Anda di halaman 1dari 3

Sindrom stevens Johnson

Sindrom stevens Johnson adalah penyakit kulit akut dan berat, terdiri dari erupsi kulit,
kelainan mukosa dan lesi pada mata.

Penyebabdan epidemiologi

Penyebab : belum jelas, ada beberapa faktor pencetus seperti:


Infeksi: virus, jamur, bakteri, parasit
Obat: penisilin, barbiturat, hidantoin
Faktor fisik: sinar x, sinar matahari, cuaca
Penyakit kolagen vaskuler
Neoplasma
Kehamilan
Umur: biasanya pada usia dewasa
Jenis kelamin: frekuensi yang sama pada pria dan wanita
Musim/iklim: lebih sering pada cuaca dingin
Lingkungan : faktor fisik seperti sinar matahari, hawa dingin, sinar x dll

Gejala singkat penyakit

Awalnya didahului panas tinggi dan nyeri kontinu. Erupsi timbul mendadak. Gejala
bermula di mukosa mulut berupa lesi bulosa atau erosi, eritema, disusul mukosa mata,
genitalia sehingga terbentuk trias: stomatitis, konjungtivitis, dan uretritis. Gejala
prodromal tak spesifik, dapat berlangsung hingga 2 minggu. Keadaan ini dapat
menyembuh dalam 3-4 minggu tanpa sisa, beberapa penderita mengalami kerusakan
mata permanen. Kelainan disekitar lubang badan ( mulut, alat genital, anus) berupa
erosi, ekskoriasi, dan perdarahan. Kelainan pada selaput lendir, mulut dan bibir selalu
ditemukan. Dapat meluas ke faring sehingga pada kasus yang berat penderita tak
dapat makan dan minum. Pada bibir sering dijumpai krusta hemoragik.

Pemeriksaan kulit

Lokalisasi : biasanya generalisata, kecuali pada kepala yang berambut.

Efloresensi/ sifat-sifatnya: eritema berbentuk cincin ( pinggir eritema, tengah relatif


hipermigmentasi), yang berkembang menjadi urtikaria atau lesi papular berbentuk target
dengan pusat ungu, atau lesi sejenis dengan vesikel kecil. Purpura (petekie), vesikel dan bula,
numular sampai dengan plakat. Erosi, ekskoriasi, perdarahan dan kusta berwarna merah
hitam.

Gambaran histopatologi

Peradangan pada bagian atas kulit dan dilatasi pembuluh darah, infiltrasi perivaskuler,
ekstravasasi eritrosit serta edema pada stratum korneum. Epidermis mengalami perubahan
sedang sampai berat, terjadi spongiosis dan eritema intraseluler, pembentukan vesikel dan
bula yang mengandung serum dan sel polimorfonuklear, sebagai eosinofil.

Pemeriksaan laborataorium

Pemeriksaan darah untuk menilai penyebabnya apakah alergi atau infeksi


Imunofluoresensi banyak membantu membedakan sindrom stevens-johnson dengan
penyakit kulit dengan lepuh subepidermal lainnya.

Diagnosis banding

Nekrolisis epidermal toksik


Pempigus
Variola hemoragika

Penatalaksanaan

Umum:

mengembalikan keseimbangan cairan dan elektrolit dengan pemberian cairan


intravena
jika penderita koma, lakukan tindakan darurat terhadap keseimbangan 02 dan co2

Khusus

Kortikosteroid dosis tinggi, prednison80-200 mg secara parateral/peroral kemudian


diturunkan perlahan-lahan
Pada kasus berat diberi dexamentason IV, dosis 4x5 mg selama 3-10 hari. Jika
keadaan umum membai, penderita dapat menelan obat diganti dengan prednison
(dosis ekivalen). Pada kasus ringan diberikan prednison 4x5 mg-4x20 mg/ hari, dosis
diturunkan perlahan jika telah terjadi penyembuhan.
Pengobatan lain: ACTH (Sintentik) 1 mg,obat anabolik, KCL 3x500 mg, antibiotik,
obat hemostatik, dan antihistamin

Topikal

Vesikel dan bula yang belum pecah diberi bedak salisil 2%


Kelainan yang basah dikompres dengan asam salisil 1 %
Kelainan mulut yang berat diberikan kompres asam borat 3%
Konjungtivitis diberi salep mata yang mengandung antibiotik dan kortikosteroid

Prognosis

Umumnya baik dapat sembuh sempurna bergantung pada perawatan dan cepatnya mendapat
terapi yang tepat. Jika terjadi purpura prognosis lebih buruk.

Anda mungkin juga menyukai