DISUSUN OLEH :
MITA SILFIA
BONDOWOSO
A. PENGERTIAN
Muntah adalah keluarnya kembali sebagian besar atau seluruh isi lambung
yang terjadi secara paksa melalui mulut, disertai dengan kontraksi lambung dan
abdomen (Markum : 1991).
Pada masa anak, terutama masa neonatal, muntah jarang terjadi. Oleh karena
itu, bila terjadi muntah maka harus segera dilakukan observasi terhadap kemungkinan
adanya gangguan. Vomitus tidak hanya mengeluarkan makanan dari perut, tetapi juga
cairan, hal ini bisa memicu dehidrasi. Komplikasi ini bisa sangat serius bagi bayi dan anak
kecil karena massa tubuhnya yang lebih kecil, sehingga memiliki lebih sedikit cairan dalam
tubuh dibanding orang dewasa.
B. ETIOLOGI
Mutah adalah gejala dari berbagai macam penyakit, maka evaluasi diagnosis
mutah tergantung pada deferensial diagnosis yang dibuat berdasarkan faktor lokasi
stimulus, umur dan gejala gastrointestinal yang lain. Kelainan anatomik kongenital,
genetik, dan penyakit metabolik lebih sering terlihat pada periode neonatal, sedangkan
peptik, infeksi, dan psikogenik sebagai penyebab mutah lebih sering terjadi dengan
meningkatnya umur.
Intoleransi makanan, perilaku menolak makanan dengan atau tanpa mutah sering
merupakan gejala dari penyakit jantung, ginjal, paru, metabolik, genetik, kelainan
neuromotor.
C. PATOFISIOLOGI
Impuls – impuls aferens berjalan ke pusat muntah sebagai aferen vagus dan
simpatis. Impuls- impuls aferen berasal dari lambung atau duodenum dan muncul
sebagai respon terhadap distensi berlebihan atau iritasi, atau kadang- kadang
sebagai respon terhadap rangsangan kimiawi oleh bahan yang menyebabakan
muntah.
a. Nausea (mual) merupakan sensasi psikis yang dapat ditimbulkan akibat rangsangan
pada organ dan labirin dan emosi dan tidak selalu diikuti oleh retching atau muntah.
b. Retching (muntah) merupakan fase dimana terjadi gerak nafas spasmodic dengan
glottis tertutup, bersamaan dengan adanya inspirasi dari otot dada dan diafragma
sehingga menimbulkan tekanan intratoraks yang negatif.
c. Emesis (ekspulsi) terjadi bila fase retching mencapai puncaknya dan ditandai
dengan kontraksi kuat otot perut, diikuti dengan bertambah turunannya diafragma
disertai dengan penekanan mekanisme antirefluks. Pada fase ini, pylorus dan antrum
berkontraksi, fundus dan esofagus berelaksasi dan mulut terbuka.
D. PATHWAY
E. MANIFESTASI KLINSI
Kondisi tersebut merupakan gejala dan tanda dari beberapa kondisi. Beberapa gejala&
1. Mual
2. Nyeri perut
3. Diare
4. Demam
5. Rasa melayang
6. Vertigo
7. Denyut jantung cepat
8. Berkeringat banyak
9. Mulut kering
10. Dan lebih jarang buang air kecil.
11. Nyeri dada
12. Nyeri perut
13. Pingsan
14. Bingung
15. Ngantuk berlebih
16. Muntah darah.
F. PENATALAKSANAAN
A. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan awal pada pasien dengan keluhan muntah adalah mengkoreksi
keadaan hipotolemi dan gangguan elektrolit. Pada penyakit gastroenteritis akutdengan
muntah, obat rehidrasi oral biasanya sudah cukup untuk mengatasi dehidrasi. Pada mu
ntah bilier atau suspek obstuksi intestinal penatalaksanaan awalnyaadalah dengan tida
k memberikan makanan secara peroral serta memasangnasogastictube yang dihubung
kan dengan intermittent suction.
Pada keadaan ini memerlukankonsultasi dengan bagian bedah untuk penatalaksa
naan lebih lanjut. Pengobatan muntah ditujukan pada penyebab spesifik muntah yang
dapatdiidentifikasi. Penggunaan antiemetik pada bayi dan anak tanpa mengetahui pen
yebabyang jelas tidak dianjurkan. Bahkan kontraindikasi pada bayi dan anak dengang
astroenteritis sekunder atau kelainan anatomis saluran gastrointestinal yangmerupakan
kasus bedah misalnya,
hiperthrophic pyoric stenosis &9PS', apendisitis, batu ginjal, obstruksi usus, dan penin
gkatan tekanan intrakranial. 9anya pada keadaantertentu antiemetik dapat digunakan d
an mungkin efektif, misalnya pada mabuk perjalanan &motion sickness
mual dan muntah pasca operasi, kemoterapi kanker,muntah siklik, gastroparesis, dan
gangguan motilitas saluran gastrointestinal.
Terapi farmakologis muntah pada bayi dan anak adalah sebagai berikut:
1. Antagonis dopamin
Tidak diperlukan pada muntah akut disebabkan infeksi gastrointestinal karena bias
anya merupakan self limited obat
obatan antiemetik biasanya diperlukan padamuntah pasca operasi, mabuk perjalan
an, muntah yang disebabkan oleh obat
obatansitotoksik, dan penyakit refluks gastroesofageal. 0ontohnya Metokloprami
dengandosis pada bayi 0.1mg/kgBB/kali 3-4kali per hari. Pasca operasi %25 mg/k
gBB per dosis IV3-4 kalihari bila perlu. osis maksimal pada bayi75 mg/
kgBB/hari.akan tetapi obat ini sekarang sudah jarang digunakan karena mempuny
aEfek ektrapiramidal seperti reaksi disini dan diskinetik serta krisi okulonergik.
Domperidon adalah obat yang do pilih yang banyak digunakan sekarang ini
karena dapat di katakan lebih aman. Domperidon merupakan derivate
benzimidazolin yang secara invitro merupakan antagonis dopamine. Domperidon
mencegah refluks esophagus berdasarkan efek peningkatan tonus sfingter
esophagus bagain bawah.
B. Penatalaksanaan keperawatan
b. Jika muntahnya keluar lewat hidung, orang tua tidak perlu khawatir. Bersihkan
saja segera bekas muntahnya. Justru yang bahaya bila dari hidung masuk lagi terisap
ke saluran napas. Karena bisa masuk ke paru-paru dan menyumbat jalan napas. Jika
ada muntah masuk ke paru-paru tak bisa dilakukan tindakan apa-apa, kecuali
membawanya segera ke dokter untuk ditangani lebih lanjut .
Penatalaksanaan pada pasien dengan keluhan muntah adalah mengkoreksikead
aan hipovolemi dan gangguan elektrolit. Pada penyakit gastroenteritis akut denganmu
ntah, obat rehidrasi oral biasanya sudah cukup untuk mengatasi dehidrasi.Pada munta
h bilier atau suspek obstuksi intestinal penatalaksanaan adanya adalahdengan tidak me
mberikan makanan secara peroral serta memasangnasogastic tube yangdihubungkan d
enganintermittent suctionPada keadaan ini memerlukan konsultasidengan bagian beda
h untuk penatalaksanaan lebih lanjut.Pengobatan muntah ditujukan pada penyebab spe
sifik muntah yang dapatdiidentifikasi. Penggunaan antiemetik pada bayi dan anak tan
pa mengetahui penyebabyang jelas tidak dianjurkan. bahkan kontraindikasi pada bayi
dan anak dengangastroenteritis sekunder atau kelainan anatomis saluran gastrointestin
al yang merupakankasus bedah misalnya,hiperthrophic pyoric stenosis, apendisitis, ba
tu ginjal,obstruksi usus, dan peningkatan tekanan intrakranial. anya pada keadaan tert
entuantiemetik dapat digunakan dan mungkin efektif misalnya pada mabuk perjalanan
motionsickness,mual dan muntah pasca operasi, kemoterapi kanker, muntah siklik,gas
troparesis, dan gangguan motilitas saluran gastrointestinal.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium
a) Darah lengkap
b) Elektrolit serum pada bayi dan anak yang dicurigai mengalami dehidrasi.
c) Urinalisis, kultur urin, ureum dan kreatinin untuk mendeteksi adanya infeksi
atau kelainan saluran kemih atau adanya kelainan metabolik.
d) Asam amino plasma dan asam organik urin perlu diperiksa bila dicurigai
adanya penyakit metabolik yang ditandai dengan asidosis metabolik berulang
yang tidak jelas penyebabnya
e) Amonia serum perlu diperiksa pada muntah siklik untuk menyingkirkan
kemungkinan defek pada siklus urea.
f) Faal hepar, amonia serum, dan kadar glukosa darah perlu diperiksa bila
dicurigai ke arah penyakit hati.
g) Amilase serum biasanya akan meningkat pada pasien pankreatitis akut. Kadar
lipase serum lebih bermanfaat karena kadarnya tetap meninggi selama
beberapa hari setelah serangan akut.
h) Feses lengkap, darah samar dan parasit pada pasien yang dicurigai
gastroenteritis atau infeksi parasit.
2. Ultrasonografi
Dilakukan pada pasien dengan kecurigaan stenosis pilorik, akan tetapi dua pertiga
bayi akan memiliki hasil yang negatif sehingga menbutuhkan pemeriksaan barium
meal.
4. Barium meal
Tindakan ini menggunakan kontras yang nonionik, iso-osmolar, serta larut air.
Dilakukan bila curiga adanya kelainan anatomis dan atau keadaan yang menyebabkan
obstruksi pada pengeluaran gaster.
5. Barium enema
Untuk mendeteksi obstrusi usus bagian bawah dan bisa sebagai terapi pada
intususepsi
H. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
b. Riwayat kesehatan
d. Pemeriksaan Penunjang
· USG
3. Rencana tindakan
keseimbangan cairan
Kriteria Hasil :
Intervensi
1. Observasi intake dan output cairan R/ mengetahui adanya dehidrasi pada klien
2. Monitor tanda-tanda vital R/ mengetahui perkembangan klien lebih lanjut
3. Observasi adanya tanda-tanda dehidrasi R/ mengetahui keadaan dan
penanganan lebih lanjut
4. Motivasi keluarga untuk membantu pasien minum R/ memenuhi kebutuhan
cairan elektrolit dalam tubuh
5. Kolaborasi pemberian cairan IV dan anti diare R/ menggantikan cairan yang
terbuang
2. Resiko ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d gangguan absorbsi
kekurangan nutrisi
Kriteria Hasil :
Intervensi
2. Monitor adanya mual dan muntah R/ mual muntah sebagai penyebab nutrisi yang
kurang
3. Monitor berat badan klien setiap hari R/ memantau peningkatan kebutuhan nutisi
dalam tubuh
4. Beri makanan dalam porsi sedikit tapi sering R/ memenuhi kebutuhan nutrisi klien
5. Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian diit R/ diit yang tepat dapat
Kriteria Hasil :
a. Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur,
hidrasi, pigmentasi)
Intervensi :
Kriteria hasil :
Intervensi
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2013.Askep vomiting.diaksestanggal 15januari 2020.
URL :http://yogasrondeng.blogspot.com/2013/09/askep-vomiting- muntah.html?m=1
Nur aziz. 2017. Laporan pendahuluan vomiting. Diakses pada tanggal 15 januari 2020.
URL:http://blognuraziz.blogspot.com/2017/05/laporan-pendahuluan-gangguan-
pencernaan.html?m=1