A. Pengertian Jujur
Dalam bahasa arab, kata jujur semakna dengan “as-sidqu”atau “siddiq” yang berarti
benar atau berkata benar. Lawan katanya adalah dusta, atau dalam bahasa arab “al-
kazibu”.
Secara istilah, jujur atau as-sidqu bermakna :
1. Kesesuaian antara ucapan dan perbuatan
2. Kesesuaian antara informasi dan kenyataan
3. Ketegasan dan kemantapan hati
4. Sesuatu yang baik yang tidak dicampuri kedustaan
2. Q.S At-Taubah/9:119
a. HidupTenang jikalau kita sering jujur, maka tidak akan ada rasa khawatir / merasa
bersalah atas sikap yang kita lakukan. Selain itu, kita juga bisa menabung untuk masuk
surga.
b. Mendapat Pekerjaan jika kita menjadi orang yang jujur, maka kita dapat dipercaya
orang lain dalam melakukan suatu hal. Selain itu, aura yang keluar juga akan terlihat
positif.
c. Banyak Teman kejujuran membuat orang-orang disekitar kita akan senang dengan
kita. Mereka menganggap kalau kita adalah orang yang dapat dipercaya.
d. Memperoleh kesuksesan Dengan memiliki sifat jujur orang akan memperoleh
kesuksesan. Contoh : ada seorang pengusaha yang sukses. Ia bisa sukses karena Ia bisa
dipercaya oleh banyak orang. Para klien pun akan berdatangan dan merasa senang
karena proyeknya ditangani oleh orang yang jujur.
e. Memiliki nama baik Jikalau kita sering berbuat jujur, maka akan banyak orang yang
mengetahui hal tersebut. Jika banyak orang yang mengetahui hal tersebut mungkin
diluar-an mereka akan membicarakan tentang kejujuran mu.
f. PedomanJikakitaseringjujur, makakitaakanmenjadipedomanbagibanyak orang.
Kesimpulan
1. Jujur merupakan sifat mulia yang menunjukkan kesesuaian antara kebenaran dengan
apa yang diucapkan atau dilakukan oleh seseorang.
2. Banyak di jumpai dalil dari Al Qur’an maupun Al Hadits yang membicarakan masalah
kejujuran.
3. Macam-macam jujur (shiddiq) seperti yang di ungkap diatas ada 5 makna:
a. Jujur dalam perkataan
b. Jujur dalam niat dan kemauan
c. Jujur dalam bermuamalah(pergaulan)
d. Jujur dalam berjanji
e. Jujur dalam kenyataan
Namun terdapat satu tambahan menurut sa’id hawwa yaitu jujur dalam menempuh
tangga- tangga agama.
4. Orang yang berperilaku jujur akan senantiasa mendapat kepercayaan dari orang lain.
Orang lain akan merasa tenteram dan nyaman bersama orang yang berperilaku jujur.
5. Sedangkan orang yang berperilaku terbalik dari jujur akan senantiasa di jauhi oleh
orang lain. Irang lain akan senantiasa merasa was-was bersamanya.
6. Orang mukmin harus senantiasa menjadikan jujjur sabagai pakaian dimanapun dan
kapanpun ia berada.
KATA PENGANTAR
Salah satu misi utama (innama) Nabi Muhammad SAW diutus adalah untuk
menyempurnakan keluhuran akhlak. Ini dibuktikan bahwa di dalam al-Qur’an ini digunakan
struktur gramatikal yang menunjukkan sifat eksklusif misi pengutusan Nabi. Dalam struktur
ajaran Islam, pendidikan akhlak adalah yang terpenting. Penguatan akidah adalah dasar.
Sementara, ibadah adalah sarana, sedangkan tujuan akhirnya adalah pengembangan akhlak
mulia. Nabi saw. bersabda, “Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik
akhlaknya.” Nabi saw. juga bersabda, “Orang yang paling baik Islamnya adalah yang paling baik
akhlaknya.” Dengan kata lain, hanya akhlak mulia yang dipenuhi dengan sifat kasih sayang
sajalah yang bisa menjadi bukti kekuatan akidah dan kebaikan ibadah.
Maka dari itu kami membuat makalah ini yang bertujuan selain untuk memenuhi tugas
“PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI” yang diberikan kepada kami, juga bertujuan
agar para siswa (para pembaca) khususnya kami sebagai penulis mampu mengembangkan
akhlak mulia melalui penerapan Al-Qur’an dan Hadis. Adapun judul makalah kami ini adalah
“AL-QUR’AN DAN HADIS SEBAGAI PEDOMAN HIDUPKU”
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, untuk itu kami
mengharapkan segala saran dan kritik yang konstruktif dan inspiratif dari semua pihak
sehingga dapat menambah wawasan dan sebagai evaluasi diri dalam penyusunan makalah
selanjutnya.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al Qur’an dan hadis merupakan pedoman kehidupan bagi setiap umat Islam.
Apabila manusia tidak mempunyai pendoman dalam hidupnya, dia tidak akan pernah
tau arah yang dituju. Dengan berpedoman pada keduanya maka kehidupan manusia
akan selalu lurus dalam bimbingan Allah Subhanahu wata’ala, karena sebagaimana kita
ketahui bahwasannya al-Qur’an merupakan kalam Allah Swt yang diwahyukan kepada
Nabi Muhammad saw melalui Malaikat Jibril dan hadis merupakan segala ucapan,
perbuatan, dan takrir nabi Muhammad saw. Sebagai umat Islam, kita harus mencintai
al-Qur’an. Oleh karena itu, kita harus rajin belajar al-Qur’an baik disekolah maupun
dirumah. Mencintai berarti merasa senang yang dicintai. Rasa senang itu tentunya akan
terwujud dalam perbuatan yang nyata. Al-Qur’an dan Hadis merupakan wasiat yang
ditinggalkan Rasulullah saw. kepada umat Islam yang paling berharga. Dengan
keduanya, umat Islam dapat berbahagia didunia dan akhirat.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana memahami al-Qur’an dan al-Hadis sebagai pedoman hidup?
2. Bagaimana mencintai al-Qur’an dan al-Hadis
C. Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan dari pembahasan makalah ini adalah untuk mengetahui cara
memahami serta mencintai al-Qur’an dan al-Hadis sebagai pedoman hidup
BAB II
PEMBAHASAN
b) Pengertian Hadis
Kata hadis berasal dari bahasa Arab yakni al-hadis, jamaknya al- ahaadits, al-hidsan
dan al-hudsan. Dari segi bahasa, kata ini memiliki banyak arti, diantaranya: (1) al-jadid
(yang baru), lawan dari al-qadim (yang lama), (2) al-khabar (kabar atau berita). Hadis
dengan pengertian khabar seperti tersebut diatas dapat dilihat dalam Q.S. Ad-Dhuha
ayat 11.
“ Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu siarkan. Adapun menurut T.
Ibrahim dan Darsono Kata Hadis berasal dari bahasa Arab yang berarti baru,
muda,cerita, berita, dan riwayat dari Nabi Muhammad saw. Menurut istilah, hadis
didefinisikan sebagai berikut:
1) Segala ucapan, perbuatan, dan keadaan nabi Muhammad saw.
2) Segala berita yang bersumber dari nabi Muhammad saw, baik berupa ucapan,
perbuatan,takrir (ketepatan), maupun deskripsi sifat-sifat beliau..
3) Segala perkataan, perbuatan, dan takrir nabi Muhammad saw. berkaitan dengan
hukum.
Dari ketiga definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa hadis adalah segala ucapan,
perbuatan, dan takrir nabi Muhammad saw.
1) Sebagai petunjuk bagi manusia agar hidupnya berada dijalan Allah Swt.
2) Merupakan nikmat bagi orang-orang yang beriman.
3) Sebagai kabar gembira bagi orang-orang yang beriman karena Allah Swt
menjanjikan balasan keimanan dengan nikmat di surga.
4) Sebagai pendidikan moral yang sempurna karena di dalamnya terdapat
kisah-kisah umat terdahulu yang dapat dijadikan pelajaran dalam memilih
jalan kehidupan.
b) Fungsi Hadits
Hadits berasal dari Nabi Muhammad Saw, sedangkan kehidupan beliau selalu
dituntun dengan wahyu Allah Swt. Oleh karena itu, ucapan, perbuatan dan takriri beliau
tentu sangat penting bagi kehidupan manusia. Diantara fungsi hadits adalah sebagai
berikut:
1) Mengukuhkan hukum-hukum yang telah disebutkan dalam Al- Qur’an.
2) Menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an yang bersifat mujmal (global).
3) Membatasi keumuman Al-Qur’an.
4) Menetapkan hukum yang belum terdapat dalam Al-Qur’an.
Setiap muslim harus mencintai al-Qur’an dan al-hadis. Mencintai keduanya bukan
berarti harus memilikinya yang besar dan mahal untuk dipajang dilemari. Akan tetapi,
mencintai keduanya dapat diwujudkan dengan selalu berusaha mempelajari dan
mengamalkan isi ajaran yang terkandung didalamnya dan orang-orang yang mencintai
al-Qur’an dan al-hadis akan menempatkan keduanya diatas segala-galanya.
DAFTAR PUSTAKA
T. Ibrahim, Darsono, Pemahaman Al-Qur’an dan Hadis untuk kelas VII Madrasah Tsanawiyah,
Solo: PT Tiga serangkai Pustaka Mandiri, 2014. Hlm. 4
Hasbi ash-Shiddieqy, T.M. Sejarah dan Pengantar Ilmu Tafsir, Jakarta: Bulan Bintang, 1972.
Hlm. 16
Sohari, Sahrani, Ulumul hadits, Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2010. Hlm 1 Mohamamad
Zuhri, Terjemah Juz ‘Amma ( Juz XXX), Jakarta: Pustaka Amani, 1994. Hlm 52
T. Ibrahim, Darsono, Pemahaman Al-Qur’an dan Hadis untuk kelas VII Madrasah Tsanawiyah,
Solo: PT Tiga serangkai Pustaka Mandiri, 2014. Hlm. 5
Abbudin, Nata, Al-Qur’an dan Hadis, Jakarta: PT. Raja Grapindo persada. 1996. Hlm 57 T.
Ibrahim, Darsono, Pemahaman Al-Qur’an dan Hadis untuk kelas VII Madrasah Tsanawiyah,
Solo: PT Tiga serangkai Pustaka Mandiri, 2014. Hlm. 8