Anda di halaman 1dari 7

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehamilan dan persalinan merupakan sebuah kondisi yang terjadi

secara alamiah. Akan tetapi, proses kehamilan dan persalinan ini

merupakan proses yang kompleks sebab mencakup berbagai perubahan

mulai dari hormonal, fisik, psikologi, sosial dan budaya yang tentunya bisa

mengganggu status kesehatan ibu dan anak yang dikandungnya hingga

mengakibatkan kematian. Dalam hal ini, kesehatan ibu dan anak dimulai

dari kehamilan, persalinan, dan nifas tentunya menjadi sangat penting

karena ibu dan anak yang menjadi faktor utama yang menentukan masa

depan bangsa. Untuk itu, sangat penting kiranya bagi wanita untuk

mendapatkan pelayanan kesinambungan dari seorang profesional. Dengan

begitu, maka perkembangan kondisi ibu dan anak dapat terpantau dengan

baik.

Proses kehamilan yang kurang terpantau dan persalinan yang tidak

aman akan meningkatkan angka kematian ibu dan anak. Kematian ibu ini

di dunia terjadi setiap satu menit. Menurut World Health Organization

(WHO) angka kematian ibu di dunia pada tahun 2017 sekitar 830.000 per

100.000 angka kelahiran hidup. Angka Kematian Ibu di Sumatera Barat

pada tahun 2017 adalah 107 orang.1


2

Menurut sebuah analisis sistematis WHO yang berjudul Global

causes of maternal death penyebab kematian ibu terdiri atas kematian

langsung dan tidak langsung. Penyebab kematian langsung pada ibu di

dunia adalah perdarahan (27,1%), hipertensi dalam kehamilan (14,0%),

sepsis (10,7%), emboli (3,2%), aborsi (7,9%). Penyebab tidak langsung

adalah HIV (5,5%), keterlambatan rujukan (2,8%), partus macet (2,8%),

keterlambatan penaganan medis (14,8%) dan penyebab tidak langsung

lainnya (7,2%).2

Adapun penyebab langsung kematian ibu di Indonesia diantaranya

adalah perdarahan (29,9%), hipertensi dalam kehamilan (14,5%), emboli

(12,1%), aborsi (7,4%), sepsis (5,5%) dan penyebab langsung lainnya

(13,8%). Sementara, penyebab langsung kematian ibu di Sumatera Barat

disebabkan oleh perdarahan (35,4%), hipertensi sewaktu kehamilan

(12,7%), infeksi (1,8%) dan penyebab lainnya (38,1%).2

Untuk Sumatera Barat, kasus kematian ibu pada tahun 2017

berjumlah 107 orang dan angka ini menurun dibandingkan tahun 2015

yang berjumlah 111 orang. Kasus kematian ibu ini terdiri atas kematian

ibu hamil sekitar 30 orang, bersalin 25 orang, dan kematian ibu nifas 52

orang serta kematian bayi pada tahun 2017 berjumlah 700 orang yang

tersebar di kabupaten atau kota. Sedangkan untuk kota Padang, data AKI

pada tahun 2017 berjumlah 16 kasus dengan rincian kematian ibu hamil 4

orang, ibu bersalin 4 orang, kematian ibu nifas 8 orang dan AKB 52

orang.3,4
3

Menurut World Health Organization (WHO) tahun ada berbagai

penyebab kematian yang terjadi pada bayi. Penyebab kematian bayi di

dunia adalah dikarenakan prematur (16%), asfiksia (11%), sepsis (7%),

kelainan kongenital (5%), pneumonia (3%), tetanus (1%), diare (1%), dan

penyebab lainnya (3%). Sementara itu, penyebab kematian bayi di

Indonesia adalah dikarenakan premature (36%), asfiksia (19%), kelainan

kongenital (18%), sepsis (13%), pneumonia (3%), dan penyebab lainnya

(9%).5,6

Dalam hal ini kesehatan dan kelangsungan hidup ibu dan bayi

sangat dipengaruhi oleh faktor pelayanan kebidanan. Oleh karena itu,

diperlukan upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut sehingga

dibutuhkan asuhan kebidanan yang berkesinambungan atau (Continuity of

Care). Asuhan kebidanan berkesinambungan merupakan serangkaian

asuhan yang berkelanjutan dan menyeluruh mulai dari masa kehamilan,

persalinan, nifas dan bayi baru lahir serta pelayanan keluarga berencana

yang menghubungkan kebutuhan kesehatan perempuan khususnya dalam

pribadi setiap individu, karena semua wanita berisiko terjadinya

komplikasi selama prenatal, natal,dan postnatal.7

Dalam upaya menurunkan AKI dan AKB ini, maka dapat

dilakukan dengan melihat cakupan K1 dan K4. Menurut data Riset

Kesehatan Dasar (Riskendas) tahun 2018 cakupan pelayanan K1

cenderung meningkat dari 81,3% pada tahun 2013 menjadi 86% dan
4

cakupan K4 juga mengalami peningkatan 86,85% pada tahun 2013

menjadi 88,03% pada tahun 2018.8,9

Dalam upaya menurunkan AKB diantara pelayanan bayi baru lahir

yaitu dengan melihat cakupan kunjungan Neonatus Pertama (KN1).

Capaian KN1 di Indonesia pada tahun 2018 sebesar 97,36% lebih tinggi

dari tahun 2017 yaitu sebesar 92,62%. Capaian ini sudah memenuhi target

Rencana Strategi (Renstra) tahun 2018 yang sebesar 85%. Cakupan

imunisasi dasar lengkap pada bayi di Indonesia dalam 5 tahun terakhir

selalu di atas 85%, namun masih belum mencapai target Renstra

Kemenkes yang ditentukan. Pada tahun 2018 imunisasi dasar lengkap

sebesar 90,61% angka ini sedikit dibawah target renstra tahun 2018

sebesar 92,5%.8

Di samping itu, kematian ibu pada masa nifas juga masih bisa

terjadi. Cakupan kunjungan nifas (KF3) di Indonesia pada tahun 2018

menunjukkan cakupan KF3 sebesar 85,92%. Dan berdasarkan hasil survei

Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2017, 80% ibu mendapatkan

perawatan nifas dalam 2 hari pertama setelah melahirkan. Sekitar 78% ibu

mendapatkan perawatan nifas dari dukun. Pelayanan pada ibu nifas

merupakan upaya menurunkan AKI dengan melakukan melihat cakupan

KF3 (Kunjungan nifas ketiga).8,10

Dalam upaya menurunkan AKI dan AKB di Indonesia, maka

Kemenkes melakukan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan

Komplikasi (P4K). P4K merupakan upaya dalam mempercepat penurunan


5

AKI dan AKB melalui peningkatan program layanan kesehatan khususnya

kepedulian masyarakat untuk persiapan dan tindak lanjut dalam

menyelamatkan ibu dan bayi (Kementrian kesehatan 2009).11

Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah tersebut adalah

dengan melakukan pendekatan pelayanan kesehatan, ANC terpadu,

pemeriksaan kehamilan, sesuai standar pelayanan kehamilan, yaitu 4x

pemeriksaan sesuai standar kehamilan. Hal ini setidaknya dapat

meminimalisir dan mengurangi angka kematian ibu dan anak dan segala

persoalan dan kejadian-kejadian yang tidak diinginkan selama proses

kehamilan, persalinan ibu dan anak dan masa nifasnya.11

Sebagai calon bidan, peneliti berharap dapat memberikan asuhan

kebidanan berkesinambungan untuk mengurangi angka kematian ibu dan

bayi. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk membuat laporan

studi kasus melaksanakan asuhan kebidanan berkesinambungan pada ibu

hamil Trimester III, bersalin, nifas, bayi baru lahir dengan pendekatan

manajemen kebidanan melalui metode SOAP.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah

penelitian ini adalah : Bagaimanakah Asuhan Kebidanan

Berkesinambungan pada ibu hamil trimester III, bersalin, nifas dan bayi

baru lahir di Praktik Mandiri Bidan?”


6

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Menerapkan asuhan kebidanan berkesinambungan pada ibu hamil

trimester III, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir di Praktik Mandiri Bidan

dengan mengacu pada KEPMENKES NO.938/MENKES/SK/VII/2007

tentang Standar Asuhan Kebidanan.

2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari asuhan kebidanan berkesinambungan

diharapakan mahasiswa :

a. Mampu melakukan pengumpulan data subjektif pada ibu hamil

Trimester III, bersalin, bayi baru lahir dan nifas.

b. Mampu mengdentifikasi diagnosa potensial dari diagnosa atau masalah

kebidanan pada ibu hamil Trimester III, bersalin, bayi baru lahir dan

nifas.

c. Mampu mengambil tindakan segera secara komprehensif terkait masalah

kebidanan pada ibu hamil Trimester III, bersalin, bayi baru lahir dan

nifas.

d. Mampu melakukan penyusunan perencanaan asuhan kebidanan pada ibu

hamil Trimester III, bersalin, baru lahir dan nifas.

e. Mampu melakukan implementasi / penatalaksanaan asuhan kebidanan

pada ibu hamil Trimester III, bersalin, nifas dan bayi baru lahir.

f. Mampu melakukan evaluasi asuhan kebidanan yang telah di berikan

pada ibu hamil Trimester III, bersalin, nifas dan bayi baru lahir.
7

g. Mampu melakukan pendokumentasian asuhan kebidanan dengan

metode SOAP pada ibu hamil Trimester III, bersalin, nifas dan bayi

baru lahir.

D. Manfaat Penelitian

Dengan tercapainya tujuan, tentunya penelitian ini akan memiliki manfaat

antara lain:

1. Manfaat Teoritis

Hasil studi kasus ini dapat sebagai pertimbangan masukan untuk

menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang asuhan kebidanan

berkesinambungan pada ibu hamil, bersalin, bayi baru lahir dan nifas.

2. Manfaat aplikatif

a. Manfaat bagi Institusi

Hasil studi kasus in dapat dimanfaatkan sebagai masukan dalam

pemberian asuhan kebidanan berkesinambungan pada ibu hamil,

bersalin, bayi baru lahir dan nifas di Praktik Mandiri Bidan.

b. Manfaat bagi profesi bidan

Sebagai sumbangan teoritis maupun aplikatif bagi profesi bidan

dalam asuhan berkesinambungan pada ibu hamil, bersalin, nifas

dan bayi baru lahir.

c. Manfaat bagi klien dan masyarakat dapat melakukan deteksi dari

penyulit yang mungkin timbul pada masa kehamilan, bersalin,

nifas dan bayi baru lahir sehingga memungkinkan segera mencari

pertolongan untuk segera mendapatkan penanganan.

Anda mungkin juga menyukai