Anda di halaman 1dari 4

Definisi

Gangguan jiwa adalah kumpulan gejala dari gangguan pikiran, gangguan


perasaan, dan gangguan tingkah laku yang menimbulkan penderitaan dan
terganggunya fungsi sehari-hari (fungsi pekerjaan dan sosial) orang tersebut (PIS PK)
Gangguan jiwa merujuk pada DSM IV adalah konsep sindrom perilaku atau
psikologi klinis yang signifikan atau pola yang terjadi pada individu yang
berhubungan dengan gejala nyeri atau cacat yaitu penurunan satu atau lebih fungsi
yang penting atau resiko peningkatan kematian, nyeri, kecacatan, atau kerugian
(Prabowo, 2014)
Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berpikir (cognitive), kemauan
(volition), emosi (affective), tindakan (psychomotor) (Yosep, 2007).

Tatalaksana
a. Non Farmakologis
 Gangguan jiwa dapat diobati apalagi jika diketahui dan ditangani sejak awal.
Peran keluarga dalam memperhatikan tingkah laku anggota keluarga, bila ada
perubahan segera ditelusuri, apakah ada sesuatu yang menyebabkannya.
 Tanyakan apa yang dipikirkan atau dirasakannya. Adanya pikiran atau
perasaan yang mengganggu dapat membebani seseorang. Apabila ada yang
mau mendengarkan untuk berbagi cerita, lalu membantu menyelesaikan sesuai
dengan keadaan dan kebutuhannya, akan sangat mendukung
 Apabila sulit dan tidak teratasi, segera dibawa ke dokter.
 Konseling pasien dan keluarga:
- Bicarakan rencana pengobatan dengan anggota keluarga dan minta
dukungan mereka. Terangkan bahwa minum obat secara teratur dapat
mencegah kekambuhan. Informasikan bahwa obat tidak dapat dikurangi
atau dihentikan tiba-tiba.
- Dorong pasien untuk melakukan fungsinya dengan seoptimal mungkin di
pekerjaan dan aktivitas harian lain.
- Dorong pasien untuk menghargai norma dan harapan masyarakat
(berpakaian, berpenampilan dan berperilaku pantas.
- Meminimalisasi stres dan stimulasi:
 Jangan mendebat pikiran psikotik (keluarga tidak boleh setuju dengan
keyakinan pasien, tetapi jangan mencoba membantah bahwa pikiran
itu salah). Sedapat mungkin hindari konfrontasi dan kritik.
 Selama masa gejala-gejala menjadi lebih berat, istirahat dan
menghindari stress dapat bermanfaat.
Psikoterapi
Psikoterapi adalah cara pengobatan dengan ilmu kedokteran terhadap gangguan
mental emosional, pola pikiran, perasaan, dan perilaku agar terjadi keseimbangan
dalam diri individu tersebut. Psikoterapi suportif dapat digunakan untuk semua
jenis gangguan jiwa. (Anwar et al, 1996)
Jenis psikoterapi suportif
1) Ventilasi
Psikoterapi ventilasi adalah bentuk psikoterapi yang memberi kesempatan
seluas-luasnya kepada penderita untuk mengemukakan isi hatinya dan
sebagai hasilnya ia akan merasa lega serta keluhannya akan berkurang.
2) Persuasi
Persuasi dilakukan dengan menerangkan secara masuk akal tentang gejala-
gejala penyakitnya yang timbul sebagai akibat cara berpikir, perasaan, dan
sikapnya terhadap masalah yang dihadapinya.
3) Psikoterapi Reassurance
Psikoterapi reassurance adalah psikoterapi yang berusaha meyakinkan
kembali kemampuan pasien bahwa ia sanggup mengatasi masalah yang
dihadapinya.
4) Psikoterapi sugesti
Psikoterapi sugesti adalah psikoterapi yang berusaha menanamkan
kepercayaan pada pasien bahwa gejala-gejala gangguannya akan hilang.
5) Bimbingan
Bimbingan adalah psikoterapi yang memberi nasihat-nasihat praktis dan
khusus yang berhubungan dengan masalah kesehatan jiwa pasien, agar ia
lebih mampu mengatasi masalah tersebut.
6) Penyuluhan
Penyuluhan atau konseling adalah psikoterapi yang membantu pasien
mengatasi dirinya sendiri secara lebih baik, agar ia dapat mengatasi
permasalahannya dan dapat menyesuaikan diri.
b. Farmakologis
1) Antipsikotik
Antipsikotik adalah sekelompok obat yang berfungsi untuk menghilangkan
atau mengurangi gejala psikotik. Terdapat banyak jenis antipsikotik, seperti
klorpromazin, perfenazin, trifkuoroperazin, haloperidol, dan risperidon.
Sampai saat ini obat antipsikotik yang tersedia di puskesmas masih sangat
terbatas. Walaupun demikian, bila obat yang terbatas jenisnya ini dapat
dimanfaatkan secara tepat, maka sebagian besar kasusu psikosis tetap dapat
diatasi. (Anwar et al, 1996)
Obat-obat yang tersedia di puskesmas, meliputi:
a) Klorpromazin
Klorpromazin tersedia dalam bentuk tablet 25 mg, 100mg
b) Haloperidol
Haloperidol tersedia dalam bentuk tablet 0,5 mg, 1,5mg, 5mg, injeksi
50 mg/ml (Haloperidol decanoat), dan haloperidol injeksi i.m 5mg/ml
c) Risperidone
Tersedia dalam bentuk tablet 2 mg
Pemilihan bentuk obat menurut keadaan tertentu sebagai berikut:
 Kasus gawat darurat dengan injeksi
 Kasus penderita yang menolak obat, dengan obat tetes
 Kasus penderita yang kooperatif/kronik, dengan tablet
Efek samping obat antipsikotik yang paling sering dijumpai adalah:
 Akatisia, yaitu tidak tahan duduk lama, ingin selalu jalan-jalan.
 Parkinson, yaitu termor, wajah seperti kodok, kaku, retardasi motorik
 Diskinesia, yaitu mata mendelik ke atas, leher kaku, lidah terjulur,
sulit menelan
Cara mengatasi efek samping tersebut yaitu dengan dosis diturunkan,
ditambahkan obat antiparkinson (Triheksifenidil) atau diganti obat.
2) Antiansietas
Obat antiansietas adalah sekelompok psikofarmaka yang berfungsi untuk
mengurangu atau menghilangkan gejala cemas. Contoh obat antiansietas
adalah diazepam, klobazam, klordiazeposida, dan buspiron. (Anwar et al,
1996)
Obat anticemas yang tersedia di puskesmas adalah diazepam.
Khasiat utama diazepam adalah sebagai antiansietas, sedatif hipnotik,
antikonvulsan, dan relaksan otot. Pemakaian diazepam dalam dosis rendah
mempunyai khasiat antiansietas dan sedatif yang menonjol, sedangkan
pemakaian dalam dosis tinggi bersifat hipnotik. Di puskesmas, diazepam
tersedia dalam bentuk tablet 2 mg, 5 mg, diazepam rectal 5 mg, dan diazepam
injeksi 5mg/ml-2ml. (Anwar et al, 1996)
3) Antidepresi
Obat antidepresi adalah sekelompok psikofarmaka yang berfungsi mengurangi
atau menghilangkan depresi. Contoh obat antidepresi adalah amitriptilin,
imipramin, dan sertralin. (Anwar et al, 1996)
Obat antidepresi yang tersedia di puskesmas adalah amitriptilin.
Amitriptilin termasuk antidepresi trisiklik. Obat ini bekerja dengan
menghambat kembali norephinephrin dan serotonin. Amitriptilin dapat
diberikan dalam dosis 75-300mg/hari. (Anwar et al, 1996)
Dosis awal amitriptilin dimulai 3 kali 10 mg per hari dan dipertahankan
selama satu bulan. Apabila belum terdapat kemajuan terapi, dapat ditingkatkan
menjadi 3 kali 25 mg per hari, selama satu bulan. Apabila belum ada
perbaikan, maka penderita sebaiknya dirujuk ke rumah sakit jiwa atau rumah
sakit umum dengan fasilitas pelayanan psikiatrik. (Anwar et al, 1996)

Anda mungkin juga menyukai