Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN VOMITING

DISUSUN OLEH :

MITA SILFIA

DINAS PENDIDIKAN SMK 4 BONDOWOSO

Jl Raya Mastrip Bondowoso Telp/fax: (0332)432550

BONDOWOSO
A. PENGERTIAN

Muntah adalah keluarnya kembali sebagian besar atau seluruh isi lambung
yang terjadi secara paksa melalui mulut, disertai dengan kontraksi lambung dan
abdomen (Markum : 1991).

Muntah merupakan keluarnya kembali sebagian besar atau seluruh isi


lambung yang terjadi setelah agak lama makanan masuk ke dalam lambung (Depkes
R.I, 1994).

Muntah adalah pengeluaran isi lambung secara eksklusif melalui mulut


dengan bantuan kontraksi otot- otot perut. Perlu dibedakan antara regurgitasi,
ruminasi, ataupun refluesophagus. Regurgitasi adalah makanan yang dikeluarkan
kembali kemulut akibat gerakan peristaltic esophagus, ruminasi adalah pengeluaran
makanan secra sadar untuk dikunyah kemudian ditelan kembali. Sedangkan
refluesophagus merupakan kembalinya isi lambung kedalam esophagus dengan cara
pasif yang dapat disebabkan oleh hipotoni spingter eshopagus bagian bawah, posisi
abnormal sambungan esophagus dengan kardial atau pengosongan isi lambung yang
lambat.

Pada masa anak, terutama masa neonatal, muntah jarang terjadi. Oleh karena
itu, bila terjadi muntah maka harus segera dilakukan observasi terhadap kemungkinan
adanya gangguan. Vomitus tidak hanya mengeluarkan makanan dari perut, tetapi juga
cairan, hal ini bisa memicu dehidrasi. Komplikasi ini bisa sangat serius bagi bayi dan anak
kecil karena massa tubuhnya yang lebih kecil, sehingga memiliki lebih sedikit cairan dalam
tubuh dibanding orang dewasa.

B. ETIOLOGI

Mutah adalah gejala dari berbagai macam penyakit, maka evaluasi diagnosis
mutah tergantung pada deferensial diagnosis yang dibuat berdasarkan faktor lokasi
stimulus, umur dan gejala gastrointestinal yang lain. Kelainan anatomik kongenital,
genetik, dan penyakit metabolik lebih sering terlihat pada periode neonatal, sedangkan
peptik, infeksi, dan psikogenik sebagai penyebab mutah lebih sering terjadi dengan
meningkatnya umur.
Intoleransi makanan, perilaku menolak makanan dengan atau tanpa mutah sering
merupakan gejala dari penyakit jantung, ginjal, paru, metabolik, genetik, kelainan
neuromotor.

Penyebab muntah bisa karena :

Penyakit infeksi atau radang di saluran pencernaan atau di pusat


keseimbanganPenyakit-penyakit karena gangguan metabolisme seperti kelainan
metabolisme karbohidrat (galaktosemia dan sebagainya), kelainan metabolisme asam
amino/asam organic (misalnya gangguan siklus urea dan fenilketonuria)Gangguan
pada system syaraf (neurologic) bisa karena gangguan pada struktur (misalnya
hidrosefalus), adanya infeksi (misalnya meningitis dan ensefalitis), maupun karena
keracunan (misalnya keracunan syaraf oleh asiodosis dan hasil samping metabolisme
lainnya)Masalah sensitifitas Keracunan makanan atau Toksin di saluran pencernaan
Kondisi fisiologis misalnya yang terjadi pada anak-anak yang sedang mencari
perhatian dari lingkungan sekitarnya dengan mengorek kerongkongan dengan jari
telunjuknya.

Penyakit gastroenteritis akut merupakan penyebab muntah yang paling sering


terjadi pada anak-anak. Pada kondisi ini, muntah biasanya terjadi bersama-sama
dengan diare dan rasa sakit pada perut. Pada umumnya disebabkan oleh virus dan
bakteri patogen. Virus utama penyebab muntah adalah rotavirus, sementara bakteri
patogen mencakup Salmonella, Shigella, Campylobacter dan Escherichia coli.

C. PATOFISIOLOGI

Impuls – impuls aferens berjalan ke pusat muntah sebagai aferen vagus dan
simpatis. Impuls- impuls aferen berasal dari lambung atau duodenum dan muncul
sebagai respon terhadap distensi berlebihan atau iritasi, atau kadang- kadang
sebagai respon terhadap rangsangan kimiawi oleh bahan yang menyebabakan
muntah. 

Muntah merupakan respon refleks simpatis terhadap berbagai rangsangan yang


melibatkan berbagai aktifitas otot perut dan pernafasan.

Proses muntah dibagi 3 fase berbeda, yaitu :

a. Nausea (mual) merupakan sensasi psikis yang dapat ditimbulkan akibat rangsangan
pada organ dan labirin dan emosi dan tidak selalu diikuti oleh retching atau muntah.
b. Retching (muntah) merupakan fase dimana terjadi gerak nafas spasmodic dengan
glottis tertutup, bersamaan dengan adanya inspirasi dari otot dada dan diafragma
sehingga menimbulkan tekanan intratoraks yang negatif.

c. Emesis (ekspulsi) terjadi bila fase retching mencapai puncaknya dan ditandai
dengan kontraksi kuat otot perut, diikuti dengan bertambah turunannya diafragma
disertai dengan penekanan mekanisme antirefluks. Pada fase ini, pylorus dan antrum
berkontraksi, fundus dan esofagus berelaksasi dan mulut terbuka.
D. PATHWAY
E. MANIFESTASI KLINSI

Kondisi tersebut merupakan gejala dan tanda dari beberapa kondisi. Beberapa gejala&

tanda yang terjadi bersamaan dengannya, yaitu:

1. Mual
2. Nyeri perut
3. Diare
4. Demam
5. Rasa melayang
6. Vertigo
7. Denyut jantung cepat
8. Berkeringat banyak
9. Mulut kering
10. Dan lebih jarang buang air kecil.
11. Nyeri dada
12. Nyeri perut
13. Pingsan
14. Bingung
15. Ngantuk berlebih
16. Muntah darah.

F. PENATALAKSANAAN

A. Penatalaksanaan medis

Penatalaksanaan awal pada pasien dengan keluhan muntah adalah mengkoreksi
keadaan hipotolemi dan gangguan elektrolit. Pada penyakit gastroenteritis akutdengan 
muntah, obat rehidrasi oral biasanya sudah cukup untuk mengatasi dehidrasi. Pada mu
ntah bilier atau suspek obstuksi intestinal penatalaksanaan awalnyaadalah dengan tida
k memberikan makanan secara peroral serta memasangnasogastictube yang dihubung
kan dengan intermittent suction.

 Pada keadaan ini memerlukankonsultasi dengan bagian bedah untuk penatalaksa
naan lebih lanjut. Pengobatan muntah ditujukan pada penyebab spesifik muntah yang 
dapatdiidentifikasi. Penggunaan antiemetik pada bayi dan anak tanpa mengetahui pen
yebabyang jelas tidak dianjurkan. Bahkan kontraindikasi pada bayi dan anak dengang
astroenteritis sekunder atau kelainan anatomis saluran gastrointestinal yangmerupakan 
kasus bedah misalnya,
hiperthrophic pyoric stenosis &9PS', apendisitis, batu ginjal, obstruksi usus, dan penin
gkatan tekanan intrakranial. 9anya pada keadaantertentu antiemetik dapat digunakan d
an mungkin efektif, misalnya pada mabuk  perjalanan &motion sickness
mual dan muntah pasca operasi, kemoterapi kanker,muntah siklik, gastroparesis, dan 
gangguan motilitas saluran gastrointestinal. 

Terapi farmakologis muntah pada bayi dan anak adalah sebagai berikut: 

1. Antagonis dopamin 

Tidak diperlukan pada muntah akut disebabkan infeksi gastrointestinal karena bias
anya merupakan self limited obat
obatan antiemetik biasanya diperlukan padamuntah pasca operasi, mabuk perjalan
an, muntah yang disebabkan oleh obat
obatansitotoksik, dan penyakit refluks gastroesofageal. 0ontohnya Metokloprami
dengandosis pada bayi 0.1mg/kgBB/kali 3-4kali per hari. Pasca operasi %25 mg/k
gBB per dosis IV3-4 kalihari bila perlu. osis maksimal pada bayi75 mg/
kgBB/hari.akan tetapi obat ini sekarang sudah jarang digunakan karena mempuny
aEfek ektrapiramidal seperti reaksi disini dan diskinetik serta krisi okulonergik.

Domperidon adalah obat yang do pilih yang banyak digunakan sekarang ini
karena dapat di katakan lebih aman. Domperidon merupakan derivate
benzimidazolin yang secara invitro merupakan antagonis dopamine. Domperidon
mencegah refluks esophagus berdasarkan efek peningkatan tonus sfingter
esophagus bagain bawah.

2. Antagonisme terhadap histamin ( AH ). D


Iphenhydramine dan dimenhydrinate ( dramamine ) termasuk dalam golongan
atanolamin. Golongan atanolamin memilik efek antiemetik paling kuat antara
anthistamin (AH1) lainnya. Kedua obat ini bermanfaat untuk mengatasi mabuk
perjalanan ( motion sickness ) atau kelainan vestibuler. Dosisnya oral : 1-
1,5mg/kgBB/hari dibagi dalam 4-6 dosis. IV/IM:5 mg/kgBB/hari dibagi dalam 4
dosisnya.
3. Prokloperazin dan klorpromerazia
Merupakan derivate fenotiazia. Dapat mengurangi atau mencegah muntah
yanh disebabkan oleh rangsangan pada CTZ. Mempunyai efek kombinasi
antikolinergik dan antihistamin untuk mengatasinya muntah akibat obat obatan,
radiasi dan gastroenteritis.hanya boleh di gunakan untuk anak diatas 2 tahun
dengan dosis 0,4-0,6 mg/kgBB/hari tahap dibagi dalam 3-4 dosis. Dosis maksimal
berat badan <20>
4. Antikolinergik
Skopolamine dapat jugak memberikan perbaikan pada muntah karena faktor
vestibuler atau stimulus eh mediator proemetik. Dosis yang digunakan adalah 0,6
mg/kgBB/ hari dibagi dalam 4 dosis dengan dosis maksimal 0,3mg perdosis.
5. 5-HT3 antagonis serotonin
Yang sering digunakan adalah ondanasetron .mekanisme kerjanya diduga
dilangsungkan dengan mungkin jugak pada pasien vegal saluran cerna.
Ondanasetron tidak efektif untuk pengobatan motion seckness. Dosis mengatasi
muntah akibat kemoterapi 4-8 tahun : 0,15 mg/kgBB/ IV 30 menit sebelum
kemoterapi diberikan, di ulang 4 dan 8 setelah dosis pertama di berikan
kemoterapi 8 jam untuk 1-2 hari berikut nya Dosis pasca operasi :2-12yr<40>40
kg: 4 mg IV ;>12 yr; dosis dewasa 8 mg PO/kali.

B. Penatalaksanaan keperawatan

a.   Cepat miringkan tubuhnya, atau diangkat ke belakang seperti disendawakan atau


ditengkurapkan agar muntahannya tak masuk ke saluran napas yang dapat menyumbat
dan berakibat fatal.

b.   Jika muntahnya keluar lewat hidung, orang tua tidak perlu khawatir. Bersihkan
saja segera bekas muntahnya. Justru yang bahaya bila dari hidung masuk lagi terisap
ke saluran napas. Karena bisa masuk ke paru-paru dan menyumbat jalan napas. Jika
ada muntah masuk ke paru-paru tak bisa dilakukan tindakan apa-apa, kecuali
membawanya segera ke dokter untuk ditangani lebih lanjut .

Penatalaksanaan pada pasien dengan keluhan muntah adalah mengkoreksikead
aan hipovolemi dan gangguan elektrolit. Pada penyakit gastroenteritis akut denganmu
ntah, obat rehidrasi oral biasanya sudah cukup untuk mengatasi dehidrasi.Pada munta
h bilier atau suspek obstuksi intestinal penatalaksanaan adanya adalahdengan tidak me
mberikan makanan secara peroral serta memasangnasogastic tube yangdihubungkan d
enganintermittent suctionPada keadaan ini memerlukan konsultasidengan bagian beda
h untuk penatalaksanaan lebih lanjut.Pengobatan muntah ditujukan pada penyebab spe
sifik muntah yang dapatdiidentifikasi. Penggunaan antiemetik pada bayi dan anak tan
pa mengetahui penyebabyang jelas tidak dianjurkan. bahkan kontraindikasi pada bayi 
dan anak dengangastroenteritis sekunder atau kelainan anatomis saluran gastrointestin
al yang merupakankasus bedah misalnya,hiperthrophic pyoric stenosis, apendisitis, ba
tu ginjal,obstruksi usus, dan peningkatan tekanan intrakranial. anya pada keadaan tert
entuantiemetik dapat digunakan dan mungkin efektif misalnya pada mabuk perjalanan
motionsickness,mual dan muntah pasca operasi, kemoterapi kanker, muntah siklik,gas
troparesis, dan gangguan motilitas saluran gastrointestinal.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan laboratorium

a) Darah lengkap
b) Elektrolit serum pada bayi dan anak yang dicurigai mengalami dehidrasi.
c) Urinalisis, kultur urin, ureum dan kreatinin untuk mendeteksi adanya infeksi
atau kelainan  saluran kemih atau adanya kelainan metabolik.
d) Asam amino plasma dan asam organik urin perlu diperiksa bila dicurigai
adanya penyakit metabolik yang ditandai dengan asidosis metabolik berulang
yang tidak jelas penyebabnya
e) Amonia serum perlu diperiksa pada muntah siklik untuk menyingkirkan
kemungkinan defek pada siklus urea.
f) Faal hepar, amonia serum, dan kadar glukosa darah perlu diperiksa bila
dicurigai ke arah penyakit hati.
g) Amilase serum biasanya akan meningkat pada pasien pankreatitis akut. Kadar
lipase serum lebih bermanfaat karena kadarnya tetap meninggi selama
beberapa hari setelah serangan akut.
h) Feses lengkap, darah samar dan parasit pada pasien yang dicurigai
gastroenteritis atau infeksi parasit.

2. Ultrasonografi
Dilakukan pada pasien dengan kecurigaan stenosis pilorik, akan tetapi dua pertiga
bayi akan memiliki hasil yang negatif sehingga menbutuhkan pemeriksaan barium
meal.

3. Foto polos abdomen

a) Posisi supine dan left lateral decubitus digunakan untuk mendeteksi


malformasi anatomik kongenital atau adanya obstruksi.
b) Gambaran air-fluid levels menandakan adanya obstruksi tetapi tanda ini
tidak spesifik karena dapat ditemukan pada gastroenteritis
c) Gambaran udara bebas pada rongga abdomen, biasanya di bawah diafragma
menandakan adanya perforasi.

4. Barium meal

Tindakan ini menggunakan kontras yang nonionik, iso-osmolar, serta larut air.
Dilakukan bila curiga adanya kelainan anatomis dan atau keadaan yang menyebabkan
obstruksi pada pengeluaran gaster.

5. Barium enema

Untuk mendeteksi obstrusi usus bagian bawah dan bisa sebagai terapi pada
intususepsi

H. KONSEP KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a.      Identitas : umur untuk menentukan jumlah cairan yang diperlukan

b.      Riwayat kesehatan

·         Keluhan utama : mual, muntah.

·         Riwayat kesehatan sekarang

·         Riwayat kesehatan yang lalu

·         Riwayat kesehatan keluarga


c.       Pemeriksaan fisik

·         Tanda-tanda vital sign

·         Tanda-tanda dehidrasi (turgor kulit, mukosa mulut kering, kelopak mata


cekung, produksi urine berkurang).

·         Tanda- tanda shock

·         Penurunan berat badan

d.      Pemeriksaan Penunjang

·         Pemeriksaan laboratorium : analisis urine dan darah

·         Foto polos abdomen meupun dengan kontras

·         USG

2. Diagnosa Keperawatan yang Sering Muncul

1). Defisit volume cairan b/d kehilangan cairan aktif

2). Ketidak seimbangn nutrisi kurang dari kebutuhan b/d gangguan absorbsi

3). Pemenuhan personal hygiene b/d kebersihan tubuh rambut, mulut, kulit,


dan kuku klien kembali terpenuhi.

4). Resiko kerusakan integritas kulit b/d gangguan status metabolic

3. Rencana tindakan

1. DX. Defisit volume cairan b/d kehilangan cairan aktif

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam terjadi peningkatan

               keseimbangan cairan

Kriteria Hasil :

a. Mempertahankan urine output sesuai dengan umur


b. Tanda – tanda vital dalam batas normal
c. Tidak ada tanda – tanda dehidrasi
d. Turgor kulit baik

Intervensi
1. Observasi intake dan output cairan R/ mengetahui adanya dehidrasi pada klien
2. Monitor tanda-tanda vital R/ mengetahui perkembangan klien lebih lanjut
3. Observasi adanya tanda-tanda dehidrasi R/ mengetahui keadaan dan
penanganan lebih lanjut
4. Motivasi keluarga untuk membantu pasien minum R/ memenuhi kebutuhan
cairan elektrolit dalam tubuh
5. Kolaborasi pemberian cairan IV dan anti diare R/ menggantikan cairan yang
terbuang

2. Resiko ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d gangguan absorbsi

Tujuan  : setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam tidak terjadi

                kekurangan nutrisi

Kriteria Hasil :

a. Berat badan ideal sesuai dengan usia


b. Tidak ada penurunan berat badan yang berarti

Intervensi

1. Kaji keadaan umum klien R/ mengetahui keadaan umum klien

2. Monitor adanya mual dan muntah R/ mual muntah sebagai penyebab nutrisi yang

kurang

3. Monitor berat badan klien setiap hari R/ memantau peningkatan kebutuhan nutisi

dalam tubuh

4. Beri makanan dalam porsi sedikit tapi sering R/ memenuhi kebutuhan nutrisi klien

5. Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian diit R/ diit yang tepat dapat

mempercepat penyembuhan kli

3. Resiko kerusakan integritas kulit b/d gangguan status metabolic

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 X 24

Jam, pasien tidak menunjukan kerusakan integritas kulit

Kriteria Hasil :
a. Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur,

hidrasi, pigmentasi)

b. Tidak ada luka/lesi pada kulit


c. Perfusi jaringan baik
d. Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah
terjadinya sedera berulang 
e. Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan

Intervensi :

1. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar


2. Hindari kerutan padaa tempat tidur
3. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
4. Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali
5. Monitor kulit akan adanya kemerahan
6. Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada derah yang tertekan
7. Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
8. Monitor status nutrisi pasien
9. Memandikan pasien dengan sabun dan air hanga

4. Pemenuhan personal hygiene berhubungan dengan kebersihan tubuh

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam. Personal

hygiene rambut, mulut, kulit, dan kuku klien kembali terpenuhi.

Kriteria hasil :

1. Rambut klien bersih


2. Rambut klien wangi dan tidak lengket
3. Gigi klien bersih
4. Mulut klien wangi dan segar
5. Kulit klien bersih.
6. Klien mersakan segar pada tubuhnya.
7. Kulit tidak lengket
8. Kulit klien lembab
9. Kuku klien pendek
10. Kuku klien bersih
11. Mengurangi resiko luka pada gusi
12. Memberi rasa nyaman pada klien

Intervensi

1. Kaji pola kebutuhan personal hygiene klien.


2. Cuci rambut klien menggunakan shampo selama 1x 2 hari
3.  Sisir rambut klien
4. Bantu klien menggosok gigi
5. Ajarkan klien cara menggosok gigi yang benar
6. Bantu klien mengganti pakaian.
7. Bantu klien dalam menjaga kebersihan badannya dengan cara.
memandikan klien 2x sehari.
8. Berikan pendidikan kesehatan tentang kebersihan diri pada klien.
9. Beri lotion pada kulit klien.
10. Potong kuku klien 1x/minggu
11. Sikat kuku klien bila perlu

DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2013.Askep vomiting.diaksestanggal 15januari 2020.
URL :http://yogasrondeng.blogspot.com/2013/09/askep-vomiting- muntah.html?m=1

Anonim.2013.Etiolofi vomiting.diaksestanggal 15 januari2020.URL:http://parfait-


ceylon.blogspot.com/2013/10/laporan-pendahuluan-vomiting.html?m=1

Hanik purnomowati. 2018. Penatalaksanaan vomiting


https://id.scribd.com/document/393532124/Lp-Vomiting

Infokesehatan 2013.Askepvomiting. diakses tanggal 15 januari 2020.URL:


http://yogasrondeng.blogspot.com/2013/09/askep-vomiting-muntah.html?m=1

Hengkisupriawan.2005.asuhan keperawatan klien vomiting. Diakses tanggal 15


januari.2020.URL:https://www.academia.edu/33291426/Laporan_pendahuluan_vomitus

Nur aziz. 2017. Laporan pendahuluan vomiting. Diakses pada tanggal 15 januari 2020.
URL:http://blognuraziz.blogspot.com/2017/05/laporan-pendahuluan-gangguan-
pencernaan.html?m=1

Beritahu.2013. Askep vomiting diakses tanggal 15 januari 2020. URL: 1


://umarberita.blogspot.com/2013/01/askep-vomitus.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai