Anda di halaman 1dari 20

BAB II

KONSEP DASAR

A. Pengertian

Konsep diri adalah semua pikiran, keyakinan, dan kepercayaan yang

membuat seseorang mengetahui tentang dirinya dan mempengaruhi hubungan

dengan orang lain (Stuart and Sundeen, 1998).

Konsep diri adalah semua ide, pikiran, perasaan, kepercayaan dan

pendirian yang diketahui individu dalam berhubungan denga orang lain

(Suliswati, dkk, 2005).

Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau

kemampuan diri yang negatif, dapat secara langsung atau tidak langsung

diekspresikan (Towsend, 1998).

Harga diri rendah adalah suatu penilaia diri yang kurang berkepanjangan

pada seseorang atas dirinya atau kemampuannya.

Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan negatif

terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa

gagal mencapai keinginan (Kelliat,1994).

Dapat disimpulkan bahwa harga diri rendah merupakan masalah bagi

banyak orang dan diekspresikan melalui tingkat kecemasan yang sedang

sampai berat. Dapat disimpulkan bahwa konsep diri merupakan aspek kritikal

dan dasar dari perilaku individu. Individu berfungsi lebih efektif yang terlihat

1
dari kemampuan interpersonal, kemampuan intelektual dan berguna bagi

lingkungan.

B. Rentang Respon Konsep Diri

R. Adaptif R. Maladaptif

Aktualisasi Konsep diri Harga diri Kerancuan Depersonalisasi

diri positif rendah identitas

(Skema: rentang Respon Konsep Diri, Stuart and Sundeen,1998)

Keterangan:

1. Aktualisasi diri: pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan

latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan diterima.

2. Konsep diri: apabila individu mempunyai pegalaman yang positif dalam

beraktualisasi diri.

3. Harga diri rendah: transisi antara respon konsep diri adaptif dengan konsep

diri maladaptif

4. Kerancuan identitas: merupakan suatu kegagalan individu untuk

mengintegrasikan berbagai identifikasi masa kanak-kanak ke dalam

kepribadian psikososial dewasa yang harmonis.

5. Depersonalisasi: suatu perasaan tak realistis dan keasingan dari diri

sendiri.

2
C. Komponen Konsep Diri

Komponen konsep diri terdiri dari lima: gambaran diri, ideal diri, harga diri,

peran, identitas diri (Stuart and Sundeen, 1991):

1. Gambaran diri (Citra Tubuh)

Citra tubuh adalah sikap individu secara sadar atau tidak sadar terhadap

tubuhnya. Meliputi persepsi masa lalu atau sekarang mengenai ukuran

dan bentuk, fungsi, penampilan dan potensi tubuh.

a. Stressor yang terjadi pada citra tubuh

1) Perubahan ukuran tubuh: penurunan BB.

2) Perubahan bentuk tubuh: tindakan infasif (operasi, daerah

pemasangan infus).

3) Perubahan fungsi tubuh: berbagai penyakit yang dapat merubah

sisa tubuh.

b. Tanda dan gejala gangguan citra tubuh

1) Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah.

2) Tidak menerima perubahan tubuh yang terjadi.

3) Menolak penjelasan perubahan tubuh.

4) Preakupasi dengan bagian tubuh yang hilang.

5) Persepsi negatif terhadap tubuh.

6) Mengungkapkan keputusan.

7) Mengungkapkan ketakutan.

3
2. Ideal diri

Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus

berperilaku sesuai dengan standar pribadi. Standar dapat berhubungan

dengan tipe yang diinginkan atau sejumlah aspirasi, cita-cita, nilai, yang

ingin dicapai. Ideal diri akan mewujudkan cita-cita dan harapan pribadi

berdasarkan norma sosial (keluarga, budaya). Ada beberapa faktor yang

mempengaruhi ideal diri:

a. Kecenderungan individu menetapkan ideal diri pada batas

kemampuannya.

b. Faktor budaya akan mempengaruhi individu menetapkan ideal diri

kemudian standar ini ditetapkan dengan standar teman.

c. Ambisi dan keinginan untuk melebihi dan berhasil, kebutuhan yang

realistis, keinginan untuk menghindari kegagalan, perasaan cemas

dan rendah diri.

3. Harga diri

Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai

dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri.

Pencapaian ideal diri atau cita-cita akan menghasilkan perasaan yang

berharga. Jika individu sukses maka akan cenderung harga diri tinggi,

jika individu sering gagal maka cenderung harga diri rendah.

4
Empat cara menghasilkan harga diri pada anak:

a. Memberi kesempatan berhasil

Beri tugas yang kemungkinan dapat diselesaikan, kemudian beri

pengakuan dan pujian akan keberhasilannya.

b. Menanamkan gagasan

Berikan gagasan yang dapat memotivasi kreaktifitas anak untuk

berkembang.

c. Mendorong aspirasi

Pernyataan dan pendapat anak perlu ditanggapi dengan memberi

penjelasan yang sesuai, berikan pengakuan dan sokongan untuk

aspirasi yang positif sehinga akan mendorong dirinya diterima dan

bermakna.

d. Membantu membentuk koping

Pada tiap tahap perkembangan, individu mempunyai tugas

perkembangan yang harus diselesaikan. Anak akan merasa bermakna

atau berhasil jika diterima atau diakui orang lain. Merasa mampu

menghadapi kehidupan, merasa dapat mengontrol dirinya, harga diri

yang rendah berhubungan dengan hubungan interpersonal yang

buruk dan terutama menonjol pada klien skizofrenia dan depresi

4. Peran

Peran adalah pola sikap, perilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan

dari seseorang berdasarkan posisinya dimasyarkat. Posisi di masyarakat

5
dapat merupakan stressor terhadap peran karena struktur sosial yang

menimbulkan kesukaran, atau tuntutan posisi yang tidak mungkin

dilaksanakan. Stress peran terdiri dari:

a. Konflik peran: dialami jika peran yang diminta konflik dengan

sistem individu atau dua peran yang konflik satu sama lain.

b. Peran yang tidak jelas: terjadi jika individu diberi peran yang tidak

jelas dalam hal perilaku dan penampilan yang diharapkan.

c. Peran yang tidak sesuai: terjadi jika individu dalam proses transisi

merubah nilai dan sikap. Misalnya, seseorang yang masuk dalam

suatu profesi dimana terjadi konflik antara nilai individu dan profesi.

d. Peran berlebih: terjadi jika seseorang individu menerima banyak

peran misal sebagai istri, perawat, ibu, mahasiswa dituntut banyak

hal tapi tidak tersedia waktu untuk menyelesaikannya.

Banyak faktor yang mempengaruhi dalam menyesuaikan diri

dengan peran yang harus dilakukan (Stuart and Sundeen, 1991):

1) Kejelasan perilaku dan pengetahuan yang sesuai dengan peran.

2) Konsistensi respon orang yang berarti terhadap peran yang

dilakukan.

3) Kesesuaian dan keseimbangan antar peran yang diemban.

4) Keselarasan budaya dan harapan individu terhadap perilaku peran.

5) Pemisahan situasi yang akan meciptakan ketidaksesuaian perilaku

peran.

6
5. Identitas diri

Identitas diri adalah kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari

observasi dan penilaian, yang merupakan sintesa dari semua aspek

konsep diri sebagai satu kesatuan yang utuh. Seseorang yang mempunyai

perasaan identitas diri yang kuat akan memandang dirinya berbeda

dengan orang lain, unik dan tidak ada duanya. Kemandirian timbul dari

perasaan berharga, kemampuan dan penguasaan diri seseorang yang

mandiri dapat mengatur dan menerima dirinya. Mengidentifikasi 6 ciri

identitas ego:

a. Mengenal diri sendiri sebagai organisme yang utuh dan terpisah dari

orang lain.

b. Mengakui jenis kelamin sendiri.

c. Memandang berbagai aspek dakam dirinya sebagai suatu

keselarasan.

d. Menilai diri sendiri sesuai dengan penilaian masayarakat.

e. Menyadari hubungan masa lalu, sekarang dan yang akan dating.

f. Mempunyai tujuan yuang bernilai yang dapat direalisasikan.

D. Penyebab

Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua,

harapan orang tua yang tidak realistik, kegagalan yang berulang kali, kurang

7
mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain dan

ideal diri yang tidak realistik.

Stressor pencetus mungkin ditimbulkan dari sumber internal dan

eksternal, seperti : trauma fisik maupun psikis, ketegangan peran, transisi

peran situasi dengan bertambah atau berkurangnya anggota keluarga melalui

kelahiran atau kematian, serta transisi peran sehat sakit sebagai transisi dari

keadaan sehat dan keadaan sakit. (Stuart and Sundeen, 1995)

E. Faktor Predisposisi

Faktor yang mempengaruhi harga diri rendah adalah pengalaman masa

kanak-kanak merupakan suatu faktor yang dapat menyebabkan masalah atau

gangguan konsep diri.

Terjadinya gangguan konsep diri harga diri rendah kronis juga dipengaruhi

beberapa faktor predisposisi seperti faktor biologis, psikologis, sosial dan

kultural (Stuart and Sundeen, 1995) :

1. Faktor biologis, biasanya karena ada kondisi sakit fisik yang dapat

mempengaruhi kerja hormon secara umum, yang dapat pula berdampak

pada keseimbangan neurotransmitter di otak, contoh kadar serotinin yang

menurun dapat mengakibatkan klien mengalami depresi dan pada pasien

depresi kecenderungan harga diri rendah kronis semakin besar karena

klien lebih dikuasai oleh pikiran-pikiran negatif dan tidak berdaya.

2. Berdasarkan faktor psikologis, harga diri rendah konis sangat

berhubungan dengan pola asuh dan kemampuan individu menjalankan

8
peran dan fungsi. Hal-hal yang dapat mengakibatkan individu mengalami

harga diri rendah kronis meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua

yang tidak realistis, orang tua yang tidak percaya pada anak, tekanan

teman sebaya, peran yang tidak sesuai dengan jenis kelamin dan peran

dalam pekerjaan.

3. Faktor sosial: secara sosial status ekonomi sangat mempengaruhi proses

terjadinya harga diri rendah kronis, antara lain kemiskinan, tempat

tinggal didaerah kumuh dan rawan, kultur social yang berubah misal

ukuran keberhasilan individu.

4. Faktor kultural: tuntutan peran sesuai kebudayaan sering meningkatkan

kejadian harga diri rendah kronis antara lain : wanita sudah harus

menikah jika umur mencapai dua puluhan, perubahan kultur kearah gaya

hidup individualisme.

F. Faktor Presipitasi

Masalah khusus tentang konsep diri disebabkan oleh setiap individu dan

individu tidak mampu menjelaskan. Situasi atau stressor dapat mempengaruhi

komponennya.

Stressor yang mempengaruhi harga diri dan ideal diri adalah pendekatan

dan kurang pengharagaan diri dari orang tua dan orang yang berarti, pola

asuh anak yang kurang tepat, misalnya terlalu dilarang, dituntut, dituruti,

persaingan dengan saudara, kesalahan dan kegagalan yang terulang, cita-cita

yang tidak dapat dicapai, gagal bertanggung jawab terhadap diri sendiri.

9
Sepanjang kehidupan individu sering menghadapi transisi peran, 3

kategori transisi peran yaitu (Stuart and Sundeen, 1991) :

a. Transisi peran perkembangan

Setiap tahap perkembangan harus dilalui individu dengan menyelesaikan

tugas perkembangan yang berbeda-beda. Hal ini dapat merupakan

stressor bagi konsep diri.

b. Transisi peran situasi

Transisi situasi terjadi sepanjang daur kehidupan, bertambah atau

berkurang orang yang berarti melalui kelahiran atau kematian. Perubahan

status menyebabkan perubahan yang dapat menimbulkan ketegangan

peran, yaitu konflik peran, peran tidak jelas atau peran berlebihan.

c. Transisi peran sehat sakit

Stressor pada tubuh dapat menyebabkan gangguan gambaran diri dan

berakibat perubahan konsep diri. Perubahan tubuh dapat mempengaruhi

semua komponen konsep diri yaitu gambaran diri, identitas diri, peran

dan harga diri rendah.

G. Tanda dan gejala

Gangguan perilaku pada konsep diri dapat dibagi sebagai berikut:

1. Perilaku yang berhubungan dengan HDR

Ada 10 cara individu mengekspresikan secara langsung HDR:

a. Mengejek dan mengkritik diri sendiri.

10
Klien mempunyai pandangan negatif tentang dirinya. Klien sering

mengatakan dirinya “bodoh” tidak tahu apa-apa.

b. Merendahkan / mengurangi martabat.

Menghindari, mengabaikan atau menolak kemampuan yang nyata

dimilki.

c. Rasa bersalah dan khawatir

Klien menghukum diri sendiri, dapat ditampilkan berupa fobia,

obsesi.

d. Manifestasi fisik.

Termasuk tekanan darah tinggi, penyakit psikosomatis dan

penyalahgunaan zat.

e. Menunda keputusan.

Sangat ragu-ragu mengambil keputusan, rasa aman terancam.

f. Gangguan berhubungan.

Klien menjadi kejam, merendahkan diri atau mengeksploitasi orang

lain. Perilaku lain adalah menarik diri atau isolasi yang disebabkan

oleh perasaan tidak berharga.

g. Menarik diri dari realitas.

Bila kecemasan yang disebabkan oleh penolakan diri sendiri

mencapai tiongkat berat atau panik, klien mungkin mengalami

gangguan asosiasi, halusinasi, curiga, cemburu, atau paranoid.

11
h. Merusak diri

Harga diri yang rendah dapat mendorong klien mengakhiri

kehidupanya.

i. Merusak atau melukai orang lain

Kebencian dan penolakan pada diri sendiri dapat dilampiaskan pada

lingkungan dengan melukai orang lain.

2. Perilaku yang berhubungan dengan kerancuan identitas terjadi karena

kegagalan mengintegrasikan berbagai identifikasi pada masa kanak-

kanak secara selaras dan harmonis. Perilaku yang berhubungan dengan

identitas kabur adalah hubungan interpersonal yang kacau atau masalah

hubungan intim.

3. Perilaku yang berhubungan dengan depersonalisai jika individu

mengalami tingkat panik dari kecemasan maka respon maladaptif

terhadap masalah identitas akan bertambah yang mengakibatkan klien

menarik diridari realitas. Depersonalisai adalah perasaan yang tidak

realistis dimana klien tidak dapat membedakan stimulus dari dalam atau

luar dirinya (Stuart and Sundeen,1991). Ini merupakan perasaan asing

akan diri sendiri. Klien sukar membedakan dirinya dengan orang lain

atau lingkungan. Depersonalisasi adalah pengalaman subjektif yang

dapat merusak ego.

Depersonalisasi dapat terjadi pada depresi, skizofrenia, Mania dan

gangguan mental organik ( Stuart dan Sundeen, 1991 ).

12
H. Proses Terjadinya Masalah

Individu yang kurang mengerti akan arti dan tujuan hidup akan gagal

menerima tanggung jawab untuk diri sendiri dan orang lain. Ia akan

tergantung pada orang tua dan gagal mengembangkan kemampuan sendiri ia

mengingkari kebebasan mengekspresikan sesuatu termasuk kemungkinan

berbuat kesalahan dan menjadi tidak sabar, kasar dan banyak menuntut diri

sendiri, sehingga ideal diri ditetapkan tidak tercapai (Stuart and Sundeen,

1991).

Sedangkan stressor yang mempengaruhi harga diri rendah dan ideal diri

adalah penolakan dan kurang penghargaan diri dari orang tua dan orang yang

berarti, pola asuh yang tidak tepat, misalnya terlalu dilarang, dituntut,

dituruti, persaingan dengan saudara, kesalahan dan kegagalan yang terulang,

cita-cita yang tidak dapat dicapai, gagal bertanggung jawab terhadap diri

sendiri (Stuart and Sundeen, 1991).

Harga diri rendah dapat terjadi karena kegagalan atau berduka

disfungsional dan individu yang mengalami gangguan ini mempunyai koping

yang tidak konstruktif atau kopingnya maladaptif. Resiko yang dapat terjadi

pada individu dengan gangguan harga diri rendah adalah; isolasi sosial:

menarik diri karena ada perasaan malu kalau kekurangannya diketahui orang

lain (Stuart and Sundeen, 1998).

13
I. Mekanisme Koping

Mekanisme koping pada gangguan konsep diri dapat dibagi menjadi 2

yaitu mekanisme koping jangka pendek dan mekanisme koping jangka

panjang (Keliat, 1998)

1. Koping jangka pendek.

a. Aktivitas yang memberikan kesempatan lari sementara dari krisis

misalnya : pemakain obat, ikut musik rock, olahraga berat dan obsesi

nonton televisi.

b. Aktivitas yang memberi kesempatan mengganti identitas misalnya

ikut kelompok tertentu untuk mendapat identitas yang sudah dimiliki

kelompok, memiliki kelompok tertentu, atau pengikut kelompok

tertentu.

c. Aktivitas yang memberi kekuatan atau dukungan sementara terhadap

konsep diri ata identitas diri yang kabur misalnya: aktivitas yang

kompetitif, olahraga, prestasi akademik, kelompok orang dewasa.

d. Aktivitas yang memberi arti dari kehidupan misalnya : penjelasan

tentang keisengan akan menurunya kegairahan dan tidak berarti pada

diri sendiri dan orang lain.

2. Koping jangka panjang

Semua koping jangka pendek dapat berkembang menjadi koping

jangka panjang. Penyelesaian positif akan menghasilkan ego identitas

dan keunikan individu.

14
Identitas negatif merupakan rintangan terhadap nilai dan harapan

masyarakat. Klien mungkin menjadi anti sosial, klien ini mengatakan “

saya mungkin lebih baik menjadi orang tidak baik daripada tidak jadi

apapun”. Individu dengan gangguan konsep diri pada usia lanjut

menggunakan ego-oriented reaction (mekanisme pertahanan diri), yang

digunakan adalah fantasi, disosiasi, isolasi, proyeksi, mengisar.

Dalam kondisi yang semakin berat dapat terjadi deviasi perilaku

dan kegagalan penyesuaian sebagai berikut : psikosis, neurosis, obesitas,

anoreksia, nervosa, bunuh diri, kriminal, persetubuhan dengan siapa saja,

kenakalan dan penganiayaan (Keliat, 1998).

J. Masalah Keperawatan

1. Isolasi sosial: menarik diri.

2. Konsep diri: harga diri rendah.

3. Koping individu tidak efektif

15
K. Pohon Masalah

Isolasi sosial

Harga diri rendah Core problem

Gangguan citra tubuh

(Keliat, 1998)

L. Diagnosa Keperawatan

1. Harga diri rendah

2. Isolasi sosial

3. Gangguan citra tubuh

16
M. Rencana Tindakan Keperawatan

No Dx Perencanaan
Tgl DX Keperawatan Tujuan Kriteria Intervensi
evaluasi
1 Harga diri 1. Pasien dapat Setelah 1x 1. Bina hubungan saling
rendah membina interaksi, pasien percaya dengan
hubungan menunjukan menggunakan prinsip
saling percaya ekspresi wajah komunikasi terapeutik:
bersahabat, a. Sapa pasien
menunjukan dengan ramah baik
rasa senang, ada verbal maupun non
kontak mata, verbal
mau berjabat b. Perkenalkan diri
tangan, mau dengan sopan
menyebutkan c. Tanyakan nama
nama, mau lengkap dan nama
menjawab panggilan yang
salam, pasien disukai pasien
mau duduk d. Jelaskan tujuan
berdampingan pertemuan
dengan perawat, e. Jujur dan menepati
mau janji
mengutarakan f. Tunjukan sikap
masalah yang empati dan
dihadapi menerima pasien
apa adanya
g. Beri perhatian dan
perhatikan
kebutuhan dasar
pasien

2. Pasien dapat Setelah 2x 2. Diskusikan dengan


mengidentifik interaksi pasien pasien tentang
asi aspek menyebutkan: a. Aspek positif yang

17
positif dan 1. Aspek dimiliki pasien,
kemampuan positif dan keluarga,
yang dimiliki kemampua lingkungan
n yang b. Kemampuan yang
dimiliki dimiliki pasien
pasien c. Hindarkan
2. Aspek memberi penilaian
postitif negatif setiap
keluarga bertemu klien
3. Aspek d. Utamakan
positif memberi pujian
lingkungan yang realistik
pasien 3. Bersama pasien buat
daftar tentang:
a. Aspek positif yang
dimiliki pasien,
keluarga,
lingkungan
b. Kemampuan yang
dimiliki pasien
4. Beri pujian yang
realistis, hindarkan
memberi penilain
negatif

3. pasien dapat Setelah 2x 1. Diskusikan dengan


menilai interaksi pasien pasien kemampuan yang
kemampuan menyebutkan dilaksanakan
yang dimiliki kemampuan 2. Diskusikan kemampuan
untuk yang dapat yang dapat dilanjutkan
dilaksanakan dilaksanakan pelaksanaannya
3. Diskusikan manfaat
kemampuan yang di
miliki pasien
4. Motivasi pasien untuk
mengembangkan

18
kemampuan yang sudah
di laksanakan
4. Pasien dapat Setelah 1x 1. Rencanakan bersama
merencanakan interaksi pasien pasien aktivitas yang
kegiatan membuat dapat dilakuakan setiap
sesuai dengan rencana hari sesuai kemampuan
kemampuan kegiatan harian pasien:
yang dimiliki a. Kegiatan mandiri
b. Kegiatan dengan
bantuan
2. Tingkatkan kegiatan
sesuai kondisi pasien
3. Beri contoh cara
pelaksanaan kegiatan
yang dapat pasien
lakukan
4. Anjurkan pasien untuk
melaksanakan kegiatan
yang sudah di
contohkan

5. Pasien dapat Setelah 1x 1. Anjurkan pasien untuk


melakukan interaksi pasien melaksanakan kegiatan
kegiatan melakukan yang telah direncanakan
sesuai rencana kegiatan sesuai 2. Pantau kegiatan yang
yang dibuat jadwal yang dilaksanakn pasien
dibuat 3. Beri pujian atas usaha
yang dilakukan pasien
4. Diskusikan
kemungkinan
pelaksanaan kegiatan
setelah pulang
6. Pasien dapat Setelah 2x 1. Beri pendidikan
memanfaatkan interaksi pasien kesehatan pada keluarga
system memanfaatkan tentang cara merawat
pendukung system pasien dengan harga diri

19
yang ada pendukung yang rendah
ada di keluarga a. Beri alasan setiap
berinteraksi
b. Perkenalkan nama,
nama panggilan
perawat dan tujuan
perawat berkenalan
c. Tanyakan dan
panggil nama
kesukaan pasien
d. Tunjukan sikap
jujur dan menepati
janji setiap kali
berinteraksi
e. Tanyakan perasaan
pasien dan masalah
yang dihadapi
pasien
f. Buat kontrak
interaksi yang
jelas.
g. Dengarkan dengan
penuh perhatian
ekspresi perasaan
pasien.
2. Bantu keluaraga
memberikan dukungan
selama pasien dirawat.
3. Bantu keluarga
menyiapkan lingkungan
rumah.

20

Anda mungkin juga menyukai