Anda di halaman 1dari 123

i

LEMBAR PERSETUJUAN

Nama : Adha Syaputra


NPM : TW/11/00235
Judul : Penerapan Metode Visual Action Therapy (VAT) dalam

Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Terhadap

Fungsi-fungsi Benda Kategori Alat Makan Pada Kasus

Afasia Global Pasca Stroke Di Instalasi Rehabilitasi

Medik Rumah Sakit Immanuel Bandung

Telah diperiksa dan disetujui untuk memenuhi Tugas Akhir pada Program Studi

Terapi Wicara Politeknik Al Islam Bandung.

Bandung, Mei 2019

Disetujui oleh

Pembimbing I Pembimbing II

(dr. Tertianto Prabowo,Sp.KFR) ( HendraDjuhendi,A.Md.W,S.Pd,.MM)

i
ii

LEMBAR PENGESAHAN

TugasAkhir ini diajukankan oleh :

Nama : Adha Syaputra


NPM : TW/11/00235
Judul : Penerapan Metode Visual Action Therapy (VAT) dalam

Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Terhadap

Fungsi-fungsi Benda Kategori Alat Makan Pada Kasus

Afasia Global Pasca Stroke Di Instalasi Rehabilitasi

Medik Rumah Sakit Immanuel Bandung

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji pada

tanggal ................................. dan dinyatakan Lulus.

DEWAN PENGUJI

1. Pembimbing I : dr. Tertianto Prabowo,Sp.KFR ( )

2. Pembimbing II : HendraDjuhendi,A.Md.W,S.Pd,.MM ( )

3. Penguji I : Riani Shopianty.A.Md.TW,M.Pd ()

4. Penguji II : Tetty Ekasari,A.Md.TW., S.Pd.,M.Pd ( )

Mengetahui,

Ketua Program Studi Direktur


Terapi Wicara Politeknik Al Islam Bandung

Tetty Ekasari,A.Md.TW., S.Pd.,M.Pd Dr. Hj. Sri Djantika SA, SE., M.Si

ii
iii

PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Adha Syaputra

NPM : TW/11/00235

Program Studi : Terapi Wicara

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa Tugas Akhir ini adalah karya asli

penulis, apabila dikemudian hari terbukti bahwa Tugas Akhir ini tidak asli, maka penulis

bersedia mendapatkan sanksi sesuai peraturan yang berlaku.

Bandung, 2019

Penulis

Adha Syaputra

TW/11/00235

iii
iv

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS

AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Politeknik Al Islam Bandung, saya yang bertanda tangan di bawah
ini :

Nama : Adha Syaputra

NPM : TW/11/00235
Program Studi : Terapi Wicara
Jenis Karya : Tugas Akhir

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Politeknik Al


Islam Bandung Hak Bebas Noneksklusif atas karya ilmiah saya yang berjudul :

Penerapan Metode Visual Action Therapy (VAT) dalam Meningkatkan Kemampuan


Pemahaman Terhadap Fungsi-fungsi Benda Kategori Alat Makan Pada Kasus Afasia
Global Pasca Stroke Di Instalasi Rehabilitasi Medik Rumah Sakit Immanuel Bandung.

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini
Politeknik Al Islam Bandung berhak menyimpan, mengalih media/formatkan, mengelola
dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak
Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Bandung, Mei 2019


Yang menyatakan.

Adha Syahputra

iv
v

ABSTRAK

Penerapan Metode Visual Action Therapy (VAT) dalam meningkatkan

kemampuan Pemahaman Bahasa Reseptif Terhadap Fungsi-Fungsi Benda kategori Alat-

alat Makan pada kasusAfasia Global di Instalasi Rehabilatasi Medik Rumah Sakit

Immanuel Bandung

MetodeVisual Action Therapy (VATbertujuan untuk meningkatkan kemampuan

Pemahaman Bahasa Reseptif Terhadap Fungsi-Fungsi Benda. Hasil tes sebelum

dilakukan terapi mendapat skor 0 dan hasil tes awal sebelum dilakukan terapi mendapat 0

point. Setelah dilakukan 20 kali terapi mengalami peningkatan sebanyak 7 poin dengan

presentase keberhasilan 87,5% tergolong sangat berhasil

Jadi dapat disimpulkan bahwa metodeMetode Visual Action Therapy

(VAT)Sangat berhasil meningkatkan kemampuan Pemahaman Bahasa Reseptif

Terhadap Fungsi-Fungsi Benda kategori Alat-alat Makan pada kasus Afasia Global

Kata kunci : Afasia, Visual Action THerapy, Pemahaman Terhadap Fungsi-Fungsi

Benda.

v
vi

ABSTRACT

Application of Visual Action Therapy (VAT) Method in increasing the ability to

understand sececeptive language on the functions of objects in the category of eating

utensils in cases of global aphasia in the medical rehabilitation installation of immanuel

Hospital Bandung

Visual Action Therapy (VAT) aims to increase the ability of understanding

Receptive Language to the Functions of objects. Test results before treatment are scored

0 and the results of initial tests before therapy are 0 points. After 20 times the therapy has

increased by 7 points with percentage 87.5% success is classified as very sucessful.

So it can be concluded that the method of Visual Action Therapy the ability to

understand receptive language on functions of eating utensils in cases of Global

Aphasia.

Keyword : Aphasia, Visual Action Therapies, Understanding of Functions of

Objects.

vi
vii

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr wb,

Segalapujihanyamilik Allah SWT karenakuasa-

Nyapenulisdapatmenyelesaikan TugasAkhir ini yang berjudul

“Penerapan MetodeRespiration Training dan Oral Motor Exercise dalam

Meningkatkan Kemampuan Gerak Bibir, Lidah, dan Rahang pada Kasus Disartria

Ataksis di Instalasi Rehabilatasi Medik Rumah Sakit Immanuel Bandung”

TugasAkhirini diajukan

sebagaisalahsatusyaratuntukmemperolehgelarAhliMadyaTerapiWicar

a.

Banyakpihak yang membantu,

membimbingdanmemberikanarahandalampenyusunan TugasAkhirini,

makadalam kesempatan ini penulismengucapkan banyak terimakasih

kepada:

1. Dr. Hj. Sri Djatnika. SA, SE., M.Si, sebagai Direktur Politeknik Al

Islam Bandung.

2. Tetty Ekasari, A.Md.TW.,S.Pd.,M.Pd sebagai ketua Program Studi

Terapi Wicara PoliteknikAl Islam Bandung.

3. dr. Tertianto prabowo, Sp.KFR, sebagai Pembimbing I yang telah banyak

memberikan pengarahan pada penulis dalam penyusunan tugas

akhir ini.

4. Bapak Hendra Djuhendi, A.Md.TW., S.Pd.,M.Pdsebagai Pembimbing II yang

telah membimbing penulis dalam penyusunan tugas akhir ini.

vii
viii

5. Rumah Sakit Immanuel Bandung sebagai intansi tempat praktik

penulis selama melakukan assesment dan tindak lanjut.

6. Bapak Dian A.Md.TW, dan Ibu Wina A.Md.TW selaku Clinical

Instructures di Rumah Sakit Immanuel Bandung yang telah

membimbing penulis selama praktek di lapangan.

7. Kepada pasien dan keluarganya yang telah berkenan memberikan

izin kepada penulis untuk melakukan serangkaian assssment dan

tindakan terapi.

8. Kepada kedua Orangtua dan seluruh keluarga yang selalu memberi

do’a dan dukungannya yang tidak terhingga kepada penulis

selama ini.

9. Kepada teman-teman seperjuangan mahasiswa Terapi Wicara

Angkatan 11 atas dukungan dan kekuatan yang selalu diberikan

kepada penulis.

Penulis berharap Tugas Akhir ini bermanfaat bagi pembaca untuk

menambah pengetahuan dan wawasan pada bidang terapi

wicara.Disadari bahwa Tugas Akhirini masih banyak kekurangan

maka saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan penulis

demi perbaikan selanjutnya.

Bandung, Maret 2019

Penulis

viii
ix

ix
x

DAFTAR ISI

x
xi

DAFTAR TABEL

Hal
Tabel 2.1 Klasifikasi Afasia..................................................................................... 9
Tabel 3.1 Instrumen Penelitian................................................................................. 17
Tabel 3.2 Tujuan dan Program Terapi Harian.......................................................... 22
Tabel 3.3 Hasil Tes Kemampuan Awal.................................................................... 22
Tabel 3.4 Rencana Pelaksanaan Terapi.................................................................... 29
Tabel 3.5 Teknik Analisis Data................................................................................ 43
Tabel 4.1 PAW.......................................................................................................... 44
Tabel 4.2 Pergerakan Oral Yang Disengaja.............................................................. 47
Tabel 4.3 Hasil Token Test....................................................................................... 48
Tabel 4.4 Hasil Informasi Pribadi............................................................................. 50
Tabel 4.5 Hasil Kemampuan Menamai Tingkat Kata.............................................. 51
Tabel 4.6 Hasil Kemampuan Membaca Bersuara..................................................... 52
Tabel 4.7 Hasil kemampuan Meniru Ucapan........................................................... 53
Tabel 4.8 Hasil Kemampuan Bahasa Lisan Tingkat Kata........................................ 53
Tabel 4.9 Hasil Kemampuan Bahasa lisan Tingkat Kalimat.................................... 54
Tabel 4.10 Hasil Kemampuan Pemahaman Bahasa .................................................. 55
Tabel 4.11 Hasil Pengisian Formulir Pilihan Ganda.................................................. 56
Tabel 4.12 Hasil Kemampuan Mengisi...................................................................... 56
Tabel 4.13 Hasil Kemampuan Dikte........................................................................... 57
Tabel 4.14 Hasil Kemampuan Menamai Gambar Tingkat Kata................................. 57
Tabel 4.15 Hasil Tes Tadir.......................................................................................... 58
Tabel 4.16 Menentukan Diagnosa Afasia................................................................... 65
Tabel 4.17 Karekteristik Afasia Tidak Lancar............................................................ 67
Tabel 4.18 Pelaksanaan Terapi................................................................................... 69
Tabel 4.19 Hasil Tes Akhir Memperagakan simbol/gerak Benda.............................. 89
Tabel 4.20 Kriteria Keberhasilan................................................................................ 90

xi
xii

DAFTAR GAMBAR

Hal
Gambar 1 Gerakan FungsiPiring........................................................................... 23
Gambar 2 Gerakan Fungsi Sendok......................................................................... 23
Gambar 3 Gerakan Fungsi Garpu........................................................................... 23
Gambar 4 Gerakan Fungsi Gelas............................................................................ 23

xii
xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Fomat Informed Consent

Lampiran 2 Format Wawancara Dewasa

Lampiran 3 Format Observasi Dewasa

Lampiran 4 Format Pemeriksaan Alat Wicara (PAW)

Lampiran 5 Format Tes Disartria dan Apraksia Verbal (TEDYVA)

Lampiran 6 Format Token Tes

Lampiran 7 Format Tes Afasia Diagnosa Informasi Rehabilitasi (TADIR)

Lampiran 8 Format Irama Kelancaran

Lampiran 9 Format Wawancara Makan dan Minum

Lampiran 10 Format Skrining Disfagia

Lampiran 11 hasil CT-Scan

Lampiran 12 Angket Pernyataan Sebelum Terapi

Lampiran 13 Format Program Terapi Harian

Lampiran 14 Angket Pernyataan Sesudah Terapi

Lampiran 15 Daftar Hadir Terapi

Lampiran 16 Format Absensi Bimbingan Tugas Akhir

Lampiran 17 Riwayat Penulis

xiii
1

BABI I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakatberuoa simbol bunyi

yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.Berbahasa merupakan prosesmengomunikasikan

Bahasa tersebut. Proses berbahasa sendiri memerlukan pikiran dan perasaan yang

dilakukan oleh otak manusia untuk menghasilkan kata-kata atau kalimat. Alat bicara yang

baik akan mempermudah berbahasa dengan baik. Namun, mereka yang memiliki

kelainan fungsi otak dan bicaranya, tentu mempunyai kesulitan dalam berbahasa, baik

produktif maupun reseptif.Inilah yang disebut sebagai ganguan berbahasa.Dalam

berbahasa diperlukan modalitas atau cara tertentu, sehingga dengan mempergunakan

cara-cara tertentu Bahasa dapat dipergunakan sebagai alat komunikasi.

Modalitas atau car-cara berbahasa tersebut meliputi modalitas verbal (lisan), grafis

(tulisan dan symbol visual lainnya), dan gestural (mimic, pantomimik dan isyarat).Dari

ketiga modalitas Bahasa tersebut, modalitas verbal meupakan modalitas yang dominan,

mempunyai beberapa-beberapa kelebihan dibandingkan dengan yang lainnya.Namun

kenyataannya seringkali dalam kehidupan sehari-hari kita menemukan keadaan dimana

orang-orang seperti anak balita, anak usia sekolah, remaja, dewasa dan lansia mengalami

kesulitan (kehilangan kemampuan) dalam proses simbolisasi (coding).

Kesulitan simbolisasi ini menyebabkan seseorang tidak mampu menginformasikan

konsep atatau pengertiannya menjadi symbol-simbol yang dapat dimengerti oleh orang

lain diligkungannya. Salah satu jenis kelainan Bahasa yang biasa disebut “afasia” akibat

kerusakan pusat-pusat Bahasa di korteks serebri.Adanya lesi dipusat Bahasa korteks

serebri, menyebabkan penderita mengalami kesulitan atau kehilangan kemampuan

1
2

simbolisasi secara pasif (decoding) atau secara aktif (encoding) Menurut Rosenbek dan

Kertesz dalam buku perilaku komunikasi normal (2000: 25) menjelaskan bahwa pertama,

afasia pada dewasa tidak terjadi secara perlahan, tetapi mendadak. Penyebabnya

bermacam-macam, seperti gangguan pembuluh darah otak , trauma, radang dan tumor.

Perjalanan dan gangguannya dapat perlahan sesuai dengan patofissiologi yang

mendasarinya.Sehingga ditambahkan kata “yang didapat” dan “baru terjadi” untuk

membedak antara afasia atrofi korteks yang gradial akibat demensi atau pengaruh

genetika.

Kongenital, lingkungan yang mempengaruhi perkembangan berbahasa. Kedua,

afasia adalah gangguan modalitas yang saling menyilang dan sering dijumpai bersama

aleksia dan agrafia.Kadang dijumpai pula apraksia, alkalkulia dan apraksia

konstruksional. Gangguan-gangguan berbahasa tersebut sebenarnya akan sangat

mempengaruhi proses berkomunikasi dan berbahasa. Adapun Salah satu contoh kasusnya

yaitu di Rumah Sakit Immanuel Kota Bandung.

Hasil assesmen yang dilakukan penulis pada pasien di Rumah sakit Immanuel

Bandung yang mengalami Afasia dengan sindroma Afasia Global terdapat mengalami

gangguan bahasa reseptif dan ekspresif yang mempengaruhi dalam berkomunikasi pada

pasien.

Oleh karena penulis ingin melakukan penelitian dengan subjek tunggal mengenai

“penerapan metode Visual Action Therapy (VAT} untuk meningkatkan pemahaman

bahasa pada kasus Afasia Global”

2
3

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang yang telah di uraikan diatas maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan metode Visual Action Therapy (VAT) dapat meningkatkan

kemampuan Bahasa reseptif pada kasus AfasiaGlobal ?

2. Bagaimana tingkat keberhasilan penerapan metode Visual Action Therapy (VAT)

untuk meningkatkan kemampuan Bahasa reseptif pada kasus Afasia Global ?

1.3 Tujuan Penelitian

Dari uraian rumusan masalah yang telah di urikan di atas,maka tujuan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui penerapan metode Visual Action Therapy (VAT) meningkatkan

pemahaman Bahasa reseptif pada kasus afasia global.

2. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan metode Visual Action Therapy (VAT)

dalam meningkatkan pemahaman Bahasa reseptif pada kasus afasia global.

1.4 Mamfaat Penelitian

Penulis berharap hasil penelitian ini mampu memberikan manfaat

kepada pihak pihak terkait tentang terapi wicara umumnya gangguan bahasa

bicara khususnya. Diantaranya:

1. Manfaat Teoritis :

Menjadikan penulisan ini sebagai bahan pertimbangan bagi parah ahli mengenai

penerapan metode Visual Action Therapy (VAT) untuk meningkatkan pemahaman

bahasa terhadap fungsi tingkat kata benda.

3
4

2. Manfaat Praktis :

a) Penulis:

Menjadi suatu pengalaman dasar dan ilmu dalam melaksanakan penelitian untuk

melaksanakan penerapan suatu metode terhadap kasus yang akan diangkat ke

dalam penelitian.

b) Keluarga

Menambah pengetahuan bagi keluarga untuk penanganan dan stimulasi yang

bisa diberikan kepada pasien Afasia Global.

c) Pasien

Membrikan gambaran mengenai cara penaganan dan pelaksanaan metode

Visual Action Therapy (VAT) untuk Meningkatkan kemampuan bahasa dan

bicara terutama dalam meningkatkan kemampuan pemahamanbahasa tingkat

kata benda .

d) Masyarakat

Semoga tugas akhir ini bisa membantu menambah pengetahuan mengenai kasus

gangguan dalam bidang bicara yang banyak terjadi di masyarakat sekitar.

1.5 Keaslian Penelitian

Penelitian dengan kasus afasia global dengan metode Visual Action Therapy

(VAT) sebelumnya perrah di gunakan oleh Destri Nur Fiantika denga judul “Penerapan

Metode Visual Action Therapy (VAT) Untuk Meningkatkan Pemahaman Bahasa Lisan

Tingkat Kata Benda Pada Pasien Afasia Global Pasca Stroke”.

4
5

1.6 Kerangka Penelitian

Assesment

Stroke

Afasia Disartria

- Afasia Global
- Afasia Broca
- Afasia Wernicke
- Afasia Konduksi Afasia Global - VAT
- Afasia Transkortikal - Komunikaasi Total
Motoris
- Afasia Transkortikal
Sensoris

Tes Awal Visual Action


Therapy (VAT)

Rencana Terapi Tes Akhir

Tindak Lanjut Evaluasi

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Stroke atau cedera serebrovaskular (CVA) adalah kehilangan fungsi otak yang

diakibatkan oleh berhentinya suplai darah kebagian otak secara tiba-tiba, dan merupakan

keadaan yang timbul karna gangguan peredaran darah diotak yang menyebatkan

terjadinnya kematian jaringan otak sehingga mengakibatkan seseorang menderita

kelumpuhan atau kematian (Brunner& Suddarth, 2002;75).

Afasia adalah salah satu jenis kelainan bahasa akibat adanya kerusakan pada

pusat-pusat bahasa di koreteks serebri (Setyono, 2000:50).

Afasia global (total) adalah gangguan kemampuan komunikasi yang berat dan

didapat, dimana semua modalitas Bahasa terkena, biasanya tidak satupun modalitas

komunikasi lebih baik dari yang lain. Ditambah lagi kemampuan pemecahan masalah

visual dan non-verbal serta keterampilan kognitif lain sangat menurun sederajat

kemampuan Bahasa. (Rimawati Tedjasukmana dan kusumoputro, 1999)

2.2 Penyebab

Penyebab afasia menurut Dharmaperwira 2002:9-11, yaitu meliputi :

A. Gangguan Peredarahn Darah Otak (GPDO)

GPDO biasanya menyerang pada orang yang berusia lanjut. Penyebab GPDO

ialah penghentian pengaliran darah ke sebagian otak. Penghentian ini dapat

disebabkan oleh emboli, trombosis atau perdarahan. Karena itu bagian otak yang

tidak memperoleh darah lagi lalu mati (nekrosis), mencair dan meninggalkan rongga

yang dikelilingi jaringan parut yang dibentuk sel-sel gila. Segera setelah GPDO,

6
7

terjadilah pembengkakan jaringan nekrotis dan substansi kelabu dan putih sehingga

gangguan neurologis dapat memburuk. Edema setempat ini mencapai puncaknya

dalam beberapa hari dan beberapa minggu berikutnya menghilang lagi. Dengan

menghilangnya edema, gangguan dapat berkurang. Selama dua atau tiga minggu,

terjadilah pengurangan pengaliran darah ke kedua hemisfer. Gangguannya seolah-

olah nampak menjadi lebih berat. Baru sesudah kira-kira tiga minggu, gangguan

yang sebenarnya dapat dinilai. Pemulihan spontan yang total, barulah terjadi sesudah

beberapa bulan.

Penyebab-penyebab GPDO (yaitu trombosis, emboli dan perdarahan otak) dan

selanjutnya penyebab-penyebab lain kerusakan otak yang dapat menimbulkan afasia.

1) Trombosis

Trombosis, penyumbatan pembuluh darah yang diakibatkan oleh perubahan

dinding pembuluh, merupakan penyebab GPDO yang paling sering terjadi.

2) Emboli

Emboli, yakni gumpalan darah yang terjadi dalam sistem pembuluh darah,

yang lalu dengan aliran darah terbawa ke otak dan kemudian di sana

menyumbat sebuah pembuluh, ternyata lebih sering terjadi sebagai penyebab

GPDO daripada yang dulu diduga. Dalam hal ini, gangguan neurologis terjadi

secara mendadak dan sering tanpa peringatan.

3) Perdarahan otak

Perdarahan otak terjadi apabila dinding suatu pembuluh sobek dan darah yang

mengumpul (hematomi) mendesak jaringan sekitarnya lalu menggencetnya.

Perdarahan otak biasanya disebabkan oleh tekanan darah tinggi, aneurisma

yang pecah atau malformasi pembuluh darah, tetapi bisa juga disebabkan oleh

pemakaian obat antikoagulan. Dalam hal ini, biasanaya ada perdarahan


8

intraserebral: perderahan dalam otak. Perdarahan pada umumnya terjadi secara

mendadak, tanpa ada peringatan, sering sewaktu bekerja. Gejala-gejala lain

perdarahan itu adalah sakit kepala, rasa mual dan muntah.

B. Tumor otak

Tumor otak (neoplasma) sering berkembang dengan perlahan, sedangkan

jaringan otak menyesuaikan diri dngan perubahan ini, sehingga sering tumor itu baru

menyebabkan gangguan pada stadium yang berikut. Tumor dapat menimbulkan

edema dan dapat menekan pembuluh darah. Dengan demikian, dapat terjadi

gangguan akut, jauh dari tempat keletakan tumor. Sakit kepala seringkali merupakan

gejala pertama. Dapat pula muncul rasa mual dan muntah-muntah. Ciri-ciri gejala

sebenarnya tergangtung dari lokasi tumor. Neoplasma bisa terletak ekstraserebral

atau intraserebral. Meningiom adalah tumor ekstraserebral yang jinak. Tumor ini

biasanya terjadi pada orang yang berumur anatara 30 dan 40 tahun dan lebih sering

pada waanita. Pertumbuhannya lambat dan sering dapat dikeluarkan dengan baik

melalui operasi.

Giblastoma adalah tumor ganas intraserebral yang tumbuh cepat dan dapat

menginfiltrasi hemisfer sebelahnya. Tumor ini adalah tumor primer otak yang paling

banyak terdapat pada orang dewasa dan sering sekali muncul sekitar umur 50 tahun.

Prognosisnya biasanya buruk.

Kecuali tumor primer (dalam arti mulai dalam otak) tadi, bisa juga terjadi

tumor sekunder dalam otak: metastasis dari tumor yang terjadi di tepat tubuh lain,

misalnya tumor paru-paru, kulit atau buah dada.

C. Trauma

Trauma sering diklasifikasikan sebagai terbuka atau tertutup, tergantung dari

rusak-tidaknya tengkorak. Tingkat kehilangan kesadarahn dan kurun waktu amnesia


9

post-traumatik (APT) merupakan ukuran penting untuk menilai keparahan kerusakan

otak

Sebuah pukulan pada tengkorak dapat menyebabkan suatu kerusakan tepat

dibawahnya, tetapi karena isi tengkorak terbentuk pada sisi lain (efek ‘contre-coup’),

maka di tempat itu pun sering terjadi kerusakan. Akibat luka tembakan atau bo, telah

dipelajari dengan cermat sejak perang dunia ke-2 dan telah banyak menyumbangkan

teori-teori lokalisasi. Disinipun sering timbul akibat-akibat yang meluas di otak.

Trauma dapat juga makin dikomplikasikan oleh perdarahan (hematomi ekstra atau

intraserebri).

D. Infeksi

Infeksi dengan akibat meningitis atau ensefalitis bisa mengakibatkan

kerusakan otak. Pada masa sebelum ada antibiotika, sring terjadi abses, di lobus

temporalis sebagai akibat infeksi telinga. Dewasa ini yang paling banyak dijumpai

adalah ensefalitis karena herpes simpleks. Dalam hal ini kehingan daya ingat

seringkali menutupi kemungkinan adanya afasia infeksi virus lain, seperti AIDS,

dapat juga menjadi penyebabnya.

2.3 Klasifikasi

Tabel 2. 1 Klasifikasi Afasia


Jenis afasia Kelancaran perkataan Pemahaman Meniru
Afasisa global Tidak lancar - -
Afasia broca Tidak lancar + -
Afasia transkortikal motoris Tidak lancar + +
Afasia transkortikal campuran Tidak lancar - +
Afasia wernicke Lancar - -
Afasia transkortikal sensoris Lancar - +
Afasia konduksi Lancar + -
Afasia anomis Lancar + +

Sumber: AFASIA, Goodglass dan Kaplan, 1973


10

2.4 Karakteristik

Menurut Dharmaperwira-prins, Reni (2002), karakteristik afasia global yaitu sebagai

berikut:

a. Bicara spontan sangat tidak lancar

b. Memiliki beberapa kata atau ucapan stereotip

c. Menunjuk biasanya juga tidak bisa lagi sehingga memeriksa pemahama auditif

menjadi sangat sukar

d. Meniru ucapan, membaca dan dengan bersuara dan menulis sesuatu sama sekali

tidak mungkin dilakukan

e. Hemiplegia kanan

f. Hemianopsia

g. Hemianestesia

2.5 Macam-macam Metode yang digunakan untuk Afasia Global

1. Metode komunikasi total

a. Nama dan Sumber

- Nama Metode : Terapi Komunikasi Total

- Sumber : Pijfers, De Vries, Stumpel, 1984

b. Dasar Pemikiran

Terapi komunikasi total adalah terapi yang dikembangkan di Negeri

Belanda ini dimaksudkan bagi pasien-pasien dengan afasia berat dan

lingkungannya. Pasien disodori segala macam cara komunikasi yang dapat ia

pahami dan gunakan (dengan cara belajar). Cara-cara ini ialah; menunjuk,

menyatakan besarnya sesuatu, memberi gerak-isyarat, menggambar, menulis

dan mencari dalam kamus kantong, di samping menggunakan bahasa biasa.


11

Kamus kantong berupa kumpulan kata-kata dan gambar-gambar yang disusun

dalam sejumlah kategori, seperti makan, minum, angkutan. Lingkungan

(partner, keluarga, tenaga perawatan) pun belajar menggunakan kamus kantong

ini.

2. Metode terapi visual action therapy

a. Nama dan Sumber

Nama Metode : Terapi kegiatan visual

Sumber : Helm, Benson, 1978

b. Dasar Pemikiran

Dalam terapi kegiatan visual yang menggunakan lambang-lambang

abstrak, ternyata pasien-pasien dengan afasia Global sanggup menggunakan

suatu sistem komunikasi alternatif. Berangkat dari hal ini, Nancy Helm

mendapat ide untuk mengembangkan penggunaan gerak-isyarat dengan

pemakaian simbolisasi yang lebih kongkret, yaitu gambar atau lukisan. Dalam

metode instruksi terprogram yang dikembangkan olehnya, mula-mula

diletakkan hubungan antara benda dan suatu gambar yang ukurannya sesuai

dengan yang sebenarnya. Kemudian pada tingkat I dalam enam langkah,

dilatih pengenalan dan penciptaan gerak-gerak isyarat, dengan menggunakan

benda-benda berikut atribut-atributnya yang sesuai, seperti martil dengan

paku-paku dan sebilah kayu. Enam langkah berikutnya (masih ada tingkat I)

menghantar pasienna pada gerak-gerak isyarat tanpa benda, yaitu gerak-isyarat

yang representatif. Keenam langkah terakhir dilatih pada tingkat II dengan

gambar-gambar tindakan; dan akhirnya pada tingkat III dengan gambar kecil

benda-benda yang dipakai.beralih ke langkah berikutnya baru diperolehkan


12

apabila langkah sebelumnya 100% berhasil, atau dalam tiga pertemuan

berturut-turut, 90% berhasil.

3. Metode stimulasi multimodal

a. Nama dan Sumber

Nama Metode : stimulasi multimodal

Sumber : Diambil dari buku Reni Dharmaperwira tahun 2002.

b. Dasar Pemikiran

Orang dapat menerapkan beberapa modalitas dan tidak harus membatasi

diri pada modalitas saja dalam pelaksanaan suatu tugas. Berbagai modalitas

masukan dapat diterapkan sekaligus, misalnya dengan memberikan kalimat

yang disajikan secara lisan maupun secara tulisan.

4. Metode terapi berorientasi bahasa

a. Nama dan Sumber

Nama Metode : terapi berorientasi bahasa

Sumber : Shewan, Bandur, 1986, yang diambil dari buku Reni Dharmaperwira

tahun 2002.

b. Dasar Pemikiran

Kekhususan metode ini ialah bahwa bukan hanya stimulus dan respon

yang ditetapkan dengan cermat, tetapi bahwa kunci setiap tugas dirumuskan

dengan seksama. Suatu kunci ialah sesuatu yang disajikan ahli terapi untuk

mempermudah respons (misalnya bunyi pertama dan huruf pertama suatu kata

yang harus disebut oleh pasien bila menghadapi suatu gambar); kunci itu dapat

juga berupa suatu alat bantu yang dipakai pasien itu sendiri untuk sampai pada

respons yang tepat (misalnya menuliskan sendiri huruf pertama). Untuk kunci-

kunci itu ditentukan juga hiraki tingkat kesulitannya.


13

5. Metode terapi program kunci visual

a. Nama dan Sumber

Nama Metode : program kunci visual

Sumber : Sandt, Feenstra, 1986.

b. Dasar Pemikiran

program ini merupakan metode penanganan bagi pasien-pasien dengan

gangguan sintaksis. Dengan penyajian suatu bagan kalimat (kunci-kunci visual),

pengutaraan kalimat lengkap dipermudah. Jenis-jenis kata dalam hal ini

dibedakan secara visual karena kata benda, kata kerja, kata sandang dan kata

depan masing-masing mempunyai lambang tersendiri (secara berturut-turut:

bujur sangkar, persegi empat panjang berbaring, persegi empat panjang berdiri,

dan sebuah segi tiga). Banyak perhatian yang dicurahkan pada kata kerja karena

hal ini sering membawa persoalan-persoalan khusus bagi pasien afasia.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian Atau Desain Penelitan

3.1.1. Jenis Penelitian

Jenis penulisan yang akan dilakukan pada usulan proposal ini adalah studi

kasus. Kasus yang dimaksud bisa tunggal atau jamak, misalnya berupa individu

atau kelompok. Di sini perlu dilakukan analisis secara tajam terhadap berbagai

faktor yang terkait dengan kasus tersebut sehingga akan diperoleh kesimpulan

yang akurat (Sutedi, 2009). .

3.1.2. Desain Penelitian

Penulisan ini memusatkan diri secara intensif pada satu obyek tertentu

yang mempelajarinya sebagai suatu kasus. Data studi kasus dapat diperoleh dari

semua pihak yang bersangkutan, dengan kata lain data dalam studi kasus ini

dikumpulkan dari berbagai sumber (Nawawi, 2003).  

Surachrnad (1982) membatasi pendekatan studi kasus sebagai suatu

pendekatan dengan memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan

rinci. Pada studi kasus setiap data dicatat secara cermat, kemudian dikaji,

dihubungkan satu sama lain, kalau perlu dibahas dengan penulis lain sebelum

menarik kesimpulan-kesimpulan penyebab terjadinya kasus atau persoalan yang

ditunjukkan oleh individu tersebut. Studi kasus bukan untuk menguji hipotesis,

namun sebaliknya hasil studi kasus dapat menghasilkan hipotesis yang dapat diuji

melalui penulisan lebih lanjut.

14
15

Fenomena yang menjadi kasus dalam penulisan ini adalah mengenai kekakuan pada

anggota bicara yaitu bibir, pipi, lidah dan pada pernafasan. Penulisan dan penerapan

latihan yang akan diberikan bertujuan untuk mengurangi kekakuan pada oral motor dan

mengoptialkan pernapasannya

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1. Tempat Penelitian

Tempat : Rs.Immanuel kota Bandung

Durasi : 30 menit

Frekuensi : 2 x perminggu

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian di mulai pada bulan january sampai maret 2019.

3.3 Sampel Penelitian

Sampel penelitian di peroleh dari hasil wawancara kepada pasien mengenai

identitas pasien, yaitu sebagai berikut ::

Nama : Tn.B

Jenis kelamin : Laki-Laki

Usia : 59 tahun

Suku bangsa : Sunda

Bahasa yang digunakan : Bahasa Sunda

Agama : Islam

Alamat : jl. Babakan Tongo, gang bojong Asi 3 Rt 03,


Rw 04
16

3.4 Jenis dan Sumber Data

3.4.1 Jenis Penelitian

Jenis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini

merupakan data primer maupun sekunder dimana penulis

mengambil data diperoleh dari wawancara, observasi, tes, serta

menggali informasi terkait melalui referensi buku, materi kuliah,

internet, dan lain sebagainya.

3.4.2 Sumber Data

Menurut Sugiyono (2013 hal. 224), sumber data adalah subjek dari

mana suatu data dapat diperoleh. Pada penelitian kuantitatif, kegiatan-

kegiatan ini dilakukan secara sadar, terarah dan senantiasa bertujuan

memperoleh suatu informasi yang diperlukan. Berbagai sumber data yang

akan dimanfaatkan dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Data primer

Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari sumbernya. Sumber

data primer yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :

a. Hasil wawancara kepada orang tua pasien.

b. Hasil observasi kepada pasien.

c. Hasil anamnesa makan dan minum kepada orang tua pasien.

d. Hasil studi dokumen berupa pemeriksaan dokter yang diperoleh dari

pasien
17

2. Data sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh bukan secara

langsung dari sumbernya. Penelitian ini sumber data

sekunder yang dipakai adalah sumber tertulis yaitu hasil

terapi.

3.5 Teknik Pengumpulan Data dan Perencanaan Terapi

3.5.1 Instrumen Penelitian

Tabel 3. 1 Instrumen Penelitian


No. Teknik Instrumen Responden Indikator Lampiran

pengumpulan

data
1 Inform Format Keluarga Sebagai persetujuan 1&2

consent dan Informed pasien dilakukan pengambilan

wawancara Consent dan data untuk mendapatkan

wawancara data berupa: identitas,

(guide keluhan yang terlihat dan

interview) atau yang dirasakan,

faktor yang berkaitan

dengan penyebab yang

terdapat pada diri pasien.


2 Observasi Format Pasien Untuk mendukung hasil 3

observasi wawancara yang telah

dilakukan meliputi kondisi

fisik, kemampuan motorik,


18

sensorik, bahasa, wicara,

suara, irama kelancaran,

menelan serta kondisi

relavan lainnya.
3 Pemeriksaan Format Pasien Untuk melihat keutuhan 4

alat wicara PAW dan kemampuan struktur

maupun fungsi organ

wicara berupa bibir, gigi,

lidah, langit-langit keras,

langit-langit lunak,

palatopharinx, fauces,

nasal cavities, serta

pergerakan oral yang

disengaja.
4 Tedyva (Tes Buku pasien Dilakukan untuk 5

Dysartria dan Tedyva dan memperoleh data dari

Apraksia format tes pasien yang mungkin

Verbal) Tedyva mengalami disartria.


5 Token Test Format Pasien Untuk menentukan adanya 6

Token Tes gangguan reseptif.


6 TADIR (Tes Buku Tadir Pasien Untuk menentukan 7

Afasia untuk dan format diagnosa afasia atau bukan

Diagnosa, tes tadir afasia dan termasuk

Informasi dan sindroma afasia yang mana

Rehabilitasi) serta menjadi titik tolak

ukur penanganan terapi

wicara.
7 Tes Suara Format tes Pasien Untuk mengetahui apakah 8

suara terjadi kelainan pada nada,

kenyaringan dan kualitas


19

suara pasien saat ini.


8 Tes Irama Format tes Pasien Untuk mengetahui apakah 9

Kelancaran irama terjadi kelainan dalam

kelancaran berirama (berupa

peranjangan, pengulangan,

penghentian, ataupun

penahanan) pada saat

bernyanyi, berbicara

ataupun berhitung.
9 Anamnesa - format Pasien Untuk mengetahui apakah 10, 11, &

Makan dan wawancar ada kelainan (gangguan 12

Minum, Tes a makan menelan)yang terjadi pada

Menelan dan saat pasien menelan

minum makanan melalui

- format wawancarakepada

status keluarga pasien.

fungsi

menelan

- pemeriksa

an klinis

disfagia
10 Studi - Hasil CT- Untuk bahan pelengkap 13

Dokumen Scan dan penguat data yang

didapatkan dari ahli lain.


11 Tes Awal dan Format tes Pasien Untuk mengetahui 14

Tes Akhir awal dan tes keberhasilan terapi yang

akhir dicapai dengan

membandingkan kedua

hasil tes tersebut.


12 Alat - Tensimete Pasien - Untuk mengukur -
20

Penunjang r dan tekanan darah pasien.

Stetoskop - Untuk menghitung jeda

- Stopwatch yang mungkin

terjadisaat

pelaksanaanterapi.
Sumber: Data Primer, 2019

3.5.2 Tahap Pengumpulan dan Pengolahan Data

Sebelum melakukan wawancara penulis melakukan Informed

Consect kepada keluarga pasien sebagai persetujuan untuk persetujuan

untuk melakukan pengambilan data oleh penulis, riwayat penyakit

yang di derita pasien dan keluarga psien. Dan melakukan berbagai tes

yang digunakan untuk menunjang dan menentukan diagnosa,

selanjutnya data yang dapat diperoleh oleh penulis kemudian

dikumpulkan dan diolah sehingga dapat ditegakkan diagnosa dan

dijadikan acuan untuk membuat program serta menentukan materi

terapi yang akan diberikan.


21

3.5.3 Perencanaan Terapi

Setelah dilakukannya tes-tes dan penentuan diagnosa, langkah

selanjutnya adalah menentukan tujuan terapi jangka panjang , tujuan

terapi jangka pendek, tujuan terapi harian, program terapi jangka

panjang, program terapi jangka pendek, program terapi harian,

penentuan metode terapi, materi terapi, dan media penunjang terapi.

1. Tujuan Dan Program Terapi Jangka Panjang

a. Tujuan Terapi Jangka Panjang

 Untuk meningkatkan kemampuan pemahaman bahasa

reseptif pasien agar dapat berkomunikasi secara normal.

 Untuk meningkatkan kemampuan pemahaman bahasa

ekspresif pasien agar dapat berkomunikasi secara normal.

b. program terapi jangka panjang

 Melatih kemampuan pemahaman bahasa reseptif dan ekpresif

tingkat kata, frase, clausa dan kalimat.

2. Tujuan dan Program Terapi Jangka Pendek

a. Tujuan terapi jangka pendek

 Meningkatkan kemampuan pemahaman fungsi tingkat kata

benda kategori jenis alat makan meliputi :

1) Piring

2) Garpu
22

3) Sendok

4) Gelas

b. Program terapi jangka pendek

Melatih meningkatkan kemampuan pemahaman bahasa reseptif

tingkat kata benda kategori jenis alat makan, dengan cara

memperagakan fungsi benda dari jenis alat makan:

1) Piring

2) Garpu

3) Sendok

4) Gelas

3. Tujuan dan Program Terapi Harian

a. Tujuan dan Program Terapi Hari

Tabel 3.2Tujuan dan Program Terapi Harian.

Pertemuan Tujuan Program


Melatih kemampuan pemahaman
bahasa reseptif kategori jenis alat - Latihan mengenal fungsi alat
makan yaitu piring, garpu, sendok, kategori jenis alat makan yaitu
1-20 dan gelas, dengan cara mengenalkan piring, garpu, sendok, dan gelas,
fungsi dari benda tersebut.. dengan menggunakan benda
konkrit.
Evaluasi - Membandingkan tes awal dan tes
21
akhir

3.5.4 Materi Terapi

Untuk menunjang keberhasilan terapi, penulis mempersiapkan

materi terapi sesuai dengan tujuan jangka pendek, yaitu agar pasien
23

mampu meningkatkan kemampuan pemahaman bahasa reseptif jenis

fungsi kata benda kategori alat makan.

Tabel 3.3. Hasil Tes Kemampuan Awal

Respon
No Materi Tes
M CM BM
Memperagakan simbol/gerak isyarat
1 Piring  Jumlah Total Skor
2 Gelas 
3 Sendok 
4 Garpu 
Jumlah Skor 0 0
Keterangan :
M (skor 2) = Mampu
CM (skor 1) = Cukup Mampu
BM (skor 0) = Belum Mampu

Berikut gambar Repon yang benar dari fungsi benda kategori alat

makan, yaitu sendok, piring, gelas dan garpu :

Gerakan fungsi piring :

Gambar 1

Gerakan fungsi sendok :

Gambar 2
24

Gerakan fungsi garpu :

Gambar 3

Gerakan fungsi gelas :

Gambar 4
25

3.5.5 Metode Terapi

3.5.5.1 Nama dan Sumber

Metode yang digunakan adalah Visual Action

Therapy (VAT) yang dikembangkan oleh Helm,Benson,1978

dalam buku AFASIA.

3.5.5.2 Dasar Pemikiran

Visual Action Therap (VAT), dalam terapi kegiatan

Visual yang menggunakan lambing-lambang abstrak,

ternyata pasien-pasien dengan Afasia Global sanggup

menggunakan suatu sistem komunikasi alternatif.berangkal

dari hal ini, Nancy Helm mendapat ide untuk

mengembangkan penggunaan gerak-isyarat dengan pemakain

simbolisasi yang lebih konkret, yaitu gambar atau lukisan.

Dalam metode intruksi terprogram yang

dikembangkan olehnya, mula-mula diletakan hubungan

antara benda dan suatugambar yang ukurannya sesuai dengan

yang sebenarnya.

Kemudian pada tingkat I dalam enam langkah, dilatih

pengenalan danpenciptaan gerak-gerak isyarat, dengan

menggunakan benda-benda berikut atribut-atributnyayang

sesuai, seperti martil dengan paku-paku dan sebilah

kayu.enam langkah berikutnya (massih pada tingkat I)

menghantar pasiennya pada gerak –isyarat tanpa benda, yaitu


26

gerak isyarat representatif, keenam langkah terakhir

dilatihpada tingkat II dengan gambar-gambar tindakan ; dan

akhirnya pada tingkat III dengan gambar kecil benda-benda

yang dipakai.

Beralih kelangkah berikutnya baru diperbolehkan

apabila langkah sebelumnya 100% berhasil, atau dalam tiga

pertemuan berturut-turut , 90% berhasil (Afasia, Reni

Dharmaperwira-PRINS; 5).

3.5.5.3 Tujuan Metode

1. Untuk penggunaan gerak-isyarat dengan pemakaian

simbolisasi yang lebih konkret.

2. Melatih untuk membuat gesture yang melambangkan

stimulasi yang tak tampak melalui manipulasi obyek

yang nyata

3.5.5.4 Langkah-langkah Metode

1. Mengenal benda-benda sekitar dengan memperlihatkan

gambar benda dan benda asli, seperti : piring, mangkuk,

sendok, dan gelas.

2. Mencocokan benda asli dengan gambar benda atau

gambar benda dengan benda aslinya, seperti : piring,

mangkuk, sendok, dan gelas.

Dengan langkah-langkah seperti berikut:

Tingkat I
27

Latihan 1 : Latihan meniru menggambar/gerak isyarat

- Membantu pasien meniru menggambar/gerak isyarat

peragaan benda

- Gambar diletakkan didepan pasien

- Pasien di instruksikan meletakkan benda pada gambar

yang cocok

Latihan 2 : mencocokan gambar besar

- Mencocokkan benda ke gambar : gambar benda besar

diletakkan di depan paisen. Pasien diberikan benda

satu per satu, di instruksikan meletakkan pada

gambar.

- Mencocokkan gambar ke benda : benda diletakkan

didepan pasien. Pasien di berikan gambar untuk

ditelakkan pada benda.

- Menunjuk gambar ke benda.

- Menunjuk benda ke gambar.

Latihan 3 : Mencocokan gambar kecil

- Ulangi keempat langkah dari langkah 2 dengan

menggunakan gambar kecil.

Latihan 4 : Latihan menggunakan benda

- Setiap benda diperagakan penggunaannya. Pasien

disuruh meniru.

Latihan 5 : Latihan dengan perintah gambar aksi


28

- Setiap benda di presentasikan dengan gambar aksinya

(satu per satu). Penulis menunjuk gambar aksi,

mengambil benda dan memperagakkan

penggunaannya. Pasien meniru.

Latihan 6 : Latihan mengikuti gambar aksi

- Ke 4 benda diletakkan dimuka pasien. Gambar aksi

diperlihatkan satu per satu, pasien disuruh mencari

bendanya dan memperagakkan penggunanya.

Latihan 7 : Latihan peragaan pantomime

- Setiap benda diletakkan satu per satu didepan pasien.

Penulis memperagakkan gerakan pantomim sesuai

dengan benda.

Latihan 8 : Latihan mengenal gerakan pantomim

- Ke 4 benda diletakkan dimuka pasien.

- Penulis memperagakkan gerakan dan pasien disuruh

menunjuk benda yang sesuai dengan gerakan tersebut.

Latihan 9 : Latihan gerakan pantomime

- Setiap benda diletakkan dimuka pasien satu per satu.

Pasien disuruh memperagakkan gerakan sesuai benda

tersebut. Bila sulit, benda boleh diletakkan ditangan

pasien.

Latihan 10 : Produksi gerakan pantomime


29

- Setiap benda diletakkan dimuka pasien. Pasien

disuruh memperagakkan gerakan.

Latihan 11 : Latihan gerakan untuk benda yang

tersembunyi

- Dua benda diletakan di muka pasien dan penulis

memperagakkan gerakan yang sesuai dengan kedua

benda. Kedua benda disembunyikan, kemudian 1

benda dikeluarkan lagi. Penulis membuat gerakan

seperti bertanya,”benda apa yang tersembunyi?”

kemudian penulis memperagakkan gerakan yang

sesuai dengan benda yang tersembunyi.

Latihan 12 : Produksi gerakan untuk benda yang

tersembunyi

- Langkah 11 diulangi oleh pasien. Proses diulangi

untuk setiap kombinasi pasanan benda.

Tingkat II

Langkah 7 sampai 12 dari tingkat I diulangi dengan

menggunakan gambar asli. .

Tingkat III

Langkah 7 sampai 12 diulangi dengan gambar benda kecil.

Dari langkah – langkah VAT diatas penulis melakukan

terapi Jangka pendek dan terapi harian pada latihan tingkat

I yaitu langkah 1 sampai dengan langkah 2.


30

Dari langkah-langkah metode yang ada diatas penulis hanya

menggunakan langkah yang ke 4, karena kondisi pasien tidak

memungkinkan untuk mengikuti semua langkah-langkah yang

ada diatas tersebut.

3.5.6 Alat Terapi

3.5.6.1 Nama Alat

a. Tensi meter

b. Alat perekam

c. Benda Asli (Piring, mangkuk, sendok, dan garpu)

3.5.6.2 Fungsi Alat

a. Tensi meter digunakan untuk mengukur tekanan

darahpasien sebelum melakukan terapi.

b. Alat perekam digunakan untuk merekam kegiatan terapi.

c. Benda asli (piring, mangkuk, sendok, dan garpu)

digunakan sebagai alat terapi kongkrit untuk stimulasi

visual dan taktil kinestetik untuk memudahkan

pasienmengetahui/memperagakan fungsi benda tersebut

3.5.6.3 Cara Menggunakan Alat

Benda asli ditunjukan kepada pasien lalu penulis

memperkenalkan nama benda dan fungsi/kegunaan benda

tersebut dengan peragaan/gerak isyarat fungsi benda.

Kemudian penulis meminta pasien


31

menunjukan/memperagakanfungsidaribenda yang telah di

perkenalkan dan diperagakan oleh terapis.

3.5.7 Rencana Pelaksanaan Terapi

Tabel 3.4. Rencana pelaksanaan terapi


Pertemua Stimulus Respon yang diharapkan
n
1 1. 2 menit penulis 1. diharapkan pasien mampu
mengucapkan merespon salam salam dari terapis
salam, menanyakan Diharapkan pasien mampu
kabar lalu mengikuti/merespon terapis ketika
mengajak pasien di ajak berdo’a sebelum memulai
untuk membaca terapi
do’a. 2. Pasien merasa nyaman pada saat
dilakukan pengukuran tekanan
darah.
2. 2 menit penulis tekanan darah pasien berada dibatas
memeriksa tekanan normal, sehingga mampu
darah pasien agar dilaksanakan terapi
tahu tekanan darah 3. pasien mampu memahami apa saja
pasien saat akan materi terapi kategori alat-alat
dilakukan terapi. makan yaitu, piring, garpu, sendok,
3. 4 menit penulis dan gelas yang sudah dikenalkan
memperkenalkan oleh penulis dihari sebelumnya
materi terapi yaitu
Pengenalan fungsi 4. pasien mampu mengetahui fungsi
benda berupa alat- benda-benda kategori alat makan
alat makan yaitu yaitu piring, garpu, sendok, dan
piring, garpu, gelas yang sesuai dengan instruksi
sendok, dan gelas dari terapis.
yang akan 5.
dilakukan terapi
kepada pasien.
4. 15 menit pasien 6. Diharapkan pasien mampu
latihan mengenal mengetahui fungsi benda-benda
fungsi benda yaitu kategori alat makan yaitu piring,
fungsi ala-alat garpu, sendok, dan gelas yang
makan seperti sesuai dengan instruksi dari terapis
“Gelas, Piring, 7.
sendok, garpu”.

5. 2 menit istirahat
relaksasi.
6. 5 menit penulis
mengajak pasien
untuk melakukan
latihan mengenal
32

fungsi alat-alat
makan.
7. 5 menit penulis
melakukan
advis/saran kepada
keluarga pasien.
2 1. 2 menit penulis 1. diharapkan pasien mampu
mengucapkan merespon salam salam dari
salam, menanyakan terapisDiharapkan pasien mampu
kabar lalu mengikuti/merespon terapis ketika
mengajak pasien di ajak berdo’a sebelum memulai
untuk membaca terapi
do’a 2. Pasien merasa nyaman pada saat
dilakukan pengukuran tekanan
darah.tekanan darah pasien berada
2. 2 menit penulis dibatas normal, sehingga mampu
memeriksa tekanan dilaksanakan terapi
darah pasien agar 3. pasien mampu memahami apa saja
tahu tekanan darah materi terapi kategori alat-alat
pasien saat akan makan yaitu, piring, garpu, sendok,
dilakukan terapi. dan gelas yang sudah dikenalkan
oleh penulis dihari sebelumnya
3. 4 menit penulis 4. pasien mampu mengetahui fungsi
memperkenalkan benda-benda kategori alat makan
materi terapi yaitu yaitu piring, garpu, sendok, dan
Pengenalan fungsi gelas yang sesuai dengan instruksi
benda berupa alat- dari terapis.
alat makan yaitu 5.
piring, garpu,
sendok, dan gelas
yang akan 6. Diharapkan pasien mampu
dilakukan terapi mengetahui fungsi benda-benda
kepada pasien. kategori alat makan yaitu piring,
4. 15 menit pasien garpu, sendok, dan gelas yang
latihan mengenal sesuai dengan instruksi dari terapis
fungsi benda yaitu
fungsi ala-alat 7.
makan seperti
“Gelas, Piring,
sendok, garpu”.

5. 2 menit istirahat
relaksasi.
6. 5 menit penulis
mengajak pasien
untuk melakukan
latihan mengenal
fungsi alat-alat
makan.
7. 5 menit penulis
33

melakukan
advis/saran kepada
keluarga pasien.
3 1. 2 menit penulis 1. diharapkan pasien mampu
mengucapkan merespon salam salam dari terapis
salam, menanyakan Diharapkan pasien mampu
kabar lalu mengikuti/merespon terapis ketika
mengajak pasien di ajak berdo’a sebelum memulai
untuk membaca terapi
do’a 2. Pasien merasa nyaman pada saat
2. 2 menit penulis dilakukan pengukuran tekanan
memeriksa tekanan darah.
darah pasien agar tekanan darah pasien berada dibatas
tahu tekanan darah normal, sehingga mampu
pasien saat akan dilaksanakan terapi
dilakukan terapi. 3. pasien mampu memahami apa saja
3. 4 menit penulis materi terapi kategori alat-alat
memperkenalkan makan yaitu, piring, garpu, sendok,
materi terapi yaitu dan gelas yang sudah dikenalkan
Pengenalan fungsi oleh penulis dihari sebelumnya
benda berupa alat- 4. pasien mampu mengetahui fungsi
alat makan yaitu benda-benda kategori alat makan
piring, garpu, yaitu piring, garpu, sendok, dan
sendok, dan gelas gelas yang sesuai dengan instruksi
yang akan dari terapis.
dilakukan terapi 5.
kepada pasien.
4. 15 menit pasien
latihan mengenal 6. Diharapkan pasien mampu
fungsi benda yaitu mengetahui fungsi benda-benda
fungsi ala-alat kategori alat makan yaitu piring,
makan seperti garpu, sendok, dan gelas yang
“Gelas, Piring, sesuai dengan instruksi dari terapis
sendok, garpu”. 7.

5. 2 menit istirahat
relaksasi.
6. 5 menit penulis
mengajak pasien
untuk melakukan
latihan mengenal
fungsi alat-alat
makan.
7. 5 menit penulis
melakukan
advis/saran kepada
keluarga pasien.
4 1. 2 menit penulis 1. diharapkan pasien mampu
mengucapkan merespon salam salam dari terapis
salam, menanyakan Diharapkan pasien mampu
34

kabar lalu mengikuti/merespon terapis ketika


mengajak pasien di ajak berdo’a sebelum memulai
untuk membaca terapi
do’a 2. Pasien merasa nyaman pada saat
2. 2 menit penulis dilakukan pengukuran tekanan
memeriksa tekanan darah.
darah pasien agar tekanan darah pasien berada dibatas
tahu tekanan darah normal, sehingga mampu
pasien saat akan dilaksanakan terapi
dilakukan terapi. 3. pasien mampu memahami apa saja
3. 4 menit penulis materi terapi kategori alat-alat
memperkenalkan makan yaitu, piring, garpu, sendok,
materi terapi yaitu dan gelas yang sudah dikenalkan
Pengenalan fungsi oleh penulis dihari sebelumnya
benda berupa alat- 4. pasien mampu mengetahui fungsi
alat makan yaitu benda-benda kategori alat makan
piring, garpu, yaitu piring, garpu, sendok, dan
sendok, dan gelas gelas yang sesuai dengan instruksi
yang akan dari terapis.
dilakukan terapi 5.
kepada pasien.
4. 15 menit pasien 6. Diharapkan pasien mampu
latihan mengenal mengetahui fungsi benda-benda
fungsi benda yaitu kategori alat makan yaitu piring,
fungsi ala-alat garpu, sendok, dan gelas yang
makan seperti sesuai dengan instruksi dari terapis
“Gelas, Piring, 7.
sendok, garpu”.

5. 2 menit istirahat
relaksasi.
6. 5 menit penulis
mengajak pasien
untuk melakukan
latihan mengenal
fungsi alat-alat
makan.
7. 5 menit penulis
melakukan
advis/saran kepada
keluarga pasien.
5 1. 2 menit penulis 1. diharapkan pasien mampu
mengucapkan merespon salam salam dari terapis
salam, menanyakan Diharapkan pasien mampu
kabar lalu mengikuti/merespon terapis ketika
mengajak pasien di ajak berdo’a sebelum memulai
untuk membaca terapi
do’a 2. Pasien merasa nyaman pada saat
2. 2 menit penulis dilakukan pengukuran tekanan
memeriksa tekanan darah.
35

darah pasien agar tekanan darah pasien berada dibatas


tahu tekanan darah normal, sehingga mampu
pasien saat akan dilaksanakan terapi
dilakukan terapi. 3. pasien mampu memahami apa saja
3. 4 menit penulis materi terapi kategori alat-alat
memperkenalkan makan yaitu, piring, garpu, sendok,
materi terapi yaitu dan gelas yang sudah dikenalkan
Pengenalan fungsi oleh penulis dihari sebelumnya
benda berupa alat-
alat makan yaitu
piring, garpu, 4. pasien mampu mengetahui fungsi
sendok, dan gelas benda-benda kategori alat makan
yang akan yaitu piring, garpu, sendok, dan
dilakukan terapi gelas yang sesuai dengan instruksi
kepada pasien. dari terapis.
4. 15 menit pasien 5.
latihan mengenal
fungsi benda yaitu
fungsi ala-alat 6. Diharapkan pasien mampu
makan seperti mengetahui fungsi benda-benda
“Gelas, Piring, kategori alat makan yaitu piring,
sendok, garpu”. garpu, sendok, dan gelas yang
sesuai dengan instruksi dari terapis
5. 2 menit istirahat
relaksasi.
6. 5 menit penulis
mengajak pasien
untuk melakukan
7.
latihan mengenal
fungsi alat-alat
makan.

7. 5 menit penulis
melakukan advis/saran
kepada keluarga pasien.
6 1. 2 menit penulis 1. diharapkan pasien mampu
mengucapkan merespon salam salam dari terapis
salam, menanyakan Diharapkan pasien mampu
kabar lalu mengikuti/merespon terapis ketika
mengajak pasien di ajak berdo’a sebelum memulai
untuk membaca terapi
do’a 2. Pasien merasa nyaman pada saat
2. 2 menit penulis dilakukan pengukuran tekanan
memeriksa tekanan darah.tekanan darah pasien berada
darah pasien agar dibatas normal, sehingga mampu
tahu tekanan darah
36

pasien saat akan dilaksanakan terapi


dilakukan terapi. 3. pasien mampu memahami apa saja
3. 4 menit penulis materi terapi kategori alat-alat
memperkenalkan makan yaitu, piring, garpu, sendok,
materi terapi yaitu dan gelas yang sudah dikenalkan
Pengenalan fungsi oleh penulis dihari sebelumnya
benda berupa alat- 4. pasien mampu mengetahui fungsi
alat makan yaitu benda-benda kategori alat makan
piring, garpu, yaitu piring, garpu, sendok, dan
sendok, dan gelas gelas yang sesuai dengan instruksi
yang akan dari terapis.
dilakukan terapi 5.
kepada pasien.
4. 15 menit pasien
latihan mengenal 6. Diharapkan pasien mampu
fungsi benda yaitu mengetahui fungsi benda-benda
fungsi ala-alat kategori alat makan yaitu piring,
makan seperti garpu, sendok, dan gelas yang
“Gelas, Piring, sesuai dengan instruksi dari terapis
sendok, garpu”. 7.

5. 2 menit istirahat
relaksasi.
6. 5 menit penulis
mengajak pasien
untuk melakukan
latihan mengenal
fungsi alat-alat
makan.

7. 5 menit penulis
melakukan
advis/saran kepada
keluarga pasien.
7 1. 2 menit penulis 1. diharapkan pasien mampu
mengucapkan merespon salam salam dari terapis
salam, menanyakan Diharapkan pasien mampu
kabar lalu mengikuti/merespon terapis ketika
mengajak pasien di ajak berdo’a sebelum memulai
untuk membaca terapi
do’a 2. Pasien merasa nyaman pada saat
2. 2 menit penulis dilakukan pengukuran tekanan
memeriksa tekanan darah.tekanan darah pasien berada
darah pasien agar dibatas normal, sehingga mampu
tahu tekanan darah dilaksanakan terapi
pasien saat akan 3. pasien mampu memahami apa saja
dilakukan terapi. materi terapi kategori alat-alat
3. 4 menit penulis makan yaitu, piring, garpu, sendok,
memperkenalkan dan gelas yang sudah dikenalkan
materi terapi yaitu oleh penulis dihari sebelumnya
37

Pengenalan fungsi 4. pasien mampu mengetahui fungsi


benda berupa alat- benda-benda kategori alat makan
alat makan yaitu yaitu piring, garpu, sendok, dan
piring, garpu, gelas yang sesuai dengan instruksi
sendok, dan gelas dari terapis.
yang akan 5.
dilakukan terapi
kepada pasien.
4. 15 menit pasien 6. Diharapkan pasien mampu
latihan mengenal mengetahui fungsi benda-benda
fungsi benda yaitu kategori alat makan yaitu piring,
fungsi ala-alat garpu, sendok, dan gelas yang
makan seperti sesuai dengan instruksi dari terapis
“Gelas, Piring, 7.
sendok, garpu”.

5. 2 menit istirahat
relaksasi.
6. 5 menit penulis
mengajak pasien
untuk melakukan
latihan mengenal
fungsi alat-alat
makan.

7. 5 menit penulis
melakukan
advis/saran kepada
keluarga pasien.
8 1. 2 menit penulis 1. . diharapkan pasien mampu
mengucapkan merespon salam salam dari
salam, menanyakan terapisDiharapkan pasien mampu
kabar lalu mengikuti/merespon terapis ketika
mengajak pasien di ajak berdo’a sebelum memulai
untuk membaca terapi
do’a 2. Pasien merasa nyaman pada saat
2. 2 menit penulis dilakukan pengukuran tekanan
memeriksa tekanan darah.tekanan darah pasien berada
darah pasien agar dibatas normal, sehingga mampu
tahu tekanan darah dilaksanakan terapi
pasien saat akan 3. pasien mampu memahami apa saja
dilakukan terapi. materi terapi kategori alat-alat
3. 4 menit penulis makan yaitu, piring, garpu, sendok,
memperkenalkan dan gelas yang sudah dikenalkan
materi terapi yaitu oleh penulis dihari sebelumnya
Pengenalan fungsi 4. pasien mampu mengetahui fungsi
benda berupa alat- benda-benda kategori alat makan
alat makan yaitu yaitu piring, garpu, sendok, dan
piring, garpu, gelas yang sesuai dengan instruksi
sendok, dan gelas
38

yang akan dari terapis.


dilakukan terapi 5.
kepada pasien.
4. 15 menit pasien
latihan mengenal 6. Diharapkan pasien mampu
fungsi benda yaitu mengetahui fungsi benda-benda
fungsi ala-alat kategori alat makan yaitu piring,
makan seperti garpu, sendok, dan gelas yang
“Gelas, Piring, sesuai dengan instruksi dari terapis
sendok, garpu”. 7.

5. 2 menit istirahat
relaksasi.
6. 5 menit penulis
mengajak pasien
untuk melakukan
latihan mengenal
fungsi alat-alat
makan.

7. 5 menit penulis
melakukan
advis/saran kepada
keluarga pasien.
9 1. 2 menit penulis 1. diharapkan pasien mampu
mengucapkan merespon salam salam dari
salam, menanyakan terapisDiharapkan pasien mampu
kabar lalu mengikuti/merespon terapis ketika
mengajak pasien di ajak berdo’a sebelum memulai
untuk membaca terapi
do’a 2. Pasien merasa nyaman pada saat
2. 2 menit penulis dilakukan pengukuran tekanan
memeriksa tekanan darah.tekanan darah pasien berada
darah pasien agar dibatas normal, sehingga mampu
tahu tekanan darah dilaksanakan terapi
pasien saat akan 3. pasien mampu memahami apa saja
dilakukan terapi. materi terapi kategori alat-alat
3. 4 menit penulis makan yaitu, piring, garpu, sendok,
memperkenalkan dan gelas yang sudah dikenalkan
materi terapi yaitu oleh penulis dihari sebelumnya
Pengenalan fungsi 4. pasien mampu mengetahui fungsi
benda berupa alat- benda-benda kategori alat makan
alat makan yaitu yaitu piring, garpu, sendok, dan
piring, garpu, gelas yang sesuai dengan instruksi
sendok, dan gelas dari terapis.
yang akan 5.
dilakukan terapi
kepada pasien.
4. 15 menit pasien 6. Diharapkan pasien mampu
latihan mengenal mengetahui fungsi benda-benda
39

fungsi benda yaitu kategori alat makan yaitu piring,


fungsi ala-alat garpu, sendok, dan gelas yang
makan seperti sesuai dengan instruksi dari terapis
“Gelas, Piring, 7.
sendok, garpu”.

5. 2 menit istirahat
relaksasi.
6. 5 menit penulis
mengajak pasien
untuk melakukan
latihan mengenal
fungsi alat-alat
makan.
7. 5 menit penulis
melakukan
advis/saran kepada
keluarga pasien.
10 1. 2 menit penulis 1. . diharapkan pasien mampu
mengucapkan merespon salam salam dari
salam, menanyakan terapisDiharapkan pasien mampu
kabar lalu mengikuti/merespon terapis ketika
mengajak pasien di ajak berdo’a sebelum memulai
untuk membaca terapi
do’a 2. Pasien merasa nyaman pada saat
2. 2 menit penulis dilakukan pengukuran tekanan
memeriksa tekanan darah.tekanan darah pasien berada
darah pasien agar dibatas normal, sehingga mampu
tahu tekanan darah dilaksanakan terapi
pasien saat akan 3. pasien mampu memahami apa saja
dilakukan terapi. materi terapi kategori alat-alat
3. 4 menit penulis makan yaitu, piring, garpu, sendok,
memperkenalkan dan gelas yang sudah dikenalkan
materi terapi yaitu oleh penulis dihari sebelumnya
Pengenalan fungsi 4. pasien mampu mengetahui fungsi
benda berupa alat- benda-benda kategori alat makan
alat makan yaitu yaitu piring, garpu, sendok, dan
piring, garpu, gelas yang sesuai dengan instruksi
sendok, dan gelas dari terapis.
yang akan 5.
40

dilakukan terapi
kepada pasien.
6. Diharapkan pasien mampu
4. 15 menit pasien mengetahui fungsi benda-benda
latihan mengenal kategori alat makan yaitu piring,
fungsi benda yaitu garpu, sendok, dan gelas yang
sesuai dengan instruksi dari terapis
fungsi ala-alat
7.
makan seperti
“Gelas, Piring,
sendok, garpu”.

5. 2 menit istirahat
relaksasi.
6. 5 menit penulis
mengajak pasien
untuk melakukan
latihan mengenal
fungsi alat-alat
makan.
7. 5 menit penulis
melakukan
advis/saran kepada
keluarga pasien.
11 1. 2 menit penulis 1. diharapkan pasien mampu
mengucapkan merespon salam salam dari
salam, menanyakan terapisDiharapkan pasien mampu
kabar lalu mengikuti/merespon terapis ketika
mengajak pasien di ajak berdo’a sebelum memulai
untuk membaca terapi
do’a 2. Pasien merasa nyaman pada saat
2. 2 menit penulis dilakukan pengukuran tekanan
memeriksa tekanan darah.tekanan darah pasien berada
darah pasien agar dibatas normal, sehingga mampu
tahu tekanan darah dilaksanakan terapi
pasien saat akan 3. pasien mampu memahami apa saja
41

dilakukan terapi. materi terapi kategori alat-alat


3. 4 menit penulis makan yaitu, piring, garpu, sendok,
memperkenalkan dan gelas yang sudah dikenalkan
materi terapi yaitu oleh penulis dihari sebelumnya
Pengenalan fungsi 4. pasien mampu mengetahui fungsi
benda berupa alat- benda-benda kategori alat makan
alat makan yaitu yaitu piring, garpu, sendok, dan
piring, garpu, gelas yang sesuai dengan instruksi
sendok, dan gelas dari terapis.
yang akan 5.
dilakukan terapi
6. Diharapkan pasien mampu
kepada pasien.
mengetahui fungsi benda-benda
4. 15 menit pasien
kategori alat makan yaitu piring,
latihan mengenal
garpu, sendok, dan gelas yang
fungsi benda yaitu
sesuai dengan instruksi dari terapis
fungsi ala-alat
7.
makan seperti
“Gelas, Piring,
sendok, garpu”.

5. 2 menit istirahat
relaksasi.
6. 5 menit penulis
mengajak pasien
untuk melakukan
latihan mengenal
fungsi alat-alat
makan.
7. 5 menit penulis
melakukan
advis/saran kepada
keluarga pasien.
12 1. 2 menit penulis 1. diharapkan pasien mampu
mengucapkan merespon salam salam dari
42

salam, menanyakan terapisDiharapkan pasien mampu


kabar lalu mengikuti/merespon terapis ketika
mengajak pasien di ajak berdo’a sebelum memulai
untuk membaca terapi
do’a 2. Pasien merasa nyaman pada saat
2. 2 menit penulis dilakukan pengukuran tekanan
memeriksa tekanan darah.tekanan darah pasien berada
darah pasien agar dibatas normal, sehingga mampu
tahu tekanan darah dilaksanakan terapi
pasien saat akan 3. pasien mampu memahami apa saja
dilakukan terapi. materi terapi kategori alat-alat
3. 4 menit penulis makan yaitu, piring, garpu, sendok,
memperkenalkan dan gelas yang sudah dikenalkan
materi terapi yaitu oleh penulis dihari sebelumnya
Pengenalan fungsi 4. pasien mampu mengetahui fungsi
benda berupa alat- benda-benda kategori alat makan
alat makan yaitu yaitu piring, garpu, sendok, dan
piring, garpu, gelas yang sesuai dengan instruksi
sendok, dan gelas dari terapis.
yang akan 5.
dilakukan terapi 6. Diharapkan pasien mampu
kepada pasien. mengetahui fungsi benda-benda
kategori alat makan yaitu piring,
4. 15 menit pasien
garpu, sendok, dan gelas yang
latihan mengenal sesuai dengan instruksi dari terapis
fungsi benda yaitu 7.
fungsi ala-alat
makan seperti
“Gelas, Piring,
sendok, garpu”.

5. 2 menit istirahat
relaksasi.
6. 5 menit penulis
mengajak pasien
43

untuk melakukan
latihan mengenal
fungsi alat-alat
makan.
7. 5 menit penulis
melakukan
advis/saran kepada
keluarga pasien.
13 1. 2 menit penulis 1. diharapkan pasien mampu
mengucapkan merespon salam salam dari
salam, menanyakan terapisDiharapkan pasien mampu
kabar lalu mengikuti/merespon terapis ketika
mengajak pasien di ajak berdo’a sebelum memulai
untuk membaca terapi
do’a 2. Pasien merasa nyaman pada saat
2. 2 menit penulis dilakukan pengukuran tekanan
memeriksa tekanan darah.tekanan darah pasien berada
darah pasien agar dibatas normal, sehingga mampu
tahu tekanan darah dilaksanakan terapi
pasien saat akan 3. pasien mampu memahami apa saja
dilakukan terapi. materi terapi kategori alat-alat
3. 4 menit penulis makan yaitu, piring, garpu, sendok,
memperkenalkan dan gelas yang sudah dikenalkan
materi terapi yaitu oleh penulis dihari sebelumnya
Pengenalan fungsi 4. pasien mampu mengetahui fungsi
benda berupa alat- benda-benda kategori alat makan
alat makan yaitu yaitu piring, garpu, sendok, dan
piring, garpu, gelas yang sesuai dengan instruksi
sendok, dan gelas dari terapis.
yang akan 5.
dilakukan terapi 6. Diharapkan pasien mampu
mengetahui fungsi benda-benda
kepada pasien.
kategori alat makan yaitu piring,
4. 15 menit pasien garpu, sendok, dan gelas yang
latihan mengenal sesuai dengan instruksi dari terapis
7.
44

fungsi benda yaitu


fungsi ala-alat
makan seperti
“Gelas, Piring,
sendok, garpu”.

5. 2 menit istirahat
relaksasi.
6. 5 menit penulis
mengajak pasien
untuk melakukan
latihan mengenal
fungsi alat-alat
makan.
7. 5 menit penulis
melakukan
advis/saran kepada
keluarga pasien.
14 1. 2 menit penulis 1. diharapkan pasien mampu
mengucapkan merespon salam salam dari
salam, menanyakan terapisDiharapkan pasien mampu
kabar lalu mengikuti/merespon terapis ketika
mengajak pasien di ajak berdo’a sebelum memulai
untuk membaca terapi
do’a 2. Pasien merasa nyaman pada saat
2. 2 menit penulis dilakukan pengukuran tekanan
memeriksa tekanan darah.tekanan darah pasien berada
darah pasien agar dibatas normal, sehingga mampu
tahu tekanan darah dilaksanakan terapi
pasien saat akan 3. pasien mampu memahami apa saja
dilakukan terapi. materi terapi kategori alat-alat
3. 4 menit penulis makan yaitu, piring, garpu, sendok,
memperkenalkan dan gelas yang sudah dikenalkan
materi terapi yaitu oleh penulis dihari sebelumnya
45

Pengenalan fungsi 4. pasien mampu mengetahui fungsi


benda berupa alat- benda-benda kategori alat makan
alat makan yaitu yaitu piring, garpu, sendok, dan
piring, garpu, gelas yang sesuai dengan instruksi
sendok, dan gelas dari terapis.
yang akan 5.
dilakukan terapi 6. Diharapkan pasien mampu
kepada pasien. mengetahui fungsi benda-benda
kategori alat makan yaitu piring,
4. 15 menit pasien
garpu, sendok, dan gelas yang
latihan mengenal sesuai dengan instruksi dari terapis
fungsi benda yaitu 7.
fungsi ala-alat
makan seperti
“Gelas, Piring,
sendok, garpu”.

5. 2 menit istirahat
relaksasi.
6. 5 menit penulis
mengajak pasien
untuk melakukan
latihan mengenal
fungsi alat-alat
makan.
7. 5 menit penulis
melakukan
advis/saran kepada
keluarga pasien.
15 1. 2 menit penulis 1. diharapkan pasien mampu
mengucapkan merespon salam salam dari
salam, menanyakan terapisDiharapkan pasien mampu
kabar lalu mengikuti/merespon terapis ketika
mengajak pasien di ajak berdo’a sebelum memulai
untuk membaca terapi
46

do’a 2. Pasien merasa nyaman pada saat


2. 2 menit penulis dilakukan pengukuran tekanan
memeriksa tekanan darah.tekanan darah pasien berada
darah pasien agar dibatas normal, sehingga mampu
tahu tekanan darah dilaksanakan terapi
pasien saat akan 3. pasien mampu memahami apa saja
dilakukan terapi. materi terapi kategori alat-alat
3. 4 menit penulis makan yaitu, piring, garpu, sendok,
memperkenalkan dan gelas yang sudah dikenalkan
materi terapi yaitu oleh penulis dihari sebelumnya
Pengenalan fungsi 4. pasien mampu mengetahui fungsi
benda berupa alat- benda-benda kategori alat makan
alat makan yaitu yaitu piring, garpu, sendok, dan
piring, garpu, gelas yang sesuai dengan instruksi
sendok, dan gelas dari terapis.
yang akan 5.
dilakukan terapi 6. Diharapkan pasien mampu
kepada pasien. mengetahui fungsi benda-benda
kategori alat makan yaitu piring,
4. 15 menit pasien
garpu, sendok, dan gelas yang
latihan mengenal sesuai dengan instruksi dari terapis
fungsi benda yaitu 7.
fungsi ala-alat
makan seperti
“Gelas, Piring,
sendok, garpu”.

5. 2 menit istirahat
relaksasi.
6. 5 menit penulis
mengajak pasien
untuk melakukan
latihan mengenal
fungsi alat-alat
makan.
47

7. 5 menit penulis
melakukan
advis/saran kepada
keluarga pasien.
16 1. 2 menit penulis 1. diharapkan pasien mampu
mengucapkan merespon salam salam dari
salam, menanyakan terapisDiharapkan pasien mampu
kabar lalu mengikuti/merespon terapis ketika
mengajak pasien di ajak berdo’a sebelum memulai
untuk membaca terapi
do’a 2. Pasien merasa nyaman pada saat
2. 2 menit penulis dilakukan pengukuran tekanan
memeriksa tekanan darah.tekanan darah pasien berada
darah pasien agar dibatas normal, sehingga mampu
tahu tekanan darah dilaksanakan terapi
pasien saat akan 3. pasien mampu memahami apa saja
dilakukan terapi. materi terapi kategori alat-alat
3. 4 menit penulis makan yaitu, piring, garpu, sendok,
memperkenalkan dan gelas yang sudah dikenalkan
materi terapi yaitu oleh penulis dihari sebelumnya
Pengenalan fungsi 4. pasien mampu mengetahui fungsi
benda berupa alat- benda-benda kategori alat makan
alat makan yaitu yaitu piring, garpu, sendok, dan
piring, garpu, gelas yang sesuai dengan instruksi
sendok, dan gelas dari terapis.
yang akan 5.
dilakukan terapi 6. Diharapkan pasien mampu
kepada pasien. mengetahui fungsi benda-benda
kategori alat makan yaitu piring,
4. 15 menit pasien
garpu, sendok, dan gelas yang
latihan mengenal sesuai dengan instruksi dari terapis
fungsi benda yaitu 7.
fungsi ala-alat
makan seperti
“Gelas, Piring,
48

sendok, garpu”.

5. 2 menit istirahat
relaksasi.
6. 5 menit penulis
mengajak pasien
untuk melakukan
latihan mengenal
fungsi alat-alat
makan.
7. 5 menit penulis
melakukan
advis/saran kepada
keluarga pasien.
17 1. 2 menit penulis 1. diharapkan pasien mampu
mengucapkan merespon salam salam dari
salam, menanyakan terapisDiharapkan pasien mampu
kabar lalu mengikuti/merespon terapis ketika
mengajak pasien di ajak berdo’a sebelum memulai
untuk membaca terapi
do’a 2. Pasien merasa nyaman pada saat
2. 2 menit penulis dilakukan pengukuran tekanan
memeriksa tekanan darah.tekanan darah pasien berada
darah pasien agar dibatas normal, sehingga mampu
tahu tekanan darah dilaksanakan terapi
pasien saat akan 3. pasien mampu memahami apa saja
dilakukan terapi. materi terapi kategori alat-alat
3. 4 menit penulis makan yaitu, piring, garpu, sendok,
memperkenalkan dan gelas yang sudah dikenalkan
materi terapi yaitu oleh penulis dihari sebelumnya
Pengenalan fungsi 4. pasien mampu mengetahui fungsi
benda berupa alat- benda-benda kategori alat makan
alat makan yaitu yaitu piring, garpu, sendok, dan
piring, garpu, gelas yang sesuai dengan instruksi
49

sendok, dan gelas dari terapis.


yang akan 5.
dilakukan terapi 6. Diharapkan pasien mampu
kepada pasien. mengetahui fungsi benda-benda
kategori alat makan yaitu piring,
4. 15 menit pasien
garpu, sendok, dan gelas yang
latihan mengenal sesuai dengan instruksi dari terapis
fungsi benda yaitu 7.
fungsi ala-alat
makan seperti
“Gelas, Piring,
sendok, garpu”.

5. 2 menit istirahat
relaksasi.
6. 5 menit penulis
mengajak pasien
untuk melakukan
latihan mengenal
fungsi alat-alat
makan.
7. 5 menit penulis
melakukan
advis/saran kepada
keluarga pasien.
18 1. 2 menit penulis 1. diharapkan pasien mampu
mengucapkan merespon salam salam dari
salam, menanyakan terapisDiharapkan pasien mampu
kabar lalu mengikuti/merespon terapis ketika
mengajak pasien di ajak berdo’a sebelum memulai
untuk membaca terapi
do’a 2. Pasien merasa nyaman pada saat
2. 2 menit penulis dilakukan pengukuran tekanan
memeriksa tekanan darah.tekanan darah pasien berada
darah pasien agar dibatas normal, sehingga mampu
50

tahu tekanan darah dilaksanakan terapi


pasien saat akan 3. pasien mampu memahami apa saja
dilakukan terapi. materi terapi kategori alat-alat
3. 4 menit penulis makan yaitu, piring, garpu, sendok,
memperkenalkan dan gelas yang sudah dikenalkan
materi terapi yaitu oleh penulis dihari sebelumnya
Pengenalan fungsi 4. pasien mampu mengetahui fungsi
benda berupa alat- benda-benda kategori alat makan
alat makan yaitu yaitu piring, garpu, sendok, dan
piring, garpu, gelas yang sesuai dengan instruksi
sendok, dan gelas dari terapis.
yang akan 5.
dilakukan terapi 6. Diharapkan pasien mampu
kepada pasien. mengetahui fungsi benda-benda
kategori alat makan yaitu piring,
4. 15 menit pasien
garpu, sendok, dan gelas yang
latihan mengenal sesuai dengan instruksi dari terapis
fungsi benda yaitu 7.
fungsi ala-alat
makan seperti
“Gelas, Piring,
sendok, garpu”.

5. 2 menit istirahat
relaksasi.
6. 5 menit penulis
mengajak pasien
untuk melakukan
latihan mengenal
fungsi alat-alat
makan.
7. 5 menit penulis
melakukan
advis/saran kepada
keluarga pasien.
51

19 1. 2 menit penulis 1. diharapkan pasien mampu


mengucapkan merespon salam salam dari
salam, menanyakan terapisDiharapkan pasien mampu
kabar lalu mengikuti/merespon terapis ketika
mengajak pasien di ajak berdo’a sebelum memulai
untuk membaca terapi
do’a 2. Pasien merasa nyaman pada saat
2. 2 menit penulis dilakukan pengukuran tekanan
memeriksa tekanan darah.tekanan darah pasien berada
darah pasien agar dibatas normal, sehingga mampu
tahu tekanan darah dilaksanakan terapi
pasien saat akan 3. pasien mampu memahami apa saja
dilakukan terapi. materi terapi kategori alat-alat
3. 4 menit penulis makan yaitu, piring, garpu, sendok,
memperkenalkan dan gelas yang sudah dikenalkan
materi terapi yaitu oleh penulis dihari sebelumnya
Pengenalan fungsi 4. pasien mampu mengetahui fungsi
benda berupa alat- benda-benda kategori alat makan
alat makan yaitu yaitu piring, garpu, sendok, dan
piring, garpu, gelas yang sesuai dengan instruksi
sendok, dan gelas dari terapis.
yang akan 5.
dilakukan terapi 6. Diharapkan pasien mampu
kepada pasien. mengetahui fungsi benda-benda
kategori alat makan yaitu piring,
4. 15 menit pasien
garpu, sendok, dan gelas yang
latihan mengenal sesuai dengan instruksi dari terapis
fungsi benda yaitu 7.
fungsi ala-alat
makan seperti
“Gelas, Piring,
sendok, garpu”.

5. 2 menit istirahat
relaksasi.
52

6. 5 menit penulis
mengajak pasien
untuk melakukan
latihan mengenal
fungsi alat-alat
makan.
7. 5 menit penulis
melakukan
advis/saran kepada
keluarga pasien.
20 1. 2 menit penulis 1. diharapkan pasien mampu
mengucapkan merespon salam salam dari
salam, menanyakan terapisDiharapkan pasien mampu
kabar lalu mengikuti/merespon terapis ketika
mengajak pasien di ajak berdo’a sebelum memulai
untuk membaca terapi
do’a 2. Pasien merasa nyaman pada saat
2. 2 menit penulis dilakukan pengukuran tekanan
memeriksa tekanan darah.tekanan darah pasien berada
darah pasien agar dibatas normal, sehingga mampu
tahu tekanan darah dilaksanakan terapi
pasien saat akan 3. pasien mampu memahami apa saja
dilakukan terapi. materi terapi kategori alat-alat
3. 4 menit penulis makan yaitu, piring, garpu, sendok,
memperkenalkan dan gelas yang sudah dikenalkan
materi terapi yaitu oleh penulis dihari sebelumnya
Pengenalan fungsi 4. pasien mampu mengetahui fungsi
benda berupa alat- benda-benda kategori alat makan
alat makan yaitu yaitu piring, garpu, sendok, dan
piring, garpu, gelas yang sesuai dengan instruksi
sendok, dan gelas dari terapis.
yang akan 5.
dilakukan terapi 6. Diharapkan pasien mampu
kepada pasien. mengetahui fungsi benda-benda
53

4. 15 menit pasien kategori alat makan yaitu piring,


latihan mengenal garpu, sendok, dan gelas yang
sesuai dengan instruksi dari terapis
fungsi benda yaitu
7.
fungsi ala-alat
makan seperti
“Gelas, Piring,
sendok, garpu”.

5. 2 menit istirahat
relaksasi.
6. 5 menit penulis
mengajak pasien
untuk melakukan
latihan mengenal
fungsi alat-alat
makan.
7. 5 menit penulis
melakukan
advis/saran kepada
keluarga pasien.
21 EVALUASI
Membandingkan Tes Awal dan Tes Akhir

3.6 Teknik Analis Data

Dalam teknik analisa data, maka penulis akan menghitung kriteria

keberhasilan dengan cara berikut :

Penulis membuat kriteria keberhasilan untuk keseluruhan jumlah tes yang

diajukan penulis sebanyak 4 item dengan bobot poin 8 poin. Penulis

menggunakan 4 skala keberhasilan yaitu sangat berhasil, berhasil, cukup

berhasil, dan tidak berhasil. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dibawah ini:

Rumus skala presentasi hasil tes awal


54

Nilai hasil tes awal x 100%


Jumlah poin maksimal

Rumus skala presentasi hasil tes akhir

Nilai hasil tes akhir x 100%


Jumlah poin maksimal

Rumus skala presentasi hasil keseluruhan tes

(Nilai hasil tes akhir - Nilai hasil tes awal) x 100%


Jumlah poin maksimal

Untuk itu dalam menentukan kriteria keberhasilan terapi jangka pendek


pada aspek pemahaman fungsi benda dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 3.5. Teknik analisis data

No Kenaikan respon benar Skala presentase Skala kebarhasilan


1 7-8 75% - 100% Sangat berhasil
2 5-6 50% - 75% Berhasil
3 3-4 25% - 50% Cukup berhasil
4 0-2 0 – 25% Tidak berhasil
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Identitas Pasien

Nama : Tn. Badri

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat, tanggal lahir : Cianjur, 10 Agustus 1960

Usia : 59 Tahun

Agama : Islam

Pendidikan : SD

Suku Bangsa : Sunda

Bahasa yang digunakan: Bahasa Sunda

Status : Menikah

Pekerjaan : Buruh

Alamat : jl. Babakan Tongo, gang bojong Asi 3 Rt

03, Rw 04.

4.1.2 Data yang Berhubungan dengan faktor Penyebab

Berdasarkan hasil wawancara dengan keluargapasien, diperoleh

keterangan bahwa 2013 pasien mengalami pingsan di terminal leuwi panjang

pada saat pulang dari memancing menuju rumah. kemudian pasien dibawa ke

Rumah Sakit Immanuel kota bandung dan masuk ke ruangan IGD.pasien

mengalami koma selama 6 hari. Kemudian Setelah sadar pasien tidak dapat

berkomunikasi, tidak dapat menggerakan anggota tubuhnya bagian kanan dan

55
56

bahkan tidak bisa mengenali anggota keluarganya. Dokter mendiagnosa pasien

mengalami stroke. Saat ini pasien dirujuk ke Rehabilitasi Medik dan diberi

penanganan salah satunya Terapi Wicara.

Pasien tidak mempunyai riwayat penyakit jantung, pasien juga tidak

memiliki memiliki riwayat penyakit hipertensi/tekanan darah tinggi dan

penyakit lainnya. Diduga pasien pingsan karena mengalami kelelahan

karena beraktivitas yang berlebihan setiap harinya.

4.1.3 Data yang Berhubungan dengan Sindroma

1) Sindroma yang berhubungan dengan Bicara


Berdasarkan wawancara, observasi dan tes dengan pasien, diketahui
bahwa pasien tidak dapat berbicara sama sekali dan tampak tidak mengerti
saat diajak berbicara.
Berdasarkan kemampuan wicara, pasien tidak mampu mengeluarkan fone
dan fonem yang di instruksikan oleh penulis.
Dari hasil tes Pemeriksaan Alat Wicara yang berkaitan dengan struktur
dan fungsi organ wicara, diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 4.1. Hasil PAW

Organ Keterangan Peringkat


Bibir  Bibir bersentuhan ketika dilakukan oklusi gigi 3
 Dapat melakukan prostusi namun tidak
simetris
 Bibir dapat digerakan ke sisi kiri dan sisi
kanan
 Sudut bibir sebelah kanan asimetris
 Dapat mengatupkan bibir 10 kali selama 5
detik
 Dapat memproduksi /pa/ 10 kali dalam 5 detik
Gigi  Mampu oklusi 1
 Hubungan antara gigi seri depan dan belakang
normal
 Tidak menggunakan dental appliance maupun
57

gigi palsu
Lidah  Ukuran lidah simetris dengan lengkung kaki gigi 3
 Pasien mampu menjulurkan lidah ke atas namun
masih mengalami kesulitan untuk melakukannya
 Mampu memproduksi /ta/ 15 kali dalam 5
detik
 Lidah bagian belakang dapat menyentuh
langit-langit lembut dalam 5 detik namun
masih kesulitan
 Mampu memproduksi /ca/ 15 kali dalam 5
detik
Palatum  Struktur langit-langit keras normal 1
Durum  Tidak terdapat cleft perbaikan
 Tidak ada fistula di palatum
 Keadaan lengkung palatum normal
Palatofarin  Keutuhan normal 3
g  Uvula normal
 Jelas gerakannya selama fonasi /a/
 Jelas gerakannya selama pengulangan
fonasi /a/
 Jelas gerakannya selama gag reflex
Fauces  Tonsil normal 3
 Pillars normal
 Daerah ithmus (faucial isthmus/daerah
peragangan dari faucial) rata-rata
 Gerakan belakang selama fonasi /a/
 Gerakan ke tengah selama fonasi /a/
 Pembatasan gerakan velum oleh pillars
Nasal  Septum normal 1
cavities  Septum kiri dan kanan jelas
 Tidak bernafas lewat mulut
 Adenoid kelihatan
 Tidak terlihat faringeal flap
58

Peringkat Nilai dari Pemeriksaan Alat Wicara.


Peringkat 1 : Normal
Deviasi ringan, kemungkinan tidak akan
Peringkat 2 :
mempengaruhi wicara
Deviasi sedang, kemungkinan mempengharuhi
Peringkat 3 :
wicara, mengalami kelainan.
Deviasi berat, dapat menghambat produksi
wicara normal, perlu dilakukan perubahan
Peringkat 4 :
struktur, dengan alat, tanpa pelayanan terapi
wicara.

Kesimpulan berdasarkan hasil Pemeriksaan Alat Wicara yaitu ada pada


peringkat 3 yang hasilya deviasi sedang, kemungkinan mempengharuhi wicara,
mengalami kelainan.
Tabel 4.2. Pergerakan Oral yang Disengaja.
No Stimulus Tanggapan
1 Menjulurkan lidah 4
2 Meniup Pasien menjulurkan lidah
3 Menunjukkan gigi Pasien menjulurkan lidah
4 Memoyongkan bibir Pasien menjulurkan lidah
5 Menjulurkan lidah dan ke hidung Pasien menjulurkan lidah
6 Mengigit bibir bawah Pasien menjulurkan lidah
7 Bersiul Pasien menjulurkan lidah
8 Menjilat bibir Pasien menjulurkan lidah
9 Mendahak Pasien menjulurkan lidah
Menggerakkan lidah ke luar Pasien menjulurkan lidah
10
masuk
11 Merapatkan gigi sekali Pasien menjulukan lidah
12 Tersenyum Pasien menjulurkan lidah
Menyentuhkan lidah ke alveolar Pasien menjulurkan lidah
13
sambil berbunyi/ mendecak
Menggerakkan gigi seperti orang Pasien menjulukan lidah
14
kedinginan
15 Menjulurkan lidah ke arah dagu Pasien menjulurkan lidah
16 Batuk Pasien menjulurkan lidah
17 Menggembungkan pipi Pasien menjulurkan lidah
Menggerakan lidah ke kiri dan ke Pasien menjulurkan lidah
18
kanan
Tunjukan bagaimana mencium Pasien menjulurkan lidah
19
seseorang
Memonyongkan mulut dan Pasien menjulurkan lidah
20
tersenyum

Skala 8 : bila tugas/perintah yang diberikan dapat dilaksanakan dengan tepat, langsung
(tanpa mencoba-coba) dan tanpa diberi contoh oleh tester
Skala 7 : bila tugas/perintah yang diberikan dapat dilaksanakan dengan tepat setelah
mencoba dan mencari-cari, akan tetapi gerakan dapat dilaksanakan tanpa diberi
contoh oleh tester
59

Skala 6 : bila tugas/perintah yang diberikan dapat dilaksanakan tetapi tidak sempurna,
kekuatan, ketepatan, kecepatan tidak sempurna, tetapi tugas itu tidak
diberi contoh oleh tester
Skala 5 : bila tugas/perintah dapat dilaksankan hanya sebagian, bagian penting tidak
ada tetapi masih diberikan contoh oleh tester
Skala 4 : sama dengan skala 8, tetapi diberikan contoh oleh tester
Skala 3 : sama dengan skala 7, tetapi diberi contoh oleh tester
Skala 2 : sama dengan skala 6, tetapi diberikan contoh oleh tester
Skala 1 : sama dengan skala 5, tetapi diberikan contoh oleh tester
Kesimpulannya pada pergerakan oral yang disengaja yang dilakukan

sebanyak 20 item pasien hanyam mampu melakukan gerakan oral disengaja

tetapi diberi contoh oleh terapi,tetapi untuk 19 item lagi yang di teskan pasien

tidak dapat melakukan intruksi terapi yang diajukan tidak mampu melakukan

instruksi yang diajukan, terapi menilai pasien OP (Oral Perseverative) yaitu

termasuk beberapa gerakan oral yang lain,termasuk wicara.

2) Sindroma yang berhubungan dengan Bahasa

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dan

tes, maka dapat diperoleh keterangan yang berhubungan dengan wicara,

bahasa, suara, irama kelancaran dan menelan. Data sindroma diperoleh dengan

melakukan pemeriksaan Token Test,dan TADIR.Maka diperoleh data sebagai

berikut :

Untuk menentukan tingkat kemampuan reseptif pada pasien afasia,

maka penulis melakukan pemeriksaan Token Test, dengan hasil:

Tabel 4.3. Hasil Token Test


Nilai Token Test
Bagian I. Semua keping terpasang lengkap
0 1. Sentuh sebuah lingkaran
0 2. Sentuh sebuah persegi
0 3. Sentuh sebuah keping biru
0 4. Sentuh sebuah keping merah
0 5. Sentuh sebuah keping kuning
0 6. Sentuh sebuah keping hijau
0 7. Sentuh sebuahkeping putih
Bagian II. Semua keping kecil disingkirkan
0 8. Sentuh persegi biru
60

0 9. Sentuh lingkaran hitam


0 10. Sentuh lingkaran hijau
0 11. Sentuh persegi putih
Bagian III. Semua keping kecil ditaruh ditempat semula
0 12. Sentuh lingkaran kecil putih
0 13. Sentuh persegi besar biru
0 14. Sentuh persegi besar hijau
0 15. Sentuh lingkaran kecil kuning
Bagian IV. Semua keping kecil disingkirkan
0 16. Sentuh lingkaran merah dan persegi hijau
0 17. Sentuh persegi biru dan persegi kuning
0 18. Sentuh persegi putih dan lingkaran hijau
0 19. Sentuh lingkaran putih dan lingkaran merah
Bagian V. Semua keping kecil ditaruh ditempat semula
0 20. Sentuh lingkaran besar putih dan persegi kecil hijau
0 21. Sentuh lingkaran kecil kuning dan persegi besar biru
0 22. Sentuh persegi besar hijau dan persegi besar merah
0 23. Sentuh persegi besar putih dan persegi kecil hijau
Bagian VI. Semua keping kecil disingkirkan
0 24. Taruh lingkaran merah di atas persegi hijau
0 25. Sentuh lingkaran kuning menggunakan persegi merah
0 26. Sentuh persegi kuning dan persegi merah
0 27. Sentuh lingkaran kuning atau persegi merah
0 28. Jauhkan persegi hijau dari persegi kuning
0 29. Bila terdapat lingkaran kuning, sentuh persegi merah
0 30. Taruh persegi hijau disebelah lingkaran merah
0 31. Sentuh semua persegi perlahan-lahan dan semua lingkaran dengan
cepat
0 32. Taruh lingkaran merah diantara persegi biru dan persegi merah
0 33. Sentuh semua lingkaran, kecuali hijau
0 34. Sentuh lingkaran kecuali merah BUKAN persegi putih
0 35. Sebagai ganti persegi putih, sentuh lingkaran biru
0 36. Selain menyentuh lingkaran biru, sentuh juga lingkaran kuning
0 Jumlah
Keterangan :

1 = Untuk respon salah


2 = Untuk respon benar yang lengkap dari semua item
3 = Untuk respon yang hanya salah satu item yang benar

Berdasarkan hasil Token Test didapatkan hasil bahwa pasien

mengalami afasia dengan gangguan pengertian sangat berat pada jumlah item

yang benar sebanyak 0 item dari 36 item yang diteskan kepada pasien.

Untuk mengetahui sindrom afasia mana, penulis melakukan tes TADIR (Tes

Afasia untuk Diagnosis Informasi dan Rehabilitasi). Berikut ini dapat dilihat

hasil dari keseluruhan tes TADIR.


61

Keterangan Skor Profil Norma TADIR sebagai berikut :

1 : Tidak mungkin

2 : Sangat Terganggu

3 : Terganggu

4 : Sedikit Terganggu

5 : Normal

a) Bicara

Berdasarkan hasil TADIR yang dilakukan deperoleh data mengenai

kemampuan bicara pasien sebagai berikut.

1) Subtes Informasi Pribadi

Subtes ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan pasien dalam

memberikan informasi pribadi. Pasien mendapatkan skor sebagai berikut :

Tabel 4.4. Hasil informasi pribadi

Pertanyaan Jawaban
1. Siapa nama lengkap anda? Bibi
2. Diamana tempat tinggal anda? Bibi
3. Jalan apa dan nomor berapa? Baba
4. Dimana anda lahir? Baba
5. Tanggal berapa anda lahir? Bibi
6. Apakah pendidikan anda? Bibi
7. Apakah pekerjaan anda? Baba
SKOR NORMA = 1 2 3 4 5

Berdasarkan tes yang terdiri dari 7 pertanyaan mengenai informasi pribadi diatas,

pasientidak mampu menjawab pertanyaan yang diberikan penulis.

Sehingga,pasien mendapatkan skor 1yaitu tidak bisa menjawab.

1) Subtes Menyebut

Subtes ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan bicara pasien menyebut

contoh nama-nama dalam kategori semantik tertentu. Pasien mendapatkan

skor sebagai berikut :


62

SKOR NORMA = 1 2 3 4 5

Berdasarkan tes tersebut pasien tidak mampu menyebutkan nama binatang

dalam 1 menit. Dari hasil tersebut penulis memperoleh skor norma 1 yang berarti

kemampuan menyebut contoh nama-nama dalam satu kategori semantik yaitu

tidak mungkin.

1) Menamai

a) Tingkat Kata (Fonologi, Leksiko Semantik)

Subtes ini bertujuan untuk menilai kemampuan pasien dalam

menamai gambar. Pasien mendapatkan skor

Tabel 4.5. Hasil Kemampuan Menamai Tingkat Kata

Stimulus Poin Paraf Paraf Ger.


1/1/2/0 Lit. Ver. Is/Guna
Gelas 0 - - -
Payung 0 - - -
Panah 0 - - -
Segi tiga 0 - - -
Biru 0 - - -
Kuning 0 - - -
Sembilan 0 - - -
Tujuhbelas 0 - - -
SKOR 1 - - -
KASAR
Sumber : TADIR, 1996 : 67

SKOR NORMA = 1 2 3 4 5
Berdasarkan hasil tes tersebut dari 8 bergambar pasien mendapatkan

nilai skor 1, artinya kemampuan menamai tingkat kata tidak mungkin

dilakukan.

a) Tingkat Kalimat (fonologi, leksiko semantik dan morfo sintaksis)

Tes ini bertujuan untuk menilai kemampuan menceritakan gambar-

gambar secara lisan dengan kalimat-kalimat tepat dan lengkap.

Maksudnya antara lain melihat apakah pasien dapat membuat


63

kalimat dengan morfosintaksis tertentu, seperti kata depan, kata

keterangan, atau kalimat pasif.

Pasien mendapatkan skor sebagai berikut :

SKOR NORMA = 1 2 3 4 5

Berdasarkan tes tersebut, dari gambar yang di berikan penulis, pasien

mendapatkan nilai skor 1 yang berarti kemampuan menceritakan gambar-

gambar secara lisan dengan kalimat-kalimat tepat dan lengkap tidak mungkin.

1) Subtes Bercerita / JTK / Kelancaran

a) Lancar/tidak lancar

Tes kemampuan bercerita dilakukan untuk mengetahui rata-rata jumlah

total kata (JTK) dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Pada

pelaksanaannya penulis hanya meminta pasien untuk bercerita tentang

kegiatan pasien sehari-hari.

Pasien mendapatkan skor sebagai berikut :

SKOR KASAR : 0 kata per – detik

Pada umumnya bicara seorang afasia dinilai tidak lancar apabila rata-

rata menggunakan kurang dari 60 kata per menit dan dikatakan lancar ketika

seorang afasia mampu rata-rata mengucapkan 61 kata atau lebih per menit.

KELANCARAN : Lancar/Tidak Lancar


Berdasarkan hasil tersebut, maka kemampuan menentukan jumlah total

kata (JTK) pada waktu menceritakan dan kelancaran bicara pasien adalah

tidak lancar karena pasien tidak mampu bercerita


64

2) Subtes Membaca Bersuara

Tes ini bertujuan untuk menilai kemampuan pasien dalam membaca bersuara

pada tingkat kata serta kalimat-kalimat lengkap.

Tabel 4.6. Hasil Kemampuan Membaca Bersuara.

Stimulus Poin
TINGKAT KATA 0
Minum 0
Diarahkanlah 0
TINGKAT KALIMAT 0
Yang penting baginya adalah belajar dan bekerja 0
Saya mau kepasar untuk beli setengah kilo kopi dan tiga kilo 0
beras
SKOR KASAR 0

SKOR NORMA = 1 2 3 4 5

Berdasarkan hasil tes tersebut pasien mendapatkan skor norma 1 yang artinya

kemampuan membaca bersuara pasien tidak mungkin.

3) Meniru ucapan (Fonologi)

Tes ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan pasien dalam meniru ucapan

kata-kata dan kalimat-kalimat lengkap.

Tabel 4.7. Hasil Kemampuan Meniru Ucapan

Stimulus Poin
TINGKAT KATA 0
Minum 0
Diarahkanlah 0
TINGKAT KALIMAT 0
Yang penting baginya adalah belajar dan bekerja 0
Saya mau kepasar untuk beli setengah kilo kopi dan tiga kilo 0
beras
SKOR KASAR 0

SKOR NORMA = 1 2 3 4 5

Berdasarkan hasil tersebut pasien mendapatkan skor norma 1 yang artinya

kemampuan meniru ucapan tingkat kata dan kalimat tidak mungkin.


65

b) Pemahaman Bahasa Lisan

1) Tingkat kata

Tujuan penulis melakukan tes pemahaman bahasa lisan tingkat kata

adalah untuk menilai kemampuan pemahaman bahasa pada tingkat kata.

Tabel 4.8. Hasil Kemampuan Bahasa Lisan Tingkat Kata

Stimulus Poin 1/0


Kuda 0
Gunting 0
Empatbelas 0
Segi empat 0
SKOR KASAR 0

SKOR NORMA = 1 2 3 4 5

Dari 4 kata yang disebutkan oleh penulis, pasien mampu merespon dengan

cara menunjuk 0 gambar dengan benar, dengan begitu diperoleh skor 1 yaitu

tidak mungkin.

2) Tingkat Kalimat

Tujuan penulis melakukan tes pemahaman bahasa lisan tingkat kalimat

adalah untuk menilai kemampuan pasien dalam memahami bahasa lisan

tingkat kalimat adalah untuk menilai kemampuan pasien dalam memahami

bahasa lisan pada tingkat kalimat adalah untuk menilai kemampuan pasien

dalam memahami bahasa lisan pada tingkat kalimat dan menyerap beberapa

informasi yang terurai pada satu kalimat atau kesatuan informasi.

Tabel 4.9. Hasil Kemampuan Bahasa Lisan Tingkat Kalimat

Stimulus Respon
Seorang bayi lebih besar daripada seorang dewasa B/T*
1. Benar atau tidak?
Seorang polisi ditembak seorang pencuri Pol/pen*
2. Siapa yang menembak : polisi atau pencuri?
Bandung – Jakarta lebih jauh daripada Bandung – Aceh B/T*
3. Benar atau tidak?
Seekor burung dimakan seekor ular Ul*/Bur
4. Siapa yang makan : ular atau burung?
66

Saya telah membuat janji untuk saya sendiri dengan dokter Ka*/...
gigi, untuk hari kamis, tanggal 23 bulan inni. 23*/..
5. Janji untuk hari apa?
6. Untuk tanggal berapa?
* = jawaban benar 0
Respon 1 + respon 3 benar : 1 poin
Respon 2 + respon 4 benar :1 poin
Respon 3 + respon 5 benar : 1 poin

JUMLAH SKOR KASAR TINGKAT KALIMAT + KALIMAT = 0

Diubah skor kasar tersebut ke skor norma dengan hasil sebagai berikut :

SKOR NORMA = 1 2 3 4 5

Berdasarkan hasil tersebut pasien mendapat skor 1 artinya kemampuan

bahasa lisan pada tingkat kata dan tingkat kalimat tidak mungkin.

c) Pemahaman Bahasa tulis

1. Tingkat Kata (Leksiko Semantik)

Tes ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan pasien dalam

memahami bahasa tulis pada tingkat kata.

Tabel 4.10. Hasil Kemampuan Pemahaman Bahasa.

Stimulus Poin 1/0


Kuda 0
Gunting 0
Empatbelas 0
Segi empat 0
SKOR KASAR 0

Dari 4 tulisan dan 4 gambar yang diperlihatkan pada pasien, pasien

mendapatkan skor kasar 0.

2. Tingkat Kalimat

Tes ini dilakukan dengan tujuan mendapatkan informasi mengenai

kemampuan pasien dalam memahami informasi mengenai kemampuan

pasien dalam memahami bahasa tertulis pada tingkat kalimat.


67

Pasien mendapatkan skor :

JUMLAH SKOR KASAR TINGKAT KATA + KALIMAT = 0

Diubah menjadi skor norma menjadi :

SKOR NORMA = 1 2 3 4 5

Berdasarkan hasil tersebut pasien mendapatkan skor 1 artinya adalah

kemampuan bahasa tulis pada tingkat kata dan tingkat kalimat tidak mungkin.

3. Informasi Pribadi

Tes ini bertujuan untuk menilai kemampuan pasien mengerti formulir

dengan infomasi pribadi dan mencatat hal-hal yang relevan.

Tabel 4.11. Hasil Pengisian Formulir Pilihan Ganda


STIMULUS
Bahasa yang biasanya di pakai :
Bahasa Indonesia Bahasa Daerah Bahasa Lain
Pendidikan tertinggi yang diikuti :
SD SMP SMA STM IKIP AKADEMI
UNIVERSITAS
Status Sipil
Tidak Menikah Menikah Cerai Janda Duda
Jumlah anak :
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Sekarang bertempat tinggal :
Di Rumah Sakit
Di rumah sendiri
Di rumah perawatan
Di rumah keluarga
Jumlah : 0
Pasien mendapatkan skor sebagai berikut :

SKOR NORMA = 1 2 3 4 5

Berdasarkan hasil tersebut pasien tidak mampu menjawab semua


pertanyaan, artinya pasien mendapat skor kasar 0 diubah menjadi skor norma 1
poin, artinya kemampuan mengerti formulir pemahamam bahasa tulis untuk
informasi pribadi tidak mungkin.
d) Menulis

1) Informasi Pribadi
68

Tes ini bertujuan untuk menilai kemampuan pasien dalam mengisi


formulir.
Tabel 4.12. Hasil Kemampuan Mengisi Formulir Dengan Informasi Pribadi
STIMULUS
NAMA LENGKAP : -
ALAMAAT : JALAN + NOMOR : -
KOTA : -
TANGGAL LAHIR : -
TEMPAT LAHIR : -

TANGGAL : -
TANDA TANGAN ; -
SKOR KASAR = 0

SKOR NORMA = 1 2 3 4 5

Berdasarkan tes tersebut pasien tidak mampu menjawab pertanyaan,

sehingga pasien mendapatkan 0 skor kasar yang diubah menjadai skor norma

dan mendapatkan skor 1 yang artinya kemampuan mengisi formulir dengan

informasi pribadi tidak mungkin.

2) Dikte

a) Fonologi

Tujuan tes ini untuk menilai kemampuan menulis tanpa salah ejaan

kata-kata yang didikte.

Tabel 4.13. Hasil Kemampuan Dikte


Stimulus Poin 1/0 Paraf La. Paraf Verb.
Bola 0 - -
Penting 0 - -
Kepercayaan 0 - -
Mempersalahgunaka 0 - -
n
SKOR KASAR 0 -

SKOR NORMA = 1 2 3 4 5
69

Berdasarkan hasil tes tersebut, di dapatkan skor kasr 0 poin yang

diubah menjadi skor norma 1 yang artinya kemampuan menulis dari ejaan

tidak mungkin dilakukan.

b) Tingkat Kata

Tes ini menilai kemampuan menamai gambar secara tertulis.

Tabel 4.14. Hasil Kemampuan Menamai Gambar Tingkat Kata.


Stimulus Poin 1/0 Paraf L.it. Paraf Verb
Gelas 0 - -
Payung 0 - -
Panah 0 - -
Segitiga 0 - -
Biru 0 - -
Kuning 0 - -
Sembilan 0 - -
Tujuhbelas 0 - -
SKOR 0 - -
KASAR

SKOR NORMA = 1 2 3 4 5

Berdasarkan hasil tes tersebut, didapatkan skor kasar 0 poin yang diubah

menjadi skor kasar 1 poin yang artinya kemampuan menamai gambar secara

tertulis tidak mungkin dilakukan.

4. Tingkat Kalimat

Tes ini bertujuan untuk meniali kemampuan menulis dengan satu kalimat

tepat dan lengkap dua buah gambar situasi.

Pasien mendapatkan skor :

SKOR NORMA = 1 2 3 4 5

Berdasarkan hasil tes tersebut pasien mendapatkan skor norma 1 yaitu

tidak bisa menjawab / jawaban tidak dimengerti. Artinya kemampuan menulis

dalam kalimat tidak mungkin dilakukan.


70

Tabel 4.15. Hasil Tes TADIR.


PROFIL NORMA TADIR
Tidak Sangat Sedikit
Tergangg Norma
Mungki Tergangg Tergangg
u l
n u u
Bicara
Informasi pribadi 1 2 3 4 5
Menyebut (F,LS) 1 2 3 4 5
Menamai ;
- Tingkat kata (F,LS) 1 2 3 4 5
- Tingkat kalimat 1 2 3 4 5
(F,LS,MS)
Bercerita :
- JTK....per...detik
- Lancar/tidak lancar
Membaca bersuara (F) 1 2 3 4 5
Meniru ucapan (F) 1 2 3 4 5
PEMAHAMAN
BAHASA LISAN

Tingkat kata Tingkat


Kalimat
1 2 3 4 5
(LS)
(LS,MS)
PEMAHAMAN
BAHASA TULIS
Tingkat kata Tingkat
Kalimat
1 2 3 4 5
(LS)
(LS,MS)
Informasi Pribadi 1 2 3 4 5
Dikte (F) 1 2 3 4 5
MENULIS
Informasi pribadi 1 2 3 4 5
Dikte (F) 1 2 3 4 5
Tingkat kata (F,LS) 1 2 3 4 5
Tingkat kalimat
1 2 3 4 5
(F,LS,MS)

OBSERVASI

Kosentrasi Buruk Sedang Baik


Kewaspadaan Buruk Sedang Baik
Percaya diri Buruk Sedang Baik
Kesadarahn tentang Buruk Sedang Baik
penyakitnya Buruk Sedang Baik
Sikap mendengar Buruk Sedang Baik
Minta pengulangan

3) Sindroma yang berhubungan dengan Suara


a) Nada
71

Berdasarkan hasil tes suara,pasien tidak mampu mengeluarkan


suaranya dan pasien hanya diam saja. Sehingga penulis tidak dapat
menilai nada suara pasien.
b) Kualitas
Berdasarkan hasil tes suara, pasien tidak mampu mengeluarkan
suaranya dan pasien hanya diam saja. Sehingga penulis tidak tidak
dapat menilai kualitas suara pasien
c) Kenyaringan
Berdasarkan hasil tes suara, pasien tidak mampu mengeluarkan
suaranya dan pasien hanya diam saja. Sehingga penulis tidak tidak
dapat menilai kenyaringan suara pasien.
4) Sindroma yang berhubungan dengan Irama Kelancaran
Berdasarkan hasil tes, pasien tidak mampu bernyanyi, bercerita dan
berhitung. Sehingga penulis tidak tidak dapat menilai adanya
perpanjangan, pengulangan, penghentian dan penahanan.
5) Sindroma yang berhubungan dengan Menelan
Dari hasil wawancara dengan anak pasien didapatkan data bahwa
pasien tidak mengalami kesulitan dalam makan minum.
Dan berdasarkan hasil pengamatan penulis yaitu ketika pasien minum
juice dan air putih tidak tersedak. Dan pada saat makan nasi tim, kue mari,
puding dan nasi pasien dapat mengunyah dan menelan

4.1.4 Data Lain yang Relevan

1. Kondisi fisik

Berdasarkan hasil pengamatan, kondisi fisik

pasien,tidakmenggunakankacamatauntukpenglihatan,

pasienmengalamikelumpuhan dan harusmenggunakankursiroda,

kondisifisiklainnya normal tidakkelainan.

2. Kemampuan Motorik

a) Motorik Kasar
72

Berdasarkan pengamatan penulis pasien tidak bisa berlari, tidak

bisa berjalan normal harus di dampingi, pasien tidak bisa melompat,

pasien tidak bisa berdiri satu kaki, pasien tidak bisa jongkok, pasien

bisa duduk tegak tanpa sandaran.

b) Motorik Halus

Pasien mampu memegang pensil dengan baik dan ,mampu

menyusun balok.

c) Kordinasi visiomotor

Berdasarkan pengamatan penulis, koordinasi visiomotor pasien

baik, klienmampumenyusun puzzle denganbenar.

3. Kemampuan Sensorik

a) Pendengaran (S1)

Berdasarkan pengamatan penulis pendengaran pasien baik

ditandai dengan ketika di panggil namanya pasien bereaksi dengan

menoleh kearah sumber suara, namun ketika ada yang bertanya pasien

hanya melihat ke arah sumber suara dan tidak mampu menjawab

pertanyaannya.

b) Penglihatan (S2)

Berdasarkan pengamatan penulis penglihatan pasien baik

ditandai dengan pasien mampu menoleh kearah benda ketika di

instruksikan “lihat ini bu”. Namun pasien tidak mampu membedakan

warna.

c) Taktil kinestik (S3)

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan penulis, respon

sentuh pasien baik ketika penulis menyentuh bahunya pasien mampu


73

menengok, pasien mampu merasakan rasa panas yaitu ketika penulis

memberikan benda yang panas dan disentuhkan ke tangan pasien,

pasien langsung mengangkat tangannya.


74

4. Kemampuan Bahasa

a) Reseptif

Pemahaman bahasa resetif pasien sangat buruk pasien hanya mengerti

perintah sederhana saja.

b) Ekspresif

Tidak terdapat Bahasa ekspresif pada pasien

5. Kemampuan Wicara

Kemampuan wicara pada pasien sangat buruk ,pasien hanya bisa

mengeluarkan kata “baba,bibi, mama, dan mimi”.

6. Kemampuan Suara

Pasien hanya mengeluarkan kata baba, bibi, mimi tetapi untuk kualitas,

kenyaringan, dan nada nya tidak bisa dinilai oleh terapi.

7. Kemampuan Irama Kelancaran

Terapi tidak bisa menilai irama kelancaran pasien karena pasien tidak

bisa berbicara.

8. Kemampuan Organ Bicara

Ketepatan, kekuatan, kecepatan organ bicara klien normal

9. Kemampuan Pernafasan

Pernafasan klien bagus

10. Kemampuan Makan dan Minum

Tidak ada masalah makan dan minum pada pasien

11. Emosi

Pasien cenderung lebih pendiam


75

4.1.5 Data Penunjang

Dari hasil data dokter didapat bahwa pasien mengalami stroke yang

disebabkan karena pasien mengalami benturan dikepala akibat tiba-tiba pingsan.

Pasien mengalami kekakuan anggota gerak sisi kanan, kerusakan pada

lobus temporal akan mengakibatkan gangguan mengkategorikan dan

mengorganisasikan materi verbal.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Analisa data

Berdasarkan hasil wawancara dengan keluargapasien, diperoleh

keterangan bahwa 2013 pasien jatuh pingsan di salah satu terminal di kota

Bandung pada saat ingin pulang dari memancing menuju ke rumah. pada saat

itu pasien mengalami benturan dikepala hingga tidak sadarka diri, kemudian

pasien dibawa ke Rumah Sakit Immanuel kota Bandung dan masuk ke ruangan

IGD karena mengalami pendarahan di otak akibat benterun yang terjadi

terhadapnya. Pada saat itu Pasien mengalami koma selama lebih kurang 6

hari.Setelah koma selama lebih kurang 6 hari pasien sadar dan saat itu

tidak dapat berkomunikasi, tidak dapat menggerakan anggota tubuhnya

bagian kanan dan bahkan tidak bisa mengenali anggota keluarganya. lalu

Dokter yang bertugas menangani pasien mendiagnosa bahwa pasien

mengalami stroke.

Pasien tidak mempunyai riwayat penyakit jantung, pasien juga tidak

memiliki memiliki riwayat penyakit hipertensi/tekanan darah tinggi dan

penyakit lainnya. Diduga pasien pingsan karena mengalami kelelahan

karena beraktivitas yang berlebihan setiap harinya.


76

Menurut AHA/ASA Guideline, 2007 “Beberapa gejala atau tanda yang

mengarah kepada diagnosis stroke antara lain hemiparesis, gangguan sensorik

satu sisi tubuh, hemianopia atau buta mendadak, diplopia, vertigo, afasia,

disfagia, diartria, ataksia, kejang atau penurunan kesadaran yang

kesemuanya terjadi secara mendadak”.

Menurut Nabyl (2012),“Stroke yaitu suatu kondisi yang terjadi ketika

pasokandarah ke suatu bagian otak tiba-tiba terganggu, karena sebagian sel-sel

otakmengalami kematian akibat gangguan aliran darah karena sumbatan atau

pecahnya pembuluh darah otak. Sementara WHO (World Heart Organisation)

mendefinisikanbahwa stroke adalah gejala-gejala defisit fungsi sususnan saraf

yang diakibatkan olehpenyakit pembuluh darah otak dan bukan oleh yang lain”.

Berdasarkan hasil pengamatan dan tes yang telah dilakukan kemampuan

pada pemeriksaan alat wicara pada struktur dan fungsi dengan hasil beberapa

subtes dapat dilakukan oleh pasien secara spontan dan untuk gerakan oral yang

disengaja pasien tidak dapat menirukannya atau tidak mampu mengikuti

intrsuksi tes.

Berdasarkan hasil Token Test didapatkan hasil bahwa pasien mengalami

afasia dengan gangguan pengertian sangat berat pada jumlah item yang benar

sebanyak 0 item dari 36 item yang diteskan kepada pasien.

Menurut (Dharmaperwira , 2002:5).karakteristik Afasia Global yaitu

pemahaman audiftif sangat terganggu. Menunjuk biasanya juga tidak bisa lagi

sehingga memeriksa pemahaman audiftif menjadi sangat sukar.

Menurut Howard 2000 dalam buku saku neurologi bahwa karakteristik

Afasia Global yaitu hemiparesis tampak jelas, disertai dengan ketidakmampuan

penderita dalam hal pemahaman dan berbicara.


77

Kemampuan bicara pasien dalam memberikan informasi pribadi

memperoleh skor 1 berdasarkan Profil Norma Tadir, artinya tidak mungkin

menjawab semua yang terdiri dari 7 pertanyaan mengenai informasi pribadi

yang diberikan, tidak ada sekali informasi yang mampu di jawab dengan benar

yang diberikan penulis. Bicaranya tidak mengeluarkan suara sama sekali dan

tidak ada respon apa-apa. Kemampuan menamai tingkat kalimat pasien

mendapatkan skor norma 1yaitu tidak mungkin dilakukan.

Menurut Bahan Ajar I AFASIA "Karakteristik Afasia Global yaitu

penderita tidak dapat berbicara secara spontan atau melakukannya dengan susah

payah, menghasilkan tidak lebih dari fragmen perkataan. Penderita mengalami

kesulitan menamakan benda, membaca, menulis dan menyalin kata".

Berdasarkan hasil tes pasien tidak dapat menyebutkan nama-nama

binatang dalam 1 menit. Dari hasil tersebut penulis memperoleh skor norma 1

yang berarti kemampuan menyebut contoh nama-nama binatang dalam satu

kategori semantik tertentu tidak mungkin dilakukan. Kemampuan menamai

tingkat kalimat pasien mendapatkan skor norma 1 yaitu tidak mungkin

dilakukan.

Menurut (Dharmaperwira , 2002:5). karakteristik Afasia Global adalah

bicara spontan sangat tidak lancar: pasien praktis tidak dapat bicara. Paling-

paling ia memiliki beberapa kata atau ucapan stereotip.

Berdasarkan hasil tes TADIR kemampuan menamai tingkat kata dari 8

gambar pasien mendapatkan nilai skor 1, artinya kemampuan menamai tingkat

kata (leksiko-semantik) tidak mungkin dilakukan.Menurut Dharmaperwira.

Diagnosis afasia atau bukan afasia dilakukannya tes TADIR dilihat dari

subtes menyebut dan menamai-tingkat kata dapat diambil jika skor pasien
78

terganggu (1-4) pada kedua subtes. Jika salah satu bagian menghasilkan

skor 5 (normal), berarti pasien tidak mengalami Afasia. Seperti dapat dilihat

pada tabel berikut :

Tabel 4.16. Menentukan Diagnosis Afasia.


Subtes Terganggu Normal
Menyebut 1-4 5
Menamai-tingkat kata 1-4 5

Menurut penulis, dari hasil kemampuan pasien yang telah dijelaskan

di atas, untuk subtes menyebut di dapat skor 1 dan untuk subtes menamai

tingkat kata di dapat skor 1, artinya pasien mengalami Afasia.

Pada tes bercerita dengan tujuan untuk menilai jumlah total kata (JTK)

dan menentukan kelancaran bicara, pasien memperoleh skor JTK 0 kata per 60

detik. Artinya kelancaran bicara pasien tidak lancar. Ukuran lancar adalah

apabila skor JTK lebih dari 60 kata per menit menurut TADIR. Hal ini

menandakan adanya gangguan leksiko semantik (gangguan penemuan kata atau

anomia produksi kata). Kemampuan membaca bersuara pasien pada tingkat kata

dan kalimat mendapatkan skor norma 1 yang artinya kemampuan membaca

bersuara pasien tidak mungkin dilakukan. Kemampuan meniru ucapan tingkat

kata dan kalimat pasien mendapatkan skor norma 1 yang artinya kemampuan

meniru ucapan tingkat kata dan kalimat tidak mungkin.

Menurut (Dharmaperwira , 2002:5). karakteristik Afasia Global yaitu

meniru ucapan, membaca dan dengan bersuara dan menulis sesuatu sama sekali

tidak mungkin dilakukan.

Kemampuan pemahaman bahasa pada tingkat kata mendapat skor 1

artinya tidak mungkin mengikuti instruksi yang di intrsuksikan yaitu menunjuk

gambar kuda, gunting, empatbelas, dan segi empat dan pada tingkat kalimat
79

pasien mendapat skor 1 artinya kemampuan bahasa lisan pada tingkat kalimat

tidak mungkin mengikuti intsruksi yang di teskan berupa 6 informasi yang

terurai pada satu kalimat atau kesatuan informasi.

Berdasarkan hasil pemahaman bahasa tulis mengenai informasi pribadi

yaitu pasien tidak mampu menjawab semua pertanyaan, artinya pasien

mendapat skor kasar 0 diubah menjadi skor norma 1 poin, artinya kemampuan

mengerti formulir pemahamam bahasa tulis untuk informasi pribadi tidak

mungkin.Kemampuan dikte pada subtes fonologi di dapatkan skor kasar 0 poin

yang diubah menjadi skor norma 1 poin yang artinya kemampuan menulis dari

ejaan tidak mungkin dilakukan. Kemampuan menulis dalam kata dan kalimat

pasien mendapatkan skor norma 1 yaitu tidak bisa menjawab / jawaban tidak

dimengerti. Artinya kemampuan menulis dalam kalimat tidak mungkin

dilakukan.

Menurut Satyanegara 2014 dalam Ilmu Bedah Saraf karakteristik Afasia

Global dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.17. Karakteristik Afasia Tidak Lancar.


Gangguan Afasia Broca Afasia Afasia Global
Transkortikal
Motorik
Repitisi Sangat
Terganggu Tidak terganggu
(pengulangan) terganggu
Kadang sangat Sangat
Pencarian kata Terganggu
terganggu terganggu
Komprehensi Biasanya Terpelihara
Kadang terganggu
Auditori terpelihara baik buruk
Sangat
Artikulasi Terganggu Tidak terganggu
terganggu
Sama seperti Sangat
Penulisan Terganggu
wicara terganggu
Sama dengan
Komprehensi Sangat
komprehensi Terpelihara baik
membaca terganggu
auditori
Parafasia Ya Ya Ya
Sadar akan Sangat
Kadang terganggu Terganggu
kesalahan terganggu
Penamaan Terganggu Lebih baik daripada Terganggu
80

ringan-berat bicara spontan berat


Kelancaraan Pengulangan verbal Sangat
Sangat terganggu
verbal yang sama terganggu
Terganggu Sangat
Bicara spontan Sangat terganggu
ringan-berat terganggu

Berdasarkan hasil tes suara,pasien tidak mampu mengeluarkan suaranya

dan pasien hanya diam saja. Sehingga penulis tidak dapat menilai nada, kualitas

dan kenyaringan suara pasien.

Berdasarkan hasil pengamatan, kondisi fisik pasien, pasien mengalami

kekakuan pada bagian anggota gerak bagian kanan,pasien menggunakan

kursi roda, pasien tidak menggunakan kaca mata, pasien tidak menggunakan

ABM.

Menurut Kaplan 1994 karakteristik Afasia Global dari segi fisik,

penderita bisa lumpuh di sebelah kanan, mulut bisa mencong, dan lidah bisa

menjadi tidak cukup fleksibel.

4.2.2 Diagnosa

Berdasarkan hasil wawancara, pengamatan dan hasil tes diatas, maka

diagnosa pasien adalah Afasia Global, dengan sindroma :

1. Adanya gangguan bicara.

2. Adanya gangguan bahasa yang dapat dilihat berdasarkan hasil test,

diantaranya :

- Pada hasil Token Test pasien mengalami gangguan pengertian sangat

berat dengan jumlah item yang benar 0 item dari 36 subtes.

- Pada hasil tes Tadir pasien mengalami ketidakmampuan untuk

menjawab seperti:

a. Subtes informasi pribadi

b. Subtes menyebut.
81

c. Menamai.

d. Subtes bercerita/jtk/kelancaran (lancar/tidak lancar).

e. Subtes membaca bersuara.

f. Meniru ucapan.

g. Pemahaman bahasa lisan.

h. Pemahaman bahasa tulis.

i. Mengisi/menulis formulir informasi pribadi

j. Menulis dikte.

3. Adanya gangguan suara.

4. Adanya gangguan irama kelancaran yaitu pasien tidak mampu berirama

kelancaran atau pasien tidak mampu mengikuti instruksi seperti

bernyanyi, bercerita dan berhitung.

4.2.3 Prognosa

Prognosa pasien yaitu “sedang” dapat dilihat berdasarkan kemampuan

dan modalitas yang dimiliki pasien saat ini, sebagai berikut :

Faktor Mendukung Faktor Tidak Mendukung


1. Pasien tidak mengalami 1. Adanya gangguan bicara
gangguan menelan 2. Adanya gangguan bahasa
2. Pasien tidak mengalami 3. Adanya gangguan suara
gangguan pendengaran (tidak 4. Adanya gangguan irama
menggunakan ABM) kelancaran
3. Pasien tidak mengalami 5. Adanya kelumpuhan pada
gangguan penglihatan (tidak bagian anggota gerak sebelah
menggunakan kaca mata) kanan
4. Pasien kooperatif dalam 6. Pasien menggunakan kursi
menjalani terapi roda
5. Pasien melakukan Terapi Wicara 7. Pasien dari ekonomi yang
6. Keluarga pasien kooperatif kurang berada
7. Pasien mampu merespon dan
mengikuti instruksi
82

4.2.4 Hasil Pelaksanaan dan Evaluasi Terapi

Tabel.4.18. Pelaksanaan terapi

Pertemuan Stimulus Respon


1 1. 2menitpenulismengucapka 1. Pasienbelummampumerespont
nsalam dan erapis .
menanyakankabarlalumeng
ajakpasienuntukberdo’a.
2. 2menitsebelumterapidimula 2. Tekanandarahpasien 120/80
i, mmHg.
penulismemeriksatekanand
arahpasienterlebihdahuluun
tukmemastikanberapatekan
andarahpasien.
3. Pasienbelummampumengenalb
3. 4menitpenulismemperkenal
enda-bendatersebut.
kanmateriterapiyaitumenge
nalkanbendakategorialat-
alatmakanyaitupiring,
sendok, garpu, dan gelas
4. Pasienbelummampumenunjuk
4. 15
anfungsibenda yang di
menitterapismemberikanlat
intruksikan oleh terapis.
ihanmengenalfungsibenday
aitukategorialat-
alatmakanseperti “piring,
sendok, garpu, dan gelas”.

5. Pasien istirahat tanpa


5. 2 menitpasiendiberiistirahat
melakukan aktivitas apapun
dan relaksasi
6. 5 menurut
tpenulismengajakkembalip
6. Pasienbelum juga
asienuntukmelakukanlatiha
mampumenunjukanfungsibend
nmengenalfungsialat-
a yang di intruksikan oleh
alatmakan.
terapis.
7. 5
menitpenulismelakukanadv
7. Keluargamendukunguntuk
is/saran kepadakeluarga
proses pemulihanpasien
83

2 1. 2menitpenulismengucapka 1. Pasienbelummampumerespont
nsalam dan erapis .
menanyakankabarlalumeng
ajakpasienuntukberdo’a.
2. 2 2. Tekanandarahpasien 120/80
menitsebelumterapidimulai, mmHg.
penulismemeriksatekanand
arahpasienterlebihdahuluun
tukmemastikanberapatekan
andarahpasien.
3. Pasienbelummampumengenalb
3. 4menitpenulismemperkenal
enda-bendatersebut.
kanmateriterapiyaitumenge
nalkanbendakategorialat-
alatmakanyaitupiring,
sendok, garpu, dan gelas
4. Pasienbelummampumenunjuk
4. 15
anfungsibenda yang di
menitterapismemberikanlat
intruksikan oleh terapis.
ihanmengenalfungsibenday
aitukategorialat-
alatmakanseperti “piring,
sendok, garpu, dan gelas”.

5. Pasien istirahat tanpa


5. 2 menitpasiendiberiistirahat
melakukan aktivitas apapun
dan relaksasi
6. 5
6. Pasienbelum juga
menitpenulismengajakkem
mampumenunjukanfungsibend
balipasienuntukmelakukanl
a yang di intruksikan oleh
atihanmengenalfungsialat-
terapis.
alatmakan.
7. 5
7. Keluargamendukunguntuk
menitpenulismelakukanadv
proses pemulihanpasien
is/saran kepadakeluarga

.
3
1. 2menitpenulismengucapka 1. Pasienbelummampumerespont
nsalam dan erapis .
84

menanyakankabarlalumeng
ajakpasienuntukberdo’a.
2. 2 2. Tekanandarahpasien 120/80
menitsebelumterapidimulai, mmHg.
penulismemeriksatekanand
arahpasienterlebihdahuluun
tukmemastikanberapatekan
andarahpasien.
3. Pasienbelummampumengenalb
3. 4menitpenulismemperkenal
enda-bendatersebut.
kanmateriterapiyaitumenge
nalkanbendakategorialat-
alatmakanyaitupiring,
sendok, garpu, dan gelas
4. Pasienbelummampumenunjuk
4. 15
anfungsibenda yang di
menitterapismemberikanlat
intruksikan oleh terapis.
ihanmengenalfungsibenday
aitukategorialat-
alatmakanseperti “piring,
sendok, garpu, dan gelas”.
5. Pasien istirahat tanpa
5. 2 menitpasiendiberiistirahat
melakukan aktivitas apapun
dan relaksasi
6. 5
menitpenulismengajakkem
6. Pasienbelum juga
balipasienuntukmelakukanl
mampumenunjukanfungsibend
atihanmengenalfungsialat-
a yang di intruksikan oleh
alatmakan.
terapis.
7. 5
menitpenulismelakukanadv
7. Keluargamendukunguntuk
is/saran kepadakeluarga
proses pemulihanpasien
4 1. 2menitpenulismengucapka 1. Pasienbelummampumerespont
nsalam dan erapis .
menanyakankabarlalumeng
ajakpasienuntukberdo’a.
2. 2 2. Tekanandarahpasien 120/80
menitsebelumterapidimulai, mmHg.
penulismemeriksatekanand
85

arahpasienterlebihdahuluun
tukmemastikanberapatekan
andarahpasien. 3. Pasienbelummampumengenalb
3. 4menitpenulismemperkenal enda-bendatersebut.
kanmateriterapiyaitumenge
nalkanbendakategorialat-
alatmakanyaitupiring,
sendok, garpu, dan gelas 4. Pasienbelummampumenunjuk
4. 15 anfungsibenda yang di
menitterapismemberikanlat intruksikan oleh terapis.
ihanmengenalfungsibenday
aitukategorialat-
alatmakanseperti “piring,
sendok, garpu, dan gelas”. 5. Pasien istirahat tanpa
5. 2 menitpasiendiberiistirahat melakukan aktivitas apapun
dan relaksasi
6. 5
menitpenulismengajakkem 6. Pasienbelum juga
balipasienuntukmelakukanl mampumenunjukanfungsibend
atihanmengenalfungsialat- a yang di intruksikan oleh
alatmakan terapis.
7. 5
menitpenulismelakukanadv 7. Keluargamendukunguntuk
is/saran kepadakeluarga proses pemulihanpasien
5 1. 2menitpenulismengucapka 1. Pasienbelummampumerespont
nsalam dan erapis .
menanyakankabarlalumeng
ajakpasienuntukberdo’a.
2. 2 2. Tekanandarahpasien 120/80
menitsebelumterapidimulai, mmHg.
penulismemeriksatekanand
arahpasienterlebihdahuluun
tukmemastikanberapatekan
andarahpasien.
3. Pasienbelummampumengenalb
3. 4menitpenulismemperkenal
enda-bendatersebut.
kanmateriterapiyaitumenge
nalkanbendakategorialat-
86

alatmakanyaitupiring,
sendok, garpu, dan gelas 4. Pasienbelummampumenunjuk
4. 15 anfungsibenda yang di
menitterapismemberikanlat intruksikan oleh terapis.
ihanmengenalfungsibenday
aitukategorialat-
alatmakanseperti “piring,
sendok, garpu, dan gelas”. 5. Pasien istirahat tanpa
5. 2 menitpasiendiberiistirahat melakukan aktivitas apapun
dan relaksasi
6. 5
menitpenulismengajakkem 6. Pasienbelum juga
balipasienuntukmelakukanl mampumenunjukanfungsibend
atihanmengenalfungsialat- a yang di intruksikan oleh
alatmakan. terapis.
7. 5
menitpenulismelakukanadv 7. Keluargamendukunguntuk
is/saran kepadakeluarga proses pemulihanpasien
6 1. 2menitpenulismengucapka 1. Pasienbelummampumerespont
nsalam dan erapis .
menanyakankabarlalumeng
ajakpasienuntukberdo’a.
2. 2 2. Tekanandarahpasien 120/80
menitsebelumterapidimulai, mmHg.
penulismemeriksatekanand
arahpasienterlebihdahuluun
tukmemastikanberapatekan
andarahpasien.
3. Pasienbelummampumengenalb
3. 4menitpenulismemperkenal
enda-bendatersebut.
kanmateriterapiyaitumenge
nalkanbendakategorialat-
alatmakanyaitupiring,
sendok, garpu, dan gelas
4. Pasienbelummampumenunjuk
4. 15
anfungsibenda yang di
menitterapismemberikanlat
intruksikan oleh terapis.
ihanmengenalfungsibenday
aitukategorialat-
87

alatmakanseperti “piring,
sendok, garpu, dan gelas”.
5. 2 menitpasiendiberiistirahat 5. Pasien istirahat tanpa
dan relaksasi melakukan aktivitas apapun
6. 5
menitpenulismengajakkem 6. Pasienbelum juga
balipasienuntukmelakukanl mampumenunjukanfungsibend
atihanmengenalfungsialat- a yang di intruksikan oleh
alatmakan. terapis.
7. 5
menitpenulismelakukanadv
is/saran kepadakeluarga 7. Keluargamendukunguntuk
proses pemulihanpasien
7 1. 2menitpenulismengucapka 1. Pasien menoleh kearah terapis
nsalam dan pada saat terapis mengucapkan
menanyakankabarlalumeng salam dan menanyakan kabar
ajakpasienuntukberdo’a. lalu mengajak pasien berdoa
2. Tekanandarahpasien 120/80
2. 2 mmHg.
menitsebelumterapidimulai,
penulismemeriksatekanand
arahpasienterlebihdahuluun
tukmemastikanberapatekan
andarahpasien. 3. Dari keempat benda yang telah
3. 4menitpenulismemperkenal di perkenalkan oleh terapi,
kanmateriterapiyaitumenge pasien hanya dapat mengenal
nalkanbendakategorialat- benda yaitu piring.
alatmakanyaitupiring,
sendok, garpu, dan gelas 4. Setelah terapis melakukan
4. 15 latihan mengena keempatl
menitterapismemberikanlat fungsi benda kategori alat
ihanmengenalfungsibenday makan seperti “piring, sendok,
aitukategorialat- garpu, dan gelas kepada
alatmakanseperti “piring, pasien, pasien hanya mampu
sendok, garpu, dan gelas”. menunjukan satu fungsi benda
yaitu piring.
5. Pasien istirahat tanpa
88

5. 2 menitpasiendiberiistirahat melakukan aktivitas apapun


dan relaksasi
6. 5 6. Dari keempat benda yang telah
menitpenulismengajakkem di perkenalkan masing-masing
balipasienuntukmelakukanl fungsinya oleh terapis, pasien
atihanmengenalfungsialat- hanya dapat mengenal benda
alatmakan. yaitu piring.

7. 5 menitpenulismelakukan 7. Keluargamendukunguntuk
advis/saran kepadakeluarga proses pemulihanpasien
8 1. 2menitpenulismengucapka 1. Pasien menoleh kearah terapis
nsalam dan pada saat terapis mengucapkan
menanyakankabarlalumeng salam dan menanyakan kabar
ajakpasienuntukberdo’a. lalu mengajak pasien berdoa
2. Tekanandarahpasien 120/80
2. 2 mmHg.
menitsebelumterapidimulai,
penulismemeriksatekanand
arahpasienterlebihdahuluun
tukmemastikanberapatekan
andarahpasien. 3. Dari keempat benda yang telah
3. 4menitpenulismemperkenal di perkenalkan oleh terapi,
kanmateriterapiyaitumenge pasien hanya dapat mengenal
nalkanbendakategori alat- benda yaitu piring.
alatmakanyaitupiring,
sendok, garpu, dan gelas 4. Setelah terapis melakukan
4. 15 latihan mengena keempatl
menitterapismemberikanlat fungsi benda kategori alat
ihanmengenalfungsibenday makan seperti “piring, sendok,
aitukategorialat- garpu, dan gelas kepada
alatmakanseperti “piring, pasien, pasien hanya mampu
sendok, garpu, dan gelas”. menunjukan satu fungsi benda
yaitu piring.
5. Pasien istirahat tanpa
5. 2 menitpasiendiberiistirahat melakukan aktivitas apapun
dan relaksasi
6. 5 6. Dari keempat benda yang telah
89

menitpenulismengajakkem di perkenalkan masing-masing


balipasienuntukmelakukanl fungsinya oleh terapis, pasien
atihanmengenalfungsialat- hanya dapat mengenal benda
alatmakan. yaitu piring.

7. 5 7. Keluargamendukunguntuk
menitpenulismelakukanadv proses pemulihanpasien
is/saran kepadakeluarga
9 1. 2menitpenulismengucapka 1. Pasien menoleh kearah terapis
nsalam dan pada saat terapis mengucapkan
menanyakankabarlalumeng salam dan menanyakan kabar
ajakpasienuntukberdo’a. lalu mengajak pasien berdoa
2. Tekanandarahpasien 120/80
2. 2 mmHg.
menitsebelumterapidimulai,
penulismemeriksatekanand
arahpasienterlebihdahuluun
tukmemastikanberapatekan
andarahpasien. 3. Dari keempat benda yang telah
3. 4menitpenulismemperkenal di perkenalkan oleh terapi,
kanmateriterapiyaitumenge pasien hanya dapat mengenal
nalkanbendakategori alat- benda yaitu piring.
alatmakanyaitupiring,
sendok, garpu, dan gelas 4. Setelah terapis melakukan
4. 15 latihan mengena keempat
menitterapismemberikanlat fungsi benda kategori alat
ihanmengenalfungsibenday makan seperti “piring, sendok,
aitukategorialat- garpu, dan gelas kepada
alatmakanseperti “piring, pasien, pasien hanya mampu
sendok, garpu, dan gelas”. menunjukan satu fungsi benda
yaitu piring.
5. Pasien istirahat tanpa
5. 2 menitpasiendiberiistirahat melakukan aktivitas apapun
dan relaksasi
6. 5
menitpenulismengajakkem 6. Dari keempat benda yang telah
balipasienuntukmelakukanl di perkenalkan masing-masing
90

atihanmengenalfungsialat- fungsinya oleh terapis, pasien


alatmakan. hanya dapat mengenal benda
yaitu piring.
7. 5
menitpenulismelakukanadv 7. Keluargamendukunguntuk
is/saran kepadakeluarga proses pemulihanpasien
10 1. 2menitpenulismengucapka 1. Pasien menoleh kearah terapis
nsalam dan pada saat terapis mengucapkan
menanyakankabarlalumeng salam dan menanyakan kabar
ajakpasienuntukberdo’a. lalu mengajak pasien berdoa
2. Tekanandarahpasien 120/80
2. 2 mmHg.
menitsebelumterapidimulai,
penulismemeriksatekanand
arahpasienterlebihdahuluun
tukmemastikanberapatekan
andarahpasien. 3. Dari keempat benda yang telah
3. 4menitpenulismemperkenal di perkenalkan oleh terapi,
kanmateriterapiyaitumenge pasien hanya dapat mengenal
nalkanbendakategori alat- benda yaitu piring.
alatmakanyaitupiring,
sendok, garpu, dan gelas 4. Setelah terapis melakukan
4. 15 latihan mengena keempatl
menitterapismemberikanlat fungsi benda kategori alat
ihanmengenalfungsibenday makan seperti “piring, sendok,
aitukategorialat- garpu, dan gelas kepada
alatmakanseperti “piring, pasien, pasien hanya mampu
sendok, garpu, dan gelas”. menunjukan satu fungsi benda
yaitu piring.
5. Pasien istirahat tanpa
5. 2 menitpasiendiberiistirahat melakukan aktivitas apapun
dan relaksasi 6. Pasien istirahat tanpa
6. 5 melakukan aktivitas apapun
menitpenulismengajakkem
balipasienuntukmelakukanl
atihanmengenalfungsialat-
alatmakan. 7. Keluargamendukunguntuk
91

proses pemulihanpasien
7. 5
menitpenulismelakukanadv
is/saran kepadakeluarga
11 1. 2menitpenulismengucapka 1. Pasien menoleh kearah terapis
nsalam dan pada saat terapis mengucapkan
menanyakankabarlalumeng salam dan menanyakan kabar
ajakpasienuntukberdo’a. lalu mengajak pasien berdoa
2. Tekanandarahpasien 120/80
2. 2 mmHg.
menitsebelumterapidimulai,
penulismemeriksatekanand
arahpasienterlebihdahuluun
tukmemastikanberapatekan
andarahpasien. 3. Dari keempat benda yang telah
3. 4menitpenulismemperkenal di perkenalkan oleh terapi,
kanmateriterapiyaitumenge pasien hanya dapat mengenal 2
nalkanbendakategori alat- benda yaitu piring dan sendok
alatmakanyaitupiring,
sendok, garpu, dan gelas 4. Setelah terapis melakukan
latihan mengena keempatl
4. 15 fungsi benda kategori alat
menitterapismemberikanlat makan seperti “piring, sendok,
ihanmengenalfungsibenday garpu, dan gelas kepada
aitukategori alat- pasien, pasien hanya mampu
alatmakanseperti “piring, menunjukan dua fungsi benda
sendok, garpu, dan gelas”. yaitu piring dan sendok.
5. Pasien istirahat tanpa
melakukan aktivitas apapun

5. 2 menitpasiendiberiistirahat
dan relaksasi
6. Dari keempat benda yang telah
6. 5 di perkenalkan masing-masing
menitpenulismengajakkem fungsinya oleh terapis, pasien
balipasienuntukmelakukanl hanya dapat menunjukan dua
atihanmengenalfungsialat- fungsi benda yaitu piring dan
92

alatmakan. sendok.

7. Keluargamendukunguntuk
7. 5 proses pemulihanpasien
menitpenulismelakukanadv
is/saran kepadakeluarga
12 1. 2menitpenulismengucapka 1. Pasien menoleh kearah terapis
nsalam dan pada saat terapis mengucapkan
menanyakankabarlalumeng salam dan menanyakan kabar
ajakpasienuntukberdo’a. lalu mengajak pasien berdoa
2. Tekanandarahpasien 120/80
2. 2 mmHg.
menitsebelumterapidimulai,
penulismemeriksatekanand
arahpasienterlebihdahuluun
tukmemastikanberapatekan
andarahpasien. 3. Dari keempat benda yang telah
3. 4menitpenulismemperkenal di perkenalkan oleh terapi,
kanmateriterapiyaitumenge pasien hanya dapat mengenal 2
nalkanbendakategori alat- benda yaitu piring dan sendok
alatmakanyaitupiring,
sendok, garpu, dan gelas 4. Setelah terapis melakukan
latihan mengena keempatl
4. 15 fungsi benda kategori alat
menitterapismemberikanlat makan seperti “piring, sendok,
ihanmengenalfungsibenday garpu, dan gelas kepada
aitukategorialat- pasien, pasien hanya mampu
alatmakanseperti “piring, menunjukan dua fungsi benda
sendok, garpu, dan gelas”. yaitu piring dan sendok.
5. Pasien istirahat tanpa
melakukan aktivitas apapun

5. 2 menitpasiendiberiistirahat
dan relaksasi
6. Dari keempat benda yang telah
6. 5 di perkenalkan masing-masing
menitpenulismengajakkem fungsinya oleh terapis, pasien
93

balipasienuntukmelakukanl hanya dapat menunjukan dua


atihanmengenalfungsialat- fungsi benda yaitu piring dan
alatmakan. sendok.

7. Keluargamendukunguntuk
7. 5 proses pemulihanpasien
menitpenulismelakukanadv
is/saran kepadakeluarga
13 1. 2menitpenulismengucapka 1. Pasien menoleh kearah terapis
nsalam dan pada saat terapis mengucapkan
menanyakankabarlalumeng salam dan menanyakan kabar
ajakpasienuntukberdo’a. lalu mengajak pasien berdoa
2. Tekanandarahpasien 120/80
2. 2 mmHg.
menitsebelumterapidimulai,
penulismemeriksatekanand
arahpasienterlebihdahuluun
tukmemastikanberapatekan
andarahpasien. 3. Dari keempat benda yang telah
3. 4menitpenulismemperkenal di perkenalkan oleh terapis,
kanmateriterapiyaitumenge pasien hanya dapat mengenal 2
nalkanbendakategori alat- benda yaitu piring dan sendok
alatmakanyaitupiring,
sendok, garpu, dan gelas 4. Setelah terapis melakukan
latihan mengena keempatl
4. 15 fungsi benda kategori alat
menitterapismemberikanlat makan seperti “piring, sendok,
ihanmengenalfungsibenday garpu, dan gelas kepada
aitukategorialat- pasien, pasien hanya mampu
alatmakanseperti “piring, menunjukan dua fungsi benda
sendok, garpu, dan gelas”. yaitu piring dan sendok.

5. Pasien istirahat tanpa


melakukan aktivitas apapun

5. 2 menitpasiendiberiistirahat
dan relaksasi 6. Dari keempat benda yang telah
94

6. 5 di perkenalkan masing-masing
menitpenulismengajakkem fungsinya oleh terapis, pasien
balipasienuntukmelakukanl hanya dapat menunjukan dua
atihanmengenalfungsialat- fungsi benda yaitu piring dan
alatmakan. sendok.
7. Keluargamendukunguntuk
7. 5 proses pemulihanpasien
menitpenulismelakukanadv
is/saran kepadakeluarga
14 1. 2menitpenulismengucapka 1. Pasien menoleh kearah terapis
nsalam dan pada saat terapis mengucapkan
menanyakankabarlalumeng salam dan menanyakan kabar
ajakpasienuntukberdo’a. lalu mengajak pasien berdoa
2. Tekanandarahpasien 120/80
2. 2 mmHg.
menitsebelumterapidimulai,
penulismemeriksatekanand
arahpasienterlebihdahuluun
tukmemastikanberapatekan
andarahpasien. 3. Dari keempat benda yang telah
3. 4menitpenulismemperkenal di perkenalkan oleh terapi,
kanmateriterapiyaitumenge pasien hanya dapat mengenal 2
nalkanbendakategori alat- benda yaitu piring dan sendok
alatmakanyaitupiring,
sendok, garpu, dan gelas 4. Setelah terapis melakukan
latihan mengena keempatl
4. 15 fungsi benda kategori alat
menitterapismemberikanlat makan seperti “piring, sendok,
ihanmengenalfungsibenday garpu, dan gelas kepada
aitukategorialat- pasien, pasien hanya mampu
alatmakanseperti “piring, menunjukan dua fungsi benda
sendok, garpu, dan gelas”. yaitu piring dan sendok.
5. Pasien istirahat tanpa
melakukan aktivitas apapun

5. 2 menitpasiendiberiistirahat
dan relaksasi 6. Dari keempat benda yang telah
95

6. 5 di perkenalkan masing-masing
menitpenulismengajakkem fungsinya oleh terapis, pasien
balipasienuntukmelakukanl hanya dapat menunjukan dua
atihanmengenalfungsialat- fungsi benda yaitu piring dan
alatmakan. sendok.
7. Keluargamendukunguntuk
7. 5 proses pemulihanpasien
menitpenulismelakukanadv
is/saran kepadakeluarga
15 1. 2menitpenulismengucapka 1. Pasien menoleh kearah terapis
nsalam dan pada saat terapis mengucapkan
menanyakankabarlalumeng salam dan menanyakan kabar
ajakpasienuntukberdo’a. lalu mengajak pasien berdoa
2. Tekanandarahpasien 120/80
2. 2 mmHg.
menitsebelumterapidimulai,
penulismemeriksatekanand
arahpasienterlebihdahuluun
tukmemastikanberapatekan
andarahpasien. 3. Dari keempat benda yang telah
3. 4menitpenulismemperkenal di perkenalkan oleh terapi,
kanmateriterapiyaitumenge pasien hanya dapat mengenal 2
nalkanbendakategori alat- benda yaitu piring dan sendok
alatmakanyaitupiring,
sendok, garpu, dan gelas 4. Setelah terapis melakukan
latihan mengena keempat
4. 15 fungsi benda kategori alat
menitterapismemberikanlat makan seperti “piring, sendok,
ihanmengenalfungsibenday garpu, dan gelas kepada
aitukategor i alat- pasien, pasien hanya mampu
alatmakanseperti “piring, menunjukan dua fungsi benda
sendok, garpu, dan gelas”. yaitu piring dan sendok.
5. Pasien istirahat tanpa
melakukan aktivitas apapun

5. 2 menitpasiendiberiistirahat
dan relaksasi
96

6. Dari keempat benda yang telah


6. 5 di perkenalkan masing-masing
menitpenulismengajakkem fungsinya oleh terapis, pasien
balipasienuntukmelakukanl hanya dapat menunjukan dua
atihanmengenalfungsialat- fungsi benda yaitu piring dan
alatmakan. sendok.
7. Keluargamendukunguntuk
7. 5 proses pemulihanpasien
menitpenulismelakukanadv
is/saran kepadakeluarga
16 1. 2menitpenulismengucapka 1. Pasien menoleh kearah terapis
nsalam dan dan dapat mengikuti terapis
menanyakankabarlalumeng dengan mengangkat kedua
ajakpasienuntukberdo’a. tangan pada saat terapis
mengucapkan salam dan
menanyakan kabar lalu
mengajak pasien berdoa
2. 2 2. Tekanandarahpasien 120/80
menitsebelumterapidimulai, mmHg.
penulismemeriksatekanand
arahpasienterlebihdahuluun
tukmemastikanberapatekan
andarahpasien.
3. 4menitpenulismemperkenal 3. Dari keempat benda yang telah
kanmateriterapiyaitumenge di perkenalkan oleh terapi,
nalkanbendakategori alat- pasien hanya dapat mengenal
alatmakanyaitupiring, tiga benda yaitu “piring,
sendok, garpu, dan gelas sendok dan garpu”

4. 15 4. Setelah terapis melakukan


menitterapismemberikanlat latihan mengena keempat
ihanmengenalfungsibenday fungsi benda kategori alat
aitukategorialat- makan seperti “piring, sendok,
alatmakanseperti “piring, garpu, dan gelas kepada
sendok, garpu, dan gelas”. pasien, pasien mampu
menunjukan tiga fungsi benda
yaitu “piring, sendok, dan
97

garpu”.
5. 2 menitpasiendiberiistirahat 5. Pasien istirahat tanpa
dan relaksasi melakukan aktivitas apapun

6. 5
menitpenulismengajakkem
balipasienuntukmelakukanl 6. Dari keempat benda yang telah
atihanmengenalfungsialat- di perkenalkan masing-masing
alatmakan. fungsinya oleh terapis, pasien
dapat menunjukan tiga fungsi
7. 5 benda yaitu “piring, sendok,
menitpenulismelakukanadv dan garpu”.
is/saran kepadakeluarga 7. Keluargamendukunguntuk
proses pemulihanpasien
17 1. 2menitpenulismengucapka 1. Pasien menoleh kearah terapis
nsalam dan dan dapat mengikuti terapis
menanyakankabarlalumeng dengan mengangkat kedua
ajakpasienuntukberdo’a. tangan pada saat terapis
mengucapkan salam dan
menanyakan kabar lalu
mengajak pasien berdoa
2. 2 2. Tekanandarahpasien 120/80
menitsebelumterapidimulai, mmHg.
penulismemeriksatekanand
arahpasienterlebihdahuluun
tukmemastikanberapatekan
andarahpasien.
3. 4menitpenulismemperkenal 3. Dari keempat benda yang telah
kanmateriterapiyaitumenge di perkenalkan oleh terapi,
nalkanbendakategori alat- pasien hanya dapat mengenal
alatmakanyaitupiring, tiga benda yaitu “piring,
sendok, garpu, dan gelas sendok dan garpu”

4. 15 4. Setelah terapis melakukan


menitterapismemberikanlat latihan mengena keempat
ihanmengenalfungsibenday fungsi benda kategori alat
aitukategorialat- makan seperti “piring, sendok,
98

alatmakanseperti “piring, garpu, dan gelas kepada


sendok, garpu, dan gelas”. pasien, pasien mampu
menunjukan tiga fungsi benda
yaitu “piring, sendok, dan
garpu”.
5. 2 menitpasiendiberiistirahat 5. Pasien istirahat tanpa
dan relaksasi melakukan aktivitas apapun

6. 5
menitpenulismengajakkem
balipasienuntukmelakukanl 6. Dari keempat benda yang telah
atihanmengenalfungsialat- di perkenalkan masing-masing
alatmakan. fungsinya oleh terapis, pasien
dapat menunjukan tiga fungsi
7. 5 benda yaitu “piring, sendok,
menitpenulismelakukanadv dan garpu”.
is/saran kepadakeluarga 7. Keluargamendukunguntuk
proses pemulihanpasien
18 1. 2menitpenulismengucapka 1. Pasien menoleh kearah terapis
nsalam dan dan dapat mengikuti terapis
menanyakankabarlalumeng dengan mengangkat kedua
ajakpasienuntukberdo’a. tangan pada saat terapis
mengucapkan salam dan
menanyakan kabar lalu
mengajak pasien berdoa
2. 2 2. Tekanandarahpasien 120/80
menitsebelumterapidimulai, mmHg.
penulismemeriksatekanand
arahpasienterlebihdahuluun
tukmemastikanberapatekan
andarahpasien.
3. 4menitpenulismemperkenal 3. Dari keempat benda yang telah
kanmateriterapiyaitumenge di perkenalkan oleh terapi,
nalkanbendakategori alat- pasien hanya dapat mengenal
alatmakanyaitupiring, tiga benda yaitu “piring,
sendok, garpu, dan gelas sendok dan garpu”
99

4. 15menitterapismemberikan 4. Setelah terapis melakukan


latihanmengenalfungsibend latihan mengena keempat
ayaitukategorialat- fungsi benda kategori alat
alatmakanseperti “piring, makan seperti “piring, sendok,
sendok, garpu, dan gelas”. garpu, dan gelas kepada
pasien, pasien mampu
menunjukan tiga fungsi benda
yaitu “piring, sendok, dan
5. 2 menitpasiendiberiistirahat garpu”.
dan relaksasi 5. Pasien istirahat tanpa
melakukan aktivitas apapun
6. 5
menitpenulismengajakkem
balipasienuntukmelakukanl
atihanmengenalfungsialat- 6. Dari keempat benda yang telah
alatmakan. di perkenalkan masing-masing
fungsinya oleh terapis, pasien
7. 5 dapat menunjukan tiga fungsi
menitpenulismelakukanadv benda yaitu “piring, sendok,
is/saran kepadakeluarga dan garpu”.
7. Keluargamendukunguntuk
proses pemulihanpasien
19 1. 2menitpenulismengucapka 1. Pasien menoleh kearah terapis
nsalam dan dan dapat mengikuti terapis
menanyakankabarlalumeng dengan mengangkat kedua
ajakpasienuntukberdo’a. tangan pada saat terapis
mengucapkan salam dan
menanyakan kabar lalu
mengajak pasien berdoa
2. 2 2. Tekanandarahpasien 120/80
menitsebelumterapidimulai, mmHg.
penulismemeriksatekanand
arahpasienterlebihdahuluun
tukmemastikanberapatekan
andarahpasien.
3. 4menitpenulismemperkenal 3. Dari keempat benda yang telah
kanmateriterapiyaitumenge di perkenalkan oleh terapi,
100

nalkanbendakategori alat- pasien hanya dapat mengenal


alatmakanyaitupiring, tiga benda yaitu “piring,
sendok, garpu, dan gelas sendok dan garpu”

4. 15 4. Setelah terapis melakukan


menitterapismemberikanlat latihan mengena keempat
ihanmengenalfungsibenday fungsi benda kategori alat
aitukategori alat- makan seperti “piring, sendok,
alatmakanseperti “piring, garpu, dan gelas kepada
sendok, garpu, dan gelas”. pasien, pasien mampu
menunjukan tiga fungsi benda
yaitu “piring, sendok, dan
garpu”.
5. 2 menitpasiendiberiistirahat 5. Pasien istirahat tanpa
dan relaksasi melakukan aktivitas apapun

6. 5
menitpenulismengajakkem
balipasienuntukmelakukanl 6. Dari keempat benda yang telah
atihanmengenalfungsialat- di perkenalkan masing-masing
alatmakan. fungsinya oleh terapis, pasien
dapat menunjukan tiga fungsi
7. 5 benda yaitu “piring, sendok,
menitpenulismelakukanadv dan garpu”.
is/saran kepadakeluarga 7. Keluargamendukunguntuk
proses pemulihanpasien
20 1. 2menitpenulismengucapka 1. Pasien menoleh kearah terapis
nsalam dan dan dapat mengikuti terapis
menanyakankabarlalumeng dengan mengangkat kedua
ajakpasienuntukberdo’a. tangan pada saat terapis
mengucapkan salam dan
menanyakan kabar lalu
mengajak pasien berdoa
2. 2 2. Tekanandarahpasien 120/80
menitsebelumterapidimulai, mmHg.
penulismemeriksatekanand
arahpasienterlebihdahuluun
101

tukmemastikanberapatekan
andarahpasien.
3. 4menitpenulismemperkenal 3. Dari keempat benda yang telah
kanmateriterapiyaitumenge di perkenalkan oleh terapi,
nalkanbendakategori alat- pasien dapat mengenal
alatmakanyaitupiring, keempat benda yaitu “piring,
sendok, garpu, dan gelas sendok, garpu dan gelas”

4. 15 4. Setelah terapis melakukan


menitterapismemberikanlat latihan mengena keempat
ihanmengenalfungsibenday fungsi benda kategori alat
aitukategorialat- makan seperti “piring, sendok,
alatmakanseperti “piring, garpu, dan gelas kepada
sendok, garpu, dan gelas”. pasien, pasien mampu
menunjukan keempat fungsi
benda yaitu “piring, sendok,
garpu, dan gelas”.
5. 2 menitpasiendiberiistirahat 5. Pasien istirahat tanpa
dan relaksasi melakukan aktivitas apapun

6. 5
menitpenulismengajakkem
balipasienuntukmelakukanl 6. Dari keempat benda yang telah
atihanmengenalfungsialat- di perkenalkan masing-masing
alatmakan.’ fungsinya oleh terapis, pasien
dapat menunjukan keempat
fungsi benda yaitu “piring,
7. 5 sendok, garpu, dan gelas”.
menitpenulismelakukanadv 7. Keluargamendukunguntuk
is/saran kepadakeluarga proses pemulihanpasien
21 EVALUASI
1. 2menitpenulismengucap 1. Pasien menoleh kearah terapis
kansalam dan dan dapat mengikuti terapis
menanyakankabarlalume dengan mengangkat kedua
ngajakpasienuntukberdo’ tangan pada saat terapis
a. mengucapkan salam dan
menanyakan kabar lalu
102

mengajak pasien berdoa


2. Tekanandarahpasien 120/80
2. 2 mmHg.
menitsebelumterapidimul
ai,
penulismemeriksatekana
ndarahpasienterlebihdah
uluuntukmemastikanbera 3. Dari keempat benda yang telah
patekanandarahpasien. di perkenalkan oleh terapi,
3. 4menitpenulismemperke pasien dapat mengenal
nalkanmateriterapiyaitu keempat benda yaitu “piring,
mengenalkanbendakateg sendok, garpu dan gelas”
ori alat-
alatmakanyaitupiring, 4. Setelah terapis melakukan
sendok, garpu, dan gelas latihan mengena keempat
fungsi benda kategori alat
4. 15 makan seperti “piring, sendok,
menitterapismemberikanl garpu, dan gelas kepada
atihanmengenalfungsibe pasien, pasien mampu
ndayaitukategorialat- menunjukan keempat fungsi
alatmakanseperti “piring, benda yaitu “piring, sendok,
sendok, garpu, dan garpu, dan gelas”.
gelas”. 5. Pasien istirahat tanpa
melakukan aktivitas apapun

5. 2
menitpasiendiberiistiraha 6. Dari keempat benda yang telah
t dan relaksasi di perkenalkan masing-masing
fungsinya oleh terapis, pasien
dapat menunjukan keempat
6. 5menitpenulismengajakk fungsi benda yaitu “piring,
embalipasienuntukmelak sendok, garpu, dan gelas”.
ukanlatihanmengenalfun
gsialat-alatmakan.’
7. Keluargamendukunguntuk
proses pemulihanpasien
103

7. 5
menitpenulismelakukana
dvis/saran
kepadakeluarga

4.2.5 Evaluasi dan Hasil Terapi

4.2.5.1 Evaluasi

Prosedur dan cara evaluasi dengan penulis jelaskan pada BAB II yaitu :

A. Prosedur Evaluasi

Prosedur yang digunakan oleh penulis untuk menilai keberhasilan

terapi adalah dengan cara membandingkan antara tes awal sebelum

melakukan terapi dengan tes akhir sesudsh melakukan terapi.

B. Cara Evaluasi

1. Pasiendimintauntuk mengulang kembali memperagakan


simbol/gerak isyarat fungsi benda yang pernah di berikan oleh
terapi.
2. Membandingkan tes awal dengan tes akhir.

4.2.5.2 Hasil Terapi

Setelah melaksanakan terapi sebanyak 20 kali pertemuan dan 1 kali

evaluasi. Dari hasil tes awal pengenalan benda-benda di sekitar dengan

memperagakan simbol/gerak isyarat fungsi benda yang diperkenalkan

diketahui bahwa pasien mendapatkan skor 0 poin dan setelah

melakukan terapi mendapatkan skor 7 poin. Untuk menentukan

perbandingan sebelum dan sesudah terapi yaitu :


104

tes awal dan tes akhir memperagakan simbol/gerak isyarat benda.

Tabel 4.19. Hasil Tes Akhir Memperagakan Simbol/Gerak fungsi Benda.


Respon Respon
Tes Awal Tes akhir
No Materi
0 1 2 0 1 2
Memperagakan simbol
1 Piring  
2 Sendok  
3 Sendok  
4 Garpu  
Jumlah 0 7

Dari hasil tes awal pengenalan benda-benda di sekitar dengan

memperagakan simbol/gerak isyarat fungsi bendayang diperkenalkan di

ketahui bahwa mendapatkan skor poin 0 sebelum dilakukan terapi dan

setelah melakukan terapi mendapatkan skor poin 8.

Untuk menentukan perbandingan sebelum dan setelah terapi, terapis

menggunakan :

Jumlah nilai tes akhir – Jumlah nilai tes awal

7–0=7
Hasilnya :

Berdasarkan hasil perbandingan tes awal dan tes akhir diketahui klien

mampu memperoleh peningkatan sebanyak 7 poin.

Untuk menentukan presentase keberhasilan berdasarkan tes awal,

yaitu :

Hasil tes awal x 100%

Jumlah poin maksimal


0
x 100% = 0%
8.
Untuk menentukan persentase keberhasilan berdasarkan tes akhir,

yaitu :
105

Hasil tes akhir x 100%

Jumlah poin masimal


7
x 100% =87,5.%
8.
Maka, untuk menghitung persentase skala keberhasilan keseluruhan

terapi dalam kemampuan menamai klien adalah :

Tes akhir – tes awal x 100%

Jumlah poin maksimal


7−0
x 100% = 87,5%
8.

Untuk itu dalam menentukan kriteria keberhasilan terapi, disesuaikan

dengan kriteria keberhasilan yang telah penulis tentukan, sebagai

berikut :

Tabel 4.20. Kriteria Keberhasilan

No Kenaikan respon Skala presentase Skala


benar kebarhasilan
1 7-8 75% - 100% Sangat berhasil
2 5-6 50% - 75% Berhasil
3 3-4 25% - 50% Cukup berhasil
4 0-2 0 – 25% Tidak berhasil
Sumber : (Data Primer, 2019)
Berdasarkan kriteria keberhasilan diatas maka terapi yang telah dilakukan termasuk

dalam kategori Sangat Berhasil Dinilai dari hasil perbandingan tes awal dan tes akhir

terjadi peningkatan 7 poin dengan persentase 87,5%.


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Dalam Visual Action Therapy (VAT) yaitu menggunakan lambang-lambang

abstrak, pasien-pasien dengan Afasia Global menggunakan suatu komunikasi

alternative. Mula-mula Dilatih pengenalan dan penciptaan gerak-gerak isyarat, dengan

menggunakan benda-benda yang sesuai. Dapat digunakan dengan satu tangan dan

gerak-isyaratnya membawa suatu arti,Tidak hanya penggunaan gerak-isyarat yang

berkembang juga dapat menyatakan maksud dengan lebih baik tetapi konsentrasi dan

pemahaman auditif juga menjadi lebih baik.

Sedangkan untuk tujuan terapi jangka pendek yaitu untuk melatih meningkatkan

kemampuan pemahaman bahasa reseptif tingkat kata benda kategori jenis alat makan,

dengan cara memperagakan simbol/gerak isyarat fungsi benda, menunjuk/mengambil

dan mengklasifikasikan benda seperti (piring, mangkuk, sendok dan garpu)

menggunakan metode Visual Action Theraphy (VAT) dengan durasi waktu 30 menit,

dengan frekuensi 2 kali seminggu, sebanyak 20 kali terapi telah tercapai.

Tingkat keberhasilan pasien jika dilihat dari hasil terapi adalah pada tes awal

pasien hanya mampu mendapatkan 0 poin dari 4 poin item pada memperagakan fungsi

benda, sehingga mendapatkan presentase awal sebanyak 0%. Pada tes akhir, setelah

melakukan terapi sebanyak 20 kali pertemuan, pasien mendapatkan 7 poin dari 4 poin

106
107

item yang penulis berikan pada kemampuan memperaggakan fungsi benda dengan

presentase keberhasilan 87,5% , maka dari itu berdasarkan kriteria keberhasilan terapi

yang telah penulis buat, teerapi yang telah penulis lakukan kepada pasien termasuk

pada kategori Sangat Berhasil.

Melihat dari tingkat keberhasilan yang diperoleh, maka Metode Visual Avction

Theraphy adalah salah satu metode yang cukup tepat digunakan untuk meningkatkan

respon dan kemampuan pasien pada kasus Afasia Global.

5.2 Saran

1. Pasien butuh banyak motivasi dari keluarga dan lingkungan rumah pasien, agar

adanya semangat pada diri pasien sehingga dapat mempermudah keberhasilan terapi.

2. Keluarga harus lebih sering mengulang atau melatih pasien di rumah dengan

tugas-tugas yang telah diberikan kepada keluarga pasien dengan teknik-teknik yang

sudah dilatih kepada keluarga pasien sehingga akan didapatkan hasil terapi yang

lebih konsisten hasilnya.

3. Penulis merasa pertemuan terapi yang dilakukan sebanyak 20 kali ini masih

sangat kurang. Sebaiknya keluarga tetap melatih atau melakukan terapi wicara

sehingga terapi akan berhasil

.
DAFTAR PUSTAKA

Dharmaperwira, Reni. 2002. Afasia Deskripsi Pemeriksaan Penanganan. Jakarta : Balai

Penerbit FKUI.

Googlass. dan Kaplan. 1972. Sindrom-Sindrom Afasia. dalam Afasia Deskripsi

Pemseriksaan Penanganan. Edisi : Kedua. Jakarta : EGC.

Lumongga. 2007. Faktor Risiko Stoke. dalam Deteksi Dini Stroke Iskemia. Malang : UB

Press.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2002. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Peraturan Menteri Kesehetan Republik Indonesia. 2014. Standar Pelayanan Terapi Wicara.

Jakarta : Menteri Kesehatan Republik Indonesia.

Permata, Indah Sari. 2015. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Terjadinya Stroke

Berulang Pada Penderita Pasca Stroke. Surakarta : Universitas Muhammadiyah.

[Online]Tersedia00 April 2018]

Satyanegara, 2014. Ilmu Bedah Saraf. Jakarta: Percetakan PT Gramedia.

Setyono, Bambang. 2000. Terapi Wicara Untuk Praktisi Pendidikan dan Kesehatan. Jakarta :

EGC.

Weiner, Howard L. dan Levitt, Lawrence P. 2000. Buku Saku Neurologi. Edisi : Kelima.

Jakarta : EGC.

Yueniwati, Yuyun. 2015. Deteksi Dini Stroke Iskemia. Malang : UB Press.

108
LAMPIRAN-LAMPIRAN

109
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Adha Syaputra panggilan Aad lahir pada 28 Maret 1999 di Manna, Bengkulu

Selatan Provinsi Bengkulu, dari pasangan suami istri bapak M.Sholihin dan ibu Seventri

Testayati. Penulis adalah anak ke 2 dari 3 bersaudara, saudara yang pertama bernama

Wahyolla Haromah Putri dan saudara yang terakhir bernama Dimas Zona Sakti. Penulis

sekarang bertempat tinggal di Gunung Mesir Manna, Bengkulu Selatan.

Pendidikan yang telah di tempuh oleh penulis yaitu :

1. SD Negeri 10 Bengkulu Selatan

2. SMP Negeri 4 Bengkulu Selatan

3. SMA Negeri 1 Bengkulu Selatan

4. Politeknik Al Islam Bandung (sekarang)

110

Anda mungkin juga menyukai