Anda di halaman 1dari 65

i

KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur
dipanjatkan kepada Allah SWT
yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya, sehingga
kami dapat menyelesaikan
buku “Pedoman Pelaksanaan
Pertanian Perkotaan (Urban
Farming)”.

Dalam rangka menindaklanjuti amanat UU No. 18 Tahun


2008 tentang Pengelolaan Sampah dan mengatasi
permasalahan sampah dari sumbernya khususnya
masyarakat perkotaan, salah satu upaya yang dapat
dilakukan adalah dengan menerapkan program pertanian
perkotaan (urban farming) mengingat daerah perkotaan
lahannya terbatas.

Dalam penerapan program pertanian perkotaan,


masyarakat diajak untuk mengurangi timbulan dan
mengelola sampah di tingkat rumah tangga, dengan
memanfaatkan sampah melalui kegiatan reuse
(menggunakan kembali) dan recycle (mendaur ulang).
Pemberdayaan urban farming dapat memberikan
kontribusi penyelamatan lingkungan melalui pengelolaan
sampah di sumbernya, untuk menciptakan lingkungan
yang bersih dan mengurangi biaya pengelolaan sampah.
Untuk memberikan acuan bagi masyarakat perkotaan
dalam menerapkan urban farming, maka Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan cq. Ditjen
Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3 telah menyusun

ii
“Panduan Pelaksanaan Pertanian Perkotaan (Urban
Farming)”.

Buku Pedoman Panduan Pelaksanaan Pertanian


Perkotaan (Urban Farming) juga merupakan salah satu
bentuk dari penjabaran mandat Perpres Nomor 97 Tahun
2017 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah
Sejenis Sampah Rumah Tangga (Perpres Jakstranas)
yang telah diundangkan pada tanggal 24 Oktober 2017.
Dalam Perpres Jakstranas tersebut, salah satu target
yang harus terpenuhi adalah penyusunan norma,
standar, prosedur, dan kriteria (NSPK) dalam
pengurangan dan penanganan Sampah Rumah Tangga
dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.

Semoga buku panduan ini dapat memberikan manfaat


positif dalam pelaksanaan pertanian perkotaan pada
khususnya dan penyelenggaraan pengelolaan sampah
pada umumnya.

Wassalamualaikum Warahmatullhi Wabarkatuuh

Jakarta, Januari 2018

Direktur Jenderal Pengelolaan

Sampah, Limbah dan B3

Rosa Vivien Ratnawati

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................i


DAFTAR ISI ............................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Tujuan............................................................................................. 5
C. Ruang Lingkup............................................................................ 5
BAB II PENGENALAN URBAN FARMING .................................... 6
A. Definisi Urban Farming .......................................................... 6
B. Perbedaan Urban Farming dan Pertanian
Tradisional ................................................................................... 8
C. Manfaat Urban Farming .......................................................10
D. Peran Urban Farming pada Pengelolaan Sampah ...13
BAB III PELAKSANAAN URBAN FARMING ..............................15
A. Karakteristik Urban Farming ............................................15
B. Tantangan Pengembangan Urban Farming ................16
C. Pengelolaan Sampah dan Urban Farming ...................22
D. Cara Membuat Urban Farming .........................................35
BAB IV PENUTUP ................................................................................55
A. Kesimpulan ................................................................................55
B. Rekomendasi .............................................................................55
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................56

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Penerapan urban farming di rumah tangga .. 8


Gambar 2. Lorong jalan (gang) perumahan yang
dimanfaatkan untuk urban farming ................ 18
Gambar 3. Atap rumah yang dimanfaatkan untuk urban
farming........................................................... 19
Gambar 4. Taman yang dimanfaatkan untuk urban farming
...................................................................... 20
Gambar 5. Lahan institusi yang dimanfaatkan untuk urban
farming........................................................... 21
Gambar 6. Lahan pertanian yang dimanfaatkan urban
farming........................................................... 22
Gambar 7. Botol bekas ................................................... 34
Gambar 8. Paralon bekas ............................................... 34
Gambar 9. Ban bekas sebagai wadah tanaman ............. 36
Gambar 10. Ember bekas sebagai wadah tanaman ......... 37
Gambar 11. Rockwool ...................................................... 41
Gambar 12. Cara menyemai benih dengan menggunakan
rockwool ........................................................ 41
Gambar 13. Menyemai benih hidroponik dengan sekam
bakar.............................................................. 45
Gambar 14. Menyemai benih dengan menggunakan pasir
...................................................................... 47
Gambar 15. Menyemai benih hidroponik dengan kain flanel
...................................................................... 49
Gambar 16. Hidroponik dengan memanfaatkan botol bekas
air mineral ...................................................... 51

iv
Gambar 17 Hidroponik dengan memanfaatkan botol bekas
air mineral (horizontal) ................................... 51
Gambar 18 Cara membuat media tanam ......................... 52
Gambar 19 Contoh Netpot................................................ 53
Gambar 20 Tanaman hidroponik dengan pipa paralon
vertikal ........................................................... 54
Gambar 21 Tanaman hidroponik dengan pipa paralon
horizontal ....................................................... 54

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Amanat Undang-Undang No. 18 Tahun 2008


tentang Pengelolaan Sampah menyebutkan
bahwa pengelolaan sampah meliputi
kegiatan yang sistematis, menyeluruh dan
berkesinambungan meliputi upaya pengurangan
dan penanganan sampah. Undang-Undang
tersebut secara jelas mengamanatkan perubahan
paradigma pengelolaan sampah dari kumpul-
angkut-buang menjadi pengurangan di sumber
(reduce at source) dan daur ulang sumber daya
(resources recycle). Pendekatan yang tepat
untuk menggantikan pendekatan end of system
(kumpul-angkut-buang) yang selama ini
dijalankan adalah dengan mengimplementasikan
prinsip 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle),
kewajiban produsen dalam pengurangan
sampah, pengolahan dan pemanfaatan sampah
menjadi sumber daya, baik sebagai bahan baku
1
maupun sumber energi terbarukan, serta
pemrosesan akhir sampah di TPA yang
berwawasan lingkungan.

Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi


permasalahan sampah dari sumbernya harus
dilakukan oleh seluruh pemangku kepentingan,
terutama masyarakat baik di perkotaan maupun
di pedesaan. Salah satu hal yang dapat
dilakukan adalah dengan memanfaatkan kembali
sampah melalui kegiatan reuse (menggunakan
kembali) dan recycle (mendaur ulang) di daerah
perkotaan melalui program pertanian perkotaan
yang biasa disebut dengan urban farming.
Kegiatan urban farming adalah sebuah
pengembangan konsep dari pertanian
konvensional ke pertanian perkotaan. Hal ini
mengingat bahwa ketersediaan lahan di
perkotaan yang sangat terbatas, maka
pengembangan pemberdayaan pertanian
perkotaan (urban farming) menjadi salah satu
alternatif untuk menjaga kelestarian lingkungan.

2
Pemberdayaan pertanian perkotaan (urban
farming) dapat memberikan kontribusi
penyelamatan lingkungan melalui pengelolaan
sampah reuse dan recycle, membantu
menciptakan kota yang bersih dan nyaman,
penghematan biaya transportasi pengangkutan
sampah, ketersediaan bahan pangan yang lebih
segar, dan menjadi penghasilan tambahan
penduduk kota.

Manfaat dari penerapan urban farming bagi


penduduk di perkotaan adalah sebagai alternatif
lapangan pekerjaan dan penyediaan pangan bagi
penduduk. Urban farming dapat menjadi salah
satu komponen dalam pencapaian pemenuhan
pangan masyarakat yang berkelanjutan dan bila
dapat direncanakan dengan baik dapat
mendukung masalah ketahanan pangan.

Kegiatan urban farming memberikan kontribusi


pada pengurangan sampah melalui pemanfaatan
sampah organik menjadi pupuk organik sebagai

3
media tanam, pemanfaatan wadah plastik bekas
sebagai wadah tanam dan instalasi untuk
kegiatan penanaman. Kegiatan ini dapat
dikembangkan pada skala rumah tangga dengan
memberdayakan peran serta masyarakat dalam
mengelola sampah melalui urban farming.
Manfaat yang diperoleh adalah mendapatkan
hasil pertanian, baik itu tanaman sayur maupun
tanaman hias yang ditanam oleh masyarakat,
sehingga secara langsung masyarakat
mendapatkan hasil pertanian yang dapat
dikonsumsi untuk rumah tangga, maupun dapat
menjual hasil pertanian jika memiliki produktivitas
yang tinggi.

Dalam rangka memaksimalkan praktek kegiatan


urban farming pada skala rumah tangga maupun
yang lebih besar, perlu adanya pedoman
pelaksanaan pertanian perkotaan (urban farming)
yang dapat dijadikan acuan bagi masyarakat
perkotaan dalam melakukan pertanian perkotaan.

4
B. Tujuan

1. Memberikan panduan pelaksanaan pertanian


perkotaan (urban farming) yang mudah
diterapkan secara efektif dan efisien di
wilayah perkotaan di Indonesia.
2. Mengurangi sampah dari sumbernya.
3. Meningkatkan pertanian organik di perkotaan.
4. Pemenuhan pangan keluarga.

C. Ruang Lingkup

1. Pengenalan urban farming.


2. Pelaksanaan urban farming.

5
BAB II
PENGENALAN URBAN FARMING

A. Definisi Urban Farming

Pertanian perkotaan (urban farming) adalah


praktek budidaya, pemrosesan, dan distribusi
bahan pangan di sekitar kota. Urban farming juga
bisa melibatkan peternakan, budidaya perairan,
1
wanatani, dan hortikultura (Rambe, 2014) .
Definisi urban farming menurut Food and
Agriculture Organization (FAO), 2008 adalah
sebuah industri yang memproduksi, memproses,
dan memasarkan produk dan bahan bakar
nabati, terutama dalam menanggapi permintaan
harian konsumen di dalam perkotaan, yang
menerapkan metode produksi intensif,
memanfaatkan dan mendaur ulang sumber daya
dan limbah perkotaan untuk menghasilkan
beragam tanaman dan hewan ternak.

Dapat disimpulkan bahwa definisi urban farming


dari berbagai literatur yang telah disebutkan

1 http://novisanriarambe.blogspot.co.id/2014/07/konsep-urban-
farming-pertanian-perkotaan.html

6
sebelumnya adalah sebuah aktivitas pertanian
baik sederhana maupun skala industri yang di
dalamnya terdapat suatu pola kegiatan produksi,
pemrosesan, dan pemasaran produk yang
melibatkan keterampilan, keahlian, dan inovasi
dalam budidaya dan pengolahan makanan
dengan menerapkan metode produksi intensif,
memanfaatkan dan mendaur ulang sumber daya
dan limbah perkotaan untuk menghasilkan
beragam tanaman dan hewan ternak. Gambar 1
menunjukkan penerapan urban farming di rumah
tangga pada pemanfaatan lahan terbatas.

Kelebihan urban farming bila dibandingkan


dengan kegiatan pertanian pada umumnya
adalah memiliki karakteristik khusus yaitu
kedekatannya dengan pasar, memanfaatkan
lahan terbatas, menggunakan sumber daya kota
seperti sampah organik, anorganik dan limbah
domestik. Selain itu, urban farming dapat menjadi
model rekreasi, ekonomi dan kewirausahaan,
penelitian, kesehatan dan kesejahteraan serta
permulihan dan perbaikan lingkungan.

7
Gambar 1. Penerapan Urban Farming di rumah
tangga2

B. Perbedaan Urban Farming dan Pertanian


Tradisional

Pertanian perkotaan (urban farming) dan


pertanian tradisional (non urban) memiliki konsep

2
http://www.pulangkerja.com/manfaatkan-lahan-kosong-
dirumahmenjadi-lahan-pertanian/dan
http://pemandangan.fotoindonesia.com/16760/jambangan-
kampungasri-di-surabaya-tanpa-polusi-udara.html

8
yang sama dalam hal produksi pangan, yang
membedakan adalah penggunaan lahan,
transportasi, penggunaan pupuk, dan
pengelolaan yang dianggap lebih sederhana.
Pertanian urban dapat membantu dalam
penghematan pengeluaran rumah tangga atau
dalam skala lebih lanjut dapat memberikan
tambahan pendapatan karena dilakukan dari
lingkup terkecil yaitu skala rumah tangga, dengan
memanfaatkan lahan sempit di rumah atau
sekitar tempat tinggalnya untuk memproduksi
sayuran dan buah yang dapat dikonsumsi rumah
tangga atau dijual kembali. Selain itu, pertanian
kota ini dapat memenuhi kebutuhan pangan
keluarga secara langsung tanpa harus ke pasar
atau supermarket.

Pertanian kota dikatakan dapat memperpendek


jarak antara produsen dan konsumen sehingga
bahan pengawet dan proses tambahan tidak
dibutuhkan. Hal ini membuat konsumen
mendapatkan jaminan bahan pangan yang lebih
segar. Ada tiga langkah yang harus dilakukan

9
agar proses urban farming dapat berjalan dengan
lancar, yaitu:
1. Memberikan penyuluhan bagaimana caranya
melakukan proses pertanian perkotaan
dengan memberdayakan sumber daya yang
ada di rumah tangga;
2. Peningkatan kualitas produk; dan
3. Pemahaman urban farming dimanfaatkan
untuk pemenuhan kebutuhan keluarga dan
distribusi ke swalayan untuk produk-produk
layak jual.

C. Manfaat Urban Farming

Pelaksanaan urban farming dilakukan melalui


pemanfaatan lahan tidur dan lahan kritis,
pemanfaatan ruang terbuka hijau (privat dan
publik), pengoptimalan kebun sekitar rumah, dan
penggunaan ruang (verticulture). Urban farming
memberikan kontribusi penyelamatan lingkungan
dengan pengelolaan sampah berbasis reuse dan
recyle (Rambe, 2014) 3 . Adapun manfaat dari

3 http://novisanriarambe.blogspot.co.id/2014/07/konsep-urban-
farming-pertanian-perkotaan.html

10
pelaksanaan urban farming adalah sebagai
berikut:
1. Membantu menciptakan kota yang bersih
dengan pelaksanaan 3R (Reduce, Reuse, dan
Recycle) untuk pengelolaan sampah kota,
2. Dapat menghasilkan udara segar dan
meningkatkan kualitas lingkungan kota,
3. Meningkatkan estetika dan keindahan kota,
4. Mengurangi biaya dari pengelolaan sampah,
5. Pemenuhan bahan pangan keluarga yang
lebih segar,
6. Memberikan penghasilan tambahan bagi
penduduk kota.

Organisasi pangan dan pertanian dunia, Food


and Agriculture Organization (FAO) juga
menganjurkan negara-negara berkembang
seperti Indonesia, untuk menerapkan urban
farming, mengingat beberapa keuntungan yang
didapat dari pelaksanaan dari urban farming,
yaitu:
1. Membantu memenuhi kebutuhan pangan
keluarga.

11
Di wilayah padat penduduk, urban farming
menjadi strategi yang tepat dalam upaya
membantu rumah tangga ekonomi lemah
dalam memperbaiki keamanan pangan dan
asupan nutrisi anggota keluarga. Kegiatan ini
dapat menjadi cara yang efisien dalam
memerangi kelaparan dan malnutrisi karena
mampu memfasilitasi akses untuk
mendapatkan makanan.
2. Membuat lingkungan lebih sehat.
Melalui langkah penghijauan, lingkungan
dapat menjadi lebih sehat sekaligus
mengurangi polusi udara. Makin banyak orang
yang menerapkan urban farming, maka
kualitas lingkungan dapat meningkat.
Hasilnya, suatu wilayah dapat menjadi lebih
sehat untuk ditinggali. Memperindah
pemandangan. Hijaunya tanaman dapat
membantu mempercantik lingkungan rumah
dan menjauhkannya dari kesan gersang.
3. Mengurangi stres.
Urban farming juga diyakini dapat mendukung
proses relaksasi, serta memberikan ruang

12
ketenangan di tengah padatnya populasi
manusia.
4. Mengurangi limbah domestik.
Air buangan yang masih layak bisa
dimanfaatkan untuk menyiram tanaman.
Sementara itu, sampah organik dan anorganik
dapat diolah dan dimanfaatkan sebagai pupuk
dan media urban farming. Dengan begini, kita
dapat mengelola dan mengurangi sampah di
sumbernya.

D. Peran Urban Farming pada Pengelolaan


Sampah

Pertanian perkotaan adalah contoh yang nyata


untuk mengubah sampah organik yang terpilah
menjadi pupuk organik atau kompos dan
anorganik untuk media urban farming
(Wageningen University, 2014). International
Development Regional Center (2003)
menyatakan bahwa panduan lima prinsip
pembuatan kebijakan dalam upaya mendukung
pengelolaan sampah organik pada pertanian

13
perkotaan sebagai berikut:

1. Pengelolaan sampah terpadu organik dan


anorganik dengan penggunaan lahan,
2. Pemilahan dan pengolahan sampah organik
dan anorganik dari sumbernya,
3. Pengembangan teknologi tepat guna, dan
4. Menghasilkan pendapatan (circular economy),
5. Memberdayakan sumber daya baru
terbarukan.

14
BAB III
PELAKSANAAN URBAN FARMING

A. Karakteristik Urban Farming

Masyarakat yang melakukan kegiatan pertanian


perkotaan juga dapat disebut dengan “petani”.
Kata “urban” didefinisikan sebagai batas dari
sebuah wilayah regulasi suatu kota dan tidak
untuk menyiratkan kepadatan dari bangunan dari
suatu wilayah. Pertanian perkotaan juga erat
kaitannya dengan penyediaan bahan pangan
sehat bagi masyarakat perkotaan yang semakin
sadar akan kebutuhan makanan sehat, bebas
dari penggunaan pestisida dan pupuk kimia.

Pertanian perkotaan memanfaatkan ruang


terbuka yang ada dan sangat dekat dengan
aktivitas perkotaan. Perlengkapan yang
digunakan dalam pertanian perkotaan juga relatif
lebih sederhana dibandingkan dengan pertanian
tradisional. Sehingga secara keseluruhan,
meskipun hasil pertanian yang didapatkan lebih
sedikit dibandingkan dengan pertanian

15
tradisional, namun hasil produksi per satuan luas
dari pertanian perkotaan lebih besar
dibandingkan dengan pertanian tradisional
apabila dilakukan secara massal. Pada pertanian
perkotaan, petani urban akan lebih dekat “pasar”
antar petani urban lainnya, yang memiliki
kepedulian terhadap gerakan pertanian
perkotaan yang dapat memudahkan para petani
urban untuk saling berbagi ilmu mengenai
pertanian urban dan bekerjasama antar pihak
untuk memperluas informasi mengenai kegiatan
pertanian urban (Lanarc, 2013).

B. Tantangan Pengembangan Urban Farming

Pada dasarnya proses kegiatan pertanian


perkotaan terdiri atas: lahan dan akses terhadap
lahan tersebut, produksi, proses dan distribusi,
edukasi, dan pemulihan terhadap limbah.
Tantangan pengembangan dalam pelaksanaan
urban farming, antara lain:
1. Lahan dan akses lahan
Pertanian perkotaan dapat dilakukan petani

16
urban hampir di seluruh lahan yang ditemukan
dan lahan tersebut aman untuk dimanfaatkan.
Lahan non pertanian yang dapat
dimanfaatkan menjadi lahan pertanian adalah
pekarangan rumah, halaman parkir, atap
gedung, boulevard, dan lahan terbuka lainnya.
Terdapat dua kunci tantangan untuk
melindungi lahan yang dimanfaatkan untuk
urban farming, yaitu adanya akses lahan yang
dimanfaatkan dan kebijakan serta regulasi
untuk mencegah penggunaan lahan non
pertanian.
2. Jenis lahan untuk urban farming
Lahan yang dapat dimanfaatkan sebagai
lahan pertanian perkotaan dapat diuraikan
sebagai berikut:
a. Pekarangan/Halaman Pemukiman
Pemanfaatan lahan pada pemukiman
tergantung komitmen dari pengembang
dan pemilik rumah masing-masing.

17
Gambar 2. Lorong jalan (gang) perumahan
yang dimanfaatkan untuk urban farming4

b. Lahan terbuka (tempat parkir dan atap)


Lahan parkir dan atap gedung biasanya
dimiliki oleh swasta dan pemerintah, lahan
yang dikembangkan menjadi lahan
pertanian perkotaan biasanya bersifat
sementara dan pemanfaatannya pada saat
lahan tersebut masih dalam masa pakai.

4https://news.detik.com/berita/d-3302441/menelusuri-lorong-
garden-makassar-yang-pikat-menlu-australia-julie-
bishop?_ga=2.30304127.1182892239.1519012388-
349420127.1518591378

18
Gambar 3. Atap rumah yang dimanfaatkan
untuk urban farming5

c. Taman dan ruang terbuka hijau


Lahan ini biasa dimiliki oleh pemerintah,
swasta dan pengembang perumahan.
Pengembangan pertanian perkotaan
biasanya dijalankan oleh organisasi lokal
yang mengawasi pengelolaan dan
operasional dari pertanian tersebut untuk
memastikan bahwa lahan tersebut
berkembang sesuai dengan kebutuhan
kota.

5 https://www.pinterest.com/momogozali/ide-buat-rumah/

19
Gambar 4. Taman yang dimanfaatkan untuk
urban farming6

d. Lahan institusi
Lahan terbuka yang terdapat di lembaga-
lembaga seperti rumah sakit, perguruan
tinggi, dan lembaga lainnya baik
pemerintah dan swasta. Ruang terbuka
yang ada di lembaga/institusi tersebut
biasanya dikembangkan menjadi ruang
vertical garden untuk memberikan
kenyamanan dan estetika, namun dalam
pengembangan tanaman pangan masih
belum dikembangkan lebih lanjut.

6https://www.goodnewsfromindonesia.id/2017/12/28/wagub-
sandiaga-uno-meresmikan-pertanian-urban

20
Gambar 5. Lahan institusi yang dimanfaatkan
untuk urban farming7

e. Lahan pertanian
Lahan pertanian atau sawah yang terdapat
di perkotaan. Lahan ini semakin berkurang
dengan adanya alih fungsi lahan. Hal ini
disebabkan oleh pertambahan jumlah
penduduk yang membutuhkan lahan
terbangun untuk pemukiman,
perdagangan dan kawasan terbangun
lainnya.

7http://medha.lecture.ub.ac.id/2013/06/membuat-sendiri-
konstruksi-vertical-garden/

21
Gambar 6. Lahan pertanian yang
dimanfaatkan urban farming8

C. Pengelolaan Sampah dan Urban Farming

Kemajuan teknologi, pertumbuhan jumlah


penduduk dan perubahan gaya hidup (lifestyle)
berdampak kepada peningkatan jumlah dan jenis,
sehingga memerlukan pengelolaan yang tepat
untuk mengurangi sampah yang masuk ke TPA,
salah satunya adalah dengan memanfaatkan
sampah organik dan anorganik dalam kegiatan
urban farming.

8 https://agroinfotek.wordpress.com/2011/04/12/z/

22
1. Timbulan sampah perkotaan
Sebagai salah satu negara berkembang,
timbulan sampah di Indonesia mencapai 65
juta ton dimana sampah organik (sisa
makanan dan kayu/ranting/daun) merupakan
penyumbang terbesar yaitu sekitar 57%,
sedangkan sisanya sebesar 43% terdiri dari
sampah kertas, plastik dan sampah lainnya.
Dari sampah yang dihasilkan tersebut sampah
yang tidak terkelola sebesar 19,62%, sampah
yang ditimbun di TPA sebesar 66,39% dan
sampah yang dimanfaatkan sebesar 14%
(kompos, bank sampah, bahan baku daur
ulang, bahan baku industri kreatif, biogas,
dll) 9 . Jika asumsi timbulan sampah yang
dihasilkan adalah 0,4 kg/orang/hari (SNI, 19-
3983-1995, Tahun 1995), maka estimasi
jumlah sampah organik adalah 0,228
kg/orang/hari dan sampah anorganik sebesar
0,172 kg/orang/hari. Pengelolaan sampah di
sumbernya melalui urban farming ini

9 Data KLHK Tahun 2015-2016

23
merupakan satu rangkaian dalam pengelolaan
sampah.

Dalam pelaksaaan urban farming, perlu


dilakukan pemilahan terlebih dahulu terhadap
timbulan sampah untuk selanjutnya dilakukan
pengolahan baik untuk sampah organik
maupun anorganik, sehingga timbulan
sampah perkotaan berkurang di sumbernya
dan hasil dari pengolahan tersebut
memberikan manfaat ekonomi (circular
economy).

Penerapan urban farming ini memperlihatkan


bahwa pengelolaan sampah memberikan
manfaat ekonomi dan dapat mengubah
perilaku masyarakat dalam memanfaatkan
sampah. Dampak posiif dari pertanian
perkotaan tidak hanya terhadap lingkungan,
tetapi juga membawa dampak sosial dan
ekonomi bagi masyarakat. Lebih jauh lagi
bahwa pertanian perkotaan dapat
menghasilkan ketahanan pangan bagi
masyarakat perkotaan dengan menghasilkan

24
produk organik yang lebih segar dan
masyarakat akan mendapatkan manfaat
kesehatan lingkungan. Pengurangan timbulan
sampah adalah dampak selanjutnya dari
pemanfaatan sampah organik menjadi pupuk
organik baik pupuk organik padat dan pupuk
organik cair, serta adanya kegiatan daur ulang
dengan memanfaatkan sampah anorganik
untuk wadah, sehingga secara estetika lahan-
lahan yang belum dimanfaatkan dapat
menjadi lebih indah dengan adanya tanaman
sayuran dan buah.

2. Pengolahan sampah organik menjadi


kompos
Pengolahan sampah organik dapat dilakukan
dengan membuatnya menjadi pupuk organik
atau biasa disebut dengan pupuk kompos.

Salah satu tujuan pelaksanaan urban farming


adalah untuk meningkatkan pertanian organik
melalui pemanfaatan pupuk organik tersebut,
oleh karena itu masyarakat dan petani harus
diedukasi tentang perbedaan pupuk organik

25
dan pupuk kimia serta dampak yang
ditimbulkan dari penggunaan pupuk organik
dibandingkan dengan pupuk kimia. Petani
atau masyarakat perkotaan karena
keterbatasan lahan dan penggunaan pupuk
organik tidak sebanyak pertanian
konvensional, maka dapat membuat pupuk
organik dan memanfaatkannya untuk
memberi nutrisi lahan pertanian perkotaan
yang mereka kembangkan.

Sepuluh perbedaan penggunaan pupuk


organik dan kimia dapat diuraikan sebagai
berikut (Pupuk Organik Unggul, 2016):
a. Pupuk organik terbuat dari bahan-bahan
alami yang ada di alam, mulai dari kotoran
ternak, sisa-sisa tanaman, sampah
tumbuhan, dan berbagai bahan alami
lainnya yang mengalami proses
dekomposisi atau penguraian oleh
mikroorganisme. Pupuk kimia sesuai
dengan namanya terbuat dari bahan-
bahan kimia sintetis.

26
b. Selain mengandung unsur Natrium,
Fosfor, Kalium (NPK) seperti pada pupuk
umum yang digunakan para petani,
organik mengandung 16 macam unsur
hara yang diperlukan tanaman. Pupuk
kimia hanya mengandung satu unsur hara
saja dalam jumlah besar sehingga untuk
menghasilkan hasil pertanian yang baik
diperlukan bermacam-macam jenis pupuk
kimia dan dapat berdampak kepada
pencemaran tanah.
c. Penggunaan pupuk organik dalam jangka
panjang membuat tekstur tanah dan hasil
tanaman menjadi lebih baik. Berbeda
halnya dengan pupuk kimia, penggunaan
yang terus-menerus akan mempengaruhi
tekstur tanah, menjadi rusak dan
mengeras. Jumlah asupan pupuk yang
dibutuhkan untuk mendapatkan hasil yang
sama terus meningkat.
d. Pupuk organik tidak membunuh kegiatan
cacing tanah dan mikroorganisme lain
sehingga kesuburan tanahnya terjaga. Air,

27
udara, dan sinar matahari bisa menembus
tanah dengan baik, akibatnya hama dan
penyakit lebih bisa dikendalikan.
Penggunaan pupuk kimia membuat
keseimbangan organisme penyubur tanah
menjadi rusak, sehingga tanah menjadi
keras.
e. Pupuk organik menjaga struktur tanah
tetap gembur sehingga saat hujan kecil
ataupun deras, struktur tanah tetap terjaga
dan tetap dingin pada saat cuaca panas.
Penggunaan pupuk kimia membuat
kemampuan tanah menahan air menjadi
lebih rendah, frekuensi penyiraman air
menjadi lebih pendek.
f. Pupuk organik menyediakan unsur hara
secara bertahap. Tanaman menyerap hara
saat memerlukannya. Pupuk kimia
membuat unsur hara segera larut dan
meresap ke bagian bawah. Apabila hujan
terbatas bisa membuat tanaman tidak bisa
memperoleh pupuk yang tidak larut.

28
g. Bila menggunakan bahan organik,
pertumbuhan tanaman dengan media
yang kaya bahan-bahan alam
membuatnya terlindungi oleh pestisida
alami seperti pestisida nabati, urin sapi, dll.
Bila menggunakan pupuk kimia,
pertumbuhan tanaman menjadi terlalu
cepat sehingga tanah mudah terserang
hama dan penyakit. Untuk mengatasinya
diperlukan pestisida dan insektisida kimia.
h. Pertanian dengan pupuk organik membuat
tanaman bebas dari residu bahan kimia
dengan harga jual lebih tinggi karena tidak
ada kandungan bahan-bahan kimia yang
berbahaya bagi kesehatan manusia.
Penggunaan pupuk kimia sangat besar
kemungkinannya meracuni tanah,
tanaman dan hasil pertanian sebagai
bahan pangan dan makanan ternak.
Pencemaran lingkungan juga lebih besar
kemungkinannya terjadi.
i. Pupuk organik bebas dari efek samping
bila diolah dengan baik. Penggunaan

29
pupuk kimia menimbulkan efek samping
bagi sumber daya manusia yang
menggunakannya. Pada perempuan hamil
bisa menyebabkan bayi cacat atau
Parkinson pada manusia dewasa karena
pekerjaan atau profesi seperti petani. 10
j. Produk yang dihasilkan dari tanaman yang
dirawat dengan pupuk organik menjadi
lebih sehat, lebih enak, dan tidak mudah
rusak. Pada pupuk kimia, produk
mengandung residu bahan kimia pertanian
dan mudah rusak. Sebagian besar
tanaman yang dihasilkan pada pertanian
perkotaan akan dikonsumsi olah rumah
tangga itu sendiri, sehingga penggunaan
bahan-bahan organik menjadi pilihan
utama petani urban dalam
mengembangkan pertanian di lahan
terbatas yang mereka miliki.

10 http://obatparkinson.com/penyebab-penyakit-parkinson/.

30
3. Kebutuhan kompos untuk urban farming
Pertanian konvensional berbeda dengan
pertanian perkotaan yang memanfaatkan
lahan terbatas, lahan yang digunakan untuk
pertanian konvensional akan lebih luas dan
biasanya digunakan untuk tanaman pangan.
Luas total lahan pertanian 24,2 juta hektar,
yang terdiri dari lahan sawah 7,8 juta hektar
dan lahan kering untuk pengembangan
tanaman pangan 16,4 juta hektar (Setyorini
2005). Pupuk organik yang dibutuhkan sekitar
48,4 juta ton dengan takaran anjuran 2 ton/ha.
Potensi ketersediaan pupuk organik yang
berasal dari jerami dan pupuk kandang
masing-masing adalah 15,708 dan 28,932 juta
ton atau total 44,640 juta ton. Maka, rata-rata
kebutuhan pupuk organik adalah 1-2 ton per
hektar sedangkan kebutuhan pupuk kimia
adalah sekitar adalah 250 Kg Urea, 100 Kg
TSP, dan 75 Kg KCL. Kebutuhan pupuk
didasarkan pada (Agus dan Rujiter, 2014):
a. Jumlah hara yang terangkut bersama saat
panen.

31
b. Cadangan hara yang ada di dalam tanah.
c. Tanda kekurangan unsur hara pada
tanaman.

Penentuan kebutuhan pupuk berdasarkan


tanda kekurangan hara yang diperlihatkan
tanaman memerlukan keahlian dan
pengalaman khusus. Kadang-kadang gejala
kekurangan antara unsur yang satu dengan
lainnya sulit dibedakan dan gejala tersebut
tidak menggambarkan berapa jumlah pupuk
yang harus diberikan. Penentuan kebutuhan
pupuk berdasarkan perkiraan jumlah hara
yang terangkut bersama panen merupakan
cara yang paling sederhana dan mudah. Sisa
tanaman mengandung unsur hara yang cukup
tinggi, terutama kalium. Untuk sistem
pertanian tradisional (tidak intensif),
pengembalian sisa tanaman dapat
mengurangi kebutuhan pemberian pupuk
untuk tanaman berikutnya sebanyak 50%
untuk K, 30% P, dan N sampai 90%
tergantung jenis tanamannya. Karena itu sisa

32
tanaman (jerami, batang jagung) perlu
dikembalikan ke lahan pertanian. Sedangkan
untuk pertanian organik pada pertanian
perkotaan sisa tanaman dapat diolah kembali
menjadi pupuk organik dan dimanfaatkan
kembali pada pertanian perkotaan tersebut.
4. Pengolahan sampah anorganik dalam urban
farming
Sampah anorganik yang digunakan dalam
kegiatan Urban Farming adalah wadah plastik
seperti botol bekas air mineral, botol bekas
minuman bersoda, maupun wadah lain yang
dapat digunakan kembali sebagai media
tanam di pertanian perkotaan. Wadah tersebut
harus bebas dari kandungan kimia berbahaya
sehingga tidak dapat menggunakan botol
bekas pembasmi serangga dan sampah
anorganik lain yang mengandung B3. Hal
tersebut dapat mempengaruhi hasil tanaman
karena mengandung pestisida kimia.
Beberapa contoh pemanfaatan sampah
anorganik dalam urban farming adalah botol
bekas dan paralon bekas.

33
Gambar 7. Botol bekas

Gambar 8. Paralon bekas

Pewadahan yang digunakan untuk pertanian


perkotaan memiliki masa pakainya masing-

34
masing, sehingga untuk memudahkan
penggantian wadah, petani urban dapat
melakukan penyimpanan media tanam. Untuk
lokasi pertanian perkotaan yang lahannya
sangat terbatas dapat menggunakan konsep
vertical garden dengan menyusun media
secara vertikal untuk lahan pertanian. Lahan
tersebut dapat dimaksimalkan, sehingga hasil
pertanian yang dihasilkan dapat maksimal.
Penggunaan pewadahan yang baik pada
kegiatan pertanian perkotaan adalah dengan
botol atau wadah plastik dan kaca yang
sebelumnya tidak digunakan sebagai wadah
bahan berbahaya dan beracun.

D. Cara Membuat Urban Farming

Metode urban farming dilakukan dengan 2 (dua)


cara, yaitu:
1. Taman mikro
Taman mikro adalah menanam pohon dengan
memanfaatkan ruang kecil yang ada di sekitar
rumah kita seperti balkon, teras, atau atap
rumah. Berikut adalah beberapa hal yang

35
perlu diperhatikan dalam membuat urban
farming dengan metode taman mikro.
a. Wadah tanaman
Kita bisa menanam pohon di tanah
langsung atau menggunakan wadah pot,
botol, ember bekas, ban mobil bekas, atau
media penampung lainnya.

Gambar 9 Ban bekas sebagai wadah tanaman11

11https://www.hipwee.com/tips/15-kreasi-pot-tanaman-dari-
barang-bekas-ini-su ngguh-unik-dan-layak-coba/

36
Gambar 10. Ember bekas sebagai wadah tanaman12

b. Media penanaman
Media penanaman dapat menggunakan
kompos atau tanah kebun. Kompos dibuat
dengan mamanfaatkan sampah organik
yang berasal dari rumah tangga, dengan
teknologi sederhana seperti biopori atau
takakura, sedangkan tanah kebun juga
dapat digunakan dengan benda-benda
substrat, seperti kulit kacang, sabut
kelapa, sekam padi, atau tanah laterit. Bila

12https://dekorrumah.net/wp-
content/uploads/2017/04/kerajinan-tangan-dari-barang-bekas-
cinduk-untuk-dijadikan-pot-bunga.jpg

37
substrat juga tidak tersedia, kita bisa
menggunakan air yang dicampurkan
dengan larutan pupuk.
c. Pengairan
Untuk pengairan atau irigasi, kita bisa
memanfaatkan air hujan atau air sisa yang
masih layak. Air yang diperlukan untuk
menyiram tanaman terbilang relatif sedikit.
Untuk taman seluas satu meter persegi,
hanya membutuhkan kurang dari tiga liter
air per hari.
d. Tanaman
Di taman mikro, kita bisa menanam
berbagai sayuran siap saji, seperti kol,
selada, mentimun, cabai, tomat, dan
bawang. Sebagai variasi, coba tanamkan
pula tanaman herbal, seperti kunyit, jahe,
lengkuas, kencur, dan sebagainya.

Studi yang dilakukan oleh Food and


Agriculture Organization (FAO) menunjukkan
bahwa satu meter persegi taman mikro dapat
menghasilkan sekitar 100 bawang tiap empat

38
bulan, 10 kol tiap tiga bulan, sekitar 200 tomat
atau 30 kg per tahun, atau 36 bonggol selada
per dua bulan.

2. Sistem hidroponik
Hidroponik merupakan salah satu cara dalam
penerapan urban farming dengan
memanfaatkan lahan terbatas dan dapat
dilakukan oleh siapa saja. Hidroponik adalah
menanam dengan menggunakan media air
atau tenaga kerja air, sedangkan fungsi tanah
untuk penyangga tanaman dan air yang
merupakan pelarut nutrisi untuk kemudian di
serap tanaman.

Menanam dengan sistem hidroponik terbukti


memiliki beberapa kelebihan dibanding
dengan sistem konvensional berkebun
dengan tanah, antara lain menghasilkan
pertanian organik yang lebih sehat, tingkat

39
pertumbuhannya lebih cepat 30–50 persen,
dan hasil tanaman lebih besar13.

Media hidroponik dapat menggunakan


sampah anorganik seperti botol bekas air
mineral dan pipa paralon bekas, sedangkan
untuk menyemai benih hidroponik dapat
menggunakan beberapa media seperti
rockwool, sekam bakar, pasir dan kain flannel.

a. Menyemai Benih Hidroponik


Menggunakan Rockwool
1) Bahan – bahan yang diperlukan:
 Rockwool
 Nampan/kotak plastik
 Lidi/tusuk gigi
 Kantong plastik hitam
 Benih tanaman

13 urbancikarang.com

40
Gambar 11. Rockwool

Gambar 12. Cara menyemai benih dengan


menggunakan rockwool14

2) Cara menyemai benih:


 Potong-potong rockwool dengan
ukuran 2,5 x 2,5 cm.

14file:///Volumes/NO%20NAME/%20(F)/Urban%20farming/
Kumpulan%20materi%20urban%20farming/Cara%20Membuat
%20Tanaman%20Hidroponik%20di%20Rumah%20Untuk%20P
emula%20%20Rumah%20dan%20Kebun.webarchive

41
 Basahi rockwool dengan air,
dengan cara dicipratkan atau
disemprot kecil agar rockwool tidak
terlalu basah/digenangi air,
kemudian tempatkan di nampan
atau kotak plastik bekas yang ada.
 Lubangi bagian tengah setiap
rockwool dengan lidi/tusuk gigi, kira-
kira 2 mm.
 Masukkan benih tanaman ke dalam
lubang yang sudah dibuat di atas
rockwool.
 Tutup wadah dengan kantong
plastik hitam dan tempatkan di
tempat yang teduh atau gelap.
 Kalau sudah ada benih yang pecah
(ditandai dengan munculnya calon
akar dan menyembul calon daun),
pindahkan wadah berisi benih
tersebut di bawah sinar matahari
pagi sampai siang. Kalau matahari
sudah terik, cukup simpan di tempat

42
yang terang dan tidak perlu ditutup
lagi oleh plastik hitam.
 Tambahkan atau semprotkan air
agar rockwool tetap basah dan
lembab jika dirasa media sudah
kering.
 Pindahkan benih ke media
hidroponik pada saat benih sudah
siap tanam (tumbuh daun sejati – 4
daun), untuk mendapatkan nutrisi
tambahan selain air dan sinar
matahari.

b. Menyemai Benih Hidroponik


Menggungkan Sekam Bakar
1) Bahan-bahan yang diperlukan:
 Sekam bakar
 Baki/nampan plastik
 Air bersih dengan pH netral
 Benih

43
2) Cara menyemai benih:
 Taburkan arang sekam ke dalam
nampan plstik secara teratur dan
merata dengan ketebalan 1-2 cm.
 Tebar benih dengan jarak tebar 0,5
cm.
 Setelah bibit tersebar merata beri
taburan sekam kembali untuk
menutupi benih dengan ketebalan
0,5-1 cm.
 Basahi media dengan
menggunakan air sampai media
arang sekam terlihat lembab.
Simpan di tempat yang lembab dan
gelap.
 Setelah muncul kecambah pada
benih, kemudian dijemur dan
dikontrol kelembapan media sampai
benih siap dipindahkan ke dalam
instalasi hidroponik.

44
Gambar 13. Menyemai benih hidroponik
dengan sekam bakar15

c. Menyemai Benih Hidroponik Menggunakan


Pasir
1) Bahan-bahan yang diperlukan:
 Pasir
 Tray semai
 Air
 Benih
 Plastik sebagai penutup tray semai

15 http://www.urbanhidroponik.com/2017/02/cara-semai-benih-
hidroponik-memakai-sekam-.html

45
2) Cara menyemai benih:
 Siapkan tray semai, isi lubang tray
semai dengan pasir yang sudah
basah.
 Setelah semua tray semai penuh
dengan pasir masukkan benih pada
masing-masing lubang tray semai.
 Siram menggunakan air bersih
secara merata.
 Tutup tray semai yang sudah berisi
benih dengan menggunakan plastik
dan simpan sampai benih
berkecambah (biasanya akan
berkecambah pada usia 2 hari).
 Jemur di sinar matahari dan jaga
kelembapan media sampai benih siap
pindah tanam.

46
Gambar 14. Menyemai benih dengan
menggunakan pasir16

d. Menyemai Benih Hidroponik


Menggunakan Kain Flanel
1) Bahan-bahan yang diperlukan:
 Potongan kain flanel dengan ukuran
30 x 30 cm
 Benih
 Air hangat
 Wadah semai
 Rockwool ukuran 2 x 2 cm
 Nampan plastik

16http://petanitop.blogspot.com/2015/09/menyemai-dengan-
pasir-dari-batu-zeolit.html

47
2) Cara menyemai benih:
 Benih direndam terlebih dahulu
dengan air hangat selama 30 menit
(tergantung benih dengan tingkat
kekerasannya, semakin keras
semakin lama perendamannya).
 Tebar benih di bagian tengah kain
flanel yang sudah dibasahi dengan
air dingin.
 Lipat bagian pinggir kiri dan kanan
kain flanel, simpan di tempat yang
lembab dan jauh dari jangkauan
sinar matahari.
 Setelah benih mulai berkecambah,
siapkan rockwool dan lubangi
sampai kedalaman 1 cm dengan
menggunakan tusuk gigi.
 Masukkan benih yang sudah
berkecambah ke dalam lubang,
pastikan penempatan benih tidak
terbalik.

48
 Kemudian jemur di sinar matahari
langsung dan jaga kelembapan
rockwool sampai benih berdaun
sejati.

Gambar 15. Menyemai benih hidroponik


dengan kain flanel17

e. Cara membuat hidroponik dengan botol air


mineral
Berikut adalah langkah-langkah membuat
media tanam dari botol air mineral dengan
sistem rakit apung dan sumbu:
1) Potong botol bekas air mineral menjadi
dua bagian menggunakan gunting atau
cutter.

17http://hidroponikbjn.blogspot.co.id/2015/04/semai-
seedbenih.html

49
2) Panaskan paku, lalu buat beberapa
lubang berdiameter 1 cm di potongan
botol bagian atas maupun bawah untuk
aerasi. Namun, jika pemberian nutrisi
menggunakan sistem sumbu, biarkan
tutup botol tetap di tempatnya,
kemudian buat lubang tepat di tengah-
tengah tutup botol untuk memasukkan
sumbu flanel.
3) Jika pemberian nutrisi menggunakan
sistem apung, buka tutup botol
sehingga akar menembus media tanam
lalu berkembang di permukaan larutan
nutrisi.
4) Masukkan potongan botol bagian atas
ke potongan botol bagian bawah yang
sudah diisi larutan nutrisi.
5) Masukkan media tanam ke dalam
potongan botol bagian atas.

50
Gambar 16. Hidroponik dengan
memanfaatkan botol bekas air mineral18

Gambar 17. Hidroponik dengan memanfaatkan


botol bekas air mineral (horizontal)19

18 http://coretan-yudi.blogspot.co.id/2016/10/mengenal-sistem-
tanam-hidroponik.html
19 http://www.bebeja.com/seledri-hidroponik-di-botol/

51
Gambar 18. Cara membuat media tanam
botol mineral

f. Membuat hidroponik dengan pipa paralon


1) Bahan dan peralatan
 Potong paralon dengan ukuran 2,5
atau 3 inchi
 Mesin bor
 Penyambung paralon berupa T
dan L
 Netpot
 Sumbu atau rockwool

52
Gambar 19. Contoh Netpot

2) Cara Membuat:
 Tentukan terlebih dahulu ukuran
dan dimensi yang ingin di buat pada
peralatan hidroponik (memberikan
jarak yang tepat agar tumbuhan
tidak merasa kesempitan pada saat
tumbuh nantinya),
 Buatkan lubang dengan mesin bor
pada ukuran yang telah disiapkan
sebelumnya,
 Pasang sumbu dan peralatan lain
yang dibutuhkan untuk menanam
tanaman,
 Gabungkan paralon dengan
penyambung paralon T dan L.

53
Gambar 20. Tanaman hidroponik dengan
pipa paralon vertikal

Gambar 21. Tanaman hidroponik dengan


pipa paralon horizontal20

20http://www.ecosnippets.com/gardening/vertical-gardening-
using-pvc-piping/

54
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pelaksanaan urban farming merupakan upaya


pengelolaan sampah disumbernya melalui
pemanfaatan sampah organik dan anorganik
untuk membuat pertanian perkotaan.
2. Selain mengurangi timbulan sampah, urban
farming dapat memberikan dampak positif
lainnya seperti pemenuhan kebutuhan pangan
keluarga dan pendapatan (circular economy)
lebih jauh apabila sampah dapat dikelola di
sumbernya melalui urban farming, maka
dapat mengurangi timbulan sampah ke
tempat pemrosesan akhir (TPA).

B. Rekomendasi

Untuk membuat pelaksanaan urban farming ini


menjadi masif di masyarakat, perlu dilakukan
edukasi dan sosialisasi oleh berbagai pihak baik
pemerintah maupun swasta yang disertai dengan
pembuatan proyek percontohan.

55
DAFTAR PUSTAKA

Agus dan Rujiter. 2014. https://media.neliti.com/


media/publications/109902-ID-pengaruh-pemberian-
pupuk-kandang-kerbau.pdf

Anonim. 2016. Pupuk Organik Unggul. http://jualpupuk


organik99.blogspot.co.id/2016/

Anonim. 2014. http://caramembuatonline. blogspot.


co.id/ 2014/08/Cara-Membuat-Perahu-dari-Botol-
Bekas.html

Anonim. 2015. http://www.urbancikarang.com/ v2/page.


php?halaman=Urban-Farming-Menanam-
Menggunakan-Sistem-Hidroponik#. WoouEK6WaM8

Anonim. 2017. http://www.urbanhidroponik.com/ 2017/


02/cara-semai-benih-hidroponik-memakai-sekam-
.html

Anonim. http://obatparkinson.com/penyebab-penyakit-
parkinson/

Anonim.http://www.ecosnippets.com/gardening/vertical-
gardening-using-pvc-piping/

Anonim. 2014.https://agroinfotek.wordpress.com/2011
/04/12/z/

Anshori, hasan. 2015. http://hidroponikbjn. blogspot.


co.id/2015/04/semaiseedbenih .html

56
Baskara, Medha. 2013. http://medha. lecture.ub.ac.id/
2013/06/membuat-sendiri-konstruksi-vertical-garden/

Bebeja. 2017. http://www.bebeja.com/seledri-hidroponik-


di-botol/

Fajar, Aditya Indrawan. 2016. https://news.detik.


com/berita/d-3302441/ menelusuri-lorong-garden-
makassar-yang-pikat-menlu-australia-julie-
bishop?_ga= 2.30304127.1182892239.1519012388-
349420127.1518591378

FAO. 2008. Urban Agriculture For Sustainable Poverty


Alleviation and Food Security.
84p.www.fao.org/fileadmin/tem plates/FCIT/UPA_-
WBpaper-Final_ October_2008.pdf

Hayati, Keumala .2015. file:///Volumes/ NO%20 NAME


/%20(F)/Urban%20farming/Kumpulan%20materi
20urban%20farming/Cara%20Membuat%20Tanama
n%20Hidroponik%20di%20Rumah%20Untuk%20Pe
mula%20%20Rumah%20dan%20Kebun.webarchive

Herdian, Egy. 2017. https://www.good newsfrom


indonesia.id/2017/12/28/wagub-sandiaga-uno-
meresmikan-pertanian-urban

Lanarc HB. 2013. The Urban Farming Guidebook:


Planning for the Business of Growing Food in BC’s
Towns dan Cities. www.refbc.com/sites
/default/files/Urban-Farming-Guidebook-2013.pdf

57
Rambe. 2014. http://novisanriarambe. blogspot.
co.id/2014/07/konsep-urban-farming-pertanian-
perkotaan.html

Rohmatun, Meily. 2017.https://www.hipwee. com/tips/15


-kreasi-pot-tanaman-dari-barang-bekas-ini-sungguh-
unik-dan-layak-coba/

SNI, 19-3983-1995. 1995. Spesifikasi timbulan sampah


untuk kota kecil dan kota sedang di Indonesia.
http://www.bsn.go.id/uploads/ download/
PNRT_2015-20164.pdf

Sugeng. 2015. http://petanitop.blogspot.com/ 2015/09/


menyemai-dengan-pasir-dari-batu-zeolit.html

Wageningen University. 2014. http://urbanagriculture


basel.ch/wpcontent/uploads/2014/01/LADINA-
KNAPP_MASTER-Thesis-Urban Agriculture.pdf

Wahyudi, Purnomo. 2016. http://coretan-yudi.blogspot.


co.id/2016/10/mengenal-sistem-tanam-
hidroponik.html

58
59

Anda mungkin juga menyukai