMA Negeri 4 Wira Bangsa Meulaboh,
berjumlah 80 siswa yang berasal dari 3 kelas. Sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 2 kelas yang
ditentukan secara random sampling terdiri dari kelas eksperimen (dengan pendekatan STM) dan kelas
kontrol (tanpa pendekatan STM). Instrumen penelitian ini menggunakan tes hasil belajar, tes kemampuan
berpikir kritis.. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji-t Hasil pengujian hipotesis
diperoleh thitung hasil belajar = 8,62, thitung kemampuan berpikir kritis = 11,15, dan thitung Karena harga thitung >
ttabel maka Ha diterima dan harga thitung < ttabelmaka Ha ditolak artinya ada perbedaan peningkatan hasil
belajar, kemampuan berpikir kritis siswa dengan pembelajaran STM dan tanpa pendekatan STM pada
materi pencemaran lingkungan di SMA Negeri 4 Wira Bangsa Meulaboh.

Kata Kunci: Pendekatan STM, dan Pencemaran Lingkungan

ABSTRACT

A research entitled, "The application of the STM approach (Science Technology Society) on the concept of
environmental pollution to improve learning outcomes, critical thinking skills, and attitudes of
environmental care in SMA 4 Wira Bangsa Meulaboh " has been conducted. The purposes of this study
were to find out differences in students’ learning outcomes and critical thinking skills on environmental
pollution material by using STM approach. This research used quasi-experimental method. The population
of this study was all of students class X of SMA Negeri 4 Wira Bangsa Meulaboh. There were 80 students
from three classes. The samples were chosen randomly that consisted of two classes namely experimental
class and control class. The instruments used were test for learning outcome and test for critical thinking
skills. The data then analyzed by using t-test. The results of t-test for learning outcomes was 8.62,
meanwhile, t-test of critical thinking skills was 11.15. Since t-count > t-table, thus Ha is accepted. If t-count
< t- table then, Ha is rejected. It means there were some differences on students’ learning outcome and
critical thinking skills after learning environmental pollution material by using STM approach and without
using it.

Keywords: STM Approach, and Environmental Pollution

PENDAHULUAN
alam kehidupan demokrasi masyarakat prinsip Biologi untuk mengembangkan
modern memerlukan warga negara yang pengetahuan, keterampilan dan sikap percaya diri
kaya akan pengetahuan dan memahami sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-
persoalan-persoalan kemasyarakatan secara hari dan sebagai bekal untuk melanjutkan
kompleks yang merupakan dampak dari kemajuan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi.
ilmu dan teknologi. Pada beberapa dekade terakhir Pengajaran biologi di SMA juga dimaksudkan
ini, Salah satu tuntutan kurikulum berbasis untuk pembentukan sikap yang positif terhadap
kompetensi dalam mata pelajaran Biologi di SMA biologi, yaitu merasa tertarik untuk mempelajari
adalah agar siswa menguasai berbagai konsep dan biologi lebih lanjut karena merasakan keindahan

[77]
Nur Afni, dkk.

dalam keteraturan prilaku alam serta kemampuan masyarakat khususnya dunia pendidikan
ilmu biologi dalam menjelaskan berbagai peristiwa mempunyai hubungan yang erat karena ilmu
alam dan penerapan biologi dalam teknologi [1]. pengetahuan pada dasarnya menjelaskan tentang
Masyarakat dunia termasuk Indonesia konsep. Sedangkan teknologi merupakan suatu
menganggap bahwa kemajuan dibidang ilmu dan seni atau keterampilan sebagai perwujudan dari
teknologi telah membawa dampak negatif selain konsep yang telah dipelajari dan dipahami. Dengan
dampak positif bagi manusia. Salah satu contoh, kata lain untuk memahami sains dan teknologi
sisi positif dari perubahan teknologi khususnya berarti harus memiliki kemampuan untuk
dalam sistem produksi dapat meningkatkan mengatasi masalah dengan menggunakan konsep-
produktivitas dan memperluas proses produksi konsep ilmu, mengenal teknologi yang ada di
yang mengantarkan pada produk yang semakin masyarakat serta dampaknya, mampu
baik [2]. Proses produksi yang semakin rumit, menggunakan dan memelihara hasil teknologi,
cenderung menggunakan lebih banyak bahan, kreatif membuat hasil teknologi sederhana, dan
sehingga proses produksinya memerlukan mampu mengambil keputusan berdasarkan nilai-
teknologi yang semakin canggih. Pengaruh nilai yang berlaku dalam masyarakatnya.
langsung dari peningkatan produksi tersebut Pembelajaran biologi di SMA Negeri 4
adalah terjadinya penurunan dalam pemanfaatan Wira Bangsa saat ini umumnya untuk
tenaga kerja manusia. Fenomena ini memperbaiki dan menyiapkan aktifitas-aktifitas
menggambarkan bahwa pada setiap kegiatan belajar yang bermanfaat bagi siswa yang bertujuan
pembangunan ataupun pengembangan teknologi untuk beralih dari paradigma ”mengajar biologi”
sebaiknya masyarakat dapat dilibatkan dalam ke ”belajar biologi”. Namun pembelajaran biologi
proses pengambilan keputusan yang berkaitan di SMA Negeri 4 Wira Bangsa Meulaboh selama
dengan penggunaan ilmu pengetahuan dan ini tampak kurang memberikan konsep-konsep
teknologi. Masyarakat harus memahami dampak ilmu dan teknologi yang ada di masyarakat untuk
yang ditimbulkan oleh ilmu dan teknologi serta terlibat langsung dalam pembentukan pengetahuan
bagaimana memahami masalah-masalah sosial biologi siswa. Siswa lebih banyak bergantung pada
yang kompleks yang berkaitan dengan ilmu dan guru sehingga sikap ketergantungan inilah yang
teknologi. kemudian menjadi karakteristik seseorang yang
Perkembangan sains dan teknologi yang secara tidak sadar telah guru biarkan tumbuh
sangat pesat menyebabkan siswa tidak mampu melalui gaya pembelajaran tersebut. Padahal yang
mempelajari semua fakta dan konsep-konsep diharapkan adalah siswa yang mandiri yang
sains.Peranan guru sangat penting untuk memilih mampu memunculkan gagasan-gagasan yang
konsep yang esensial dan melatih siswa untuk kreatif dan kritis serta mampu dan mau
berpikir, menganalisis dan menyelesaikan masalah menghadapi tantangan atau permasalahan yang
yang dihadapinya. Guru perlu mencari isu-isu atau dihadapinya.
masalah yang berkembang dalam kehidupan Model pembelajaran yang dikembangkan
sehari-hari yang berkaitan dengan teknologi yang terkait dengan pencemaran lingkungan khususnya
ada di sekitarnya, atau yang berkaitan dengan pencemaran air dan limbah untuk meningkatkan
kebutuhan siswa, kemudian secara kreatif siswa hasil belajar, kemampuan berpikir kritis siswa dan
dapat menyelesaikan masalah dengan sikap peduli lingkungan di SMA Negeri 4 Wira
menggunakan konsep yang relevan baik secara Bangsa meulaboh yang berhubungan dengan
mandiri atau dengan bimbingan guru. aspek sains, teknologi dan masyarakat adalah
Pembelajaran STM berarti menggunakan pendekatan STM, model pendekatan ini belum
teknologi sebagai penghubung antara sains dan pernah diperkenalkan di SMA Negeri 4 Wira
masyarakat, sehingga seorang guru perlu memiliki Bangsa Meulaboh sehingga peneliti merasa perlu
suatu strategi pembelajaran yang memadukan untuk menerapkan pendekatan ini. Penelitian yang
pemahaman dan pemanfaatan sains, teknologi dan akan dikembangkan melalui konsep pencemaran
masyarakat dengan tujuan agar konsep sains dapat lingkungan dengan menggunakan pendekatan
diaplikasikan melalui keterampilan yang Sains, Teknologi Masyarakat (STM) yaitu
bermanfaat bagi peserta didik dan masyarakat [3]. pembelajaran yang dilandasi dengan teori
Sains dan teknologi dalam kehidupan kontruktivisme dan dapat diaplikasikan ke

[78]
Penerapan Pendekatan STM (Sains Teknologi Masyarakat) pada Konsep Pencemaran Lingkungan

masyarakat. Society” (Hidayat, 1996). Ziman mencoba


Pendekatan STM adalah suatu perubahan di mengungkapkan bahwa konsep-konsep dan
dalam pengajaran sains atau biologi, oleh para proses-proses sains seharusnya sesuai dengan
pendidik sains mengatakan sebagai pendekatan kehidupan siswa sehari-hari.
yang mempersiapkan siswa untuk menghadapi Sains Teknologi Masyarakat (STM) yang
abad 21, sebab pendekatan ini merupakan dalam bahasa Inggris disebut Science Technology
pembelajaran dalam konteks pengalaman manusia. Society (STS) telah menjadi gerakan pendidikan
Teori kontruktivisme menekankan bahwa siswa sains di Amerika Serikat sebagai respon terhadap
membangun sendiri konsep di dalam struktur kondisi dan situasi pendidikan sains pada saat itu
kognitif siswa. yang kurang optimal dalam mempersiapkan siswa
Berdasarkan latarbelakang di atas, maka untuk berhadapan dengan berbagai perkembangan
penelitian ini dibangun atas dasar asumsi bahwa sains dan teknologi di lingkungannya. Dalam
pembelajaran biologi (Pencemaran Lingkungan) upaya memecahkan masalah tersebut, para guru
melalui pendekatan STM diharapkan dapat dan pendidik di Amerika Serikat sepakat untuk
membantu meningkatkan hasil belajar siswa, menerapkan pendekatan STM dalam pendidikan
kemampuan berpikir kritis dan sikap peduli sains di sekolah, dan dimulai dengan program uji
lingkungan. coba di Iowa tahun 1982-1983. Sejak itulah STM
Pendekatan Sains Teknologi dan masyarakat berkembang sebagai fokus pengajaran sains.
(STM) adalah terjemahan Bahasa Indonesia dari Berikut ini tahap-tahap pembelajaran
Science-Technology-Society (STS) dimana menggunakan pendekatan STM: 1). Tahap
pendekatan ini pertama kali dikembangkan di apersepsi/inisiasi/invitasi/eksplorasi. Apersepsi
Amerika Serikat pada tahun 1980-an, dan yaitu mengaitkan peristiwa yang telah diketahui
selanjutnya berkembang di Inggris dan Australia. siswa dengan materi yang akan dibahas. Dengan
National Science Teacher Association atau NSTA, demikian, tampak adanya kesinambungan
mendefinisikan pendekatan ini sebagai belajar atau pengetahuan, karena diawali dengan hal-hal yang
mengajar sains dan teknologi dalam konteks telah diketahui siswa sebelumnya dan ditekankan
pengalaman manusia. Sejalan dengan volume pada keadaan yang ditemui dalam kehidupan
informasi dalam masyarakat yang terus meningkat sehari-hari. Guru mengemukakan isu-isu atau
dan kebutuhan bagi penguasaan ilmu pengetahuan, masalah aktual yang ada di masyarakat dan dapat
teknologi, dan hubungannya dengan kehidupan diamati siswa. Isu-isu atau masalah ini juga dapat
masyarakat dapat menjadi lebih mendalam, maka digali dari pendapat siswa sendiri dan dikaitkan
pendekatan STM dapat sangat membantu bagi dengan konsep-konsep yang akan dibahas. Guru
siswa. Oleh karena, pendekatan ini mencakup dapat memberi tugas kelompok yang relevan
interdisipliner konten dan benar-benar melibatkan sebelum melaksanakan pemahaman konsep. 2).
siswa sehingga dapat meningkatkan kemampuan Tahap pembentukan konsep. Melaksanakan
siswa. Pendekatan ini dimaksudkan untuk pembelajaran dengan menggunakan strategi
menjembatani kesenjangan antara kemajuan ilmu belajar tertentu yang dapat dipilih guru sesuai
pengetahuan dan teknologi. Membanjirnya dengan materi subyek atau pedagogi materi
informasi ilmiah dalam dunia pendidikan, dan pelajaran. Dalam hal ini pedagogi berarti ilmu dan
nilai-nilai ilmu pengetahuan dan teknologi itu seni mengajar; 3). Tahap aplikasi konsep. Konsep
sendiri dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. yang telah dipahami siswa selanjutnya digunakan
Pendekatan Sains Teknologi dan Masyarakat untuk menyelesaikan masalah atau menganalisis
(STM) dalam pandangan ilmu-ilmu sosial dan isu-isu atau masalah yang telah dilontarkan pada
humaniora, pada dasarnya memberikan awal pembelajaran. Tujuannya adalah untuk
pemahaman tentang kaitan antara sains teknologi menganalisis fenomena atau menyelesaikan
dan masyarakat, melatih kepekaan penilaian masalah. Dalam tahap ini siswa juga dapat
peserta didik terhadap dampak lingkungan sebagai melaksanakan tindakan-tindakan yang konkrit
akibat perkembangan sains danteknologi [3]. yang didasari oleh kepeduliannya terhadap
Istilah STS untuk pertama kali diciptakan lingkungan; 4). Tahap pemantapan konsep. Pada
pada tahun 1990 oleh John Ziman dalam bukunya tahap ini guru memberikan konsep-konsep agar
“Teaching and Learning About Science and tidak terjadi miskonsepsi kepada siswa.

[79]
Nur Afni, dkk.

Diharapkan agar tahap ini siswa yang mengalami Teknik pengumpulan data dalam penelitian
miskonsepsi dapat merekonstruksi atau ini adalah hasil belajar, kemampuan berpikir kritis,
merestrukturisasi konsep yang salah. Pada tahap dan angket sikap peduli lingkungan. Data pretes
ini bisa dilakukan bersamaan dengan tahap 2 dan dan postes dihitung dengan “gain” dengan cara
3, misalnya siswa melaksanakan diskusikelompok mengurangi skor postes dan skor pretes. Kesalahan
sambil mengobservasi pelaksanaan diskusi, guru dalam menginterpretasikan perolehan gain masing-
dapat melakukan intervensi kalau ditemukan ada masing siswa diatasi dengan melakukan
kesalahan konsep diantara siswa; 5). Tahap normalisasi gain menggunakan rumus Meltzer.
evaluasi. Tahap ini seyogyanya dilakukan secara Data gain ternormalisasi (N-Gain) digunakan
berkelanjutan dan mencakup berbagai aspek. untuk membandingkan kemampuan konsep antara
Penggunaan portofolio atau data pribadi peserta kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
didik sangat disarankan karena data pribadi amat Kemampuan tersebut ditempuh dengan
membantu evaluasi terhadap siswa yang mencakup menganalisis skor pretes dan postes.
ranah kognitif, afektif dan psikomotor, termasuk Uji normalitas dan homogenitas dilakukan
kepedulian dan tindakan siswa [4]. sebagai syarat untuk uji lanjut terhadap data
Penilaian terhadap proses pembelajaran yang hipotesis yang akan diuji. Uji normalitas
menggunakan pendekatan STM dapat dilakukan menggunakan Kolmogorov-Smirnov Test dan uji
dengan menggunakan lima domain, yaitu: 1). homogenitas menggunakan Levene’s Test. Pada
Konsep, yang meliputi penguasaan konsep dasar, taraf sig. P>0,05. Pengujian hipotesis 1, 2, dan 3
fakta dan generalisasi; 2). Proses, penggunaan digunakan uji t dengan kategori Independent
proses ilmiah dalam menemukan konsep atau Samples t-Test pada taraf signifikansi 0,05 dengan
penyelidikan; 3). Aplikasi, penggunaan konsep dan tingkat kepercayaan 95%. Sedangkan hipotesis 4
proses dalam situasi yang baru atau dalam digunakan uji korelasi Product Moment.
kehidupan; 4). Kreativitas, pengembangan
kuantitas dan kualitas pertanyaan, penjelasan, dan HASIL DAN PEMBAHASAN
tes untuk menvalidasi penjelasan secara personal; Uji Homogenitas dan Normalitas
dan 5) Sikap, mengembangkan perasaan positif Hasil uji homogenitas diperoleh data pada
dalam sains, belajar sains, guru sains dan karir kelas kontrol yaitu pretes 17,4, simpangan baku
sains [5]. 3,53, varians 12,47 sedangkan pretes kelas
eksperimen 23,0, simpanganbaku 4,21, varians
METODE PENELITIAN 17,73 makahasil uji homogenitas pada kedua kelas
Penelitian ini merupakan penelitian yaitu kontrol dan eksperimen diperoleh FHitung =
eksperimental semu namun melibatkan data 0,70 sedangkan FTabel= 1,97. Oleh karena
kuantitatif dan kualitatif dan mengacu pada FHitung<FTabel, maka nilai siswa di kelas X-2
rancangan Pretest-Postest Control Group Design. (kontrol), dan X-3 (eksperimen) memiliki varian
Populasi dalam penelitian adalah seluruh siswa yang homogen atau data berasal dari populasi
kelas X SMA Negeri 4 Wira Bangsa Meulaboh, dengan varian yang sama. Hasil uji normalitas
berjumlah 80 siswa yang berasal dari 3 kelas pada menunjukkan bahwa taraf signifikan nilai
paralel. Teknik pengambilan sampel dilakukan siswa kelas X-2 dan X-3 pada uji chi-square >
secara acak terhadap dua kelas dalam populasi 0,05. Berdasarkan hal ini dapat disimpulkan bahwa
penelitian. Selanjutnya siswa yang terpilih adalah nilai siswa kelas X-2 dan X-3 berdistribusi normal
kelas X-2 sebagai kelas yang akan dibelajarkan atau memenuhi persyaratan uji normalitas karena
dengan Pendekatan Pembelajaran Sains Teknologi χ2 hitung pada kelas X-3 (kelas eksperimen) = 2,06
Masyarakat (STM) sebanyak 27 siswa dan kelas > 0,05, sehingga H0 diterima dan χ2 hitung pada
X-3 terpilih sebagai kelas yang dibelajarkan tanpa kelas X-2 (kelas kontrol) = 1,92 > 0,05, sehingga
menggunakan pendekatan STM sebanyak 23 H0 diterima.
siswa. Sebelum kedua sampel ini ditetapkan,
terlebih dahulu dilakukan uji homogenitas dan N-Gain Hasil Belajar
normalitas, dan setelah itu ditetapkan sebagai Adapun N-Gain hasil belajar dapat diamati
sampel penelitian. pada Tabel 1 dan Gambar 1.

[80]
Penerapan Pendekatan STM (Sains Teknologi Masyarakat) pada Konsep Pencemaran Lingkungan

Tabel 1. Deskripsi N-Gain Hasil Belajar Siswa dibelajarkan tanpa pendekatan STM diterima pada
Pada Materi Pencemaran Lingkungan taraf signifikasi > 0,05. Hal ini sejalan dengan
Rendah Sedang Tinggi pernyataan (Chalmers:1980) yang menyatakan
Pendekatan N
F % F % F % bahwa konsep yang diperoleh siswa dapat menjadi
STM
23 0 0 8 34,4 15 65,2 bermakna jika konsep tersebut diperoleh atas dasar
(Eksperimen)
apa yang dilihat, diraba dan didengar, dan lainnya
Tanpa STM
27 14 51,9 12 44,4 1 3,70 melalui observasi [6]. Upaya melibatkan siswa
(Kontrol)
untuk dapat mengaplikasikan konsep yang telah
dipelajari dalam kehidupan sehari-hari, maka pada
20
akhir pembelajaran diharapkan tidak hanya aspek
kognitif siswa saja yang berkembang, melainkan
15
15 14 ketrampilan, sikap, kreatifitas, kemampuan
Jumlah Siswa

12 aplikasi konsep juga ditingkatkan [4].


10 STM
8 N-Gain Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Tanpa
STM Deskripsi N-Gain kategori kemampuan
5
berpikir kritis siswa pada kelas eksperimen dan
1 kelas kontrol seperti ditampilkan pada Tabel 2 dan
0
0 Gambar 2.
Rendah Sedang Tinggi

Kategori Hasil Belajar Tabel 1. Deskripsi N-Gain Kemampuan Berpikir


Kritis Siswa Pada Materi Pencemaran
Gambar 1. Kategorisasi N-Gain Hasil Belajar Lingkungan
Siswa dalam Materi Pencemaran Rendah Sedang Tinggi
Pendekatan N
Lingkungan F % F % F %
STM
23 4 17,4 6 26,2 13 56,6
Berdasarkan perolehan skor rata-rata (Eksperimen)
pemahaman konsep kelas eksperimen dan kontrol Tanpa STM
27 25 92,6 2 7,4 0 0,0
masing-masing mengalami peningkatan namun (Kontrol)
kelas eksperimen lebih banyak berada pada
kategori kelas yang tinggi dibandingkan dengan Berdasarkan perolehan skor rata-rata pemahaman
kelas kontrol lebih banyak berada pada kategori konsep kelas eksperimen dan kontrol masing-
yang sedang dan rendah walaupun telah diberikan masing kelas eksperimen lebih banyak berada pada
pembelajaran yang sama dengan pendekatanyang kategori kelas yang tinggi dibandingkan dengan
berbeda. Kelas eksperimen (STM) memiliki kelas kontrol lebih banyak berada pada kelas yang
kategori yang tinggi sebanyak 14 siswa (65,2 %) rendah sebanyak 25 siswa (92,6%) dan hanya 1
dan kelas kontrol (tanpa STM) sebanyak 1 siswa siswa (7,4%) yang berada pada
(3,70 %). 30
Berdasarkan hasil analisis uji hipotesis 25
25
Pengaruh pendekatan STM terhadap hasil belajar
20
siswa pada materi pencemaran lingkungan di SMA
Jumlah siswa

Negeri 4 Wira Bangsa Meulaboh diperoleh thitung = 15 13 STM

8,62. Hasil belajar siswa pada pencemaran 10


Tanpa
6 STM
lingkungan yang dibelajarkan dengan pendekatan
5 4
STM secara signifikan lebih tinggi dari pada hasil 2
0
belajar siswa yang dibelajarkan tanpa pendekatan 0
Rendah Sedang Tinggi
STM. Hal ini berarti hipotesis alternatif yang
mengatakan terdapat perbedaan hasil belajar siswa Kategori Hasil Belajar

pada materi pencemaran lingkungan yang Gambar 2. Kategorisasi N-Gain Kemampuan


dibelajarkan dengan pendekatan STM lebih tinggi Berpikir Kritis Siswa Pada Materi
dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang Pencemaran Lingkungan

[81]
Nur Afni, dkk.

kategori yang sedang walaupun telah diberikan pendekatan STM. Sedangkan siswa kelas kontrol
pembelajaran tetapi dengan pendekatan yang mendapatkan materi pembelajaran tanpa
berbeda. Kelas eksperimen (STM) memiliki pendekatan STM. Pembelajaran dengan
kategori yang tinggi sebanyak 13 siswa (56,2 %) pendekatan STM telah dapat meningkatkan
dan kelas kontrol (tanpa STM) tidak ada yang kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas
berada di kategori yang tinggi. eksperimen. Berpikir kritis merupakan interpretasi
Berdasarkan hasil analisis uji hipotesis dan evaluasi yang terampil dan aktif terhadap
dengan menggunakan bantuan program SPSS 17.0 observasi dan komunikasi, informasi serta
pengaruh pendekatan STM terhadap kemampuan argumentasi yang akurat. Hal ini disebabkan
berpikir kritis siswa pada materi pencemaran karena pengajaran dengan pendekatan STM dapat
lingkungan di SMA Negeri 4 Wira Bangsa melibatkan siswa sebagaimana para ilmuwan
Meulaboh diperoleh thitung = 11,15 >ttabel = 2,56. melakukan proses ilmiah, selain itu dapat
Hal ini berarti hipotesis alternatif yang mengatakan dipergunakan untuk melatih dan mengembangkan
terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis ketrampilan intelektual atau kemampuan berpikir
siswa pada materi pencemaran lingkungan yang kritis siswa, sikap peduli lingkungan dan
dibelajarkan dengan pendekatan STM kemampuan siswa menyelesaikan masalah dalam
dibandingkan dengan kemampuan berpikir kritis kehidupan sehari-hari secara objektif dan rasional
siswa yang dibelajarkan tanpa pendekatan STM [7].
diterima pada taraf signifikasi > 0,05. Terkait hasil
penelitian, menunjukkan bahwa siswa dari kelas KESIMPULAN
eksperimen memiliki tingkat kemampuan berpikir Ada perbedaan hasil belajar dan kemampuan
kritis lebih tinggi dibandingkan dengan siswa kelas berpikir kritis siswa yang dibelajarkan dengan
kontrol yang memiliki tingkat kemampuan pendekatan STM dan tanpa pendekatan STM pada
berpikir kritis rendah. Hal tersebut disebabkan konsep pencemaran lingkungan di SMA Negeri 4
dalam penelitian ini siswa kelas eksperimen Wira Bangsa Meulaboh.
mendapatkan materi pembelajaran dengan

DAFTAR PUSTAKA
[1] Depdiknas. 2002. Kurikulum Berbasis And Typical Textbook Dominated
Kompetensi Mata Pelajaran Sains. Jakarta: Approach. Monash: Science Education
Puskur-Balitbang Depdiknas. International Journal. 3 (2) : tersedia pada
[2] Moroyama, Janet H. & H. Guyford (Eds) http://ejse.southwestern.edu/article/downlo
1988. Globalitazion of Technology ad/../5572. Diakses tanggal 20 Oktober
International Perspective. Washington DC: 2012.
National Academy Press. Tersedia pada [6] I Made A. M. 2000. Hakekat Pendekatan
www.pustaka.ut.ac.id/dev25/pdf prosiding Science Technology and Society dalam
2/fmipa201041.pdf. Diakses pada tanggal Pembelajaran Sains. Bandung:
22 Oktober 2012. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
[3] Poedjiadi, A. 1997. Memperkenalkan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Sains Teknologi dan Menengah Pusat Pengembangan Penataran
Masyarakat. Bandung: Program Guru Ilmu Pengetahuan Alam.
Pascasarjana IKIP Bandung. [7] Hidayat, E. 1996. Pendidikan dan
[4] Poedjiadi, A. 2005. Sains Teknologi Pembelajaran Sains yang Bagaimana yang
Masyarat: Model Pembelajaran Cocok dan Berguna untuk Siswa-siswa
Kontekstual Bermuatan Nilai. Bandung: Sekolah di Indonesia. Bandung: Khazanah
Remaja Rosdakarya. Pengajaran IPA, Vol. 1. Hal.20-22.
[5] Yager. R. E. 1994. Comparison Of Student Tersedia pada http://file.upi.edu/direktor.
Learning Outcomes In Middle School Diakses tanggal 20 Oktober 2012.
Science Classes With an STS Approach

[82]

Anda mungkin juga menyukai