Anda di halaman 1dari 134

SPESIFIKASI TEKNIS

PERSYARATAN TEKNIS UMUM

 RUANG LINGKUP PROYEK


Nama Kegiatan : Perencanaan Pematusan

Paket Pekerjaan : Konsep Pedestrian Saluran

Lokasi :-

Pemilik Proyek :-

Pek. Utama : Pemasangan U-Ditch + Cover (konsep Pedestrian)

 LINGKUP PEKERJAAN
 PEKERJAAN PENDAHULUAN
1. Persiapan dan Sewa Direksi Keet
2. Uitzet Dengan Waterpass / Theodolit
3. Pas. Rambu-rambu Pengaman + Lampu Warning Light
4. Pembuatan Blowplank
5. Pembuatan Papan Nama Proyek
6. Test Hole
7. Persiapan (Mobilisasi & Demobilisasi)

 PEKERJAAN TANAH
1. Penggalian Tanah Untuk Konstruksi dengan alat berat
2. Galian Tanah Keras
3. Urugan Tanah Kembali
4. Pengurugan Sirtu (Padat)
5. Pengurugan Pasair (Padat)
6. Pengangkutan Tanah Keluar Proyek

 PEKERJAAN PENERANGAN JALAN


1. Pemasangan /Penarikan Kabel NFGBY 4 X 10 mm
2. Pemasangan Lampu LED PJU Siap Menyala
3. Pengadaan dan Pemasangan Panel Lampu PJU-1 Phase 2200 VA

 PEKERJAAN LANTAI PEDESTRIAN DAN JALAN

1
1. Pemasangan Lantai Granite Tile Kasar 30 x 30 cm (Gelap / Terang)
2. Pemasangan Lantai Granit Stopper diglasur 30 x 30 cm (warna gelap) Untuk Fasilitas Tuna
Netra
3. Pas. Kerb / Curbing type B uk. 20x30x50 ; K-350
4. Spesi 1 PC : 2 Ps T=3cm
5. Pekerjaan Cutting Aspal Jalan
6. Penanaman rumput gajah mini
7. Pekerjaan Tanah Taman Terolah
8. Pekerjaan Sloof Beton Untuk Taman K-225

 PEKERJAAN SALURAN DAN PASANGAN


1. Pengadaan dan Pemasangan U-Ditch + Cover U-Ditch 200.200.120 K-350 Pabrikan
2. Pengadaan dan Pemasangan Top-Bottom 200.200.120 K-350 Pabrikan
3. Pekerjaan Cor Setempat Beton Bertulang ( K-225 ) ; Pemakaian Besi 136 Kg
4. Pekerjaan Beton T=10 Cm Bertulang Wiremesh M6-150 K-225
5. Pekerjaan Beton T=10 Cm Bertulang Wiremesh M8-150 K-350
6. Pekerjaan Plat Injak Precast K-350 (120.100.20)
7. Pekerjaan Sloof Beton K-225 Untuk Crossing
8. Pekerjaan Sloof Beton Untuk Manhole K-225
9. Pekerjaan Beton K-350 (tanpa tulangan) Untuk Galian Utilitas
10. Pekerjaan Lantai Kerja Beton B0
11. Pekerjaan Pemasangan Plastik Polythene
12. Pengadaan dan Pemasangan Box Tangkapan Air K-350
13. Pengadaan dan Pemasangan Pelaluan Air 30.20.60 K-225 Pabrikan
14. Grill Manhole Warna (Cover & Frame) Fabrikan
15. Grill Box Tangkapan Air (Cover & Frame) Fabrikan
16. Grill Tangkapan Air (Crossing) Tb. 7 cm
17. Pengadaan dan Pemasangan Patok Pengaman Jalan (Bollard)
18. Lapis Perekat ( Tack Coat )
19. Penghamparan Lapis Permukaan Aspal Beton Laston ( AC ) tb. 4 cm (Manual)
20. Penghamparan ATB tb. 4 cm (Manual )
21. Pemasangan Trucuk Bambu Dia. 10-12 H. 1.5m

 PEKERJAAN LAIN-LAIN

2
1. Quality Control Bahan
2. Penanaman pohon Tabebuya Pink & Putih min.
3. Penanaman pohon Pule min. Dia 15 cm
4. Pembersihan Lapangan / Lokasi
5. Pembuatan Kisdam tinggi 1 m ; Tb. 0,6 m
6. Pemasangan Lubang Drainase
7. Dewatering

 PEKERJAAN PENYAMBUNGAN DAYA

1. Biaya penyambungan listrik baru sebesar 2200 VA


2. Biaya JILDAK (Materai, Admin, Bank, Konsuil dll)

 RENCANA KERJA
Dalam waktu Secepat-cepatnya 7 hari serta selambat-lambatnya 14 hari setelah Surat Perintah
Kerja (SPK) turun, Kontraktor harus mengajukan sebuah rencana kerja atau action plan tertulis lengkap
dengan gambar-gambar pendukung metode kerja, sehubungan dengan pelaksanaan pekerjaan seperti
yang disebutkan dalam dokumen tender, menjelaskan secara terperinci urusan pekerjaan dan cara
melaksanakan pekerjaan tersebut termasuk hal-hal khusus bila diperlukan, persiapan-persiapannya,
peralatan, pekerjaan sementara yang ada sejauh mana hal tersebut mencakup lingkup dari
pekerjaannya dan harus mendapatkan persetujuan dari Direksi, pengawas dan pihak-pihak atau instansi
yang terkait dengan kelangsungan proyek tersebut di atas.

 TEMPAT KERJA
Bilamana diperlukan tempat kerja, dan tempat kerja tersebut di luar daerah pengawasan proyek,
dimana harus membayar sewa/dikeluarkan biaya ganti rugi, maka Kontraktor harus menyelesaikannya
tanpa membebani Direksi dengan pembiayaan tambahan.

 TANGGUNG JAWAB KONTRAKTOR


Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor wajib memeriksa kekuatan konstruksi lama yang
akan dilaksanakan dan harus mengkonsultasikan dengan Konsultan Perencana dan Konsultan
Pengawas. Segala sesuatu kerusakan yang timbul akibat kelalaian Kontraktor tidak melaksanakan
pemeriksaan kekuatan maka hal tersebut menjadi tanggung jawab Kontraktor . Pada keadaan apapun,
dimana pekerjaan-pekerjaan yang dilaksanakan telah mendapat persetujuan konsultan pengawas dan
Direksi pekerjaan tidak berarti membebaskan Kontraktor atas tanggung jawab pada pekerjaannya
sesuai dengan isi kontrak. Membuat MC,request pekerjaan, request material, shop drawing, as built
drawing, membuat kajian teknis perubahan desain di lapangan apabila diperlukan.

 TENAGA KERJA

3
Tenaga-tenaga kerja yang digunakan hendaknya dari tenaga-tenaga yang ahli/terlatih dan
berpengalaman pada bidangnya dan dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik sesuai dengan
ketentuan / petunjuk Direksi pekerjaan.

 SATUAN UKURAN
Semua satuan ukuran yang disebutkan dalam spesifikasi ini serta yang digunakan di dalam
pekerjaan adalah standar meter dan kilogram. Bila disebut satu ton, yang dimaksud adalah satu ton
yang bernilai 1000 kilogram.

 PERINTAH UNTUK PELAKSANAAN


Bila Kontraktor tidak berada di tempat pekerjaan dimana Direksi bermaksud untuk memberikan
petunjuk-petunjuk, maka petunjuk-petunjuk itu harus diturut dan dilaksanakan oleh Pelaksana atau
orang-orang yang ditunjuk untuk mewakili Kontraktor. Orang atau pelaksana tersebut harus mengerti
bahasa yang dipakai oleh Direksi, atau Kontraktor akan menyediakan penerjemah khusus untuk
keperluan tersebut.

 PEKERJAAN DAN BAHAN-BAHAN YANG TERMASUK DI DALAM HARGA SATUAN


Pekerjaan dan bahan-bahan yang diperlukan sesuai dengan macam-macamnya seperti yang
disebutkan pada artikel-artikel dalam spesifikasi ini, gambar rencana, petunjuk tambahan ataupun
petunjuk-petunjuk Direksi di lapangan harus tercakup dalam pembiayaan untuk tenaga kerja, harga
bahan, organisasi kerja, biaya tak terduga, keuntungan, biaya-biaya penggantian sewa / pemakaian
tanah pada pihak ketiga, atau kerusakan atas milik seseorang, kerja-kerja lain yang disebut dalam
spesifikasi ini untuk kesempurnaan hasil kerja di mana tidak ada mata pembiayaan khusus pengaliran
air darurat selama pelaksanaan kerja, pembongkaran, peralatan, penempatan bahan-bahan sesuai
dengan petunjuk perlindungan, perkuatan, pengaturan as saluran dan tenaga ahli untuk keperluan ini,
perumahan dan pembiayaan lain yang biasanya diperlukan guna menyelesaikan pekerjaan sebaik-
baiknya.

 LAPORAN
 Laporan Perkembangan Bulanan
Kontraktor harus mempersiapkan dan memberikan kepada Direksi, tanpa biaya
tambahan, dalam jarak waktu dan dalam bentuk yang ditetapkan oleh Direksi, lima (5) salinan
laporan bulanan yang berisi sebagai berikut :

Perkembangan fisik dari pekerjaan hingga bulan yang mendahului dan perkiraan
perkembangan untuk bulan ini, Tingkat perkembangan berdasarkan pada jadwal pekerjaan
pembangunan. Perkiraan jumlah pembayaran dari Pemberi Pekerjaan kepada Kontraktor untuk
bulan ini. Sebuah tabulasi mengenai catatan Bangunan Kontruksi yang barang barang pokoknya
dan peralatannya terdiri dari Bangunan Konsruksi yang disediakan untuk pelaksanaan pekerjaan
sepanjang bulan sebelumnya. Sebuah tabulasi pegawai menunjukan staf supervisi dan jumlah

4
dari beberapa kelas buruh yang dipekerjakan oleh Kontraktor dalam bulan sebelumnya.
Kwantitas mengenai barang pokok dari bahan-bahan dan alat yang disuplai dan dipergunakan
dalam bulan sebelumnya dengan inventarisasi bahan-bahan demikian itu. Bahan-bahan lainnya
yang mungkin diperlukan berdasarkan kontrak atau secara spesifik oleh Direksi.

 Laporan Harian
Kontaktor harus mempersiapkan laporan harian atau berkala dari masing-masing seksi
pekerjaan seperti yang diminta oleh Direksi dan dalam bentuk yang disetujui oleh Direksi.
Laporan tersebut akan berisi namun tidak terbatas pada, pekerjaan yang diperkerjakan di
pekerjaan, bahan-bahan di lokasi pekerjaan, bahan-bahan yang sedang dalam pesanan,
kecelakaan dan informasi lainnya yang relevan dengan perkembangan pekerjaan.

 Buku Tamu
Pihak Kontraktor harus menyediakan satu buku tamu di Direksi Keet (Kantor di Lokasi
Proyek). Tamu adalah orang-orang yang bukan karyawan Kontraktor.

 Pelaksanaan Audit Oleh Proyek


Selain tersebut diatas, Pemilik Proyek berhak melaksanakan audit bila perlu sehubungan
dengan: Adanya biaya yang timbul pada saat berakhirnya kontrak seperti dalam syarat syarat
umum kontrak, dan Biaya-biaya lain yang mungkin diminta oleh Kontraktor yang tidak terdapat
dalam Kontrak. Pihak Kontraktor wajib membuat pembukuan yang tepat mengenai hal-hal
diatas, setelah mendapatkan persetujuan dari konsultan perencana dan konsultan pengawas.

 Request for inspection / Ijin Tahapan


Untuk setiap tahapan pekerjaan yang akan dilaksanakan kontraktor diwajibkan membuat
ijin tahapan pekerjaan yang diajukan kepada direksi dan atas persetujuan direksi maka pekerjaan
baru boleh dilaksanakan.

 GAMBAR-GAMBAR DAN UKURAN


a) Gambar-gambar yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan adalah:
1. Gambar yang termasuk dalam dokumen tender
2. Gambar perubahan yang disetujui Direksi
3. Gambar lain yang disediakan dan disetujui Direksi
b) Gambar-gambar proyek berukuran A3 disimpan oleh Direksi. Kontraktor diberi 2 (dua) set dari
semua gambar-gambar tanpa pungutan biaya. Permintaan Kontraktor akan tambahan dari
gambar-gambar tersebut akan dikenakan biaya.
c) Kontraktor diharuskan menyimpan satu set di kantor lapangan untuk dipergunakan setiap saat
apabila diperlukan.
d) Gambar-gambar pelaksanaan (shop drawing) dan detailnya harus mendapat persetujuan Direksi
sebelum dipergunakan dalam pelaksanaan pekerjaan.

5
e) Pada penyerahan terakhir pekerjaan yakni sesudah selesainya masa pemeliharaan harus disertai
Gambar hasil pelaksanaan (as built drawing).
f) Semua ukuran dinyatakan dalam sistem metrik.
g) Kalau terdapat perbedaan dengan spesifikasi maka yang benar dan berlaku adalah yang
ditetapkan oleh Direksi.

 WILAYAH KERJA
a) Secara umum Kontraktor dilarang menimbun atau menempatkan bahan-bahan bangunan di tepi
jalan umum karena jalan umum tidak termasuk wilayah kerja Kontraktor kecuali ada
pertimbangan khusus dan atas persetujuan dari Direksi.
b) Apabila tidak terdapat tempat kosong yang sesuai untuk menimbun atau menyimpan bahan-
bahan bangunan di sekitar lokasi proyek, maka bahan bangunan harus didatangkan dari gudang
Kontraktor atau Leveransir setiap hari dengan jumlah yang cukup untuk pekerjaan satu hari.
c) Apabila di dalam pelaksanaan pekerjaan, terdapat jaringan utilitas kontraktor harus
berkoordinasi dengan instansi yang terkait sehubungan dengan jaringan utilitas yang ada.

 BAHAN-BAHAN DAN MUTU PEKERJAAN


a) Semua bahan yang dipergunakan untuk melaksanakan setiap jenis pekerjaan harus terdiri dari
kualitas tinggi sesuai dengan yang tercantum dalam syarat-syarat kualitas bahan masing-masing
bagian pekerjaan. Hasil pekerjaan dan mutu termasuk bahan bahan yang terpakai harus diterima
dan disetujui Direksi.
b) Semua bahan yang dipergunakan harus memenuhi persyaratan yang tercantum dalam peraturan
standar yang berlaku di Indonesia. Standar peraturan yang berlaku adalah edisi yang terakhir.
Untuk bahan-bahan yang mutunya belum diatur dalam peraturan standar maupun ketentuan
dalam spesifikasi teknis, harus mendapat persetujuan dari Direksi sebelum dipergunakan.
c) Untuk bahan-bahan yang mutunya masih berdasarkan standar Internasional, apabila diperlukan,
Direksi dapat meminta Kontraktor untuk menunjukkan sertifikat tes dari agen, distributor yang
menjual atau pabrik yang memproduksi bahan yang bersangkutan.
d) Apabila diperlukan, Direksi dapat meminta copy atau tembusan dari perintah pembelian (faktur)
yang dipesan Kontraktor kepada leveransir atau distributor untuk pembelian bahan-bahan yang
akan dipakai.
e) Sebelum bahan-bahan yang dipesan dikirim ke lokasi proyek, Kontraktor harus menunjukkan
contoh dari bahan bersangkutan kepada Direksi untuk diperiksa dan diteliti mengenai jenis,
mutu, berat, kekuatan dan sifat-sifat penting lainnya dari bahan tersebut.
f) Apabila bahan-bahan yang dikirim ke lokasi proyek ternyata tidak sesuai dengan contoh yang
ditunjukkan, baik dalam hal mutu, jenis, berat maupun kekuatannya, maka Direksi berwenang

6
untuk menolak bahan tersebut dan mengharuskan Kontraktor untuk menyingkirkannya dan
diganti dengan bahan-bahan yang sesuai dengan contoh yang telah diperiksa terdahulu.
g) Semua bahan yang disimpan di lokasi proyek harus diletakkan dan dilindungi sedemikian rupa
sehingga tidak akan terjadi kontaminasi atau mengalami proses lainnya yang dapat
mengakibatkan rusaknya atau menurunnya mutu bahan-bahan tersebut.
h) Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, Kontraktor dilarang menyimpan bahan-bahan berbahaya
seperti minyak, cairan lainnya yang mudah terbakar, gas dan bahan kimia sedemikian rupa
sehingga keselamatan orang dan keamanan lingkungan sekitarnya dapat dijamin.
i) Penggunaan bahan-bahan dalam pelaksanaan pekerjaan harus mengikuti pedoman atau
petunjuk dari pabrik yang memproduksinya. Kelalaian dalam hal ini merupakan tanggung jawab
Kontraktor.
j) Direksi berhak menunjuk seorang ahli dalam memeriksa mutu bahan-bahan yang diajukan oleh
Kontraktor , baik di lokasi proyek maupun di gudang leveransir atau dilokasi pabrik atau
produsen. Dalam melaksanakan tugasnya ahli mempunyai wewenang untuk mewakili Direksi
dalam menguji dan menilai bahan-bahan yang diajukan Kontraktor.

 PELAKSANAAN PEKERJAAN DALAM KEADAAN KERING


a) Apabila pada keadaan tertentu Direksi memandang perlu untuk melaksanakan pekerjaan pada
kondisi tanah yang kering, maka Kontraktor diharuskan membuat bangunan atau tanggul
sementara dan menyediakan pompa air berkapasitas cukup beserta alat Bantu dan pelengkapnya
untuk menjamin agar dasar galian, dasar pondasi dan permukaan tanah lainnya tetap kering
selama pekerjaan berlangsung. Semua sarana untuk mengeringkan dasar galian, dasar pondasi
dan bidang permukaan lainnya adalah beban Kontraktor.
b) Kondisi muka air tanah yang tinggi dan jenis tanah yang kurang kedap air dapat menyebabkan
derasnya rembesan air tanah ke dalam galian. Dalam hal ini pelaksanaan pekerjaan menuntut
kemajuan pekerjaan yang cepat dan Direksi dapat menginstruksikan untuk menambah pompa-
pompa agar dasar galian tetap dalam keadaan kering.
c) Kelalaian Kontraktor dalam menyediakan pompa dan bangunan sementara lainnya yang dapat
mengakibatkan rusaknya konstruksi yang telah dibuat adalah tanggung jawab Kontraktor
sepenuhnya. Dalam hal ini semua biaya perbaikan ditanggung Kontraktor .
d) Air hujan yang mengalir ke dalam galian yang mengakibatkan kerusakan Kontruksi pondasi yang
masih dalam pelaksanaan termasuk resiko Kontraktor .Hujan lebat yang mengakibatkan
genangan pada galian tidak dianggap Force Majeure, dan perbaikan atas kerusakan yang terjadi
adalah beban Kontraktor
e) Direksi dapat menginstruksikan Kontraktor untuk membuat saluran atau sudetan sementara
untuk mengalirkan air hujan agar pekerjaan dapat tetap dilaksanakan dalam keadaan kering.

7
Apabila pekerjaan telah dianggap selesai, maka Kontraktor harus menimbun kembali saluran dan
sudetan sementara seperti keadaan semula.
f) Untuk pembuatan pasangan talud (plengsengan) pada saluran-saluran yang sudah ada,
Kontraktor diharuskan membuat tanggul (kisdam) sepanjang talud dengan ukuran dan Kontruksi
yang disetujui oleh Direksi. Tanggul / kisdam harus dibuat cukup kuat, tidak mudah rusak akibat
kikisan air. Sebelum pelaksanaan pembuatan tanggul dimulai, Kontraktor harus mengajukan
gambar detail talud beserta spesifikasi bahan yang akan digunakan untuk mendapatkan
persetujuan Direksi.
g) Persetujuan Direksi seperti tersebut pada gambar tidak mengurangi tanggung jawab Kontraktor,
jika sewaktu-waktu talud mengalami kerusakan. Perbaikan talud serta akibat lainnya menjadi
tanggung jawab Kontraktor.
h) Perlu koordinasi antar Kontraktor dalam pelaksanaan pekerjaan guna mengendalikan aliran air di
saluran.

8
BAB I
PEKERJAAN PENDAHULUAN

SUB BABI.I
PERSIAPAN DAN SEWA DIREKSI KEET

a) Kontraktor harus menyediakan kantor lapangan untuk dipergunakan oleh Direksi selama
pelaksanaan pekerjaan, alat komunikasi serta gudang untuk menyimpan bahan dan
peralatannya.
b) Lokasi untuk membangun gudang dan kantor lapangan akan ditentukan oleh Direksi.
c) Ukuran dan bentuk gudang, kantor lapangan beserta perlengkapannya akan ditentukan sebagai
berikut:
 Ukuran =3mx6m
 Lantai = Rabatan beton
 Dinding = Triplek tb. 4 mm finish cat tembok
 Rangka = Kayu meranti 5/7
 Atap = Asbes gelombang kecil
d) Syarat-syarat minimum yang harus dipenuhi untuk pembuatan gudang dan kantor lapangan
adalah penyediaan sarana sanitasi air bersih, sambungan listrik, alat pemadam api dan kotak
pertolongan pertama.
e) Pemeliharaan, kebersihan dan keamanan gudang dan kantor lapangan merupakan tanggung
jawab Kontraktor.
f) Tempat kosong untuk parkir kendaraan proyek harus disediakan di sekitar kantor lapangan.
g) Pada saat pelaksanaan pekerjaan dinyatakan selesai, gudang dan kantor lapangan harus
dibongkar oleh Kontraktor atas biaya sendiri dan semua peralatan dan perlengkapan tetap
menjadi milik Kontraktor.
h) Bangunan untuk kantor Direksi yang diuraikan dalam pasal di atas akan dibayar secara harga unit
price untuk sewa direksi keet, dimana harus dianggap bahwa pembayaran dilaksanakan secara
penuh baik untuk pekerjaan pembangunan, pengadaan, pelayanan, pembersihan maupun
pekerjaan pembongkaran bangunan setelah selesai penanganan pekerjaan.
i) Untuk keperluan air kerja kontraktor harus menyediakan sendiri air tawar yang bersih dan tidak
mengandung minyak, garam, alkali dan bahan-bahan organis atau bahan lain yang dapat
merusak pelaksanaan pekerjaan.
j) Kontraktor harus menyediakan generator sebagai daya listrik secukupnya, guna kebutuhan
penerangan proyek dan keperluan pelaksanaan pekerjaan.
k) Kontraktor bertanggung jawab atas semua biaya pengadaan fasilitas tersebut pada butir a dan b.
l) Bangunan tersebut harus dapat dijamin agar di dalamnya bebas dari air hujan dan sinar
matahari, termasuk dapat melindungi material yang tersimpan.

9
m) Kontraktor harus mengisi perabotan (white board, meja + kursi rapat, meja + kursi kerja)
maupun perlengkapan lain berupa buku harian.
n) Kontraktor membuat dan memasang papan nama proyek dilokasi dengan ukuran 0,9 m x 1,2 m

SUB BAB I.2


UITZET DENGAN WATERPASS/THEODOLIT

1. Jaringan dan Permukiman


a) Jaringan dan permukiman diambil berdasarkan referensi titik tetap (patok beton) yang
dipasang oleh Dinas Tata Kota Kotamadya Surabaya yang terdekat.
b) Semua elevasi yang ditunjukkan dan tercantum dalam gambar adalah elevasi yang
dikaitkan dengan ketinggian patok titik tetap seperti yang dijelaskan pada butir di atas.
c) Patok titik tetap yang dipergunakan sebagai referensi dalam proyek ini tercantum dalam
gambar-gambar rencana atau akan ditunjukkan oleh Direksi di lapangan.

SUB BAB I.3


PAS. RAMBU-RAMBU PENGAMAN +LAMPU WARNING LIGHT

1. Pengaturan Lalu Lintas


a. Lalu Lintas Proyek
b. Dalam melaksanakan pekerjaannya Kontraktor diharuskan mematuhi dan mentaati
ketentuan dan peraturan lalu lintas umum yang berlaku, sejauh pekerjaannya
mempengaruhi kelancaran lalu lintas umum. Dalam hal ini Kontraktor diharuskan
mendapatkan pengarahan dan pedoman dari instansi setempat yang berwenang yaitu
polisi lalu lintas dan Dinas Perhubungan Kota Surabaya.
c. Penggunaan jalan dan jembatan umum harus diatur sedemikian rupa agar gangguan lalu
lintas dan kerusakan yang timbul sebagai akibatnya dijaga sekecil mungkin. Perbaikan
kerusakan terhadap jalan, jembatan, gorong-gorong yang diakibatkan oleh lalu lintas
proyek dibebankan pada Kontraktor dan harus disetujui Direksi.
2. Pengaturan Pengangkutan Alat-alat Berat dan Bahan Konstruksi
a. Pengangkutan alat-alat berat ke dan dari lokasi proyek harus diatur sedemikian rupa agar
beban total dari kendaraan yang mengangkut alat-alat berat tersebut tidak melampaui
kapasitas jalan/jembatan yang dilalui. Untuk itu alat-alat berat yang dimaksud harus
diuraikan menjadi beberapa bagian untuk kemudian diangkut beberapa kali. Ketentuan
yang sama juga berlaku untuk pengangkutan bahan-bahan konstruksi.
b. Apabila Direksi memandang perlu, maka Kontraktor diharuskan meminta pengawalan dari
instansi yang berwenang.
3. Rambu-rambu Sementara
Kontraktor diharuskan menyediakan, membuat, memasang dan menempatkan rambu-
rambu lalu lintas sementara pada lokasi dan posisi penting termasuk rintangan-rintangan di

10
sekitar lokasi proyek. Penempatannya harus dengan persetujuan polisi lalu lintas atau instansi
lain yang berwenang. Bentuk dan ukuran huruf serta susunan kalimat pada rambu dan rintangan
harus jelas, mudah dimengerti oleh setiap pengendara kendaraan dan pada setiap cuaca gelap
dan malam hari harus diberi penerangan. Apabila pekerjaan telah dinyatakan selesai oleh
Direksi, Kontraktor diharuskan menyingkirkan semua rambu-rambu dan rintangan-rintangan
sementara yang tidak diperlukan lagi yang selama pelaksanaan dipergunakan untuk pengaturan
lalu lintas di sekitar lokasi proyek.

4. Pembuatan Rambu Pengaman dan Lampu Warning Light


Terdiri dari Seng Gelombang BJLS 30 Uk. 80 x 150, Kayu Meranti Kaso 4/6, Paku asbes, Cat
meni besi, dan Lampu Warning Light Dia. 4" (220 Volt AC) Warna Kuning + Instalasi.

SUB BAB I.4


PEMBUATAN BOUWPLANK

1. Sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai, Kontraktor harus melaksanakan pematokan dan


pemasangan bouwplank sesuai petunjuk Direksi.
2. Bouwplank harus dibuat tegak lurus sumbu saluran dan harus dibuat melebihi lebar saluran.
3. Patok dan bouwplank harus dibuat kokoh, tidak mudah rusak dan tidak bergerak serta harus
dijaga agar tidak rusak/hilang selama pelaksanaan pekerjaan dengan jarak antar patok berjarak
minimal 10 meter antar Bowplank.
4. Elevasi yang tercantum dalam bouwplank dan patok akan menjadi dasar pelaksanaan pekerjaan
baik dalam penentuan lebar saluran, tinggi saluran maupun tebal pasangan/konstruksi lainnya.

SUB BABI.5
PEMBUATAN PAPAN NAMA PROYEK

Penyedia Jasa wajib memasang Papan Nama Proyek ukuran serta model tulisannya akan
ditentukan kemudian. Biaya pembuatan Papan Nama Proyek menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa.

SUB BAB I.6


TEST HOLE

1. Kontraktor harus melakukan Test Hole minimal sejumlah 3 titik.


2. Test hole dimaksudkan untuk mengetahui utilitas yang tertanam didalam tanah yang dapat
menganggu aktivitas proyek.
3. Pengaturan Pemindahan Jaringan Pipa dan Kabel
a. Yang termasuk dalam istilah pipa dan kabel adalah pipa distribusi air bersih PDAM, pipa
gas, kabel listrik, kabel telpon dan kabel TELKOM lainnya yang pemasangan jaringannya
tertanam dan terletak di bawah permukaan tanah.

11
b. Semua pipa dan kabel yang termasuk dalam kategori (a) di atas dan yang sudah tidak
berfungsi lagi serta jalurnya melintasi dan menghalangi aliran air dalam saluran harus
disingkirkan atau dipotong sesuai petunjuk Direksi atas persetujuan Instansi yang
bersangkutan.
c. Biaya penggantian dan perbaikan atas kerusakan terhadap pipa dan kabel yang masih
berfungsi sebagai akibat dari kelalaian Kontraktor dalam melaksanakan pekerjaannya
adalah menjadi beban Kontraktor sepenuhnya.
d. Apabila dalam rangka pekerjaan penggalian saluran baru atau penggalian memperdalam
dasar saluran lama ditemui lintasan pipa dan kabel yang masih berfungsi, maka Direksi
dan Kontraktor menghubungi instansi yang mengelola jaringan tersebut untuk
menentukan biaya pemindahan jalur pipa atau kabel yang dimaksud untuk dialihkan di
bawah dasar saluran rencana.
e. Direksi berhak menunjuk seorang ahli yang akan memberi pengarahan dan mengawasi
semua pekerjaan instalasi dalam rangka pemindahan dan pengalihan jalur atau lintasan
pipa dan kabel

SUB BAB I.7


PERSIAPAN (MOBILISASI & DEMOBILITAS)

Cakupan kegiatan mobilisasi dan demobilisasi yang diperlukan dalam Kontrak ini akan
tergantung pada jenis dan volume pekerjaan yang harus dilaksanakan, sebagaimana disyaratkan di
bagian-bagian lain dari Dokumen Kontrak, secara umum harus memenuhi ketentuan berikut :

a) Penyewaan sebidang tanah yang diperlukan untuk Base Camp Kontraktor Pelaksana.
b) Mobilisasi semua Staf / Personil Kontraktor Pelaksana dan Pekerja yang diperlukan untuk
penyelesaian pekerjaan.
c) Penyedian dan Pemeliharaan Base Camp Kontraktor Pelaksana, jika diperlukan Kantor Lapangan,
Tempat Tinggal Staf, Barak Pekerja, Bengkel Kerja, Gudang dan sebagainya.
d) Jika tidak ditentukan dalam Kontrak Kerja Pekerjaan Mobilisasi harus sudah selesai dalam jangka
waktu 30 hari terhitung sejak tanggal Surat Perintah Mulai Kerja.
e) Kontraktor Pelaksana harus menyerahkan Jadwal / Program Detail Mobilisasi kepada Konsultan
Supervisi, Konsultan manajemen dan Owner maksimal 7 hari terhitung sejak tanggal Surat
Perintah Mulai Kerja.

f) Yang termasuk dalam pekerjaan ini adalah Pembongkaran Tempat Kerja termasuk pemindahan
semua Instalasi, Peralatan dan Perlengkapan Kontraktor Pelaksana dari Tanah Milik Pemerintah
serta pengembalian kondisi tempat kerja menjadi kondisi seperti semula sebelum pekerjaan
dimulai.

12
2. Pekerjaan Pengukuran dan Survey Lapangan
a) Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor harus menggerakkan personil tekniknya untuk
melakukan survey dan membuat laporan mengenai kondisi fisik lapangan khususnya
lokasi rencana konstruksi apakah terdapat ketidaksesuaian. Kontraktor bersama-sama
dengan Direksi harus secara bersama-sama mengambil peil permukaan dan sounding
areal kerja dan menyetujui semua kekhususan terhadap mana semua pekerjaan
didasarkan.
b) Kontraktor harus menyediakan dan merawat station survey yang diperlukan untuk
pelaksanaan pekerjaan dan harus membongkarnya setelah pekerjaan selesai.
c) Kontraktor harus memberitahu Direksi sekurang-kurangnya 24 jam dimuka, bila akan
mengadakan levelling pada semua bagian daripada pekerjaan.
d) Kontraktor harus menyediakan atas biaya Kontraktor, semua bantuan yang diperlukan
Direksi dalam pengadaan pengecekan levelling tersebut.
e) Pekerjaan dapat dihentikan beberapa saat oleh Direksi bila dipandang perlu untuk
mengadakan penelitian kelurusan maupun level dari bagian-bagian pekerjaan.
f) Kontraktor harus membuat peil/titik-titik tanda (bench mark) permanen di tiap-tiap
bagian pekerjaan dan peil ukuran ini harus diberi pelindung dan dirawat selama
berlangsungnya pekerjaan agar tidak berubah.
g) Kontraktor harus menyediakan alat-alat ukur selama pekerjaan berlangsung berikut ahli
ukur yang berpengalaman sehingga apabila dianggap perlu setiap saat siap mengadakan
pengukuran ulang.
h) Pengukuran titik ketinggian dan sudut-sudut hanya dilakukan dengan alat optik dan sudah
ditera kebenarannya/dikalibrasi.
i) Apabila terdapat perbedaan antara elevasi yang tercantum dalam gambar dengan hasil
pengukuran ulang, maka Direksi akan memutuskan hal itu kemudian.
j) Apabila terdapat kesalahan dalam pengukuran kembali, maka pengukuran ulang menjadi
tanggung jawab Kontraktor. Kontraktor harus mengukur ukang lagi dan dikoreksi oleh
pihak Direksi.
k) Pengukuran kembali juga dilakukan setelah pekerjaan selesai.
l) Hasil pengukuran kembali berupa gambar Long Section dan Cross Section per titik. Tiap
Titik adalah sejarak 25 meter.
m) Hasil pengukuran lengkap mengenai peil elevasi, sudut, koordinat, serta letak patok patok
harus dibuat gambarnya dan dilaporkan kepada Direksi untuk mendapatkan persetujuan.
Kebenaran dari hasil laporan tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor.
n) Jika menurut pendapat Direksi kemajuan Kontraktor tidak memuaskan untuk
menyelesaikan pekerjaan survey ini tepat pada waktunya atau dalam hal Kontraktor tidak

13
memulai pekerjaan atau melakukan pekerjaan tidak dengan standar yang ditentukan.
Direksi dapat menunjuk stafnya sendiri atau pihak lain untuk mengerjakan survey
lapangan dan membebankan seluruh biayanya kepada Kontraktor.
o) Jika diperlukan untuk mengetahui kondisi tanah (tekstur, jenis tanah dan daya dukung
tanah), kontraktor diwajibkan melakukan test penyelidikan tanah dengan menunjuk pihak
/ lembaga yang bergerak dalam tes penyelidikan tanah yang bersertifikasi.

14
BAB II
PEKERJAAN TANAH

SUB BAB II.1


PEMBONGKARAN

SEKSI II.1.1. PENGGALIAN TANAH DENGAN ALAT BERAT

a.Pekerjaan ini dilaksanakan memakai alat berat, berjalan setelah terpasangnya sheet pile baja
keseluruhan sesuai gambar rencana sebagai kisdam yang didahului pembongkaran pasangan
batu kali eksisting.
b. Pekerjaan ini harus mencakup penggalian, pembuangan tanah atau material lain bila ada dari
tempat kerja atau sekitarnya, untuk penyelesaian yang maksimal dari pekerjaan dalam kontrak
ini, pelaksanaan pekerjaan berjalan setelah terpasangnya bowplank dalam hal ini penentuan
kedalaman galian
c.Sebelum memulai suatu pekerjaan galian/urugan, kontraktor harus yakin bahwa semua permukaan
tanah yang ada maupun garis-garis transit yang tertera dalam gambar rencana adalah benar. Jika
kontraktor tidak merasa puas dengan ketelitian permukaan tanah, kontraktor harus
memberitahukan secara tertulis kepada pemberi tugas, jika tidak maka tuntutan mengenai
ketidak samaan permukaan tanah tidak akan dipertimbangkan.
d. Penggalian area jembatan mengacu pada gambar rencana. Dalam Pelaksanaan Galian agar
dilakukan dimalam hari agar memudahkan dalam Pelaksanaan.
e.Kontraktor harus menjaga sedemikan rupa agar lubang-lubang galian tersebut tidak digenangi air
yang berasal dari hujan, atau lain-lain sebab. Dan bila terjadi genangan air akibat
hujan/rembesan air tanah, maka kontraktor harus menanggulanginya dengan jalan memompa
dan menyalurkannya menuju sungai terdekat. dan biaya untuk pekerjaan tersebut termasuk
dalam harga kontrak.
f. Dasar dari semua galian harus rata, bila pada dasar setiap galian masih terdapat akar-akar tanaman
atau bagian-bagian gembur. Maka ini harus digali keluar sedang lubang-lubang tadi terisi kembali
dengan sirtu, disiram dan dipadatkan sehingga mendapatkan kembali dasar yang rata.
g.Terhadap kemungkinan adanya longsoran/runtuhan dari tanah disekitar atau akibat laju sedimen,
kontraktor harus segera membersihkannya dengan pembuatan parameter pembatas yang dapat
berupa kisdam sheet pile baja sebagai dinding pengaman atau pengaturan kemiringan lereng
(jika memungkinkan), dan sebelumnya telah diajukan persetujuannya kepada direksi pekerjaan
dan konsultan pengawas.
h. Kontraktor diwajibkan mengambil pengamanan terhadap bangunan lain yang berada dekat
sekali dengan lubang galian yaitu dengan memberikan penunjang sementara pada bangunan
tersebut sehingga dapat dijamin bangunan tersebut tidak akan mengalami kerusakan.

15
i. Bilamana sesuatu galian yang telah dilaksanakan dalamnya melebihi yang dikehendaki atau
permukaan yang tertera dalam gambar untuk dasar yang kuat kontraktor harus mengisi galian
yang terlalu dalam itu dengan bahan yang sama seperti yang ditentukan untuk pondasi dan bila
galian tersebut dibawah pondasi harus diurug keseluruhannya dengan pasir urug tanpa ada
penambahan biaya.
j. Quality control bahan dilakukan dengan mengambil sampel urugan sirtu dan mengirimkan sampel
tersebut untuk test bahan urugan di laboratorium lembaga independen.

SUB BAB II.2


GALIAN

1. Uraian

16
a) Pekerjaan ini harus mencakup penggalian, penanganan, pembuangan atau penumpukan
tanah atau batu atau bahan lain dari jalan atau sekitarnya yang diperlukan untuk
penyelesaian dari pekerjaan dalam kontrak ini.
b) Pekerjaan ini umumnya diperlukan untuk pembuatan saluran air dan selokan, untuk
formasi galian atau pondasi pia, gorong – gorong, pembuangan bahan longsoran, untuk
pengupasan dan pembuangan bahan perkerasan beraspal dan/atau perkerasan beton
pada perkerasan lama, dan umumnya untuk pembentukan profil dan penampang yang
sesuai dengan spesifikasi ini dan memenuhi garis, ketinggian dan penampang melintang
yang ditunjukkan dalam gambar atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan.
c) Kecuali untuk keperluan pembayaran, ketentuan dari seksi ini berlaku untuk semua jenis
galian yang dilakukan sehubungan dengan kontrak dan pekerjaan galian dapat berupa :
i) Penggalian Tanah dengan Alat Berat
ii) Galian Tanah Biasa Untuk Konstruksi
iii) Galian Tanah Cadas (Aspal dan Rabatan Beton)
iv) Galian Tanah Lumpur
d) Pemanfaatan kembali bahan galian ini harus mendapat persetujuan terlebih dahulu oleh
Direksi Pekerjaan sebelum bahan ini dipandang cocok untuk proses daur ulang. Material
lama bekas galian harus diatu penggunaan/penempatannya oleh Direksi Pekerjaan.

2. Toleransi Dimensi
a. Pekerjaan galian tanah untuk top-bottom precast, plat injak, saluran atau struktur
abutment baik kedalamannya ataupun lebarnya dilaksanakan sesuai dengan yang tertera
pada gambar rencana, dan sudah mendapat persetujuan dari konsultan pengawas dan
direksi pekerjaan.
b. Kelandaian akhir, arah dan formasi sesudah galian tidak boleh bervariasi dari yang
ditentukan lebih tinggi dari 2 cm atau lebih rendah 3cm dari tiap titik.
c. Permukaan galian yang telah selesai yang terbuka terhadap aliran air permukaan harus
cukup rata dan harus memiliki cukup kemiringan untuk menjamin drainase yang bebas
dari permukaan ini tanpa terjadi genangan.

3. Pengujian Kesiapan Kerja dan Pencatatan


a. Untuk setiap pekerjaan galian yang dibayar menurut seksi ini, sebelum memulai
pekerjaan, Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan gambar detil
penampang melintang yang menunjukkan elevasi tanah asli sebelum operasi

17
pembersihan, memasang patok – patok batas galian dan penggalian yang akan
dilaksanakan.
b. Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan metode kerja dan gambar
detil seluruh struktur sementara yang diusulkan atau yang diperintahkan untuk
digunakan, seperti penyokong (shoring), pengaku (bracing), kisdam (cofferdam), dinding
penahan rembesan (cutoff wall), dan sheet pile, dan gambar – gambar tersebut harus
memperoleh persetujuan dari Direksi Pekerjaan sebelum melaksanakan pekerjaan galian
yang akan dilindungi oleh struktur sementara yang diusulkan.
c. Penyedia Jasa harus memberitahu Direksi Pekerjaan untuk setiap galian untuk tanah
dasar, formasi atau pondasi yang telah selesai dikerjakan, dan bahan landasan atau bahan
lainnya tidak boleh dihampar sebelum kedalaman galian, sifat dan kekerasan bahan
pondasi disetujui terlebih dahulu oleh Direksi Pekerjaan.
d. Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan data tertulis tentang lokasi,
kondisi dan kuantitas pekerjaan aspal/beton yang akan dikupas atau digali. Pencatatan
pengukuran harus dilakukan setelah seluruh bahan perkerasan aspal/beton telah dikupas
atau digali.
e. Penyedia Jasa harus membuat request pekerjaan paling lambat 1 hari sebelum
pelaksanaan pekerjaan kepada Konsultan Pengawas dan Direksi Pekerjaan. Pelaksanaan
pekerjaan bisa dilaksanakan setelah request pelaksanaan pekerjaan sudah disetujui oleh
Konsultan Pengawas dan diketahui oleh Direksi Pekerjaan.

4. Pengamanan Pekerjaan Galian


a. Penyedia Jasa harus menanggung semua tanggung jawab dalam menjamin keselamatan
pekerja yang akan melaksanakan pekerjaan galian, utilitas, penduduk dan bangunan yang
ada di sekitar lokasi galian.
b. Selama pelaksanaan pekerjaan galian, lereng galian harus dijaga tetap stabil sehingga
mampu menahan pekerjaan, struktur di sekitarnya, harus dipertahankan sepanjang waktu
pelaksanaan pekerjaan, penyokong {shoring), pengaku (bracing), kisdam (cofferdam), dan
sheet pile yang memadai harus dipasang bilamana lereng galian tidak stabil. Bilamana
diperlukan, Penyedia Jasa harus menyokong atau mendukung struktur di sekitarnya yang
jika tidak dilaksanakan dapat menjadi tidak stabil atau rusak karena pekerjaan galian
tersebut.
c. Untuk menjaga stabilitas lereng galian dan keselamatan pekerja maka galian tanah yang
lebih dari 5 meter harus dibuat bertangga dengan teras selebar 1 meter atau
sebagaimana yang diperintahkan Direksi Pekerjaan.

18
d. Peralatan berat untuk pemindahan tanah, pemadatan atau keperluan lainnya tidak
diijinkan berada atau beroperasi lebih dekat 1,5 meter dari tepi galian saluran atau galian
pondasi untuk struktur. Terkecuali bilamana struktur yang telah terpasang dalam ggalian
dan galian tersebut telah ditimbun kembali dengan bahan yang disetujui oleh Konsultan
Pengawas dan Direksi Pekerjaan, dan telah dipadatkan.
e. Kisdam (cofferdam), dinding penahan rembesan (cut-off wall) atau cara lainnya untuk
mengalihkan air di daerah galian harus dirancang sebagaimana mestinya dan cukup kuat
untuk menjamin bahwa keruntuhan mendadak yang dapat membanjiri lokasi kerja
dengan cepat tidak akan terjadi.
f. Dalam setiap saat, bilamana pekerja atau orang lain ynag berada dalam lokasi galian dan
harus bekerja di bawah permukaan tanah, maka Penyedia Jasa harus menempatkan
seorang pengawas keamanan di lokasi kerja yang tugasnya hanya memantau keamanan
dan kemajuan. Sepanjang waktu penggalian, peralatan galian cadangan (yang belum
dipakai) serta perlengkapan P3K harus tersedia pada tempat kerja galian.
g. Semua galian terbuka harus diberi rambu peringatan dan penghalang (barikade) yang
cukup untuk mencegah pekerja atau orang lain terjatuh ke dalamnya, dan setiap galian
terbuka pada lokasi jalur lalu lintas maupun lokasi bahu jalan harus diberi rambu
tambahan pada malam hari dan disertai lampu merah atau kuning guna menjamin
keselamatan para pengguna jalan, sesuai dengan yang diperintahkan Direksi Pekerjaan.

5. Jadwal Kerja
a. Perluasan setiap galian terbuka pada setiap operasi harus dibatasi sepadan dengan
pemeliharaan permukaan galian agar tetap dalam kondisi yang baik, dengan
mempertimbangkan akibat dari pengeringan, perendaman akibat hujan dan gangguan
dari pelaksanaan pekerjaan berikutnya.
b. Galian saluran atau galian lainnya yang memotong jalan yang terbuka untuk lalu lintas
harus dilakukan dengan pelaksanaan setengah badan jalan sehingga jalan tetap terbuka
untuk lalu lintas pada setiap saat.
c. Bilamana lalu lintas pada jalan terganggu karena pelaksanaan pekerjaan, Penyedia Jasa
harus mendapatkan persetujuan dari pihak yang berwenang dan juga dari Konsulta
Pengawas dan Direksi Pekerjaan.

6. Kondisi Tempat Kerja

19
Seluruh galian harus diajaga agar bebas dari air dan Penyedia Jasa harus menyediakan
semua bahan, perlengkapan dan pekerja yang diperlukan untuk pengeringan (pemompaan),
pengalihan aliran air, dan pembuatan drainase sementara, dinding penahan rembesan (cut-off
wall), dan kisdam (cofferdam). Pompa siap pakai di lapangan harus senantiasa dipeliara
sepanjang waktu dan mempersiapkan pompa cadangan jika pompa utama rusak atau tidak bisa
digunakan, untuk menjamin bahwa tak akan terjadi gangguan dalam pengeringan dengan
pompa.

7. Perbaikan Terhadap Pekerjaan Galian Yang Tidak Memenuhi Ketentuan


Pekerjaan galian yang tidak memenuhi toleransi sepenuhnya menjadi tanggung jawab
Penyedia Jasa dan harus diperbaiki oleh Penyedia Jasa sebagai berikut :

i) Lokasi galian dengan garis dan ketinggian akhir yang melebihi garis dan ketinggian yang
ditunjukkan dalam gambar atau sebagaimana yang diperintahkan Konsultan Pengawas
dan Direksi Pekerjaan harus digali lebih lanjut sampai memenuhi toleransi yang
disyaratkan.
ii) Lokasi dengan penggalian yang melebihi garis dan ketinggian yang ditunjukkan dalam
gambar atau sebagaimana yang diperintahkan Konsultan Pengawas dan Direksi Pekerjaan,
atau lokasi yang mengalami kerusakan, harus ditimbun kembali dengan bahan timbunan
pilihan atau lapis pondasi agregat sebagaimana yang diperintahkan Konsultan Pengawas
dan Direksi Pekerjaan.
iii) Galian pada perkerasan lama dengan dimensi dan kedalaman melebihi yang telah
ditetapkan, harus diisi kembali dengan menggunakan bahan yang sama dengan
perkerasan lama sampai dimensi dan kedalaman yang ditetapkan Konsultan Pengawas
dan Direksi Pekerjaan.

8. Utilitas Bawah Tanah


a. Penyedia Jasa harus bertanggung jawab untuk memperoleh informasi tentang
keberadaan dan lokasi utilitas bawah tanah.
b. Penyedia Jasa harus bertanggung jawab untuk menjaga dan melindungi setiap utilitas
bawah tanah yang masih berfungsi seperti pipa, kabel, manhole, atau saluran bawah
tanah lainnya atau struktur yang mungkin dijumpai dan untuk memperbaiki setiap
kerusakan yang timbul akibat pelaksanaan pekerjaan.
c. Penyedia Jasa harus segera menginformasikan kepada Pihak Utilitas yang terkait,
Konsultan Pengawas dan Direksi Pekerjaan jika terdapat utilitas bawah tanah yang akan
terkana jalur galian yang akan dilaksanakan, agar pihak utilitas bisa segera memindahkan
atau merelokasi utilitas yang akan terdampak.

20
9. Pengunaan dan Pembuangan Bahan Galian
a. Semua bahan galian yang dapat dipakai dalam batas – batas dan lingkup kegiatan
bilamana memungkinakn harus digunakan secara efektif untuk formasi timbunan atau
penimbunan kembali.
b. Bahan galian yang mengandung tanah yang sangat organik, tanah gambut, lumpur,
sejumlah besar akar atau bahan tumbuhan lainnya dan tanah kompresif yang menurut
pendapat Konsultan Pengawas dan Direksi Pekerjaan akan menyulitkan pemadatan bahan
di atasnya atau yang mengakibatkan setiap kegagalan atau penurunan (settlement)yang
tidak dikehendaki, harus diklasifikasikan sebagai bahan yang tidak memenuhi syarat untuk
digunakan sebagai timbunan dalam pekerjaan permanen.
c. Setiap bahan galian yang melebihi kebutuhan timbunan atau tiap bahan galian yang tidak
disetujui Konsultan Pengawas dan Direksi Pekerjaan untuk digunakan sebagai bahan
timbunan, harus dibuang oleh Penyedia Jasa di luar lokasi pekerjaan, atau lokasi yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
d. Penyedia Jasa harus beranggungjawab terhadap seluruh pengaturan dan biaya yang
diperlukan untuk pmbuangan bahan galian yang tidak terpakai atau yang tidak memenuhi
syarat untuk bahan timbunan, termasuk pembuangan bahan galian, pengangkutan hasil
galian ke tempat pembuangan dan perolehan ijin dari pemilik atau penyewa tanah
dimana pembuangan galian tersebut akan dilakukan.
e. Bahan hasil galian tidak boleh diletakkan di daerah aliran air agar tidak mengganggu aliran
air dan tidak merusak efisiensi atau kinerja dari struktur. Tidak ada bahan hasil galian yang
boleh ditumpuk sedemikian hingga membahayakan seluruh maupun sebagian dari
pekerjaan struktur yang telah selesai.

10. Pengembalian Bentuk dan Pembuangan Pekerjaan Sementara


a. Kecuali diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaan, semua struktur sementaraseperti
kisdam (cofferdam), atau penyokong (shorung), dan pengaku (bracing) harus dibongkar
oleh Penyedia Jasa setelah struktur permanen atau pekerjaan lainnya selesai.
Pembongkaran harus dilakukan sedemikian sehingga tidak mengganggu atau merusak
struktur atau formasi yang telah selesai.
b. Bahan bekas yang diperoleh dari pekerjaan sementara tetap menjadi milik Penyedia Jasa
atau bila memenuhi syarat dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan dapat dipergunakan untuk
pekerjaan permanen dan dibayar menurut item pembayaran yang relevan yang sesuai
dengan yang terdapat dalam daftar penawaran.

21
c. Setiap bahan galian yang masih berada dalam saluran air harus dibuang seluruhnya
setelah pekerjaan berakhir sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu aliran air.

11. Prosedur Penggalian


a. Penggalian harus dilaksanakan menurut kelandaian, garis, dan elevasi yang ditunjukkan
oleh Konsultan Pengawas dan Direksi Pekerjaan dan harus mencakup pembuangan semua
material/bahandalam bentuk apapun yang dijumpai, termasuk tanah, batu bata, beton,
pasangan batu, bahan organik dan bahan perkerasan lama.
b. Pekerjaan galian harus dilaksanakan dengan gangguan yang seminimal mungkin terhadap
bahan di bawah dan di luar batas galian. Bilamana material/bahan yang terekspos pada
garis formasi atau tanah dasar atau pondasi dalam keadaan lepas atau lunak atau kotor
atau menurut pendapat Konsultan pengawas dan Direksi Pekerjaan tidak memenuhi
syarat, maka bahan tersebut harus seluruhnya dipadatkan atau dibuang dan diganti
dengan timbunan yang memenuhi syarat, sebagaimana yang diperintahkan Direksi
Pekerjaan.
c. Bilamana batu, lapisan keras atau bahan yang sukar dibongkar dijumpai pada garis
formasi untuk saluran, pada tanah dasar untuk perkerasan atau bahu jalan, atau pada
dasar galian saluran atau pondasi struktur, maka bahan tersebut harus digali 15 cm lebih
dalam sampai permukaan yang mantap dan merata. Tonjolan – tonjolan batu yang
runcing pada permukaan yang terekspos tidak boleh tertinggal dan semua pecahan batu
yang diameternya lebih besar dari 15 cm harus dibuang. Profil galian yabg disyaratkan
harus diperoleh dengan cara menimbun kembali dengan bahan yang dipadatkan sesuai
persetuijuan Konsultan Pengawas dan Direksi Pekerjaan.
d. Dalam hal apapun pelu dipahami bahwa selama pelaksanaan penggalian, Penyedia Jasa
harus melakukan langkah – langkah untuk memastikan drainase alami dari air yang
mengalir pada permukaan tanah, agar dapat mencegah aliran tersebut mengalir masuk ke
dalam galian yang terbuka.

12. Pengukuran dan Pembayaran


1. Galian yang tidak diukur untuk pembayaran
Beberapa kategori pekerjaan galian dalam kontrak tidak akan diukur dan dibayar menurut
seksi ini. Jenis galian yang secara spesifik tidak dimasukkan untuk pengukuran dalam seksi
ini adalah :

a. Galian di luar garis yang ditunjukkan dadlam profil dan penampang melintang yang
disetujui tidak akan dimasukkan dalam volume yang diukur untuk pembayaran
kecuali bilamana :

22
i) Galian yang diperlukan untuk membuang bahan yang lunak atau tidak
memenui syarat seperti yang disyaratkan dalam Pasal 11.b diatas, atau
untuk membuang batu atau bahan keras lainnya seperti yang disyaratkan
dalam Pasal 11.c diatas:
ii) Pekerjaan tambah sebagai akibat dari longsoran lereng galian yang
sebelumnya telah diterima oleh Direksi Pekerjaan secara tertulis asalkan
tindakan atau metode kerja Penyedia Jasa yang tidak sesuai dengan
spesifikasi ini tidak memberikan kontribusi yang penting terhadap
kelongsoran tersebut.
b. Pekerjaan galian untuk saluran drainase sementara.tidak akan diukur dalam
pembayaran.
c. Galian untuk pengembalian kondisi bahu jalan dan pekerjaan minor lainnya.
d. Galian yang diperlukan untuk pekerjaan pemeliharaan rutin .
2. Pengukuran Galian untuk Pembayaran
a. Pekerjaan galian di luar ketentian seperti di atas harus diukur untuk pembayaran
sebagai pembayaran dalam meter kubik bahan yang dipindahkan. Faktor
penyesuaian berikut ini harus digunakan untuk menghitung kuantitas setara untuk
timbunan.Dasar perhitungan kuantitas galian ini haruslah gambar penampang
melintang profil tanah asli sebelum digali yang telah disetujui dan gambar
pekerjaan galian akhir dengan garis, kelandaian dan elevasi yang disyaratkan atau
diterima. Metode perhitungan haruslah metode luas ujung rata – rata,
menggunakan penampang melintang pekerjaan secara umum dengan jarak tidak
lebih dari 25 meter atau dengan jarak 50 meter untuk medan yang datar.
b. Pekerjaan galian struktur yang diukur adalah volume yang dibatasi oleh bidang –
bidang berikut:
- Bidang atas adalah bidang horisontal seluas bidang dasar pondasi yang
melalui titik terendh dari tanah asli. Di atas bidang horisontal ini galian
tanah diperhitungkan sebagai galian biasa.
- Bidang bawah adalah bidang dasar pondasi.
- Bidang tegak adalah bidang vertikal pondasi
Pengukuran volume tidak diperhitungkan di luar bidang – bidang yang diuraikan di
atas atau sebagai pengembangan tanah selama pemancangan, tambahan galian
karena kelongsoran, bergeser, runtuh atau karena sebab – sebab lain.

c. Galian bahan, tanah gambut, tanah organik, tanah lunak, tanah ekspansif, tanah
tergumpal dan tanah dengan daya dukung sedang, jika tidak disebutkan lain dalam
pasal – pasal yang sebelumnya harus diukur untuk pembayaran sebagai Galian
Biasa.

23
3. Dasar Pembayaran
Kuantitas galian yang diukur menurut ketentuan diatas, akan dibayar menurut
satuan pengukuran dengan harga yang dimasukkan dalam Daftar Kuantitas dan harga
untuk masing – masing Mata Pembayaran yang terdaftar di Daftar Penawaran. Dimana
harga dan pembayaran tersebut merupakan kompensasi penuh untuk seluruh pekerjaan
termasuk kisdam, penyokong, pengaku, sheet pile, dan pekerjaan yang berkaitan, dan
biaya yang diperlukan dalam nelakasanakan pekerjaan galian dan pembuangan bahan
galian sebagaimana diuraikan dalam spesifikasi galian.

Tabel 2.1Tabel Spesifikasi Galian

Uraian Satuan
Pengukuran

Penggalian Tanah dengan Alat Berat Meter Kubik

Galian Tanah Baisa untuk Konstruksi Meter Kubik

Galian Tanah Keras (Aspal/Rabatan Beton) Meter Kubik

Galian Tanah Lumpur

4. Dasar Pembayaran
Kecuali diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaan, semua struktur
sementaraseperti kisdam (cofferdam), atau penyokong (shorung), dan pengaku (bracing)
harus dibongkar oleh Penyedia Jasa setelah struktur permanen atau pekerjaan lainnya
selesai. Pembongkaran harus dilakukan sedemikian sehingga tidak mengganggu atau
merusak struktur atau formasi yang telah selesai.

SEKSI II.2.3. GALIAN TANAH CADAS/RABAT BETON/PERKERASAN JALAN

a. Pekerjaan ini mencakup penggalian, pembuangan tanah atau material lain bila ada dari tempat
kerja atau sekitarnya yang perlu, pelaksanaan pekerjaan berjalan setelah terpasangnya
bowplank dalam hal ini penentuan kedalaman galian.

24
b. Pekerjaan galian pada perkerasan aspal dengan menggunakan mesin Cold Milling atau dengan
alat bantu lainnya dengan perusakan sedikit mungkin terhadap material diatas atau dibawah
batas galian yang ditentukan, atau menggunakan alat lain yang telah disetujui Konsultan
Pengawas dan Direksi Pekerjaan yang sesuai dengan analisa dalam item pekerjaan di daftar
penawaran.
c. Bilamana material pada permukaan dasar hasil galian terlepas atau rusak akibat dari
pelaksanaan penggalian tersebut, maka material yang rusak atau terlepas tersebut harus
dipadatkan dengan merata atau dibuang seluruhnya dan diganti dengan material yang sesuai.
d. Setiap lubang pada permukaan dasar galian harus diisi dengan material yang sesuai lalu
dipadatkan dengan merata.
e. Pekerjaan galian pada perkerasan aspal yang ada tanpa menggunakan mesin Cold Milling,
material yang terdapat pada permukaan dasar galian, material yang lepas, lunak atau tergumpal
atau hal-hal lain yang tidak memenuhi syarat, maka material tersebut harus dipadatkan dengan
merata atau dibuang seluruhnya dan diganti dengan material yang sesuai.

SUB BAB II.3


URUGAN

1. Umum

Pekerjaan ini mencakup pengadaan, pengangkutan, penghamparan dan pemadatan tanah atau
bahan berbutir yang disetujui untuk pekerjaan urugan, untuk pekerjaan urugan galian badan jalan,
urugan saluran atau struktur dan untuk urugan umum yang diperlukan untuk membentuk dimensi
urugan sesuai dengan garis kelandaian, dan elevasi penampang melintang yang disyaratkan atau
disetujui oleh Konsultan Pengawas dan Direksi Pekerjaan.

2. Toleransi Dimensi
1. Elevasi dan kelandaian akhir setelah pemadatan harus tidak lebih tinggi dari 2 cm atau
lebih rendah 3 cm dari yang ditentukan atau disetujui..
2. Seluruh permukaan akhir urugan yang terekspos harus cukup rata dan harus memiliki
kelandaian yang cukup untuk menjamin aliran air permukaan yang bebas

3. Pengajuan Kesiapan Kerja

Untuk setiap urugan yang akan dibayar menerut ketentuan dari spesifikasi ini, Penyedia Jasa
harus menyerahkan pengajuan kesiapan di bawah ini kepada Direksi Pekerjaan sebelum setiap
persetujuan untuk memulai pekerjaan disetujui oleh Konsultan Pengawas dan Direksi Pekerjaan :

25
i) Gambar detil penampang melintang yang menunjukkan permukaan yang telah
dipersiapkan untuk penghamparan urugan.
ii) Contoh masing – masing material urugan .
iii) Request pelaksanaan pekerjaan paling lambat 1 (satu) hari sebelum pekerjaan akan
dilaksanakan.

4. Perbaikan Terhadap Urugan yang Tidak Memenuhi Ketentuan atau Tidak Stabil
1. Urugan akhir yang tidak memenuhi penampang melintang yang disyaratkan atau disetujui
atau toleransi permukaan yang disyaratkan dalam Pasal III.3.b harus diperbaiki dengan
menggemburkan permukaannya dan membuang atau menambah bahan sebagaimana
yang diperlukan dan dilanjutkan dengan pembentukan kembali dan pemadatan kembali.
2. Perbaikan urugan yang tidak memenuhi kepadatan atau ketentuan sifat-sifat bahan dari
spesifikasi ini haruslah seperti yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan dan dapat
meliputi pemadatan tambahan, penggemburan yang diikuti dengan penyesuaian kadar air
dan pemadatan kembali, atau pembuangan dan penggantian bahan.
3. Perbaikan urugan yang rusak akibat gerusan banjir atau menjadi lembek karena terlalu
basah harus diperbaiki dengan menggaru bahan tersebut dengan penggunaan motor
grader atau alat lainnya secara berulang-ulang dengan selang waktu istirahat selama
penanganan, dalam cuaca cerah. Alternatif lain, bilaman pengeringan yang memadai tidak
dapat dicapai dengan menggaru dan membiarkan bahan gembur tersebut, Direksi
Pekerjaan dapat memerintahkan agar bahan tersebut dikeluarkan dari pekerjaan dan
diganti dengan bahan kering yang lebih sesuai.

SEKSI II.3.1. URUGAN TANAH KEMBALI

1. Bahan :
Bahan yang digunakan sebagai urugan adalah tanah dari hasil galian tanah konstruksi.
2. Mutu Bahan
Tanah yang digunakan adalah tanah yang telah dipilih yang bebas dari lumpur dan tidak berair.

3. Prosedur Pelaksanaan
Pekerjaan urugan tanah kembali tidak boleh dilakukan sebelum pekerjaan pasangan batu
kali atau pekerjaan pasangan saluran telah diselesaikan dan diperiksa serta disetujui oleh Direksi.
Penimbunan dilakukan mendatar lapis demi lapis yang dipadatkan dengan menggunakan
peralatan pemadat. Urugan dilakukan dengan tenaga manusia.

SEKSI II.3.2. URUGAN SIRTU (PADAT)

26
1. Bahan :
Bahan yang digunakan sebagai urugan adalah Sirtu Padat

2. Mutu Bahan
Sirtu yang digunakan adalah yang telah dipilih yang bebas dari lumpur dan tidak berair.

3. Prosedur Pelaksanaan
Penimbunan dilakukan mendatar lapis demi lapis yang dipadatkan dengan menggunakan
peralatan pemadat seperti Stampper dan urugan di pasang pada dasar box dan samping box.
Urugan dilakukan dengan tenaga manusia.

SEKSI II.3.3. URUGAN PASIR (PADAT)

1. Bahan :
Bahan yang digunakan sebagai urugan adalah Pasir Urug

2. Mutu Bahan
Pasir yang digunakan adalah yang telah dipilih yang bebas dari lumpur dan tidak berair.

3. Prosedur Pelaksanaan
Penimbunan dilakukan mendatar lapis demi lapis yang dipadatkan dengan menggunakan
peralatan pemadat seperti yang tercantum pada RAB. Urugan dilakukan dengan tenaga manusia.

SEKSI II.3.4. PENGURUGAN SIRTU DENGAN PEMADATAN ALAT BERAT

1. Bahan :
Bahan yang digunakan sebagai urugan adalah Sirtu Padat

2. Mutu Bahan
Sirtu yang digunakan adalah yang telah dipilih yang bebas dari lumpur dan tidak berair.

3. Prosedur Pelaksanaan
Penimbunan dilakukan mendatar lapis demi lapis yang dipadatkan dengan menggunakan
peralatan pemadat dengan alat berat seperti Vibro Roller dan urugan di pasang pada tanah dasar
untuk pekerjaan jalan baru ataupun pekerjaan pemeliharaan jalan. Urugan dilakukan harus
dengan alat berat agar hasil mencapai sesuai dengan rencana.

27
SUB BAB II.4
ANGKUTAN TANAH KELUAR PROYEK

1. Alat transportasi yang digunakan untuk mengangkut tanah sisa galian adalah Dump Truk dengan
kapasitas muat sesuai analisa RAB atau bila kondisi jalan / area yang tidak memungkinkan bisa
menggunakan kendaraan kecil dengan seijin pengawas lapangan
2. Kontraktor harus melaporkan kepada Direksi setiap kali akan mengadakan pengangkutan
material sisa galian keluar proyek, serta harus mencatat berapa m3 volume dari material yang
telah diangkut setiap ada pekerjaan pengangkutan.

BAB III
PEKERJAAN PENERANGAN JALAN

28
SUB BAB III.1
PJU

a. Pekerjaan Pendahuluan

1. Sarana Bekerja

Untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan kontraktor harus:

 Menempatkan tenaga kerja/tenaga ahli yang cukup memadai sesuai dengan pekerjaan
yang akan dilaksanakan
 Menyediakan alat-alat dan bahan-bahan dengan jumlah yang cukup sesuai kebutuhan
dilapangan
 Sebelum memulai pekerjaan dan pelaksanaan tiap tahapan pekerjaan berikutnya,
kontraktor harus mendapat izin dari petugas monitoring pelaksanaan pekerjaan

2. Pekerjaan Persiapan

Sebelum melaksanakan pekerjaan, kontraktor harus membuat dan menyiapkan antara lain:

 Kontraktor harus bersedia bekerja over time baik siang maupun malam hari
 Kontraktor harus membuat foto dokumentasi saat sebelum,selama dan setelah selesainya
pekerjaan (prestasi fisik 0%, 50% dan 100%), masing-masing rangkap 3(tiga)
 Harus melakukan pengukuran dilapangan dan survei pemasangan APP
 Kontraktor diwajibkan membuat rambu-rambu pengaman saat melaksanakan pekerjaan
sehingga dapat memperlancarjalannya pekerjaan
 Armatur lengkap dan panel PJU sebelum dipasang ditunjukkan dan diverifikasi terlebih
dahulu ke konsultan pengawas dan direksi pekerjaan
 Pekerjaan pembongkaran tiang, ornamen, panel, dan kabel instalasi lama dilakukan
dengan jumlah dan titik/lokasi sesuai gambar perencanaan atau petunjuk petugas
monitoring pelaksanaan pekerjaan
 Proses pembongkaran agar dilakukan dengan hati-hati.
 Bekas bongkaran tiang, ornamen, panel, dan kabel instalasi lama harus diangkut ke
gudang Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hiajau Kota Surabaya

3. Pengukuran dan Penentuan Titik di Lapangan

29
Pengukuran dan penentuan titik di lapangan dilaksanakan oleh kontraktor berdasarkan
gambar dan syarat-syarat yang telah disetujui oleh konsultan pengawas dan direksi pekerjaan.
Selanjutnya titik yang telah ditentukan tersebut dijadikan pedoman untuk melaksanakan
pekerjaan.

a. Pekerjaan Pondasi PJU Strous


 Pekerjaan Kolom Pedestal

Pekerjaan pondasi ini ukurannya disesuaikan dengan gambar dan dilakukan dengan spesi
1pc : 2ps : 3kr, pengadukan menggunakan molen dan pengecoran disertai alat penggetar agar
menghasilkan cetakan beton yang baik. Pondasi sistem flenders menggunakan besi/angker
(sesuai gambar). Bidang pondasi yang terlihat di permukaan tanah diplester halus dan rapi.
Dilengkapi dengan arde (grounding) yang pemasangannya sesuai gambar.

 Pekerjaan Strous

Strous terbuat dari beton cor 1pc : 2ps : 3kr, strous ø 30 cm, kedalaman 2 m dari
permukaan. Tulangan pokok ø 10 mm sebanyak 8 buah, diperpanjang 2 m dan dibengkok pada
ujungnya, begel spiral menggunakan besi ø 10 mm (sesuai gambar). Dilengkapi dengan arde
(grounding) yang pemasangannya sesuai gambar.

c. Pekerjaan Pemasangan Kabel

 Jenis kabel yang dipakai adalah sebagai berikut:


 Kabel NYF\RGBY 4 x 10 mm, adalah kabel yang dipasang untuk pemasangan kabel bawah
tanah
 Kabel NYY digunakan sebagai instalasi kabel dengan ukuran 2 x 2.5 mm
 Pemasangan kabel
 Penyambungan kabel harus dengan konektor (pemasangan konektor harus kuat agar
tidak terjadi konsleting)pada titik akhir tiang dan tidak diperkenankan ada sambungan
dipertengahan tarikan kabel
 Kabel yang digunakan adalah merk supreme, kabelindo atau metal dengan standart
LMK/SNI

d. Pekerjaan Tiang Type Dekoratif

 Menggunakan pipa galvanis medium A ukuran 5”, 4”, 3”, 2”, dan ketebalan pipa galvanis antara
2.8 mm s/d 3.3 mm serta dilakukan pengecatan warna silver. Bentuk tiang decorative sesuai
dengan gambar perencanaan.
 Bentuk tiang decorative sesuai dengan gambar perencanaan, dengan dilakukan pengecatan
dengan warna silver

30
 Tiang dilengkapi dengan logo Surabaya dan flendes ukuran 40 x 40 cm tebal 19 mm (sesuai
gambar)
 Detail tiang sesuai gambar perencanaan dan disertai dengan surat pernyataan
pertanggungjawaban mutlak kesesuaian spesifikasi teknis dari kontraktor dan pembuat tiang
 Penyambungan tiang PJU dengan flendes hanya menggunakan metode pengelasan argon/TIG
dengan pekerja yang bersertifikat

e. Pekerjaan Pemasangan Lampu

1. Umum

 Armatur memiliki desain konstruksi yang dapat memudahkan perawatan tanpa


menggunakan peralatan khusus dan memiliki konstruksi yang tahan getaran pada
penggunaan normal
 Rumah lampu/housing dari armatur terbuat dari bahan die cast aluminium yang tahan
terhadap korosi/karat dan tetap berfungsi baik ketika beroperasi pada kondisi alam
negara tropis seperti hujan, angin kencang, kelembapan tinggi dan suhu yang panas.
Armatur harus memiliki desain sehingga tidak terjadi kondensasi/pengembunan serta
masuknya debu dan serangga yang dapat mengganggu operasi lampu atau mengurangi
fungsinya
 Badan armatur terdiri dari optikal lampu dan komponen electrical dalam satu kesatuan
yang terintegrasi serta seluruhnya terbuat dari bahan die cast aluminium (bukan salah
satu bagian) yang di cat dengan cara pelapisan secara electrostatic warna silver metalic
anti korosi
 Armatur/rumah lampu, komponen ballast, ignator dan capasitor, merupakan produk dari
perusahaan yang sama (satu merk/brand) sehingga armatur tersebut merupakan satu
sistem dari satu perusahaan dan didukung oleh sertifikat keaslian produk dari pabrikan
atau principel yang ditunjuk
 Memiliki standar minimal IP 65 untuk optical huse
 Armatur LED ini mempunyai output lumen sistem sebesar minimal 4.000 lumen dengan
kelas daya lampu 40 watt
 Lampu LED dengan pencahayaan warna putih (4.000-6.000 Kelvin)
 Armatur LED harus mempunyai power faktor tidak kurang dari 0.90
 Armatur LED ini mampu bekerja dengan fluktuasi tegangan yang telah distandarkan PLN
 Produsen armatur harus sudah memiliki sertifikat ISO 9001:2008
 Kontraktor harus menyertakan datasheet antara lain berupa:
 Data power consumption
 Data power factor
 Data total harmonic distortion (THD) untuk arus

31
 Garansi penggantian (replacement) armatur ini secara sistem (keseluruhan) termasuk
rumah lampu/housing, modul LED, dan driver berlangsung selama 5 tahun dan disertai
dengan surat pernyataan dari principal dan kontraktor bahwa garansi penggantian
(replacement) secara sistem termasuk komponen-komponen di dalamnya berlangsung
selama 5 tahun
 Kontraktor melampirkan sertifikat EMC Testing, EN 61547:2009, yang dikeluarkan oleh
Badan Sertifikasi
 Kontraktor melampirkan Uji Sistem Luminaire untuk LED Chips dan LED Driver yang
dikeluarkan oleh Badan Sertifikasi
 Kontraktor harus menyertakan hasil uji laboratium independen terkait elektrikal armatur
yang hasil ujinya memuat nilai Power Consumption, Power Factor, dan Total Harmonic
Distortion untuk arus
 Setiap armatur harus dilengkapi nomor sesuai dengan nomor urut yang tertera pada
gambar perencanaan. Nomor menggunakan cat oranye, tinggi ukuran tulisan 10 cm, lebar
tulisan 2 cm, dan jenis huruf menggunakan huruf arial, serta tulisan harus jelas dibaca

2. Penutup Optikal Lampu

Penutup optikal lampu harus terbuat dari clear glass temperet polos, tahan terhadap
panas dan sinar ultraviolet yang disebabkan oleh pengaruh lampu dan matahari sehingga tidak
berubah bentuk maupun warnanya menjadi kekuning-kuningan.

3. Sistem Optikal Lampu

Desain sistem optikal lampu harus sudah memuat sebuah reflector terpisah atau unit
reflector bukan merupakan bagian dari badan armatur/rumah lampu. Reflector terbuat dari
bahan aluminium murni andonized. Reflector harus mempunyai ketahanan terhadap lingkungan
(korosi)

f. Pengadaan dan Pemasangan Panel Lampu PJU

Panel lampu PJU dipasang terdiri dari box plat baja tebal 2 mm, dengan ukuran sesuai gambar
perencanaan, yang didalamnya berisi peralatan/perangkat keras dan perangkat lunak untuk aliran listrik
dan pengaturan waktu penyalaan PJU. Magnetic contactor untuk daya 2.200 VA, 3.500 VA, 4.400 VA,
dan 5.500 VA, time switch (Sul 181 h/Sul 181 d), MCB iC60N atau yang setara. Untuk panel tempat KWH
meter sesuai gambar perencanaan. Panel tersebut dipasang pada salah satu tiang PLN atau PJU yang
harus dapat melayani seluruh kebutuhan pengaturan (untuk menyalakan dan mematikan) dari lampu
PJU yang dipasang, serta memenuhi standar kualitas yang diisyaratkan. Pemasangan panel lampu yang

32
dilaksanakan sesuai dengan lokasi penempatan dalam gambar dan petunjuk petugas monitoring
pelaksanaan pekerjaan pada waktu pelaksanaan.

 Persyaratan pekerjaan panel lampu PJU:


Box panel
1. Panel harus terbuat dari plat baja dan dibersihkan dengan cairan kimia untuk
membersihkan karat dan kotoran serta difinish dengan cat bakar/powder coating, warna
sesuai gambar perencanaan
2. Dalam box panel harus disediakan sarana pendukung kabel BC ukuran ø 10 mm yang
ditanahkan (grounding) dan busbar pertanahan yang berfungsi untuk dudukan ujung
kabel pertanahan
3. Panel dilengkapi dengan kunci dan handle pintu. Handle pintu dipasang baik untuk tutup
bagian dalam panel maupun tutup bagian luar panel
 Panel PJU harus diberi tulisan “PJU PEMMKOT TAHUN 2018 JL. ......(sesuai yang tertera dalam
kontrak)”. Penulisan dengan huruf balok dan tulisan harus jelas dibaca
 Untuk panel tempat KWH meter harus diberi IDPEL dan logo
 Penulisan IDPEL dan alamat panel menggunakan ADD sedangkan LOGO dan penulisan lainnya
menggunakan ANODES

g. Pemasangan Instalasi Pelaluan Arde Panel Meter

Kontraktor harus memasang arde (grounding) pada setiap panel dan setiap tiang lampu penerangan

1. Umum
 Arde (grounding) yang dipasang di setiap panel, terdiri dari besi AS lapis tembaga ø 16
mm dan kabel grounding 10 mm. Besi AS lapis tembaga ø 16 mm dipasang secara vertical
didalam tanah dengan kedalaman sesuai gambar sedangkan kabel grounding 10 mm
dipasang vertikal diatas tanah menghubingkan besi AS lapis tembaga dengan panel
(pemasangan sesuai gambar). Arde (grounding) yang terlihat supaya diamankan dengan
menggunakan pipa PVC ukuran ½” warna putih (sesuai gambar).
 Arde (grounding) yang dipasang di setiap tiang yang berpondasi, terdiri dari besi AS lapis
tembaga ø 16 mm dan kabel grounding 10 mm. Besi AS lapis tembaga dipasang secara
vertikal didalam pondasi dengan kedalaman sesuai gambar sedangkan kabel grounding 10
mm dipasang vertikal ke atas menghubungkan besi AS lapis tembaga dengan terminal
tiang (pemasangan sesuai gambar)
 Arde (grounding) yang dipasang di setiap tiang tanam, terdiri dari besi AS lapis tembaga ø
16 mm yang dipasang secara vertikal didalam tanah disebelah tiang dengan kedalaman
sesuai gambar, dengan ujung bagian atas tanah dihubungkan ke tiang (sesuai gambar)

33
h. Pengukuran Tahanan Isolasi

Sebelum lampu difungsikan kontraktor harus melaksanakan tes terhadap tahanan isolasi kabel
(merger) agar diperoleh isolasi yang baik.

i. ARDE dan Penghantar Proteksi


 Pemasangan penghantar sistem under ground harus mengikuti ketentuan pemasangan kabel
tanah sesuai PUIL 2000
 Arde dan penghantar proteksi mempunyai peranan yang sangat penting pada suatu instalasi,
karena sesmua BKT seperti PHB, armatur, tiang, dll harus di groundingkan untuk menghindari
tegangan sentuh terlalu tinggi
 Pada sistem TN-C-S semua BKT dihubungkan dengan Pembumian di PHB dengan menggunakan
penghantar proteksi (PE)
 Pada sistem TT semua BKT dibumikan terpisah dengan pembumian pada PHB (dengan kata lain
semua BKT dibumikan/digrounding sendiri)

 Sambungan Penghantar dengan sistem Under groun cabel (kabel tanah ) bisa dengan cara
disolder,diterminal , dipres atau cara lain yang sederajat dan dimasukan dalam kotak sambung
( mof )
 Penghantar aluminium tidak boleh dihubungkan dengan terminal dari kuningan atau logam lain
berkadar tembaga tinggi, kecuali bila terminal itu telah diberi lapisan yang tepat atau telah
diambil tindakan lain untuk mencegah korosi.

j. Penyambungan Daya dan Penambahan Daya

Yang dimaksud Penyambungan Daya dan Penambahan daya adalah pengurusan oleh kontraktor
mulai dari ijin sampai terpasangnya KWH meter dan terbitnya nomor pelanggan dari PLN, termasuk
aliran listrik pada instalasi Penerangan Jalan Umum (PJU). Sedangkan penambahan daya adalah
pengurusan tambah daya oleh kontraktor hingga terpasangnya daya yang baru dan aliran listrik pada
instalasi PJU tetap terjaga dengan baik.

k. Ketentuan-ketentuan pada Saat Melaksanakan


 Koordinasi dengan Instansi Terkait
Pada saat melakukan pekerjaan di lapangan, kontraktor tidak diperkenankan mengadakan
kegiatan yang akan menimbulkan rintangan/hambatan kepada pihak lain. Kontraktor wajib
mengadakan koordinasi dengan pihak-pihak/instansi yang ada kaitannya dengan pekerjaan
tersebut
 Keselamatan Kerja di Lapangan

34
Bilamana sampai terjadi kecelakaan sebagai akibat pelaksanaan dilapangan, hal tersebut
sepenuhnya menjadi tanggung jawab kontraktor
 Pengadaan Alat-alat Kerja dan Keselamatan Kerja
Semua alat/peralatan untuk melaksanakan pekerjaan dan alat untuk keselamatan pekerja
sepenuhnya menjadi tanggung jawab pihak kontraktor antara lain:
 Sabuk pengaman dalam jumlah yang cukup dan baik
 Sarung tangan untuk pengaman tegangan listrik
 Tangga dan alat kerja lainnya
 Apabila titik yang disepakati terkena utilitas lain maka PJU dapat digeser atau dilakukan
pabrikasi ulang untuk penyesuaian di lokasi sesuai dengan standart yang ada

l. Pembersihan Sisa-sisa Pekerjaan

Bilamana terdapat timbunan tanah bekas galian pekerjaan agar secepatnya diangkat keluar dari
lokasi pekerjaan dengan memberitahukan kepada petugas monitoring pelaksanaan pekerjaan terlebih
dahulu. Pelaksanaan pengangkatan (keluar lokasi pekerjaan) harus sedemikian hingga tidak
mengganggu kelancaran lalu lintas dan tidak terjadi ceceran tanah dijalan aspal. Sebelum diadakan
serah terima pertama pekerjaan, kontraktor diwajibkan untuk membersihkan lokasi pekerjaan dari sisa
bahan dan kotoran akibat pelaksanaan pekerjaan.

m. Foto Dokumentasi

Foto-foto yang memperlihatkan kemajuan pekerjaan, ciri-ciri tertentu dari pekerjaan, peralatan
atau hal-hal yang menarik perhatian lainnya sehubungan dengan pekerjaan atau lingkungannya harus
dibuat sedikitnya tiga kali, yakni:

 Sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan....................................................(0%)


 Selama berlangsungnya pekerjaan................................................................(25-75%)
 Setelah selesai pekerjaan atau setelah selesai periode pemeliharaan.............(100%)

Foto-foto ini harus dilakukan sedikitnya dari tiga posisi (depan, belakang, samping), serta pada
posisi yang sama untuk masing-masing kejadian. Biaya foto-foto tersebut harus ditanggung oleh
kontraktor dan harus dianggap termasuk dalam over head yang disajikan dalam Daftar Pengajuan Biaya.

n. Pemeliharaan Pekerjaan

Selama pemeliharaan hasil pekerjaan di lokasi tersebut, kontraktor diwajibkan tetap mengawasi
pekerjaan tersebut selama masa pemeliharaan pekerjaan sampai serah terima kedua antara lain:

35
 Keamanan dan penjagaan
 Penyempurnaan dan pemeliharaan
 Pembersihan
 Serta membuat laporan pekerjaan perbaikan bila ada bangunan yang rusak dan laporan tersebut
dibuat dengan persetujuan/diketahui pihak direksi pekerjaan dan konsultan pengawas

Bilamana terjadi kerusakan pada utilitas milik Pemerintah Kota Surabaya atau instansi lain yang
terdapat di lokasi pekerjaan termasuk didalamnya adalah:

 Kabel-kabel Telkom dan PLN


 Pipa-pipa PDAM dan gas
 Pasangan saluran/gorong-gorong perkerasan jalan di luar volume pekerjaan
 Kontraktor wajib memperbaiki kembali tanpa menunggu perintah dan harus disetujui petugas
monitoring pelaksanaan pekerjaan.

BAB IV
PEKERJAAN LANTAI PEDESTRIAN DAN JALAN

36
SUB BAB IV.1
GRANITE

a. Umum
Pekerjaan lantai Granite tile, bisa dilaksanakan diatas lapisan konstruksi beton bertulang
yang sudah memenuhi syarat pengeringan, dan selanjutnya pemasangan bekisting bisa
dilaksanakan sesuai dengan pola yang direncanakan. Pada saat pemasangan Granite Tile sebagai
lapis atas, maka lapis permukaan Beton (lapis bawah) harus dalam kondisi kering dan bersih.
Didalam pelaksanaan pekerjaan lapis permukaan berwarna, Granite tile, ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan antara lain :

b. Bahan
1. Semen
 Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton haruslah jenis semen portland
yang memenuhi AASHTO M85 kecuali jenis IA, IIA, IIIA dan IV. Terkecuali
diperkenankan oleh Direksi Pekerjaan, bahan tambahan (aditif) yang dapat
menghasilkan gelembung udara dalam campuran tidak boleh digunakan.
 Terkecuali diperkenankan oleh Direksi Pekerjaan, hanya satu merk semen
portland yang dapat digunakan di dalam proyek.

2. Air
 Air yang digunakan dalam campuran, dalam perawatan, atau pemakaian
lainnya harus bersih, dan bebas dari bahan yang merugikan seperti
minyak, garam, asam, basa, gula atau organik. Air akan diuji sesuai
dengan; dan harus memenuhi ketentuan dalam AASHTO T26. Air yang
diketahui dapat diminum dapat digunakan tanpa pengujian. Bilamana
timbul keragu-raguan atas mutu air yang diusulkan dan pengujian air
seperti di atas tidak dapat dilakukan, maka harus diadakan
perbandingan pengujian kuat tekan mortar semen + pasir dengan Memakai air
yang diusulkan dan dengan memakai air suling atau minum. Air yang
diusulkan dapat digunakan bilamana kuat tekan mortar dengan air tersebut
pada umur 7 hari dan 28 hari minimum 90 % kuat tekan mortar dengan air
suling atau minum pada periode perawatan yang sama.

3. Granite Tile
Granite Tile yang digunakan untuk pekerjaan ini haruslah memenuhi hal-hal
sebagai berikut :

37
 Daya tahan terhadap abrasi :-
 Toleransi Ukuran : 0.4 %
 Modulus Rupture : Min 450 Kg/cm2
 Penyerapan Air : < 0.4 %
 Suhu Pembakaran :-
 Toleransi Ketebalan : 4 % dari 0.8 cm
 Daya Tahan Terhadap Permukaan :-
 Permukaan : Tidak Berglazur
 Daya Tahan Terhadap Permukaan : Homogen dari atas sampai
bawah (bukan printing)
 Ukuran Porceline tile : 30x30 cm
4. Pasir Pasang
Pasir Pasang yang dipakai adalah :

a. Pasir tersebut terdiri dari butir –butir yang bersih dari segala kotoran.
b. Pasir tersebut tidak mengandung lempung atau unsur organik atau non
organic lainnya.
c. Warna hitam pekat

c. Pengeringan
Lapis permukaan/lapis atas Granite Tile setelah selesai pelaksanaan pekerjaan harus
dijaga diberi batasan sedemikian rupa, sehingga tidak bisa dilalui/diinjak. Cacat / kerusakan
pada lapis permukaan akan memerlukan metode perbaikan secara khusus sehingga hasil
perbaikan yang didapat, tidak menimbulkan perbedaan bentuk ataupun perbedaan warna.
Pengeringan, jangka waktu pengeringan memerlukan periode waktu min 14 hari untuk bisa
dilalui / dibuka.

d. Pengukuran dan Pembayaran


1. Cara Pengukuran
 Granite Tile akan diukur dengan jumlah luas pekerjaan Granite Tile yang digunakan
dan diterima sesuai dengan dimensi yang ditunjukkan pada Gambar atau yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
2. Pengukuran Untuk Pekerjaan Beton Yang Diperbaiki
 Bilamana pekerjaan telah diperbaiki menurut Pasal 1.17.2, kuantitas yang akan
diukur untuk pembayaran haruslah sejumlah yang harus dibayar bila mana
pekerjaan semula telah memenuhi ketentuan.
 Tidak ada pembayaran tambahan akan dilakukan untuk tiap peningkatan kadar
semen juga tidak untuk tiap pengujian atau pekerjaan tambahan atau bahan

38
pelengkap lainnya yang diperlukan untuk mencapai mutu yang disyaratkan
untuk pekerjaan beton.
3. Dasar Pembayaran
 Kuantitas yang diterima dari pekerjaan Granite Tile sebagaimana yang disyaratkan
di atas, akan dibayar pada Harga Kontrak untuk Mata Pembayaran dan
menggunakan satuan pengukuran yang ditunjukkan di bawah dan dalam
Daftar Kuantitas.
 Harga dan pembayaran harus merupakan kompensasi penuh untuk seluruh
penyediaan dan pemasangan seluruh bahan yang tidak dibayar dalam Mata
Pembayaran lain.

SEKSI IV.1.1. PEMASANGAN LANTAI GRANITE KASAR 30X30 CM (GELAP/TERANG)

1. Umum
Untuk Spesifikasi Secara Umum sudah di jelaskan pada SUB BAB IV.2 Tentang Pekerjaan
Granite Tile Kasar (Warna).

2. Syarat – syarat pelaksanaan


 Pada permukaan lantai beton wiremesh yang ada, lantai granite dapat langsung
diletakkan, dengan menggunakan perekat spesi 1 pc : 3 pasir, diaduk baik memakai
larutan supercement, jumlah pemakaian adalah 1% dari berat semen yang dipakai
dengan tebal adukan tidak lebih 1,5 cm atau bahan perekat khusus, dengan
memperhatikan sehingga mendapatkan ketebalan lantai pedestrian seperti tertera pada
gambar.
 Adukan perekat untuk lantai harus betul-betul padat/penuh agar tidak terdapat rongga-
rongga dibawah ubin yang dapat melemahkan konstruksi. Sambungan antara lantai
dengan lantai harus sama lebarnya, lurus dan harus diisi dengan air semen yang warnanya
sesuai dengan warna ubin. Hasil pasangan akhir harus rata tidak bergelombang dan
waterpass.
 Keramik yang dipasang adalah yang telah diseleksi dengan baik, warna, motif keramik
harus sama tidak boleh retak, gompal atau cacat lainnya.
 Pemotongan keramik harus menggunakan alat pemotong khusus keramik (bukan gerenda
atau catut)agar hasil pemotongan rapi dan lurus.
 Sebelum keramik dipasang, keramik terlebih dahulu harus direndam air sampai jenuh.
 Pola keramik harus memperhatikan ukuran/letak dan semua peralatan yang akan
terpasang di atas saluran seperti yang tertera di dalam gambar.

39
 Awal pemasangan lantai pada rencana pedestrian dan kemana sisa ukuran harus
ditentukan, harus dibicarakan terlebih dahulu dengan Pengawas sebelum pekerjaan
pemasangan dimulai.
 Bidang dinding keramik harus benar-benar rata, garis-garis siar harus benar-benar lurus.
Siar arah horizontal pada lantai yang berbeda ketinggian harus merupakan satu garis
lurus.
 Keramik harus disusun menurut garis-garis lurus dengan siar/nat sebesar ±3 mm setiap
perpotongan siar harus membentuk dua garis tegak lurus dan harus diisi dengan bahan
supergrout.
 Siar-siar keramik diisi dengan bahan pengisi siar sehingga membentuk setengah lingkaran
seperti yang disebutkan dalam persyaratan bahan dan warnanya akan ditentukan
kemudian.
 Pembersihan permukaan ubin dari sisa-sisa adukan semen hanya boleh dilakukan dengan
menggunakan cairan pembersih untuk keramik seperti "Porstex" buatan lokal atau
sejenis.

SUB BAB IV.2


DISABILITAS

SEKSI IV.2.1. PEMASANGAN STOPPER GRANITE 30X30X1.7 CM

1. Umum
Pekerjaan ini digunakan untuk membantu memfasilitasi para penyandang
disabilitas.Pekerjaan Pasangan Stoper granite ini bisa dilaksanakan diatas lapisan konstruksi
beton bertulang yang sudah memenuhi syarat pengeringan, dan selanjutnya pemasangan bisa
dilaksanakan sesuai dengan pola yang direncanakan. Pada saat pemasangan stopper, maka
lapis permukaan Beton (lapis bawah) harus dalam kondisi kering dan bersih. Didalam
pelaksanaan pekerjaan Stoper granite ini, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain :

1.1 Bahan
a. Semen
Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton haruslah jenis semen
portland yang memenuhi AASHTO M85 kecuali jenis IA, IIA, IIIA dan IV.
Terkecuali diperkenankan oleh Direksi Pekerjaan, bahan tambahan (aditif) yang
dapat menghasilkan gelembung udara dalam campuran tidak boleh digunakan.
Terkecuali diperkenankan oleh Direksi Pekerjaan, hanya satu merk semen
portland yang dapat digunakan di dalam proyek.

40
b. Air
Air yang digunakan dalam campuran, dalam perawatan, atau pemakaian
lainnya harus bersih, dan bebas dari bahan yang merugikan seperti
minyak, garam, asam, basa, gula atau organik. Air akan diuji sesuai
dengan; dan harus memenuhi ketentuan dalam AASHTO T26. Air yang
diketahui dapat diminum dapat digunakan tanpa pengujian. Bilamana
timbul keragu-raguan atas mutu air yang diusulkan dan pengujian air
seperti di atas tidak dapat dilakukan, maka harus diadakan
perbandingan pengujian kuat tekan mortar semen + pasir dengan memakai air
yang diusulkan dan dengan memakai air suling atau minum. Air yang
diusulkan dapat digunakan bilamana kuat tekan mortar dengan air tersebut
pada umur 7 hari dan 28 hari minimum 90 % kuat tekan mortar dengan air
suling atau minum pada periode perawatan yang sama.

c. Material
Bahan yang digunakan untuk pekerjaan ini adalah merupakan keramikyang
sudah dihaluskan dan dibuatkan alur dan berpola sesuai gambar rencana dan
haruslah memenuhi hal-hal sebagai berikut :

a. Toleransi Ukuran : 0.4 %


b. Permukaan : Dibuat berpola sesuaigambar/petunjuk
direksi
c. Daya Tahan Terhadap Permukaan : Homogen dari atas sampai bawah

1.2 Pengeringan
Pasangan Stoper granite setelah selesai pelaksanaan pekerjaan harus dijaga diberi batasan
sedemikian rupa, sehingga tidak bisa dilalui/diinjak. Cacat / kerusakan pada lapis permukaan akan
memerlukan metode perbaikan secara khusus sehingga hasil perbaikan yang didapat, tidak
menimbulkan perbedaan bentuk ataupun perbedaan warna. Pengeringan, jangka waktu pengeringan
memerlukan periode waktu min 14 hari untuk bisa dilalui / dibuka.

2. Pengukuran dan Pembayaran


a. Cara Pengukuran

41
Pasangan Stoper granite akan diukur dengan jumlah luas pekerjaan yang digunakan dan
diterima sesuai dengan dimensi yang ditunjukkan pada Gambar atau yang diperintahkan
oleh Direksi Pekerjaan.

b. Dasar Pembayaran
Kuantitas yang diterima dari pekerjaan Pasangan Stoper granite sebagaimana yang
disyaratkan di atas, akan dibayar pada Harga Kontrak untuk Mata Pembayaran dan
menggunakan satuan pengukuran yang ditunjukkan di bawah dan dalam Daftar
Kuantitas. Harga dan pembayaran harus merupakan kompensasi penuh untuk seluruh
penyediaan dan pemasangan seluruh bahan yang tidak dibayar dalam Mata Pembayaran
lain.

SEKSI IV.2.2. PENGADAAN DAN PEMASANGAN PATOK PENGAMAN JALAN (BOLLARD)

1. Patok pengaman yang dimaksud adalah yang berasal dari pabrikasi.


2. Pemasangan dilakukan sebagai patok pengaman atau pembatas jalan dari kendaraan bermotor.
3. Pekerjaan ini digunakan sebagai patok pengaman untuk pejalan kaki akibat adanya persil atau
pertemuan jalan. Untuk letak penempatan safety pole disesuaikan gambar/petunjuk direksi.
4. Dimensi sesuai dengan gambar, dengan tebal tidak boleh kurang dari 2,5 mm.

SUB BAB IV.3.


PAS. KERB/CURBING TYPE B UK. 20X30X50 ; K-350

1. Persiapan Landasan Kerb (Curbing)


Lokasi yang diperlukan untuk pekerjaan ini harus dibersihkan dan digali sampai bentuk
dan ke dalaman yang diperlukan, dan landasan kerb ini harus dipadatkan sampai suatu
permukaan yang rata. Semua bahan yang lunak dan tidak sesuai harus dibuang dan diganti
dengan bahan yang memenuhi serta harus dipadatkan sampai merata.

2. Pemasangan
Kerb harus dipasang dengan teliti sesuai dengan detil, garis dan elevasi yang ditunjukkan
dalam Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. Setiap kerb
yang akan dipasang pada suatu kurva dengan radius kurang dari 20 meter harus dibuat dengan
menggunakan cetakan lengkung atau unit-unit pracetak yang melengkung.

3. Sambungan

42
Unit-unit kerb dan jenis-jenis pracetak lainnya harus dipasang dengan sambungan
yang serapat mungkin.

4. Penimbunan Kembali
Setelah suatu pekerjaan beton yang dicor di tempat mengeras dan unit-unit kerb telah
dipasang sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, maka setiap lubang galian
yang tersisa harus ditimbun kembali dengan bahan yang disetujui. Bahan ini harus diisi dan
dipadatkan sampai merata dalam lapisan-lapisan yang tidak melebihi ketebalan 15 cm. Semua
celah di antara kerb baru dan tepi perkerasan yang ada harus diisi kembali dengan jenis
campuran aspal yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan, kecuali dalam Gambar telah ditunjukkan
dengan jelas bahwa pengisian kembali ini tidak diperlukan.

5. Jalan Masuk Kendaraan Yang Memotong Trotoar


Bilamana jalan masuk kendaraan yang memotong trotoar diperlukan, maka sebagian
unit-unit kerb harus dibentuk khusus atau dipasang lebih rendah dengan peralihan yang cukup
landai sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan. Kontraktor harus menyediakan bahan kerb tersebut dan melaksanakan pekerjaan ini
sesuai dengan Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.

6. Kuat Tekan
Kuat tekan rata - rata tidak boleh kurang dari 350 Kg/Cm2 dan jumlah sample untuk 250
m’ adalah minimal 3 buah.

7. Bentuk
Bahan yang dipakai adalah Curbing dengan panjang 50 cm dengan dimensi 20 x 30 x 50
cm atau yang setara dan sesuai dengan gambar kerja, dengan ukuran sesuai dengan spesifikasi
hasil pabrikan. Bahan yang digunakan untuk kerb adalah bahan khusus buatan pabrik.

8. Penyelesaian Tepi Perkerasan


1. Sisi tepi perkerasan dipasang kerb beton pracetak dengan bentuk sebagaimana telah
tertera dalam gambar rencana atau ditentukan lain oleh Direksi Teknik dan mutu bahan
yang setara dengan beton K-350, dengan uji kuat tekan 350 kg/cm2 (cor basah).
2. Bukaan atau pelaluan air pada kanstin atau kerb harus dipasang sedemikian sehingga
dapat meloloskan aliran air dari badan jalan atau tidak terjadi genangan pada badan jalan
saat musim hujan.
3. Kontraktor harus mengadakan perbaikan kembali atas bagian - bagian yang mengalami
kerusakan.

43
SUB BAB IV.4.
SPESI 1PC : 2PS T=3 CM

1. Umum
1. Pekerjaan ini mencakup pembuatan spesi yang ditunjukan pada gambar atau seperti yang
diperintahkan oleh Direksi.
2. Ukuran/dimensi pasangan, elevasi serta kelandaian sesuai dengan gambar rencana.

2. Bahan – Bahan :
1. Semen PC 50 Kg
2. Pasir Pasang
3. Air Bersih

3. Mutu Bahan
1. Semen PC 50 Kg
Semen yang digunakan adalah :

a. Jenis Portland Cement (PC) produksi dalam negeri yang memenuhi persyaratan
yang berlaku di Indonesia.
b. Semen tidak boleh disimpan terlalu lama dan yang telah menggumpal atau
membatu tidak boleh dipakai dan harus disingkirkan.
c. Penyimpanan harus mengikuti spesifikasi serta diletakkan sedemikian rupa
sehingga mudah untuk diperiksa dan diambil.
2. Pasir Pasang
Pasir Pasang yang dipakai adalah :

a. Pasir tersebut terdiri dari butir –butir yang bersih dari segala kotoran.
b. Pasir tersebut tidak mengandung lempung atau unsur organik atau non organic
lainnya.
c. Warna hitam pekat

3. Air
Air yang digunakan dalam campuran harus bersih, bebas dari benda – benda yang
menggangu seperti minyak, garam, asam, basa, busa, gula atau organic lainnya. Air yang
diketahui dapat diminum juga dapat dipakai.

4. Prosedur Pelaksanaan
1. Adukan terdiri dari material Semen, Pasir Pasang, dan Air.

44
 Seluruh material tadi ( kecuali air ), harus dicampur, baik dalam kotak yang rapat atau
dalam alat pencampuradukan yang telah disetujui, hingga campuran telah berwarna
merata, baru sesudahnya air ditambahkan dan pencampuran dilanjutkan selama lima
sampai sepuluh menit. Jumlah air harus sedemikian hingga guna menghasilkan adukan
dengan konsistensi ( kekentalan ) yang diperlukan tetapi tidak boleh melebihi 70 % dari
berat semen yang digunakan.
 Adukan dicampur hanya dalam kwantitas yang diperlukan untuk penggunaan langsung.
Jika perlu, adukan boleh diaduk kembali dengan air dalam waktu 30 menit dari proses
pengadukan awal. Pengadukan kemlbali setelah waktu tersebut tidak boleh dilakukan.
 Adukan yang tidak digunakan dalam 45 menit setelah air ditambahkan harus di buang.
 Untuk menghasilkan campuran yang homogen (merata), pengadukan harus menggunakan
Concrete Mixer / Molen dengan kapasitas 7 m3.
 Komposisi Campuran menggunakan 1 Pc : 2 Ps, yaitu 1 bagian semen dicampur dengan 2
bagian Pasir Pasang, dalam pelaksanaan dilapangan kontraktor harus membuat kotak
takaran dari kayu dengan ukuran yang sama.
 Tebal spesi adalah 3 cm.

SUB BAB IV.5.


CUTTING ASPAL

Pekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga kerja, peralatan dan alat-alat bantu lainnya yang
diperlukan dalam pelaksanaan, hingga dapat tercapai hasil pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna.
Pekerjaan ini bertujuan untuk pemotongan asphalt dan merapikan asphalt

SUB BAB IV.6.


PENANAMAN RUMPUT GAJAH MINI

Pekerjaan penanaman rumput gajah dikerjakan sesuai dengan spesifikasi dan gambar
rencana.Jenis Tanaman yang akan ditanam meliputi :

a. Tanaman Penutup Tanah (Ground Cover)


Jenis tanaman Penutup Tanah / Ground Cover yang akan ditanam adalah tanaman jenis
Rumput Gajah Mini (Pennisetum purpureum)

Tanah yang dipakai sebagai media tanaman merupakan tanah yang subur dan diberi
pupuk. Penanaman tanaman diberi pelindung/ pagar pengaman/ sengkang agar tidak rusak
sampai pada jangka waktu tertentu, jenis maupun bentuk dari pelindung ini ditentukan sesuai
dengan gambar detail yang ada. Untuk rumput harus dilakukan perataan tanah, pemadatan,
dan pelapisan pupuk sebelum rumput ditanam. Pengerjaan tanaman dilakukan oleh tenaga

45
ahli yang berpengalaman yang sesuai dengan bidangnya. Sebelum pekerjaan dimulai, kami
akan membuat shop drawing yang disetujui oleh Konsultan Pengawas. Kami akan
menyediakan contoh (sample) tanaman sesuai dengan jenisnya tanaman untuk mendapat
persetujuan dari Konsultan Pengawas, dan Pemberi Tugas. Pengolahan tanah untuk rumput
gajah yaitu dengan mencangkul dan membuat lubang penanaman dengan kedalaman sesuai
panjang akar, sekitar 15 cm atau sesuai Gambar Kerja, kemudian diurug dengan tanah merah
yang diberi pupuk dengan perbandingan 50% : 50%. Jarak tanam antara tanaman dapat dibuat
rapat atau sesuai Gambar Kerja. Pemberian air (penyiraman) dilakukan pada pagi hari dan
waktu sore hari setelah matahari hampir terbenam, untuk menjaga penguapan (respirasi) dan
menjaga kisaran Ph tanah antara 6,5 - 7,5 atau menyemprotnya dengan fungisida.

SUB BAB IV.7.


TANAH TAMAN TEROLAH
1. -Tanah yang dipakai adaah tanah yang subur dan bebas dari sampah dan kotoran
lainnya.

2. Penambahan tanah diukur akan ketinggian dan kemiringannya tanah agar tidak terjadi
genangan air sewaktu hujan atau pada saat penyiraman.

3. Setelah pola atau bentuk tanaman telah selesai maka tanah yang telah siap dicampur
dengan pupuk kandang kemdian di aduk sampai rata, setelah itu di biarkan selama 2
atau 3 hari

SUB BAB IV.8.


SLOOF BETON UNTUK TAMAN K-225

1. Umum
Untuk Spesifikasi Secara Umum sudah di jelaskan pada BAB I Pasal 1.19. Tentang Pekerjaan
Beton Bertulang.

2. Syarat - syarat Pelaksanaan


 Pelaksanaan pemasangan pembesian harus sesuai dengan gambar rencana termasuk
penambahan angkur dan lain-lain.
 Apabila terjadi kesulitan untuk mendapatkan besi dengan diameter seperti yang
ditentukan dalam gambar rencana, maka dapat dilakukan penukaran diameter besi yang
terdekat atau kombinasi dengan catatan :

46
- Jumlah berat pembesian dalam 1 m3 beton tidak boleh kurang dari pada jumlah
berat yang tertera dalam analisa harga satuan beton bertulang di RAB atau jumlah
luas tulangan dari suatu penampang beton tidak boleh kurang dari pada luas
tulangan yang sesuai dalam gambar rencana.
- Overlapping panjang sambungan harus disesuaikan kembali berdasarkan diameter
besi yang dipilih.
- Penggantian tersebut tidak boleh mengakibatkan overlapping sambungan yang
dapat menyulitkan pembetonan atau menyampaikan vibrator.
 Pelaksana harus membuat daftar tekukan baja untuk setiap pekerjaan beton dan harus
sesuai dengan rencana.
 Tulangan baja dipasang sedemikian rupa sehingga tidak mudah bergeser pada saat
pengecoran beton.
 Tulangan harus betul-betul bebas dari bekisting dengan menempatkan potongan-
potongan kecil terbuat dari beton di antara tulangan dan bekisting, sebagai acuan selimut
beton sesuai dengan ketentuan pada BAB I Pasal 1.19.
 Pemasangan bekesting harus setepat-tepatnya, sesuai dengan sifat pekerjaannya dan
tidak boleh kelihatan bergetar atau melentur selama melaksanakan pekerjaan serta harus
mudah dibongkar tanpa merusak konstruksi.
 Celah-celah pada bekisting ditutup dengan plastik yang cukup tebal, agar air adukan pada
waktu pengecoran tidak lolos keluar.
 Sebelum adukan beton dicor, kayu-kayu bekisting harus dibersihkan dari kotoran seperti
serbuk gergaji, tanah dan lain-lain serta harus dibasahi secukupnya, dan perlu diadakan
tindakan-tindakan untuk menghindari mengumpulnya air pembasahan tersembur pada
sisi bawah.
 Pengadukan beton (adukan) dari mixer (beton molen) ketempat pengecoran harus
dilakukan dengan cara yang tidak mengakibatkan terjadinya pemisahan komponen-
komponen adukan beton dan harus sudah dicor paling lambat 30 menit sejak
pencampuran dengan air dalam mixer dengan tidak mengurangi ketentuan kualitas beton
yang disyaratkan.
 Untuk pemadatan cor-coran, digunakan alat vibrator.
 Sesudah pengecoran, beton harus dilindungi dari pengaruh panas, sehingga tidak terjadi
penguapan yang terlalu cepat.
 Persiapan perlindungan atas kemungkinan adanya hujan harus diperhatikan supaya
jangan sampai adukan yang belum mengikat rusak oleh air.
 Beton yang dibasahi paling sedikit selama 10 hari setelah pengecoran.
 Bekisting/cetakan tidak boleh dibongkar sebelum beton mencapai satu kekuatan khusus
yang cukup untuk memikul 2 x beban sendiri. Bilamana akibat pembongkaran cetakan,

47
pada bagian konstruksi akan bekerja beban-beban yang lebih tinggi daripada beban
rencana, maka cetakan tidak boleh dibongkar selama keadaan tersebut berlangsung.
 Kontraktor harus memberitahu pengawas bilamana ia bermaksud akan membongkar
cetakan pada bagian-bagian konstruksi yang utama dan minta persetujuan, tetapi dengan
adanya persetujuan itu tidak berarti kontraktor lepas dari tanggung jawab. Jadi pada
dasarnya waktu dan cara pembukaan serta pemindahan cetakan harus mengikuti
petunjuk pengawas. Pekerjaan ini harus dikerjakan dengan hati-hati dan permukaan yang
tidak beraturan harus segera diperbaiki sampai disetujui pengawas.
 Pada umumnya waktu pengikatan beton sebelum cetakan-cetakan dibongkar, yaitu
minimum 21 hari bila dengan beban konstruksi.
 Kualitas beton untuk Sloof list manhole/tanaman Cor Setempat, adalah seperti yang
sudah disebutkan di atas.
 Kontraktor tidak dibenarkan untuk membobok, membuat lubang atau memotong
konstruksi, beton yang sudah jadi tanpa sepengetahuan dan seizin Konsultan Pengawas
dan direksi pekerjaan. Ukuran dari pembuatan lubang, pemasangan alat-alat didalam
beton, dan sebagainya harus menurut petunjuk Konsultan Pengawas dan direksi
pekerjaan.

48
BAB V
PEKERJAAN SALURAN DAN PASANGAN

SUB BAB V.1.


PENGADAAN DAN PEMASANGAN U-DITCH + COVER 200.200.120 K-350 PABRIKAN

Cover U-Ditch yang dimaksud adalah Cover U-Ditch Precast yang berasal dari fabrikasi yang
mampu menahan beban kendaraan dengan penulangan sesuai gambar.

1. U-Ditch menggunakan mutu beton K-350 sesuai Fabriksai


2. Kontraktor harus memesan untuk pembuatan Cover U-Ditch Precast tersebut pada sebuah
pabrik, yang telah disetujui oleh pihak Direksi
3. Mutu, Dimensi serta Detail Cover U-Ditch Precast yang dipesan harus sesuai dengan gambar
perencanaan yang sudah disetujui oleh Direksi
4. Syarat diterimanya beton precast, pihak penyedia diwajibkan mengundang pihak pengguna untuk
melakukan inspeksi / tinjauan ke produsen melihat tahapan dan pemakaian bahan pabrikasi
5. Bila mutu pabrikasi dibawah / tidak sesuai dengan spesifikasi teknis, maka pihak pengguna
berhak menolak produk beton precast
6. Kontraktor diharuskan dapat memberikan Jaminan Spesikasi Pemesanan Cover U-Ditch Precast
(yang berisi Job Mix Formula) serta Surat Dukungan dari Pabrik (dengan melampirkan analisa
harga satuan pabrikasi) yang dikeluarkan oleh Pabrik, kepada Direksi dan Pengawas.
7. Biaya transportasi Cover U-Ditch Precast yang sudah dipesan, sepenuhnya ditanggung oleh
Kontraktor.
8. Untuk Spesifikasi Lainnya Secara Umum sudah di jelaskan pada BAB I Pasal 1.15. Tentang
Pekerjaan Beton Precast.

SUB BAB V.2.


PENGADAAN DAN PEMASANGAN TOP- BOTTOM 200.200.120 K-350 PABRIKAN

Top-Bottom yang dimaksud adalah Precast yang berasal dari fabrikasi yang mampu menahan
beban kendaraan dengan penulangan sesuai gambar.

1. U-Ditch menggunakan mutu beton K-350 sesuai Fabriksai

49
2. Kontraktor harus memesan untuk pembuatan Top-Bottom Precast tersebut pada sebuah pabrik,
yang telah disetujui oleh pihak Direksi
3. Mutu, Dimensi serta Detail Top-Bottom Precast yang dipesan harus sesuai dengan gambar
perencanaan yang sudah disetujui oleh Direksi
4. Syarat diterimanya beton precast, pihak penyedia diwajibkan mengundang pihak pengguna untuk
melakukan inspeksi / tinjauan ke produsen melihat tahapan dan pemakaian bahan pabrikasi
5. Bila mutu pabrikasi dibawah / tidak sesuai dengan spesifikasi teknis, maka pihak pengguna
berhak menolak produk beton precast
6. Kontraktor diharuskan dapat memberikan Jaminan Spesikasi Pemesanan Cover Top-Bottom
Precast (yang berisi Job Mix Formula) serta Surat Dukungan dari Pabrik (dengan melampirkan
analisa harga satuan pabrikasi) yang dikeluarkan oleh Pabrik, kepada Direksi dan Pengawas.
7. Biaya transportasi Top-Bottom Precast yang sudah dipesan, sepenuhnya ditanggung oleh
Kontraktor.
8. Untuk Spesifikasi Lainnya Secara Umum sudah di jelaskan pada BAB I Pasal 1.15. Tentang
Pekerjaan Beton Precast.

Pekerjaan Pengelasan Joint Plat

 Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini dimaksudkan untuk memperkuat sambungan antar TOP – BOTTOM

 Persyaratan Bahan
1. Electrode Baja

SUB BAB V.3.


PEKERJAAN COR SETEMPAT SALURAN BETON K-225 (BESI 136 KG)

SEKSI V.3.1. PEKERJAAN BETON

1. Uraian
a. Beton terdiri dari suatu campuran yang sebanding (proporsional) antara semen, air, dan
agregat bergradasi. Campuran beton akan mengendap dan mengeras menurut bentuk yang
diminta, diisyaratkan dan membentuk satu bahan yang padat keras dan tahan lama (awet)
yang memiliki karakteristis tertentu.
b. Agregat meliputi baik yang bergradasi kasar maupun yang bergradasi halus, tetapi jumlah
agregat halus akan dipertahankan sampai jumlah minimum yang diperlukan, yang apabila
dicampur dengan semen akan cukup untuk mengisi rongga-rongga antara agregat kasar serta
memberikan suatu permukaan akhir yang halus.

50
c. Untuk mencapai beton yang kuat dengan keawetan yang optimum, volume air yang
dimasukkan kedalam campuran harus dipertahankan sampai jumlah minimum yang
diperlukan untuk memudahkan pengerjaan selama pencampuran.
d. Bahan tambahan kepada campuran beton seperti memasukkan udara air (air entraining)
atau bahan kimia untuk memperlambat atau mempercepat waktu pengerasan, tidak
diperbolehkan kecuali diminta demikian didalam persyaratan kontrak khusus.
2. Peraturan (Code) Beton
Perbaikan yang terakhir harus sepenuhnya diterapkan kepada semua pekerjaan
beton kecuali dinyatakan secara lain atau yang mengacu kepada pemeriksaan AASHTO dan
Spesifikasi khusus yang tidak tersebut dalam PBI 1971.

3. Kelas-kelas Beton
Klasifikasi dan rujukan mutu harus seperti yang diberikan pada Tabel 1.7.

4. Toleransi
 Toleransi dimensi Struktur dengan panjang keseluruhan sampai dengan 6 meter + 5mm
Struktur dengan panjang lebih dari 6 meter +15 mm Panjang balok, slab lantai, kolom dan
dinding nol Antar Kepala Jembatan (Abutment) + 10 mm
 Toleransi posisi (dari titik acuan ) + 10 mm Alinyemen vertikal untuk kolom-kolom dan
dinding-dinding + 10 mm
 Toleransi untuk selimut beton diatas baja tulangan sampai 5 cm atau lebih 0 dan 10 mm
Selimut dari 5 cm sampai 10 cm  10 mm
5. Penyerahan-penyerahan
Kontraktor harus menyerahkan contoh-contoh semua bahan-bahan yang digunakan
untuk pekerjaan beton bersama-sama dengan data-data pengujian yang menunjukkan
kecocokkan dengan persyaratan mutu spesifikasi ini.

Apabila disyaratkan demikian oleh Direksi Teknik, Kontraktor harus menyerahkan


gambar–gambar rinci semua pekerjaan acuan yang digunakan pada pekerjaan untuk
mendapatkan persetujuan.

Kontraktor harus melaporkan kepada Direksi Teknik paling lambat 24 jam sebelum
pencampuran atau pengecoran beton.

6. Penyimpanan Bahan-bahan
 Agregat harus disampan secara terpisah sesuai dengan ukuran-ukuran untuk mencegah
terjadinya pencampuran. Semen harus disimpan secara teratur dan rapi mengikuti waktu
penyerahannya, sehingga pemakaiannya dapat diatur dan penyimpanan semen beton
kontruksi tidak boleh lebih dari 3 bulan. Semen yang sudah mengeras, tidak diijinkan
digunakan dalam pekerjaan-pekerjaan kontruksi.

51
 Selama pengangkutan semen sampai ke gudang atau lapangan kerja harus dijaga sehingga
semen tidak lembab atau kantong rusak, keadaan penyimpanan untuk bahan-bahan uyang
harus dipakai dilapangan, harus memnuhi persyaratan yang disebutkan dalam pasal-pasal
mengenai karakteristik bahan (NI-3) dan spesifikasi penyimpanan bahan-bahan (PBI 1971,
pasal 3,9 )

7. Kondisi Cuaca
Pada umumnya, pencmpuran, pengangkatan dan pengecoran beton harus dilakukan pada
cuaca kering. Apabila keadaan cuaca tidak menentu, kontraktor harus mengambil tindakan
pencegahan yangdiperlukan untuk melindungi campuran beton terhadap hujan. Dan Direksi
Teknik harus menentukan apakah pencampuran dan pengecoran beton akan dilanjutkan atau
ditunda sampai membaiknya keadaan cuaca.

Kontraktor tidak boleh menuntut penggantian terhadap kerusakan beton yang ditolak karena
hujan.

8. Perbaikan –perbaikan pekerjaan beton yang tidak memuaskan


Pekerjaan beton yang tidak memenuhi persyaratan spesifikasi mengenai toleransi
(kelonggaran), sifat campuran beton, atau penyelesaian akhir permukaan, harus diperbaiki
menurut perintah Direksi Teknik dan dapat meliputi :

 Perubahan prebandingan campuran Pembongkaran atau perkuatan bagian-bagian pekerjaan


yang dinyatakan tidak memuaskan oleh Direksi Teknik.
 Perawatan tambahan bagian-bagian yang pengujian-pengujian betonnya ternyata tidak
memuaskan.
 Dalam hal terjadinya perselisihan antara Kontraktor dan Direksi Teknik mengenai mutu
pekerjaan beton Direksi Teknik akan meminta Kontraktor untuk melakukan pengujian lagi,
untuk dapat membuat penilaian mutu yang benar.

9. Bahan
a. Semen
 Semen yang digunakan untuk pekerjaan Beton harus dipilih berasal dari salah satu jenis
P.C. (Portland Cement) berikut ini, yang memenuhi spesifikasi AASTHO M85
Tipe I : Pemakaian umum tanpa sifat-sifat khusus

Tipe II : Pemakaian umum dengan ketahanan terhadap sulfat yang

moderat (sedang)

52
Tipe III: Digunakan jika diperlukan pencapaian kekuatan awal yang

tinggi

Tipe IV: Digunakan jika dipergunakan panas hidrasi yang rendah

Tipe V : Digunakan jika diperlukan ketahanaan (resistensi) terhadap

sulfat yang tinggi

 Kecuali diijinkan secara lain oleh Direksi Teknik, semen yang digunakan pada pekerjaan
harus diperoleh dari satu sumber teknik.
b. Air
 Air yang digunakan untuk bahan pencampuran dan perawatan beton harus bersih dan
bebas dari bahan-bahan yang berbahaya seperti oli, garam,asam, alkali, gula atau bahan-
bahan organic. Direksi Teknik dapat meminta kontraktor untuk mengadakan pengujian
air yang berasal dari suatu sumber yang dipertimbangkan mutunya meragukan (Rujukan
Pengujian AASHTO T 26)
c. Agregat
 Persyaratan umum
1. Agregat untuk pekerjaan harus terdiri dari campuran agregat kasar dan halus, berisi
batu pecah yang bersih, keras dan awet atau kerikil sungai alam harus dicuci.
2. Agregat tersebut harus memenuhi persyaratan gradasi yang diberikan pada Tabel
5.1 dan dengan keadaan mutu (sifat) yang diberikan pada Tabel 5.2.
3. ukuran maksimum agregat kasar tidak boleh lebih besar dari tiga perempat ruang
bebas minimum diantara batang-batang tulangan atau antara batang tulangan dan
cetakan (acuan)
4. Agregat halus harus bergradasi baik dari kasar s/d halus dengan hampir seluruh
partikel lolos saringan 4,75 mm
5. Semua agregat halus, harus bebas dari sejumlah cacat kotoran organic, dan jika
dimintakan demikian oleh Direksi Teknik harus diadakan pengujian kandungan
organic menggunakan pengujian chlorimetric AASTHO T21 setiap agregat yang gagal
test warna, harus ditolak.
6. Pasir laut tidak boleh digunakan untuk beton kontruksi.
 Gradasi agregat
Gradasi agregat kasar dan agregat halus harus memenuhi persyaratan Tabel 5.1. berikut
ini, namun bahan-bahan yang tidak memenuhi persyaratan gradasi ini tidak perlu ditolak apabila
Kontraktor dapat menunjukkan (berdasarkan campuran percobaan dan pengujian ) bahwa dapat
dihasilkan beton yang memenuhi persyaratn sifat-sifat campuran yang diuraikan.

53
Tabel 5.1 Persyaratan Gradasi Agregat

Ukuran Saringan Prosentase Lolos Berdasarkan Berat

Standart Imperial Agregat


Pilihan Agregat Kasar
(mm) (inches) Halus

50 2   100      

37 1½   95 - 100 100    

25 1   - 95 - 100 100  

19 ¾   35 - 70 - 90 - 100 100

13 ½   - 25 - 60 - 90 - 100

9,5 3/8 100 10 - 30 - 20 - 55 40 - 70

4975 #4 95 - 100 0-5 0 - 10 0 - 10 0 - 15

2,36 #8 - - 0-5 0-5 0-5

1,18 # 16 45 - 80   - - -

0,3 # 50 10 - 30        

0,15 # 100 2 - 10        

54
 Syarat-Syarat Mutu Agregat
Agregat untuk pekerjaan beton harus memenuhi syarat-syarat mutu berikut ini yang
diberikan pada Tabel 5.2. dibawah.

Tabel 5.2. Persyaratan Gradasi Agregat

Batas Pengujian

Uraian Agregat Agregat


Kasar Halus

Kehilangan berat karena abrasi (500


40% -
putaran)

Kehilangan kesempurnaan sodum sulfat


12% 10%
setelah 5 putaran

Prosentase gumpalan lempung dan partikel


2% 0.5%
serpih

Bahan-bahan yang lolos saringan 0,075 mm


1% 3%
( # 200 )

 Filler (bahan pengisi) Sambungan

10. Perencanaan Campuran Beton


a. Persyaratan Perencanaan Campuran (Berdasarkan Berat)
Untuk semua pekerjaan beton kontruksi dan pekerjaan beton utama, perbandingan –
perbandingan bahan untuk perencanaan campuran harus ditentukan menggunakan cara yang
ditetapkan dalam PBI terakhir, dan harus sesuai dengan batasan yang diberikan pada Tabel 1.7.
gradasi dan ukuran maksimum agregat harus sesuai dengan pilihan agregat kasar yang diberikan
pada Tabel 5.3.

55
Tabel 5.3. Perbandingan (Proporsi) Desain Campuran Beton (Berdasarkan Berat)

Ukuran Agregat Maks. Perbandingan Air Semen


Yang Disarankan ( mm ) Optimum
Berat
Semen
Kelas Beton
Total
(Kg/m3)

Perbandingan Dengan
Kelas A Kelas B
(Ratio) Berat Kg/m3

K 400 > 425 25 19 0.35 150

K 350 425 25 19 0.42 180

K 275 400 25 19 0.42 170

K 175 300 37.5 25 0.5 150

K 125 250 50 25 0.52 130

B/IO 225 50 37.5 0.6 135

K 225 (di 25.0 atau


400 37.5 0.53 210
dalam air) 19.0

Catatan : Berat semen total yang diperlukan untuk K - 400 harus ditentukan oleh
persyaratan kekuatan yang diperlukan

b. Persyaratan Perencanaan Campuran (berdasarkan volume)


Untuk pekerjaan beton kecil dan tergantung persetujuan Direksi Teknik secara tertulis.
Bahan-bahan untuk beton dapat ditakar berdasarkan volume atau suatu kombinasi berat dan
volume. Tindakan pencegahan berikut ini harus dilakukan.

 Semen harus selalu diukur berdasarkan berat 40 kg tiap kantong.

56
 Agregat dapat diukur berdasarkan volume, menggunakan kotak-kotak ukuran yang
direncanakan secara baik dengan kapasitas yang ditentukan secara jelas. Kotak-kotak
tersebut harus diisi sampai berlebih dan agregat lebihan (surplus) diratakan dengan
perata diatas.
 Jika pasir diukur berdasarkan volume, harus diperhitungkan volume tambahan pasir
yang mengembang karena kadar air.
1. Pasir basah biasanya akan mengembang kurang lebih 25% berdasarkan volume dan
untuk pekerjaan yang kecil, nilai-nilai berikut dapat diambil untuk kadar air pada
Tabel 5.4.
2. Jika diperlukan demikian oleh Direksi Teknik, pengujian lapangan harus dilakukan
untuk menetukan besarnya pengembangan.

Tabel 5.4. Kondisi Pasir

Kondisi Pasir Kandungan Air

Pasir Amat Basah 100 – 130 kg/m3

Pasir Basah Sedang 60 – 65 kg/m3

Pasir Lembab 30 – 35 kg/m3

3. Jika diperlukan demikian oleh Direksi Teknik, pengujian lapangan harus dilakukan
untuk menetukan besarnya pengembangan.
 Air untuk Pencampuran harus diukur secara teliti dalam sebuah tempat yang sesuai.
 Penakaran beton berdasarkan volume, akan dipilih dari salah satu campuran berikut
yang diberikan pada Tabel 5.5.

57
Tabel 5.5. Perbandingan Campuran Beton Untuk Pekerjaan-Pekerjaan Kecil (Berdasarkan
Volume)

Campuran Volume Untuk 200 Kg Beton Kelas Pekerjaan


Nominal
(Dengan
Pasir (m3) Air (Liter)
Volume
Bahan Kering) Semen 40 Agregat
Campuran Kg Kasar
Nominal Kantong (m3)
(Dengan Lembab Kering Lembab Kering
Volume
Bahan Kering)

Gelegar,pelat
1:2:3 5 0.34 0.28 0.42 54 100 lantai,kolom
bertulang

Pelat lantai,
beton
1:2:4 5 0.34 0.28 0.57 82 109
bertulang,dan
tanpa tulang

Beton massa,
dinding
1 : 2,5 : 5 5 0.41 0.34 0.68 95 132
penahan dan
pekerjaan

Umum Pondasi
1:3:6 5 0.51 0.85 0.85 114 154
beton massa

c. Campuran percobaan
Kontraktor harus memastikan perbandingan campuran dan bahan-bahan yang diusulkan
dengan membuat dan mengadakan pengujian campuran percobaan yang disaksikan oleh Direksi
Teknik, menggunakan peralatan jenis yang sama seperti yang digunakan dalam pelaksanaan
pekerjaan. Campuran percobaan akan diperlakukan dapat diterima, asalkan hasil-hasil pengujian
memuaskan dan memenuhi semua persyaratan perbandingan campuran seperti ditentukan
dalam Tabel V.6.

58
d. Persyaratan Sifat-sifat campuran
 Semua beton yang digunakan dalam pekerjaan harus memenuhi persyaratan kekuatan
tekan dan slump (penurunan seperti ditetapkan dalam Tabel 5.6. di bawah atau yang
disetujui Direksi Teknik, bilamana contoh bahan, perawatan dan pengujian-pengujian
sesuai dengan pengujian yang disebutkan dalam spesifikasi ini.
Tabel 5.6. Persyaratan Sifat Campuran Beton

Kekuatan Tekan Minimum Kg/cm2


Slump Yang Diijinkan
(mm)
Kelas Silinder 15 cm x 30
Kubus 15 cm
Beton cm
Tanpa
Digetar
Getar
7 Hari 28 Hari 7 Hari 28 Hari

K 400         40 – 60  

K 350 225 350 190 290 40 – 60  

K 275 175 275 145 230 40 – 60  

K 225 14 225 120 185 40 – 60  

K 175 110 175 90 145 40 – 60 50 - 80

K 125 80 125 65 100   40 – 100

K 225
(dalam 145 225 120 185   75 - 175
Air)

Catatan : untuk pengujian kekuatan tekan yang dilakukan dengan contoh uji
silinder persyaratan kekuatan harus diturunkan menjadi sekitar 83 % dari
kekuatan kubus

 Beton untuk pekerjaan – pekerjaan kecil yang ditakar berdasarkan volume sesuai dengan
Tabel 5.7. harus memenuhi persyaratan kekuatan tekan dan slum minimum yang
diberikan pada Tabel 5.7.

59
Tabel 5.7. Sifat-Sifat Campuran Beton Untuk Pekerjaan Kecil.

Kekuatan Tekan Minimum Kg/cm2

Slum Yang
Campuran Silinder 15 cm x 30
Kubus 15 cm Diijinkan (mm)
Nominal cm
(Tanpa Getar)

7 Hari 28 Hari 7 Hari 28 Hari

1:2:3 175 260 145 215 -

1:2:4 150 210 125 175 60 – 100

1 : 2,5 : 5 90 125 75 100 40 – 100

1:3:6 - - - - -

 Beton yang tidak memenuhi persyaratan slump, pada umumnya akan dianggap di bawah
standart dan tidak boleh digunakan dalam pekerjaan, terkecuali Direksi Teknik dapat
menyetujui penggunaan terbatas beton tersebut untuk pekerjaan dengan kelas rendah.
Bilamana hasil-hasil pengujian 7 hari memberikan kekuatan di bawah yang ditentukan
Kontraktor tidak boleh mengecor setiap beton berikutnya, sampai masalah hasil-hasil
kekuatan di bawah ketentuan tersebut diketahui dan Kontraktor telah mengambil
langkah-langkah demikian yang akan meyakinkan bahwa produksi beton memenuhi
persyaratan spesifikasi sehingga memuaskan Direksi Teknik. Beton yang tidak memenuhi
kekuatan tekan 28 hari yang ditetapkan pada Tabel 1.10. dan 1.11. akan dianggap tidak
memuaskan dan pekerjaan-pekerjaan tersebut harus di perbaiki seperti yang ditetapkan
pada Bab 1.19.1 (8) Direksi Teknik akan memperhitungkan kemungkinan cacat-cacat
karena kesalahan pengambilan contoh bahan, perbedaan-perbedaan dalam statistik
persiapan contoh uji yang buruk, dan dapat meminta pengujian-pengujian lebih lanjut
untuk dilaksanakan sebelum mengambil putusan akhir.
e. Penyesuaian Campuran
 Penyesuaian Kemudahan dikerjakan
1. Bilamana tidak memungkinkan mendapatkan beton campuran yang dikehendaki
dan kemudahan dikerjakan dengan perbandingan –perbandingan yang ditetapkan
menurut aslinya, Direksi Teknik akan memerintahkan perubahan-perubahan dalam
berat atau volume agregat sebagaimana yang diperlukan asalkan kandungan semen
yang ditunjukkan menurut calon aslinya tidak diganti atau perbandingan air semen
yang ditetapkan dengan pengujian kekuatan tekan untuk kekuatan yang memadai
tidak dilampaui.
2. Mengaduk kembali beton yang telah dicampur dengan menambah air atau dengan
cara lain tidak diperbolehkan. Campuran tambahan untuk meningkatkan

60
kemudahan dikerjakan, dapat diizinkan tergantung kepada persetujuan Direksi
Teknik seperti dinyatakan dibawah.
 Penyesuaian kekuatan
1. Bilamana beton tidak memenuhi kekuatan yang telah ditentukan atau telah
disetujui, kadar semen harus ditambah seperti diperintahkan oleh Direksi Teknik
2. Tidak ada perubahan semen atau sifat bahan-bahan akan dibuat tanpa perintah
tertulis Direk Teknik serta tidak ada bahan-bahan baru yang akan digunakan sampai
Direksi Teknik telah menyetujui bahan-bahan tersebut secara tertulis dan telah
diusulkan perbandingan-perbandingan baru berdasarkan pengujian campuran
percobaan yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor.
 Bahan Campuran Tambahan (additive)
1. Jika dimintakan demikian untuk kontrak khusus atau menurut perintah Direksi
Teknik secara tertulis, bahan campuran tambahan dapat digunakan untuk
meningkatkan mutu beton, pengikatan dan waktu mengeras. Jenis serta Volume
bahan campuran tambahan tersebut harus disetujui oleh Direksi Teknik dan akan
digunakan secara ketat sesuai dengan petunjuk pabrik pembuat.
2. Kemanfaatan bahan campuran tambahan tersebut harus diuji dalam campuran
percobaan sebelum pemakaian penuh dalam pekerjaan di lapangan.
11. Pelaksanaan Pekerjaan
a. Pencampuran Beton di lapangan
 Mencampur dengan pencampur ( mixer) beton
Beton akan dicampur di lapangan dengan sebuah pencampur yang dijalankan dengan
mesin serta jenis yang disetujui mengenai syarat dan ukuran-ukuran menjamin suatu
campuran yang merata/ homogen.

 Untuk semua pekerjaan besar dan jika diminta demikian oleh Direksi Teknik, pencampur
tersebut harus dilengkapi dengan sarana penyimpanan air dan satu sarana pengukuran
untuk mengndalikan jumlah air dalam setiap takaran.
 Waktu pencampuran tidak boleh kurang dari 1,5 menit untuk mesin-mesin sampai
kapasitas 0,4 m3. diatas ukuran ini jangka waktu pencampuran minimum harus
ditambah 15 detik untuk setiap penambahan 0,112 m3 campuran beton
 Pencampur (mixer) tersebut pertama-tama harus dimuati diisi dengan agregat yang
sudah ditakar beserta semen dan dicampur kering untuk waktu yang pendek sebelum
ditambah air.
 Sebelum mencampurkan satu takaran beton baru, mesin pengaduk harus dikosongkan
sama sekali dari takaran sebelumnya.
b. Pencampuran dengan tangan

61
Untuk pekerjaan-pekerjaan kecil, dan yang tidak dimungkinkan menggunakan sebuah
pencampur mesin (mixer) Direksi Teknik dapat menyetujui pecampuran beton secara manual
sesuai dengan prosedur berikut ini :

 Pencampuran dengan tenaga harus dilakukan diatas satu permukaan (alas) yang keras
bersih dan kedap air.
 Urutan pencampuran haruslah :
1. Ukurlah volume agregat kasar dan agregat halus yang diperlukan dengan alat
takaran kotak dan tempatkan agregat halus diatas agregat kasar
2. Tempatkan kantong semen diatas agregat, buka dan tuangkan semen tersebut
3. Aduklah bahan-bahan kering tersebut berkali-kali, sehinggga bahan-bahan
tercampur menyeluruh.
4. Tambahkan air, lebih baik dengan sebuah kaleng yang dilengkapi dengan ujung
semprotan, campurkan terus dan aduklah dengan sekop sampai beton tersebut
mempunyai warna yang seragam dengan kekentalan yang merata.
c. Penyiapan Lapangan
 Lapangan pekerjaan untuk penempatan beton harus disiapkan dan semua penanganan
yang diperlukan diselesaikan hingga disetujui Direksi Teknik. Bahan –bahan harus telah
diuji dan ditempatkan yang baik, serta peralatan dalam keadaan bersih siap untuk
digunakan.
 Semua penunjangan, pondasi – pondasi dan galian –galian harus diperiksa dan disetujui
oleh Direksi Teknik serta dirawat dalam keadaan kering sebelum beton dicor.
 Semua acuan, penulangan dan saran-saran pelengkap lainnya harus ditempatkan secara
benar dan secara aman dan didukung untuk mencegah penggeseran.
d. Acuan / Cetakan
Acuan /cetakan harus dari bahan yang disetujui dan siap pakai serta cocok untuk
jenis dan letak pekerjaan beton yang harus dilaksanakan serta harus memenuhi persyaratan
berikut:

 Acuan/ cetakan fabrikasi dapat dari kayu atau baja dengan sambungan yang kedap
pengecoran, pemadatan dan perawatan mengeras beton. Permukaan sebelah dalam
dari acuan / cetakan harus bersih dari setiap kotoran lepas atau bahan-bahan lain
sebelum penggunaan, dan harus disiram air sampai jenuh atau diolesi dengan minyak
mineral anti karat sebelum digunakan.
 Kayu dengan permukaan kasar (tidak diserut) dapat digunakan untuk permukaan
bangunan yang tidak kelihatan (expose) tetapi kayu diserut dengan tebal yang rata harus
digunakan untuk permukaan yang kelihatan

62
 Ujung –ujung tajam sisi dalam acuan harus dibuat tumpul kecuali diperintahkan lain oleh
Direksi Teknik, menggunakan ganjalan segitiga dengan lebar paling sedikit 20 mm
dipasang di sudut penampang.
 Penguatan acuan cetakan terdiri dari baut-baut, klerap atau sarana lain yang digunakan
menurut keperluan untuk mencegah merenggangnya acuan pengecoran beton, dan
acuan tersebut harus dibuat sedemikian hingga di bongkar tanpa merusak permukaan
beton jadi ( selesai )
 untuk pengecoran beton pada penunjang dan pondasi acuan tanah dapat digunakan
yang tegantung pada persetujuan Direksi Teknik & Beton akan didukung oleh galian yang
dibentuk dengan baik yang sisi dan dasarnya dirapikan dengan tangan sampai ukuran
yang diperlukan.
 Acuan untuk beton yang dicor dibawah air harus kedap air dan di jamin kekakuannya
untuk mencegah suatu penggeseran.
e. Mengangkut dan menempatkan Beton
 Pengangkutan beton campuran dari tempat penyampuran hingga tempat pengecoran
dilaksanakan secara halus dan secara efisien untuk mencegah segregasi dan kehilangan
bahan-bahan (air, semen, atau agregat)
 Pengangkutan campuran beton dan penempatan dengan peluncur yang disetujui Direksi
Teknik mengenai waktu pengangkutan, panjang dan kemiringan peluncur serta cara
pelaksanaan.
 Penuangan Beton tidak boleh dimulai sampai acuan, penulangan dan persiapan lainnya
telah diselesaikan sesuai dengan persyaratan spesifikasi dan telah diperiksa serta
disetujui oleh Direksi Teknik, untuk keperluan ini Kontraktor harus memberitahu Direksi
teknik paling lambat 24 jam sebelumnya.
 Beton harus dicampur dan dicor dalam posisi final didalam jangka waktu 60 menit atau
dalam waktu yang lebih pendek sebagaimana diminta Direksi Teknik berdasarkan jenis
semen yang digunakan.
 Beton harus dituangkan dalam satu cara hingga tidak terjadi segregasi agregat, dan tidak
ada beton yang harus dijatuhkan secara bebas dari satu ketinggian lebih besar dari 1,50
meter
 Pengecoran beton harus dilaksanakn sebagai satu pekerjaan yang menerus tanpa
penghentian sampai akhir yang dipersiapkan sebelumnya.
 Beton yang dituangkan untuk konstruksi dengan penulangan yang rapat dan untuk
dinding-dinding beton yang sempit harus ditempatkan dalam lapisan Horisontal dengan
tebal tidak lebih dari 15 cm.
f. Pengecoran Beton dalam Air

63
Pengecoran beton dalam air hanya akan diizinkan jika ditemukan atau diminta demikian
untuk keperluan perencanaan cara yang harus disetujui secara tertulis oleh Direksi Teknik dan
persyaratan berikut harus diterapkan :

 Dalam semua hal Beton tersebut harus dibatasi dan tidak diizinkan bercampur dengan
air sampai selesai pengecoran dan cara yang harus dipilih dari :
1. Pengecoran beton dengan pemompaan
2. Pengecoran beton dengan alat tremic
3. Pengecoran beton dengan alat bucket (ember) yang menuang dibawah.
 Peralatan yang digunakan harus diperiksa dan disetujui oleh Direksi Teknik sebelum
digunakan dan bilamana diminta demikian, Kontraktor harus melaksanakan satu uji coba
menunjukkan (memperlihatkan) keefektifan peralatan tersebut.
 Selama pengecoran harus diberikan perhatian yang menjamin bahwa beton tersebut
tidak tercampuri dengan air karena kesalahan sambungan-sambungan atau kerusakan
alat. Setiap kegagalan akan menjadi tanggung jawab Kontraktor, yang akan mengambil
tindakan pencegahan dan diminta untuk membongkar dan mengganti beton yang rusak
tersebut sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Teknik.
g. Sambungan kontruksi
Lokasi sambungan –sambungan kontruksi bagi setiap struktur harus ditentukan
sebelumnya, dan ditunjukkan pada gambar rencana, serta harus disetujui oleh Direksi Teknik
sebelum mulai pelaksanaan persyaratan umum berikut ini harus diterapkan :

 Sambungan Kontruksi tidak boleh ditempatkan pada penyambungan pada bagian –


bagian structural kecuali ditentukan lain sebelumnya
 Semua sambungan konstruksi harus tegak lurus kepada garis tegangan utama dan
ditempatkan pada titik-titik dengan geseran minimum.
 Apabila sambungan tegak diperlukan, batang –batang tulangan harus ditempatkan
memotong sambungan-sambungan untuk membentuk kontruksi yang monolit.
 Sambungan lidah paling sedikit 4 cm dalamnya. Disediakan untuk sambungan kontruksi
dalam dinding plat lantai dan antara kaki-kaki dan dinding-dinding
 Sambungan kontruksi harus dibuat menembus dinding sayap
 Dalam hal penundaan pekerasan yang tidak terencana dikarenakan hujan atau
kemacetan pemasokan beton, Kontarktor harus menyediakan tambahan tenaga dan
bahan –bahan yang diperlukan untuk membuat sambungan kontruksi tambahan
menurut Perintah direksi Teknik.
h. Pemadatan Beton
 Beton harus dipadatkan dengan mesin penggetar didalam yang disetujui, apabila
diperlukan dilengkapi dengan pemampatan adukan beton

64
 Pemadatan manual hanya diizinkan jika disetujui dan akan terdiri dari pemadatan
tumbuk (cerucuk) didalam campuran beton dengan tongkat pemadat bersama-bersama
dengan permukaan yang menerus sisi luar cetakan.
 Pemadatan dengan penggetar dan pemadat tumbuk (cerucuk) harus dibatasi sampai
waktu yang diperlukan untuk menghasilkan pemadatan yang memasukkan tanpa
menyebabkan segregasi bahan-bahan.
 Penggetar didalam harus dilaksanakan dengan memasukkan batang penggetar kedalam
beton cor yang masih segar bebas penulangan. Alat penggetar harus dimasukkan ke
dalam campuran beton sejajar dengan sumbu memanjang & dan digetar selama 30 detik
pada setiap lokasi berjarak masing-masing 45 cm (lihat PBI 71).
 Jumlah penggetar yang diperlukan harus ditentukan dengan volume beton yang dicor
setiap jam, dengan persyaratan minimum dua penggetar untuk beton empat meter
kubik.
i. Penyelesaian dan Perawatan Beton
 Pembongkaran Cetakan
1. Tidak ada acuan yang boleh di bongkar sebelum beton telah cukup kaku dan
mengeras dan telah meraih kekuatan yang cukup untuk berdiri (mendukung)
sendiri. Harus diperoleh izin dari Direksi Teknik sebelum pembongkaran
berlangsung, namun hal ini tidak boleh melepaskan tanggung jawab Kontraktor
terhadap keselamatan pekerjaan.
2. Jangka waktu minimum yang memperbolehkan antara pengecoran dan
pembongkaran acuan diberikan pada Tabel 5.8.
Tabel 5.8. Waktu Untuk Membongkar Acuan

Lokasi Dalam Struktur Waktu Minimum Persyaratan Kekuatan

Pinggir dinding, kolom,


24 Hari
balok, kerb
Acuan yang didukung oleh
penyokong atau perancah
lain, 12 – 14 hari tidak Boleh
Dasar lantai (Slab) 12 - 14 Hari dibongkar sampai beton
tersebut telah meraih paling
sedikit 60% kekuatan
Dukungan dibawah rencana
gelegar bawah,
14 Hari
balok,rangka atau
lengkungan

65
3. Untuk memudahkan penyelesaian acuan cetakan yang digunakan pada pekerjaan
hias, tangga, parapet dan lain-lain dapat di bongkar setelah 12 jam.
 Permukaan jadi (selesai)
1. Kecuali diperkenankan lain permukaan beton harus diselesaikan segera setelah
pembongkaran cetakan. Setelah sarana penunjang dari kayu atau dari logam dan
lidah-lidah tonjolan dari adukan harus dibongkar
2. Permukaan yang tidak sempurna harus dibuat bagus hingga disetujui Direksi Teknik.
Apabila ada rongga –rongga besar nampak keluar, beton harus disambungkan
kembali sampai bahan yang keras, dibasahi dengan air dan dilapisi dengan lapisan
adonan semen tipis. Adukan beton terdiri dari satu bagian semen dan dua bagian
pasir harus dilapiskan kemudian sampai bentuk permukaan yang diperlukan..

 Perawatan Beton
1. Dimulai segera setelah pengecoran beton harus dilindungi terhadap hujan lebat,
panas matahari, atau setiap kerusakan fisik yang dapat menggeser beton tesebut.
2. Untuk menjamin pengerasan dan hidrasi, beton harus dirawat dengan menutup
dengan pasir basah, anyaman atau selimut rawatan yang harus direndam dengan air
untuk jangka waktu paling sedikit 3 hari dan kemudian dirawat dalam keadaan
lembab untuk 4 hari berikutnya.
3. Cetakan yang terpasang harus juga dijaga tetap basah.
 Pemeriksaan Akhir Pekerjaan Beton
Pada umumnya, pekerjaan beton tersebut dapat diterima setelah berumur 28
hari, pada gambar rancangan telah dipenuhi selengkapnya. Penyimpangan terhadap
gambar rancangan, spesifikasi –spesifikasi dan atau petunjuk-petunjuk Direksi Teknik
yang dapat menyebabkan kesalahan atau kerusakan kepada pekerjaan –pekerjaan yang
dimaksud dan memerlukan beton tersebut harus dibongkar dan harus diperbaruhi
merupakan tanggung jawab kontraktor dan biaya untuk perbaikan atau pembaharuan
harus sepenuhnya ditanggung oleh kontraktor.

12. Pengendalian Mutu


a. Pengujian-pengujian Laboratorium
Pengujian-pengujian laboratorium berikut ini harus merupakan rujukan dan pengujian-
pengujian dilaksanakan seperti diperintahkan oleh Direksi Teknik untuk memenuhi
persyaratan-persyaratan spesifikasi ini.

66
Tabel 5.9. Pengujian Laboratorium Untuk Beton

Referensi Test
Test Tipe
AASTHO Bina Marga

Analisa saringan Untuk memenuhi persyaratan gradasi


agregat halus dan T 27 PB 0201 -76 menentukan ukuran dan distribusi partikel
kasar agregat kasar dan agregat halus

Menentukan kekeruhan organic dengan


Kekeruhan organic
menggunakan larutan Sodium Hydroxida
dalam pasir untuk T 21 PB 0207 -76
dan mengacu kepada penyelesaian (solusi)
beton
warna standart

Jumlah bahan-bahan Menentukan total volume bahan-bahan


yang lebih halus dari yang lebih halus dari 0,075 mm Catatan :
T 11 PB 0208 -76
saringan 0,075 Mungkin diperlukan penerapan prosedur
dalam agregat bash dan prosedur kering di bawah T 27

Mutu air yang harus


digunakan Penetuan keasaman dan alkalinitas, total
dalambeton zat pada dan inorganic
T 26 dan T
gumpalan lempung PB 0301 -76 Menetukan dengan % gumpalan lempung
112
dan partikel dan partikel-partikel pecahan dasar agregat
pecahan dalam halus (setelah pengujian T11)
agregat

Kekerasan agregat T 104 - Menentukan kekerasan agregat terhadap


oleh penggunaan kerusuhan cuaca
sodium Sulfat dan
Magnesium Sulfat

67
Ketahan terhadap
abrasi agregat kasr
ukuran kecil dengan T 96 PB 0206 -76 Tes abrsai untuk agregat kasr < 37,5 mm
menggunakan mesin
Los Angeles

Pengujian kekuatan tekan contoh bahan


Kekuatan tekan
beton pada 7 hari dan 28 hari memenuhi
contoh uji beton T 22 -
persyaratan spesifikasi 9 tabel referensi
Silinder
6.4.3 (3) dan 6.4.3. (4)

b. Pengendalian Lapangan
Pengujian –pengujian pengendalian lapangan berikut ini harus dilaksanakn untuk
memenuhi persyaratan spesifikasi. Memotong suatu contoh bahan inti beton dan
pemulihannya harus dikerjakan oleh Kontraktor memenuhi perintah dan berdasarkan
persetujuan oleh Direksi Teknik.

Tabel 5.10. Persyaratan Pengendalian Lapangan

Test Pengendalian Prosedur

Mengecor dan merawat Pemeriksaan setiap hari untuk persiapan pekerjaan galian, cetakan,
beton penulangan, dan untuk pemadatan penyelesaian, serta perawatan

Pemeriksaan setiap hari catatan-catatan dan jadwal kerja Kontraktor,


Pembongkaran cetakan
pemriksaan dan persetujuan untuk pembongkaran

Test untuk pengembangan Test-test pengendalian yang sederhana harus dilakukan jika diminta
agregat halus oleh Direksi Teknik untuk menentukan kandungan air dalam agregat
sebelum pencampuran

68
Test slum untuk
kekentalan dan kemudian
Test penurunan (slump) untuk setiap takaran besar hasil, beton, dan
dikerjakan, campuran
seperd serta jika diminta oleh Direksi Teknik
Beton basah AASTHO –
T119 PC 0101 - 7

Satu test kekuatan tekan (dengan tiga contoh bahan uji) yang harus
dilakukan untuk setiap, 60 m3 beton campuran yang di cor. Sebagai
Test kekuatan beton tambahan paling sedikit satu test untuk setiap bagian struktur yang
AASTHO – T22 terpisah. Dimana mutu beton menjadi perselisihan, contoh bahan uji
inti harus, dipotong dan di uji seprti di perintahkan oleh Direksi
Teknik

Test agregat halus halus


Test untuk dilakukan seperd dan jilm diperintahkan oleh Direksi
gumpalan lempung dan
Teknik, untuk memriksa mutu, agregat halus : atau pasir yang
pertikel-partikel percobaan
digunakan di lapangan.
AASTHO- T 112

13. Cara Pengukur Pekerjaan


a. Volume beton yang harus diukur untuk pembayaran haruslah jumlah dalam meter kubik
beton yang digunakan dan diterima didalam pekerjaan yang sesuai dengan ukuran – ukuran
yang ditunjukkan pada gambar rencana beserta kelas-kelas beton atau seperti diperintahkan
oleh Direksi Teknik. Tidak ada pengurangan volume beton yang diambil beserta pipa atau
barang lain yang ditanam seperti penulangan penghentian air (water stop), lubang-lubang
drainase dan pipa-pipa berdiameter 20 cm atau kurang.
b. Beton yang haru dicor dan diterima untuk pengukuran dan pembayaran, seperti :
 Beton bertulang struktural kelas K-175 : K-225 : K-275 : K-350 dan K-400 (kelas yang
sebenarnya harus dicantumkan dalam daftar penawaran)
 Beton tidak bertulang kelas K-125 dan B - 0
c. Tidak ada tambahan kelonggaran atau pengukuran akan dibuat untuk galian atau pekerjaan
persiapan lainnya bagi acuan cetakan perancah untuk balok-balok dan slab (lantai) dengan
panjang 5 meter atau kurang pemompaan, penyelesaian perawatan, penyediaan lubang

69
lepas dan kembali terhadap struktur beton yang baru saja selesai. Semua pekerjaan-
pekerjaan yang berhubungan dengan penyelesaian untuk penawaran untuk pekerjaan beton.
d. Akan disediakan secara terpisah untuk pengukuran dan pembayaran lain bagi pekerjaan
cetakan yang digunakan dalam pelaksanaan beton yang sesuai dengan item, Volume baja
tulangan, bahan filter porous dan item pembayaran lain yang digunakan dalam pekerjaan
tersebut tidak boleh diukur untuk pembayaran dibawah bab ini tetapi akan diukur dan
dimasukkan untuk pembayaran terpisah yang disediakan ditempat lain dalam spesifikasi ini
e. Apabila perbaikan-perbaikan pekerjaan beton yang tidak memuaskan telah diperintahkan
sesuai dengan Seksi V.3.2(8) spesifikasi ini tidak ada pembayaran tambahan yang dibuat
f. Untuk pekerjaan extra (tambahan) atau volume yang diperlukan bagi perbaikan–perbaikan
tersebut.

SEKSI V.3.2. PEKERJAAN BAJA TULANGAN UNTUK BETON

1. Uraian
Pekerjaan ini terdiri dari pengadaan, pemotongan, pembengkokan dan pemasangan batang
baja tulangan dan pengelasan anyaman batang baja untuk penulangan beton sesuai dengan
spesifikasi dan gambar atau yang diperintahkan oleh Direksi Teknik.

2. Toleransi
a. Fabrikasi
Pembengkokan batang baja dan fabrikasi harus dilaksanakan betul-betul sesuai dengan
persyaratan PBI 1971 ( NI – 2).

b. Kelonggaran penempatan
 Jarak antara penulangan yang sejajar tidak boleh kurang dari diameter batang atau
ukuran maksimum, agregat kasar ditambah 1 cm dengan minimum 3,0 cm dipilih mana
yang lebih besar.
 Apabila penulangan dalam balok terdiri dari lebih satu lapis batang, penulangan lapis
atas diletakkan tepat di atas lapis bawah penulangan dengan ruang bebas / jarak vertical
minimum 2,5 cm.

c. Selimut beton (terhadap tulangan)

70
 Batang tulangan baja harus diletakkan sedemikan sehingga, selimut beton minimum
menutupi pinggir luar penulangan, diberikan pada Tabel 5.11. untuk beberapa macam
kondisi yang didapat :
Tabel 5.11. Selimut Beton Sampai Penulangan

Ukuran batang Permukaan beton


Permukaan beton Permukaan beton
tulangan yang harus terbuka dibawah air
yang dapat dilihat tidak terbuka
ditutup permukaan air

Batang dia 16 mm 3,5 cm 4,0 cm 5,0 cm

lebih kecil batang


4,5 cm 5,0 cm 6,0 cm
diatas dia 16

 Ukuran batang tulangan yang harus ditutup Permukaan beton yang dapat dilihat
Permukaan beton tidak terbuka Permukaan beton terbuka dibawah air permukaan air
 Ukuran toleransi penutup tulangan harus 5 mm
 Untuk beton bertulang di bawah muka air yang tidak dapat dijangkau (dilihat) atau
beton yang akan digunakan untuk persyaratan kotoran atau cairan yang membuat karat,
penutup minimum harus ditambahkan menjadi 7,5 cm.
3. Penyerahan-penyerahan
a. Paling sedikit 14 hari sebelum dimulainya pekerjaan, kontraktor harus menyerahkan kepada
Direksi Teknik untuk disetujui, rincian diagram pembengkokan dan daftar batang untuk
penulangan yang diisyaratkan. Rincian ini harus sesuai dengan gambar pelaksanaan yang
disediakan untuk kontrak atau seperti petunjuk Direksi Teknik
b. Kontraktor juga menyediakan daftar sertifikat pabrik pembuat yang memberikan mutu
barang –barang tulangan dan berat satuan dalam kilogram tiap ukuran dan mutu batang atau
dengan baja yang dilas diigunakan dalam pekerjaan.
4. Penyimpanan dan penanganan
a. Kontraktor harus mengirim baja penulangan ke lapangan pekerjaan diikat dan masing-masing
ditandai yang sesuai dengan peruntukannya, menunjukkan ukuran batang panjang, ukuran
dan informasi lainnya yang diperlukan untuk identifikasi yang baik
b. Kontraktor harus menangani dan menyimpan semua batang tulangan dengan cara yang baik
untuk mencegah distorsi (terbengkokkan), karat, atau kerusakan yang lain.

5. Perbaikan kualitas baja atau penanganan yang tidak memuaskan

71
a. Kontraktor harus bertanggung jawab untuk memastikan ketepatan daftar batang dan
diagram pembengkokan dan untuk meyakinkan bahwa daftar urutan dipakai secara benar.
Baja tulangan yang disediakan yang tidak sesuai dengan persyaratan sebenarnya atau
spesifikasi, harus ditolak dan diganti atas biaya kontraktor.
b. Baja tulangan dengan setiap kerusakan berikut harus tidak diizinkan didalam pekerjaan.
 Panjang batang, ketebalan dan bengkok yang melebihi toleransi fabrikasi yang diuraikan
dalam PBI 1971 (NI–2).
 Baja tulangan tidak sesuai dengan diagram pembengkokan atau daftar barang kecuali
dimodifikasi atas permintaan Direksi Teknik.
 Baja tulangan karatan atau rusak dan ditolak Direksi Teknik.
c. Kontraktor harus menyediakan fasilitas di lapangan bersama dengan pengadaan batang –
batang lurus untuk pembuatan dan penggandaan baja tulangan yang ditolak oleh Direksi
Teknik atau sebaliknya ditemukan tidak baik untuk digunakan. Di dalam kesalahan fabrikasi
batang harus tidak dibengkokkan kembali atau diluruskan kembali tanpa persetujuan Direksi
Teknik atau dilakukan dengan lain cara yang merusak atau melemahkan baja. Pembengkokan
ulang barang harus dilakukan dengan cara dingin dan tidak boleh digunakan batang yang
sudah dibengkokkan lebih dari dua kali tempat yang sama.
6. Bahan-bahan
a. Batang baja penulangan
 Batang baja penulangan adalah polos atau batang ulir sesuai dengan persyaratan PBI
1971 (NI-2). Kecuali dinyatakan lain mutu baja yang digunakan untuk beton bertulang
harus mutu U-24 dengan tegangan leleh 2400 kg/cm2.
 Catatan : untuk baja yang lebih tinggi akan digunakan hanya apabila dinyatakan secara
khusus dalam Daftar Penawaran.
 Baja penulangan harus didapat dari pabrik pembuat yang disetujui dan harus disertai
dengan sertifikat pengujian yang memastikan kecocokan mutu. Jika mutu baja
diragukan, Direksi Teknik dapat meminta baja tersebut untuk diuji.
 Baja penulangan harus disediakan bersih dan bebas dari debu, Lumpur, minyak, gemuk,
atau karat.
b. Penulangan anyaman baja
Anyaman baja untuk penggunaan sebagai penulangan beton harus kawat baja dilas
pabrik sesuai dengan AASTHO M 55 dan harus diadakan dalam lembar rata atau gulungan
seperti yang disyaratkan oleh Direksi Teknik.

c. Penopang (ganial) yang digunakan untuk menahan penulangan di tempatnya harus terbuat
dari batang kawat ringan atau dengan menggunakan blok beton pencetak (3x3 cm) dibuat
dari ukuran semen (1:2). Tidak ada jenis lain penopang akan diizinkan kecuali seizin Direksi
Teknik.

72
d. Kawat pengikat penulangan
Kawat ikat yang digunakan untuk pengikatan dan pengamana batang tulangan baja
harus kawat baja sesuai dengan PBI 1971 (NI-2) dan disetujui Direksi Teknik.

7. Pelaksanann Pekerjaan
a. Fabrikasi baja tulangan
Batang baja tulangan harus dipotong menurut panjang yang diperlukan dibengkokkan
secara hati-hati menurut bentuk dan ukuran yang diminta, batang tulangan mutu tinggi tidak
boleh dibengkokkan 2 kali. Pemanasan batang tulangan harus dilarang, kecuali apabila
disetujui oleh Direksi Teknik, dimana harus sampai pada pemanasan minimum atau
dilaksanakan dengan kemungkinan yang paling rendah. Apabila jari-jari pembengkokkan
untuk batang tulangan tidak ditunjukkan didalam gambar rencana, ia harus paling sedikit 5
kali diameter batang yang bersangkutan (untuk U 24) atau 6,5 kali diameter batang yang
bersangkutan (untuk mutu yang lebih tinggi). Kait begel harus dibengkokkan sesuai dengan
PBI 1971 (NI-2).

b. Penempatan dan pengikatan


 Penulangan harus segera dibersihkan sebelum penggunaan, untuk menjamin kondisi
pengikatan yang baik.
 Penulangan harus ditempatkan dengan tepat sesuai dengan gambar dan petunjuk
Direksi Teknik dan didalam batas toleransi yang diuraikan pada Pasal 1.19.1. (2) dalam
keadaan apapun, penulangan dilarang terletak langsung diatas acuan / cetakan
 Batang baja penulangan harus diikat bersama dengan kokoh untuk menghindari
perpindahan tempat selama penuangan dan penempatan beton. Pengelasan batang
bersilang atau begel kepada baja tegangan utama tidak diizinkan.
 Penyambungan batang baja penulangan harus disesuaikan dengan PBI dan diraikan lebih
lanjut di bawah ini:
1. Semua baja tulangan harus dipasang menurut panjang sepenuhnya seperti
dinyatakan dalam gambar penyambungan batang baja. Kecuali apabila ditunjukkan
lain pada gambar, tidak akan diizinkan tanpa persetujuan Direksi Teknik.
2. Apabila sambungan betindih (lapped slice) disetujui panjang tindihan harus 40 kali
diameter dan batang – batang harus dilengkapi dengan kait.
3. Pengelasan batang baja tulangan tidak diizinkan kecuali terinci pada gambar atau
diizinkan secara tertulis oleh Direksi Teknik.

c. Kawat ikat harus kokoh dengan akhir puntiran menghadap kedalam beton.

73
d. Tulangan anyaman baja harus ditempatkan dalam arah memanjang, sepanjang yang dapat
dilaksanakan, dengan penyambungan panjang bertindih selebar satu anyaman penuh.
Anyaman harus dipotong untuk memasang siku-siku dan bukaan-bukaan dan harus diberikan
pada sambungan – sambungan antara slab (lantai).

8. Cara pengukuran pekerjaan


a. Jumlah baja tulangan yang harus diukur untuk pembayaran akan ditentukan sebagai jumlah
kilogram selesai dipasang dan diterima oleh Direksi Teknik. Jumlah kilogram batang baja
penulangan yang dipasang akan dihitung dengan total panjang yang sebenarnya dalam meter
batang terpasang dikalikan berat satuan yang disetujui dalam kilogram tiap meter panjang
batang. jumlah kilogram anyaman baja yang dilas terpasang harus dihitung dengan total
panjang yang sebenarnya dalam meter persegi dikalikan dengan satuan berat yang disetujui
dalam kilogaram tiap meter persegi anyaman baja. Berat satuan yang disetujui oleh Direksi
Teknik harus didasarkan kepada berat normal yang disediakan oleh pabrik pembuat baja.
b. Kawat ikat jepit, pemisah dan penopang lain yang digunakan untuk penempatan dan
pemasangan baja penulangan ditempat tidak boleh dimasukkan dalam berat yang harus
dibayar.
c. Penulangan yang digunakan untuk pembuatan gorong-gorong pipa atau pada suatu
konstruksi lainnya, untuk mana dibuatkan penyediaan yang terpisah bagi pembayaran, tidak
boleh diukur untuk pembayaran di dalam bab ini.

SEKSI V.3.3. SIAR (ADONAN ) SEMEN

1. Umum
a. Uraian
 Pekerjaan ini terdiri dari produksi dan pemasangan siar (adonan) semen untuk
digunakan dalam pasangan batu pekerjaan-pekerjaan drainase, pekerjaan beton dan
struktur lainnya yang diperlukan dalam spesifikasi ini.
b. Syarat –syarat pemakaian
 Adonan semen harus digunakan sesuai dengan toleransi batasan cuaca dan penjadwalan
pekerjaan yang tepat terhadap bagian-bagian yang pokok dari spesifikasi ini.
c. Contoh Bahan
 Dua contoh agregat yang digunakan dalam adonan semen harus diserahkan kepada
Direksi Teknik untuk mendapatkan persetujuan selama paling lambat 14 hari sebelum
pekerjaan dimulai bersama – sama dengan rincian sumber hasil data uji yang sesuai
dengan persyaratan untuk gradasi dan syarat – syarat mutu yang diberikan dalam
Spesifikasi ini atau seperti yang ditunjukkan lebih lanjut oleh Direksi Teknik.

74
 Tidak ada perubahan dalam sumber pengadaan atau kualitas agregat dibuat tanpa
persetujuan Direksi Teknik, dan setiap perubahan demikian harus disertai dengan
penyerahan contoh – contoh bahan dan laporan pengujian untuk pemeriksaan dan
persetujuan lebih lanjut seperti diatas.
2. Bahan – bahan dan campuran
a. Bahan – bahan
 Semen
Semen yang digunakan untuk adonan campuran semen persyaratan AASHTO M85 Type
I. Semen Portland biasa dinyatakan lain dalam daftar penawaran atau diperintahkan di
lapangan oleh Direksi teknik.

 Agregat halus untuk adonan


Agregat halus terdiri dari pasir alam bersih (kalau perlu dicuci sebelum digunakan),
bagian halus dari batu atau kerikil pecah dan harus mematuhi batas – batas gradasi pada
Tabel 5.12. berikut

75
Tabel 5.12. Persyaratan Gradasi Agregat Halus

Persentase Lolos Atas Berat


Ukuran Ukuran Maksimum Nominal Catatan
saringan
9,5 mm 1,75 mm

9,50 100 -

4,75 95 - 100 100

2,36 - 95 - 100 Gradasi yang lebih kasar akan


digunakan untuk adonan pengisi
1,18 45 - 80 -
rongga yang besar dan untuk
0,30 10 - 30 - sambungan lebih tebal dari 13 mm

0,15 2 - 10 Maksimum 25

0,075 - Maksimum 10

b. Syarat – syarat kualitas untuk agregat halus diberikan pada Tabel 5.13. Direksi akan
menerapkan syarat – syarat ini sampai seluas yang diperlukan untuk jenis khusus dan lokasi
pekerjaan.
Tabel 5.13. Syarat – Syarat Kualitas Agregat Halus

Uraian Test AASHTO Batas Test

Kekeruhan organis Melewati harga


dalam pasir (Test T 21 standar warna
Sodium Hidrixide) (kuning gading)

Kekerasan agregat Kehilangan tidak


(Test Sidium T 104 lebih dari 10% atas
Sulphate) berat

Persen gumpalan
Maksimum 1% atas
lempung dan T 112
berat
partikel serpih

3. Kapur Hidrasi

76
a. Kapur hidrasi harus diperoleh dari sumber pengadaan yang disetujui dan mematuhi
persyaratan standar konstruksi PBI N. 1-7 (syarat –syarat untuk kapur bahan bangunan).
b. Bila diminta demikian oleh direksi teknik, sebuah tes kekuatan kapur hidrasi dengan pasir (1 :
3) akan memberikan kekuatan hancur 15 kg/cm2 sesudah 7 hari.
4. Air yang digunakan untuk pencampuran adonan semen harus bersih dan bebas dari benda –
benda kotoran – kotoran lain yang membahayakan campuran.
5. Campuran
Adonan harus sebanding (proporsional) dan memenuhi persyaratan berikut :

a. Adonan semen yang digunakan untuk penyelesaian atau perbaikan cacat–cacat dalam
pekerjaan beton dan untuk penyambungan pipa–pipa beton, sebagaimana diperlukan
dibawah bagian yang relevan dari spesifikasi ini terdiri dari semen dan agregat halus
dicampur dalam perbandingan satu bagian semen terhadap dua bagian agregat halus atas
volume. Sejumlah air yang cukup harus ditambahkan untuk memungkinkan penanganan
campuran tersebut dengan satu rasio maksimum air semen sekitar 0.65 dan adonan tersebut
akan melebihi kekuatan desak yang memenuhi persyaratan beton.
b. Adonan yang digunakan untuk penanaman (pemasangan) dan menyambung pasangan batu
akan terdiri dari satu bagian semen terhadap tiga bagian agregat halus, untuk mana kapur
hidrasi dapat ditambahkan dalam satu jumlah yang sama dengan 10% volume semen.
Sejumlah air yang cukup harus ditambahkan untuk membedakan campuran yang dapat
ditangani dan bila diuji adonan tersebut akan memiliki kekuatan desak tidak kurang dari 50
kg/cm2 pada 28 hari.
6. Pencampuran dan Pengecoran
a. Agregat dan semen harus diukur dan dicampur kering dalam mixer (pencampuran) beton
atau dengan tangan diatas dasar yang cocok sampai dihasilkan satu campuran yang
warnanya merata. Kemudian ditambahkan air yang cukup untuk satu campuran baik dan
pencampuran berlanjut selama 5 – 10 menit sampai didapatkan kekentalan yang diminta.
b. Adonan harus diproduksi dalam volume yang cukup untuk pemakaian segera dan tambahan
dapat diberikan (dalam jangka waktu 30 menit dari waktu pencampuran) bila diminta
demikian untuk mempertahankan satu campuran yang mudah ditangani. Akan tetapi adonan
yang tidak digunakan di dalam 45 menit sesudah pencampuran harus dibuang.

7. Penempatan (Pemasangan)
a. Permukaan yang menerima adonan harus dibersihkan dari setiap bahan lepas, atau benda –
benda lain yang harus dibuang dan kemudian dibasahi dengan air sebelum adonan tersebut
dipasang.
b. Bilamana digunakan sebagai permukaan jadi (selesai), adonan tersebut harus dipasang pada
permukaan yang basah dan bersih dalam ketebalan yang menyediakan satu lapisan

77
pelindung permukaan setebal 1.5 cm dan harus dikulir sampai satu permukaaan yang halus
dan rata.
8. Pengendalian mutu
a. Test Laboratorium
Tes laboratorium yang dapat diterima untuk agregat halus harus dilaksanakan oleh
kontraktor sesuai dengan petunjuk direksi teknik untuk menentukan gradasi dan kondisi
mutu sebagaimana ditentukan di bawah spesifikasi ini.

b. Pengendalian Lapangan
Direksi teknik dapat meminta kontraktor untuk melaksanakan suatu tes pelaksanaan di
lapangan yang dipandang untuk menjamin dipatuhinya spesifikasi ini.

SUB BAB V.4.


PEKERJAAN PELAT BETON T =10 CM (WIREMESH M6-150) K-225

1. Umum
 Pekerjaan Beton K-225
Untuk Spesifikasi Secara Umum sudah di jelaskan pada BAB I PasalTentang Pekerjaan
Beton Bertulang.

 Pekerjaan Wiremesh M6-150 (Untuk Pedestrian)


Untuk Spesifikasi Secara Umum sudah di jelaskan pada BAB I Pasal 1.19.2 Tentang
Pekerjaan Beton Bertulang, Dengan Mutu wiremesh tegangan leleh karakteristik 5.000
kg /cm2 yang dirangkai sedemikian rupa menggunakan las lisitrik untuk mendapatkan
tegangan geser berkualitas tinggi sebesar 2.500 kg/cm2 di setiap titik pertemuan
kawatnya dan toleransi diameter ± 0,1 mm (SNI 07-663-1995)

2. Syarat - syarat Pelaksanaan


 Pelaksanaan pemasangan pembesian harus sesuai dengan gambar rencana termasuk
penambahan angkur dan lain-lain.
 Apabila terjadi kesulitan untuk mendapatkan besi dengan diameter seperti yang
ditentukan dalam gambar rencana, maka dapat dilakukan penukaran diameter besi yang
terdekat atau kombinasi dengan catatan :
- Jumlah berat pembesian dalam 1 m3 beton tidak boleh kurang dari pada jumlah
berat yang tertera dalam analisa harga satuan beton bertulang di RAB atau jumlah
luas tulangan dari suatu penampang beton tidak boleh kurang dari pada luas
tulangan yang sesuai dalam gambar rencana.
- Overlapping panjang sambungan harus disesuaikan kembali berdasarkan diameter
besi yang dipilih.

78
- Penggantian tersebut tidak boleh mengakibatkan overlapping sambungan yang
dapat menyulitkan pembetonan atau menyampaikan vibrator.
 Pelaksana harus membuat daftar tekukan baja untuk setiap pekerjaan beton dan harus
sesuai dengan rencana.
 Tulangan baja dipasang sedemikian rupa sehingga tidak mudah bergeser pada saat
pengecoran beton dan tulangan baja di kerjakan setelah pemasangan Plastik Polythene.
 Tulangan harus betul-betul bebas dari bekisting dengan menempatkan potongan-
potongan kecil terbuat dari beton di antara tulangan dan bekisting, sebagai acuan selimut
beton sesuai dengan ketentuan pada BAB I Pasal 1.19.
 Pemasangan bekisting harus setepat-tepatnya, sesuai dengan sifat pekerjaannya dan
tidak boleh kelihatan bergetar atau melentur selama melaksanakan pekerjaan serta harus
mudah dibongkar tanpa merusak konstruksi.
 Celah-celah pada bekisting ditutup dengan plastik yang cukup tebal, agar air adukan pada
waktu pengecoran tidak lolos keluar.
 Sebelum adukan beton dicor, kayu-kayu bekisting harus dibersihkan dari kotoran seperti
serbuk gergaji, tanah dan lain-lain serta harus dibasahi secukupnya, dan perlu diadakan
tindakan-tindakan untuk menghindari mengumpulnya air pembasahan tersembur pada
sisi bawah.
 Pengadukan beton (adukan) dari mixer (beton molen) ketempat pengecoran harus
dilakukan dengan cara yang tidak mengakibatkan terjadinya pemisahan komponen-
komponen adukan beton dan harus sudah dicor paling lambat 30 menit sejak
pencampuran dengan air dalam mixer dengan tidak mengurangi ketentuan kualitas beton
yang disyaratkan.
 Untuk pemadatan cor-coran, digunakan alat vibrator.
 Sesudah pengecoran, beton harus dilindungi dari pengaruh panas, sehingga tidak terjadi
penguapan yang terlalu cepat.
 Persiapan perlindungan atas kemungkinan adanya hujan harus diperhatikan supaya
jangan sampai adukan yang belum mengikat rusak oleh air.
 Beton yang dibasahi paling sedikit selama 10 hari setelah pengecoran.
 Bekisting/cetakan tidak boleh dibongkar sebelum beton mencapai satu kekuatan khusus
yang cukup untuk memikul 2 x beban sendiri. Bilamana akibat pembongkaran cetakan,
pada bagian konstruksi akan bekerja beban-beban yang lebih tinggi daripada beban
rencana, maka cetakan tidak boleh dibongkar selama keadaan tersebut berlangsung.
 Kontraktor harus memberitahu pengawas bilamana ia bermaksud akan membongkar
cetakan pada bagian-bagian konstruksi yang utama dan minta persetujuan, tetapi dengan
adanya persetujuan itu tidak berarti kontraktor lepas dari tanggung jawab. Jadi pada
dasarnya waktu dan cara pembukaan serta pemindahan cetakan harus mengikuti

79
petunjuk pengawas. Pekerjaan ini harus dikerjakan dengan hati-hati dan permukaan yang
tidak beraturan harus segera diperbaiki sampai disetujui pengawas.
 Pada umumnya waktu pengikatan beton sebelum cetakan-cetakan dibongkar, yaitu
minimum 21 hari bila dengan beban konstruksi.
 Kualitas beton untuk Sloof list manhole/tanaman Cor Setempat, adalah seperti yang
sudah disebutkan di atas.
 Kontraktor tidak dibenarkan untuk membobok, membuat lubang atau memotong
konstruksi, beton yang sudah jadi tanpa sepengetahuan dan seizin Konsultan Pengawas
dan direksi pekerjaan. Ukuran dari pembuatan lubang, pemasangan alat-alat didalam
beton, dan sebagainya harus menurut petunjuk Konsultan Pengawas dan direksi
pekerjaan.

SUB BAB V.5.


PEKERJAAN PELAT BETON T =10 CM (WIREMESH M8-150) K-225

1. Umum
 Pekerjaan Beton K-350
Untuk Spesifikasi Secara Umum sudah di jelaskan pada BAB I PasalTentang Pekerjaan
Beton Bertulang.

 Pekerjaan Wiremesh M8-150 (Untuk Pedestrian)


Untuk Spesifikasi Secara Umum sudah di jelaskan pada BAB I Pasal 1.19.2 Tentang
Pekerjaan Beton Bertulang, Dengan Mutu wiremesh tegangan leleh karakteristik 5.000
kg /cm2 yang dirangkai sedemikian rupa menggunakan las lisitrik untuk mendapatkan
teganagn geser berkualitas tinggi sebesar 2.500 kg/cm2 di setiap titik pertemuan
kawatnya dan toleransi diameter ± 0,13 mm (SNI 07-663-1995).

2. Syarat - syarat Pelaksanaan


 Pelaksanaan pemasangan pembesian harus sesuai dengan gambar rencana termasuk
penambahan angkur dan lain-lain.
 Apabila terjadi kesulitan untuk mendapatkan besi dengan diameter seperti yang
ditentukan dalam gambar rencana, maka dapat dilakukan penukaran diameter besi yang
terdekat atau kombinasi dengan catatan :
- Jumlah berat pembesian dalam 1 m3 beton tidak boleh kurang dari pada jumlah
berat yang tertera dalam analisa harga satuan beton bertulang di RAB atau jumlah
luas tulangan dari suatu penampang beton tidak boleh kurang dari pada luas
tulangan yang sesuai dalam gambar rencana.

80
- Overlapping panjang sambungan harus disesuaikan kembali berdasarkan diameter
besi yang dipilih.
- Penggantian tersebut tidak boleh mengakibatkan overlapping sambungan yang
dapat menyulitkan pembetonan atau menyampaikan vibrator.
 Pelaksana harus membuat daftar tekukan baja untuk setiap pekerjaan beton dan harus
sesuai dengan rencana.
 Tulangan baja dipasang sedemikian rupa sehingga tidak mudah bergeser pada saat
pengecoran beton dan tulangan baja di kerjakan setelah pemasangan Plastik Polythene.
 Tulangan harus betul-betul bebas dari bekisting dengan menempatkan potongan-
potongan kecil terbuat dari beton di antara tulangan dan bekisting, sebagai acuan selimut
beton sesuai dengan ketentuan pada BAB I Pasal 1.19.
 Pemasangan bekisting harus setepat-tepatnya, sesuai dengan sifat pekerjaannya dan
tidak boleh kelihatan bergetar atau melentur selama melaksanakan pekerjaan serta harus
mudah dibongkar tanpa merusak konstruksi.
 Celah-celah pada bekisting ditutup dengan plastik yang cukup tebal, agar air adukan pada
waktu pengecoran tidak lolos keluar.
 Sebelum adukan beton dicor, kayu-kayu bekisting harus dibersihkan dari kotoran seperti
serbuk gergaji, tanah dan lain-lain serta harus dibasahi secukupnya, dan perlu diadakan
tindakan-tindakan untuk menghindari mengumpulnya air pembasahan tersembur pada
sisi bawah.
 Pengadukan beton (adukan) dari mixer (beton molen) ketempat pengecoran harus
dilakukan dengan cara yang tidak mengakibatkan terjadinya pemisahan komponen-
komponen adukan beton dan harus sudah dicor paling lambat 30 menit sejak
pencampuran dengan air dalam mixer dengan tidak mengurangi ketentuan kualitas beton
yang disyaratkan.
 Untuk pemadatan cor-coran, digunakan alat vibrator.
 Sesudah pengecoran, beton harus dilindungi dari pengaruh panas, sehingga tidak terjadi
penguapan yang terlalu cepat.
 Persiapan perlindungan atas kemungkinan adanya hujan harus diperhatikan supaya
jangan sampai adukan yang belum mengikat rusak oleh air.
 Beton yang dibasahi paling sedikit selama 10 hari setelah pengecoran.
 Bekisting/cetakan tidak boleh dibongkar sebelum beton mencapai satu kekuatan khusus
yang cukup untuk memikul 2 x beban sendiri. Bilamana akibat pembongkaran cetakan,
pada bagian konstruksi akan bekerja beban-beban yang lebih tinggi daripada beban
rencana, maka cetakan tidak boleh dibongkar selama keadaan tersebut berlangsung.
 Kontraktor harus memberitahu pengawas bilamana ia bermaksud akan membongkar
cetakan pada bagian-bagian konstruksi yang utama dan minta persetujuan, tetapi dengan
adanya persetujuan itu tidak berarti kontraktor lepas dari tanggung jawab. Jadi pada

81
dasarnya waktu dan cara pembukaan serta pemindahan cetakan harus mengikuti
petunjuk pengawas. Pekerjaan ini harus dikerjakan dengan hati-hati dan permukaan yang
tidak beraturan harus segera diperbaiki sampai disetujui pengawas.
 Pada umumnya waktu pengikatan beton sebelum cetakan-cetakan dibongkar, yaitu
minimum 21 hari bila dengan beban konstruksi.
 Kualitas beton untuk Sloof list manhole/tanaman Cor Setempat, adalah seperti yang
sudah disebutkan di atas.
 Kontraktor tidak dibenarkan untuk membobok, membuat lubang atau memotong
konstruksi, beton yang sudah jadi tanpa sepengetahuan dan seizin Konsultan Pengawas
dan direksi pekerjaan. Ukuran dari pembuatan lubang, pemasangan alat-alat didalam
beton, dan sebagainya harus menurut petunjuk Konsultan Pengawas dan direksi
pekerjaan.

SUB BAB V.6.


PLAT INJAK PRECAST K-350 (120.100.20)

prosedur yang diberikan oleh produser Pre-Cast , Jika kondisi memang tidak memungkingkan
untuk menggunakan alat berat, maka pemasangan dilakukan manual oleh tenaga manusia.

Kerusakan Pelat akibat kesalahan prosedur pemasangan, merupakan tanggung jawab kontraktor.
Dan kontraktor berkewajiban mengganti Pelat yang rusak dengan Pelat yang baru yang mempunyai
spesifikasi yang seragam.

Pengadaan Pelat Injak Tb.20 K-350 (Fabrikasi)

1. Pembuat / pabrikan beton pracetak yang baik adalah :


Syarat Fabrikasi Beton Pracetak :

 Telah mempunyai standar mutu yang jelas dan teruji, misal Sistem Kendali
Mutu atau ISO 9001 : 2000
 Mampu memberikan jaminan terhadap produk yang dihasilkan
 Mampu melakukan pengiriman dalam waktu yang telah disepakati
 Mampu memberikan supervisi terhadap pelaksanaan di lapangan bila
diperlukan
2. Desain Beton Pracetak Sesuai SNI 03-2847-2002
Desain beton pracetak tetap harus mengacu pada ketentuan–ketentuan SNI 03-2847-2002 seperti :

82
 Perencanaan Struktur Beton Pracetak dan sambungannya harus
mempertimbangkan semua kondisi pembebanan dan deformasi saat proses pabrikasi termasuk
melepaskan dari cetakan, penyimpangan, pengangkutan, hingga pelaksanaan di lapangan.
 Perencanaan Pembebanan direncanakan sesuai dengan fungsi dari beton
pracetak tersebut, misal :
a. Desain Top - Bottom harus dihitung sesuai pembebanan seperti pada struktur jembatan dan
pembebanan selama pelaksanaan pemasangan.
b. Desain U-Ditch untuk Crossing jalan akan berbeda dengan desain untuk saluran tepi.
c. Desain Balok untuk jembatan akan berbeda dengan desain untuk balok Bangunan Gedung.
d. Desain
3. Menentukan Kuat Beton Perlu pada umur tertentu pada tahapan – tahapan pabrikasi atau
konstruksi.
Gaya-gaya diizinkan untuk disalurkan antara komponen-komponen struktur antara lain :

a. Joint grouting (grouted joints),


b. Kunci geser,
c. Sambungan mekanis las untuk joint antar U-Ditch,
d. Sambungan baja tulangan menggunakan kawat bendrat,
e. Penutup atas bertulang (reinforced topping),
f. Kombinasi cara-cara tersebut.
 Kecukupan sambungan untuk menyalurkan gaya-gaya antara komponen komponen struktur harus
ditentukan dengan analisis atau dengan pengujian. Bila geser merupakan hasil utama dari pembeban
yang diberikan, diizinkan untuk menggunakan ketentuan dari Geser Friksi bilamana sesuai. Ketentuan
Geser Friksi diterapkan bilamana sesuai untuk meninjau penyaluran geser melintasi bidang yang
ditinjau, seperti: retak yang ada atau potensial, bidang kontak antara bahan-bahan yang berlainan, atau
bidang kontak antara dua beton yang dicor pada waktu yang berbeda.

 Bila mendesain sambungan menggunakan bahan-bahan dengan sifat struktur berbeda, kekakuan
relatif, kekuatan, dan daktilitas harus ditinjau.
1. Identifikasi Produk
Komponen Beton Pracetak harus ditandai dengan nama, dimensi dan tanggal pabrikasinya dan logo
pabrikan (selama memungkinkan untuk dilakukan) guna memudahkan kontrol dan aspek telusur bila
terjadi sesuatu.

2. Persyaratan Pembebanan
a. Desain Top - Bottom untuk harus mampu menahan beban seperti
yang ditunjukkan pada gambar.

83
b. DesainU-Ditch untuk saluran tepi harus mampu menahan seperti
yang ditunjukkan pada gambar.

3. Persyaratan Kualitas & Dimensi


Material bahan beton harus berkualitas.

Mutu beton : Min. Fc’ = K-350

Kadar Semen : Min. Wc = 350 kg/m3

Mutu Tulangan : Mak. Fy = 400 Mpa ( U 40 )

Min. Fy = 240 Mpa ( U 24 )

Diameter tulangan minimal = 8 mm

Dimensi precast sesuai dengan gambar DED tiap–tiap lokasi.

Toleransi dimensi : max 2 mm

4. Persyaratan Produksi
1. Bekisting harus cukup kuat dan kaku (terbuat dari besi) dan tidak boleh bocor
2. Harus memiliki penggetar eksternal dan meja getar
3. Harus memiliki sistim curing (steam curing)
4. Harus memiliki alat angkat yang cukup
5. Harus memiliki lapangan penumpukan yang cukup dan tinggi tumpukan dibatasi.
5. Produsen
Produsen bertanggungjawab terhadap kekuatan elemen precast terhadap beban – beban yang bekerja yang
dibuktikan dengan analisa perhitungannya atau uji produk.

SUB BAB V.7.


SLOOF BETON K-225 UNTUK CROSSING TOP BOTTOM
1. Umum
Untuk Spesifikasi Secara Umum sudah di jelaskan pada BAB I Pasal 1.19. Tentang Pekerjaan
Beton Bertulang.

2. Syarat - syarat Pelaksanaan


 Pelaksanaan pemasangan pembesian harus sesuai dengan gambar rencana termasuk
penambahan angkur dan lain-lain.
 Apabila terjadi kesulitan untuk mendapatkan besi dengan diameter seperti yang
ditentukan dalam gambar rencana, maka dapat dilakukan penukaran diameter besi yang
terdekat atau kombinasi dengan catatan :

84
- Jumlah berat pembesian dalam 1 m3 beton tidak boleh kurang dari pada jumlah
berat yang tertera dalam analisa harga satuan beton bertulang di RAB atau jumlah
luas tulangan dari suatu penampang beton tidak boleh kurang dari pada luas
tulangan yang sesuai dalam gambar rencana.
- Overlapping panjang sambungan harus disesuaikan kembali berdasarkan diameter
besi yang dipilih.
- Penggantian tersebut tidak boleh mengakibatkan overlapping sambungan yang
dapat menyulitkan pembetonan atau menyampaikan vibrator.
 Pelaksana harus membuat daftar tekukan baja untuk setiap pekerjaan beton dan harus
sesuai dengan rencana.
 Tulangan baja dipasang sedemikian rupa sehingga tidak mudah bergeser pada saat
pengecoran beton.
 Tulangan harus betul-betul bebas dari bekisting dengan menempatkan potongan-
potongan kecil terbuat dari beton di antara tulangan dan bekisting, sebagai acuan selimut
beton sesuai dengan ketentuan pada BAB I Pasal 1.19.
 Pemasangan bekesting harus setepat-tepatnya, sesuai dengan sifat pekerjaannya dan
tidak boleh kelihatan bergetar atau melentur selama melaksanakan pekerjaan serta harus
mudah dibongkar tanpa merusak konstruksi.
 Celah-celah pada bekisting ditutup dengan plastik yang cukup tebal, agar air adukan pada
waktu pengecoran tidak lolos keluar.
 Sebelum adukan beton dicor, kayu-kayu bekisting harus dibersihkan dari kotoran seperti
serbuk gergaji, tanah dan lain-lain serta harus dibasahi secukupnya, dan perlu diadakan
tindakan-tindakan untuk menghindari mengumpulnya air pembasahan tersembur pada
sisi bawah.
 Pengadukan beton (adukan) dari mixer (beton molen) ketempat pengecoran harus
dilakukan dengan cara yang tidak mengakibatkan terjadinya pemisahan komponen-
komponen adukan beton dan harus sudah dicor paling lambat 30 menit sejak
pencampuran dengan air dalam mixer dengan tidak mengurangi ketentuan kualitas beton
yang disyaratkan.
 Untuk pemadatan cor-coran, digunakan alat vibrator.
 Sesudah pengecoran, beton harus dilindungi dari pengaruh panas, sehingga tidak terjadi
penguapan yang terlalu cepat.
 Persiapan perlindungan atas kemungkinan adanya hujan harus diperhatikan supaya
jangan sampai adukan yang belum mengikat rusak oleh air.
 Beton yang dibasahi paling sedikit selama 10 hari setelah pengecoran.
 Bekisting/cetakan tidak boleh dibongkar sebelum beton mencapai satu kekuatan khusus
yang cukup untuk memikul 2 x beban sendiri. Bilamana akibat pembongkaran cetakan,

85
pada bagian konstruksi akan bekerja beban-beban yang lebih tinggi daripada beban
rencana, maka cetakan tidak boleh dibongkar selama keadaan tersebut berlangsung.
 Kontraktor harus memberitahu pengawas bilamana ia bermaksud akan membongkar
cetakan pada bagian-bagian konstruksi yang utama dan minta persetujuan, tetapi dengan
adanya persetujuan itu tidak berarti kontraktor lepas dari tanggung jawab. Jadi pada
dasarnya waktu dan cara pembukaan serta pemindahan cetakan harus mengikuti
petunjuk pengawas. Pekerjaan ini harus dikerjakan dengan hati-hati dan permukaan yang
tidak beraturan harus segera diperbaiki sampai disetujui pengawas.
 Pada umumnya waktu pengikatan beton sebelum cetakan-cetakan dibongkar, yaitu
minimum 21 hari bila dengan beban konstruksi.
 Kualitas beton untuk Sloof list manhole/tanaman Cor Setempat, adalah seperti yang
sudah disebutkan di atas.
 Kontraktor tidak dibenarkan untuk membobok, membuat lubang atau memotong
konstruksi, beton yang sudah jadi tanpa sepengetahuan dan seizin Konsultan Pengawas
dan direksi pekerjaan. Ukuran dari pembuatan lubang, pemasangan alat-alat didalam
beton, dan sebagainya harus menurut petunjuk Konsultan Pengawas dan direksi
pekerjaan.

SUB BAB V.8.


SLOOF BETON K-225 UNTUK SALURAN TEPI
3. Umum
Untuk Spesifikasi Secara Umum sudah di jelaskan pada BAB I Pasal 1.19. Tentang Pekerjaan
Beton Bertulang.

4. Syarat - syarat Pelaksanaan


 Pelaksanaan pemasangan pembesian harus sesuai dengan gambar rencana termasuk
penambahan angkur dan lain-lain.
 Apabila terjadi kesulitan untuk mendapatkan besi dengan diameter seperti yang
ditentukan dalam gambar rencana, maka dapat dilakukan penukaran diameter besi yang
terdekat atau kombinasi dengan catatan :
- Jumlah berat pembesian dalam 1 m3 beton tidak boleh kurang dari pada jumlah
berat yang tertera dalam analisa harga satuan beton bertulang di RAB atau jumlah
luas tulangan dari suatu penampang beton tidak boleh kurang dari pada luas
tulangan yang sesuai dalam gambar rencana.
- Overlapping panjang sambungan harus disesuaikan kembali berdasarkan diameter
besi yang dipilih.
- Penggantian tersebut tidak boleh mengakibatkan overlapping sambungan yang
dapat menyulitkan pembetonan atau menyampaikan vibrator.

86
 Pelaksana harus membuat daftar tekukan baja untuk setiap pekerjaan beton dan harus
sesuai dengan rencana.
 Tulangan baja dipasang sedemikian rupa sehingga tidak mudah bergeser pada saat
pengecoran beton.
 Tulangan harus betul-betul bebas dari bekisting dengan menempatkan potongan-
potongan kecil terbuat dari beton di antara tulangan dan bekisting, sebagai acuan selimut
beton sesuai dengan ketentuan pada BAB I Pasal 1.19.
 Pemasangan bekesting harus setepat-tepatnya, sesuai dengan sifat pekerjaannya dan
tidak boleh kelihatan bergetar atau melentur selama melaksanakan pekerjaan serta harus
mudah dibongkar tanpa merusak konstruksi.
 Celah-celah pada bekisting ditutup dengan plastik yang cukup tebal, agar air adukan pada
waktu pengecoran tidak lolos keluar.
 Sebelum adukan beton dicor, kayu-kayu bekisting harus dibersihkan dari kotoran seperti
serbuk gergaji, tanah dan lain-lain serta harus dibasahi secukupnya, dan perlu diadakan
tindakan-tindakan untuk menghindari mengumpulnya air pembasahan tersembur pada
sisi bawah.
 Pengadukan beton (adukan) dari mixer (beton molen) ketempat pengecoran harus
dilakukan dengan cara yang tidak mengakibatkan terjadinya pemisahan komponen-
komponen adukan beton dan harus sudah dicor paling lambat 30 menit sejak
pencampuran dengan air dalam mixer dengan tidak mengurangi ketentuan kualitas beton
yang disyaratkan.
 Untuk pemadatan cor-coran, digunakan alat vibrator.
 Sesudah pengecoran, beton harus dilindungi dari pengaruh panas, sehingga tidak terjadi
penguapan yang terlalu cepat.
 Persiapan perlindungan atas kemungkinan adanya hujan harus diperhatikan supaya
jangan sampai adukan yang belum mengikat rusak oleh air.
 Beton yang dibasahi paling sedikit selama 10 hari setelah pengecoran.
 Bekisting/cetakan tidak boleh dibongkar sebelum beton mencapai satu kekuatan khusus
yang cukup untuk memikul 2 x beban sendiri. Bilamana akibat pembongkaran cetakan,
pada bagian konstruksi akan bekerja beban-beban yang lebih tinggi daripada beban
rencana, maka cetakan tidak boleh dibongkar selama keadaan tersebut berlangsung.
 Kontraktor harus memberitahu pengawas bilamana ia bermaksud akan membongkar
cetakan pada bagian-bagian konstruksi yang utama dan minta persetujuan, tetapi dengan
adanya persetujuan itu tidak berarti kontraktor lepas dari tanggung jawab. Jadi pada
dasarnya waktu dan cara pembukaan serta pemindahan cetakan harus mengikuti
petunjuk pengawas. Pekerjaan ini harus dikerjakan dengan hati-hati dan permukaan yang
tidak beraturan harus segera diperbaiki sampai disetujui pengawas.

87
 Pada umumnya waktu pengikatan beton sebelum cetakan-cetakan dibongkar, yaitu
minimum 21 hari bila dengan beban konstruksi.
 Kualitas beton untuk Sloof list manhole/tanaman Cor Setempat, adalah seperti yang
sudah disebutkan di atas.
 Kontraktor tidak dibenarkan untuk membobok, membuat lubang atau memotong
konstruksi, beton yang sudah jadi tanpa sepengetahuan dan seizin Konsultan Pengawas
dan direksi pekerjaan. Ukuran dari pembuatan lubang, pemasangan alat-alat didalam
beton, dan sebagainya harus menurut petunjuk Konsultan Pengawas dan direksi
pekerjaan.

SUB BAB V.9.


SLOOF BETON K-350 TANPA TULANGAN UNTUK GALIAN UTILITAS
1. Syarat-syarat umum
a) Ketentuan, menunjuk pada persyaratan : Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971.
b) Mutu Beton Beton memakai mutu K-350. Masing- masing penggunaan disesuaikan
dengan yang tercantum pada gambar. Mutu karakteristik merupakan syarat mengikat.
a. Campuran / adukan dengan campuran agregat kasar atau halus dengan banyaknya tiap 40
kg Portland cement dan ukuran nominal agregat kasar/halus. Kontraktor harus membuat
percobaan komposisi campuran (beton mix) guna memenuhi karakteristik yang diminta.
Pemakaian jenis adukan beton Jenis beton dengan Campuran K-350 untuk Pengunci plat,
rekondisi jalan beton, lantai kerja. Sedangkan Jenis Beton tanpa tulangan untuk galian
utilitas (tidak dicor ke dalam cetakan) dilakukan dengan mesin pengaduk berkapasitas
tidak kurang dari 350 liter. Setiap kali membuat adukan, pengadukan harus rata hingga
warna dan kentalnya sama. Takaran perbandingan campuran Semua bahan harus ditakar
menurut volume/beratnya. Temperatur adukan yang diizinkan 28 – 30 C.
b. Pengawasan campuran adukan Komposisi Semua agregat, semen, air, volume/beratnya
harus ditakar dengan seksama. Proporsi semen yang ditentukan adalah minimal. Sebagai
pedoman, kontraktor harus tetap mengusahakan mutu/kekuatan beton sesuai dengan
yang disyaratkan dalam PBI 1971.

2. Bahan-Bahan
a) Semen Semen yang dipakai harus Portland Cement dari merk yang disetujui dan yang
dalam segala hal memenuhi syarat seperti dikehendaki oleh “Peraturan Beton Bertulang
Indonesia”. Dalam pengangkutan, semen harus terlindung dari hujan, zak (kantong) asli
dari pabriknya dalam keadaan tertutup rapat dan harus disimpan di gudang yang cukup
ventilasinya dan tidak kena air, ditaruh pada tempat yang ditinggikan paling sedikit 10 cm
dari lantai. Kantong semen tersebut tidak boleh ditumpuk sampai tinggi melampaui 2 m,

88
dan tiap pengiriman baru harus dipisahkan dan ditandai dengan maksud agar pemakaian
semen dilakukan menurut urutan pengirimannya.
b) Agregat (butiran, pasir) Agregat harus keras, bersifat kekal dan bersih serta tidak boleh
mengandung bahan-bahan yang merusak umpamanya yang bentuk atau kualitasnya
bertentangan dan mempengaruhi kekuatan atau kekalnya konstruksi beton pada setiap
umur, termasuk daya tahannya terhadap karat dari tulangan besi beton. Agregat (butiran)
dalam segala hal harus memenuhi yang dikehendaki (ketentuan-ketentuan) PBI 1971.
c) Air Air untuk adukan dan perawatan beton harus bersih, bebas dari bahan-bahan yang
merusak atau campuran-campuran yang mempengaruhi daya lekat semen.

3. Syarat-Syarat Pelaksanaan
Setiap pekerjaan beton, Penyedia Jasa harus melakukan pengujian kuat tekan beton yang
hasilnya harus diketahui oleh pengawas.

a) Toleransi Posisi masing-masing bagian konstruksi harus tepat dalam batas toleransi 1 cm,
toleransi ini tidak boleh bertambah-tambah (cumulative). Ukuran masing- masing bagian
harus seksama dalam – 0,50 dan + 0,50 cm.
b) Pemberitahuan pelaksanaan pengecoran Sebelum melaksanakan pekerjaan pengecoran
beton pada bagian-bagian utama dari pekerjaan, kontraktor harus mendapat persetujuan.
Jika tidak mendapat persetujuan, dan pengecoran tidak disetujui, maka kontraktor dapat
diperintahkan untuk membongkar beton yang telah dicor atas biaya sendiri.
c) Pengangkutan Adukan beton harus diangkut sedemikian rupa hingga dapat dihindarkan
adanya pemisahan dari bagian-bagian bahan. Adukan tidak boleh dijatuhkan dari
ketinggian lebih dari 2 meter. Dalam keadaan terpaksa tinggi jatuh beton lebih dari 2 m,
maka disarankan untuk mempergunakan talang.
d) Pembersihan cetakan dan alat-alat Sebelum beton dicor, semua kotoran dan benda-
benda lepas harus dibuang. Permukaan cetakan yang akan berhubungan dengan beton
harud dibasahi dengan air sebelum dicor.
e) Wajib melakukan slump tes sesuai nilai slump yang tetuai di tiket dan pengambilan
sampel benda uji berupa kubus atau silinder tiap adukan minimal 1 benda uji.
f) Pengecoran Pengecoran ke dalam tempat yang dicor harus selesai sebelum adukan mulai
mengental, yang dalam keadaan normal biasanya dalam waktu 30 menit. Pengecoran
suatu unit atau bagian dari pekerjaan harus dilanjutkan tanpa berhenti. Tidak boleh
mengecor beton pada waktu hujan, kecuali jika kontraktor mengambil tindakan-tindakan
mencegah kerusakan atau dengan izin dari Direksi.
g) Pemadatan beton Adukan harus dipadatkan dengan memakai alat penggetar (vibrator)
yang berfrekwensi dalam adukan paling sedikit 3000 putaran dalam 1 menit. Penggetaran
harus dimulai pada waktu adukan ditaruh dan dilanjutkan adukan berikutnya. Dalam

89
permukaan yang vertikal, vibrator harus dekat ke cetakan tapi tidak menyentuhnya
sehingga dihasilkan suatu permukaan beton yang baik.Dengan sudut kemiringan vibrator
antara 45 – 90 derajat. Penggetaran tidak boleh dilakukan langsung menembus tulangan
ke bagian-bagian adukan yang sudah mengeras.
h) Perawatan Untuk melindungi beton yang baru dicor dari cahaya matahari, angin dan
hujan, sampai beton itu mengeras dengan baik, dan untuk mencegah pengeringan terlalu
cepat harus diambil tindakan-tindakan sebagai berikut :
i) Semua cetakan yang sudah diisi adukan beton harus dibasahi terus menerus sampai
cetakan dibongkar.
j) Setelah pengecoran, beton harus terus menerus dibasahi selama 14 hari berturut-turut.

SUB BAB V.10.


PEKERJAAN SPESI BETON B0
Pekerjaan Lantai Kerja Beton B0 berada dibawah beton K-350 sebagai lantai kerja dengan
ketebalan beton yaitu 5 cm.Aspek spesifikasi bahan sama dengan pasal Pekerjaan Beton (seperti
tercantum pada Pekerjaan Beton)

SUB BAB V.11.


LAPISAN POLYTHENE

1. Uraian
Plastik (Polystyrene) Styrofoam juga dikenal dengan istilah polystyrene yang dihasilkan
dari styrene (C6H5CH9CH2) yang mempunyai gugus phenyl (enam cincin karbon) yang tersusun
secara tidak teratur sepanjang garis karbon dari molekul. Penggabungan acak benzena
mencegah molekul membentuk garis yang sangat lurus sebagai hasilnya polystyrene memiliki
bentuk yang tidak tetap, transparan dan dalam berbagai bentuk plastik.

Menurut Erliza dan Sutedja dalam Suryaman (2009), plastik dapat dikelompokkan atas
dua tipe, yaitu thermoplastic dan thermoset. Thermoplastic adalah plastik yang dapat dilunakkan
berulang kali dengan menggunakan panas, antara lain polyethylene, polyproylene, polystyrene,
dan polyvinil chloride. Sedangkan thermoset adalah plastik yang tidak dapat dilunakkan oleh
pemanasan, antara lain henol formaldehid dan urea formaldehid.

Menurut Nurminah (2002), secara umum dikenal beberapa jenis plastik yang sering
digunakan antara lain:

1. HDPE (High Density Polyethylene),


2. LDPE (Low Density Polyethylene),
3. PP (Polypropylene),
4. PS (Polystyrene),
5. Vinyl (Polyvinyl Chloride),

90
6. PET (Polyethylene Terepthalate)

Menurut Mujiarto (2005) sifat-sifat umum dari styrofoam/polystyrene adalah:

1. Sifat mekanis
Sifat-sifat mekanis yang menonjol dari bahan ini adalah kaku, keras, mempunyai bunyi seperti
metallic bila dijatuhkan.

2. Ketahanan terhadap bahan kimia


Ketahanan polystyrene terhadap bahan kimia tidak sebaik polypropylene. Polystyrene larut
dalam eter, hydrocarbon. Polstyrene juga mempunyai daya serap air yang rendah dibawah
0,25%.

3. Abration Resistance
Polystyrene mempunyai kekuatan permukaan relatif lebih keras dibandingkan dengan jenis
termoplastik yang lain. Meskipun demikian, bahan ini mudah tergores.

4. Transparansi
Mempunyai derajat transparansi yang tinggi dan dapat memberikan kilauan yang baik yang tidak
dimilki oleh jenis plastik lain.

5. Sifat elektrikal
Karena mempunyai daya serap air yang rendah maka polystyrene digunakan untuk keperluan
alat-alat listrik.

6. Ketahanan panas
Polystyrene mempunyai softening point yang rendah (90°C), sehingga tidak digunakan untuk
pemakaian pada suhu tinggi. Selain itu polimer ini mempunyai sifat konduktivitas panas yang
rendah. Menurut Wikipedia (8 september 2010) styrofoam adalah merek dagang dari Dow
Chemical Company yang dibuat untuk isolasi panas dan aplikasi kerajinan. Satyarno (2004) dalam
Tiurma (2009) menjelaskan styrofoam adalah gabus putih yang banyak digunakan untuk bahan
pengganjal pada pengepakan barang-barang elektronik.

Styrofoam merupakan bahan yang baik ditinjau dari segi mekanis maupun suhu namun
bersifat agak rapuh dan lunak pada suhu dibawah 100° C menurut Billmeyer (1984) dalam
Dharma Giri (2008). Styrofoam ini memiliki berat jenis sampai 1050 kg/m3, kuat tarik sampai 40
MN/m2, modulus lentur sampai 3 GN/m2, modulus geser sampai 0,99 GN/m2, angka poisson
0,33 menurut Crawford (1998) dalam Dharma Giri (2008).

Mujiarto (2005) menerangkan bahwa styrofoam mempunyai kekuatan permukaan relatif


lebih keras dibandingkan dengan jenis termoplastik yang lain. tyrofoam memiliki sifat sangat

91
ringan , thermoplastic, yaitu menjadi lunak jika dipanaskan dan mengeras kembali setelah dingin.
Dengan pemanasan, styrofoam akan menjadi lunak pada suhu 1000 C, namun jika dibakar secara
langsung styrofoam akan mudah terbakar dan akan mengeluarkan api berwarna kuning dan akan
meninggalkan jelaga. Selain itu juga memiliki sifat tahan terhadap asam, basa dan sifat korosif
lainnya seperti garam. Styrofoam juga sangat stabil dan tidak mudah terurai dalam waktu yang
lama.

2. Penggunaannya:
Penggunaan plastic polythene di lapangan di sesuaikan dengan analisa atau kondisi
Lapangan dengan pengawasan mandor dan pengawas.Jenis dan typenya sesuai dengan
kebutuhan.

3. Ciri ciri plastic polythene adalah sebagi berikut:


1. Thermoplastic
2. Elastis / Lentur
3. Tidak tembus air
4. Tidak berbau
5. Plastic sediit buram dan transparan
6. Tahan benturan
7. Daya tahan hingga 135 derajat celcius
8. Ketebelan minimal 125 mikron

SUB BAB V.12.


PENGADAAN DAN PEMASANGAN BOX TANGKAPAN AIR
1. Pengadaan
 Untuk Spesifikasi Secara Umum sudah di jelaskan pada SEKSI III.3.1.Tentang Pekerjaan
Beton Precetak.
2. Pemasangan
 Pemasangan dilakukan Mengunakan Alat Berat dan harus sesuai dengan prosedur yang
diberikan oleh produser Pre-Cast Box Tangkapan Air, Jika kondisi memang tidak
memungkingkan untuk menggunakan alat berat, maka pemasangan dilakukan manual
oleh tenaga manusia.
 Kerusakan Box Tangkapan Air akibat kesalahan prosedur pemasangan, merupakan
tanggung jawab kontraktor. Dan kontraktor berkewajiban mengganti Box Tangkapan Air
yang rusak dengan Box Tangkapan Air yang baru yang mempunyai spesifikasi yang
seragam.

92
SUB BAB V.13.
PENGADAAN DAN PEMASANGAN U-GUTTER PELALUAN AIR 30.20.60 K-225 PABRIKAN

1. Pengadaan
 Untuk Spesifikasi Secara Umum sudah di jelaskan pada SEKSI III.3.1. Tentang Pekerjaan
Beton Precetak.
2. Pemasangan
 Pemasangan dilakukan Mengunakan Alat Berat dan harus sesuai dengan prosedur yang
diberikan oleh produser Pracetak Box Pelaluan Air, Jika kondisi memang tidak
memungkinkan untuk menggunakan alat berat, maka pemasangan dilakukan manual oleh
tenaga manusia.
 Kerusakan Box Pelaluan Air akibat kesalahan prosedur pemasangan, merupakan tanggung
jawab kontraktor. Dan kontraktor berkewajiban mengganti Box Pelaluan Air yang rusak
dengan Box Pelaluan Air yang baru yang mempunyai spesifikasi yang seragam.

SUB BAB V.14.


GRILL
a. Umum
Ada Empat macam jenis pekerjaan Grill yang akan dilaksanakan pada Pekerjaan Pedestrian,

ialah :

1. Grill Manhole
2. Grill untuk tangkapan air
3. Grill untuk tanaman / pohon
4. Grill Crossing saluran

b. Pekerjaan Pemasangan Grill


Pekerjaan ini mencakup mulai pengadaan pengangkutan sampai pemasangan sesuai gambar
kontrak.

c. Bahan
Besi Cor ( Cast Iron )

Besi Cor yang digunakan untuk pekerjaan ini harus memenuhi hal - hal sebagai berikut:

1. Bahan terbuat dari Besi Cor “ tuang kelabu “ ( Cast Iron )


2. Kekerasan 170 – 229 HB (Hardness Brinell) (SAE grade G2500).
3. Standart ASTM dan JICA.
4. Kemampuan menahan beban pada Grill dan mutu bahan, yaitu:
a. Untuk grill tangkapan air mampu menahan beban terpusat 20 Ton, (FCD 45).

93
b. Untuk grill manhole mampu menahan beban terpusat 5 Ton, (FC 25).
c. Untuk grill tanaman mampu menahan beban terpusat 1 Ton, (FC 25).
d. Untuk grill khusus Crossing Saluran (terletak pada badan jalan) mampu menahan beban
terpusat 40 Ton, (FCD 45).
e. Mutu terdiri dari laju korosi, tes tekan, performance (cat, dimensi, bentuk desain (sesuai
dengan gambar), tidak berkarat, tidak berpori)
f. Setiap pabrikan grill harus melaksanakan pengujian komposisi kimia besi tuang FC 25 di
laboratorium independen dan disaksikan oleh Kontraktor Pelaksana, Konsultan
Pengawas, dan Direksi Pekerjaan.
5. Toleransi Ukuran
a. Dimensi tinggi dan lebar pengaku disesuaikan dengan gambar
b. Toleransi lebar dan panjang ± 3 mm
c. Toleransi tebal frame ± 0.3 mm
d. Toleransi motif timbul ± 0.2 mm
e. Toleransi tebal plat manhole dan BTA minus 0 mm
f. Jarak frame dengan cover max 3 mm

d. Pengukuran dan Pembayaran


1. Cara Pengukuran
 Grill akan diukur dengan jumlah pekerjaan Grill yang digunakan dan diterima
sesuai dengan dimensi yang ditunjukkan pada Gambar atau yang diperintahkan
oleh Direksi Pekerjaan.
2. Dasar Pembayaran
 Kuantitas yang diterima dari pekerjaan Pemasangan Grill sebagaimana yang
disyaratkan di atas, akan dibayar pada Harga Kontrak untuk Mata Pembayaran
dan menggunakan satuan pengukuran yang ditunjukkan di bawah dan dalam
Daftar Kuantitas.
 Harga dan Pembayaran harus merupakan kompensasi penuh untuk seluruh
penyediaan dan pemasangan seluruh bahan yang tidak dibayar dalam Mata
Pembayaran lain.

SEKSI V.13.1. GRILL MANHOLE WARNA (COVER & FRAME) PABRIKAN


1. Umum
Untuk Spesifikasi Secara Umum sudah di jelaskan pada SUB BAB V.13 Tentang Pekerjaan Grill
Fabrikasi.

2. Syarat – syarat pelaksanaan


a. Pemasangan Grill manhole dilakukan setelah pemasangan list sloof beton untuk manhole.

94
b. Diharapakan agar pada waktu pengecoran list sloof beton untuk manhole agar di beri
angkur (dynabolt) sesuai pada gambar, karena nantinya angkur digunakan untuk
pemasangan frame pada manhole tersebut.
c. Grill menggunakan mutu sesuai Fabrikasi
d. Kontraktor harus memesan untuk pembuatan Grill Fabrikasi tersebut pada sebuah pabrik,
yang telah disetujui oleh pihak Direksi
e. Mutu, Dimensi serta Detail Grill Fabrikasi yang dipesan harus sesuai dengan gambar
perencanaan yang sudah disetujui oleh Direksi
f. Berikut penggunaan WARNA SETARA Nippon Paint, yaitu:
 Hitam – Black Smoke – NPN 2037 A
 Putih – Whispering White – NPOW 1001 P
 Abu-abu – Dinosaur Grey – NPN 2042 P
 Hijau – Stunning Green – NPBGG 1645 A
 Kuning – Circus Top – NPYO 1134 A
 Merah – Diva – NPR 1267 A
 Coklat – Sable Brown – NPN 1876 A (173 A)
 Krem – Yelow Tulip – NPYO 1089 P
 Biru – Libery Blue – NPPB 1533 A (281 A)
g. Syarat diterimanya Grill Fabrikasi, pihak penyedia diwajibkan mengundang pihak
pengguna untuk melakukan inspeksi / tinjauan ke produsen melihat tahapan dan
pemakaian bahan pabrikasi (belum pernah dilakukan)
h. Bila mutu pabrikasi dibawah / tidak sesuai dengan spesifikasi teknis, maka pihak
pengguna berhak menolak produk grill
i. Kontraktor diharuskan dapat memberikan Jaminan Spesikasi Pemesanan Grill Fabrikasi
serta Surat Dukungan dari Pabrik (dengan melampirkan analisa harga satuan pabrikasi)
yang dikeluarkan oleh Pabrik, kepada Direksi dan Pengawas.
k. Biaya transportasi Grill Fabrikasi yang sudah dipesan, sepenuhnya ditanggung oleh
Kontraktor.
b. Penyedia wajib merawat dan menjaga grill fabrikasi tetap dalam kondisi baik pada saat
material datang di lokasi sampai pada saat pemasangan.
c. Kontraktor diharuskan dapat memberikan surat pernyataan Jaminan Pemeliharaan Grill
Fabrikasi dengan jangka 1 tahun setelah masa pelaksanaan selesai.

95
SUB BAB V.15.
GRILL TANGKAPAN AIR

SEKSI V.15.1. GRILL TANGKAPAN AIR (COVER & FRAME) PABRIKAN

1. Umum
Untuk Spesifikasi Secara Umum sudah di jelaskan pada SUB BAB V.13 Tentang Pekerjaan Grill
Fabrikasi.

2. Syarat – syarat pelaksanaan


a. Pemasangan Grill Tangkapan air dilakukan setelah pekerjaan pemasangan Box Tangkapan
air.
b. Diharapakan agar pada waktu pemasangan Box Tangkapan air agar di beri lubang untuk
pemasangan angkur yang akan disambung dengan frame grill box tangkapan air sesuai
pada gambar, setelah itu dilakukan perbaikan pada box yang diberi lubang tersebut
dengan penambahan grouting, agar tidak mengurangi mutu dari box tangkapan air
tersebut.
c. Grill menggunakan mutu sesuai Fabrikasi
d. Kontraktor harus memesan untuk pembuatan Grill Fabrikasi tersebut pada sebuah pabrik,
yang telah disetujui oleh pihak Direksi
e. Mutu, Dimensi serta Detail Grill Fabrikasi yang dipesan harus sesuai dengan gambar
perencanaan yang sudah disetujui oleh Direksi
f. Syarat diterimanya Grill Fabrikasi, pihak penyedia diwajibkan mengundang pihak
pengguna untuk melakukan inspeksi / tinjauan ke produsen melihat tahapan dan
pemakaian bahan pabrikasi (belum pernah dilakukan)
g. Bila mutu pabrikasi dibawah / tidak sesuai dengan spesifikasi teknis, maka pihak
pengguna berhak menolak produk grill
h. Kontraktor diharuskan dapat memberikan Jaminan Spesikasi Pemesanan Grill Fabrikasi
serta Surat Dukungan dari Pabrik (dengan melampirkan analisa harga satuan pabrikasi)
yang dikeluarkan oleh Pabrik, kepada Direksi dan Pengawas.
i. Biaya transportasi Grill Fabrikasi yang sudah dipesan, sepenuhnya ditanggung oleh
Kontraktor.
j. Penyedia wajib merawat dan menja ga grill fabrikasi tetap dalam kondisi baik pada saat
material datang di lokasi sampai pada saat pemasangan
k. Kontraktor diharuskan dapat memberikan surat pernyataan Jaminan Pemeliharaan Grill
Fabrikasi dengan jangka 1 tahun setelah masa pelaksanaan selesai.

96
SUB BAB V.16.
GRILL TANGKAPAN AIR (CROSSING) TB. 7 CM

SEKSI V.16.1. GRILL TANGKAPAN AIR (CROSSING) TB. 7 CM


1. Umum
Untuk Spesifikasi Secara Umum sudah di jelaskan pada SUB BAB IV.1 Tentang Pekerjaan Grill
Fabrikasi.

2. Syarat – syarat pelaksanaan


a. Pemasangan Grill Tangkapan air crossing dilakukan setelah pekerjaan pemasangan Box
culvert top bottom untuk pekerjaan crossing.
b. Diharapakan agar pada waktu pemasangan Box Tangkapan air agar di beri lubang untuk
pemasangan angkur yang akan disambung dengan frame grill box tangkapan air sesuai
pada gambar, setelah itu dilakukan perbaikan pada box yang diberi lubang tersebut
dengan penambahan grouting, agar tidak mengurangi mutu dari box tangkapan air
tersebut.
c. Grill menggunakan mutu sesuai Fabrikasi
d. Kontraktor harus memesan untuk pembuatan Grill Fabrikasi tersebut pada sebuah pabrik,
yang telah disetujui oleh pihak Direksi
e. Mutu, Dimensi serta Detail Grill Fabrikasi yang dipesan harus sesuai dengan gambar
perencanaan yang sudah disetujui oleh Direksi
f. Syarat diterimanya Grill Fabrikasi, pihak penyedia diwajibkan mengundang pihak
pengguna untuk melakukan inspeksi / tinjauan ke produsen melihat tahapan dan
pemakaian bahan pabrikasi (belum pernah dilakukan)
g. Bila mutu pabrikasi dibawah / tidak sesuai dengan spesifikasi teknis, maka pihak
pengguna berhak menolak produk grill
h. Kontraktor diharuskan dapat memberikan Jaminan Spesikasi Pemesanan Grill Fabrikasi
serta Surat Dukungan dari Pabrik (dengan melampirkan analisa harga satuan pabrikasi)
yang dikeluarkan oleh Pabrik, kepada Direksi dan Pengawas.
i. Biaya transportasi Grill Fabrikasi yang sudah dipesan, sepenuhnya ditanggung oleh
Kontraktor.
j. Penyedia wajib merawat dan menjaga grill fabrikasi tetap dalam kondisi baik pada saat
material datang di lokasi sampai pada saat pemasangan.
k. Kontraktor diharuskan dapat memberikan surat pernyataan Jaminan Pemeliharaan Grill
Fabrikasi dengan jangka 1 tahun setelah masa pelaksanaan selesai.

97
SUB BAB V.17.
BOLLARD

SEKSI V.17.1 PENGADAAN DAN PEMASANGAN PATOK PENGAMAN JALAN (BOLLARD)

1. Patok pengaman yang dimaksud adalah yang berasal dari pabrikasi.


2. Pemasangan dilakukan sebagai patok pengaman atau pembatas jalan dari kendaraan
bermotor.
3. Pekerjaan ini digunakan sebagai patok pengaman untuk pejalan kaki akibat adanya persil
atau pertemuan jalan. Untuk letak penempatan safety pole disesuaikan gambar/petunjuk
direksi.
4. Dimensi sesuai dengan gambar, dengan tebal tidak boleh kurang dari 2,5 mm.

SUB BAB V.18.


LAPIS PEREKAT ( TACK COAT )

1. Pekerjaan ini harus mencakup penyediaan dan pemasangan material aspal pada permukaan
yang telah dipersiapkan sebelumnya untuk penghamparan pelaburan aspal atau lapisan
campuran aspal.
2. Lapis Resap Pengikat digunakan pada permukaan yang tidak beraspal,dengan bahan aspal
dari jenis aspal semen AC – 10 ( yang kurang lebih ekivalenAspal penetrasi 80/100 ) atau
jenis AC – 20 (yang kurang lebih ekivalenAspal penetrasi 60/70 ), mematuhi ASSHTO N226
-80, dicairkan dengan minyak tanah. Dipasang hanya pada permukaan yang kering atau
sedikit berlembab.
3. Lapis Perekat digunakan pada permukaan yang beraspal,dengan bahan aspal dari jenis aspal
semen AC – 10 atau AC – 20 yang memenuhi ASSHTO M226 – 80 , diencerkan dengan 25
sampai 30 bagian minyak tanah per 100 bagian aspal. Dipasang hanya pada permukaan yang
benar – benar kering.
4. Pekerjaan Lapisan Resap Pengikat dan Lapis Perekat harus tidak dilaksanakan waktu angin
kencang, hujan atau akan turun hujan. Kecuali mendapat persetujuan lain dari Direksi.
5. Lapisan yang telah selesai harus menutup keseluruhan permukaan yang dilapi dan tampak
merata, tanpa lokasi yang tidak tertutup atau beralur atau berlebihan aspalnya.

98
SUB BAB V.19.
PENGHAMPARAN LAPIS PERMUKAAN ASPAL BETON LASTON (AC) TB. 4 CM (MANUAL)

1. Umum
a) Uraian
Pekerjaan ini terdiri dari penyediaan suatu lapis aus permukaan tahan lama dan
padat dari campuran aspal dikenal sebagai Lapisan Aspal Beton (LASTON), tersusun dari
sejumlah agregat tertentu, filter dan aspal semen dihasilkan dari instalasi campuran pusat
(CMP) dan dipasang sesuai dengan spesifikasi-spesifikasi ini dengan ketebalan nominal 4
cm atau diatur tersendiri oleh Direksi Teknik atau ketentuan lain dalam dokumen kontrak,
seperti yang diminta dalam Daftar Penawaran. Campuran Aspal beton tersebut akan
dipasang sebagai satu lapis permukaan baru di atas lapis pondasi atas yang dibentuk
sebelumnya atau sebagai satu lapis ulang diatas suatu perkerasan dengan lapis penutup
yang ada, dan perlu digunakan di atas jalan dengan lalu lintas berat serta kemiringan
terjal.

b) Toleransi Ukuran
 Tebal rata-rata terpasang harus sama dengan atau lebih tebal dari tebal nominal
rencana. Tidak ada satu titikpun akan memiliki ketebalan Aspal Beton padat kurang
dari 90 % tebal rencana. Namun tebal rencana dapat disesuaikan dengan
persyaratan di lapangan atau keputusan Direksi Teknik dan diberitahukan secara
tertulis kepada kontraktor.
 Variasi permukaan Aspal Beton selesai dari tingkat dan ketinggian yang ditentukan
tidak boleh melebihi 5 mm pada setiap titik bilamana diuji dengan satu mistar
batang lurus panjang 3,0 m.
c) Contoh Bahan
Kontraktor harus menyerahkan hal-hal berikut kepada Direksi Teknik pada paling
lambat 14 hari sebelum pekerjaan dimulai :

 Contoh bahan campuran aspal beserta rincian sumber pengadaan.


 Formula campuran pelaksanaan dan data uji pendukung yang diperoleh dari
laboratorium Instalasi Campur Pusat (CMP) yang menunjukkan kesesuaian dengan
persyaratan mutu spesifikasi ini.
 Pembatasan Cuaca
 Aspal beton akan dipasang hanya dibawah kondasi cuaca kering dan bilamana
permukaan perkerasan kering pula.
d) Pengendalian Lalu Lintas
 Pengendalian lalu lintas akan dilaksanakan oleh kontraktor yang sesuai dengan
syarat-syarat umum kontrak dan disetujui oleh Direksi Teknik, serta dilakukan

99
tindakan-tindakan untuk memberi petunjuk dan mengendalikan lalu lintas selama
pelaksanaan pekerjaan.
 Harus disediakan sarana untuk pekerjaan yang harus dilaksanakan dengan separuh
lebar perkerasan, kecuali disediakan satu pengalihan (alternatif) jalan yang sesuai
sehingga disetujui oleh Direksi Teknik.
 Tidak ada lalu lintas yang akan diizinkan lewat di atas permukaan jalan yang baru
selesai sampai lapis permukaan aspal beton di padatkan sepenuhnya hingga
memuaskan Direksi Teknik.

e) Perbaikan Pekerjaan yang Tidak Memuaskan.


Lapis permukaan yang selesai (jadi) dari Aspal Beton harus diselesaikan sesuai
dengan persyaratan Spesifikasi ini dan mendapat persetujuan Direksi Teknik. Luas lapis
permukaan yang tidak memenuhi persyaratan-persyaratan ini dan yang dianggap tidak
memuaskan Direksi Teknik harus diperbaiki dengan cara menyingkirkan dan mengganti,
menambah lapisan tambahan dan/ cara lain yang dipandang perlu oleh Direksi Teknik.

2. Syarat – Syarat Bahan


a) Persyaratan Umum
 Semua bahan yang diperlukan untuk Aspal Beton akan didapat dari Sumber
deposit bahan dan bahan hasil olahan industri dan dipasok langsung ke CMP
(Instalasi Campur Pusat), kecuali DPUK membuat pengaturan alternatif.
 Tanggung jawab untuk menyetujui semua sumber pengadaan dan melaksanakan
test laboratorium yang diperlukan yang berhubungan dengan campuran
percobaan dan pengendalian mutu produksi berada pada Ahli Teknik (Engineer)
yang bertugas dan bertanggung jawab di CMP (Instalasi Campur Pusat).
 Kualitas aspal beton harus memenuhi persyaratan Spefikasi Umum Bina Marga.
b) Agregat
 Agregat kasar
Agregat kasar terdiri dari batu atau kerikil pecah atau campuran yang sesuai dari
batu pecah dengan kerikil alami yang bersih.

Gradasi agregat kasar harus sesuai dengan Tabel 5.14 berikut :

Tabel 5.14. Persyaratan Gradasi Agregat Kasar untuk Aspal Beton

100
Ukuran Saringan Presentasi Lolos
(mm) Saringan Atas Berat

19,0 100

12,5 30 – 100

9,5 0 – 55

4,75 0 – 10

0,075 0-1

 Agregat Halus
Agregat halus terdiri dari pasir alam dan atau batu pecah tersaring dalam
kombinasi yang cocok, dan harus bersih serta bebas dari gumpalan lempung dan
benda-benda lain yang harus di buang, Gradasi agregat halus sesuai dengan Tabel
5.15. berikut.

Tabel 5.15. Persyaratan Gradasi Agregat Halus Aspal Beton

Ukuran Saringan Presentasi Lolos


(mm) Saringan Atas Berat

9,5 100

4,75 90 – 100

2,36 80 – 100

0,60 25 – 100

0,075 3 – 11

 Filler
Bahan filler terdiri dari debu batu sabak atau semen serta harus bebas dari suatu
benda yang harus dibuang. Ia berisi ukuran partikel yang 100 % lolos saringan 0,60
mm dan tidak kurang dari 75 % atas berat partikel yang lolos saringan 0,075
(saringan basah).

 Syarat-syarat Kualitas Agregat Kasar


Agregat kasar yang digunakan untuk aspal beton harus memenuhi syarat kualitas
yang diberikan pada Tabel 2.3. di bawah :

Tabel 5.16. Persyaratan Gradasi Agregat Kasar

101
Uraian Batas Test

Kehilangan berat karena abrasi (


Maksimum 30 %
500 putaran )

Bahan Aspal setelah pelapisan


Minimum 95 %
dan pengelupasan

c) Bahan Aspal
 Bahan aspal harus AC-20 aspal semen gradasi kental (kurang lebih ekivalen dengan
Pen. 60/70) memenuhi persyaratan AASHTO M 226
 Suatu bahan adhesif (pengikat) dan anti pengelupasan harus ditambahkan kepada
bahan aspal, jika diminta demikian oleh Direksi Teknik yang bertugas dan
bertanggung jawab pada CPM (Instalasi Campur Pusat). Bahan tambahan tersebut
harus satu jenis yang disetujui oleh ahli Teknik (Engineer) yang bertugas pada CMP
dan harus ditambahkan dan dicampur sesuai dengan petunjuk Pabrik Pembuat.
3. Persyaratan Campuran
a) Komposisi Campuran
 Campuran aspal tersebut terdiri dari agregat, bahan filter, dan bahan aspal.
Komposisi rencana campuran berada dalam batas-batas rencana yang diberikan
pada Tabel 5.17.
Tabel 5.17 Komposisi Campuran

Presentase Lolos Atas Berat


Fraksi Rencana Campuran
Total Campuran Aspal

Fraksi Agregat Kasar ( > 2.36 mm ) 30 – 50

Fraksi Agregat Kasar ( 2.36 mm – 0.075 mm ) 39 – 59

Fraksi Filter 4.5 – 7.5

Kandungan Aspal (% total atas volume)

Kandungan aspal efektif - Minimum 5.2

102
Kandungan aspal terserap - Maksimum 1.7

Total kandungan aspal sebenarnya - Minimum 6.0

Tebal film aspal - Minimum 8 micron

 Perbandingan campuran final dan formula kualitas aspal beton harus ditentukan
oleh pengujian laboratorium yang dilaksanakan oleh laboratorium CMP dan
campuran rencana sebenarnya harus diserahkan kepada Pemimpin Proyek yang
sesuai dengan persyaratan spesifikasi ini.
b) Sifat-sifat Campuran
 Sifat-sifat campuran yang harus dipenuhi oleh CMP (Instalasi Campur Pusat)
diberikan pada Tabel 5.18. di bawah.
Tabel 5.18. Sifat-Sifat Campuran

Sifat-Sifat Campuran Pengukuran Batas-Batas

Kandungan rongga udara % atas volume total


4% - 6%
campuran padat campuran

Tebal film aspal Micron Minimum 8

Kuosien Marshall KN/mm 1.8 – 5.0

Stabilitas Marshall Kg 550 – 1250

Stabilitas Marshall tertahan


% stabilitas asli Minimum 75%
(rendaman 24 jam)

4. Pelaksanaan Pekerjaan
a) Peralatan Pelaksanaan
 Jenis peralatan dan metoda operasi harus sesuai dengan Daftar Peralatan dan
Instalsi Produksi yang telah disetujui dan menurut petunujuk lebih lanjut Direksi
Teknik.
Pada umunya peralatan yang harus dipilih untuk penghamparan dan penyelesaian
harus paver (perata) bertenaga mesin yang mampu bekerja mencapai garis dan

103
ketinggian yang diperlukan dengan penyediaan untuk pemanasan, screeding dan
sambungan perata campuran aspal beton.

 Jenis peralatan berikut ini akan dipilih untuk penghamparan, pemadatan dan
penyelesaian.
- Alat pengangkutan
Sejumlah dump truk angkutan yang cukup harus disediakan untuk
mengangkut campuran aspal yang sesuai dengan program perkerjaan yang
telah disetujui. Dump truk tersebut harus dilengkapi dengan dasar bak
logam rata ketat, dibersihkan dan yang sebelumnya dilapisi minyak bakar.

- Peralatan untuk Penghamparan dan Penyelesaian


Bilamana diminta demikian dibawah Daftar Penawaran dan Daftar Unit
Produksi, peralatan untuk penghamparan dan penyelesaian harus satu
paver (perata) bertenaga mesin yang mampu bekerja sampai ke garis,
kemiringan dari penampang melintang yang diperlukan dan dapat
memenuhi persyaratan-persyaratan terhadap kinerja volume dan kinerja
kualitas.

- Peralatan Pemadatan
Untuk pemadatan lapis permukaan tersebut diperlukan peralatan sebagai
berikut :

Vibratory roller atau Baby roller ini merupakan aplikasi untuk meratakan
permukaan dengan operating weight kurang dari 3 ton.

Sebuah mesin gilas ban bertekanan dengan ban dipompa mencapai tekanan
8,5 kg/cm2 (120 lbs/sq.in) dan dengan penyediaan untuk ballast dari 1500
kg – 2500 kg muatan per roda.

- Peralatan untuk Penyemprotan lapis Aspal Resap Pelekat atau Lapis Aspal
Pelekat. Sebuah dstributor/ penyemprotan aspal bertekanan harus
disediakan dengan penyediaan untuk pemanasan aspal.

b) Penyediaan Lapangan
 Pemasangan diatas lapis Pondasi Atas.
- Bila memasang diatas pondasi jalan, pondasi tersebut bentuk dan profilnya
harus sama benar dengan yang diperlukan untuk penampang melintang
rencana dan dipadatkan sepenuhnya sampai mendapat persetujuan Direksi
Teknik, yang sesuai dengan persyaratan pemadatan. Pondasi tersebut harus
disapu bersih dari setiap benda yang lepas dan harus dibuang.

104
- Sebelum memasang aspal beton, pondasi jalan tersebut harus dilapisi dengan
Lapis Aspal resap Pengikat pada saatu tingkat pemakaian 0,60 l/m2 atau
tingkat lainnya menurut perintah Direksi Teknik.
 Pemasangan diatas satu Permukaan Aspal yang ada.
- Bilamana pemasangan tersebut sebagai satu lapis ulang diatas satu
permukaan aspal yang ada, setiap kerusakan pada permukaan perkerasan
yang ada termasuk lubang-lubang, bagian yang ambles, pinggiran hancur
dan cacat permukaan lainnya harus dibetulkan dan diperbaiki sampai
disetujui Direksi Teknik.
- Sebelum pemasangan aspal beton, permukaan yang ada harus kering dan
dibersihkan dari semua batu lepas dan bahan lain yang harus dibuang, dan
akan disemprotkan aspal perekat pada tingkat pemakaian tidak melebihi
0,50 l/m2, kecuali diperintahkan lain oleh Direksi Teknik.
c) Penghamparan
 Screed samping atau cetakan yang disetujui harus dipasang sepanjang perkerasan/
bahu jalan sampai garis dan ketinggian yang diperlakukan.
 Penghamparan dengan Mesin
- Sebelum operasi pengaspalan dimulai, screed paver harus di panaskan dan
campuran aspal harus dimasukkan/ dituang ke dalam paver pada satu
temperatur didalam batas-batas antara 140 – 110 C.
- Selama pengoperasian paver, campuran aspal tersebut harus dihampar dan
diturunkan sampai ketingkat, ketinggian dan bentuk penampang melintang
yang diperlukan diatas seluruh lebar perkerasan yang mungkin.
- Paver tersebut harus beroperasi pada satu kecepatan yang tidak
menimbulkan retak-retak pada permukaan. Tingkat penghamparan harus
sebagaimana yang disetujui oleh Direksi Teknik memenuhi persyaratan
tebal rencana.
- Jika terjadi suatu segresi, penyobekan atau penyungkilan permukaan, paver
tersebut harus dihentikan dan tidak boleh berjalan kembali sampai
penyebabnya ditemukan dan diperbaiki. Bagian-bagian yang kasar atau
bahan yang telah segresi harus dibuat betul dengan menyebarkan bahan
halus (fines) serta digaruk dengan baik. Akan tetapi penggarukan harus
dihindari sejauh mungkin dan partikel kasar tidak boleh disebarkan diatas
permukaan yang discreed.
- Harus dijaga supaya campuran tidak mengumpul dan mendingin pada sisi
hopper atau dimana saja pada paver.

105
- Bilamana jalan tersebut harus diperkeras separuh lebar pada waktu,
pengerasan separuh lebar pertama tidak boleh lebih dari 1 kilometer
didepan pengerasan separuh lebar jalan yang kedua.
d) Pemadatan Lapis Aspal Beton
 Pengendalian Suhu
- Secepat setelah campuran tersebut selesai dihampar dan diratakan
,permukaan tersebut harus diperiksa dan setiap kualitas yang tidak baik
harus segera diperbaiki.
- Suhu campuran lepas terpasang harus dipantau dan penggilasan akan
dimulai ketika suhu campuran tersebut turun hingga 110o C dan harus
diselesaikan sebelum suhu turun di bawah 65o C.
- Pengilasan campuran tersebut akan terdiri dari tiga penggilasan secara
berturut-turut dengan urutan pengilasan dari Tabel 5.19 sebagai berikut:
Tabel 5.19 Tahapan Penggilasan

Waktu Sesudah Suhu Penggilasan (oC)


Tahapan Penggilasan
Penghamparan
AC - 10 AC - 20

1. Tahap Awal Penggilasan 0 – 10 menit 110 – 100 125 – 110

2. Penggilasan Kedua/ Antara 10 – 20 menit 100 – 80 110 – 95

3. Penggilasan Akhir 20 – 45 menit 80 – 65 95 – 80

 Prosedur Pemadatan
- Tahap awal pengilasan dan penggilasan final akan dikerjakan semuanya
dengan mesin gilas roda baja. Penggilasan kedua atau penggilasan antara
akan dilakukan dengan sebuah mesin gilas ban pneumatic. Mesin gilas awal
akan beroperasi dengan roda kemudi dekat paver.
- Kecepatan mesin gilas tidak boleh melebihi 4 km/jam untuk mesin gilas
roda baja, dan 6 km/jam untuk mesin gilas ban pneumatic serta akan selalu
cukup lambat untuk menghindari penggeseran campuran panas. Garis

106
penggilasan tidak boleh terlalu berubah – ubah atau arah penggilasan
berbalik secara tiba-tiba, yang akan menimbulkan penggeseran campuran.
- Penggilasan kedua atau penggilasan antara mengikuti sedekat sepraktis
mungkin dibelakang penggilasan pemadatan awal dan harus dilaksanakan
sementara campuran tersebut masih pada satu temperatur yang
memungkinkan akan menghasilkan pemadatan maksimum. Penggilasan
akhir akan dikerjakan bilamana bahan tersebut masih dalam suatu kondisi
cukup dapat dikerjakan untuk membuang semua tanda bekas roda mesin
gilas.
- Penggilasan akan dimulai secara memanjang pada sambungan dan dari
pinggiran sebelah luar yang akan berlangsung sejajar dengan sumbu jalan
menuju ke bagian tengah perkerasan, kecuali pada lengkungan
superelevasi, penggilasan akan mulai pada sisi rendah yang bergerak maju
menuju sisi tengah yang lebih tinggi. Lintasan berikutnya dari mesin gilas
akan bertumpang tindih pada paling sedikit separuh lebar mesin gilas dan
lintasan tidak boleh berhenti pada titik-titik ditempat satu meter dari titik
ujung lintasan-lintasan sebelumnya.
- Bila menggilas sambungan memanjang, mesin gilas pemadat pertama-tama
harus bergerak diatas jalan yang sudah dilewati sebelumnya demikian
sehingga tidak lebih dari 15 cm roda kemudi jalan/ lewat diatas pinggir
perkarasan yang tidak terpadatkan. Mesin gilas harus terus menerus lewat
sepanjang lajur ini menggeser posisinya sedikit demi sedikit menyilang
sambungan tersebut dengan lintasan berikutnya, sampai diperoleh satu
sambungan yang dipadatkan rapih secara menyeluruh.
- Penggilasan akan bergerak maju secara terus menerus sabagaimana
diperlukan untuk mendapatkan pemadatan yang seragam selama waktu
bahwasannya campuran tersebut dalam kondisi dapat dikerjakan dan
sampai semua tanda-tanda bekas roda mesin gilas dan ketidak teraturan
lainnya dihilangkan. Untuk mencegah menempelnya campuran pada mesin
gilas, roda-roda tersebut harus dijaga selalu basah tetapi air yang
berlebihan tidak diizinkan.

e) Penyelesaian
 Alat berat atau mesin gilas tidak diizinkan berdiri diatas permukaan yang baru
selesai sampai permukaan tersebut mendingin secara menyeluruh dan matang.
 Permukaan Aspal Beton sesudah pemadatan harus halus dan rata sampai
punggung jalan dan ketinggian yang ditetapkan di dalam toleransi yang ditentukan.

107
Setiap campuran yang menjadi lepas-lepas dan hancur, bercampur dengan kotoran
atau yang telah menjadi tidak sempurna dalam setiap arah, harus dipadatkan
segera untuk menyesuaikan dengan luas disekitarnya dan setiap luas yang
menunjukkan suatu kelebihan atau kekurangan bahan aspal atas instruksi Direksi
Teknik akan disingkirkan dan diganti. Semua tempat tinggi, sambungan tinggi,
bagian ambles dan rongga-rongga udara harus diselesaikan sebagaimana diminta
oleh Direksi Teknik.
 Sementara permukaan tersebut sedang dipadatkan dan diselesaikan, kontraktor
harus memperbaiki pinggiran- pinggiran menjadi segaris secara rapih. Setiap
bahan-bahan yang berlebih harus dipotong lurus setelah penggilasan final dan
dibuang oleh kontraktor sehingga disetujui oleh Direksi Teknik.
f) Penyelesaian Sambungan
 Tidak boleh ada campuran yang dipasang menempel bahan ujung yang sudah
digilas sebelumnya kecuali ujung tersebut tegak atau telah dipotong kembali
sampai satu permukaan tegak. Satu penyiraman tipis aspal yang digunakan untuk
permukaan-permukaan kontak harus dipakai tepat sebelum tambahan dipasang
menempel bahan yang digilas sebelumnya.

5. Pengendalian Mutu
a) Test Laboratorium
 Test laboratorium harus dilaksanakan oleh Tenaga Ahli yang bertugas
dan bertanggung jawab pada CMP (Instalasi Campur Pusat) yang sesuai dengan
persyaratan Spesifikasi Umum dan untuk memenuhi persyaratan  Spesifikasi yang
diberikan pada Tabel 2.7. Data uji harus disediakan untuk Kontraktor dan Pimpinan
Proyek jika perlu, dan pengujian lebih lanjut harus dilaksanakan bila demikian yang
diminta oleh oleh Direksi Teknik.

Tabel 5.20 Test Laboratorium Aspal Beton

Referensi Test
Test Tipe
AASTHO Bina Marga

108
Ketahanan terhadap
abrasi agregat kasar
Test abrasi untuk agregat <
ukuran kecil T 96 PB 0206 – 76
19 mm
menggunakan mesin
Los Angeles

Pelapisan dan
pengelupasan Penahanan aspal sesudah
T 182 PB 0205 – 76
campuran agregat pelapisan dan pengelupasan
aspal

Test Marsahll untuk


pemilihan gradasi optimum
Ketahanan terhadap
dan kandungan bahan
kelelahan plastis
pengikat , termasuk : -
campuran aspal T 245 PC 0201 – 76
Stabilitas Marshall, Nilai
menggunakan
Aliran Marshall, Koefisien
instrumen Marshall
Marshall, Kepadatan
Marshall

Berat jenis Untuk menentukan rongga


maksimum udara dalam campuran dan
T209
campuran penyerapan aspal oleh
perkeraasan aspal agregat

Berat jenis T 166 Menentukan kerapatan

109
menyeluruh pemadatan HRS thd
campuran aspal presentasi kepadatan
dipadatkan Marshall

Pengaruh panah dan


udara terhadap Menentukan pengaruh
T 179
bahan aspal ( Test minimum ketebalan film
Film Oven ini )

 Untuk pengujian pengendalian mutu campuran, Kontraktor harus mendapatkan


dan menyediakan catatan-catatan pengujian untuk produksi setiap hari, meliputi
analisa saringan, pengendalian suhu, kepadatan/ kestabilan/ aliran Marshall dan
penyerapan oleh agregat. Ujian ini dicatat dalam Tabel 2.7.

b) Pengendalian Lapangan
 Test pengendalian lapangan berikut harus dilaksanakan selama pelaksanaan
pekerjaan terkecuali diperintahkan lain oleh Direksi Teknik. Pemotongan lubang uji
dan mengembalikan ke keadaan semula dengan bahan Aspal Beton dipadatkan
dengan baik harus dikerjakan oleh Kontraktor di bawah pangawasan Direksi Teknik
Tabel 5.21.
Tabel 5.21. Pengujian Mutu Campuran

Test Pengendalian Prosedur

Test permukaan perkerasan untuk Permukaan harus diuji setiap hari dengan
kesesuaian dengan punggung jalan, mal dan punggung dan batang lurus panjang
ketinggian dan kemiringan melintang 3 m setelah pemadatan akhir.

Pengujian berat/kepadatan inti aspal Contoh bahan inti harus diambil setiap 200
beton terpasang dan dipadatkan m, kecuali diperintahkan lain oleh Direksi
(AASHTO T 166) Teknik. Kepadatan campuran yang sudah
disatukan yang telah diuji, tidak boleh

110
kurang dari 97 % bahan (spesimen) padat
laboratorium.

Tebal lapis aspal beton terpasang yang


harus dipantau dengan inti perkerasan atau
dengan cara lain yang diminta oleh Direksi
Ketebalan lapis permukaan Teknik. Inti tersebut harus diambil oleh
Kontraktor dibawah pengawasan Dierksi
Teknik pada suatu titik uji yang
diperintahkan demikian.

Pemeriksaan setiap hari pekerjaan


Kualitas terselesaikan, untuk pengendalian mutu,
keseragaman dan pemadatan

6. Cara Pengukuran Pekerjaan


a) Produksi lapis Aspal Beton harus diukur untuk pembayaran sebagai volume yang diukur
dalam ton campuran aspal yang dikirim ke lapangan dan dapat diterima oleh Direksi
Teknik. Pengukuran akan berdasarkan jumlah tiket pengiriman muatan yang diterima dan
telah dihitung, dan disertai dengan data uji yang relevan mengenai campuran
pelaksanaan. Berat jenis padat AC akan diambil sebagai 2,29 ton/m3.
b) Volume Aspal Beton yang dihampar dan dipadatkan yang harus dukur untuk pembayaran,
sebagai jumlah meter persegi terpasang dan dapat diterima oleh Direksi Teknik, dihitung
sebagai panjang bagian perkerasan yang diukur pada garis sumbu dikalikan dengan lebar
rata-rata yang diukur dan disetujui bersama diantara Kontraktor dan Direksi Teknik.
c) Tebal Aspal Beton yang harus diukur untuk pembayaran adalah tebal rencana padat yang
telah ditetapkan atau sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Teknik secara tertulis.

111
Dalam hal bahwa tebal padat yang dipasang kurang dari tebal rencana, penyesuaian akan
dilakukan dengan menggunakan ukuran luas yang diperbaiki sama dengan :

Tebal diukur rata – rata sebenarnya

Luas diukur sebenarnya =

Tebal rencana

d) Tidak ada penyesuaian yang sama dari luas yang diukur akan dibuat untuk tebal yang
dapat diterima yang melebihi tebal rencana, kecuali penambahan tebal tersebut telah
diminta oleh Direksi Teknik secara tertulis.
e) Bila lapis aspal resap perekat atau lapis aspal perekat dipasang yang sesuai dengan
kontrak khusus dan Daftar Penawaran, lapis aspal resap perekat atau lapis aspal perekat
tersebut akan diukur dalam liter.
f) Bilamana aspal beton diletakkan diatas lapis pondasi atas, pekerjaan mempersiapkan dan
memelihara lapis pondasi atas tidak boleh diukur untuk pembayaran dan akan
dimasukkan dalam pekerjaan yang diperlukan untuk penyelesaian lapis pondasi atas
tersebut yang sesuai dengan persyaratan Spesifikasi ini.
g) Bila aspal beton dipasang diatas perkerasan aspal yang ada, pekerjaan yang diperlukan
untuk membuat betul permukaan termasuk perbaikan lubang-lubang, pinggiran hancur
dan bagian-bagian ambles, tidak boleh diukur dan dibayar dibawah bab ini, tetapi akan
diukur dan dibayar sesuai dengan item-item pembayaran yang relevan.
h) Bila perbaikan lapis perata yang tidak memuaskan, telah diminta sesuai dengan spesifikasi
ini, tidak ada tambahan pembayaraan akan dibuat untuk pekerjaan ekstra atau volume
yang diperlukan bagi perbaikan-perbaikan.
i) Tidak ada penambahan pengukuran atau pembayaran yang dibuat untuk pengujian
bahan-bahan yang diperlukan dibawah spesifikasi ini dan semua pekerjaan demikian akan
dianggap telah dimasukkan dalam item pembayaran untuk pemasangan Lapis Aspal
Beton.

SUB BAB V.20.


PENGHAMPARAN ATB TB. 4 CM (MANUAL)
.

1. Umum
a) Uraian
Pekerjaan ini terdiri dari penyediaan satu lapisan perata pondasi atas yang padat,
tahan lama, disusun dari agregat dan bahan aspal dicampur di dalam satu instalasi

112
campur pusat (CMP) dan digunakan untuk maksud penguatan perkerasan yang ada dan
pembentukan ulang perkerasan sampai punggung jalan dan kemiringan melintang yang
benar sebelum dipasang satu lapis ulang permukaan baru.

b) Toleransi Ukuran
 Tebal praktis minimum lapis pondasi atas perata adalah 4 cm. Dan ketebalan yang
harus dipasang sampai tingkat dan ketinggian yang diatur dilapangan serta
sebagaimana di perintahkan oleh Direksi Teknik. Tebal rata-rata yang ditetapkan
pada gambar rencana adalah berdasarkan pemeriksaan visual dan diberikan
sebagai perkiraan tebal rata-rata ynag diperlukan.
 Lapis pondasi atas perata tidak boleh dipasang dalam lapisan melebihi ketebalan
10 cm padat.
 Bila diuji dengan satu mal punggung jalan atau batang lurus 3 m, variasi
permukaan selesai pada setiap titik lapis pondasi atas perata tidak boleh melebihi
10 mm dari permukaan atau ketinggian yang telah ditetapkan.
c) Contoh Bahan
Kontraktor harus menyerahkan contoh bahan berikut kepada Direksi Teknik paling
lambat 14 hari sebelum pekerjaan dimulai.

 Contoh bahan campuran aspal disertai rincian sumber pengadaan.


 Formula campuran pelaksanaan beserta data test pendukung dari laboratorium
Instalasi Campur Pusat (CMP) yang menunjukkan kecocokkan dengan persyaratan
kualitas Spesifikasi ini.
d) Pembatasan Cuaca
Lapis Aspal Beton Pondasi Atas Perata (LASTON ATAS) akan dipasang hanya
dibawah kondisi cuaca kering dan permukaan perkerasan kering.

e) Pengendalian Lalu Lintas


 Pengendalian lalu lintas harus dilaksanakan oleh kontraktor sesuai dengan sayrat-
syarat Umum Kontrak dan disetujui oleh Direksi Teknik, serta tindakan-tindakan
pencegahan yang memadai harus diambil untuk mengarahkan dan mengendalikan
lalu lintas selama pelaksanaan pekerjaan.
 Pelaksanaan harus separuh lebar jalan, terkecuali disediakan satu jalan pengalihan
(alternatif) yang pantas dan mendapat persetujuan Direksi Teknik.
 Tidak ada lalu lintas yang diizinkan lewat diatas permukaan jalan yang baru selesai
sampai lapisan aspal pondasi atas tersebut dipadatkan sehingga memuaskan Direksi
Teknik. Kecepatan lalu lintas diatas permukaan terpasang yang baru tersebut harus
dibatasi sampai 15 km/jam untuk paling sedikit selama 48 jam setelah penyelesaian.

113
Kontraktor harus bertanggung jawab atas semua akibat lalu lintas yang
diizinkan.lewat, sementara pekerjaan jalan sedang berlangsung.
f) Perbaikan Pekerjaan yang tidak memuaskan
Lapis Aspal Pondasi Atas perata harus diselesaikan sesuai dengan persyaratan
spesifikasi ini dan sampai disetujui Direksi Teknik. Luas lapis pondasi atas perata yang
tidak mematuhi kepada persyaratan-persyaratan ini dan yang dianggap tidak memuaskan
Direksi Teknik harus diperbaiki dengan cara menyingkirkan dan mengganti, menambah
satu lapisan tambahan dan/ atau dengan suatu tindakan tindakan lain yang dianggap
perlu oleh Direksi Teknik.

2. Bahan-Bahan
a) Persyaratan Umum
 Semua bahan yang diperlukan untuk lapis aspal pondasi atas perata akan didapat
dari sumber deposit bahan dan bahan olahan industri dan dipasok langsung
kepada CMP (Instalasi Campur Pusat) terkecuali DPUK mengadakan pengaturan
alternatif.
 Tanggung jawab untuk persetujuan semua sumber pengadaan dan pelaksanaan
tets laboraorium yang berhubungan dengan campuran pelaksanaandan
pengendalian mutu produksi akan ada pada tenaga Ahli (Engineer) yang bertugas
dan bertanggung jawab di CMP (Instalasi Campur Pusat)
 Kualitas Campuran Aspal untuk Lapis Pondasi Atas Perata tersebut harus
memenuhi persyaratan Spesifikasi Umum Bina Marga.
b) Agregat
 Agregat Kasar
Agregat kasar untuk Lapis Aspal Pondasi Atas Perata terdiri dari batu atau kerikil
pecah ataupun satu campuran batu pecah dengan kerikil alami bersihyang sesuai.
Gradasi agregat kasar harus memenuhi persyaratan pada Tabel 5.22. berikut.

Tabel 5.22. Persyaratan Gradasi Untuk Agregat Kasar Lapis Aspal Beton Pondasi Atas
Perata

Ukuran Saringan Presentasi Lolos


(mm) Saringan Atas Berat

19,0 100

12,5 95 – 100

9,5 50 – 100

114
4,75 0 – 50

0,075 0-5

 Agregat Halus
Agregat halus terdiri dari pasir alami dan/ atau batu yang disaring dalam kombinasi
yang cocok. Dan harus bersih serta bebas dari gumpalan lempung dan benda-
benda lain yang harus dibuang. Gradasi agregat halus tersebut harus sesuai
dengan Tabel 5.23. berikut ini.

Tabel 5.23.Persyaratan Gradasi Agregat Halus Lapis Aspal Beton Pondasi Atas Perata

Ukuran Saringan Presentasi Lolos


(mm) Saringan Atas Berat

19,0 100

12,5 90 – 100

9,5 80 – 100

4,75 25 – 100

0,075 3 - 11

 Filler (bahan halus pengisi)


Bahan filler terdiri dari debu batu sabak atau semen dan harus bebas dari benda-
benda yang harus dibuang. Ia akan berisi ukuran partikel yang 100 % lolos saringan
0.60 mmdan tidak kurang dari 75 % atas dasar berat partikel-partikel yang lolos
saringan 0,075 %.

 Syarat – Syarat kualitas Agregat kasar


Agregat kasar yang harus digunakan untuk lapis aspal beton pondasi atas  perata
harus memenuhi syarat – syarat kualitas yang diberikan pada Tabel 2.24. dibawah.

Tabel 2.24. Syarat-Syarat Kualitas Agregat Kasar Lapis Aspal Pondasi Atas Perata

Uraian Batas Test

Kehilangan berat karena abrasi (


Maksimum 40 %
500 putaran )

Bahan Aspal setelah pelapisan


Minimum 85 %
dan pengelupasan

115
c) Bahan Aspal
 Bahan aspal harus aspal semen gradasi kental yang memenuhi persyaratan
AASHTO M 226. Gradasi yang dipakai adalah sebagai berikut :
- Grade AC – 20 (kurang lebih ekivalen dengan Pen 60/70)
 Suatu bahan adhesif (pengikat) dan anti pengelupasan harus ditambahkan kepada
bahan aspal,jika diperintahkan demikian oleh Ahli Teknik yang bertugas dan
bertanggung jawab pada CMP (Insatalasi Campur Pusat). Bahan additive
(tambahan) tersebut harus dari jenis yang disetujui Ahli Teknik yang bertugas serta
harus ditambahkan dan dicampur sesuai dengan petunjuk - petunjuk pabrik
pembuat.

3. Persyaratan Campuran
a) Komposisi Campuran
 Campuran aspal akan terdiri dari agregat. bahan filler dan bahan aspal. Komposisi
rencana campuran akan berada didalam batas-batas yang diberikan pada Tabel
5.25.

Tabel 5.25. Komposisi Campuran

Presentase Lolos Atas Berat


Fraksi Rencana Campuran
Total Campuran Aspal

Fraksi Agregat Kasar ( > 2.36 mm ) 40 – 60

Fraksi Agregat Kasar ( 2.36 mm – 0.075


26 – 49,5
mm )

116
Fraksi Filter (bahan halus pengisi) 4.5 – 7.5

Kandungan aspal efektif - Minimum 5.5

Kandungan aspal terserap - Maksimum 1.7

Total kandungan aspal sebenarnya - Minimum 6.0

 Perbandingan campuran final dan formula campuran pelaksanaan akan ditentukan


dengan pengujian laboratorium dan campuran rencana sebenarnya harus
diserahkan kepada Pelaksana Kegiatan Dinas Bina Marga dan Pematusan yang
sesuai dengan persyaratan Spesifikasi ini.
b) Sifat-Sifat Campuran
 Sifat-Sifat campuran harus mematuhi syarat-syarat dari CMP (Instalasi Campuran
Pusat) yang diberikan pada Tabel 5.26. berikut :

Tabel 5.26. Sifat -Sifat Campuran

Sifat-Sifat Campuran Pengukuran Batas-Batas

Kandungan rongga udara % atas volume total


4% - 5%
campuran padat campuran

Kuosien Marshall KN/mm 1.8 – 5.0

Stabilitas Marshall Kg 450

Stabilitas Marshall tertahan


% stabilitas asli Minimum 75%
(rendaman 24 jam)

4. Pelaksanaan Pekerjaan
a) Peralatan Pelaksanaan
 Jenis Peralatan dan methoda operasi harus sesuai dengan Daftar Peralatan dan
Instalasi Produksi yang telah disetujui dan menurut petunjuk lebih lanjut Direksi
Teknik.
Pada umumnya peralatan yang akan dipilih untuk penghamparan dan
penyelesaian harus paver (perata) bertenaga mesin yang mampu bekerja sampai

117
garis dan ketinggian yang diperlukan, dengan penyediaan untuk pemanasan,
screeding dan sambungan perata campuran aspal.

 Jenis peralatan berikut ini akan dipilih untuk penghamparan, pemadatan, dan
penyelesaian.
- Alat Pengangkutan
Sejumlah dump truk angkutan yang cukup harus disediakan untuk
mengangkut campuran aspal yang sesuai dengan program pekerjaan yang
telah disetujui. Dump truk tersebut harus dilengkapi dengan dasar (bak)
logam rata, bersih yang sebelumnya dilapisi minyak bakar.

- Peralatan untuk Penghamparan dan Penyelesaian


Bilamana diminta demikian di bawah Daftar Penawaran dan Daftar Unit
Produksi, peralatan untuk penghamparan dan penyelesaian harus satu
paver (perata) bertenaga mesin yang mampu bekerja sampai kegaris,
kemiringan dari penampang melintang yang diperlukan dan dapat
memenuhi persyaratan-persyaratan terhadap volume dan penampilan
kualitas.

Peralatan Pemadatan

- Untuk pemadatan lapis aspal beton pondasi atas, diperlukan peralatan


berikut :
Vibratory roller atau Baby roller ini merupakan aplikasi untuk meratakan
permukaan dengan operating weight kurang dari 3 ton

Sebuah mesin gilas ban bertekanan dengan ban dipompa mencapai tekanan
8,5 kg/cm2 (120 lbs/sq.in) dan dengan penyediaan untuk ballast dari 1500
kg – 2500kg muatan per roda.

- Peralatan untuk Penyemprotan Lapis Aspal Pengikat.


Sebuah distributor/ penyemprot aspal bertekanan harus disediakan dengan
penyediaan untuk pemanasan aspal.

b) Penyiapan Lapangan
 Perkerasan lama harus dibersihkan dari bahan-bahan lepas dan lunak, serta setiap
kerusakan pada perkerasan karena lubang-lubang, bagian ambles, pinggiran
runtuh dan cacat-cacat permukaan harus dibetulkan dan diperbaiki sehingga
mendapat persetujuan Direksi Teknik.
 Sebelum memasang lapis aspal beton pondasi atas perata, permukaan lama harus
kering dan dibersihkan dari semua batu lepas serta bahan-bahan lain yang harus

118
dibuang, dan harus disemprot dengan lapis aspal pengikat pada satu tingkat
pemakaian tidak melebihi 0,5 l/m2, terkecuali diperintahkan lain oleh Direksi
Teknik.
c) Penghamparan
 Bila diminta demikian oleh Direksi Teknik, screed samping atau cetakan lain yang
disetujui harus dipasang sepanjang pinggir bahu jalan/ perkerasan sampai garis
dan ketinggian yang diperlukan.
 Penghamparan dengan mesin
- Sebelum operasi pengerasan dilmulai, screed paver harus dipanaskan dan
campuran aspal harus dimasukkan/ dituang kedalam paver pada satu
temperatur didalam batas-batas berikut :
Untuk Grade AC – 10, batas suhu : 140 0 C – 110 0 C

Untuk Grade AC – 20, batas bahu : 150 0 C - 120 0 C

- Selama pengoperasian paver, campuran aspal tersebut harus dihampar dan


diratakan sampai ketinggian dan bentuk penampang melintang yang
ditentukan di atas seluruh lebar perkerasan atau selebar yang praktis.
- Paver tersebut harus beroperasi pada satu kecepatan yang tidak
menimbulkan retak-retak pada permukaan, Tingkat penghamparan harus
sebagaimana yang disetujui oleh Direksi Teknik memenuhi persyaratan
tebal rencana.
- Jika suatu segresi, penyobekan atau pencungkilan permukaan telah terjadi,
paver tersebut harus dihentikan dan tidak boleh berjalan kembali sampai
penyebabnya ditemukan dan diperbaiki. Bagian-bagian yang kasar atau
bahan yang telah segresi harus diperbaiki dengan menyebarkan bahan
halus (fines) serta digaru dengan baik. Akan tetapi penggarukan sejauh
mungkin harus dihindari, dan pertikel kasar tidak boleh disebarkan diatas
permukaan yang discreed.
- Harus dijaga supaya campuran tidak mengumpul dan mendingin pada sisi
hopper atau dimana saja pada paver.
- Bila jalan tersebut harus diperkeras separuh lebar pada satu waktu,
pengerasan separuh lebar pertama tidak boleh lebih dari 1 kilometer di
depan pengerasan separuh lebar jalan yang kedua.
d) Pemadatan Lapis Aspal Beton Pondasi Atas Perata
 Pengendalian Suhu
- Secepatnya setelah campuran selesai dihampar dan diratakan, permukaan
harus diperiksa dan ketidakrataan harus diperbaiki.

119
- Temperatur campuran lepas terpasang harus dipantau dan penggilasan
akan dimulai dan diselesaikan bilamana suhu campuran turun sampai
dibawah batas-batas berikut ini.
Grade AC – 20 – Mulai 125 0 C dan selesai 80 0 C

- Penggilasan campuran tersebut akan terdiri dari tiga penggilasan secara


berturut-turut dengan urutan dengan Tabel 5.27. sebagai berikut :
Tabel 5.27. Tahapan Penggilasan

Waktu Sesudah Suhu Penggilasan (oC)


Tahapan Penggilasan
Penghamparan
AC - 10 AC - 20

1. Tahap Awal Penggilasan 0 – 10 menit 110 – 100 125 – 110

2. Penggilasan Kedua/ Antara 10 – 20 menit 100 – 80 110 – 95

3. Penggilasan Akhir 20 – 45 menit 80 – 65 95 – 80

 Prosedur Pemadatan
- Tahap awal penggilasan dan penggilasan akhir akan dikerjakan semuanya
dengan mesin gilas roda baja. Penggilasan kedua atau penggilasan antara
akan dilakukan dengan sebuah mesin gilas ban pneumatic. Mesin gilas awal
akan beroperasi dengan roda kemudi sedekat mungkin paver.
- Kecepatan mesin gilas tidak boleh melebihi 4 km/jam untuk mesin gilas
roda baja, dan 6 km/jam untuk mesin gilas ban pneumatic serta akan selalu
cukup lambat untuk menghindari penggeseran campuran panas. Garis
penggilasan tidak boleh terlalu berubah-ubah atau arah penggilasan
berbalik secara tiba-tiba, yang akan menimbulkan penggeseran campuran.
- Penggilasan kedua atau penggilasan antara mengikuti sedekat sepraktis
mungkin di belakang penggilasan pemadatan awal dan harus dilaksanakan
sementara campuran tersebut masih pada satu temperatur bahwa akan

120
menghasilkan pemadatan maksimum. Penggilasan akhir akan dikerjakan
bilamana tersebut masih dalam suatu kondisi cukup dapat dikerjakan untuk
membuang semua tanda bekas injakan roda mesin gilas.
- Penggilasan akan dimulai secara memanjang pada sambungan dan dari
pinggiran sebelah luar yang akan berlangsung sejajar dengan sumbu jalan
menuju ke bagian tengah perkerasan. Kecuali pada lengkungan super
elevasi, penggilasan akan mulai pada sisi rendah yang bergerak maju
menuju sisi tinggi. Lintasan berikutnya dari mesin gilas akan bertumpang
tindih pada paling sedikit separuh lebar mesin gilas dan lintasan tidak boleh
berhenti pada titik-titik di tempat satu meter dari titik ujung lintasan-
lintasan sebelumnya.
- Bila menggilas sambungan memanjang, mesin gilas pemadat pertama-tama
harus bergerak diatas jalan yang sudah dilewati sebelumnya demikian
sehingga tidak lebih dari 15 cm roda kemudi jalan/ lewat diatas pinggir
perkerasan yang tidak terpadatkan. Mesin gilas harus terus menerus
sepanjang lajur ini menggeser posisinya sedikit demi sedikit menyilang
sambungan tersebut dengan lintasan berikutnya, sampai diperoleh satu
sambungan yang dipadatkan rapi secara menyeluruh.
- Penggilasan akan bergerak maju secara terus menerus sebagaimana
diperlukan untuk mendapatkan pemadatan yang seragam selama waktu
campuran tersebut dalam kondisi dapat dikerjakan dan sampai semua
tanda-tanda bekas roda mesin gilas dan ketidak teraturan lainnya
dihilangkan. Untuk mencegah menempelnya campuran pada mesin gilas,
roda-roda tersebut harus dijaga selalu basah tetapi air yang berlebihan
tidak diizinkan.
e) Penyelesaian
 Alat berat atau mesin gilas tidak diizinkan berdiri diatas permukaan yang baru
selesai sampai permukaan tersebut mendingin secara menyeluruh dan memadat.
 Permukaan Lapis Aspal Beton Pondasi Atas sesudah pemadatan harus halus dan
rata sampai punggung jalan dan kemiringan yang ditetapkan di dalam toleransi
yang ditentukan. Setiap campuran yang menjadi lepas-lepas dan hancur,
bercampur dengan kotoran atau yang tidak sempurna. Harus segera dipadatkan
supaya sama dengan sekitarnya dan setiap luas yang menunjukkan suatu kelebihan
atau kekurangan bahan aspal atas instruksi Direksi Teknik akan disingkirkandan
diganti. Semua tempat tinggi, sambungan tinggi. Bagian ambles dan bagian yang
berongga harus diselesaikan sebagaimana diminta oleh Direksi Teknik.
 Sementara permukaan tersebut sedang dipadatkan dan diselesaikan, Kontraktor
harus memperbaiki pinggiran-pinggiran menjadi segaris secara rapih. Setiap

121
bahan-bahan berlebih harus dipotong lurus setelah penggilasan akhir dan dibuang
oleh Kontraktor menurut Direksi Teknik.
f) Penyelesaian Sambungan
Tidak boleh ada campuran yang dipasang menempel pada lapisan yang sudah
digilas sebelumnya, kecuali pinggirannya telah dipotong satu permukaan tegak, satu
penyiraman tipis aspal yang digunakan untuk lapis aspal pengikat harus dipakai sebelum
tambahan campuran dipasang menempel pada bahan yang digilas sebelumnya.

5. Pengendalian Mutu
a) Test Laboratorium
 Test laboratorium harus dilaksanakan oleh Tenaga Ahli yang bertugas dan
bertanggung jawab pada CMP (Instalasi Campur Pusat) yang sesuai dengan
persyaratan Spesifikasi Umum dan untuk memenuhi persyaratn spesifikasi yang
diberikan pada Tabel 2.7. Data uji harus disediakan oleh Kontraktor dan Pimpinan
Proyek jika perlu, dan pengujian lebih lanjut harus dilaksanakan bila diminta
demikian oleh Direksi Teknik.
 Untuk pengujian pengendalian mutu campuran, Kontraktor harus mendapatkan dan
menyediakan catatan-catatan pengujian untuk produksi setiap hari. Meliputi analisa
saringan, pengendalian suhu, kepadatan/ stabilitas/ aliran Marshall dan penyerapan
aspal oleh agregat. Ujian ini dicatat dalam Tabel 2.7..
b) Pengendalian Lapangan
 Test pengendalian lapangan berikut ini harus dilaksanakan selama pelaksanaan
pekerjaan terkecuali diperintahkan lain oleh Direksi Teknik. Pemotongan lubang uji
untuk contoh inti dan mengembalikan ke keadaan semula dengan bahan ATB
dipadatkan dengan baik harus dikerjakan oleh Kontraktor dibawah pengawasan
Direksi Teknik Tabel 2.28.
Tabel 5.28. Persyaratan Pengendalian Lapangan

Test Pengendalian Prosedur

Permukaan harus diuji setiap hari


Test permukaan perkerasan untuk
dengan mal dan punggung dan batang
kesesuaian dengan punggung jalan,
lurus panjang 3 m setelah pemadatan
ketinggian dan kemiringan melintang
akhir.

122
Contoh bahan inti harus diambil setiap
200 m, kecuali diperintahkan lain oleh
Pengujian berat/kepadatan inti aspal beton Direksi Teknik. Kepadatan campuran
terpasang dan dipadatkan (AASHTO T 166) yang sudah disatukan yang telah diuji,
tidak boleh kurang dari 97 % bahan
(spesimen) padat laboratorium.

Tebal lapis aspal beton terpasang yang


harus dipantau dengan inti perkerasan
atau dengan cara lain yang diminta
Ketebalan lapis permukaan oleh Direksi Teknik. Inti tersebut harus
diambil oleh Kontraktor dibawah
pengawasan Dierksi Teknik pada suatu
titik uji yang diperintahkan demikian.

Pemeriksaan setiap hari pekerjaan


Kualitas terselesaikan, untuk pengendalian
mutu, keseragaman dan pemadatan

6. Cara Pengukuran Pekerjaan


a) Produksi lapis ATB perata harus diukur untuk pembayaran sebagai volume yang diukur
dalam ton campuran aspal yang dikirim ke lapangan dan dapat diterima Direksi Teknik.
Pengukuran akan berdasarkan pada jumlah tiket pengiriman muatan yang diterima dan
telah dihitung, dan disertai dengan data uji yang relevan mengenai campuran
pelaksanaan . berat jenis padat ATB akan diambil sebagai 2.29 ton/m3 terkecuali
dinyatakan lain.
b) Volume ATB Lapisan Perata yang dihampar dan dipadatkan akan diukur untuk
pembayaran sebagai jumlah meter kubik terpasang dan dapat diterima oleh Direksi

123
Teknik, dihitung sebagai panjang bagian perkerasan yang diukur pada garis sumbu
dikalikan denagn lebar rata-rata yang diukur dan disetujui bersama diantara Kontraktor
dan Direksi Teknik.
c) Bilamana suatu lapis aspal pelekat dipasang sesuai dengan persyaratan kontrak tertentu
dan Daftar Penawaran, lapis aspal pelekat tersebut akan diukur dalam liter.
d) Pekerjaan yang diperlukan untuk memperbaiki perkerasan yang ada termasuk
memperbaiki lubang-lubang, pinggiran runtuh dan daerah-daerah ambles, tidak boleh
diukur dan tidak boleh dibayar dibawah bab ini, tetapi akan diukur dan dibayar menurut
item-item pembayaran yang relevan.
e) Bilamana perbaikan lapis perata yang tidak memuaskan telah diminta sesuai dengan
Spesifikasi ini, tidak ada tambahan pembayaran akan dibuat untuk pekerjaan ekstra atau
volume yang diperlukan untuk perbaikan-perbaikan.
f) Tidak ada penambahan pengukuran atau pembayaran akan dibuat untuk pengujian
bahan-bahan yang diperlukan dibawah spesifikasi ini, dan semua pekerjaan demikian
akan dianggap sudah dimasukkan dalam item pembayaran untuk pemasangan Lapis Aspal
Beton Pondasi Atas Perata (LATASTON).

SUB BAB V.21.


PEMASANGAN TRUCUK BAMBU DIA. 10-12 CM ; PJ. 1,5 M

1. Pekerjaan ini dilakukan sebelum pekerjaan pasangan batu kali,


pekerjaan pasangan box culvert, pekerjaan pasangan u-ditch atau di pekerjaan lain sesuai
dengan gambar perencanaan. Pekerjaan ini dimaksudkan untuk meningkatkan daya dukung
tanah yang ada pada dasar pekerjaan diatas tersebut sehingga diharapkan daya dukungnya
menjadi lebih besar dari keadaan sebelumnya.
2. Material yang digunakan adalah Bambu Bongkotan dengan diameter
10 cm – 12 cm .Panjang masing – masing bambu 1,5 meter
3. Terucuk Bambu dipasang arah pada masing – masing sisi dipasang 2
buah terucuk sejajar, terucuk bambu dipasang sejarak 40 cm arah melintang dan arah
memanjang dengan jarak antar terucuk 50 cm, atau pemasangan sesuai dengan gambar
perencanaan. Untuk Pemancangannya adalah sebagai berikut :
a. Alat pemancang dipakai Drop Hammer kapasitas 100 kg yang dilengkapi dengan
konstruksi kaki tiga dari pipa besi dan katrol dengan ketinggian jatuh 2 meter, atau alat

124
bantu innya yang bisa digunakan agar pemancangan trucuk bambu bisa terpalasang
sesuai dengan rencana.
b. Trucuk bambu dipancangkan dalam keadaan baik, tidak cacat yang dapat mengurangi
kekokohan pekerjaan.
c. Apabila pemancangan tidak bisa terbenam seluruhnya (belum sesuai dengan gambar
rencana) maka drop hammer diganti dengan yang lebih berat sehingga kedalaman tiang
trucuk dapat dipancangkan sesuai dengan gambar rencana.
d. Apabila dari hasil pemancangan tersebut di atas menurut Konsultan Pengawas dan
Direksi Pekerjaan hasilnya meragukan misalnya tiang trucuk miring, pecah dan sebagainya
maka Kontraktor harus mencabut tiang trucuk tersebut dan diharuskan melakukan
pemancangan ulang.
e. Segala kerugian yang ditimbulkan akibat hal tersebut di atas adalah menjadi tanggung
jawab kontraktor sepenuhnya.

BAB VI
PEKERJAAN LAIN-LAIN

SUB BAB V.1.


QUALITY CONTROL BAHAN

1. Pekerjaan Quality Control Beton


 Pengangkutan adukan beton dari tempat pengadukan ketempat pengecoran harus
dilakukan dengan cara yang disetujui oleh Direksi, yaitu:
a. Tidak berakibat pemisahan dan kehilangan bahan-bahan.
b. Tidak terjadi perbedaan waktu pengikatan yang menyolok antara beton yang
sudah dicor dan yang akan dicor, dan nilai slump untuk berbagai pekerjaan beton
harus memenuhi Tabel 4.4.1 SK SNI T-15.1991.03.
c. Pengadukan pengecoran harus menggunakan Concrete Mixer.
d. Kontraktor harus memberikan Jaminan atas kemampuannya membuat kualitas
beton dengan memperhatikan data-data pelaksanaan di lain tempat atau dengan
mengadakan trial-mixer dilaboratorium yang ditunjuk oleh Direksi/pengawas
lapangan.

125
e. Kontraktor membuat laporan tertulis atas data-data kualitas yang dibuat dengan
disahkan oleh Direksi dan laporan tersebut harus dilengkapi dengan nilai
karakteristik Laporan tertulis tersebut.
f. Penunjukan Laboratorium harus dapat persetujuan dari Direksi/Pengawas.
 Pengujian Dengan Menggunakan “Silinder“
Sebelum diadakan pekerjaan pengecoran untuk setiap bagian pekerjaan
strukturbangunan (Pondasi, Sloof, Kolom, Plat Lantai dan Balok), pihak kontraktor harus
membuat percobaan test “silinder“ minimal 3 (tiga) sampel untuk masing masing bagian
pekerjaan dan minimal 1 (satu} sampel untuk setiap ready mix beton.Pelaksanaan
percobaan yang dimaksud adalah pengujian mutu beton dengan silinder terbuat dari plat
baja dengan ukuran Dia.15 cm Tinggi.30 cm atau kubus dengan ukuran 15 cm x 15 cm, jika
dalam pengetesan laboratorium mutu beton yang diinginkan tidak tercapai maka harus
diadakan job mix design.

a. Pemeriksaan Mutu Beton


Mutu beton dan mutu pelaksanaan dianggap memenuhi syarat apabiladipenuhi
syarat-syarat sebagai berikut:

- Tidak boleh lebih dari 1 nilai diantara 3 nilai hasil pemeriksaan benda uji
berturut-turut.
- Tidak boleh satu pun nilai rata-rata dari 3 hasil pemeriksaan benda uji
berturut-turut berkurang.
- Setiap hasil pemeriksaan benda uji berturut-turut seperti diatas, harus
dipakai sebagai dasar untuk mempertimbangkan apakah perlu diadakan
perubahan dalam campuran beton.
 Pemeriksaan Benda Uji
Adukan beton untuk benda uji harus diambil langsung dari mesin pengaduk dengan
menggunakan ember atau alat lainnya yang tidak menyerap air.

a. Pada adukan beton yang encer, adukan beton diisikan kedalam cetakan dalam 3
lapis yang kira-kira sama tebal, dimana masing-masing lapis ditumbuk 10 kali
dengan tongkat baja dengan diameter 26 mm, dan ujung dibulatkan.
b. Selanjutnya adukan didalam cetakan harus dipadatkan dengan cara yang
sesungguhnya. Apabila dalam hal ini dipergunakan jarum-jarum penggetar, maka
jarum penggetar tersebut harus dimasukkan sentris kedalam setiap kubus tanpa
menyentuh dasarnya. Penggetaran harus dilanjutkan sampai permukaan adukan
beton nampak mengkilap oleh air semen. Kemudian jarum penggetar ditarik dan
diadukkan.

126
c. Benda uji harus disimpan ditempat yang bebas dari getaran dan ditutupi dengan
karung basah selama 24 jam.
d. Sebelum kubus diuji diperiksa kekuatannya, ukurannya harus ditentukan dengan
ketelitian sampai mm. Apabila berat isi dari beton juga harus ditentukan, maka
berat beton harus ditentukan dengan ketelitian sampai ratusan gram.
e. Sebagai beban hancur dari kubus berlaku beban tertinggi yang ditunjukkan oleh
pesawat penguji. Pesawat penguji tidak boleh mempunyai ± 3 % pada setiap
pembebanan diatas 10 % dari kapasitas maksimum.

2. Pekerjaan Quality Control Baja Tulangan


 Bahan Baja Tulangan untuk pengujian
a. Bahan baja tulangan ini kecuali ditunjuk atau disyaratkan lain harus sesuai dengan
PUBB 1965.
b. Semua bagian baja tulangan yang digunakan harus dari jenis yang sama kualitasnya
sesuai dengan mutu desain baja tulangan.
c. Batang baja tulangan harus bebas dari karat, lubang-lubang, bengkok, putiran dan
cacat perubahan lain.
d. Batang baja tulangan disediakan sesuai penampang, bentuk, tebal, ukuran, berat
dan detail-detail lainnya sesuai gambar.
e. Batang baja tulangan yang akan diuji minimal 3 (tiga) sampel untuk setiap
diameter tulangan yang ada di gambar.

3. Pekerjaan Quality Control Core Drill Beton


 Pengujian core drill beton
a. Material yang diuji untuk pengujian core drill beton ini meliputi material beton
precast antara lain material u-ditch, cover u-ditch, box culvert top – bottom, dan
material beton precast lainnya yang disarankan oleh Direksi Pekerjaan.
b. Sebelum pelaksanaan pengujian core drill beton baik di lapangan maupun untuk
pengetesan benda uji core drill beton di laboratorium independen, Kontraktor
Pelaksana diwajibkan membuat request dan menginformasikan kepada Konsultan
Pengawas dan Direksi Pekerjaan minimal 1 (satu) hari sebelum pelaksanaan
pengujian.
c. Jumlah dan letak titik coredrill beton sesuai dengan analisa atau sesuai dengan yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
d. Pelaksanaan pengujian untuk core drill beton harus disaksikan bersama dengan
Konsultan Pengawas dan Direksi Pekerjaan.

127
e. Setelah selesai di core benda uji diberi penandaan yang mencakup data – data
antara lain jenis material precast, lokasi pekerjaaan, dan tanggal pembuatan
material.
f. Benda uji coredrill harus disimpan dengan baik dan dirawat dengan dimasukkan ke
dalam air oleh Kontraktor Pelaksana.
g. Untuk pengujian kuat tekan benda uji core drill beton dilaksanakan di laboratorium
independen dan usia benda uji core drill beton harus sudah memenuhi atau lebih
dari 28 hari.

4. Pekerjaan Quality Control Profometer


 Pengujian menggunakan Profometer test
a. Profometer tes adalah alat yang digunakan untuk mengidentifikasi letak tulangan
dalam material precast beton, sehingga bisa diketahu jumlah dan jarak dari
tulangan tersebut.
b. Sebelum pelaksanaan pengujian dengan menggunakan profometer tes, Kontraktor
Pelaksana diwajibkan membuat request dan menginformasikan kepada Konsultan
Pengawas dan Direksi Pekerjaan minimal 1 (satu) hari sebelum pelaksanaan
pengujian.
c. Pelaksanaan pengujian dengan menggunakan profometer tes harus disaksikan
bersama dengan Konsultan Pengawas dan Direksi Pekerjaan.

5. Pekerjaan Quality Control Grill


 Pengujian untuk grill manhole dan grill tangkapan air meliputi uji beban terpusat dan uji
korosi.
a. Bahan yang dipakai adalah material grill manhole dan grill tangkapan air yang
tersedia di lokasi pekerjaan.
b. Sebelum pelaksanaan pengujian grill mulai dari pengambilan dan penandaan
sampel di lapangan sampai dengan pengujian di laboratorium independen,
Kontraktor Pelaksana diwajibkan membuat request dan menginformasikan kepada
Konsultan Pengawas dan Direksi Pekerjaan minimal 1 (satu) hari sebelum
pelaksanaan pengujian.
c. Pelaksanaan pengambilan sampel dan pengujian grill harus disaksikan bersama
dengan Konsultan Pengawas dan Direksi Pekerjaan, pengambilan sampel bisa
dilaksanakan ketika material grill manhole maupun grill tangkapan air sudah
tersedia di lapangan masing-masing lebih dari 60% dari total kebutuhan di
lapangan.

128
d. Untuk pengujian beban terpusat baik grill manhole maupun grill tangkapan air
harus sesuai dengan beban terpusat rencana di spesifikasi SUB BAB IV.1. Direksi
Pekerjaan berhak mengembalikan / me-reject material grill yang tidak sesuai
dengan beban terpusat desain dan diganti dengan material grill yang sesuai
dengan beban terpusat desain.
e. Untuk sertifikat uji korosi yang dimiliki oleh supplier diperlukan hal – hal sebagai
berikut :
- Material yang dipakai adalah material grill manhole dan grill tangkapan air.
- Sampel air dari saluran di lokasi pekerjaan.
- Data temperatur di lokasi pekerjaan.
f. Untuk pengujian laju korosi material grill besi tuang FC 25 menggunakan metode
potensiostat, hasil uji laju korosi harus kurang dari 0,5 mm/tahun. Jika melebihi
ketentuan tersebut maka Direksi Pekerjaan berhak mengembalikan / mereject
material grill yang tidak sesuai dan diganti dengan material grill yang sesuai dengan
persyaratan.

Tabel 5.29. Kriteria Ketahanan Korosi Material

129
6. Pekerjaan Quality Control Bollard
 Pengujian untuk bollard meliputi uji laju korosi.
a. Bahan yang dipakai adalah material bollard yang tersedia di lokasi pekerjaan
b. Sebelum pelaksanaan pengujian grill mulai dari pengambilan dan penandaan
sampel di lapangan sampai dengan pengujian di laboratorium independen,
Kontraktor Pelaksana diwajibkan membuat request dan menginformasikan kepada
Konsultan Pengawas dan Direksi Pekerjaan minimal 1 (satu) hari sebelum
pelaksanaan pengujian.
c. Untuk uji korosi diperlukan hal – hal sebagai berikut :
- Material yang dipakai adalah material grill manhole dan grill tangkapan air.
- Sampel air dari saluran di lokasi pekerjaan.
- Data temperatur di lokasi pekerjaan.
d. Untuk pengujian laju korosi material bollard menggunakan metode potensiostat,
hasil uji laju korosi harus kurang dari 0,5 mm/tahun. Jika melebihi ketentuan
tersebut maka Direksi Pekerjaan berhak mengembalikan / mereject material grill
yang tidak sesuai dan diganti dengan material grill yang sesuai dengan persyaratan.

7. Pekerjaan Quality Control CBR


 Pelaksanaan pengujian dengan menggunakan metode CBR ( California Bearing Ratio)
untuk menentukan kepadatan dari material sirtu, Aggregat Klas B, atau Aggregat Klas A
yang sudah dihampar dan dipadatkan di lokasi pekerjaan.
a. Material yang diuji adalah material urugan Sirtu, Aggregat Klas B, Aggregat Klas A
atau lainnya sesuai dengan yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan
b. Sebelum pelaksanaan pengujian CBR, Kontraktor Pelaksana diwajibkan membuat
request dan menginformasikan kepada Konsultan Pengawas dan Direksi Pekerjaan
minimal 1 (satu) hari sebelum pelaksanaan pengujian.
c. Pelaksanaan pengujian CBR harus disaksikan bersama dengan Konsultan
Pengawas dan Direksi Pekerjaan.
d. Pengambilan jumlah dan letak titik yang akan dilksanakan untuk pengujian CBR
dipilih oleh Direksi Pekerjaan.
e. Nilai CBR yang dipersyaratkan untuk tiap-tiap material urugan sesuai dengan jenis
agregat dimana syarat untuk Agregat Klas A min. ≥ 90%, dan syarat untuk Agregat
Klas B min. ≥ 60%
f. Jika nilai CBR lapangan setelah diuji masih kurang atau dibawah dari persyaratan
nilai CBR desain, Kontraktor Pelaksana diwajibkan memperbaiki dan memadatkan
material urugan atau mengganti material urugan.

130
SUB BAB V.2.
PENANAMAN POHON TABEBUYA PINK DAN PUTIH MIN. DIA. 10 CM

1. Menyiapkan tanaman yang akan digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan penanaman.


a. Gambar pelaksanaan penanaman pada lokasi pekerjaan diinventarisasi.
b. Area penampungan tanaman disiapkan.
c. Tanaman yang dibutuhkan diperiksa sesuai dengan jenis, kuantitas dan kualitas yang telah
ditentukan dalam spesifikasi teknis.
d. Distribusi tanaman dilakukan sesuai dengan lokasi dan jadwal kerja yang ditetapkan.

2. Menyiapkan lokasi penanaman


a. Bahan dan peralatan untuk pekerjaan lokasi penanaman disiapkan sesuai dengan
kebutuhan.
b. Titik-titik tanam yang telah ditentukan, ditandai sesuai dengan gambar shop drawing.
c. Titik-titik tanam yang telah ditentukan, disiapkan sesuai dengan instruksi kerja.
d. Pupuk organik yang telah ditabur, dicampur sesuai dengan instruksi kerja.
3. Penanaman
a. Persiapkan media tanam permanen yang sama dengan media semai yang dibuat
sebelumnya. Buat lubang sedalam 30-50 cm (agar bonggol akar pohon tidak terlihat)
pada media tanam, lalu tanam bibit dengan arah tegak lurus keatas. Timbun kembali
dengan media tanam galian dan padatkan agar bibit berdiri kuat tidak roboh. Lakukan
penyiraman intensif saat masa awal tanam bibit.
b. Pastikan bahwa tempat anda menanam pohon tadi tidak ada batu-batu, atau sampah
yang nantinya akan mengganggu pertumbuhan tanaman.
4. Perawatan
a. Selama masa pemeliharaan, pohon harus tetap hidup. Jika pohon mati, maka harus
dilakukan penggantian pohon yang baru.
5. Cara Pengukuran
a. Cara pengecekan ukuran diameter pohon dimulai dari ± 1 meter dari pangkal bawah
pohon.

SUB BAB V.3.


PENANAMAN POHON PULE MIN. DIA. 15 CM

1. Menyiapkan tanaman yang akan digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan penanaman.


a. Gambar pelaksanaan penanaman pada lokasi pekerjaan diinventarisasi.
b. Area penampungan tanaman disiapkan.

131
c. Tanaman yang dibutuhkan diperiksa sesuai dengan jenis, kuantitas dan kualitas yang telah
ditentukan dalam spesifikasi teknis.
d. Distribusi tanaman dilakukan sesuai dengan lokasi dan jadwal kerja yang ditetapkan.
2. Menyiapkan lokasi penanaman
a. Bahan dan peralatan untuk pekerjaan lokasi penanaman disiapkan sesuai dengan
kebutuhan.
b. Titik-titik tanam yang telah ditentukan, ditandai sesuai dengan gambar shop drawing.
c. Titik-titik tanam yang telah ditentukan, disiapkan sesuai dengan instruksi kerja.
d. Tanah taman yang telah ditabur, dicampur sesuai dengan instruksi kerja.
3. Penanaman
a. Persiapkan media tanam permanen yang sama dengan media semai yang dibuat
sebelumnya. Buat lubang sedalam 30-50 cm (agar bonggol akar pohon tidak terlihat) pada
media tanam, lalu tanam bibit dengan arah tegak lurus keatas. Timbun kembali dengan
media tanam galian dan padatkan agar bibit berdiri kuat tidak roboh. Lakukan
penyiraman intensif saat masa awal tanam bibit.
b. Pastikan bahwa tempat anda menanam pohon tadi tidak ada batu-batu, atau sampah
yang nantinya akan mengganggu pertumbuhan tanaman.
4. Perawatan
a. Selama masa pemeliharaan, pohon harus tetap hidup. Jika pohon mati, maka harus
dilakukan penggantian pohon yang baru.
5. Cara Pengukuran
a. Cara pengecekan ukuran diameter pohon dimulai dari ± 1 meter dari pangkal bawah
pohon.

SUB BAB V.4.


PEMBERSIHAN LOKASI
Yang termasuk dalam pekerjaan ini adalah pembersihan lingkungan area kerja selama proyek
berlangsung termasuk material yang harus dibuang di areal lokasi pekerjaan sesuai dengan petunjuk
Direksi pekerjaan.Setelah pelaksanaan pekerjaan selesai semua, lokasi areal pekerjaan juga harus
dibersihkan dari sisa-sisa semua material yang tidak terpakai, serta areal diratakan dan dirapikan
kembali. Semua biaya yang timbul akibat pekerjaan sepenuhnya menjadi tanggung jawab dan beban
Kontraktor, serta sudah harus diperhitungkan termasuk “Overhead” pada analisa harga satuan
pekerjaan.

SUB BAB V.5.


PEMBUATAN KISDAM

SEKSI V.5.1. PEMBUATAN KISDAM TINGGI 1 M : TB 0.6 M


1. Umum
a. Uraian

132
Pada bagian-bagian tertentu dari jenis pekerjaan yang dilaksanakan, areal pekerjaan kadang-
kadang suatu saat tidak bisa bebas sama sekali dari adanya air. Pada keadaan ini, Kontraktor
diwajibkan mengeringkan atau membebaskan areal pekerjaan yang akan dipakai sebagai
kedudukan Konstruksi dari genangan air atau pengaruh air, karena bisa menyebabkan turunnya
kualitas pekerjaan akibat pengaruh air tersebut. Pada prinsipnya, selama masa pelaksanaan
pekerjaan, semua lokasi yang akan dipakai sebagai kedudukan bangunan harus dijaga agar tetap
kering, bebas dari genanan ataupun rembesan air.

b. Bahan Material
 Bahan utama dari pembuatan Kisdam ini yakni Bambu Ori dan Gedeg Guling
 Bambu yang dipakai sesuai dengan analisa RAB.
 Gedeg yang digunakan harus gedeg yang baru dan bagus,untuk hal ini kontraktor harus
mendapat persetujuan dari Pengawas dan Direksi.
 Kawat Ikat diameter 4 mm.
 Karung glangsing dan tanah pengisi
c. Pelaksanaan Pemasangan Kisdam
 Kisdam dipasang memanjang sepanjang saluran yang akan dikerjakan.
 Jarak titik tanam bambu ori ( sebagai penguat kisdam ) arah melintang sejarak 60 cm,
serta arah memanjang sejarak 100 cm.
 Bagian dalam bambu ori dipasang gedeg guling setinggi 2 meter dan diikat dengan kawat
pada bambu ori dari dasar saluran, dan bagian dalam tersebut disi tanah yang diambil
dari saluran, sehingga air tidak dapat masuk pada area yang akan dikerjakan.
 Khusus pekerjaan pengerukan lumpur, digunakan kisdam sandbag dengan ukuran tinggi
Sampai Dengan 1,00 M.

SUB BAB V.6.


PEMASANGAN PIPA AIR KOTOR DIAMETER 4”
1. Ukuran dan tata acara pemasangan pipa Buangan Rumah Tangga disesuaikan dengan apa yang
tergambar pada shop drawing.
2. Pipa drainase adalah pipa PVC ex : Maspion
3. Ukuran Dimensi Pipa Yang digunakan 4”

SUB BAB V.7.


DEWATERING

133
1. Pada bagian-bagian tertentu dari jenis pekerjaan yang dilaksanakan, areal pekerjaan kedang-
kasang suatu saat tidak bisa bebas sama sekali dari adanya air. Pada keadaan ini, Kontraktor
diwajibkan menmgeringkan atau membebaskan areal pekerjaan yang akan dipakai sebagai
kedudukan konstruksi dari genangan air atau pengaruh air, karena bisa menyebabkan turunnya
kualitas pekerjaan akibat pengaruh air tersebut. Pada prinsipnya selama amsa pelaksanaan
pekerjaan, semua lokasi yang akan dipakai sebagai kedudukan bangunan harus dijaga agar tetap
kering, bebas dari genangan ataupun rembesan air.
2. Pekerjaan pengeringan yang dimaksud di sini adalah, termasuk sistem drainase lingkungan
pekerjaan, sehingga tidak menimbulkan dampak yang negatif terutama pada masyarakat dan
lingkungan setempat.
3. Untuk pekerjaan-pekerjaan menurut sifatnya dipandang oleh Pemilik Pekerjaan tidak diperlukan
adanya sistem pengeringan khusus maka semua biaya yang timbul akibat pekerjaan pengeringan
ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab dan beban ker, serta sudah harus diperhitungkan
termasuk “Overhead” pada analisa harga satuan pekerjaan.
4. Pada jenis pekerjaan yang dipandang oleh Pemilik Pekerjaan memerlukan adanya konstruksi
pengertian sifatnya khusus dan memerlukan penanganan tersendiri, maka perhitugan volume
dan pembayaran untuk pelakasannaan pekerjaan pengeringan tersebut diatas, diperhitungkan
dalam satuan (unit) M’ untuk pekerjaan “coferring” atau “kisdam” dan Lump sum untuk
pekerjaan “dewatering”, sedangkan hargasatuan pekerjaan yang ditawarkan, sudah harus
meliputi upah tenaga, bahan material yang dipakai peralatan yang dipergunakan, “Overhead”
dan keuntungan Kontraktor.

134

Anda mungkin juga menyukai