Anda di halaman 1dari 9

TUGAS

MATA KULIAH ILMU TILIK TERNAK

Disusun Oleh :

Nama : AHMAD NURVAIJI RAHMAN


Stambuk : O 121 18 122
Kelas : PTK 4

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2019
Komposisi Tubuh Ternak ruminansia besar dan kecil

Komponen tubuh ternak tersusun dari nutrien yang dikonsumsinya.


Sebagian besar nutrien esensial digunakan untuk sintesis komponen tubuh,
sebagian nutrien esensial yang berlebih akan digunakan untuk sintesis molekul
lain atau digunakan sebagai sumber energi. Kerangka tubuh tersusun sebagian
besar dari unsur mineral dan protein sebagai pengikatnya. Sedangkan jaringan
lunak sebagian besar tersusun dari protein dan lemak. Jaringan lunak
mengandung mineral dalam jumlah yang sangat sedikit. Karbohidrat ditemukan
dalam jumlah sedikit terutama dalam bentuk glukosa dan glikogen. Komposisi
kimia tubuh ternak dan manusia disajikan dalam Tabel 1.5. Pola perubahan
komposisi tubuh ternak disajikan dalam Gambar 1.4.

Tabel 1.5. Komposisi kimia tubuh ternak pada berbagai kondisi fisiologis
Spesies Air Protein Lemak Abu Kering, Bebas
(%) (%) (%) (%) Lemak (% BK)
Protein Abu
Anak sapi, baru 74 19 3 4.1 82.2 17.8
lahir
Anak sapi, gemuk 68 18 10 4.0 81.6 18.4
Sapi kebiri, kurus 64 19 12 5.1 79.1 20.9
Sapi kebiri, gemuk 43 13 41 3.3 79.5 20.5
Domba, kurus 74 16 5 4.4 78.2 21.8
Domba, gemuk 40 11 46 2.8 793 20.7
Babi, 8 kg 73 17 6 3.4 83.3 16.7
Babi, 30 kg 60 13 24 2.5 84.3 15.7
Babi, 100 kg 49 12 36 2.6 82.4 17.6
Ayam betina 56 21 19 3.2 86.8 13.2
Kuda 61 17 17 4.5 79.2 20.8
Keterangan: Kadar air+protein+lemak+abu=100%
Gambar 1.4.
Pola perubahan
komposisi tubuh
sapi sejak lahir
hingga dewasa

Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian mengenai komposisi tubuh


adalah sebagai berikut:
1. Ternak muda mempunyai kadar air yang lebih tinggi dari hewan tua.
2. Kadar lemak tubuh berbanding terbalik dengan kadar air tubuh.
Korelasi antara kedua komponen tersebut mengikuti persamaan: Y =
355.9+0.36X-202.9.Log X; Y=Kadar lemak (%), X=Kadar air (%).
Hubungan tersebut digambarkan dalam Gambar 1.5
3. Kadar air tubuh ternak gemuk lebih rendah dari kadar air tubuh ternak
kurus
4. Lemak tubuh adalah komponen yang kadarnya paling bervariasi
dibanding komponen lainnya
5. Rasio kadar protein dengan abu pada bahan kering tubuh tanpa lemak
adalah tetap 4:1 pada semua jenis dan kondisi fisiologis ternak.

Gambar 1.5.
Korelasi Antara Kadar
Air Tubuh dan Kadar
Lemak Tubuh Sapi
dengan persamaan Y =
355.9+0.36X-
202.9.Log X;
Y=Kadar lemak (%),
X=Kadar air (%)
Hasil pengukuran komposisi tubuh domba lokal (priangan) di Indonesia
pada usia pertumbuhan dengan menggunakan metoda urea space yang
dibandingkan dengan metoda pemotongan langsung menunjukkan hasil seperti
pada Tabel 1.6.

Tabel 1.6. Komposisi tubuh domba priangan pada fase pertumbuhan


Komposisi Teknik Pemotongan Teknik Urea Space
(%) (%)
Air Tubuh 65.87 68.64
Lemak Tubuh 9.85 9.78
Protein Tubuh 16.53 16.87
Astuti, D.A. dkk. (1999)

Seperti pada umumnya hewan, data domba saat pertumbuhan mempunyai


kandungan air tinggi (65 – 68 % BB), sedangkan kandungan lemak masih rendah
(9-10 %BB). Data pada Tabel di atas menunjukkan tidak ada perbedaan data
antara hasil pengukuran dengan metoda urea space maupun dengan metoda
pemotongan. Ini artinya untuk melakukan pengukuran komposisi tubuh dapat
dilakukan dengan menggunakan metoda urea space, water space, antipyrine
space, NAAP dan deuterium space tanpa mengganggu kehidupan hewannya
(Bartle, et al.,1983; Panaretto dan Till,1963; Rule et al., 1986). Metoda
pengukuran komposisi tubuh ini telah dilakukan dengan berbagai jenis hewan
coba dan jumlah ulangan yang cukup banyak untuk setiap jenis hewannya
(anjing, sapi potong dan sapi perah, domba dan kambing). Perlakuan yang
diberikan juga meliputi berbagai macam jenis pakan (jenis rumput dan biji-bijian)
sehingga didapatkan puluhan persamaan regresi yang mengkorelasikan data urea
atau air tubuh dengan protein dan lemak tubuh.
Hasil pengukuran komposisi tubuh kambing peranakan etawah (PE), baik
yang sedang tumbuh maupun saat laktasi, dengan menggunakan metoda urea
space seperti telihat pada Tabel 1.7. Data menunjukkan bahwa kadar air pada
kambing tumbuh sedikit lebih rendah (58 %) dibandingkan dengan kadar air pada
domba (65 %). Kadar protein kambing PE tumbuh relative sama dengan kambing
PE laktasi, sedangkan untuk kadar lemaknya, ada sedikit penurunan pada kambing
yang laktasi karena digunakan untuk produksi lemak susu.
Tabel 1.7. Komposisi tubuh kambing Peranakan Etawah pada fase pertumbuhan
dan laktasi pertama
Komposisi Tumbuh Laktasi

Air Tubuh 58.60 58.15


Lemak Tubuh 23.36 20.68
Protein Tubuh 15.06 14.91
Astuti D.A., 1995

Tabel 1.8. Komposisi tubuh kambing yang diukur dengan metoda TOH
dan antipyrine Space (%BB)

No Hewan BB (kg) Air Tubuh Lemak Protein


(%) Tubuh (%) Tubuh (%)
1 14.6 70 11 15
2 27.9 59 22 14
3 22.4 58 20 16
4 20.7 65 16 13
5 17.45 62 18 12
6 10.35 68 12 13
7 15.7 66 14 13
8 16.7 67 12 15
9 26.8 60 21 13
10 28.7 58 23 13
11 27.8 69 7 16
12 25.6 69 8 16
13 13.0 74 - 16

Panaretto dan Till (1968) melaporkan hasil pengukuran komposisi tubuh


kambing pada berbagai ukuran tubuh yang berbeda dengan menggunakan metoda
antipyrine dan TOH space. Tabel 1.8. menunjukan adanya variasi air tubuh mulai
dari 58 % sampai dengan 74 % , sedangkan kadar lemak tubuh dari 7 % sampai
23 %. Untuk kadar protein terendah didapatkan 12 % dan tertinggi 16 %.
Struktur Tubuh Ternak ruminansia besar dan kecil

1. ANATOMI TERNAK

a) Sistem Kerangka Ternak


Tulang terdiri atas tulang keras (Os) dan tulag rawan (Cartilago). Semua tulang
dibungkus oleh selaput jaringan ikat yan disebut periost. Menurut Anonim (2010),
berdasarkan bentuknya tulang dibagi menjadi:
1) Tulang pipa (Ossa longa)
Ciri-cirinya adalah berbentuk silindris memanjang dan kedua ujung membesar
(epifise). Contohnya: tulang paha (os femus) dan tulang lengan (os humerus)
2) Tulang pipih (Ossa Plana)
Cirri-cirinya adalah berbentuk pipih, permukaan datar dan bertugas melindungi
bagian tubuh yang lunak seperti otak dan alat-alat dalam. Contohnya: tulang
belikat (os scapula) dan tulang panggul (os coxae).
3) Tulang pendek (Ossa Brevis)
Berdasarkan letak dan fungsinya, tulang dibagi dalam 3 kelompok :
1) Axial Skeleton (Kerangka Sumbu)
Meliputi; tulang belakang (columna vertebralis), tulang rusuk (os costae), tulang
dada (os sternum), tulang kepala (ossa cranii).
2) Appendicular skeleton (Tulang Anggota Gerak)
Appendicular skeleton dibedakan menjadi extremitas anterior dan extremitas
posterior.
3) Viesceral Skeleton (tulang yang berkembang dalam organ dalam atau organ
lunak).
Seperti; os penis (tulang kelamin jantan pada anjing), os cardis (tulang jantung
pada sapi) .
Menurut Anonim (2012), pada dasarnya kerangka tubuh hewan dibagi menjadi
beberapa bagian yaitu :
1) Ossa cranii, dibagi menjadi 2 bagian yaitu :
a) Bagian tengkorak; os ocipitale (tulang kepala belakang), os sphenoidale (tulang
baji), os othmoidale (tulang rapis), os parietale (tulang ubun-ubun), os frontale
(tulang dahi), os temporale (tulang pelipis).
b) Pars splanehno cranii; os morale (tulang pipi), os lacrimale (tulang air mata), os
nasale (tulang hidung), os premaxillare (tulang rahang atas muka), os maxillare
(tulang rahang atas), os mandibulare (tulang rahang bawah).
2) Columna vertebralis (susunan tulang belakang), yang terdiri dari :
a) Vertebrae cervicalis (ruas tulang leher)
b) Vertebrae thoracales (ruas tulang punggung)
c) Vertebrae lumbales (ruas tulang pinggang)
d) Vertebrae sacrales (ruas tulang kemudi)
e) Vertebrae coccygeales (ruas tulang ekor)
f) Ossa castae (tulang-tulang rusuk), turut membentuk dinding sebelah lateral dari
ruang dada. Terdapat berpasangan kiri dan kanan. Jumlahnya sebanyak ruas tulang
punggung; pemamah biak 13 pasang, kuda 18 pasang, babi 14-15 pasang,
carnivore 13 pasang.
g) Ossa sternum (tulang dada), meliputi :
h) Manubrium sterni
i) Processus xiphoideus
j) Carpus sterni
k) Crista sterni
3) Ossa ekstremitas, dibedakan menjadi 2 bagian yaitu :
a) Ossa ekstremitas thoracalis (tulang kaki muka) diantaranya : os scapula, os
humerus, os radius, os ulna, ossa carpi, ossa metacarpalia, digit (os phalanx).
b) Ossa ekstremitas pelvinae (tulang kaki belakang), diantaranya : os coxae, os
femur, os tibia, os fibula, ossa tarsi, ossa metatarsalia, digit (os phalanx).

b) Sistem Perototan Ternak


Jaringan otot merupakan bagian yang penting yang menyusun beberapa organ
pada tubuh ternak. Secara garis besar ada tiga tipe otot, yaitu: otot polos, otot
jantung dan otot skeletal (Anonim, 2010).
1) Otot Polos
Adalah otot yang membangun organ yang tidak dapat di kontrol misalnya saluran
pencernaan. Otot polos juga di temukan di dalam pembuluh darah usus, dan organ
lain yang tidak berada di bawah perintah otak.
Otot polos tampak tersusun dalam dua lapisan, lapisan dalam sel otot polosnya
tersusun melingkar dan lapisan sebelah luar sel otot polosnya tersusun memanjang
dan berinti sel. Ciri-ciri otot polos, Sel-sel berbentuk spidal- Inti di tengah-
Serabut-serabut retikuler transversal menghubungkan sel-sel otot.
2) Otot Jantung
Merupakan otot yang membangun jantung. Otot jantung juga merupakan otot
yang tidak dapat diperintah, kontraksinya tidak tergantung pada actor luar
(ekstrinsik). Otot jantung terdiri dari tiga bentuk otot, yaitu otot atrial, otot
ventricular, dan serabut otot purkinje.
3) Otot Rangka
Merupakan otot yang membangun sebagian besar tubuh. Serabut otot pada
penampang memanjangnya tampak sebagai pita-pita panjang yang tersusun sejajar
satu sama lainnya. Intinya berbentuk lonjong, jumlahnya banyak dan terdapat di
tepi serabut tepat di bawah sarkolema. Miofibri serabut otot rangka mengandung
keping-keping gelap dan terang secara berurutan dan pada tiap myofibril letaknya
pada ketinggian yang sama. Diantara serabut-serabut otot terdapat jaringan ikat
kendur yang di sebut endomisium (Anonim, 2012).

2. FISIOLOGI TERNAK
Menurut Frandson (1992), menyatakan bahwa fisiologi ternak meliputi:
a) Struktur Sel
Sel terdiri dari ruangan-ruang internal yang dipisahkan oleh membran-membran
semipermeabel. Berbagai ruang internal tersebut dibungkus bersama-sama
menjadi satu oleh sebuah membran sel. Ruang-ruang internal sel dapat dibagi
menjadi dua bagian utama, yaitu sitoplasma dan inti sel (nukleus).
1. Sitoplasma
Sitoplasma meliputi semua yang terletak di dalam sel tetapi di luar inti sel.
Mitokondria adalah sumber energi sel, sedangkan retikulum endoplasma dan
ribososm adalah struktur sitoplasmik (organel yang penting untuk membentuk
protein.
2. Inti Sel
Inti sel adalah suatu organel besar terbungkus membran yang mengandung
berbagai asam deoksiribonukleat (DNA, deokxyribonuclic acid), yaitu bahan
genetik sel. DNA mengalami pelipatan-pelipatan di dalam inti sel yang bertujuan
untuk melindunginya dari kerusakan. Jenis protein yang berperan dalam
menentukan pelipatan dan protein DNA tersebut disebut histon. Histon dan DNA
ditemukan di bagain sel inti yang disebut nukleolus. Di dalam dunkleolus inilah
terjadi replikasi DNA, pembelahan sel dan transkrip DNA.
3. Membran Sel
Setiap sel dibungkus oleh sebuah membran sel. Membran sel adalah suatu sawar
semipermeabel dan tersusun dari sebuah lapisan ganda (bilayer) fosfolipid yang di
dalamnya mengandung molekul-molekul protein yang dapat bergerak bebas.
Molekul-molekul protein tersebut menembus membran secara total atau parsial.

b) Sistem Digesti (Dygestive Sistem)


Sistem digesti (digestive system, systema digestoria) disebut juga dengan sistem
pencernaan. Pencernaan adalah penguraian bahan makanan ke dalam zat-zat
makanan dalam saluran pencernaan untuk dapat diserap dan digunakan oleh
jaringan-jaringan tubuh. Pada pencernaan tersangkut suatu seri proses mekanis
dan khemis dan dipengaruhi oleh banyak faktor. Beberapa jenis hewan memiliki
perbedaan-perbedaan kondisi saluran pencernaan sehingga proses fisiologik yang
terjadi juga mengalami perbedaan. Sistem pencernaan pada ternak secara umum
dapat dipisahkan berdasarkan struktur lambung (ruminant dan non ruminant).
Ternak yang tergolong sebagai ruminansia antara lain sapi, kerbau, kambing,
domba, rusa dan sebagainya. Ternak yang tergolong non-ruminansia antara lain
kuda, babi, kelinci dan berbagai bangsa unggas (Frandson (1992) .
DAFTAR PUSTAKA

Astuti,D.A. Evaluasi Pemanfaatan Nutrien Berdasarkan Curahan Melalui Sistem


Vena Porta dan Organ Terkait Pada Kambing PE Tumbuh dan Laktasi.
Desertasi 1995 IPB Bogor
Bartle, S.J., J.R. Males and R.L. Preston, 1983. Evaluation of urea dilution as an
estimator body composition in mature Cows. J. Anim Sci., 56: 410-417
Mc Donald P., RA Edwards and JFD Greenhalgh, 2002. Animal Nutrition. 5 th Ed.
Longman Scientific and Tech. UK.
Panaretto B.A. and Till, A.R. 1963. Body composition in vivo. Aust. J. Agric. Res.
14:926-943
Rule, D.C. R.N. Arnold, E.J. Hentges and D.C. Beitz. 1986. Evaluation of urea
dilution as a technique for estimation body composition of beef steers in
vivo. J. Anim. Sci., 63:1935-1948.

Anda mungkin juga menyukai