Baru Revisi
Baru Revisi
“ SISTEM PENGINDERAAN”
Di
Susun Oleh Kelompok 2 ( Dua)
1. Linda Octavionita
2. M. Razaq Nurcahyo
3. Siti Aica
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Dari rumusan masalah di atas diperoleh beberapa tujuan penulisan sebagai berikut
:
1. Untuk mengetahui definisi system indera
2. Untuk mengetahui fungsi dan tujuan dilakukannya pemeriksaan system indera
3. Untuk mengetahui keuntungan dilakukannua pemeriksaan system indera
BAB II
PEMABAHASAN
HIDUNG:
Tujuan:
Untuk mengetahui bentuk dan fungsi hidung
Untuk mendetahui adanya inflamasi/sinusitis
Tindakan:
I = Apakah hidung simetris, apakah ada inflamasi,
apakah ada secret
P = Apakah ada nyeri tekan, massa
TELINGA
Tujuan:
Untuk mengetahui keadaan telinga luar, saluran
telinga, gendang telinga
Untuk mengetahui fungsi pendengaran
Tindakan:
Telinga luar:
Daun telinga simetris atau tidak, warna, ukuran,
bentuk, kebresihan, adanya lesy.
P = Tekan daun telinga apakah ada respon nyeri,
rasakan kelenturan kartilago.
Telinga dalam:
Dewasa : Daun telinga ditarik ke atas agar mudah di
lihat
Anak : Daun telinga ditarik kebawah
Telinga dalam menggunakan otoskop perhatikan
memberan timpani (warna, bentuk) adanya serumen,
peradangan dan benda asing, dan darah.
Pemeriksaan pendengaran:
Pemeriksaan dengan bisikan
Mengatur pasien berdiri membelakangi pemeriksa
pada jarak 4-6 m
Mengistruksikan pada klien untuk menutup salah
satu telinga yang tidak diperiksa.
Membisikan suatu bilangan misal “6 atau 5”
Menyuruh pasien mengulangi apa yang didengar
Melakukan pemeriksaan telinga yang satu
Bandingkan kemempuan mendengar telinga ka.ki
Pemeriksaan dengan arloji
Mengatur susasana tenang.
Pegang sebuah arloji disamping telinga klien.
Menyuruh klien menyatakan apakah mendengar
suara detak arloji.
Memimndahkan arloji secara berlahan-lahan
menjauhi. telinga dan suruh pasien menyatakan tak
mendengar lagi.
Normalnya pada jarak 30 cm masih dapat didengar.
Pemeriksaan dengan garpu tala:
Tes Rinne
Pegang garpu tala (GT) pada tangkainya dan
pukulkan ketelapak tangan
Letakkan GT pada prosesus mastoideus klien
Menganjurkan klien mangatakan pada pemeriksa
sewaktu tidak merasakan getaran
Kemudian angkat GT dengan cepat dan tempatkan
didepan lubang telinga luar jarak 1-2 cm, dengan
posisi parallel dengan daun telinga.
Mengistrusikan pada klien apakah masih
mendengara atau tidak.
Mencatat hasil pemeriksaan
Tes Weber
Pegang GT pada tangkainya dan pukulkan pada
telapak tangan atau jari
Letakkan tangkai GT di tengah puncak kepala/os.
Frontalis atas.
Tanayakan pada klien apakah bunyi terdengar saama
jelas antara telinga ka.ki atau hanya jelas pada satu
sisi saja.
Mencatat hasil pemeriksaan
Tes Swebeck
Untuk mengetahui membandingkan pendengaran
pasien dengan pemeriksa
Dekatkan GT pada telinga klien kemudian dengan
cepat di dekatkan ke telinga pemeriksa.
MULUT DAN FARING:
Tujuan:
Untuk mengetahui bentuk dan kelainan pada mulut
Untuk mengetahui kebersihan mulut
Tindakan:
Amati bibir apa ada klainan kogenital (bibir
sumbing), warna, kesimetrisan, kelembaban,
pembengkakkan, lesi.
Amati jumlah dan bentuk gigi, gigi berlubang,
warna, plak, dan kebersihan gigi
Ispeksi mulut dalam dan faring:
Menyuruh pasien membuka mulut amati mucosa:
tekstur, warna, kelembaban, dan adanya lesi
Amati lidah tekstur, warna, kelembaban, lesi
Untuk melihat faring gunakan tongspatel yang
sudah dibungkus kassa steril, kemudian minta klien
menjulurkan lidah dan berkata “AH” amati
ovula/epiglottis simetris tidak terhadap faring, amati
tonsil meradang atau tidak (tonsillitis/amandel).
P = Pegang dan tekan daerah pipi kemudian rasakan
apa ada massa/ tumor, pembengkakkan dan nyeri.
Lakukkan palpasi dasar mulut dengan
menggunakkan jari telunjuk dengan memekai
handscond, kemudian suruh pasien mengatakan kata
“EL” sambil menjulurkan lidah, pegang ujung lidah
dengan kassa dan tekan lidah dengan jari telunjuk,
posisi ibu jari menahan dagu. Catat apakah ada
respon nyeri pada tindakan tersebut.
LEHER
Tujuan:
Untuk menentukan struktur integritas leher
Untuk mengetahui bentuk leher dan organ yang
berkaitan
Untuk memeriksa sistem limfatik
Tindakkan:
Amati mengenai bentuk, warna kulit, jaringan parut
Amati adanya pembengkakkan kelenjar
tirod/gondok, dan adanya massa
Amati kesimeterisan leher dari depan, belakang dan
samping ka,ki.
Mintalah pasien untuk mengerakkan leher (fleksi-
ektensi ka.ki), dan merotasi- amati apakah bisa
dengan mudah dan apa ada respon nyeri.
Letakkan kedua telapak tangan pada leher klien,
suruh pasien menelan dan rasakan adanya kelenjar
tiroid (kaji ukuran, bentuk, permukaanya.)
Palpasi trachea apakah kedudukkan trachea simetris
atau tida
DADA/THORAX
PARU/PULMONALISTujuan:
Untuk mengetahui bentuk, kesimetrisan, ekspansi
paru
Untuk mengetahui frekuensi, irama pernafasan
Untuk mengetahui adanya nyeri tekan, adanya
massa, peradangan, edema, taktil fremitus.
Untuk mengetahui batas paru dengan organ
disekitarnya
Mendengarkan bunyi paru / adanya sumbatan aliran
udara
Tindakkan:
Amati kesimetrisan dada ka.ki, amati adanya
retraksi interkosta, amati gerkkan paru.
Amati klavikula dan scapula simetris atau tidak
Palpasi ekspansi paru:
Berdiri di depan klien dan taruh kedua telapak
tangan pemeriksa di dada dibawah papilla, anjurkan
pasien menarik nafas dalam, rasakkan apakah sama
paru ki.ka.
Berdiri deblakang pasien, taruh telapak tangan pada
garis bawah scapula/setinggi costa ke-10, ibu jari
ka.ki di dekatkan jangan samapai menempel, dan
jari-jari di regangkan lebih kurang 5 cm dari ibu jari.
Suruh pasien kembali menarik nafas dalam dan
amati gerkkan ibu jari ka.ki sama atau tidak.
Palpasi Taktil vremitus posterior dan anterior:
Meletakkan telapak tangan kanan di belakang dada
tepat pada apex paru/stinggi supra scapula (posisi
posterior) .
Menginstrusikkan pasien untuk mengucapkkan kata
“Sembilan-sembilan” (nada rendah)
Minta klien untuk mengulangi mengucapkkan kata
tersebut, sambil pemeriksa mengerakkan ke posisi
ka.ki kemudian kebawah sampai pada basal paru
atau setinggi vertebra thoraxkal ke-12.
Bandingkan vremitus pada kedua sisi paru
Bila fremitus redup minta pasien bicara lebih rendah
Ulangi/lakukkan pada dada anterior
Pe/Perkusi =Atur pasien dengan posisi supinasi
Untuk perkusi anterior dimulai batas clavikula lalu
kebawah sampai intercosta 5 tentukkan batas paru
ka.ki (bunyi paru normal : sonor seluruh lapang
paru, batas paru hepar dan jantung: redup)
Jika ada edema paru dan efusi plura suara meredup.
Aus/auskultasi = Gunakkan diafragma stetoskop
untuk dewasa dan bell pada anak
Letakkan stetoskop pada interkostalis,
menginstruksikkan pasien untuk nafas pelan
kemudian dalam dan dengarkkan bunyi nafas:
vesikuler/wheezing/creckels
JANTUNG/CORDIS
Amati denyut apek jantung pada area midsternu
lebih kurang 2 cm disamping bawah xifoideus.
Merasakan adanya pulsasi
Palpasi spasium interkostalis ke-2 kanan untuk
menentukkan area aorta dan spasium interkosta ke-2
kiri letak pulmonal kiri.
Palpasi spasium interkostalis ke-5 kiri untuk
mengetahui area trikuspidalis/ventikuler amati
adanya pulsasi
Dari interkosta ke-5 pindah tangan secara lateral 5-7
cm ke garis midklavicula kiri dimana akan
ditemukkan daerah apical jantung atau PMI ( point
of maximal impuls) temukkan pulsasi kuat pada
area ini.
Untuk mengetahui pulsasi aorta palpasi pada area
epigastika atau dibawah sternum.
Perkusi dari arah lateral ke medial untuk
menentukkan batas jantung bagian kiri,
Lakukan perkusi dari sebelah kanan ke kiri untuk
mengetahui batas jantung kanan.
Lakukan dari atas ke bawah untuk mengetahui batas
atas dan bawah jantung
Bunyi redup menunjukkan organ jantung ada pada
daerah perkusi.
Menganjurkkan pasien bernafas normal dan
menahanya saat ekspirasi selesai
Dengarkkan suara jantung dengan meletakkan
stetoskop pada interkostalis ke-5 sambil menekan
arteri carotis
Bunyi S1: dengarkan suara “LUB” yaitu bunyi dari
menutupnya katub mitral (bikuspidalis) dan
tikuspidalis pada waktu sistolik.
Bunyi S2: dengarkan suara “DUB” yaitu bunyi
meutupnya katub semilunaris (aorta dan pulmonalis)
pada saat diastolic.
Adapun bunyi : S3: gagal jantung “LUB-DUB-
CEE…” S4: pada pasien hipertensi “DEE..-LUB-
DUB”.
PERUT/ABDOMEN
Tujuan:
Untuk mengetahui bentuk dan gerak-gerakkan perut
Untuk mendengarkan bunyi pristaltik usus
Untuk mengetahui respon nyeri tekan pada organ
dalam abdomen
Tindakkan:
Amati bentuk perut secara umum, warna kulit,
adanya retraksi, penonjolan, adanya ketidak
simetrisan, adanya asites.
Palpasi ringan: Untuk mengetahui adanya massa dan
respon nyeri tekan letakkan telapak tangan pada
abdomen secara berhimpitan dan tekan secara
merata sesuai kuadran.
Palpasi dalam: Untuk mengetahui posisi organ
dalam seperi hepar, ginjal, limpa dengan metode
bimanual/2 tangan.
HEPAR:
Letakkan tangan pemeriksa dengan posisi ujung jari
keatas pada bagian hipokondria kanan, kira;kira
pada interkosta ke 11-12
Tekan saat pasien inhalasi kira-kira sedalam 4-5 cm,
rasakan adanya organ hepar. Kaji hepatomegali.
LIMPA:
Metode yang digunakkan seperti pada pemeriksaan
hapar
Anjurkan pasien miring kanan dan letakkan tangan
pada bawah interkosta kiri dan minta pasien
mengambil nafas dalam kemudian tekan saat
inhalasi tenntukkan adanya limpa.
Pada orang dewasa normal tidak teraba
RENALIS:
Untuk palpasi ginjal kanan letakkan tangan pada
atas dan bawah perut setinggi Lumbal 3-4 dibawah
kosta kanan.
Untuk palpasi ginjal kiri letakkan tangan setinggi
Lumbal 1-2 di bawah kosta kiri.
Tekan sedalam 4-5 cm setelah pasien inhalasi jika
teraba adanya ginjal rasakan bentuk, kontur, ukuran,
dan respon nyeri.
GENETALIA
Tujuan:
Untuk mengetahui adanya lesi
Untuk mengetahui adanya infeksi (gonorea, shipilis,
dll)
Untuk mengetahui kebersihan genetalia
Tindakkan:
Genetalia laki-laki:
Amati penis mengenai kulit, ukuran dan kelainan
lain.
Pada penis yang tidak di sirkumsisi buka prepusium
dan amati kepala penis adanya lesi
Amati skrotum apakah ada hernia inguinal, amati
bentuk dan ukuran
Tekan dengan lembut batang penis untuk
mengetahui adanya nyeri
Tekan saluran sperma dengan jari dan ibu jari
Genetalia wanita:
Inspeksi kuantitas dan penyebaran pubis merata atau
tidak
Amati adanya lesi, eritema, keputihan/candidiasis
Tarik lembut labia mayora dengan jari-jari oleh satu
tangan untuk mengetahui keadaan clitoris, selaput
dara, orifisium dan perineum.
REKTUM DAN ANAL
Tujuan:
Untuk mengetahui kondisi rectum dan anus
Untuk mengetahui adanya massa pada rectal
Untuk mengetahui adanya pelebaran vena pada
rectal/hemoroid
Tindakkan:
Posisi pria sims/ berdiri setengah membungkuk,
wanita dengan posisi litotomi/terlentang kaki di
angkat dan di topang.
Inspeksi jaringan perineal dan jaringan sekitarnya
kaji adanya lesi dan ulkus
- Palpasi : ulaskan zat pelumas dan masukkan
jari-jari ke rectal dan rasakan adanya nodul
dan atau pelebaran vena pada rectum.
PEMERIKSAAN MUSKULOSKELETAL
Tujuan:
Untuk memperoleh data dasar tentang otot, tulang
dan persendian
Untuk mengetahui mobilitas, kekuatan otot, dan
gangguan-gangguan pada daerah tertentu.
Tindakkan:
MUSKULI/OTOT:
Inspeksi mengenai ukuran dan adanya atrofi dan
hipertrofi (ukur dan catat jika ada perbedaan dengan
meteran)
Palpasi pada otot istirahat dan pada saat otot
kontraksi untuk mengetahui adanya kelemahan dan
kontraksi tiba-tiba
Lakukan uji kekuatan otot dengan menyuruh pasien
menarik atau mendorong tangan pemeriksa dan
bandingkan tangan ka.ki
Amati kekuatan suatu otot dengan memberi
penahanan pada anggota gerak atas dan bawah,
suruh pasien menahan tangan atau kaki sementara
pemeriksa menariknya dari yang lemah sampai yang
terkuat amati apakah pasien bisa menahan.
TULANG/OSTIUM:
Amati kenormalan dan abnormalan susunan tulang
Palpasi untuk mengetahui adanya nyeri tekan dan
pembengkakka
PERSENDIAAN/ARTICULASI:
Inspeksi semua persendian untuk mengetahui
adanya kelainan sendi.
Palpasi persendian apakah ada nyeri tekan
Kaji range of mosion/rentang gerak (abduksi-
aduksi, rotasi, fleksi-ekstensi, dll)
VIII. Auditorius/pendengaran:
kaji klien terhadap kata-kata yang di bicarakkan,
suruh klien mengulangi kata/kalimat.
IX. Glosofaringeal/pengecapan, kemampuan
menelan, gerakan lidah:
Meminta pasien mengidentifikasi rasa asam, asin,
pada bagian pangkal lidah.
Gunakkan penekan lidah untuk menimbulkan
“reflek gag”
Meminta klien untuk mengerakkan lidahnya
X. Vagus/sensasi faring, gerakan pita suara:
Suruh pasien mengucapkan “ah” kaji gerakkan
palatum dan faringeal
Periksa kerasnya suara pasien
XI. Asesorius/gerakan kepala dan bahu:
Meminta pasien mengangkat bahu dan
memalingkan kepala kearah yang ditahan oleh
pemeriksa, kaji dapatkah klien melawan tahanan
yang ringan
XII. Hipoglosal/posisi lidah:
Meminta klien untuk menjulurkan lidah kearah garis
tengah dan menggerakkan ke berbagai sisi.
Pengkajian syaraf sensori:
Tindakkan:
- Minta klien menutup mata
- Berikkan rasangan pada klien:
Nyeri superficial: gunakkan jarum tumpul dan
tekankan pada kulit pasien pada titik-titik yang
pemeriksa inginkan, minta pasien untuk
mengungkapkan tingkat nyeri dan di bagian mana
Suhu: sentuh klien dengan botol panas dan dingin,
suruh pasien mengatakkan sensasi yang direasakan.
Vibrasi: tempelkan garapu tala yang sudah di
getarakan dan tempelkan pada falangeal/ujung jari,
meminta pasien untuk mengatakkan adanya getaran.
Posisi: tekan ibu jari kaki oleh tangan pemeriksa dan
gerakkan naik-turun kemudian berhenti suruh pasien
mengtakkan diatas/bawah.
Stereognosis: berikkan pasien benda familiar ( koin
atau sendok) dan berikkan waktu beberapa detik,
dan suruh pasien untuk mengatakkan benda apa itu.
Pengkajian reflex:
Refleks Bisep
- Fleksikan lengan klien pada bagian siku
sampai 45 derajat, dengan posisi tangan
pronasi (menghadap ke bawah)
- Letakkan ibu jari pemeriksa pada fossa
antekkubital di dasar tendon bisep dan jari-
jari lain diatas tendon bisep
- Pukul ibu jari anda dengan reflek harmmer,
kaji refleks
Refleks Trisep
- Letakkan lengan tangan bawah pasien diatas
tangan pemeriksa
- Tempatkan lengan bawah diantara fleksi dan
ekstensi
- Meminta pasien untuk merilekkan lengan
- Raba terisep untuk mmeastikan otot tidak
teggang
- Pukul tendon pada fossa olekrani, kaji reflek
Refleks Patella
- Minta pasien duduk dan tungkai
menggantung di tempat tidur/kursi
- Rilexkan pasien dan alihkan perhatian untuk
menarik kedua tangan di depan dada
- Pukul tendo patella, kaji refleks
Refleks Brakhioradialis
- Letakkan lengan tangan bawah pasien diatas
tangan pemeriksa
- Tempatkan lengan bawah diantara fleksi dan
ekstensi serta sedikit pronasi
- Pukul tendo brakhialis pada radius bagian
distal dengan bagian datar harmmer, catat
reflex.
Reflex Achilles
- Minta pasien duduk dan tungkai
menggantung di tempat tidur/kursi seperti
pada pemeriksaan patella
- Dorsofleksikan telapak kaki dengan tangan
pemeriksa
- Pukul tendo Achilles, kaji reflek
Reflex Plantar (babinsky)
- Gunakkan benda dengan ketajaman yang
sedang (pensil/ballpoint) atau ujung stick
harmmer
- Goreskan pada telapak kaki pasien bagian
lateral, dimulai dari ujung telapak kaki
sampai dengan sudut telapak jari kelingking
lalu belok ke ibu jari. Reflek positif telapak
kaki akan tertarik ke dalam.
Refleks Kutaneus
Gluteal
- Meminta pasien melakukan posisi berbaring
miring dan buka celana seperlunya
- Ransang ringan bagian perineal dengan
benda berujung kapas
- Reflek positif spingter ani berkontraksi
Abdominal
- Minta klien berdiri/berbaring
- Tekan kulit abdomen dengan benda berujung
kapas dari lateal ke medial, kaji gerakkan
reflek otot abdominal
- Ulangi pada ke-4 kuadran (atas ki.ka dan
bawah ki.ka
Kremasterik/pada pria
- Tekan bagian paha atas dalam
menggunakkan benda berujung kapas
Normalnya skrotum akan naik/meningkat pada daerah
yang diransang
EVALUASI Mengevaluasi respon serta toleransi klien sebelum,
selama, dan sesudah prosedur
Mengevaluasi hasil pemeriksaan dan laporkan bila
hasil pemeriksaan abnormal.
Mencatat respon serta toleransi klien sebelum, semala,
dan sesudah prosedur tindakan
DOKUMENTASI
Mencatat hasil dan tindakan yang telah dilakukan
Mencatat tanggal, waktu, dan hasil pemeriksaan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sistem indera berperan penting dalam hantaran informasi ke sistem saraf pusat
mengenai lingkungan sekitarnya. Pemeriksaan fisik pada sistem indera ini sangat
kompleks karena harus melibatkan pemeriksaan pada kelima sistem indra tubuh yaitu
penglihatan, pendengaran, pengecap, pembau, dan peraba.
Gangguan pada sistem indera disebabkan oleh adanya lesi pada saraf yang
mengatur sensori tubuh. Lesi-lesi tersebut dapat menghambat hantaran impuls saraf.
Pemeriksaan fisik sensori dapat dilakukan pada berbagai usia dan dilakukan untuk
dapat menentukan atau mengetahui apakan pasien tersebut mengalami gangguan pada
saraf sensorinya.
3.2 Saran