Anda di halaman 1dari 8

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Corporate Goverment

2.1.1 Definisi Corporate Goverment

Shelter and Vishny (1997) yang menyatakan Corporate Goverment berkaitan


dengan cara atau mekanisme untuk menyakinkan para pemilik modal dalam
memperoleh return yang sesuai dengan investasi yang ditanam. Sehingga Corparet
Goverment diperlukan untuk mengurangi permasalahan keagenan dan memastikan
kepentingan seluruh pihak dalam perusahaan dapat terpenuhi. Permasalahan
keagenan dalam hubungannya antara pemilik modal dengan manajer adalah
bagaimana sulitnya pemilik dalam memastikan bahwa dana yang ditanamkan tidak
diambil alih atau diinvestasikan pada proyek yang tidak menguntungkan.

Tjager et al (2003:25) yang menyatakan Corporate Goverment Seperangkat


peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang, pengurus (pengelola)
perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta para pemegang kepentingan
internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka
atau dengan kata lain suatu sistem yang mengendalikan perusahaan.

Definisi lain juga dikemukakan oleh Komite Audit Nasional Kebijakan


Goverment (KNKG, 2006) yang menjelaskan Corporate Goverment adalah suatu
proses dan struktur yang digunakan oleh organ perusahaan guna memberikan nilai
tambah pada perusahaan secara berkesinambungan dalam jangka panjang bagi
pemegang saham dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya,
berlandaskan peraturan perundangan dan norma yang berlaku.

Corporate Goverment juga didefinisikan sebagai seperangkat tata hubungan di


antara manajemen, direksi, dewan komisaris, pemegang saham dan para pemangku
kepentingan (stakeholder) lainnya yang mengatur dan mengarahkan kepentingan
perusahaan (OECD, 2004)
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Good Corporate
Goverment adalah sistem, proses, dan seperangkat peraturan yang mengatur
hubungan antara berbagai pihak yang berkepentingan dalam perusahaan terutama
dalam arti sempit hubungan antara pemegang saham, dewan komisaris, dan dewan
direksi demi tercapainya tujuan perusahaan.

2.1.2 Prinsip - Prinsip Corporate Goverment

Prinsip-prinsip good corporate governance merupakan suatu kaidah, norma


ataupun pedoman korporasi yang diperlukan dalam sistem pengelolaan BUMN yang
sehat. Berikut ini adalah prinsip-prinsip good corporate governance yang sesuai
Pasal 3 Surat Keputusan Menteri BUMN Nomor Kep-117/MMBU/2002 Tanggal 31
Juli 2002 tentang penerapan good corporate governance pada BUMN sebagai
berikut.

·0Transparansi (Transparency)

Keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan


pengungkapan informasi material yang relevan mengenai perusahaan.

·1Pengungkapan (Disclosure)

Penyajian informasi kepada para pemangku kepentingan, baik diminta

maupun tidak diminta, mengenai hal-hal yang berkenaan dengan kinerja

operasional, keuangan, dan risiko usaha perusahaan.

·2 Kemandirian (Independency)

Suatu keadaan dimana perusahaan dikelola secara profesional tanpa

konflik kepentingan dan pengaruh atau tekanan dari pihak manapun yang

tidak sesuai dengan peraturan perundangan-undangan yang berlaku dan


prinsip-prinsip korporasi yang sehat.

·3 Akuntabilitas (Accountability)

Kejelasan fungsi, pelaksanaan, serta pertanggung jawaban manajemen


perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif
dan ekonomis.

·4 Pertanggungjawaban (Responsibility)

Kesesuaian pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang


undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.

·5 Kewajaran (Fairness)

Keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak pemangku

kepentingan yang timbul sebagai akibat dari perjanjian dan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

2.1.3 Perkembangan Corporate Goverment

Keberadaan Corporate Goverment ini dapat ditelusuri sejak awal 18 masehi.


Denis dan Mc Connel (2003) dalam Shalahuddin (2009) menyatakan ada dua tahap
generasi perkembangan konsep Good Corporate Goverment hingga abad ke- 21.
Perusahaan berkembang semakin besar maka pengelolaan perusahaan yang dipegang
oleh pemilik (owner-manager) harus diserahkan pada profesional. Perlu adanya
pemisahan tegas antara kepemilikan dan pengelola usaha.

Menurur Denis dan Mc Connel (2003) dalam Shalahuddin (2009) pada tahap
generasi pertama perkembangan konsep Good Corporate Goverment muncul
pemikir terkenal dalam ilmu manajemen yaitu Jansen and Meckling (1976).
Pemikirannya dikenal dengan teori keagenan (Agency Theory). Good Corporate
Goverment merupakan salah satu kunci sukses perusahaan untuk tumbuh
berkembang dalam jangka panjang, dan bertahan dalam bisnis global yang semakin
maju. Survey dari Booz-Allen di Asia Timur pada tahu 1998 menunjukkan bahwa
Indonesia memiliki indeks Corporate Goverment paling rendah. Rendahnya kualitas
Good Corporate Goverment korporasi-korporasi di Indonesia diduga menjadi
penyebab kejatuhan perusahaan-perusahaan Indonesia di krisis tahun 1998.

GovernanceWorld Bank (2000) dalam Melyoki (2005) mengemukakan


bahwaberbagai faktor telah memberikan kontribusi untuk mengangkat isu tata
kelolaperusahaan di dunia internasional, yaitu keruntuhan sejumlah perusahaan
besardan perseteruan pengambilalihan khususnya di Inggris dan Amerika.
Runtuhnyaperusahaan besar di Inggris telah memberikan kontribusi signifikan
untukmeningkatkan profil tata kelola perusahaan di Inggris sendiri dan secara
bertahapdi seluruh dunia. Jatuhnya Bank of Credit and Commerce International
(BCCI)memiliki dampak yang signifikan terhadap perkembangan tata kelola
perusahaandi Inggris dan selanjutnya di seluruh dunia.

Dalam Melyoki (2005), Hoa (2000) menjelaskan bahwa krisis ekonomiyang


melanda seluruh negara-negara Asia Tenggara juga memberikan kontribusiuntuk
meningkatkan profil tata kelola perusahaan dan khususnya di wilayahtersebut. Krisis
dimulai pada awal Juli 1997 di Thailand, dan menyebar ke negara-negara lain di
Asia Tenggara, Asia Timur dan juga Rusia dan Amerika Latin telahdikaitkan dengan
miskinnya praktik tata kelola perusahaan di negara-negara ini.

Sejak tahun 2001, karena skandal di perusaahaan-perusahaan sepertiEnron,


Tyco, dan WorldCom, praktik tata kelola perusahaan lebih mendapatperhatian. Pada
tahun 2002, pemerintah Amerika Serikat melalui Sarbanes-OxleyAct menetapkan
standar baru untuk menyempurnakan untuk semua perusahaanpublik AS terkait
aturan tentang Board, manajemen, dan perusahaan akuntanpublik untuk
mengembalikan kepercayaan investor. Pada tahun 2009, baik NewYork Stock
Exchange dan NASDAQ Stock Market menuntut bahwa perusahaanharus memiliki
mayoritas Dewan Direksi independen (Serrat, 2011).
2.1.4 Manfaat Corporate Goverment

Manfaat Corporate Goverment menurut Forum for Corporate Goverment


(2001) adalah :

1. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan


keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisensi operasional perusahaan serta
lebih meningkatkan pelayanan kepada stakeholder.

2. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah sehingga dapat


meningkatkan nilai perusahaan.

3. Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia.

4. Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena sekaligus
akan meningkatkan dividen dan nilai perusahaan.

Achmad Daniri (2006) dalam bukunya menjelaskan manfaat penerapan

Good Corporate Goverment bagi perusahaan adalah sebagai berikut :

5. Mengurangi Agency cost yang merupakan biaya yang harus ditanggung


pemegang saham karena penyalahgunaan wewenang sebagai akibat pendelegasian
wewenang kepada pihak manajemen.

6. Mengurangi biaya moda (cost of capita) sebagai dampak dari menurunnya tingkat
bunga atas dana dan sumber daya yang dipinjam oleh perusahan seiring dengan
turunnya tingkat risiko perusahaan.

7. Menciptakan dukungan para stakeholder dalam lingkungan perusahaan tersebut


terhadap keberadaan dan berbagai strategi dan kebijakan yang ditempuh
perusahaan.

8. Meningkatkan nilai saham perusahaan suatu perusahaan yang dikelola secara baik
dan dalam kondisi sehat akan menarik minat investor untuk menanamkan
modalnya. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa penerapan Good Corporate
Goverment dalam suatu perusahaan dijadikan sebagai salah satu bahan
pertimbangan oleh para investor untuk menanamkan modalnya. Oleh karena itu,
semakin baik penerapan sistem Corporate Govement di suatu perusahaan, maka
semakin tinggi pula nilai sahamnya.

2.1.5 Mekanisme Corporate Goverment

Suatu mekanisme dibutuhkan agar aktivitas di dalam sebuah organisasi dapat


berjalan secara sehat sesuai dengan arah yang ditetapkan. Mekanisme governance
dapat diartikan sebagai suatu aturan main, prosedur, dan hubunganjelas antara
pembuat keputusan dan siapa yang akanmelakukan kontrol (pengawasan)
terhadap keputusan tersebut (Syakhroza, 2005).

World Bank (1999) serta Kim dan Nofsinger (2004), menyatakan bahwadalam
konteks pengendalian, dikenal adanya mekanisme internal (internalgovernance
mechanism) dan mekanisme eksternal (external governancemekanisme )

1. Mekanisme Internal

Mekanisme internal dari corporate governance membahas hubunganantara


manajemen dengan pemilik saham atau pihak internal perusahaan(manajemen
dan pemegang saham pengendali) dengan pemilik saham bukanpengendali.
Mekanisme ini berkaitan dengan sistem pengendalian internalperusahaan.
Faktor penting yang bisa dijadikan tolak ukur dalam
penerapanmekanisme ini meliputi:

·6 Keefektifan dewan komisaris dalam pengawasan


terhadapmanajemen.

·7 Perlakuan antara pemegang saham minoritas dan mayoritas

·8 Penunjukan anggota Dewa Komisaris dan Dewan Direksi


Independen
Direktur independen harus orang dari luar perusahaan yang tidak

memiliki hubungan afiliasi maupun jasa konsultasi, serta tidak memiliki

hubungan kekeluargaan dengan pihak manajemen.

·9 Ketersediaan fungsi komite audit dan fungsi Corporate Secretary

dalam perusahaan.

2. Mekanisme Eksternal

Mekanisme ini didefinisikan sebagai mekanisme yang membahas hubungan


antara perusahaan dengan semua perangkat yang ada diluar
perusahaan(baik ekonomi, hukum dan sosial) untuk mengawasi jalannya
perusahaan agarsesuai dengan keinginan pemegang saham dan stakeholders
lainnya. Unsur-unsur yang penting dalam mekanisme ini meliputi:

·10 Adanya peraturan pasar modal yang menyangkut anggaran


perusahaan

dalam hubungannya dengan merger & acquisition (M&A), hostile

takeover, dan prinsip disclosure dan peraturan register ditetapkan oleh

pengawas pasar modal di negara ini.

·11 Ketersediaan pasar uang dan pasar modal yang kompetitif.

·12 Ketersediaan hukum dan perundang-undangan yang lengkap


didukung

dengan penegakannya dalam aktivitas dunia usaha.

·13 Pasar barang dan jasa (termasuk pasar tenaga kerja yang
profesional)

yang aktif dan terbuka.


·14 Konsumen yang aktif, tanggap dan sadar akan hak dan
kewajibannya.

Anda mungkin juga menyukai