1 - Modul Pendidikan Keluarga1000 HPK
1 - Modul Pendidikan Keluarga1000 HPK
ii
SILABUS
MATERI PENDIDIKAN KELUARGA PADA 1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN
PELATIHAN CALON PELATIH PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KELUARGA
1
2) Menjelaskan Sumber (kehamilan dan anak usia 0-12
Pendanaan untuk mendukung bulan)
program 1000 HPK g. Kartu perkembangan anak usia
3) Menjelaskan materi 0-12 bulan
pengasuhan bagi ibu hamil. h. Video tentang Pengasuhan 1000
4) Menjelaskan materi HPK
pengasuhan bagi ibu dengan i. ATK: kertas plano/karton,
anak usia 0 – 12 bulan spidol, kertas tempel, doubletip
5) Menjelaskan materi j. TIK: proyektor LCD, laptop
pengasuhan bagi ibu dengan untuk presentasi, layar
anak usia 13 – 24 bulan
1
MODUL
PENDIDIKAN KELUARGA
PADA 1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN
A. PENDAHULUAN
Stunting menggambarkan adanya masalah gizi kronis, dipengaruhi oleh kondisi ibu atau calon
ibu, masa janin, dan masa bayi atau balita, termasuk penyakit yang diderita selama masa balita.
Seperti masalah gizi lainnya, stunting tidak hanya terkait dengan masalah kesehatan, tetapi juga
dipengaruhi berbagai kondisi lain yang secara tidak langsung memengaruhi kesehatan. Oleh
karena itu, upaya perbaikan harus meliputi upaya untuk mencegah dan mengurangi gangguan
secara langsung (intervensi gizi spesifik) serta gangguan secara tidak langsung (intervensi gizi
sensitif). Intervensi gizi spesifik umumnya dilakukan di sektor kesehatan, tetapi hanya
berkontribusi 30%, sedangkan 70%-nya merupakan kontribusi intervensi gizi sensitif yang
melibatkan berbagai sector, seperti ketahanan pangan, ketersediaan air bersih dan sanitasi,
penanggulangan kemiskinan, dan pendidikan orang tua.
Upaya intervensi gizi spesifik untuk balita pendek difokuskan pada kelompok 1.000 Hari
Pertama Kehidupan (HPK), yaitu ibu hamil, ibu dengan anak usia 0—12 bulan, dan ibu dengan
anak usia 13—24 bulan karena penanggulangan balita pendek yang paling efektif dilakukan
pada 1.000 HPK. Periode 1.000 HPK meliputi 280 hari selama kehamilan dan 720 hari
pertama setelah bayi dilahirkan. Masa tersebut telah dibuktikan secara ilmiah merupakan
periode yang menentukan kualitas kehidupan.
Dampak buruk yang dapat ditimbulkan oleh masalah gizi pada periode tersebut dalam jangka
pendek adalah terganggunya perkembangan otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik,
dan gangguan metabolisme dalam tubuh. Sementara itu, dalam jangka panjang akibat buruk
yang dapat ditimbulkan adalah menurunnya kemampuan kognitif, prestasi belajar, kekebalan
tubuh sehingga mudah sakit, dan risiko tinggi untuk munculnya penyakit diabetes, kegemukan,
penyakit jantung, kanker, strok, dan disabilitas pada usia tua, serta menurunnya kualitas kerja
yang berakibat pada rendahnya produktivitas ekonomi.
B. TUJUAN
Tujuan
Tujuan dari
dari materi
materiini
iniadalah
adalah agar peserta mampu:
1. memahami Program Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga tentang 1000 HPK
secara benar; dan
2
2. memahami program pengasuhan 1000 HPK di tingkat desa.
D. MANFAAT
Manfaat dari materi ini adalah peserta memiliki pengetahuan mengenai:
1. edukasi kepada orang tua tentang pentingnya pendidikan keluarga pada 1000 HPK; dan
2. Sinergisitas antara elemen di desa dalam mencegah stunting.
E. DAMPAK
Dampak yang diharapkan dari materi ini adalah:
1. meningkatnya pertumbuhan dan perkembangan anak; dan
2. terlaksananya pendidikan keluarga pada 1000 HPK di desa.
F. PEMBELAJARAN
Pertanyaan Kunci
Beberapa pertanyaan kunci yang perlu dijawab dari sesi ini antara lain:
1. Apa yang diketahui tentang program 1000 HPK?
2. Bagaimana peran pemerintah daerah, aparat desa, PKK, dan Satuan PAUD dalam
program 1000 HPK?
3. Dari mana sumber pendanaan untuk mendukung program 1000 HPK di tingkat desa?
4. Apa yang perlu diketahui dan dilakukan orang tua dalam 1000 HPK?
Petunjuk Umum
Fasilitator berperan memfasilitasi proses pembelajaran peserta agar pelaksanaan sesi ini
dapat berjalan dengan baik. Berikut beberapa petunjuk umum.
2
3
1. Fasilitator berperan aktif untuk menciptakan suasana belajar yang aktif partisipatif.
2. Fasilitator bekerja sama dengan co-fasilitator dalam proses belajar peserta.
3. Fasilitator mempelajari bahan tentang Pendidikan Keluarga pada 1000 HPK.
4. Fasilitator wajib membaca buku atau sumber lain yang relevan mengenai materi
pendidikan keluarga pada 1000 HPK.
5. Fasilitator menyiapkan bahan presentasi tentang pendidikan keluarga pada 1000 HPK.
6. Fasilitator mengatur peserta duduk dalam kelompok-kelompok, disarankan
menggunakan format melingkar.
7. Fasilitator memberikan pertanyaan-pertanyaan tentang kelas orang tua.
8. Fasilitator memberikan paparan tentang kelas orang tua.
9. Fasilitator membuka sesi tanya jawab.
10. Fasilitator memberikan refleksi dan penguatan di akhir sesi.
Metode
4
Teknologi Informasi
Teknologi Informasi&&
Komunikasi (TIK)
Komunikasi (TIK)
Ringkasan Sesi
Kegiatan
Pengantar Refleksi Penguatan
Inti
5 menit 3 Menit 2 Menit
110 menit
Langkah-Langkah Kegiatan
PENGANTAR 5 menit
1. Fasilitator mengucapkan salam dan melakukan penyegaran (energizer); 3 menit
2. Fasilitator menyampaikan latar belakang, tujuan, dan hasil yang
2 menit
diharapkan dari kegiatan sesi ini.
110
KEGIATAN INTI
menit
Kegiatan 1: Fasilitator Menggali Pemahaman Peserta 10 menit
tentang pengasuhan pada 1000 HPK
1 Fasilitator menggali pemahaman peserta tentang pengasuhan pada 3 menit
1.000 HPK dengan cara memberikan beberapa pertanyaan berikut.
a. Apa yang diketahui tentang program 1000 HPK?
b. Bagaimana peran pemda, aparat desa, PKK, dan satuan PAUD dalam
program 1000 HPK?
c. Dari mana sumber pendanaan untuk mendukung program 1000 HPK
di tingkat desa?
d. Apa yang perlu diketahui dan dilakukan orang tua dalam 1000 HPK?
5
No. Kegiatan Waktu
2. Fasilitator meminta peserta untuk menuliskan jawaban (minimal tiga) 2 menit
di kertas tempel dan kemudian menempelkannya di media yang telah
disediakan.
3. Fasilitator mengecek jawaban peserta 2 menit
4. Fasilitator mengapresiasi dan menyimpulkan jawaban peserta secara 3 menit
sekilas
Kegiatan 1: Pembagian Kelompok 5 menit
1. Fasilitator membagi peserta menjadi tiga kelompok besar (jumlah 3 menit
anggota kelompok disesuaikan dengan jumlah peserta).
2. Fasilitator meminta peserta untuk duduk di kelompoknya masing-masing. 1 menit
3. Fasilitator menjelaskan tugas tiap-tiap kelompok. 1 menit
Ø Kelompok 1: membahas tentang pengasuhan semasa kehamilan.
Ø Kelompok 2: membahas tentang pengasuhan anak usia 0--12 bulan.
Ø Kelompok 3: membahas tentang pengasuhan anak usia 13--24 bulan.
* (Masing-masing kelompok difasilitasi oleh seorang fasilitator.)
35
Kegiatan 2: Diskusi Kelompok
menit
1. Fasilitator (tiap-tiap kelompok) membagi kelompok besarnya menjadi 3 menit
tiga kelompok kecil.
2. Fasilitator (tiap-tiap kelompok) memastikan semua peserta duduk di 2 menit
masing-masing kelompok kecilnya.
3. Fasilitator (tiap-tiap kelompok) menjelaskan tugas masing-masing 3 menit
kelompok kecil.
a. Kelompok Pengasuhan Selama Kehamilan
Kelompok 1: membuat infografis yang berisi tentang tahap
perkembangan janin 0--6 bulan, gizi, dan stimulasi yang
harus dilakukan di kertas plano.
Kelompok 2: menyusun kartu “mitos/fakta” dan “hindari/anjuran”
dan menempelkannya di kertas plano, serta mengubah
lirik lagu tentang peran ayah selama ibu mengandung di
kertas plano.
Kelompok 3: membuat infografis yang berisi tentang tahap
perkembangan janin usia 7--9 bulan dan stimulasinya,
persiapan melahirkan, persiapan menyusui, dan inisiasi
menyusui dini di kertas plano.
b. Kelompok Pengasuhan Anak Usia 0--12 Bulan
Kelompok 1: mengurutkan 1 set gambar perkembangan anak usia 0--
5
6
No. Kegiatan Waktu
7
No. Kegiatan Waktu
8
No. Kegiatan Waktu
2) apakah pendidikan keluarga pada 1000 HPK dapat diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari?
b. Fasilitator meminta peserta menuliskan rencana aksi terkait
pendidikan keluarga pada 1000 HPK dalam buku tindak lanjut.
PENGUATAN 2 menit
1. Fasilitator memberikan penguatan materi pendidikan keluarga pada 1000 1 menit
HPK berdasarkan hasil refleksi.
2. Fasilitator mendorong peserta untuk membaca bahan-bahan bacaan lainnya 1 menit
tentang pendidikan keluarga pada 1000 HPK
9
RINGKASAN MATERI
PENGASUHAN 1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN (HPK)
A. PENDAHULUAN
Dalam 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), otak anak berkembang dengan sangat pesat.
Meskipun otak manusia akan terus berkembang dan dapat mengalami perubahan sepanjang
hidup, inilah masa perkembangan paling cepat dan tidak ada tandingannya. Apa yang terjadi
pada diri anak pada masa sensitif ini akan menjadi fondasi bagi pertumbuhan dan
perkembangan anak pada tahapan selanjutnya, bahkan berdampak hingga masa dewasa.
Semua orang tua tentu ingin anaknya bertumbuh dan berkembang dengan baik. Namun,
kenyataannya kondisi stunting (gagal tumbuh dan berkembang) masih banyak ditemui. Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan (Litbangkes) menunjukkan bahwa 30,8% anak Indonesia mengalami stunting.
Meskipun sudah terjadi penurunan persentase dari sebelumnya yang mencapai 37,2% pada
tahun 2013, angka ini masih di atas batasan yang diberikan oleh World Health Organization
(WHO), yaitu 20%. Jadi, 1 dari 3 anak Indonesia mengalami stunting. Oleh karena itu, upaya
untuk mencegah stunting perlu terus dilakukan.
Keluarga sebagai lingkup pertama dan utama bagi anak memiliki peranan yang sangat besar
dalam pencegahan dan penurunan angka stunting, tidak bisa hanya bergantung pada praktisi
dan tenaga profesional di bidang kesehatan. Oleh karena itu, pendidikan keluarga tentang
pemenuhan gizi dan pemberian stimulasi yang baik pada 1000 Hari Pertama Kehidupan Anak
menjadi kunci. Modul ini diharapkan dapat membantu para orang tua dan pengasuh dalam
keluarga untuk mengoptimalkan tumbuh kembang anak.
B. ISI MATERI
1. Tentang 1000 HPK
a. Apa itu 1000 HPK?
1000 HPK dimulai ketika janin masih berada dalam kandungan dan berlanjut hingga
anak berusia dua tahun.
10
b. Apa yang Paling Diperlukan Anak pada 1000 HPK?
Gizi dan stimulasi merupakan dua hal yang diperlukan agar anak bertumbuh kembang
optimal.
v Gizi adalah zat-zat yang dibutuhkan anak agar sistem tubuhnya dapat berfungsi
secara baik, dapat bertumbuh, dan terpelihara kesehatannya.
v Stimulasi adalah pemberian rangsangan untuk mendorong anak agar dapat
mencapai tahapan perkembangan sesuai usianya.
Jika anak tidak mendapatkan asupan gizi yang cukup dan stimulasi yang baik dalam
waktu yang lama, anak berisiko mengalami stunting atau gagal tumbuh dan
berkembang.
2. Tentang Stunting
a. Apa Ciri Stunting?
Menurut WHO, stunting adalah kegagalan pertumbuhan dan perkembangan yang
dialami anak karena kurang nutrisi, terkena infeksi yang berulang, dan kurang
mendapat stimulasi psikososial. Ciri anak yang mengalami stunting adalah tinggi
badannya lebih pendek 2 standar deviasi jika dibandingkan dengan anak seusianya,
berdasarkan grafik pertumbuhan dari WHO. Studi dengan teknologi terkini
menunjukkan bahwa tinggi badan dan perkembangan otak sangat berkaitan.
b. Apa Penyebab Stunting?
Dalam kerangka konseptual yang dikeluarkan oleh WHO tentang Stunted Growth and
Development, penyebab mengapa anak bisa sampai kekurangan gizi kronis sehingga
gagal tumbuh dan berkembang bisa bersifat multifaktor. Perhatikan tabel berikut ini.
FAKTOR IBU
10
11
§ Anak tidak mendapat perawatan kesehatan yang baik, misalnya tidak
diimunisasi.
KUALITAS MAKANAN KURANG BAIK
12
§ Pertumbuhan gigi terlambat.
§ Pubertas terlambat.
§ Pada usia dewasa dapat mengalami obesitas (kegemukan) dan
berpeluang menderita penyakit seperti hipertensi, diabetes, dan
kanker.
PERKEMBANGAN § Keterlambatan perkembangan di berbagai aspek seperti kognitif,
fisik, dan bahasa.
§ Penurunan aktivitas bermain dan ketertarikan untuk eksplorasi
lingkungan.
§ Performa buruk pada tes kognitif termasuk tes atensi, memori, dan
penalaran.
§ Penurunan kapasitas belajar membuat jumlah informasi yang
diterima lebih sedikit, tingkat prestasi akademis lebih rendah, dan
kemungkinan putus sekolah lebih tinggi.
§ Usia 8--10 tahun menjadi lebih pendiam, tidak banyak melakukan
eye contact.
EKONOMI § Peningkatan biaya kesehatan untuk pengobatan anak sakit dan
penanganan gizi.
§ Tingkat produktivitas kerja lebih rendah yang berakibat pada
penurunan pendapatan pekerja dewasa hingga 20%.
§ Menghambat pertumbuhan ekonomi dan penurunan GDP Indonesia
hingga 11%.
§ Melebarnya kesenjangan dan kemiskinan antargenerasi.
§ Penurunan kualitas sumber daya manusia Indonesia, produktivitas,
dan daya saing bangsa.
13
14
serta membantu mengeluarkan plasenta dan mengurangi pendarahan ibu. Melalui
IMD, bayi bisa mendapat kolostrum, cairan ASI pertama yang kaya akan antibodi
(zat kekebalan tubuh) dan bergizi tinggi.
14
15
ASI adalah anak mampu duduk tanpa bantuan/sandaran, mampu mengontrol
gerakan tangan untuk mengambil dan membawa makanan ke mulut, mampu
mengontrol gerakan lidah untuk menggerakkan makanan di mulut, mampu
mengunyah, serta mampu mengontrol air liur.
o Bubur tepung beras/beras merah yang o Makanan yang terbuat dari tepung
dimasak menggunakan kaldu daging terigu seperti mi atau roti karena
atau sayuran. kandungan protein dan vitaminnya
o Makanan yang mengandung zat besi rendah.
tinggi seperti daging merah tanpa o Menambahkan penyedap rasa pada
lemak, hati sapi/ayam, sayuran hijau makanan bayi terutama pada tahun
(bayam, brokoli), kuning telur, tahu. pertama.
o Sayur-sayuran dan kacang-kacangan o Makanan terlalu berlemak.
(seperti kacang polong, kacang merah, o Makanan pedas atau berbumbu tajam.
wortel, tomat, kentang, labu kuning, o Buah-buahan yang terlalu asam.
kacang hijau) yang direbus kemudian o Buah-buahan dan sayuran yang
dihaluskan menggunakan blender. mengandung gas seperti durian, kol,
o Buah-buahan seperti pepaya, pisang, kembang kol, atau lobak.
apel, melon, dan alpukat. o Susu sapi dan olahannya karena memicu
o Ikan yang diblender, gunakan ikan alergi.
segar dan tidak berduri seperti o Kacang tanah karena memicu alergi.
kembung, patin, kakap, gindara, atau o Kadangkala telur dapat memacu alergi.
salmon. Berikan secara bertahap dan dengan
o Suplemen zat besi porsi kecil. Jika bayi alergi segera
hentikan.
15
16.
16
§ Memberikan Imunisasi Dasar Lengkap
Imunisasi adalah upaya untuk membentuk antibodi dalam tubuh bayi sehingga
meningkatkan kekebalan bayi terhadap penyakit. Imunisasi aman untuk dilakukan
dan penting untuk mencegah terjadinya wabah penyakit dalam masyarakat.
Imunisasi dasar lengkap terdiri dari:
Imunisasi DPT mencegah penyakit dipteri, batuk 3x: usia 2 bulan, 3 bulan, 4
rejan, dan tetanus bulan
Imunisasi Hib mencegah penyakit radang selaput 3x: usia 2 bulan, 3 bulan, 4
otak (meningitis), pneumonia, bulan
radang saluran pendengaran/
telinga
Imunisasi Mencegah penyakit campak 1x: usia 9 bulan
campak
17
sesudah makan, sesudah bermain, dan sesudah buang air kecil/buang air besar.
Untuk membentuk kebiasaan baik cuci tangan pada anak, dapat dilakukan dengan
cara yang menyenangkan seperti melalui lagu. Contoh lagu yang bisa diperkenalkan
adalah ‘Yuk Cuci Tangan’ dari Kejora (https://www.youtube.com/watch?v=P-
MqEOlQ99Q).
§ Melakukan proses menyiapkan dan menyimpan makanan yang higienis
seperti mencuci bahan makanan dengan air bersih yang mengalir, memasak hingga
matang untuk mematikan bakteri, tidak menyimpan bahan makanan langsung di atas
lantai, menyimpan bahan makanan di suhu yang sesuai agar tidak cepat busuk,
memisahkan bahan makanan yang mentah dan yang sudah matang, serta
memisahkan bahan makanan dari bahan kimia (cairan pembersih, racun serangga).
§ Menjaga kebersihan rumah dan diri seluruh anggota keluarga dengan cara
menyapu dan mengepel rumah setiap hari, melakukan buang air di tempat tertutup,
mencuci bak penampungan air secara berkala, mencuci dan mengganti seprai secara
berkala, mandi dua kali sehari, dan menggunting kuku secara berkala.
anak memberi
sinyal lapar
anak memberi
anak merespon
sinyal tidak mau 17
dan makan
makan lagi
18
Usia Sinyal Saat Lapar Sinyal Saat Kenyang
0–6 Bulan Mengemut tangan, menangis atau Mengatupkan bibir, menolehkan kepala
merengek, membuka mulut, ke arah lain, gerakan mengisap
tersenyum, dan menatap pengasuh. melambat atau berhenti, mengamati hal-
hal lain, tidur.
12–24 Seperti usia 6–12 bulan, plus Seperti usia 6–12 bulan, plus
Bulan mengekspresikan keinginan terhadap peningkatan kosakata ketika menolak
makanan tertentu dengan suara atau makanan.
kata.
19
dibentuk bintang). hadiah atau alat mengontrol perilaku anak
§ Saat anak sakit atau sedang tidak (contoh: kalau anak mau berhenti nonton,
berselera makan, berikan porsi kecil, akan diberi makan).
tetapi sering. § Orang tua salah memahami sinyal anak dan
§ Menghargai saat anak belum lapar dan berpikir makanan adalah solusi (contoh:
tawarkan lagi pada jam makan anak rewel karena mengantuk, tetapi
berikutnya, tidak menghukum anak kemudian diberi es krim agar tenang).
karena tidak mau makan.
20
dirinya secara penuh karena faktor kurang gizi atau karena tidak mendapat
kesempatan pendidikan akibat kemiskinan.
20
21
h. Perkembangan dan pembelajaran dipengaruhi oleh konteks sosial budaya.
Apa yang anak pelajari dan bagaimana mereka belajar turut ditentukan oleh latar
belakang sosial budaya dari diri anak, seperti agama dan etnis, sekolah, dan
masyarakat. Misalnya, era digital membawa banyak perubahan terhadap cara anak
berkomunikasi dan bagaimana anak mengisi waktu luang sehari-hari.
i. Anak memiliki gaya belajar yang berbeda-beda. Ada yang lebih mudah belajar
dengan melihat, mendengar, atau melakukan langsung. Semakin bervariasi metode
dan semakin banyak indra yang digunakan saat anak belajar sesuatu, pemahamannya
akan semakin baik. Misalnya, anak belajar tentang konsep besar dan kecil dengan cara
melihat gambar, mengelompokkan bola besar (bola tenis) dan bola kecil (bola
pingpong), berjalan mengelilingi lingkaran besar dan kecil yang terbuat dari kapur,
atau melalui lagu yang disertai gerakan.
21
22
5. Aspek Perkembangan Anak
Perkembangan anak meliputi berbagai aspek, yaitu motorik kasar, motorik halus,
personal sosial, bahasa, dan kognitif. Setiap aspek tersebut perlu distimulasi karena
memiliki peran dan dampak yang berbeda-beda bagi diri anak.
a. Motorik Kasar
Aspek motorik kasar berkaitan dengan gerakan tubuh yang melibatkan penggunaan
otot-otot besar. Motorik kasar penting untuk melakukan fungsi sehari-hari seperti
duduk, berjalan, dan berlari, untuk bermain fisik seperti memanjat dan
bergelantungan, untuk mengembangkan keterampilan olahraga seperti menendang,
melempar, mengayuh sepeda, dan berenang. Perkembangan motorik kasar
memengaruhi kemampuan anak untuk mempertahankan postur tubuh yang nantinya
mendukung anak dalam melakukan aktivitas duduk seperti menulis, menggambar, dan
menggunting. Motorik kasar juga berdampak pada kemampuan anak bergerak dengan
seimbang dan luwes, mengurangi kemungkinan terjatuh atau pun menabrak. Anak
yang motorik kasarnya baik tidak akan mudah lelah, aktif, dan menunjukkan kekuatan
saat bergerak.
b. Motorik Halus
Aspek motorik halus berkaitan dengan penggunaan otot-otot kecil di tangan,
mengoordinasikan gerakan mata-tangan untuk melakukan manipulasi objek dan
mengerjakan hal-hal yang menuntut kecekatan dan kelincahan jemari seperti kegiatan
dengan alat tulis, menempel stiker, membuka tutup botol, menggunakan sendok
garpu, membuka kancing baju, mengikat tali sepatu, menyusun puzzle, dan menyikat
gigi. Perkembangan motorik halus menentukan kualitas hasil dan kecepatan dalam
melakukan sesuatu. Tanpa motorik halus yang baik, pilihan kegiatan bermain menjadi
lebih terbatas dan perkembangan kemandirian pun dapat terhambat.
c. Personal Sosial
Aspek personal sosial berkaitan dengan kemampuan anak dalam berinteraksi dengan
lingkungan sekitarnya, memahami situasi yang terjadi, mengekspresikan perasaan dan
keinginan diri, mengenali perasaan orang lain, mengontrol perilaku sesuai aturan dan
norma sosial, serta membangun hubungan dengan orang dewasa dan teman sebaya.
Perkembangan aspek ini sangat penting karena memberi anak panduan tentang siapa
diri mereka, bagaimana relasi mereka dengan orang lain, dan bagaimana
menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungan. Anak yang berkembang baik pada
aspek personal sosialnya akan lebih mudah berteman, lebih cakap dalam menghadapi
konflik, lebih percaya diri, dan lebih mampu mencapai tujuannya.
22
23
d. Bahasa
Aspek perkembangan bahasa terdiri dari dua aspek, yaitu bahasa reseptif dan bahasa
ekspresif. Bahasa reseptif berkaitan dengan pemahaman anak terhadap kata dan
kalimat, baik yang diucapkan oleh orang lain maupun apa yang dibacanya. Bahasa
ekspresif berkaitan dengan penggunaan bahasa, seberapa banyak kata-kata yang dapat
diucapkan oleh anak dan kemampuan dalam menyusun kata menjadi kalimat sesuai
aturan berbahasa. Bahasa reseptif berkembang lebih dahulu daripada bahasa
ekspresif. Misalnya, bayi berusia 8 bulan mungkin belum bisa mengucap “mama/papa”,
tetapi ketika ada yang bertanya “mana mama/papa?” maka ia dapat menoleh ke orang
yang tepat. Kemampuan bahasa sangat penting untuk mendukung komunikasi dan
interaksi anak dengan orang lain. Kemampuan bahasa yang terhambat seringkali
memunculkan masalah emosi dan perilaku karena anak sulit mengutarakan apa yang
ia inginkan dan butuhkan, serta sulit memahami arahan dan instruksi dari orang lain.
e. Kognitif
Aspek kognitif berkaitan dengan kemampuan berpikir, bagaimana menerima dan
mengolah informasi yang didapat, mengenali pola dan membuat prediksi, serta
melakukan penalaran dan penyelesaian masalah. Termasuk di dalam perkembangan
kognitif adalah atensi dan memori. Sebelum anak dapat memproses informasi, atensi
dan memorinya pun harus berkembang agar dapat menyaring hal-hal apa saja yang
perlu diperhatikan dan diingat olehnya. Perkembangan kognitif yang baik mendukung
pemahaman anak tentang bagaimana dunia bekerja, membantu dalam mencari solusi
dari masalah sehari-hari yang ditemui, serta meningkatkan peluang keberhasilan anak
di sekolah maupun ketika sudah bekerja nantinya.
23
24
b. Menyanyikan lagu dan memutarkan musik. Bayi dapat merespons lagu dan
musik yang didengarnya dengan membuat gerakan-gerakan. Bila bayi mendengar
musik yang sama secara berkala, musik tersebut dapat menimbulkan efek
menenangkan untuknya setelah lahir. Hindari menggunakan pengeras suara atau
meletakkan headphone di perut, gunakan volume suara yang sedang dan nada lembut.
d. Aktif bergerak. Sistem vestibular atau keseimbangan adalah sistem yang pertama
terbentuk di dalam kandungan, dan sepenuhnya berkembang pada minggu ke-20.
Sistem ini terstimulasi melalui pergerakan ibu, yang akan menghubungkan sel-sel saraf
dan menunjang perkembangan jalur-jalur di otak bayi. Oleh karena itu, saat hamil ibu
tetap harus bergerak aktif, misalnya dengan berjalan-jalan keliling taman, menari
mengikuti irama musik, berolahraga, dan beraktivitas seperti biasa. Jika ternyata ada
masalah kehamilan yang membuat ibu harus beristirahat dan berbaring, cobalah tetap
bergerak dengan cara mengubah posisi tidur secara berkala.
24
25
§ Kepala bergerak dari posisi atas kepalanya. Gerakkan mainan
kanan/kiri ke tengah, kemudian ke berbagai arah untuk stimulasi
dari satu sisi ke sisi lain (180 otot lehernya.
derajat). § Letakkan bayi di berbagai posisi
untuk memberi kesempatan
menggerakkan seluruh otot
tubuhnya secara bergantian.
Motorik Halus § Mengikuti cahaya/gerakan benda § Berikan mainan dengan tangkai
dengan pandangan matanya. yang dapat mengeluarkan bunyi
§ Belajar menggapai benda-benda untuk dipegang dan digerak-
di dekatnya, seringkali gagal gerakkan.
meraih. § Gantung mainan di atas tempat
§ Menggenggam dan menggoyang tidur, biarkan bayi berusaha
kerincingan yang diletakkan di menggapai-gapai walau belum
tangannya. berhasil.
§ Elus-elus telapak tangannya, bayi
akan refleks mengenggam jari
orang yang mengelus.
Personal § Bulan pertama ekspresi datar, § Ajak bayi bermain pandang-
Sosial bulan kedua mulai tersenyum, pandangan, sambil tersenyum dan
membuat kontak mata, dan memanggil namanya.
membalas senyuman. § Sering-seringlah mendekap dan
§ Tenang saat disentuh, dipeluk, menggoyangkan bayi dalam
digendong, disusui. pelukan seolah berdansa.
§ Menjadi bosan jika tidak § Beri pijatan lembut setiap habis
mendapat cukup stimulasi. mandi.
25
26
Kognitif § Menatap sekeliling, lebih suka § Perlihatkan mainan yang punya
mengamati orang daripada garis tegas dan warna kontras
benda. (hitam-putih-merah).
§ Mengeksplorasi mulut, wajah, § Bimbing tangan bayi untuk
dan bagian tubuh dengan menyentuh bagian-bagian wajah
tangannya sendiri. dan tubuhnya.
§ Mulai menghubungkan seseorang § Gendong bayi dan ajak berkeliling
dengan aktivitas tertenatu rumah untuk melihat dunia
(contoh: ibu-menyusu). sekitarnya.
D. REFERENSI
Buku Saku Desa dalam Penanganan Stunting. 2017. Kementerian Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia.
Harbron, J., Booley, S., Najaar B., & Day, C.E. 2013. Responsive feeding: establishing healthy
eating behaviour early on in life. Paediatric Food-Based Dietary Guidelines for South
Africa.
https://www.ajol.info/index.php/sajcn/article/viewFile/97829/87130
Keluarga Sehat Idamanku, Kota Sehat Kotaku. 2014. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.
Rumah Dandelion. 2015. Panduan Tumbuh Kembang dan Stimulasi Anak Usia 0-5 Tahun.
World Health Organization (WHO). 2013. Childhood Stunting: Context, Causes and
Consequences.
http://www.who.int/nutrition/events/2013_ChildhoodStunting_colloquium_14Oct_Co
nceptualFramework_colour.pdf
United Nations Children’s Fund (UNICEF). Responsive Feeding: Supporting Families for
Nurturing Care.
https://issa.nl/sites/default/files/pdf/Publications/cross%20sectoral/16.Module-
ResponsiveFeeding-LOWRES.pdf
United Nations Children’s Fund (UNICEF). Pemberian Makan Bayi dan Anak.
https://www.unicef.org/indonesia/id/PaketKonseling-3Logos.pdf
26
Fetal Development. https://www.whattoexpect.com/pregnancy/fetal-development/
PAPARAN
PENDIDIKAN KELUARGA PADA 1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN
27
Fetal Development. https://www.whattoexpect.com/pregnancy/fetal-development/
PAPARAN
PENDIDIKAN KELUARGA PADA 1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN
27
28
28
29
29
30
30
31
31
32
32
33
33
34
34
35
35
36
36
37
37
38
38
39
39
40
40
41.
41
41
42.
42
42
43
43
44
44
45
45
46
46
46
47
47
48
48
49
50.