SKRIPSI
OLEH:
RIANA
O111 10 290
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2015
ii
RIANA
Skripsi
Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan
pada
Program Studi Kedokteran Hewan
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2015
iii
iv
PERNYATAAN KEASLIAN
Nama : Riana
RIANA
v
Intisari
Riana (O111 10 290). Dibawah bimbingan Prof. Dr. drh. Lucia Muslimin, M.Sc
sebagai pembimbing utama dan Drh. Dini Kurnia Ikliptikawati, M.Sc sebagai
pembimbing anggota.
Makanan yang sehat dengan kandungan gizi yang lengkap serta aman merupakan
syarat mutlak yang harus dipenuhi pada bahan pangan. Keamanan pangan
ditentukan oleh ada tidaknya komponen yang berbahaya baik secara fisik, kimia
maupun mikrobiologi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan
formalin dan kadar garam pada ikan sunu asin yang dijual di pasar Tradisional
Makassar, Sulawesi Selatan. Kandungan formalin diidentifikasi menggunakan
metode fenilhidrazin untuk uji kualitatif dan spektrofotometer untuk uji
kuantitatif. Metode Kohman digunakan untuk menganalisa kandungan garam.
Hasil menunjukkan 9 dari 24 sampel mengandung formalin (37,5%). Kesimpulan
yang dapat diambil berdasarkan penelitian adalah ikan sunu asin yang dijual di
beberapa pasar Tradisional Makassar tidak aman untuk dikonsumsi karena
mengandung formalin. Kadar garam berkisar antara 2,52-14,16%, persentase ini
masih memenuhi Standard Nasional Indonesia (SNI) yang telah ditetapkan.
Abstract
Riana (O111 10 290). Supervised by Prof. Dr. drh. Lucia Muslimin, M.Sc as
the main supervisor and Drh. Dini Kurnia Ikliptikawati, M.Sc as co-supervisor.
RIWAYAT HIDUP
KATA PENGANTAR
Salam Sejahtera
Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
berkat dan anugrah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
judul Kandungan Formalin Dan Kadar Garam Pada Ikan Sunu Asin Dari
Pasar Tradisional Makassar, Sulawesi Selatan.
Selama proses penyusunan skripsi ini, telah banyak bantuan, nasehat dan
bimbingan yang penulis terima demi kelancaran proses pendidikan di PSKH FK-
UH. Dengan selesainya skripsi ini, perkenankan penulis menyampaikan rasa
terima kasih kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Drh. Lucia Muslimin, M.Sc selaku Ketua Program Studi
Kedoteran Hewan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin sekaligus
sebagai Pembimbing I dalam penyusunan skripsi ini, yang telah
meluangkan banyak waktu dan pikirannya serta memberikan petunjuk dan
sarannya selama proses pembuatan skripsi ini.
2. Ibu Drh. Dini Kurnia Ikliptikawati, M.Sc selaku pembimbing anggota
yang dengan sabar dan ikhlas memberi bimbingan dan arahan kepada
penulis selama proses pembuatan skripsi ini.
3. Ibu Drh. Farida Nur Yuliati, M.Si dan bapak Dr. Hikmah M. Ali, S.Pt.,
M.Si selaku tim Penguji yang telah memberikan arahan dan masukan
kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
4. Staf Pengajar dan Staf Administrasi yang telah memberikan bantuan dan
bimbingan kepada penulis selama mengikuti pendidikan di PSKH FK-UH.
5. Ibunda tercinta Alfrida Rantetoding, Kakanda Ricky Rianto dan
Marcelina serta Adik tercinta Hiskia Aprilianty yang selalu memberikan
dukungan, motivasi, dan yang selalu mendoakan selama menempuh
pendidikan di PSKH FK-UH.
6. Teman-teman Laletologi yang selalu memberikan semangat dan berbagi
cerita, Vilzah, Priskha, Titin, Mamy Riso, Elha, Meyby, Ocha, Ayu,
Icha.
7. Rekan-rekan mahasiswa PSKH FK-UH angkatan 2010 yang telah
memberikan bantuan kepada penulis selama menempuh pendidikan di
PSKH FK-UH.
Saya menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna. Saya sangat
berharap saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat menyempurnakan lagi
penelitian ini. Kepada semua yang membaca penelitian ini saya mengucapkan
terima kasih karena telah meluangkan waktu untuk membaca hasil penelitian ini.
Semoga dengan adanya karya tulis ilmiah ini dapat memberi manfaat kepada
semua dan penulis sendiri.
Riana
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN iii
PERNYATAAN KEASLIAN iv
ABSTRAK v
RIWAYAT HIDUP vii
KATA PENGANTAR viii
DAFTAR ISI x
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GRAFIK xi
DAFTAR GAMBAR xi
DAFTAR LAMPIRAN xii
1. PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 2
1.2 Rumusan Masalah 3
1.3 Tujuan Penelitian 3
1.4 Manfaat Penelitian 3
1.5 Hipotesa Penelitian 3
2. TINJAUAN PUSTAKA 4
2.1 Pangan 4
2.1.1 Keamanan Pangan 4
2.1.2 Bahan Tambahan Pangan 5
2.1.3 Bahan Pengawet 5
2.2 Formalin (Formaldehida) 6
2.2.1 Pengertian Formalin 6
2.2.2 Sifat Formalin 6
2.2.3 Penggunaan Formalin 7
2.1.4 Bahaya Formalin 8
2.3 Garam 9
2.3.1 Pengertian Garam 9
2.3.2 Jenis dan Manfaat Garam 9
2.3.3 Pengawetan dengan Garam 9
2.3.4 Peranan Garam terhadap Kesehatan 10
2.4 Ikan Asin Sunu 11
2.4.1 Ikan Sunu 11
2.4.1.1 Klasifikasi Ikan Sunu 11
2.4.1.2 Morfologi Ikan Sunu 11
2.4.2 Defenisi Ikan Asin 12
xi
DAFTAR PUSTAKA 26
LAMPIRAN 29
DAFTAR TABEL
1. Hasil uji kualitatif terhadap kandungan formalin 16
DAFTAR GRAFIK
1. Hasil uji kuantitatif terhadap kadar formalin 18
2. Hasil analisis kadar garam pada ikan sunu asin 19
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
1. PENDAHULUAN
1.5 Hipotesa
1. Terdapat ikan sunu asin yang dijual di beberapa pasar tradisional Makassar
mengandung formalin.
2. Kadar garam pada ikan sunu asin yang dijual di beberapa pasar tradisional
Makassar masih memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI).
4
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pangan
Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik
yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau
minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku
pangan dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan
atau pembuatan makanan atau minuman (BPOM, 2005).
Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia dan pemenuhan kebutuhan
pangan merupakan hak asasi setiap insan, sehingga Pemerintah berkewajiban
untuk menyediakan pangan secara cukup setiap waktu, aman, bermutu, bergizi
dan beragam dengan harga yang terkangkau oleh daya beli masyarakat. Untuk itu
perlu sebuah sistem kemananan pangan yang memberikan perlindungan bagi
pihak produsen maupun konsumen. Proses produksi pangan dalam perdagangan
perlu memenuhi ketentuan tentang sanitasi pangan, bahan tambahan pangan,
residu cemaran dan kemasan (Widyani, 2008).
Oleh karena itu pengetahuan mengenai keamanan sangat penting untuk mendasari
prinsip pengawetan pangan (Widyani, 2008).
2.3 Garam
garam tinggi karena adanya perbedaan tekanan osmosis (Widyani dan Suciyaty,
2008).
Efek pengawetan garam (NaCl) karena kekuatan ion Cl sebagai pengawet,
reaksi oksidasi reduksi dan reaksi enzymatis. Kelarutan NaCl dalam air
menyebabkan kelarutan O2 dalam air menurun, menyebabkan denaturasi protein
sehingga aktifitas enzim berkurang. Pemberian garam sebanyak 3% pada proses
perendaman akan berpengaruh terhadap jaringan buah-buahan. Garam berperan
sebagai penghambat selektif pada mikroorganisme pencemar tertentu. Selain itu
juga berfungsi untuk menghilangkan getah, memperbaiki rasa dan mengurangi
daya larut oksigen dalam air, sehingga buah akan nampak selalu segar (Widyani
dan Suciyaty, 2008).
Efek dari garam sebagai pengawet adalah sifat osmotiknya yang tinggi
sehingga memecahkan membaran sel mikroba, sifat hidroskopisnya menghambat
aktifitas enzym proteolitik dan adanya ion Cl yang terdisosiasi. Bila
mikroorganisme ditempatkan dalam larutan garam pekat (30-40%), maka air
dalam sel akan keluar secara osmosis dan sel mengalami plasmolisis serta akan
terhambat dalam perkembangbiakannya (Widyani dan Suciyaty, 2008).
Mikroorganisme memiliki toleransi yang berbeda-beda terhadap tekanan
osmosis larutan gula atau garam. Ragi dan kapang lebih toleran daripada bakteri,
sehingga ragi dan kapang sering ditemukan diatas makanan yang mempunyai
kadar gula dan garam tinggi dimana bakteri akan terhambat pertumbuhannya,
misalnya pada manisan buah-buahan, ikan asin atau dendeng (Widyani dan
Suciyaty, 2008).
fenilhidrazin, akuades, formalin 37%, perak nitrat (AgNO3) 0,1N dan kalium
khromat (K2CrO7) 5%.
Berdasarkan Tabel 4.1. dapat diketahui bahwa dari 24 sampel yang diuji,
ada 9 (37,5%) sampel yang terindentifikasi positif mengandung formalin. Warna
17
0.77
0.8 Pasar C
Pasar D
0.6
Pasar E
0.4 Pasar F
0.2
0
6 7 10 12 14 15 17 19 21
Kode Sampel
Berdasarkan grafik 4.1 dapat dilihat bahwa sampel ikan sunu asin dari
pasar B ditemukan 2 sampel yang positif mengandung formalin dengan kadar 1,22
µg/g dan 1,18 µg/g. Sampel ikan sunu asin dari pasar C ditemukan 2 sampel yang
positif mengandung formalin dengan kadar 0,91 µg/g dan 0,89 µg/g. Sampel ikan
asin dari pasar D ditemukan 2 sampel yang positif mengandung formalin dengan
kadar 0,99 µg/g dan 1,004 µg/g. Sampel ikan sunu asin dari pasar E juga
ditemukan 2 sampel yang positif mengandung formalin dengan kadar 0,94 µg/g
dan 1,06 µg/g. Sampel ikan sunu asin dari pasar F ditemukan 1 sampel yang
positif mengandung formalin dengan kadar 0,77 µg/g.
4.1.3. Hasil Analisis Kadar Garam
Grafik 4.2. Hasil Analisis Kadar Garam Pada Ikan Sunu Asin
5
4
3
2
1
0
Pasar A Pasar B Pasar C Pasar D Pasar E Pasar F
Berdasarkan grafik 4.2 dapat dilihat nilai rata-rata dari kadar garam pada
semua pasar menunjukkan bahwa kadar garam pada ikan sunu asin yang dijual di
pasar tradisional masih memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI). Standar
Nasional Indonesia mensyratkan kadar garam pada ikan asin tidak lebih dari 20%.
4.2. Pembahasan
Penggunaan formalin pada ikan asin dilakukan oleh produsen ikan asin
bertujuan agar ikan tidak ditumbuhi jamur dan lebih awet. Hal ini dikarenakan
cara produksinya masih manual, pengeringan ikan masih sangat tergantung dari
cuaca. Jika proses penjemuran kurang sempurna, bahan makanan akan mudah
ditumbuhi jamur. Ikan asin menjadi mudah penyok dan hancur. Pemakaian
formalin juga dipercaya dapat mempercepat proses pengeringan dan membuat
tampilan fisik tidak cepat rusak. Selain itu, penggunaan formalin juga bertujuan
untuk meningkatkan rendemen ikan asin. Pembuatan ikan asin dengan garam
tanpa penambahan formalin menghasilkan rendemen sekitar 40%, sedangkan ikan
asin dengan penambahan formalin rendemennya meningkat menjadi 75%
(Hastuti, 2013).
Ada beberapa kemungkinan belum ditaatinya Peraturan Menteri
Kesehatan RI No 722/Menkes/Per/88. Pertama, peraturan tersebut belum
diketahui oleh produsen yang masih tergolong tradisional. Kedua, belum adanya
mekanisme kontrol yang baik dari lembaga yang berwenang dalam pengawasan
makanan. Ketiga, masih kurangnya pembinaan terhadap produsen. Keempat,
produsen sengaja menambahkan formalin untuk mencapai keuntungan maksimal.
Maraknya penyalahgunaan formalin sebagai pengawet makanan sebagian juga
dikarenakan ketidaktahuan konsumen (Habibah, 2013).
Menurut Codex Alimentarius, keamanan pangan didefinisikan sebagai
jaminan bahwa pangan tidak akan menyebabkan bahaya bagi konsumen saat
disiapkan dan atau dikonsumsi sesuai dengan tujuan penggunaannya. Dalam
Undang-Undang Pangan, definisi keamanan pangan adalah kondisi dan upaya
23
5.1 Kesimpulan
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat ikan sunu asin yang
dijual di beberapa pasar Tradisional Makassar tidak aman untuk dikonsumsi
karena 37,5% dari sampel mengandung formalin sebagai bahan pengawet, dengan
kadar yang berkisar antara 0,77µg/g-1,22µg/g. Sedangkan kadar garam pada ikan
sunu asin yang dijual di pasar Tradisional Makassar yang berkisar antara 2,52%-
14,16% masih memenuhi Standard Nasional Indonesia (SNI) yang telah
ditetapkan.
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Budiarti, A., Supriyanti, dan Musinah, S. 2009. Pengaruh Perendaman dalam Air
Hangat Terhadap Kandungan Formalin Pada Mie Basah dari Tiga Produsen
Yang Dijual Di Pasar Johar Semarang. Jurnal Ilmu Farmasi dan Farmasi Klinik
6(1). Semarang (ID): Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang.
Cahyadi, W. 2009. Analisis dan Aspek Kesehatan: Bahan Tambahan Pangan.
Edisi ke-2. Jakarta (ID): Bumi Aksara.
Habibah, T.P.Z. 2013. Identifikasi Penggunaan Formalin pada Ikan Asin dan
Faktor Perilaku Penjual di Pasar Tradisional Kota Semarang. Unnes Journal of
Public Health [Internet]. [diakses 2 Oktober 2014]; 3(3). Tersedia pada:
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujph.
Hastuti, S. 2010. Analisis Kualitatif Dan Kuantitatif Formaldehid Pada Ikan Asin
di Madura. AGROINTEK [Internet]. [diakses 2 Oktober 2014]; 4(2). Tersedia
pada: http://pertanian.trunojoyo.ac.id/wp-content/uploads/2011/01/jurnal7-
Analisis-Kualitatif-dan-Kuantitatif-Formaldehid-pada-Ikan-Asin-di-
Madura.pdf.
Lukman, DW. 2008. Pangan Asal Hewan yang ASUH [Internet]. [diakses 6
Februari 2015]. Tersedia pada: http://higiene-pangan.blogspot.com/2008/11/
pangan-asal-hewan-yang-asuh.html
Sitiopan, H.P. 2012. Studi Identifikasi Kandungan Formalin Pada Ikan Pindang Di
Pasar Tradisional Dan Modern Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat
[Internet]. [diakses 12 Januari 2014] 1(2): 993-994. Tersedia pada:
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm/article/download/1385/1406
Supriyono. 2012. Ini Manfaat Luar Biasa Ikan Bagi Kesehatan Tubuh.
http://www.tribunnews.com/tribunners/2012/09/09/ini-manfaat-luar-biasa-
ikan-bagi-kesehatan-tubuh. Diakses tanggal 11 Januari 2014.
28
Peak Table
Peak Style Peaks
Peak Threshold 0.0100
Range 800.0nm to 400.0nm
Instrument Settings
Instrument Cary 50
Instrument version no. 3.00
Wavelength (nm) 517.9
Ordinate Mode Abs
Ave Time (sec) 0.1000
Replicates 1
Standard/Sample averaging OFF
Weight and volume corrections OFF
Fit type Linear
Min R² 0.95000
Concentration units mg/L
Analysis
Collection time 7/8/2014 1:08:33 PM
32
Data sampel 7
21.117 gram, 50 ml
Data sampel 10
22.0252 gram, 50 ml
Data sampel 12
22.5702 gram, 50 ml
Data sampel 14
25.2065 gram, 50 ml
Data sampel 15
24.9110 gram, 50 ml
Data sampel 17
26.6054 gram, 50 ml
Data sampel 19
23.7008 gram, 50 ml
Data sampel 21
26.075 gram, 50 ml
0.4 ug/ml x 50 ml = 0.77 ug/g atau mg/kg
26.075 g
34
1 1 5200 1,1
2 2 5200 1,2
3 3 5300 1
4 4 5300 1,4
5 5 5200 1
6 6 5300 0,8
7 7 5800 0,7
8 8 5400 2,3
9 9 5200 2,7
10 10 5300 1,2
11 11 5400 1,5
12 12 5100 1
13 13 5200 1,9
14 14 5400 1,3
15 15 5200 0,9
16 16 5600 2,8
17 17 5600 1,5
18 18 5600 2,2
19 19 5100 1,3
20 20 5200 1,8
21 21 5200 1
22 22 5200 2,1
23 23 5100 1,5
24 24 5300 1,5
35
1. Sampel 1
%NaCl = N AgNO3 x (VTS – VTB) x FP x 58,5 x 100%
(g bahan x 1000)
= 0,1 x (1,1 – 0,2) x 50 x 58,5 x 100%
(5200 x 1000)
= 5,06%
2. Sampel 2
%NaCl = N AgNO3 x (VTS – VTB) x FP x 58,5 x 100%
(g bahan x 1000)
= 0,1 x (1,2 – 0,2) x 50 x 58,5 x 100%
(5200 x 1000)
= 5,63%
3. Sampel 3
%NaCl = N AgNO3 x (VTS – VTB) x FP x 58,5 x 100%
(g bahan x 1000)
= 0,1 x (1 – 0,2) x 50 x 58,5 x 100%
(5300 x 1000)
= 4,42%
4. Sampel 4
%NaCl = N AgNO3 x (VTS – VTB) x FP x 58,5 x 100%
(g bahan x 1000)
= 0,1 x (1,4 – 0,2) x 50 x 58,5 x 100%
(5300 x 1000)
= 6,62%
5. Sampel 5
%NaCl = N AgNO3 x (VTS – VTB) x FP x 58,5 x 100%
(g bahan x 1000)
= 0,1 x (1,1 – 0,2) x 50 x 58,5 x 100%
(5200 x 1000)
= 4,50%
6. Sampel 6
%NaCl = N AgNO3 x (VTS – VTB) x FP x 58,5 x 100%
(g bahan x 1000)
= 0,1 x (0,8– 0,2) x 50 x 58,5 x 100%
(5300 x 1000)
= 3,31%
36
7. Sampel 7
%NaCl = N AgNO3 x (VTS – VTB) x FP x 58,5 x 100%
(g bahan x 1000)
= 0,1 x (0,7 – 0,2) x 50 x 58,5 x 100%
(5800 x 1000)
= 2,52%
8. Sampel 8
%NaCl = N AgNO3 x (VTS – VTB) x FP x 58,5 x 100%
(g bahan x 1000)
= 0,1 x (2,3 – 0,2) x 50 x 58,5 x 100%
(5400 x 1000)
= 11,38%
9. Sampel 9
%NaCl = N AgNO3 x (VTS – VTB) x FP x 58,5 x 100%
(g bahan x 1000)
= 0,1 x (2,7 – 0,2) x 50 x 58,5 x 100%
(5200 x 1000)
= 14,06%
10. Sampel 10
%NaCl = N AgNO3 x (VTS – VTB) x FP x 58,5 x 100%
(g bahan x 1000)
= 0,1 x (1,2 – 0,2) x 50 x 58,5 x 100%
(5300 x 1000)
= 5,52%
11. Sampel 11
%NaCl = N AgNO3 x (VTS – VTB) x FP x 58,5 x 100%
(g bahan x 1000)
= 0,1 x (1,5 – 0,2) x 50 x 58,5 x 100%
(5400 x 1000)
= 7,04%
12. Sampel 12
%NaCl = N AgNO3 x (VTS – VTB) x FP x 58,5 x 100%
(g bahan x 1000)
= 0,1 x (1 – 0,2) x 50 x 58,5 x 100%
(5100 x 1000)
= 4,59%
13. Sampel 13
%NaCl = N AgNO3 x (VTS – VTB) x FP x 58,5 x 100%
(g bahan x 1000)
37
14. Sampel 14
%NaCl = N AgNO3 x (VTS – VTB) x FP x 58,5 x 100%
(g bahan x 1000)
= 0,1 x (1,3 – 0,2) x 50 x 58,5 x 100%
(5400 x 1000)
= 5,96%
15. Sampel 15
%NaCl = N AgNO3 x (VTS – VTB) x FP x 58,5 x 100%
(g bahan x 1000)
= 0,1 x (0,9 – 0,2) x 50 x 58,5 x 100%
(5200 x 1000)
= 3,94%
16. Sampel 16
%NaCl = N AgNO3 x (VTS – VTB) x FP x 58,5 x 100%
(g bahan x 1000)
= 0,1 x (2,8 – 0,2) x 50 x 58,5 x 100%
(5600 x 1000)
= 13,58%
17. Sampel 17
%NaCl = N AgNO3 x (VTS – VTB) x FP x 58,5 x 100%
(g bahan x 1000)
= 0,1 x (1,5 – 0,2) x 50 x 58,5 x 100%
(5600 x 1000)
= 6,79%
18. Sampel 18
%NaCl = N AgNO3 x (VTS – VTB) x FP x 58,5 x 100%
(g bahan x 1000)
= 0,1 x (2,2 – 0,2) x 50 x 58,5 x 100%
(5600 x 1000)
= 10,45%
19. Sampel 19
%NaCl = N AgNO3 x (VTS – VTB) x FP x 58,5 x 100%
(g bahan x 1000)
= 0,1 x (1,3 – 0,2) x 50 x 58,5 x 100%
(5100 x 1000)
= 6,31%
38
20. Sampel 20
%NaCl = N AgNO3 x (VTS – VTB) x FP x 58,5 x 100%
(g bahan x 1000)
= 0,1 x (1,8 – 0,2) x 50 x 58,5 x 100%
(5200 x 1000)
= 9,00%
21. Sampel 21
%NaCl = N AgNO3 x (VTS – VTB) x FP x 58,5 x 100%
(g bahan x 1000)
= 0,1 x (1 – 0,2) x 50 x 58,5 x 100%
(5200 x 1000)
= 4,50%
22. Sampel 22
%NaCl = N AgNO3 x (VTS – VTB) x FP x 58,5 x 100%
(g bahan x 1000)
= 0,1 x (2,1 – 0,2) x 50 x 58,5 x 100%
(5200 x 1000)
= 10,69%
23. Sampel 23
%NaCl = N AgNO3 x (VTS – VTB) x FP x 58,5 x 100%
(g bahan x 1000)
= 0,1 x (1,5 – 0,2) x 50 x 58,5 x 100%
(5100 x 1000)
= 7,46%
24. Sampel 24
%NaCl = N AgNO3 x (VTS – VTB) x FP x 58,5 x 100%
(g bahan x 1000)
= 0,1 x (1,5 – 0,2) x 50 x 58,5 x 100%
(5300 x 1000)
= 7,17%
39
Pengujian Formalin