Anda di halaman 1dari 21

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur kehadiran allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis dan tidak lupa pula shalawat beriring salam
penulis kirimkan kepada junjungan allah dan teladan bagi umat nabi Muhamad SAW,
sehingga penulis dapat memenuhi tugas  mata pelajaran Asuhan Kebidanan
Kehamilan. Makalah ini dapat diselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan dan
dibuat dalam rangka menyelesaikan makalah ini dengan judul “Konseling Pra
Konsepsi”.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan


dikarnakan keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karna untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan karya
tulis ilmiah ini.

Pekanbaru, 23 Agustus 2019

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................
B. Rumusan Masalah.................................................................................
C. Tujuan Masalah....................................................................................

BAB II TINJAUAN TEORI


A. Penertian Konseling Pra konsepsi........................................................
B. ..............................................................................................................
C. ..............................................................................................................
D. ..............................................................................................................
E. ..............................................................................................................

BAB III PENUTUP


A. Simpulan...............................................................................................
B. Saran ....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I
PENDAHULUAN
 
A. Pendahuluan

Konseling pra konsepsi atau pra kehamilan adalah konseling yang dilakukan
terhadap pasangan usia subur sebelum terjadinya kehamilan. Tujuan dari Konseling
pra konsepsi adalah pendidikan dan promosi kesehatan, penilaian risiko, dan
intervensi sebelum kehamilan untuk mengurangi kemungkinan hasil perinatal yang
buruk. Data AKI dan AKB jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya
memang telah mulai menurun, namun belum menunjukkan hasil yang signifikan bila
dibandingkan salah satu target Millennium Development Goals (MDGs) yang lalu
yaitu untuk menurunkan AKI sampai 102 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB 34
per 1.000 kelahiran pada tahun 2015. Telah banyak upaya yang dilakukan oleh
pemerintah dalam upaya menurunkan AKI dan AKB, namun demikian tetap
diperlukan upaya akselerasi pencapaian target Kesehatan Ibu dan Anak (Sinta,
Lusiana El dkk, 2017). Konseling pra konsepsi berperan dalam mengurangi hasil
perinatal yang buruk.
Konseling pra konsepsi yang ditargetkan pada ibu, ayah, dan keluarga dapat
mengurangi angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi. Konseling pra konsepsi
harus mencakup promosi kesehatan dini dan informasi untuk membimbing keluarga
dalam mengidentifikasi risiko dan mengatasi risiko tersebut sebelum kehamilan.
Konseling ini termasuk salah satu tindakan preventif. Oleh karena itu, konseling pra
kehamilan ini sangat bermanfaat untuk memberikan informasi dan nasehat kepada
pasangan usia subur untuk menyiapkan lingkungan yang optimal bagi perkembangan
konseptus, memperhatikan faktor – faktor yang berpotensi mempengaruhi hasil akhir
kehamilan, wanita yang bersangkutan diberi nasihat tentang resiko yang ada pada
dirinya dan diberikan suatu strategi untuk mengurangi / mengeliminasi pengaruh
patologis yang diketahui berdasarkan riwayat keluarga, medis atau obstetri.

3
B. Rumusan Masalah

           Rumusan masalah makalah ini adalah “Bagaimanakah konseling pra konsepsi


pada pasangan usia subur?”
 
C. Tujuan Masalah

1. Apakah pengetian Bagaimanakah konseling pra konsepsi?


2. Apasaja hal-hal yang perlu dilakukan pada saat konseling pra konsepsi?
3. Apasaja masalah-masalah yang perlu dipantau pada saat konseling pra
konsepsi?
4. Apasaja penilaian yang perlu dilakukan pada saat konseling pra konsepsi?
5. Apasaja skrining yang perlu dilakukan saat konseling pra konsepsi?
6. Apasaja faktor-faktor yang mempengaruhi pra konsepsi?
    

4
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Konseling Pra Konsepsi

1. Anamnesis Lengkap
      Hal-hal berikut yang perlu ditanyakan :
1. Identitas pasien dan suami termasuk nama, umur, pekerjaan, nama suami,
agama alamat
2. Riwayat  menstruasi , menarche, teratur / tidak, lamanya, banyaknya darah,
nyeri +/- → menilai faal alat kandungan
3. Riwayat perkawinan → kawin / tidak, berapa kali, berapa lama (anak
mahalkah?)
4. Riwayat kehamilan sebelumnya → perdarahan +/- , hiperemesis gravidarum
+/- → prognosa
5. Riwayat persalinan sebelumnya → spontan / buatan, aterm +/-, perdarahan
+/-, siapa yang menolong → prognosa
6. Riwayat nifas sebelumnya → demam +/-, perdarahan +/-, laktasi ? →
prognosa
7. Riwayat anak yang lahir → jenis kelamin, hidup +/-, berat lahir
8. Riwayat penyakit keluarga → penyakit keturunan +/- (DM, kelainan genetik),
riwayat kembar, penyakit menular +/- (TBC)
9. Riwayat kontrasepsi → pakai +/-, metodenya ?, jenisnya, berapa lama, efek
samping
 
    III. 2. Pemeriksaan - pemeriksaan untuk skrining
- Pemeriksaan darah lengkap termasuk rata – rata volume sel darah merah dapat
menyingkirkan adanya kemungkinan anemia yang diturunkan

5
- Pemeriksaan glukosa puasa pada wanita dengan DM gestasional penting untuk
memprediksi insiden anomali fetal → pada hiperglikemia (puasa) ada
peningkatan insiden anomali fetal (Sheffield dkk, 2002)
- Konseling dan pemeriksaan HIV sebaiknya dilakukan juga secara rahasia dan atas
kesadaran pasien
- Pemeriksaan rutin Toxoplasmosis dipertimbangkan pada wanita yang memelihara
kucing dan sering memakan daging setengah matang. Tujuannya untuk 
memeriksa status antibodi sebelum konsepsi
- Beberapa pemeriksaan yang dilakukan, contoh : rubella, varicella, dan hepatitis B,
sebaiknya dilakukan untuk menentukan vaksinasi yang akan diberikan sebagai
bagian dari penatalaksanaan prakehamilan
- Khususnya untuk varicella sebaiknya dilakukan pada pasien yang belum pernah
sakit cacar. Pemberian vaksin varisella zoster terhadap pasien yang belum pernah
dapat vaksinasi direkomendasikan
- Pemeriksaan elektroforesis terhadap hemoglobin dilakukan pada pasien dengan
resiko anemia sickle sel seperti pada ras Afrika-amerika dan wanita dari
mediterania / asia untuk thalasemia
   Sedangkan pada wanita yahudi adalah calon untuk pemeriksaan karier untuk
penyakit tay sachs
  Begitu pula dengan pasangan yang ditemukan sebagai karier penyakit autosomal
resesif, dilakukan pemeriksaan untuk menentukan resiko di masa yang akan dating
   Pada wanita dengan penyakit ginjal dapat diperiksa kadar serum kreatininnya, agar
dapat memprediksi beberapa keadaan hasil akhir kehamilan seperti kelahiran preterm,
kematian perinatal, IUGR, abortus
  Sedangkan pada wanita dengan penyakit jantung sianotik dapat dilakukan
pemeriksaan beberapa faktor seperti hemoglobin, saturasi oksigen arteri
  Pemeriksaan – pemeriksaan spesifik lain dapat dilakukan untuk menilai wanita
dengan beberapa penyakit kronik, seperti pada penyakit ginjal, penyakit
kardiovaskular, dan DM.

6
 
 
IV. Masalah – masalah Yang Dihadapi Sebelum Konsepsi
D.         Penyakit genetik
Pada pencegahan primer dihindari faktor penyebab, karena saat ini sudah
semakin banyak penyakit kongenital yang telah diketahui etiologinya. Cacat saat lahir
merupakan penyebab utama mortalitas bayi dan 20% penyebab kematian bayi. Dapat
dikurangi dengan strategi pencegahan primer, atau sekunder (Czeizel, 1995).
Sedangkan pada pencegahan sekunder dilakukan identifikasi dan penghentian
kehamilan yang terkena penyakit. Manfaat konseling diukur dengan membandingkan
insiden kasus baru sebelum dan sesudah dimulainya konseling. Berikut beberapa
contoh penyakit yang dapat dicegah dengan konseling.
 
1.      Talasemia
   Sebagian sindroma ini dapat dicegah dengan pencegahan primer dan sekunder
(Fucharoen dkk, 1991)
   Daerah endemik → negara – negara mediterania, konseling telah mengurangi insiden
kasus baru sekitar 80%

       2. Anemia sikle cell


    Umumnya >> diderita orang Afrika, Mediterania, karibia, Amerika latin, dan indian

3.Defek tabung saraf / neural tube defect (NTD)


  Insiden 1 – 2 per 1000 kelahiran hidup
   Menduduki urutan kedua setelah anomali jantung sebagai malformasi struktural janin
yang tersering
         Beberapa defek neural tube berhubungan dengan mutasi spesifik di gen metilen
tetrahidrofolat reduktase, maka secara umum dapat diatasi dengan suplementasi asam
folat prakehamilan (Ou dkk, 1996 ; van der put dkk, 1995)

7
4.Fenilketonuria / PKU
         Kelainan herediter metabolisme fenil alanin
         Pencegahan primer → mengurangi morbiditas janin
         Asam amino ini mudah melewati plasenta → merusak organ – organ janin yang
sedang berkembang dan yang paling rentan adalah jaringan saraf
         Konseling → kepatuhan pasien terhadap diet terbatas / tanpa fenilalanin sebelum
kehamilan, insiden malformasi janin secara drastic berkurang (Guttler dkk, 1990;
Koch dkk, 1990)

5.Penyakit tay sachs


         Penyakit neurodegeneratif resesif autosomal berat → kematian anak
         Awal 1970 → 60 kasus terutama kaum yahudi di usa
         Konseling → pencegahan sekunder dengan identifikasi pembawa sifat genetic
melalui uji genetik, lakukan uji prenatal pada pasangan dengan resiko tinggi ; bahkan
sampai pemilihan pasangan yang bukan pembawa sebagai pencegahan primer 
         Saat ini sebagian kasus baru tay sachs berasal dari populasi non yahudi

6.      Fibrosis kistik


         Skrinning sebaiknya dilakukan jika ada riwayat keluarga dengan fibrosis kistik
         >> diderita kulit putih dan yahudi
 
E.     Kehamilan yang tidak diinginkan
         Adam dkk, 1993 →  survey populasi terhadap 12.500 wanita di usa dan
mendapatkan bahwa wanita dengan kehamilan yang tidak direncanakan lebih besar
memiliki indikasi untuk mendapat konseling prakehamilan dibandingkan yang
direncanakan.

8
         Moos dkk, 1996 → program asuhan prakehamilan untuk wanita usia subur dan
didapatkan 50% wanita yang datang yang pernah mendapatkan konseling menyatakan
kehamilannya direncanakan
         Konseling mengenai resiko kehamilan yang potensial dan strategis untuk
pencegahan harus diberikan sebelum konsepsi terjadi → supaya efektif
         Kebanyakan wanita menyadari dirinya hamil 1 – 2minggu setelah terlambat haid
dimana korda spinalis telah terbentuk dan jantung sudah berdetak (Moore, 1983)
         Hellerstedt dkk, 1998 → survey via telepon terhadap 7200 wanita hamil yang
memperlihatkan bahwa wanita dengan kehamilan yang tidak direncanakan lebih besar
kemungkinannya memiliki prilaku resiko tinggi seperti merokok, dan tidak minum
vitamin setiap hari.
         Salah satu ukuran penting dari efektivitas konseling → pengaruhnya dalam
menurunkan jumlah kehamilan yang tidak diinginkan
 
F.      Penyakit  kronik
1.      Diabetes Mellitus (DM)
         Hiperglikemia → patologi ibu dan janin → perlu konseling prakehamilan untuk
menghindari penyulit
         Konseling → pengendalian kadar glukosa darah jangka panjang
         Pada konseling diberikan penjelasan mengenai resiko dan mencari strategi untuk
mengurangi resiko sebelum kehamil
 
 
2. Epilepsi
         Keturunan wanita dengan epilepsi → 2 – 3 X mengalami anomali struktural →
lebih parah pada anak yang terpajan obat – obatan anti konvulsi
         Konseling → mencakup rekomendasi untuk mengganti obat ke regimen yang
paling tidak teratogenik / jika mungkin hentikan obat sebelum kehamilan

9
         American academy of nerurology, 1998 → wanita dengan epilepsy usia subur
menjalani konseling dan selama kehamilan mengkonsumsi asam folat dan obat
antikejang monoterapi yang paling tidak teratogenik
         Biale dan Lewenthal, 1984 → studi terhadap efek pemberian asam folat
prakehamilan pada wanita dengan epilepsi yang minum obat anti konvulsi → hasil :
15% yang tidak mengkonsumsi asam folat anaknya mengalami malformasi
congenital, sedangkan selebihnya yang mengkonsumsi asam folat tidak satupun yang
mengidap anomaly
 
3. Penyakit kronik lainnya
         Cox dkk, 1992 → membahas hasil akhir pada pasangan yang mendapat konseling
prakehamilan. Hasil akhir pada 240 wanita dengan hipertensi, penyakit ginjal,
penyakit tiroid, asma dan penyakit jantung secara bermakna membaik apabila
mendapat konseling.
         80% yang mendapatkan konseling → melahirkan bayi normal pada kehamilan
tersebut dibandingkan pada kehamilan sebelumnya yang tidak mendapat konseling
 
 
V. Penilaian-penilaian Penting Untuk Menyelesaikan Masalah
     Hal-hal yang perlu didiskusikan diantaranya :
      A. Riwayat reproduksi
       Catatan riwayat menstruasi akan memberikan kesempatan untuk menilai tingkat
pengetahuan si ibu tentang fisiologi menstruasi dan memberikan konseling tentang
bagaimana dia menggunakan pengetahuan tersebut untuk merencanakan kehamilan
       Diagnosa dan penatalaksanaan kelainan-kelainan seperti malformasi uterus,
penyakit autoimmune ibu, dan infeksi genital dapat mengurangi resiko terjadinya
abortus berulang.

10
       Menelaah riwayat obstetrik saat wanita tidak hamil akan membuat calon orang
tua mengungkapkan kekhawatirannya, perhatian dan pertanyaan-pertanyaan seputar
kehamilan dan reproduksi.
 
      B. Riwayat keluarga
1.  Skrining karier
Konseling riwayat keluarga dapat mengungkap resiko penyakit-penyakit seperti
muscular dystrophy, sindrom fragile X atau Down sindrom, dan penyakit lainnya
yang dapat diturunkan secara genetik harus dilakukan. Informasi tentang tes
diagnostik yang tepat seperti sampling vili khorionik atau amniosintesis perlu
disampaikan. Pada beberapa kasus, konseling genetik dapat mengarah pada keputusan
untuk tidak meneruskan kehamilan atau menggunakan teknologi bantuan reproduksi
yang dapat meniadakan resiko
Skrining karier berdasarkan riwayat keluarga atau latar belakang etnis dari
pasangan sangat penting dalam konseling sebelum terjadinya kelainan pada
kehamilannya. Pengenalan pra konsepsi dari status karier membuat wanita dan
pasangannya dapat diberitahukan tentang resiko penyakit resesif autosom diluar
konteks emosional dari kehamilan. Pengetahuan tentang status karier juga membuat
keduanya dapat mengambil keputusan tentang kehamilan serta  merencanakan
pemeriksaan yang diperlukan bila terjadinya kehamilan. Beberapa penyakit yang
sering terjadi pada penduduk daerah tertentu, diantaranya :
a. Penyakit Taysach : terutama mengenai keluarga Jahudi Ashkenazi dan nenek moyang
perancis - Kanada
b.  Penyakit Canavan : terutama mengenai Yahudi Ashkenazi
c. Thalasemia beta : mengenai keluarga di Mediterania, Asia tenggara, India, Pakistan
dan negara-negara afrika
d. Thalasemia alpha : terutama mengenai keluarga di Asia tenggara dan Afrika
e. Sickle sel anemia : terutama mengenai keluarga Afrika, Mediterania, timur tengah,
Karibia, Amerika latin, dan keturunan india

11
f.  Skrining kista fibrosis  harus ditawarkan kepada pasien dengan riwayat keluarga
menderita penyakit ini. Rekomendasi terbaru menyarankan agar semua wanita yahudi
dan kulit putih dilakukan skrining karier penyakit ini
   
    2. Penilaian medis
             Perawatan pra konsepsi untuk wanita dengan problem medis yang berarti harus
mencakup penilaian faktor resiko bukan hanya bagi janin tapi juga bagi si ibu.
Perawatan yang tepat mungkin memerlukan kerjasama dengan spesialis lain.
 
    C.   Skrining Faktor Resiko resiko
 
1. Skrining penyakit infeksi
a. Wanita tanpa imunitas terhadap rubella dapat dikenali melalui skrining pra konsepsi,
dan sindrom rubella kongenital dapat dicegah dengan vaksinasi. Tidak ada laporan
kasus rubella kongenital setelah imunisasi rubella dalam 3 bulan sebelum atau setelah
konsepsi.
b. Skrining universal bagi wanita hamil untuk hepatitis B virus (HBV) telah
direkomendasikan oleh CDC and Prevention sejak tahun 1988. Wanita dengan resiko
sosial atau pekerjaan terpapar dengan hepatitis B virus harus diberi penyuluhan serta
diberikan vaksinasi.
c. Pasien yang beresiko terhadap tuberkulosis harus diperiksa bila riwayat vaksinasi
BCG-nya tidak sesuai dengan pedoman untuk skrining atau pengobatan pencegahan.
d. Skrining CMV (cytomegalo virus) harus ditawarkan sebelum konsepsi untuk wanita
yang bekerja di ICU, fasilitas perawatan anak, atau unit dialisa darah.
e. Ig-G  Parvovirus dapat ditawarkan sebelum konsepsi kepada guru-guru dan pekerja
pengasuh anak.
f. Toksoplasmosis sering berhubungan dengan pemilik kucing dan mereka  yang makan
daging mentah. Skrining toksoplasmosis rutin untuk menentukan status antibodi
sebelum konsepsi terutama memberikan jaminan kepada mereka yang sudah imun.

12
Pemeriksaan rutin terhadap wanita hamil yang tidak diketahui adanya faktor resiko
tidak dianjurkan
g. Skrining untuk antibodi varisela dilakukan untuk mengetahui adanya riwayat
menderita varisela. Vaksin virus varisela zoster sekarang dianjurkan untuk semua
orang dewasa non imun.
h. Skrining dan pemeriksaan HIV harus ditawarkan secara rahasia dan sukarela kepada
semua wanita.
i. Pemeriksaan untuk Neiesseia Gonorea, Chlamidia trachomatis dan Troponema
pallidum sering dilakukan secara rutin untuk pasien yang aktif secara seksual.
 
2. Penilaian pemaparan obat
      Penilaian terhadap pemaparan dengan obat baik yang dibeli bebas maupun yang
melalui resep. Penggunaan obat harus dipastikan dan diberikan keterangan tentang
pilihan obat yang paling aman.
a. Isotretinoin (accutane), regimen oral telah disetujui oleh FDA untuk akne sistika berat,
harus dihindari sebelum konsepsi. Isotretinoin sangat teratogenik menyebabkan defek
kraniofacial (mikrotia, anotia).
b. Sodium warfarin (coumadin), suatu anti koagulan dan derivatnya telah dikaitkan
dengan embriopati. Karena sodium warfarin tidak melintasi plasenta, wanita yang
memerlukan antikoagulan harus mengganti terapi antikoagulannya dengan heparin
sebelum konsepsi.
 
c.  Keturunan dari wanita yang mendapat terapi anti kejang untuk epilepsi sangat
beresiko terhadap malformasi kongenital. Perbedaan pendapat masih terus terjadi
apakah karena proses penyakit, obat-obatan, atau kombinasi keduanya yang
menyebabkan malformasi. Ahli saraf merasa adalah tepat untuk mencoba menunda
terapi anti konvulsan bagi wanita yang sudah bebas kejang selama 2 tahun. Bagi
wanita yang bukan calon pasien yang akan dihentikan terapinya, maka dipilih obat
yang paling sedikit efek teratogeniknya

13
 
d.  Tidak ada bukti adanya efek teratogenisitas dari kontrasepsi oral atau implant.
Spermisida vagina tidak teratogenik bagi wanita yang hamil sementara mereka
sedang menggunakan kontrasepsi ini atau hamil sesudah menghentikan
pemakaiannya.
 
      D. Penilaian kandungan zat gizi
1. Indeks massa tubuh, didefinisikan sebagai [BB(kg)/TB(m2)] adalah indikator yang
sering dipakai untuk menilai status gizi. Wanita dengan riwayat anoreksia atau
bulimia akan mendapatkan keuntungan dengan konseling nutrisi dan psikologi
sebelum konsepsi.
2. Kebiasaan makan seperti pika, suatu gangguan makan, dan pemakaian suplementasi
megavitamin harus dibicarakan. Penggunaan suplemen multivitamin yang berlebihan
yang mengandung vitamin A harus dihindari karena diperkirakan diet intake vitamin
A bagi banyak wanita di Amerika sudah cukup. Vitamin bersifat teratogenik pada
manusia pada dosis 20.000 – 50.000 IU per hari, menimbulkan malformasi janin
seperti yang terlihat dengan pemakain isotretinoin, suatu derivate sintetis vitamin A.
3. Konsumsi asam folat peri konsepsi mengurangi resiko defek tabung saraf (NTDs).
Badan pelayanan kesehatan masyarakat Amerika serikat merekomendasikan
pemakaian suplementasi 0,4 mg asam folat perhari bagi semua wanita yang akan
hamil. Kecuali adanya kontra indikasi karena anemia pernisiosa, wanita yang
sebelumnya melahirkan anak dengan neural tube defek harus mengkonsumsi 4 mg
asam folat per hari
 
VI. Faktor-faktor Lain Yang Mempegaruhi Penilaian Pra Konsepsi
 
1.  Riwayat Reproduksi
         Informasi dapat melalui kuesioner pada kunjungan rutin prakehamilan

14
         Mencakup : usaha – usaha sebelum kehamilan, adanya infertilitas, hasil
kehamilan abnormal termasuk abortus, kehamilan ektopik, kematian janin berulang
         Perlu juga riwayat keluarga terdekat, contohnya : pada abortus berulang, atau
adanya kelainan susunan kromosom
         Perlu dicatat pemakaian teknologi reproduksi untuk menjadi hamil, contohnya
penyuntikkan sperma intrasitoplasma (intra cytoplasmic sperm injection / ICSI)
berkaitan dengan adanya penyulit tertentu (Bowen dkk, 1998)
         Demikian pula dengan faktor resiko persalinan prematur rekuren, preeklampsia,
dan seksio sesarea berulang.
 
2.  Riwayat pemakaian alkohol, dan merokok
         Retardasi mental yang berhubungan dengan alkohol saat ini merupakan satu –
satunya sindroma retardasi mental yang diatasi dengan pencegahan primer
         Pecandu alkohol dapat diidentifikasi dengan kuesioner berupa rangkaian dari
empat pertanyaan mengenai : adanya toleransi terhadap alkohol, rasa terganggu
mengenai kebiasaan minum, usaha untuk mengurangi, dan riwayat minum di pagi
hari
         Merokok meningkatkan resiko persalinan premature, restriksi pertumbuhan janin,
berat bayi lahir rendah serta attention deficit hyperactivity disorder / ADHD serta
masalah prilaku dan belajar saat anak mencapai usia sekolah (American College of
Obstetricians and Gynecologists, 1999)
 
3.   Riwayat Sosial
         Usia ibu mempengaruhi hasil akhir kehamilan
         Kehamilan usia 15 – 19 tahun → resiko anemia dan janin dengan pertumbuhan
terhambat, persalinan premature, dan angka kematian bayi lebih tinggi → sering tidak
direncanakan sehingga tidak ada konseling
         Remaja → masih tumbuh dan berkembang sehingga butuh kalori yang lebih
besar daripada wanita yang lebih tua → berat badan sering kurang

15
         Kehamilan usia > 35 tahun → saat ini 10% dengan penyulit obstetri dan
meningkatkan morbiditas dan mortilitas perinatal
         Merokok juga meningkatkan resiko penyulit kehamilan yang berkaitan dengan
insufisiensi vascular, seperti insufisiensi uteroplasenta dan solusio plasenta
         Konseling → kurangi / bahkan hentikan merokok prakehamilan
 
4.  Riwayat pemakaian obat –obatan terlarang
         Mariyuana dan opium tidak ada bukti mempunyai efek teratogenik terhadap
manusia.
         Opium mempunyai efek neonatus withdrawal : tangisan bayi high piched, tidak
mau menyusui, tremor, bayi iritabel, mengantuk, muntah, diare dan kadang – kadang
kejang. Resiko penularan HIV dan hepatitis  pada penggunaan jarum bersama
         Penggunaan kokain mempunyai efek pada ibu termasuk vasokonstriksi,
disamping efek kardiotoksik. Komplikasi terhadap kehamilan : abortus spontan,
IUFD, PROM, kelahiran preterm, IUGR, dan solusio plasenta. Bersifat teratogenik :
mikrosefal, defek batang tubuh, malformasi traktus genitourinari. Resiko
abnormalitas neurobehavior dan orientasi.
         Penggunaan amfetamin berhubungan dengan berkurangnya lingkar kepala janin
dan meningkatnya resiko solusio plasenta, IUGR dan IUFD, namun tidak ada bukti
berefek teratogen.
 
5.  Riwayat mengalami kekerasan dalam rumah tangga
Riwayat kekerasan dalam RT berhubungan dengan pasangan pecandu alkohol / obat,
menganggur, dan memiliki latar belakang pendidikan atau pendapatan yang rendah
serta riwayat pernah dipenjara (Grisso dkk, 1999; Kyriacou dkk, 1999)
 
6.  Imunitas
         Konseling prakehamilan → penilaian atas imunitas terhadap rubella dan hepatitis
B

16
         Vaksin : tetanus toksoid, bakteri atau virus mati (influenza, pneumokokus,
hepatitis B, meningokokus, rabies), atau virus hidup yang sudah dilemahkan
(campak, gondongan, polio, rubela, cacar air, demam kuning)
         Pemberian vaksin hidup selama kehamilan tidak dianjurkan dan idealnya
diberikan paling sedikit 3 bulan sebelum kehamilan
 
7.  Riwayat pajanan lingkungan
         Pajanan lingkungan mencakup organisme infeksius, seperti : perawat NICU, 
perawat unit dialisis mungkin terpajan sitomegalovirus atau virus sintitial traktus
respiratorius dan petugas penitipan anak dan guru di sekolah mungkin terpajan
parvovirus dan rubella
         Pekerja industri yang hamil mungkin terpajan zat – zat kimia seperti logam berat
atau pelarut organik
         Konseling pajanan lingkungan → hindari pajanan tersebut sebelum dan selama
kehamilan
 
 
 
8.  Riwayat makanan dan gizi
         Kebiasaan makan seperti Pika : untuk es, tepung kanji, atau lumpur dan kotoran; 
sering dikaitkan dengan anemia
         Kebiasaan makan seperti diet vegetarian memperlihatkan defisiensi protein,
tetapi dapat dikoreksi dengan meningkatkan konsumsi telur dan keju
         Konsumsi vitamin A tidak dianjurkan karena mempunyai efek teratogenik
terhadap manusia pada dosis 20.000 – 50.000 IU per hari, diantaranya malformasi
janin
         Obesitas berhubungan dengan penyulit seperti hipertensi, preeklampsia, DM
gestasional, tromboflebitis, kelainan persalinan, kehamilan post matur, seksio sesarea
dan penyulit operasi (Wolfe, 1998)

17
 Defisiensi gizi seperti anoreksia dan bullimia meningkatkan resiko timbulnya
masalah terkait misalnya gangguan elektrolit, aritmia jantung, dan kelainan saluran
cerna (Becker dkk, 1999)

BAB III
PENUTUP

I. Simpulan
Konseling pra konsepsi atau pra kehamilan adalah konseling yang dilakukan
terhadap pasangan usia subur sebelum terjadinya kehamilan. Tujuan dari
Konseling pra konsepsi adalah pendidikan dan promosi kesehatan, penilaian
risiko, dan intervensi sebelum kehamilan untuk mengurangi kemungkinan hasil
perinatal yang buruk. Saat pasangan suami istri melakukan konseling pra konsepsi
agar memperoleh kehamilan yang baik, ibu dan suami akan melakukan merbagai
pemantauan dan pemeriksaan serta skrinning, ini semua ditujukan agar menghin
dari hal-hal yang tidak di inginkan dikemudian hari.
Pemantauan- pemantauan yang akan dilihat pada saat konseling prakonsepsi
seperti pemantauan riwayat penyakit pasangan suami istri dan keluarga, riwayat
reproduksi, riwayat pemaparan obat, pemantauan pola makan, lingkunangan
social dan melakukan skrinning penyakit infeksi.

II. Saran
Kami harapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Dan
kami juga mengharapkan masukan dan kritik dari pembaca mengenai makalah
yang mungkin belum sempurna.

18
DAFTAR PUSTAKA
 

19
 
1. Cunningham GF, Gant FN, Leveno JK dkk, Williams Obstetrics, Twenty-second
Edition, 2005
 
2. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Edisi ke-1, Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawiroharjo, Jakarta, 2001
 
3. Duenhoelter HJ, Greenhill's Office Ginecology, Tenth Edition,  Obstetrics and
Gynaecology of Washington, EGC 2000
 
4. Hacker FN, Moore GJ, Essential of Obstetrics and Gynecology. Second Edition,
Hipocrates, 2006
 
5. Llewellyn D, Jones. Fundamental of Obstetrics and Gynaecology, Third Edition,
Faber and Faber, London 1982
 
6. Prawirohardjo S, Wiknjosastro H, Ilmu Kandungan, Edisi Kedua, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Bina Pustaka Jakarta, 1999
 
7.Brandon J., Md. Bankowski Amy E., MD Hearne , Nicholas C., MD Lambrou. The
Johns Hopkins Manual of Gynecology and Obstetrics 2nd edition. The Johns Hopkins
University Department (Producer) By Lippincott Williams & Wilkins Publishers,May
2002
 
8.Gabbe. Obstetrics - Normal and Problem Pregnancies, 4th ed., Copyright 
Churchill Livingstone, Inc, 2002
 

20
9. James R, Md. Scott, Ronald S., Md. Gibbs, Beth Y., Md. Karlan, Arthur F., Md.
Haney. Danforth's Obstetrics and Gynecology, 9th Ed: N. Danforth By Lippincott
Williams & Wilkins Publishers ,August ,2003
 
10. Obstetri Fisiologi. Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran
Universitas Padjadjaran, Bandung
 
11. Wayne R. Cohen Sheldon H. Cherry Irwin R. Merkatz. Cherry & Merkatz's
Complications of Pregnancy 5th edition: by) By Lippincott, Williams & Wilkins
January, 2000
 
12. Pritchard AJ, MacDonald CP, Gant FN. Williams Obstetrics. Seventeenth Edition.
Appleton Century Crofts, 1984. 243-254
 
13. Alan H. DeCherney and Lauren Nathan. Current Obstetric & Gynecologic
Diagnosis & Treatment, Ninth Editionby The McGraw-Hill Companies, Inc,  2003
 

21

Anda mungkin juga menyukai