Anda di halaman 1dari 7

TUGAS ANALISIS FARMASI II

KIA 307

Review Jurnal Ilmiah


Validated Spectrophotometric Methods for Simultaneous Determination
of Food Colorants and Sweeteners

Oleh :
Mita Puspitasari 051511133059
Rosy Dwi Nurcholida 051511133103

Kelas C

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2017
Validated Spectrophotometric Methods for Simultaneous Determination of Food Colorants
and Sweeteners

1. Introduction
Pemanis dan pewarna sintetis merupakan bahan tambahan yang biasa ditambahkan
ke dalam makanan. Bahan tersebut berpotensi untuk menimbulkan toksisitas dan
karsinogenik sehingga penting utuk dilakukan kontrol terhadap kadar pemanis dan pewarna
tersebut agar tidak melebihi batas kadar yang ditetapkan oleh WHO. Beberapa metode yang
dapat digunakan untuk menganalisis pewarna dan pemanis campuran adalah
spektrofotometri UV/VIS, kromatografi, capillary electrophoresis, differential polarography,
voltammetri, dan teknik kemometrik.
Peneliti menggunakan metode spektrofotometri untuk manganalisis pewarna dan
pemanis campuran. Spektrofotometri merupakan metodologi alternatif yang cocok dan
sering digunakan di laboratorium, serta sering kali permasalahan analisis dapat diselesaikan
dengan metode ini. Keuntungan dari metode spektrofotometri adalah mudah, sensitif, cepat,
dan dapat diaplikasikan untuk analisis rutin dari pewarna campuran (BB dan IND) dan
pemanis capuran (ASP dan ACE-K) secara simultan tanpa dilakukan pemisahan.
Pengukuran kadar dilakukan dengan teknik zero-crossing dan rasio spektra derivatif.

2. Material and Method


2.1. Instrument
 Shimadzu 2450 UV/Vis Spektrofotometer, komputer, laser printer
 Magnetic stirrer
 Hettich EBA 20 centrifuge
 0,45 µm filter membran
2.2. Reagens and materials
 Double distillated water
 Standar sintetis brilliant blue
 Standar sintetis indigotin
Analytical
 Standar Acesulfam-K
grade
 Standar Aspartam
 Sampel permen karet yang mengandung pemanis, pewarna, dll.
2.3. Larutan
100 ppm ASP dan ACE-K dibuat terpisah
100 ppm BB dan IND dibuat terpisah Dalam
distillated
Dibuat larutan 2-10 ppm masing masing 10 ml dari larutan diatas
water
2.4. Prosedur
Spectrophotometric Measurements
Sampel yang sudah dipreparasi diukur pada panjang gelombang 200-300 nm
dengan blanko distillated water.
Zero-Crossing Derivative Spectrophotometry
Larutan standar ACE-K dan ASP diukur pada panjang gelombang 200-300
nm. Derivatif pertama ACE-K diukur pada panjang gelombang 242 nm, sedangkan
derivatif ketiga ASP diukur pada panjang gelombang 227 nm. Larutan standar IND
dan BB diukur pada panjang gelombang 300-700 nm. Derivatif pertama IND diukur
pada panjang 348 nm sedangkan derivatif pertama BB diukur pada panjang
gelombang 240 nm.
Ratio Derivative Spectrophotometry
Spektra standar ACE-K dibagi dengan spektra standar ASP 6 ppm, sehingga
didapatkan rasio spektra dan spektra derivat pertama. Penetapan kadar ACE-K
berdasarkan perhitungan amplitudo minimum yang dihasilkan pada panjang
gelombang 248 nm. Sementara itu, spektra standar ASP dibagi dengan spektra
standar ACE-K 4 ppm. Penetapan kadar ASP berdasarkan perhitungan amplitudo
minimum yang dihasilkan pada panjang gelombang 225 nm.
Spektra absorpsi BB berbagai kadar dibagi dengan spektra standar IND 6
ppm sehingga dihasilkan rasio spektra. Penetapan kadar BB dilakukan dengan
metode derivatif pertama pada 419 nm, berdasarkan pada panjang gelombang
minimum spektra pada daerah 300-450 nm. Disisi lain, spektra absorpsi IND
berbagai kadar dibagi dengan spektra standar BB 4 ppm sehingga dihasilkan rasio
spektra. Penetapan kadar IND dilakukan dengan metode derivatif pertama pada 356
nm, berdasarkan pada panjang gelombang minimum spektra pada daerah 300-400
nm.

3. Result and Discusion


Zero-Crossing Derivative Spectrophotometry
Figure 1(a) menunjukkan spektra daerah serapan ASP, ACE-K, dan campuran
keduanya pada panjang gelombang 200-300 nm. Spektra yang overlap antara dua pemanis
tersebut diguakan untuk penetapan kadar campuran. Spektra derivatif zero-crossing
ditunjukkan oleh figure 1 (b) dan 1 (c). Pada figure 1(b), panjang gelombang untuk derivat
pertama (242 nm) digunakan untuk penetapan kadar ACE-K, karena pada panjang
gelombang ini, serapan ASP adalah nol, maka kadarnya pun juga nol, disisi lain ACE-K
pada panjang gelombang 242 nm menunjukkan serapan yang tinggi pada amplitudo yang
minimum. Sehingga kadar ACE-K dapat ditetapkan tanpa pengaruh dari ASP. Pada figure
1(c) menunjukkan bahwa penetapan kadar ASP dilakukan dengan metode detivatif ketiga,
karena pada panjang geombang derivatif ketiga (227 nm) adanya ACE-K tidak memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap ASP.

Figure 2(a) menunjukkan spektra serapan IND, BB, dan campuran keduanya pada
panjang gelombang 300-700 nm. Pada panjang gelombang 400-600 terjadi overlapping yang
sangat kuat sehingga mengindikasikan bahwa penetapan kadar tidak dapat dilakukan, namun
pada panjang gelombang 300-450 overlapping yang terjadi cenderung lebih baik daripada
overlapping yang terjadi pada panjang gelombang 450-700 nm. Maka pada panjang
gelombang 300-450 dapat digunakan untuk menganalisis pewarna IND dan BB.

Figure 2(b) merupakan spektra derivatif pertama dari IND dan BB. Berdasarkan spektra
tersebut dapat ditentukan bahwa penetapan kadar IND dan BB dapat dilakukan secara
simultan dengan dua panjang gelombang. Spektra IND menunjukkan serapan yang baik
pada amplitudo minimum dengan panjang gelombang 348 nm dimana pada panjang
gelombang yang sama BB menunjukkan nilai nol. Sebaliknya, spektra BB menunjukkan
spektra yang baik pada panjang gelombang 420 nm dimana nilai serapan IND tidak
berpengaruh terhadap BB pada panjang gelombang yang sama. Sehingga kedua pewarna
IND dan BB dapat dianalisis secara kuantitatif tanpa adanya pengaruh dari salah satu
diantaranya.
Ratio Derivative Spectrophotometry

Kondisi instrumen dioptimasi sehingga menghasilkan kurva yang baik dari spektra
rasio derivatif pertama dan ketiga. Pada metode rasio derivatif, pembagi yang digunakan
diperbolehkan menggunakan konsentrasi yang berbeda. Pada jurnal ini, peneliti
menggunakan pembagi ACE-K sebesar 4 ppm dan pembagi ASP sebesar 6 ppm dari
rentang kadar 2-10 ppm. Kadar yang dipilih memberikan hasil spektra yang baik dengan
nilai koefisien korelasi yang tinggi.

Figure 3 (a) menunjukkan rasio spektra derivatif pertama dari larutan ACE-K dengan
berbagai kadar (dibagi dengan spektra standar ASP 6 ppm). Derivat pertama dengan
amplitudo minimum pada panjang gelombang 248 nm menunjukkan konsentrasi ACE-K
dengan perbandingan yang proporsional. Figure 3 (b) menunjukkan rasio spektra derivatif
ketiga dari larutan ASP dengan berbagai kadar (dibagi dengan spektra standar ACE-K 4
ppm). Pada ASP, perbandingan konsentrasi yang proporsional terjadi pada amplitudo
minimum dengan panjang gelombang 225 nm.

Figure 4(a) menunjukkan rasio spektra derivat pertama dari IND pada panjang
gelombang 356 nm yang diperoleh dari pembagian setiap spektra absorpsi dengan spektra
standar dari BB 4 ppm. Figure 4(b) menunjukkan rasio spektra derivat pertama dari BB pada
panjang gelombang 419 nm yang diperoleh dari pembagian setiap spektra absorpsi dengan
spektra standar dari IND 6 ppm.

Validation of the Methods


Parameter validasi metode yang digunakan adalah selektivitas, linieritas, presisi, dan
akurasi, LOD, dan LOQ. Parameter validasi metode yang digunakan dapat dilihat pada tabel
2.
 Linieritas
Linieritas dalam metode ini memenuhi parameter validasi metode dengan memiliki
koefisien korelasi yang baik, yaitu 0,9992 hingga 0,9999.
 Presisi
Parameter presisi dilihat dari nilai relatif standar deviasi (RSD), dimana jika nilai
RSD adalah <1-2% artinya memenuhi persyaratan validasi, maka dalam penelitian
ini memenuhi persyaratan validasi metode.
 Akurasi
Penelitian memenuhi persyaratan akurasi. Parameter akurasi dilihat dari %recovery,
dimana dapat memenuhi persyaratan jika %recovery adalah 98-102%.
 LOD dan LOQ
Nilai LOD dan LOQ yang rendah maka penelitian baik.

Penetapan Kadar
Penetapan kadar yang dilakukan dengan perkembangan validasi metode harus
memperoleh nilai %RSD yang rendah yang mengindikasikan bahwa penelitian memiliki
presisi tinggi. Hasil yang diperoleh dengan metode zero-crossing derivative
spectrophotometry dan metode ratio derivative specttrophotometry dibandingkan secara
statistik. Berdasarkan uji statistik tidak menunjukkan perbedaan signifikan antara kedua
metode tersebut dalam hal akurasi dan presisi. Artinya kedua metode ini dapat digunakan
untuk menganalisis campuran pewarna BB – IND dan pemannis ACE-K – ASP dalam
sampel permen karet atau sampel makanan lain.

Setiap pewarna dan pemanis diatur dengan rentang konsentrasi yang tertera dalam tabel 1,
dan ditetapkan kadarnya dengan metode rasio derivatif spektra.
Tabel 2 menunjukan parameter validasi metode yang digunakan dalam penetapan kadar
sampel permen karet yang mengandung IND, BB, ACE-K, dan ASP.

Tabel 3 menunjukkan hasil dari penetapn kadar IND, BB, ACE-K, dan ASP dari sampel
permen karet.

Kesimpulan

Jurnal ini menunjukkan kemampuan spektrofotometri derivative (pertama dan ketiga) dan rasio
derivative (pertama dan ketiga). Kelebihan spektrofotometri sebagai teknik analisis adalah akurat,
cepat, sederhana, dan secara bersamaan dapat mengkuantifikasi empat senyawa aktif, dalam hal ini
adalah pada sampel permen karet. Dengan rasio spektrum metode derivatif pertama dan ketiga, kita
bisa mengukur absorbansi pemanis dan pewarna, panjang gelombang yang dipilih tidak selalu
maksimum atau minimum dan juga menggunakan penambahan nilai absorbans maksimun dan
minimum secara berurutan (peak to peak).

Metode yang diusulkan benar-benar divalidasi dan cocok untuk laboratorium kontrol kualitas,
dimana biaya dan waktu adalah hal yang sangat dipertimbangkan.

Anda mungkin juga menyukai