Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

“ SISTEM PENGINDERAAN”

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Mata Kuliah Nursing Physical Examination

Dosen Pembimbing : Ns. Misbah Nurjannah, M.Kep

Di
Susun Oleh Kelompok 2 ( Dua)

1. Linda Octavionita

2. M. Razaq Nurcahyo

3. Siti Aica

AKADEMI KEPERAWATAN YARSI SAMARINDA

TAHUN AJARAN 2018

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


System indrera adalah bagian dari system saraf yang berfungsi untuk proses
informasi ndera. Di dalam system indera terdapat reseptor indera, jalur saraf, dan
bagian otak ikut serta dalam tanggapan indera. Umumnya, system indera yang
dikenal adalah penglihatan (mata), pendengaran (telinga), penciuman (hidung),
pengecap (lidah), dan integument (kulit). Sistem indera bertanggung jawab untuk
mendeteksi rangsangan dari dunia luar dan mentransfer impuls saraf ke bagian yang
benar dari otak atau tulang belakang untuk memungkinkan tubuh untuk bereaksi.
Indera perasa adalah kemampuan untuk tahu di mana bagian-bagian tubuh dalam
hubungannya dengan satu sama lain setiap saat. Setiap organ indera memiliki reseptor
saraf yang melekat padanya yang dirancang untuk mengirimkan sinyal. Misalnya,
mata mengandung fotoreseptor untuk cahaya, hidung dan lidah mengandung
kemoreseptor untuk bahan kimia, dan kulit mengandung mekanoreseptor untuk
gerakan, tekanan dan sensasi yang terkait.
Adapun fungsi pemeriksaan fisik system indera ini dilakukan untuk
menentukan derajat gangguan sensori dalam hubungannya dengan gangguan gerak,
sebagai acuan untuk re-edukasi sensori, mencegah tejadinya komplikasi sekunder,
serta untuk merencanakan terapi yang cocok bagi klien (pudjiastuti dan utomo, 2002).
Pemeriksaan system indera ini dilakukan pada saat seseorang mengecek
kesehatannya di instalasi kesehatan dengan keluhan yang dirasakah, pemeriksaan
system indera ini juga dilakukan pada saat seseorang memulai tahap awal untuk
masuk di sebuah institusi kenegaraan maupun institusi kesehatan. Keuntungan
dilakukannya pemeriksaan system indera ini ialah seseorang yang memeriksakan
dirinya dapat mengetahui kondisi normal maupun kondisi abnormal sitem indera
yang dimilikinya.

1.2 Tujuan
Dari rumusan masalah di atas diperoleh beberapa tujuan penulisan sebagai berikut
:
1. Untuk mengetahui definisi system indera
2. Untuk mengetahui fungsi dan tujuan dilakukannya pemeriksaan system indera
3. Untuk mengetahui keuntungan dilakukannua pemeriksaan system indera
BAB II
PEMABAHASAN

Mendapatkan data yang akurat tentang kondisi klien yang


TUJUAN
mengalami gangguan sistem intergumen.

1. Sarung tangan atau handscoon


PERSIAPAN 2. Penggaris
ALAT 3. Bulpoin
4. Lembar dokumentasi

Pada saat merawat pasien dengan gangguan dermatologic.


Perawat mendapatkan informasi penting melalui riwayat
kesehatan pasien dan obserbasi langsung. Dalam banyak
PERSIAPAN kasus, pasien atau keluarganya merasa lebih nyaman
PASIEN berbicara dengan perawat dan menyampaikan informasi
penting yang mungkin disimpannya atau lupa disampaikan
ketika berbicara dengan dokter atau petugas kesehatan yang
lain.
TINDAKAN a. Cuci tangan
b. Sarung tangan
c. Menanyakan riuwayat kesehatan pasien
d. Keluhan atau riwayat kesehatan yang dirasakan atau
dialami (gatal, benjolan).
e. Riwayat alergi (obat, makanan dan kosmetik)
f. Riwayat kesehatan berdasarkan tingkat perkembangan,
anak-anak, lansia dan wanita hamil.
g. Aktifitas sehari-hari seperti kebersihan diri, lingkungan,
gaya hidup dan hal lain yang menimbulkan penyakit
atau masalah pada sistem integument.
PEMERIKSAAN FISIK DARI KEPALA s.d UJUNG
KAKI (HEAD TO TOE)
Sebelum melakukan pemeriksaan fisik perawat harus
melakukan kontrak dengan pasien, yang didalamnya ada
penjelasan maksud dan tujuan, waktu yang di perlukan dan
terminasi/ mengakhiri.Tahap-tahap pemeriksaan fisik
haruskan dilakukan secara urut dan menyeluruh dan
dimulai dari bagian tubuh sebagai berikut:
 Kulit, rambut dan kuku
 Kepala meliputi: mata, hidung, telinga dan mulut
 Leher : posisi dan gerakan trachea, JVPDada :
jantung dan paru
 Abdomen: pemeriksaan dangkal dan dalam
 Genetalia
 Kekuatan otot /musculosekletal
 Neurologi
Tahap-tahap pelaksanaanya adalah sebagai berikut:
PEMERIKSAAN KULIT, RAMBUT DAN KUKU:
KULIT:
Tujuan:
 Untuk mengetahui turgor kulit dan tekstur kulit
 Untuk mengetahui adanya lesi atau bekas luka
Tindakan:
 Inspeksi: lihat ada/tidak adanya lesi,
hiperpigmentasi (warna kehitaman/kecoklatan),
edema, dan distribusi rambut kulit.Palpasi: di raba
dan tentukan turgor kulit elastic atau tidak, tekstur :
kasar /halus, suhu : akral dingin atau hangat.
RAMBUT:
Tujuan:
 Untuk menbetahui warna, tekstur dan percabangan
pada rambut
 Untuk mengetahui mudah rontok dan kotor
Tindakan:
 Disribusi rambut merata atau tidak, kotor atau tidak,
bercabang
 mudah rontok/tidak, tekstur: kasar/halus
KUKU:
Tujuan:
Untuk mengetahui keadaan kuku: warna dan panjang
Untuk mengetahui kapiler refill
Tindakan:
 Catat mengenai warna : biru: sianosis, merah:
peningkatan visibilitas Hb, bentuk: clubbing karena
hypoxia pada kangker paru, beau’s lines pada
penyakit difisisensi fe/anemia fe
 Catat adanya nyeri tekan, dan hitung berapa detik
kapiler refill (pada pasien hypoxia lambat s/d 5-15
detik.
PEMERIKSAAN KEPALA:
Tujuan:
 Untuk mengetahui bentuk dan fungsi kepala
 Untuk mengetahui luka dan kelainan pada kepala
Tindakan:
 Lihat kesimetrisan wajah jika, muka ka.ki berbeda
atau misal lebih condong ke kanan atau ke kiri itu
menunjukan ada parese/kelumpuhan, contoh: pada
pasien SH.
 Cari adanya luka, tonjolan patologik, dan respon
nyeri dengan menekan kepala sesuai kebutuhan
MATA:
Tujuan:
 Untuk mengetahui bentuk dan fungsi mata (medan
pengelihatan, visus dan otot-otot mata)
 Untuk mengetahui adanya kelainan atau peradangan
pada mata
Tindakan:
 Kelopak mata ada radang atau tidak, simetris ka.ki
atau tidak, reflek kedip baik/tidak, konjungtiva dan
sclera: merah/konjungtivitis, ikterik/indikasi
hiperbilirubin/gangguan pada hepar, pupil: isokor
ka,ki (normal), miosis/mengecil, pin point/sangat
kecil (suspek SOL), medriasis/melebar/dilatasi
(pada pasien sudah meninggal)
Inspeksi gerakan mata:
 Anjurkkan pasien untuk melihat lurus ke depan
 Amati adanya nistagmus/gerakan bola mata
ritmis(cepat/lambat)
 Amati apakah kedua mata memandang ke depan
atau ada yang deviasi
 Beritahu pasien untuk memandan dan mengikuti jari
anda, dan jaga posisi kepala pasien tetap lalu
gerakkan jari ke 8 arah untuk mengetahui fungsi
otot-otot mata.
 Inspeksi medan pengelihatan:
 Berdirilah didepan pasien
 Kaji kedua mata secara terpisah yaitu dengan
menutup mata yang tidak di periksa
- Beritahu pasien untuk melihat lurus ke
depan dan memfokuskan pada satu titik
pandang, misal: pasien disuruh memandang
hidung pemeriksa.
- Kemudian ambil benda/ballpoint dan
dekatkan kedepan hidung pemeriksa
kemudian tarik atau jauhkan kesamping
ka.ki pasien, suruh pasien mengatakan kapan
dan dititik mana benda mulai tidak terlihat
(ingat pasien tidak boleh melirik untuk hasil
akurat).
 Pemeriksaan visus mata:
- Siapkkan kartu snllen (dewasa huruf dan
anak gambar)
- Atur kursi pasien, dan tuntukan jarak antara
kursi dan kartu, misal 5 meter (sesuai
kebijakkan masing ada yang 6 dan 7 meter).
- Atur penerangan yang memadai, agar dapat
melihat dengan jelas.
- Tutup mata yang tidak diperiksa dan
bergantian kanan kiri
- Memulai memeriksa dengan menyuruh
pasien membaca dari huruf yang terbesar
sampai yang terkecil yang dapat dibaca
dengan jelas oleh pasien.
- Catat hasil pemeriksaan dan tentukan hasil
pemeriksaan.
- Misal: hasil visus:
 OD (Optik Dekstra/ka): 5/5
 Berarti : pada jarak 5 m, mata masih bisa melihat
huruf yang seharusnya dapat dilihat/dibaca pada
jarak 5 m
 OS (Optik Sinistra/ki) : 5/2
 Berarti : pada jarak 5 m, mata masih dapat
melihat/membaca yang seharusnya di baca pada
jarak 2 m.
 P = Tekan secara ringan untuk mengetahui adanya
TIO (tekanan intra okuler) jika ada peningkatan
akan teraba keras (pasien glaucoma/kerusakan dikus
optikus), kaji adanya nyeri tekan.


 HIDUNG:
Tujuan:
 Untuk mengetahui bentuk dan fungsi hidung
 Untuk mendetahui adanya inflamasi/sinusitis
Tindakan:
 I = Apakah hidung simetris, apakah ada inflamasi,
apakah ada secret
 P = Apakah ada nyeri tekan, massa
TELINGA
Tujuan:
 Untuk mengetahui keadaan telinga luar, saluran
telinga, gendang telinga
 Untuk mengetahui fungsi pendengaran
Tindakan:
Telinga luar:
 Daun telinga simetris atau tidak, warna, ukuran,
bentuk, kebresihan, adanya lesy.
 P = Tekan daun telinga apakah ada respon nyeri,
rasakan kelenturan kartilago.
Telinga dalam:
 Dewasa : Daun telinga ditarik ke atas agar mudah di
lihat
 Anak : Daun telinga ditarik kebawah
 Telinga dalam menggunakan otoskop perhatikan
memberan timpani (warna, bentuk) adanya serumen,
peradangan dan benda asing, dan darah.
Pemeriksaan pendengaran:
 Pemeriksaan dengan bisikan
 Mengatur pasien berdiri membelakangi pemeriksa
pada jarak 4-6 m
 Mengistruksikan pada klien untuk menutup salah
satu telinga yang tidak diperiksa.
 Membisikan suatu bilangan misal “6 atau 5”
 Menyuruh pasien mengulangi apa yang didengar
 Melakukan pemeriksaan telinga yang satu
 Bandingkan kemempuan mendengar telinga ka.ki
 Pemeriksaan dengan arloji
 Mengatur susasana tenang.
 Pegang sebuah arloji disamping telinga klien.
 Menyuruh klien menyatakan apakah mendengar
suara detak arloji.
 Memimndahkan arloji secara berlahan-lahan
menjauhi. telinga dan suruh pasien menyatakan tak
mendengar lagi.
 Normalnya pada jarak 30 cm masih dapat didengar.
Pemeriksaan dengan garpu tala:
Tes Rinne
 Pegang garpu tala (GT) pada tangkainya dan
pukulkan ketelapak tangan
 Letakkan GT pada prosesus mastoideus klien
 Menganjurkan klien mangatakan pada pemeriksa
sewaktu tidak merasakan getaran
 Kemudian angkat GT dengan cepat dan tempatkan
didepan lubang telinga luar jarak 1-2 cm, dengan
posisi parallel dengan daun telinga.
 Mengistrusikan pada klien apakah masih
mendengara atau tidak.
 Mencatat hasil pemeriksaan
Tes Weber
 Pegang GT pada tangkainya dan pukulkan pada
telapak tangan atau jari
 Letakkan tangkai GT di tengah puncak kepala/os.
Frontalis atas.
 Tanayakan pada klien apakah bunyi terdengar saama
jelas antara telinga ka.ki atau hanya jelas pada satu
sisi saja.
 Mencatat hasil pemeriksaan
Tes Swebeck
 Untuk mengetahui membandingkan pendengaran
pasien dengan pemeriksa
 Dekatkan GT pada telinga klien kemudian dengan
cepat di dekatkan ke telinga pemeriksa.
MULUT DAN FARING:
Tujuan:
 Untuk mengetahui bentuk dan kelainan pada mulut
 Untuk mengetahui kebersihan mulut
Tindakan:
 Amati bibir apa ada klainan kogenital (bibir
sumbing), warna, kesimetrisan, kelembaban,
pembengkakkan, lesi.
 Amati jumlah dan bentuk gigi, gigi berlubang,
warna, plak, dan kebersihan gigi
Ispeksi mulut dalam dan faring:
 Menyuruh pasien membuka mulut amati mucosa:
tekstur, warna, kelembaban, dan adanya lesi
 Amati lidah tekstur, warna, kelembaban, lesi
 Untuk melihat faring gunakan tongspatel yang
sudah dibungkus kassa steril, kemudian minta klien
menjulurkan lidah dan berkata “AH” amati
ovula/epiglottis simetris tidak terhadap faring, amati
tonsil meradang atau tidak (tonsillitis/amandel).
 P = Pegang dan tekan daerah pipi kemudian rasakan
apa ada massa/ tumor, pembengkakkan dan nyeri.
 Lakukkan palpasi dasar mulut dengan
menggunakkan jari telunjuk dengan memekai
handscond, kemudian suruh pasien mengatakan kata
“EL” sambil menjulurkan lidah, pegang ujung lidah
dengan kassa dan tekan lidah dengan jari telunjuk,
posisi ibu jari menahan dagu. Catat apakah ada
respon nyeri pada tindakan tersebut.
LEHER
Tujuan:
 Untuk menentukan struktur integritas leher
 Untuk mengetahui bentuk leher dan organ yang
berkaitan
 Untuk memeriksa sistem limfatik
Tindakkan:
 Amati mengenai bentuk, warna kulit, jaringan parut
 Amati adanya pembengkakkan kelenjar
tirod/gondok, dan adanya massa
 Amati kesimeterisan leher dari depan, belakang dan
samping ka,ki.
 Mintalah pasien untuk mengerakkan leher (fleksi-
ektensi ka.ki), dan merotasi- amati apakah bisa
dengan mudah dan apa ada respon nyeri.
 Letakkan kedua telapak tangan pada leher klien,
suruh pasien menelan dan rasakan adanya kelenjar
tiroid (kaji ukuran, bentuk, permukaanya.)
 Palpasi trachea apakah kedudukkan trachea simetris
atau tida

DADA/THORAX
PARU/PULMONALISTujuan:
 Untuk mengetahui bentuk, kesimetrisan, ekspansi
paru
 Untuk mengetahui frekuensi, irama pernafasan
 Untuk mengetahui adanya nyeri tekan, adanya
massa, peradangan, edema, taktil fremitus.
 Untuk mengetahui batas paru dengan organ
disekitarnya
 Mendengarkan bunyi paru / adanya sumbatan aliran
udara
Tindakkan:
 Amati kesimetrisan dada ka.ki, amati adanya
retraksi interkosta, amati gerkkan paru.
 Amati klavikula dan scapula simetris atau tidak
Palpasi ekspansi paru:
 Berdiri di depan klien dan taruh kedua telapak
tangan pemeriksa di dada dibawah papilla, anjurkan
pasien menarik nafas dalam, rasakkan apakah sama
paru ki.ka.
 Berdiri deblakang pasien, taruh telapak tangan pada
garis bawah scapula/setinggi costa ke-10, ibu jari
ka.ki di dekatkan jangan samapai menempel, dan
jari-jari di regangkan lebih kurang 5 cm dari ibu jari.
Suruh pasien kembali menarik nafas dalam dan
amati gerkkan ibu jari ka.ki sama atau tidak.
Palpasi Taktil vremitus posterior dan anterior:
 Meletakkan telapak tangan kanan di belakang dada
tepat pada apex paru/stinggi supra scapula (posisi
posterior) .
 Menginstrusikkan pasien untuk mengucapkkan kata
“Sembilan-sembilan” (nada rendah)
 Minta klien untuk mengulangi mengucapkkan kata
tersebut, sambil pemeriksa mengerakkan ke posisi
ka.ki kemudian kebawah sampai pada basal paru
atau setinggi vertebra thoraxkal ke-12.
 Bandingkan vremitus pada kedua sisi paru
 Bila fremitus redup minta pasien bicara lebih rendah
 Ulangi/lakukkan pada dada anterior
 Pe/Perkusi =Atur pasien dengan posisi supinasi
 Untuk perkusi anterior dimulai batas clavikula lalu
kebawah sampai intercosta 5 tentukkan batas paru
ka.ki (bunyi paru normal : sonor seluruh lapang
paru, batas paru hepar dan jantung: redup)
 Jika ada edema paru dan efusi plura suara meredup.
 Aus/auskultasi = Gunakkan diafragma stetoskop
untuk dewasa dan bell pada anak
 Letakkan stetoskop pada interkostalis,
menginstruksikkan pasien untuk nafas pelan
kemudian dalam dan dengarkkan bunyi nafas:
vesikuler/wheezing/creckels
JANTUNG/CORDIS
 Amati denyut apek jantung pada area midsternu
lebih kurang 2 cm disamping bawah xifoideus.
 Merasakan adanya pulsasi
 Palpasi spasium interkostalis ke-2 kanan untuk
menentukkan area aorta dan spasium interkosta ke-2
kiri letak pulmonal kiri.
 Palpasi spasium interkostalis ke-5 kiri untuk
mengetahui area trikuspidalis/ventikuler amati
adanya pulsasi
 Dari interkosta ke-5 pindah tangan secara lateral 5-7
cm ke garis midklavicula kiri dimana akan
ditemukkan daerah apical jantung atau PMI ( point
of maximal impuls) temukkan pulsasi kuat pada
area ini.
 Untuk mengetahui pulsasi aorta palpasi pada area
epigastika atau dibawah sternum.
 Perkusi dari arah lateral ke medial untuk
menentukkan batas jantung bagian kiri,
 Lakukan perkusi dari sebelah kanan ke kiri untuk
mengetahui batas jantung kanan.
 Lakukan dari atas ke bawah untuk mengetahui batas
atas dan bawah jantung
 Bunyi redup menunjukkan organ jantung ada pada
daerah perkusi.
 Menganjurkkan pasien bernafas normal dan
menahanya saat ekspirasi selesai
 Dengarkkan suara jantung dengan meletakkan
stetoskop pada interkostalis ke-5 sambil menekan
arteri carotis
 Bunyi S1: dengarkan suara “LUB” yaitu bunyi dari
menutupnya katub mitral (bikuspidalis) dan
tikuspidalis pada waktu sistolik.
 Bunyi S2: dengarkan suara “DUB” yaitu bunyi
meutupnya katub semilunaris (aorta dan pulmonalis)
pada saat diastolic.
 Adapun bunyi : S3: gagal jantung “LUB-DUB-
CEE…” S4: pada pasien hipertensi “DEE..-LUB-
DUB”.
PERUT/ABDOMEN
Tujuan:
 Untuk mengetahui bentuk dan gerak-gerakkan perut
 Untuk mendengarkan bunyi pristaltik usus
 Untuk mengetahui respon nyeri tekan pada organ
dalam abdomen
Tindakkan:
 Amati bentuk perut secara umum, warna kulit,
adanya retraksi, penonjolan, adanya ketidak
simetrisan, adanya asites.
 Palpasi ringan: Untuk mengetahui adanya massa dan
respon nyeri tekan letakkan telapak tangan pada
abdomen secara berhimpitan dan tekan secara
merata sesuai kuadran.
 Palpasi dalam: Untuk mengetahui posisi organ
dalam seperi hepar, ginjal, limpa dengan metode
bimanual/2 tangan.
HEPAR:
 Letakkan tangan pemeriksa dengan posisi ujung jari
keatas pada bagian hipokondria kanan, kira;kira
pada interkosta ke 11-12
 Tekan saat pasien inhalasi kira-kira sedalam 4-5 cm,
rasakan adanya organ hepar. Kaji hepatomegali.
LIMPA:
 Metode yang digunakkan seperti pada pemeriksaan
hapar
 Anjurkan pasien miring kanan dan letakkan tangan
pada bawah interkosta kiri dan minta pasien
mengambil nafas dalam kemudian tekan saat
inhalasi tenntukkan adanya limpa.
 Pada orang dewasa normal tidak teraba
RENALIS:
 Untuk palpasi ginjal kanan letakkan tangan pada
atas dan bawah perut setinggi Lumbal 3-4 dibawah
kosta kanan.
 Untuk palpasi ginjal kiri letakkan tangan setinggi
Lumbal 1-2 di bawah kosta kiri.
 Tekan sedalam 4-5 cm setelah pasien inhalasi jika
teraba adanya ginjal rasakan bentuk, kontur, ukuran,
dan respon nyeri.
GENETALIA
Tujuan:
 Untuk mengetahui adanya lesi
 Untuk mengetahui adanya infeksi (gonorea, shipilis,
dll)
 Untuk mengetahui kebersihan genetalia
Tindakkan:
Genetalia laki-laki:
 Amati penis mengenai kulit, ukuran dan kelainan
lain.
 Pada penis yang tidak di sirkumsisi buka prepusium
dan amati kepala penis adanya lesi
 Amati skrotum apakah ada hernia inguinal, amati
bentuk dan ukuran
 Tekan dengan lembut batang penis untuk
mengetahui adanya nyeri
 Tekan saluran sperma dengan jari dan ibu jari
Genetalia wanita:
 Inspeksi kuantitas dan penyebaran pubis merata atau
tidak
 Amati adanya lesi, eritema, keputihan/candidiasis
 Tarik lembut labia mayora dengan jari-jari oleh satu
tangan untuk mengetahui keadaan clitoris, selaput
dara, orifisium dan perineum.
REKTUM DAN ANAL
Tujuan:
 Untuk mengetahui kondisi rectum dan anus
 Untuk mengetahui adanya massa pada rectal
 Untuk mengetahui adanya pelebaran vena pada
rectal/hemoroid
 Tindakkan:
 Posisi pria sims/ berdiri setengah membungkuk,
wanita dengan posisi litotomi/terlentang kaki di
angkat dan di topang.
 Inspeksi jaringan perineal dan jaringan sekitarnya
kaji adanya lesi dan ulkus
- Palpasi : ulaskan zat pelumas dan masukkan
jari-jari ke rectal dan rasakan adanya nodul
dan atau pelebaran vena pada rectum.
PEMERIKSAAN MUSKULOSKELETAL
Tujuan:
 Untuk memperoleh data dasar tentang otot, tulang
dan persendian
 Untuk mengetahui mobilitas, kekuatan otot, dan
gangguan-gangguan pada daerah tertentu.
Tindakkan:
MUSKULI/OTOT:
 Inspeksi mengenai ukuran dan adanya atrofi dan
hipertrofi (ukur dan catat jika ada perbedaan dengan
meteran)
 Palpasi pada otot istirahat dan pada saat otot
kontraksi untuk mengetahui adanya kelemahan dan
kontraksi tiba-tiba
 Lakukan uji kekuatan otot dengan menyuruh pasien
menarik atau mendorong tangan pemeriksa dan
bandingkan tangan ka.ki
 Amati kekuatan suatu otot dengan memberi
penahanan pada anggota gerak atas dan bawah,
suruh pasien menahan tangan atau kaki sementara
pemeriksa menariknya dari yang lemah sampai yang
terkuat amati apakah pasien bisa menahan.
TULANG/OSTIUM:
 Amati kenormalan dan abnormalan susunan tulang
 Palpasi untuk mengetahui adanya nyeri tekan dan
pembengkakka
PERSENDIAAN/ARTICULASI:
 Inspeksi semua persendian untuk mengetahui
adanya kelainan sendi.
 Palpasi persendian apakah ada nyeri tekan
 Kaji range of mosion/rentang gerak (abduksi-
aduksi, rotasi, fleksi-ekstensi, dll)

PEMERIKSAAN SISTEM NEUROLOGI


Tujuan:
 Untuk mengetahui integritas sistem persyrafan yang
meliputi fungsi nervus cranial, sensori, motor dan
reflek.
Tindakkan:
Pengkajian 12 syaraf cranial
(O.O.O.T.T.A.F.A.G.V.A.H)
Olfaktorius/penciuman:
 Meminta pasien membau aroma kopi dan vanilla
atau aroma lain yang tidak menyengat. Apakah
pasien dapat mengenali aroma.
o Opticus/pengelihatan:
 Meminta kilen untuk membaca bahan bacaan dan
mengenali benda-benda disekitar, jelas atau tidak.
o Okulomotorius/kontriksi dan dilatasi pupil:
 Kaji arah pandangan, ukur reaksi pupil terhadap
pantulan cahaya dan akomodasinya.
o Trokhlear/gerakkan bola mata ke atas dan
bawah:
 Kaji arah tatapan, minta pasien melihat k etas dan
bawah
o Trigeminal/sensori kulit wajah, pengerak
otot rahang:
 Sentuh ringan kornea dengan usapan kapas untuk
menguji reflek kornea (reflek nagatif (diam)/positif
(ada gerkkan))
 Ukur sensasi dari sentuhan ringan sampai kuat pada
wajah kaji nyeri menyilang pada kuit wajah
Kaji kemampuan klien untuk mengatupkan gigi saat
mempalpasi otot-otot rahang
o Abdusen/gerakkan bola mata menyamping:
 Kaji arah tatapan, minta pasien melihat kesamping
ki.ka
o Facial/ekspresi wajah dan pengecapan:
 Meminta klien tersenyum, mengencangkan wajah,
menggembungkan pipi, menaikan dan menurunkan
alis mata, perhatikkan kesimetrisanya.

VIII. Auditorius/pendengaran:
 kaji klien terhadap kata-kata yang di bicarakkan,
suruh klien mengulangi kata/kalimat.
IX. Glosofaringeal/pengecapan, kemampuan
menelan, gerakan lidah:
 Meminta pasien mengidentifikasi rasa asam, asin,
pada bagian pangkal lidah.
 Gunakkan penekan lidah untuk menimbulkan
“reflek gag”
 Meminta klien untuk mengerakkan lidahnya
X. Vagus/sensasi faring, gerakan pita suara:
 Suruh pasien mengucapkan “ah” kaji gerakkan
palatum dan faringeal
 Periksa kerasnya suara pasien
XI. Asesorius/gerakan kepala dan bahu:
 Meminta pasien mengangkat bahu dan
memalingkan kepala kearah yang ditahan oleh
pemeriksa, kaji dapatkah klien melawan tahanan
yang ringan
XII. Hipoglosal/posisi lidah:
 Meminta klien untuk menjulurkan lidah kearah garis
tengah dan menggerakkan ke berbagai sisi.
Pengkajian syaraf sensori:
Tindakkan:
- Minta klien menutup mata
- Berikkan rasangan pada klien:
 Nyeri superficial: gunakkan jarum tumpul dan
tekankan pada kulit pasien pada titik-titik yang
pemeriksa inginkan, minta pasien untuk
mengungkapkan tingkat nyeri dan di bagian mana
 Suhu: sentuh klien dengan botol panas dan dingin,
suruh pasien mengatakkan sensasi yang direasakan.
 Vibrasi: tempelkan garapu tala yang sudah di
getarakan dan tempelkan pada falangeal/ujung jari,
meminta pasien untuk mengatakkan adanya getaran.
 Posisi: tekan ibu jari kaki oleh tangan pemeriksa dan
gerakkan naik-turun kemudian berhenti suruh pasien
mengtakkan diatas/bawah.
 Stereognosis: berikkan pasien benda familiar ( koin
atau sendok) dan berikkan waktu beberapa detik,
dan suruh pasien untuk mengatakkan benda apa itu.
Pengkajian reflex:
 Refleks Bisep
- Fleksikan lengan klien pada bagian siku
sampai 45 derajat, dengan posisi tangan
pronasi (menghadap ke bawah)
- Letakkan ibu jari pemeriksa pada fossa
antekkubital di dasar tendon bisep dan jari-
jari lain diatas tendon bisep
- Pukul ibu jari anda dengan reflek harmmer,
kaji refleks
 Refleks Trisep
- Letakkan lengan tangan bawah pasien diatas
tangan pemeriksa
- Tempatkan lengan bawah diantara fleksi dan
ekstensi
- Meminta pasien untuk merilekkan lengan
- Raba terisep untuk mmeastikan otot tidak
teggang
- Pukul tendon pada fossa olekrani, kaji reflek

 Refleks Patella
- Minta pasien duduk dan tungkai
menggantung di tempat tidur/kursi
- Rilexkan pasien dan alihkan perhatian untuk
menarik kedua tangan di depan dada
- Pukul tendo patella, kaji refleks
 Refleks Brakhioradialis
- Letakkan lengan tangan bawah pasien diatas
tangan pemeriksa
- Tempatkan lengan bawah diantara fleksi dan
ekstensi serta sedikit pronasi
- Pukul tendo brakhialis pada radius bagian
distal dengan bagian datar harmmer, catat
reflex.
 Reflex Achilles
- Minta pasien duduk dan tungkai
menggantung di tempat tidur/kursi seperti
pada pemeriksaan patella
- Dorsofleksikan telapak kaki dengan tangan
pemeriksa
- Pukul tendo Achilles, kaji reflek
 Reflex Plantar (babinsky)
- Gunakkan benda dengan ketajaman yang
sedang (pensil/ballpoint) atau ujung stick
harmmer
- Goreskan pada telapak kaki pasien bagian
lateral, dimulai dari ujung telapak kaki
sampai dengan sudut telapak jari kelingking
lalu belok ke ibu jari. Reflek positif telapak
kaki akan tertarik ke dalam.
 Refleks Kutaneus
 Gluteal
- Meminta pasien melakukan posisi berbaring
miring dan buka celana seperlunya
- Ransang ringan bagian perineal dengan
benda berujung kapas
- Reflek positif spingter ani berkontraksi
 Abdominal
- Minta klien berdiri/berbaring
- Tekan kulit abdomen dengan benda berujung
kapas dari lateal ke medial, kaji gerakkan
reflek otot abdominal
- Ulangi pada ke-4 kuadran (atas ki.ka dan
bawah ki.ka
 Kremasterik/pada pria
- Tekan bagian paha atas dalam
menggunakkan benda berujung kapas
Normalnya skrotum akan naik/meningkat pada daerah
yang diransang
EVALUASI  Mengevaluasi respon serta toleransi klien sebelum,
selama, dan sesudah prosedur
 Mengevaluasi hasil pemeriksaan dan laporkan bila
hasil pemeriksaan abnormal.
 Mencatat respon serta toleransi klien sebelum, semala,
dan sesudah prosedur tindakan
DOKUMENTASI
 Mencatat hasil dan tindakan yang telah dilakukan
 Mencatat tanggal, waktu, dan hasil pemeriksaan
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sistem indera berperan penting dalam hantaran informasi ke sistem saraf pusat
mengenai lingkungan sekitarnya. Pemeriksaan fisik pada sistem indera ini sangat
kompleks karena harus melibatkan pemeriksaan pada kelima sistem indra tubuh yaitu
penglihatan, pendengaran, pengecap, pembau, dan peraba.
Gangguan pada sistem indera disebabkan oleh adanya lesi pada saraf yang
mengatur sensori tubuh. Lesi-lesi tersebut dapat menghambat hantaran impuls saraf.
Pemeriksaan fisik sensori dapat dilakukan pada berbagai usia dan dilakukan untuk
dapat menentukan atau mengetahui apakan pasien tersebut mengalami gangguan pada
saraf sensorinya.

3.2 Saran

Perawat hendaknya dapat mempraktekkan dan menguasai teknik dalam


pemeriksaan fisik sistem indera agar dapat menentukan tindakan asuhan keperawatan
secara efektif.
DAFTAR PUSTAKA

Enykus, 2003, keterampilan dasar dan prosedur perawatan dasar, ed 1. Semarang,


Kilat press
Indriana, 2004, Asuhan keperawatan dengan gangguan mata, ed.I, Jakarta, EGC
https://www.scribd.com/doc/224313679/Pemfis-Head-To-Toe-pdf

Anda mungkin juga menyukai