Anda di halaman 1dari 66

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Fraktur femur proksimal (Fraktur Hip) pada usia tua baik Fraktur Collum Femur

(intrakapsular) maupun Fraktur Intertrochanter Femur (ekstrakapsular) telah diketahui

sebagai “Fraktur Osteoporosis”. Kedua macam fraktur tersebut memiliki aspek biologis dan

terapi yang berbeda (Panula et al, 2008). Selain itu, telah dilaporkan beberapa perbedaan

parameter morfometri pada kedua macam fraktur tersebut (Maeda et al, 2011)

Femur proksimal berperan sebagai penyokong berat badan dengan properti

biomekanik yang tergantung pada geometri dan ukurannya. Bedasarkan posisi anatomisnya,

fraktur femur proksimal dibagi menjadi fraktur intrakapsular (Fraktur Collum Femur/

Femoral Neck Fracture) dan fraktur ekstrakapsular (Fraktur Intertrochanter) (Patton et al.

2006). Tipe fraktur femur proksimal lainnya yaitu fraktur subtrochanter lebih jarang terjadi

dan korelasinya terhadap osteoporosis masih belum jelas (Voo dan Armand , 2003).

Beberapa penelitian telah menunjukan bahwa massa tulang dan densitas tulang

berkorelasi dengan risiko fraktur osteoporosis. Kekuatan tulang bergantung pada

karakteristik material (densitas tulang) dan konfigurasi geometri tulang tersebut. Geometri

femur proksimal telah diketahui memiliki peran yang penting pada risiko fraktur. Salah satu

ukuran geometri femur proksimal yang banyak dikaitkan dengan risiko fraktur femur

proksimal adalah Hip Axis Length (HAL). HAL telah diketahui merupakan faktor risiko yang

dapat mempredikasi kejadian fraktur femur proksimal pada wanita usia tua secara independen

terhadap usia dan Bone Mineral Density (BMD). Disebutkan bahwa HAL yang lebih besar

memberikan risiko lebih besar untuk terjadinya fraktur collum femur (intrakapsular) (Panula
commit to user
et al, 2008). Penelitian lain menyebutkan bahwa panjang collum femur (Neck Length/NL)

1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

memiliki korelasi dengan kejadian fraktur intrakapsular dan ekstrakapsular. Disebutkan

bahwa NL yang lebih panjang memiliki kecenderungan untuk terjadinya fraktur

intrakapsular, sebaliknya NL yang lebih pendek memiliki kecenderungan mengalami fraktur

ekstrakapsular (Patton et al 2006). Namun pada penelitian lain menyebutkan bahwa tidak ada

perbedaan yang signifikan pada Neck Langth/NL pada kejadian fraktur intrakapsular dan

ekstrakapsular. Ukuran geometri yang lain yaitu Head Trochanter Length (HTL)/Femoral

neck axis length (FNAL) dan Neck Shaft Angle (NSA) masih kontroversial dalam perannya

sebagai faktor risiko fraktur femur proksimal (Calis et al 2004).

Peran geometri femur proksimal pada risiko fraktur osteoporosis femur proksimal

telah banyak diteliti. Ukuran yang dipakai sebagai variabel pada penelitian-penelitian

sebelumnya adalah ukuran aktual yang didapat dari foto rontgen polos pelvis anteroposterior.

Ukuran aktual tersebut sangat dipengaruhi oleh magnifikasi yang dihasilkan dari variasi jarak

teknik proses mengambilan foto rontgen. Selain itu, dengan berkembangnya metode digital

dalam pencetakan hasil foto rontgen, banyak foto rontgen yang dicetak dengan ukuran tidak

aktual (diperkecil atau diperbesar). Hal ini menyebabkan hasil penelitian sebelumnya sulit

untuk diterapkan secara menyeluruh sebagai faktor risiko dan pembeda antara Fraktur

Collum Femur (intrakaspular) dan Fraktur Intertrochanter Femur (ekstrakapsular). Untuk

mengeliminasi faktor pengganggu berupa pembesaran atau pengecilan dari foto rontgen, pada

penelitian ini dilakukan studi komparasi variabel geometri femur proksimal dari Fraktur

Collum Femur dan Fraktur Intertrochanter Femur dengan variabel berupa rasio dari ukuran-

ukuran geometri tersebut baik pada kelompok geriatri laki-laki maupun perempuan. Selain itu

oleh karena variabel sudut tidak dipengaruhi magnifikasi, penelitian ini juga akan menilai

Neck Shaft Angle (NSA) sebagai faktor pembeda Fraktur Collum Femur dan Intertrochanter

Femur.
commit to user

2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

1.2. Permasalahan

1. Apakah terdapat perbedaan rasio-rasio geometri femur proksimal pada kasus Fraktur

Collum Femur dan Fraktur Intertrochanter Femur?

2. Apakah terdapat perbedaan Neck Shaft Angle (NSA) pada kasus Fraktur Collum

Femur dan Fraktur Intertrochanter Femur?

1.3 Tujuan

1.3.1. Tujuan umum

Mengetahui peran geometri femur proksimal sebagai faktor pembeda pada kasus

Fraktur Collum Femur dan Fraktur Intertrochanter Femur

1.3.2.Tujuan Khusus

1. Mengetahui perbedaan rasio geometri femur proksimal pada kasus Fraktur Collum

Femur dan Fraktur Intertrochanter Femur

2. Mengetahui perbedaan Neck Shaft Angle (NSA) pada kasus Fraktur Collum Femur

dan Fraktur Intertrochanter Femur

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat teori

1. Dapat memberikan tambahan teori mengenai pengaruh geometri femur proksimal pada

patogenesis terjadinya Fraktur Collum Femur dan Fraktur Intertrochanter Femur

2. Sebagai dasar bagi penelitian berikutnya dalam penggunaan variabel rasio geometri
commit to user
femur proksimal sebagai faktor risiko fraktur osteoporosis femur proksimal

3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

1.4.2. Manfaat praktis

1. Dapat menjadi dasar dalam memberikan penjelasan kepada pasien mengenai

mekanisme kejadian fraktur osteoporosis femur proksimal

2. Dapat mengasilkan variabel yang lebih mudah diterapkan sebagai faktor prediktor

kasus Fraktur Collum Femur dan Fraktur Intertrochanter Femur

commit to user

4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. ANATOMI FEMUR PROKSIMAL DAN SENDI COXAE

2.1.1 Anatomi Tulang Femur

Pada tubuh manusia, femur adalah tulang yang paling panjang dan besar.

Rerata panjang femur laki-laki adalah 48 cm dan rerata diameter 2,84 cm pada

pertengahan femur serta dapat menahan hingga 30 kali berat tubuh manusia

dewasa (Nareliya dan Kumar, 2012). Pada sendi coxae (Hip Joint) terjadi

artikulasi antara caput femur dengan acetabulum dari tulang coxae. Caput femur

membentuk sekitar 2/3 dari permukaan spheris. Kecuali pada tempat dimana ada

perlekatan ligamentum capitis femoris (fovea capitis femoris), seluruh caput femur

ditutupi oleh kartilago artikularis. Kartilago artikularis ini paling tebal pada daerah

dimana mendapat tekanan berat badan paling besar. Pada acetabulum kartilago

paling tebal ada pada anterosuperior, sedang pada caput femur paling tebal ada

pada anterolateral. Caput femur menghadap anterosuperomedial, pada permukaan

posteroinferiornya terdapat fovea. Permukaan anterior caput femur dibatasi

anteromedial terhadap arteri femoralis oleh tendo dari otot Psoas mayor, Bursa

psoas dan Kapsula artikularis (Moore, 2006).

Collum femur paling sempit ada pada bagian tengahnya dan bagian paling

lebar adalah pada bagian lateral. Collum menghubungkan caput terhadap corpus

femur dengan sudut inklinasi (Neck Shaft Angle) kurang lebih 125o , hal ini

memfasilitasi pergerakan pada sendi coxae dimana tungkai dapat mengayun

secara bebas terhadap pelvis (Solomon et al, 2010).


commit to user

5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Keterangan:

5 1.Caput Femur,

2.Collum Femur,

3.Linea Intertrochanterica

4.Trochanter minor,

5.Trochanter mayor

Gambar. 2.1. Anatomi femur proksimal tampak anterior (Sumber: Standring, 2005)

Keterangan:

1. Fossa trochanterica

2. Trochanter mayor

3. Tuberculum quadratum

4. Crista intertrochanterica

5. Tuberositas glutea

6. Linea aspera

7. Fovea capitis femoris

8. Trochanter minor

9. Linea spiralis

commit to user
Gambar. 2.2. Anatomi femur proksimal tampak posterior (Sumber: Standring, 2005)

6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Sudut inklinasi paling lebar pada masa pasca kelahiran (20-25o lebih besar) dan

terus menurun sampai masa remaja serta sudut ini akan lebih kecil pada wanita. Sudut

ini sangat penting karena menentukan efektivitas abduksi sendi coxae, panjang tungkai

dan gaya yang mengenai sendi coxae. Sudut inklinasi >125o disebut sebagai coxa

valga. Peningkatan ini menyebabkan tungkai lebih panjang, menurunkan efektivitas

otot abductor, meningkatkan beban pada caput femur dan menurunkan beban pada

collum femur. Pada coxa vara dimana sudut inklinasi <120o menyebabkan tungkai

memendek, meningkatkan efektivitas abductor, menurunkan beban pada caput femur

namun meningkatkan beban pada collum femur (Hamill dan Knutze, 2009).

Gambar.2.3. Sudut inklinasi collum femur(Neck Shaft Angle/NSA) kurang lebih 125o.
Jika sudut <125o disebut coxa vara, sedang jika >125o disebut coxa valga (Sumber:
Hamill dan Knutze, 2009).

Collum femur berada pada posisi rotasi lateral terhadap corpus femur. Sudut

yang terjadi disebut sebagai sudut anteversi, besar sudut ini adalah 10-15o , walaupun

disebutkan sangat bervariasi antar individu dan populasi. Perlekatan collum terhadap

corpus pada aspek anterior ditandai oleh linea intertrocahnetrica sedang pada aspek

posterior oleh crista intertrochanterica. Terdapat banyak foramina vascular pada collum

femur terutama pada aspek anterior dan posterosuperior (Standring, 2005).


commit to user

7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar. 2.4. Sudut inklinasi collum femur (NSA) mempengaruhi beban pada collum
femur dan efektivitas otot abductor coxa. Pada coxa vara ekstremitas lebih pendek dan
otot abductor lebih efektif karena moment arm yang lebih panjang, beban lebih sedikit
terjadi pada caput femur dan beban lebih berat terjadi pada collum femur. Coxa valga
memperpanjang ekstremitas, menurunkan efektivitas abductor karena moment arm
yang lebih pendek, meningkatkan beban pada caput femur dan menurunkan beban pada
collum femur (Sumber: Hamill dan Knutze, 2009).

Anteversi pada coxa meningkatkan efektivitas otot Gluteus maksimus sebagai

eksternal rotator. Sebaliknya terdapat penurunan efisiensi otot Gluteus medius dan otot

Vastus medial yang menyebabkan hilangnya kontrol gerakan pada bidang frontal dan

transversal. Terjadinya over-anteversi pada sendi coxae (sudut >14o), caput femur tidak

tertutup dan seseorang harus melakukan postur internal rotasi untuk mempertahankan

caput femur pada acetabulum. Perubahan ekstremitas bawah akibat anteversi berlebihan

antara lain meningkatnya Q-angle, pronasi lebih besar pada sendi subtalar dan

peningkatan kurvatura lumbal. Selain itu juga berhubungan dengan gaya kontak yang

lebih besar serta tekanan sendi patellafemoral yang lebih besar. Jika sudut anteversi

geser kearah posterior (retroversi). Retroversi menyebabkan postur rotasi eksternal,

supinasi kaki dan penurunan Q-angle (Hamill dan Knutze, 2009).


commit to user

8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar.2.5. Sudut dari collum femur pada bidang frontal disebut sudut anteversi.
Normalnya 12-14o . Apabila sudut lebih besar dari normal terjadi toe-in position. Jika
sudut kurang dari normal disebut retroversi dan terjadi toing-out. (Sumber: Hamill dan
Knutze, 2009).

Gambar.2.6. Potongan oblique melalui femur proksimal kiri, menunjukan arsitektur


commit todan
trabekula , calcar femur, cavitas medularis user
variasi ketebalan korteks (Sumber:
Standring, 2005).

9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Sistem trabekula internal pada caput dan collum femur telah banyak dijelaskan.

Oriaentasi trabekula terjadi sepanjang jalur tekanan (stress) dan garis yang lebih tebal

datang dari calcar femur dan naik menuju area wight bearing dari caput femur.

Trabekula yang lebih sedikit terdapat mulai dari daerah inferior dari fovea melewati

caput dan bagian superior dari collum menuju trochanter dan korteks lateral. Calcar

femur adalah struktur berupa plat tulang padat yang berjalan mulai dari bagian

posteromedial collum dibawah trochanter minor dan menyebar kearah lateral menuju

trochanter mayor memperkuat collum femur pada daerah posteroinferior. Calcar femur

lebih tebal pada daerah medial dan menipis pada daerah lateral (Standring, 2005).

Gambar.2.7. Arsitektur trabekula femur proksimal (Sumber: Thompson, 2001).

commit to user

10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2.1.2 Kapsul dan Ligamen pada Sendi Coxae

Kapsula sendi pada sendi coxae merupakan kapsula yang kuat ,tersusun atas

lapisan jaringan fibrosa . Pada daerah proksimal lapisan fibrosa melekat pada

acetabulum perifer dari perlekatan labrum acetabuli dan ligamentum transversum

acetabuli. Pada daerah distal melakat pada linea intertrochanterica pada daerah anterior

dan pada daerah posterior kapsula melewati collum femur proksimal dari krista

intertrokhanterika namun tidak melekat. Kebanyakan lapisan fibrosa kapsul berjalan

spiral namun beberapa serabut dalam (profunda) berjalan sirkular disekitar collum

membentuk Zona orbicularis (Standring, 2005). Terdapat juga serabut longitudinal

yang disertai penebalan kapsula spiral yang disebut sebagai ligamen. Lapisan fibrosa

kapsula menambah stabilitas sendi coxae namun menghambat ekstensi sendi sebesar

10-20% (Moore, 2006). Terdapat 3 ligamentum intrinsik dari kapsula sendi yaitu :

- Ligamentum Iliofemoral (Bigelow): Ligamen ini terletak antero-superior

berbentuk huruf Y yang melekat proksimal pada spina iliaca anterior inferior dan

limbus acetabuli serta pada daerah distal melekat pada linea intertrchanterica.

Ligamen ini dikatakan sebagai ligamen yang paling kuat yang secara spesifik

mencegah hiperekstensi sendi coxae saat berdiri.

- Ligamentum Pubofemoral: Ligamen ini terletak antero-inferior yang melekat dari

crista obturatoria pubis dan berjalan kearah inferior-lateral bergabung dengan

kapsula sendi. Ligamen ini bergabung dengan bagian medial ligamentum

iliofemoral dan tegang ketika ekstensi dan abduksi sendi coxae. Ligamentum

pubofemoral mencegah overabduksi sendi coxae.

- Ligamentum Ischiofemoral : Ligamentum ini terletak pada daerah posterior yang

commitischial
melekat dari limbus acetabuli bagian to userberpilin kearah superolateral menuju

11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

collum femur. Disebutkan sebagai bagian ligamen yang paling lemah dibanding

dua ligamen sebelumnya (Moore, 2006).

Ligamen dan otot periartikular (Otot-otot rotator medial dan letaral) berperan

penting dalam mempertahankan integritas sendi coxae. Otot dan ligamen menarik caput

femur kearah acetabulum dan bekerja saling melengkapi. Otot rotator medial (terletak

didepan) merupakan otot dengan jumlah lebih sedikit, lebih lemah dan memilki peran

mekanis yang kecil, sebaliknya ligamentum yang berada didepan merupakan ligamen

yang paling kuat. Selain itu ligamen posterior adalah ligamen yang lebih lemah yang

dibantu otot rotator lateral yang banyak,kuat dan secara mekanik sangat bermakna

(Standring, 2005).

Pada semua sendi sinovial, membran sinovial berada pada permukaan dalam

kapsul fibrosa termasuk juga permukaan tulang yang berada intrakapsular dan tidak

tertutup kartilago artikularis. Oleh karena itu, pada sendi coxae dimana kapsula sendi

melekat jauh dari caput femur, membran sinovial berjalan disepanjang collum femur

sampai batas caput femur. Lipatan longitudinal membrane sinovial (retinacula) terjadi

disepanjang membran yang menutupi collum femur. Arteri retinacula subsinovial yang

berasal dari arteri circumflexa femur medial dan sebagian dari arteri circumflexa femur

lateral berjalan pada lipatan membran sinovial tersebut (Moore, 2006).

Ligamentum capitis femoris (ligamentum teres/ round ligamen) secara primer

merupakan lipatan membran sinovial menjalarkan pembuluh darah menuju caput

femur. Ligamentum ini adalah ligamen yang lemah dan memiliki peran yang kecil pada

kekuatan sendi coxae. Ujung lebar ligamen tersebut melekat pada tepi incisura

acetabuli dan ligamentum transversum acetabuli. Ujung sempitnya melekat pada fovea

commit
capitis femoris. Terdapat jaringan lemak topad)
(Fat user mengisi tempat pada fossa acetabuli

yang tidak tertutup ligamentum capitis femoris. Ligamentum teres berbentuk segitiga

12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

pipih. Kadang lapisan sinovial hanya berdiri sendiri tanpa inti didalamnya. Ligamen ini

tegang saat femur semi fleksi dan adduksi dan relaksasi saat abduksi.

Ligamentum capitis femoris dan Fat pad tersebut ditutupi oleh membran

sinovial. Fat pad tersebut dapat berubah bentuk sesuai dengan ruang yang tergantung

pada kongruensi caput femur dan acetabulum terkait gerakan. Protrusi sinovial pada

daerah bebas dari kapsula posterior membentuk bursa bagi tendo otot Obturatorius

eksternus. Sendi coxae dapat berhubungan dengan bursa illiac subtendineus

(psoas/iliopectineal bursa) melalui apertura sirkular antara ligamentum pubofemoralis

dan ligamentum iliofemoralis. Bursa yang lebih jauh ada pada perlekatan tendo otot

Gluteus medius dan minimus pada trochanter mayor (Trocahnteric bursa) dan antara

gluteus maksimus dan vastus lateral (Standring, 2005).

commit
Gambar 2.8. Potongan coronal sendi coxaetokiri,
usertampak kapsula sendi dan membran
synovial (Sumber: Standring, 2005).

13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2.2. BIOMEKANIKA FEMUR PROKSIMAL

2.2.1 Distribusi tekanan (Stress) pada Femur proksimal

Simulasi distribusi tekanan pada femur proksimal sering diekspresikan dalam

gambaran distribusi Stress “Von Mises” (Voo et al 2004). Pada model femur proksimal

normal, tekanan (stress) paling besar terdapat pada basis Collum femur aspek inferior.

Sedangkan tekanan maksimal pada permukaan superior merupakan 1/3 dari tekanan

pada permukaan inferior. Tekanan pada daerah ini meningkat mencapai 65% (hanya

kurang 16%) dibandingkan collum aspek inferior pada model pasien yang memiliki

collum femur lebih panjang. Peningkatan tekanan mencapai 85% pada aspek superior

collum pada model collum femur dengan sudut Neck Shaft Angle (NSA) kecil. Pada

sebuah penelitian disebutkan bahwa panjang collum femur (Neck Length/NL) dapat

memiliki rentang > 30 mm dan Neck Shaft Angle dapat memiliki rentang > 30o pada

populasi normal (Voo dan Armand , 2003).

Gambar.2.9. Distribusi Stress Von Misses pada femur proksimal, Model normal
(kiri), Model NSA lebih kecil 15o dari normal (Sumber: Voo et al 2004).
commit to user

14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar. 2.10. Distribusi Stress Von Mises pada model Collum femur yang lebih
panjang (Sumber: Voo et al 2004).

Pada studi lainnya distribusi tekanan pada femur proksimal dianalisis saat

berjalan dan saat pasien mengalami jatuh (simple fall). Saat berjalan distribusi tekanan

terutama terjadi pada basis collum femur dan sisi medial regio intertrochanter.

Sebaliknya pada saat terjatuh tekanan tertinggi terjadi pada aspek posterosuperior

collum dan regio posterior dari trochanter yaitu 4,3 kali lebih besar dibanding saat

berjalan (Voo et al 2004).

Kontribusi tulang kortikal dan kanselosa pada fragilitas femur proksimal masih

kontroversial. Disebutkan bahwa beban total yang dialami tulang kortikal dan kanselosa

hampir konstan dalam semua pembebanan namun berbeda berdasarkan lokasinya.

Tulang kortikal mengalami pembebanan sebesar 30% pada regio subcapital, 50% pada

pertengahan collum, 96% pada basis collum dan 80% pada regio intertrochanter
commit to user
(Jóhannesdóttir, 2012).

15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2.2.2 Beban yang dialami femur proksimal saat mengalami jatuh

Jatuh (simple fall) adalah kejadian dan faktor risiko yang sangat penting pada

fraktur femur proksimal (fraktur Hip) pada usia tua. Diestimasikan bahwa > 90%

fraktur hip disebabkan oleh karena jatuh. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk

menganalisis karakteristik jatuh yang menjadi risiko terjadinya fraktur hip. Arah

terjadinya jatuh merupakan determinan yang penting pada kejadian fraktur hip. Saat

mengalami jatuh, risiko fraktur akan meningkat 6 kali saat jatuh keaarah samping

(sideway fall) dibanding jatuh ke depan (forward fall) atau ke belakang (backward fall).

Studi lainnya menyebutkan bahwa impaksi pada sisi lateral pelvis meningkatkan risiko

fraktur sebesar 20-30 kali lipat dibandingkan saat jatuh ke sisi lainnya, selain itu jatuh

saat berputar/berbelok berisiko menyebabkan fraktur lebih tinggi dibanding saat

berjalan lurus. Faktor lain yang berhubungan dengan risiko fraktur potensial energi

meliputi jatuh dari ketinggian, berat badan, ketebalan jaringan lunak pada regio

trochanter, kekuatan otot, kontrol neuromuskular dan kemampuan respon protektif

seseorang. Pada saat jatuh, beban kompresif yang terjadi pada hanya mencapai 85%

dari total beban, 15% beban akan didistribusikan pada struktur disekitar sendi panggul.

Beban yang dialami akan berkurang apabila ketebalan jaringan lunak regio trochanter

tinggi. Namun penelitian lain menyebutkan penurunan ketebalan jaringan lunak regio

trochanter hanya berhubungan dengan peningkatan risiko fraktur pada wanita, tidak

pada pria (Jóhannesdóttir, 2012).

Dalam sebuah penelitian prospektif disebutkan bahwa BMD yang rendah adalah

faktor risiko untuk terjadinya fraktur hip, namun lebih dari 50% fraktur hip terjadi pada

pasien dengan BMD yang tidak menurun . Korteks superior pada collum femur

manusia lebih tipis dibanding korteks sisi inferior, dan ketebalan ini terus menurun
commit
seiring bertambahnya usia. Saat terjatuh to user
,beban kompresif pada collum femur terjadi

16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

paling besar pada sisi superior collum, dengan beban tensile paling besar pada korteks

inferior (Cristofolini et al, 2009)

2.3. GEOMETRI FEMUR PROKSIMAL

2.3.1 . Gambaran Geometri Femur Proksimal pada Rontgen Pelvis Anteroposterior

Rontgen pelvis anteroposterior dilakukan pada pasien dengan posisi supine

dengan kaki sedikit internal rotasi (15o) untuk mengkompensasi sudut femoral anteversi

dari collum. Untuk mendapatkan gambaran seluruh pelvis, maka arah sinar-X

diarahkan secara vertikal pada titik tengah pelvis. Gambaran rontgen pelvis

anteroposterior akan menghasilkan gambaran tulang Illium, Sacrum, Pubis, Ischium,

Caput Femur serta Trochanter Femur (Greenspan, 2004).

commit
Gambar 2. 11 . Pengambilan Rontgen Pelvis APto(atas),
user Hasil Rontgen Pelvis AP (Bawah
kiri), Ilustrasi Anatomi Pelvis (Bawah kanan) (Sumber: Greenspan,2004)

17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Pada rontgen pelvis AP, beberapa gambaran geometri femur proksimal yang

dapat diukur antara lain Hip Axis Length (HAL), Head Trochanter Length (HTL ) atau

sering juga disebut sebagai FNAL (Femoral Neck Axis Length), Neck Length (NL),

Head Width (HW), Neck Width (NW), Trochanter Width (TW), serta Neck Shaft Angle

(NSA). Hip Axis Length /HAL adalah Panjang garis yang dibentuk antara tepi luar

trochanter dan korteks sisi dalam dari tulang pelvis melalui titik pusat Caput femur dan

titik tengah collum femur. Head Trochanter Length/HTL adalah Panjang garis yang

dibentuk antara tepi luar trochanter dan ujung Caput femur yang segaris dengan HAL.

Neck Length/NL adalah Panjang garis yang dibentuk antara garis perpendikular

terhadap HAL yang memotong trochanter minor dan titik mulai melebarnya collum

femur . Head Width/HW adalah Lebar Caput Femur pada titik yang terlebar. Neck

Width (NW) Lebar Collum Femur pada titik yang tersempit. Trochanter Width (TW)

Panjang garis yang dibentuk mulai dari titik tepat diatas trochanter minor ke titik

terlateral dari trochanter mayor. Sedangkan Neck Shaft Angle (NSA) adalah Sudut yang

dibentuk oleh perpotongan antara garis sejajar sumbu colum femur dan garis sejajar

sumbu Shaft femur. (Calis et al 2004, Panula et al 2008, Patton et al 2006)

Gambar 2.12. Hip Axis Length/HALcommit to Head


(Kiri), user Trochanter Length /HTL (FNAL)
(Kanan). (Sumber: Calis et al 2004, Panula et al 2008, Patton et al 2006)

18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 2.13. Neck Length (NL) (Kiri), Head Width (HW) (Kanan) (Sumber: Calis et
al 2004, Panula et al 2008, Patton et al 2006).

Gambar.2.14. Neck Width (NW) (Kiri), Trochanter Width (TW) (Kanan). (Sumber:
Calis et al 2004, Panula et al 2008, Patton et al 2006).

Gambar. 2.15. Neck Shaft Angle (NSA) (Sumber: Calis et al 2004, Panula et al 2008,
commit
Patton to 2006).
et al user

19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2.3.2. Peran Gambaran Geometri Femur Proksimal pada Risiko Fraktur Hip

Studi masa kini menunjukan bahwa variasi geometri femur proksimal memiiki

peran pada etiologi Fraktur Hip. Sebuah studi menunjukan bahwa Hip Axis

Length/HAL berhubungan dengan risiko fraktur dan independen terhadap usia serta

densitas mineral (Panula et al 2008, Patton et al 2006). Peneliti lain mendukung bahwa

HAL saat ini diterima sebagai faktor risiko dari fraktur Collum femur. HAL ditemukan

berbeda signifikan dibanding kontrol pada kelompok fraktur collum femur, namun

tidak berbeda signifikan terhadap kontrol pada kelompok fraktur Intertrochanter femur

(Duboeuf et al 1997). Pada sebuah studi pada wanita usia tua, HAL yang lebih

panjang, Neck Shaft Angle (NSA) yang lebih besar dan Femoral Neck Width (NW)

yang lebih besar meningkatkan risiko fraktur Hip (Gnudi et al, 1999).

FNAL/HTL yang merupakan komponen terbesar dari HAL memiliki peran yang

kontroversial pada risiko fraktur Hip. Penelitian oleh Panula et al (2008) menyatakan

bahwa kejadian fraktur collum femur dan Intertrochanter femur tidak dapat dijelaskan

oleh NSA dan FNAL. Pada studi tersebut ditunjukan bahwa Neck Length (NL) yang

lebih panjang berhubungan dengan Fraktur Collum Femur. Patton et al (2006)

menyebutkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada Head Width (HW),

Neck width (NW) atau FNAL antara kelompok fraktur Collum Femur dan

Intertrochanter Femur. Sedangkan HAL, Neck Length (NL) serta rasio Neck Length

terhadap Neck Width secara signifikan lebih besar pada kelompok fraktur Collum

Femur. Wanita dengan fraktur collum femur memiliki HAL yang lebih panjang, Neck

Width (NW) lebih lebar dan NSA lebih besar dibanding kontrol, sedangkan disisi lain

tidak terdapat perbedaan proksimal femur geometri (PFG) signifikan antara kelompok

fraktur osteoporosis tulang belakang terhadap kontrol. Regresi logistik menunjukan


commitfraktur
bahwa HAL dan NSA dapat memprediksi to usercollum femur. Selain itu disebutkan

20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

bahwa NSA secara signifikan lebih kecil pada kelompok Fraktur Intertrochanter

dibanding kelompok fraktur Collum femur (Maeda, 2011). Data ini menunjukan bahwa

terdapat spesifitas dari suatu gambaran PFG terhadap risiko fraktur femur proksimal

(Gnudi et al 2004). Calis et al (2004) menyebutkan bahwa tidak terdapat perbedaan

signifikan dari HAL, Head width (HW), dan FNAL/HTL antara kelompok fraktur

Collum femur dan kelompok tanpa fraktur collum femur, namun Neck width (NW)

secara signifikan lebih besar pada kelompok Fraktur collum femur. Data diatas

menunjukan bahwa beberapa parameter pada geometri femur proksimal diketahui

sebagai faktor risiko pada fraktur femur proksimal, namun terdapat beberapa parameter

yang masih kontroversial.

2.4. FRAKTUR FEMUR PROKSIMAL (HIP FRACTURE)

2.4.1. Epidemiologi

Fraktur yang berhubungan dengan osteoporosis (fraktur osteoporosis) meliputi

fraktur pada spine, radius distal, humerus dan femur proksimal (Fraktur Hip). Fraktur

femur proksimal merupakan fraktur yang paling serius yang ditimbulkan akibat

osteoporosis. Penurunan kekuatan tulang dan koordinasi neuromuskular meningkatkan

risiko fraktur osteoporosis. Fraktur hip osteoporosis berhubungan dengan penurunan

kekuatan tulang dan jatuh. Fraktur osteoporosis dapat terjadi secara spontan atau akibat

jatuh. Fraktur collum femur terjadi paling sering pada wanita usia lanjut (Canale dan

Beaty, 2008). Usia lanjut (Geriatric Age) didefinisikan sebagai usia ≥ 65/70 tahun , dan

terbagi menjadi :Umur 70 – 75 tahun (Young Old), Umur 75 – 80 tahun (Old), dan

Umur > 80 tahun (Very Old) (Setyonegoro, 2009).

Fraktur ini jarang terjadi pada usia < 60 tahun. Terdapat beberapa variasi rasial,

fraktur ini jarang terjadi pada ras kulit hitam, sering pada ras kulit putih. Insidensi
commit to user
fraktur hip meningkat secara eksponensial seiring bertambahnya usia. Risiko untuk

21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

mengalami fraktur hip yang kedua kalinya dalam 2 tahun menjacapai 10% pada wanita

dan 5% pada pria. Lebih dari 70% pasien akan mengalami fraktur hip dengan tipe yang

sama pada fraktur yang kedua. Studi epidemiologi menyembutkan beberapa faktor

risiko yang berhubungan dengan peningkatan risiko fraktur hip antara lain: Body Mass

index/BMI yang rendah, paparan sinar matahari yang rendah, merokok, riwayat fraktur

osteoporosis sebelumnya, riwayat ibu mengalami fraktur osteoporosis dan pengobatan

kortikosteroid (Bucholz et al, 2010). Faktor risiko fraktur hip dapat dibagi menjadi

kelompok yang meingkatkan risiko jatuh dan faktor yang menjadi faktor predisposisi

perubahan masa tulang. Risiko jatuh meningkat seiring usia karena berbagai sebab

antara lain kelemahan otot, penurunan keseimbangan, penyakit saraf, penurunan

penglihatan dan efek samping obat sedatif atau kardiovaskular. Diestimasikan bahwa

insidensi fraktur hip akan bertambah dua kali lipat menjadi 2,6 juta pada tahun 2025

dan 4,5 juta pada 2050. Persentase peningkatannya meningkat lebih besar pada pria

(310%) dibanding perempuan (240%). Pada tahun 1990, 26% fraktur hip terjadi di

Asia, diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 37%, dan pada tahun 2050 akan

mencapai 45%. Risiko seseorang untuk mengalami fraktur hip semasa hidupnya adalah

5,6 % pada laki-laki dan 20% pada perempuan (Canale dan Beaty, 2008).

2.4.2. Klasifikasi Fraktur Femur Proksimal

Fraktur hip diklasifikasikan mejadi 2 grup utama yaitu Fraktur Inter

trochanter/Pertrochanter dan fraktur Collum berdasarkan lokasi garis fraktur pada

proksimal femur.

1). Fraktur Collum Femur

Fraktur Collum femur didefinikan sebagai Fraktur Femur proksimal dimana

garis fraktur berada lebih proksimal dari basis colum Femur dan distal dari Caput
commit
Femur. Mayoritas fraktur ini terjadi pada to user
usia tua. Penyababnya yang peling sering

22
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

adalah karena jatuh akibat gaya yang ditransmisikan ke collum melalui trochanter

femur. Mekanisme lainnya adalah eksternal rotasi dari tungkai yang menyebabkan

terjadinya gaya tension pada kapsul anterior dan ligamen iliofemoral. Saat collum

mengalami rotasi, caput femur masih terfiksir, maka fraktur collum femur akan

terjadi. Lokasi yang paling sering mengalami fraktur adalah bagian yang paling lemah

yaitu tepat dibawah permukaan sendi (articular surface) (Bucholz et al, 2010).

(1) Klasifikasi:

Terdapat beberapa sistem klasifikasi pada fraktur collum femur. Ada yang

membagi berdasarkan lokasi anatomis yaitu: Subcapital, Transcervical atau Basical.

Ada juga klasifikasi berdasarkan derajat pergeseran (displacement) menurut Garden.

Klasifikasi yang banyak digunakan untuk kepentingan penelitian adalah klasifikasi

menurut AO/OTA. Pada sistem ini fraktur collum femur masuk dalam kategori 31.B.

Angka 3 untuk Femur, angka 1 untuk Femur proksimal dan huruf B untuk fraktur

Collum femur. Kategori tersebut dibagi lagi berdasarkan lokasi fraktur dan derajat

pergeseran yang terjadi. Perhatikan gambar dibawah (Ruedi dan Murphy, 2007).

(2).Pemeriksaan :

Foto Rontgen polos dapat mengidentifikasi mayoritas fraktur collum femur.

Foto Pelvis anteroposterior dan lateral tetap diperlukan,walaupun kebanyakan kasus

dapet terdiagnosis dari foto Anteroposterior (Ruedi dan Murphy, 2007). Pengambilan

foto lateral dapat mengalami kesulitan akibat nyeri, namun foto posisi lateral dapat

mengidentifikasi ada tidaknya fraktur atau pergeseran fraktur. Pada 2% kasus, fraktur

sulit atau tidak mungkin divisualisikan pada foto rontgen polos. Dahulu Bone scan

sering digunakan pada situasi ini. Pada kasus dimana diagnosis meragukan,

pemeriksaan MRI dapat dilakukan. Disebutkan bahwa MRI lebih akurat dibanding
commit to user
Bone scan (Canale dan Beaty, 2008).

23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar. 2.16. Klasifikasi Fraktur Collum Femur AO/OTA (Sumber: Bucholz et al, 2010).

(3).Manajemen:

Manajemen pada fraktur collum femur berdasarkan beberapa pertimbangan,

antara lain bergeser atau tidak, umur pasien, status kognitif, kebutuhan fungsional dan

ada atau tidaknya komorbid medis lainnya. Ringkasan mengenai penanganan kasus
commit to user
fraktur collum femur ditampilkan pada Algoritma dibawah.

24
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

1. Fraktur Tidak Bergeser (Non-displaced)

Pada fraktur non-displaced diterapi dengan fiksasi screw cannulated dengan

tidak memperhatikan usia pasien atau pertimbangan lainnya. Kebanyakan fraktur ini

sembuh dengan terapi ini serta prosedur ini dapat dilakukan dengan ekspose operasi

yang minimal dan morbiditas pasca operasi yang rendah. Digunakan 3 screw untuk

fiksasi collum femur. Terapi non-operatif juga dapat menjadi pilihan, namun terdapat

risiko pergeseran (Bucholz et al, 2010).

2. Fraktur Bergeser (Displaced)

Terdapat tiga kategori utama pada tipe fraktur ini: fraktur pada usia muda,

fraktur pada usia tua dengan fisik fit, fraktur pada usia tua dengan limitasi mobilitas.

a. Fraktur Collum Femur displaced pada usia Muda

Pada mayoritas pasien usia < 60 tahun, terapi dilakukan dengan Operasi

reduksi dan fiksasi internal (Open reduction and Internal Fixation/ORIF) dengan

menggunakan screw canulated. Operasi tersebut dilakukan sesegera mungkin setelah

pasien mondok. Walaupun demikian ada bukti yang menyatakan bahwa operasi yang

dilakukan sampai 1 minggu memberikan hasil yang sama dengan operasi urgent.

Screw canulated lebih dipilih dibanding Dynamic Hip Screw (DHS). Tidak terdapat

perbedaan hasil pada kedua macam teknik internal fiksasi tersebut. Pasca Operasi

pasien dapat memulai mobilisasi berjalan dengan Partial Weight Bearing (PWB)

menggunakan 2 buah kruk (Canale dan Beaty, 2008).

Pada pasien dengan komorbid seperti penyakit kronis yang memicu

osteoporosis atau pengguna Alkohol, manajemen fraktur dapat berupa Artrhroplasty

khususnya jika pasien usia > 40 th. Angka kegagalan internal fiksasi sangat tinggi,

khususnya pada pasien dengan gagal ginjal, rhematoid arhritis, pengguna

kortikosteroid jangka panjang. Jikacommit to user pasien sangat tinggi maka dipilih
level fungsional

25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Total Hip Arthroplasty (THA). Pasien pengguna Alkohol memiliki kecenderungan

tinggi untuk mengalami dislokasi pasca THA. Oleh karena itu pada pasien tersebut

dapat dipilih penggunaan Hemiarthroplasty Bipolar cemented (Bucholz et al, 2010).

b. Fraktur Collum Femur Displaced pada Usia tua dengan kondisi fisik baik

Dahulu manajemen pada pasien tipe ini masih kontroversial, namun saat ini

telah banyak bukti yang menyatakan bahwa Total Hip Arthroplasty adalah pilihan

utama. Manajemen dengan Total Hip Arthroplasty menunjukan hasil fungsioanl yang

lebih baik. Pasca operasi pasien dapat berjalan sesuai dengan toleransi nyeri, Follow

up dilakukan pada minggu ke-6, 3 bulan , 6 bulan dan 1 tahun pasca operasi.

c. Fraktur Collum Femur displaced pada usia tua dengan limitasi mobilitas

Mayoritas pasien adalah wanita, denga prevalensi faktor komorbid mencapai

70%, dan sekitar 25-30% pasien memiliki gangguan kognitif. Terapi dengan ORIF

memberikan hasil yang sangat buruk. Oleh karena terapi pilihan adalah dengan

Bipolar hemiarthroplasty. Walaupun tidak ada bukti yang menyatakan bahwa Bipolar

lebih baik dibanding Unipolar, namun implant Bipolar modern dengan sistem modular

memberi keuntungan berupa koreksi panjang kaki dan kerusakan jaringan lunak yang

lebih minimal saat Operasi. Implant Cemented lebih dipilih dibanding implant Non

cemented. Penggunaan implant Unipolar seperti Austine-Moore atau Thompson saat

ini hanya diperuntukan bagi pasien yang memiliki mobilitas sangat rendah dengan

tujuan operasi hanya mengurangi nyeri, bukan meningkatkan mobilitas pasien.

Perhatikan Algoritma dibawah. (Bucholz et al, 2010).

commit to user

26
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 2.17. Algoritma penanganan Fraktur Collum Femur (Sumber: Bucholz et al,
2010).

2). Fraktur Intertrochanter Femur

Fraktur Intertrochanter didefinisikan sebagai Femur proksimal dimana garis

fraktur terjadi mulai dari basis collum ekstrakapsular menuju regio sepanjang

trochanter minor sampai regio sebelum terbentuknya canalis medularis. Regio ini

memiliki properti biomekanik yang kompleks. Fraktur intertrochanter merupakan

fraktur yang paling sering dioperasi, dengan fatality rate pasca operasi yang tinggi,

serta menjadi beban ekonomi yang berat akibat biaya perawatan pasca truama yang

tinggi. Alasan mengenai tingginya biaya perawatan, diakibatkan buruknya waktu


commit to user

27
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

penyembuhan pasien pasca operasi untuk kembali dapat melakukan mobilisasi secara

mandiri (Canale dan Beaty, 2008).

Fokus penelitian pada akhir abad ke-20 adalah bagaimana agar meminimalisir

kegagalan internal fiksasi. Selain itu karena kebanyakan fraktur ini berkaitan dengan

Osteoporosis, paradigma saat ini beralih pada : 1. Prevensi dengan skrining yang

agresif dan terapi pada pasien dengan risiko tinggi fraktur osteoporosis, 2.

Standarisasi intervensi dini untuk mencegah komplikasi, 3. Optimisasi reduksi fraktur

dan desain implant baru bagi tulang osteoporosis. Mekanisme trauma pada tipe fraktur

ini hampir 90% akibat jatuh (simple falls), khususnya pada pasien usia > 50 th.

Fraktur ini juga dapat terjadi akibat trauma mayor, namun lebih sering terjadi pada

usia < 40 th (Canale dan Beaty, 2008, Bucholz et al, 2010).

(1).Klasifikasi

Klasifikasi AO/OTA merupakan klasifikasi yang paling banyak dipakai pada

artikel artikel penelitian. Klasifikasi ini memiliki persetujuan interobserver yang

tinggi. Pada klasifikasi AO/OTA terdapat 9 tipe, dengan 3 kategori utama yaitu: Tipe

31A1 merupakan fraktur yang paling stabil, Tipe 32A2 merupakan fraktur yang

kurang stabil, dan Tipe 31A3 merupakan fraktur yang paling tidak stabil. Perhatikan

gambar dibawah (Ruedi dan Murphy , 2007).

(2).Pemeriksaan

Foto rontgen pelvis Anteroposterior (AP) dan lateral direkomendasikan untuk

diagnosis dan perencanaan pra-operasi. Foto rontgen dalam traksi dan internal rotasi

juga diperlukan pada kasus kominutif atau high energy untuk menentukan jenis

implant. CT Scan dan MRI jarang diperlukan pada fraktur yang bergeser, namun dapat

digunakan pada diagnosis yang meragukan (Canale dan Beaty, 2008).


commit to user

28
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar.2.18. Klasifikasi Fraktur Intertrochanter femur AO/OTA

(Sumber: Bucholz et al, 2010)

(3).Manajemen

1. Terapi Non Operatif

Terapi non-operatif hanya diperuntukan bagi pasien non-ambulatory

atau dengan demensia kronis dengan nyeri yang dapat dikontrol dengan

analgesik dan istirahat, penyakit terminal dengan harapan hidup < 6 minggu,

komorbid medis berat dan infeksi aktif yang merupakan kontra indikasi bagi

pemasangan implant. Selain itu terapi non-operatif juga dapat digunakan pada

fraktur intertrochanter inkomplit. Terapi non-operatif dilakukan dengan

melakukan traksi. Callus akan terbentuk pada minggu ke-3, dan pada minggu

ke-6 pasien dapat menggunakan kursi roda. Studi metaanalisis dari

Randomized-control trial (RCT) menyebutkan bahwa tidak terdapat perbedaan

mayor antara terapi konservatif dan operatif kecuali pada waktu perawatan

dirumah sakit yang lebih pendek serta rehabilitasi yang lebih baik pada

kelompok Operasi (Canale dan Beaty, 2008).


commit to user

29
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2. Terapi Operatif

Ketika telah diambil keputusan operasi, maka operasi harus segera

dilakukan, teruatama dalam 24-48 jam awal. Hal ini akan menurunkan

lamanya hospital stay dan angka komplikasi. Operasi yang dilakukan lebih

awal tidak berhubungan dengan morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi.

Pemilihan implan dapat berupa plate dan screw, nail, eksternal fiksator dan

arthroplasty. Klasifikasi AO/OTA merupakan penentu awal, pada tipe 31A1

dapat dilakukan fiksasi dengan berbagai implant yang ada asalkan pasien

memiliki stok tulang yang cukup. Alat yang paling banyak dipilih adalah

Dynamic Hip Screw (DHS). Pada tipe 31A2 dan tipe 31A3 memerlukan

teknik fiksasi yag lebih stabil. Pada Tipe A31A2 dipilih implant tipe Nail

(Proximal Femur Nail/PFN). Pada tipe 31A3 dapat dipilih PFN atau locking

Plate (Ruedi dan Murphy, 2007).

Arthroplasty, baik itu hemiarthroplasty atau Total Hip arthroplasty

jarang diindikasikan pada fraktur Intertrochanter. Indikasi arthroplasty

terutama pada kasus neoplasma, osteoporosis berat, pasien dengan penyakit

ginjal dalam dialisis dan pasien dengan Arthritis sebelumnya.

Hemiarthroplasty cemented dilaporkan memiliki angka dislokasi yang lebih

rendah dibanding Total hip arthroplasty. Konsensus umum menyatakan

bahwa arthroplasty adalah prosedur salvage pada internal fiksasi yang gagal

dan tidak ada studi level 1 yang menyatakan perbedaan antara DHS dan

arthroplasty, kecuali pada angka transfusi yang lebih tinggi pada arthroplasty

(Bucholz et al, 2010).

commit to user

30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2.5. KERANGKA KONSEP TEORI

Geriatri (Usia ≥ 65)

Laki- laki Perempuan

Faktor risiko
jatuh

Jatuh Jatuh

(Simple Fall) (Simple Fall)

Perbedaan Rasio
Geometri Femur
Perbedaan Proksimal dan Nack Perbedaan
Distribusi Stress Shaft Angle Distribusi Stress
pada Femur pada Femur
Proksimal Proksimal

Fraktur
Fraktur Collum
Intertrochanter
Femur
Femur

Gambar. 2.19. Kerangka Konsep Teori

commit to user

31
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2.6. HIPOTESIS

1. Terdapat perbedaan rasio gambaran radiologi geometri femur proksimal pada kasus

Fraktur Collum femur dan Fraktur Intertrochanter Femur

2. Terdapat perbedaan Neck Shaft Angle pada kasus Fraktur Collum femur dan Fraktur

Intertrochanter Femur

commit to user

32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan Penelitian Observational Analitik, dengan tinjauan Cross Sectional

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Orthopedi Prof. Dr.R.Soeharso (RSOS), Surakarta

3.3. Obyek Penelitian

Foto Rontgen Pelvis Anteroposterior dari Pasien Geriatri (Usia ≥ 65 th) laki-laki dan

perempuan yang mengalami Fraktur Collum Femur atau Intertrochanter Femur oleh karena

Trauma minor (simple fall)

3.4. Besar Sampel

Besar sampel ditentukan dengan Rumus Jumlah sampel untuk membedakan Mean dua

populasi (Murti, 2010):

2σ2 ( Z1-α/2 + Z1-ß) 2


n=
( µ1- µ2) 2

Didapatkan Standar deviasi (σ) dari penelitian sebelumnya oleh Patton et al.( 2006 )

adalah 0,11, target beda mean yang diperkirakan adalah 0,1,dengan tingkat keyakinan 95%

maka nilai n adalah:

2 . (0,11)2 (1,96 + 1,64 )2


commit
= 31,1  to32user
per kelompok
(0,1)2

33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3.5. Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan Purposive Quota Sampling , dengan kriteria

inklusi dan eksklusi sebagai berikut:

3.5.1. Kriteria Inklusi:

1. Foto Rontgen Pelvis Anteroposterior dari Pasien Geriatri (usia ≥ 65th) perempuan dan

laki-laki yang mengalami Fraktur Collum Femur atau Intertrochanter Femur

3.5.2. Kriteria Ekslusi:

1. Foto Pelvis berasal dari pasien yang mengalami fraktur akibat trauma mayor

2. Foto bukan True Anteroposterior

3. Foto dari pasien dengan Fraktur patologis

4. Foto Pelvis dengan Fraktur Femur Collum atau Intertrochanter Femur > 4 minggu

5. Foto Pelvis dengan Fraktur Femur Collum atau Intertrochanter Femur Bilateral

6. Foto berasal dari pasien yang mengalami Penyakit malignansi , Penyakit Inflamasi

Sendi, infeksi sendi, penyakit tulang Metabolik selain osteoporosis

senilis/postmenopause

7. Foto dari pasien yang mengalami Avascular head femur, Coxaarthrosis

8. Foto pelvis dari pasien yang mengalami malunion Femur Proksimal sisi kontralateral,

atau malunion Fraktur Pelvis

9. Pasien dengan kelainan Kongenital Femur proksimal atau Pelvis

3.6. Variabel Penelitian

3.6.1. Variabel Bebas:

1. Rasio Head Width (HW) terhadap Hip Axis Length (HAL)


commit to user
2. Rasio Head Width (HW) terhadap Head Trochanter Length (HTL)

34
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3. Rasio Head Width (HW) terhadap Neck Length (NL)

4. Rasio Neck Width (NW) terhadap Hip Axis Length (HAL)

5. Rasio Neck Width (NW) terhadap Head Trochanter Length (HTL)

6. Rasio Neck Width (NW) terhadap Neck Length (NL)

7. Rasio Trochanter Width (TW) terhadap Hip Axis Length (HAL)

8. Rasio Trochanter Width ( TW) terhadap Head Trochanter Length (HTL)

9. Rasio Trochanter Width ( TW) terhadap Neck Length (NL)

10. Rasio Neck Width (NW) terhadap Head Width (HW)

11. Rasio Neck Width (NW) terhadap Trochanter Width (TW)

12. Rasio Head Width (HW) terhadap Trochanter Width (TW)

13. Rasio Neck Lenght (NL) terhadap Hip Axis lenght (HAL)

14. Rasio Neck Length (NL) terhadap Head Trochanter Length (HTL)

15. Rasio Head Trochanter Length (HTL) terhadap Hip Axis Length (HAL)

16. Neck Shaft Angle (NSA)

3.6.2. Variabel Terikat

1. Fraktur Collum Femur

2. Fraktur Intertrochanter Femur

3.7. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1). Fraktur Collum Femur :

Fraktur Femur proksimal dimana garis fraktur berada pada area setinggi atau

lebih proksimal dari basis colum Femur dan lebih distal dari Caput Femur

2). Fraktur Interochanter Femur :

Fraktur Femur proksimal dimana garis fraktur berada pada area lebih distal

dari basis colum Femur sampai dengan regio mulai terbentuknya canalis
commit to user
medullaris.

35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3).Hip Axis Length (HAL):

Panjang garis yang dibentuk antara tepi luar trochanter dan korteks sisi dalam

dari tulang pelvis melalui titik pusat Caput femur dan titik tengah collum

femur dalam satuan milimeter (mm)

4). Head Trochanter Length (HTL):

Panjang garis yang dibentuk antara tepi luar trochanter dan ujung Caput femur

yang segaris dengan HAL dalam satuan milimeter (mm)

5). Neck Length (NL):

Panjang garis yang dibentuk antara garis perpendikular terhadap HAL yang

memotong trochanter minor dan titik mulai melebarnya collum femur dalam

satuan milimeter (mm)

6). Head Width (HW) :

Lebar Caput Femur pada titik yang terlebar dalam satuan milimeter (mm)

7). Neck Width (NW) :

Lebar Collum Femur pada titik yang tersempit dalam satuan milimeter (mm)

8).Trochanter Width (TW) :

Panjang garis yang dibentuk mulai dari titik tepat diatas trochanter minor ke

titik terlateral dari trochanter mayor dalam satuan milimeter (mm)

9). Neck-Shaft Angle (NSA):

Sudut yang dibentuk oleh perpotongan antara garis sejajar sumbu colum femur

dan garis sejajar sumbu Shaft femur dalam satuan derajat

10). Rasio geometri femur proksimal:

Angka hasil rasio/pembagian antara hasil pengukuran geometri femur


commit
proksimal dengan satu angka to user
dibelakang koma

36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

11). Simple Falls: Terjatuhnya seseorang ketika berjalan saat melakukan

aktivitas kehidupan sehari-hari (Activity Daily Living).

3.8. Pengumpulan Data

Data diambil dari Soft File Data Base Foto Rontgen Pelvis Anteroposterior di

Bagian Radiologi RSO Prof.Dr. R Soeharso, Surakarta. Kemudian Foto diseleksi

dengan dasar kriteria inklusi dan eksklusi. Data dasar pasien diambil dari Catatan

Medis. Pengukuran ukuran-ukuran geometri femur proksimal dilakukan dengan

menggunakan Software khusus. Pengukuran dilakukan pada sisi kontralateral yang

tidak mengalami fraktur (Pierre et al 2010). Pengukuran dilakukan pada 1 layar

monitor komputer dengan size (Zoom level) 100%.

3.9. Analisis data

Analisis statistik komparasi dilakukan dengan menggunakan independent t-test

terhadap Mean dari variabel yang diperiksa. Analisis dilakukan dengan menggunakan

SPSS versi 17 for windows (Sopiyudin, 2009).

commit to user

37
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3.10. Kerangka Penelitian

Rontgen Pelvis AP
l

Kriteria Inklusi
dan Eksklusi

CF Intertrochanter
CF Collum Femur
Femur

Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan

(Kelompok A1) (Kelompok B1) (Kelompok A2) (Kelompok B2)

Geometri Femur Geometri Femur Geometri Femur Geometri Femur


Proksimal (GFP) Proksimal (GFP) Proksimal (GFP) Proksimal (GFP)

Rasio GFP + Rasio GFP + Rasio GFP + Rasio GFP +

Neck Shaft Angle Neck Shaft Angle Neck Shaft Angle Neck Shaft Angle

Komparasi Komparasi
Kelompok Kelompok

A1 vs A2 B1 VS B2

Gambar. 3.1. Kerangka Penelitian

commit to user

38
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. HASIL

4.1.1 DISTRIBUSI FRAKTUR FEMUR PROKSIMAL

Jumlah pasien yang mengalami fraktur Intertrochanter selama tahun

2012 adalah 187 pasien. Sebanyak 119 pasien (63,6%) adalah perempuan

dengan rentang umur 3 – 91 tahun dan 68 pasien (36,3%) adalah laki-laki

dengan rentang umur 30- 90 tahun. Sebanyak 121 ( 64,7 %) pasien berusia ≥

65 tahun. Sedangkan jumlah pasien yang mengalami fraktur Collum femur

selama tahun 2012 adalah 165 pasien. Sebanyak 114 (69%) pasien adalah

perempuan dengan rentang umur 13-90 tahun dan 51 (31%) pasien adalah laki-

laki dengan rentang umur 4 - 100 tahun. Sebanyak 84 ( 50,9%) pasien berusia

≥65 tahun.

120

100
119 114
80

60 63, Perempuan
6% Laki-laki
40 68
) 51
20
63
0
Intertrochanter femur Collum Femur

Grafik 4.1. Distribusi Kejadian Fraktur Intertrochanter Femur dan Fraktur Collum
commit selama
Femur di RSO.Prof. Dr. R. Soeharso to user Januari 2012- Desember 2012.

39
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

140
120
100 121
80
60 84 Usia ≥ 65
40 81 66 Usia < 65

20
0
Collum Femur Intertrochanter
Femur

Grafik 4.2. Distribusi Fraktur Collum Femur dan Fraktur Intertrochanter


Femur dengan umur ≥ 65 tahun.

Gambar 4.1. Ilustrasi Cara pengukuran HW,NW dan TW pada Software E-


Film

commit to user

40
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 4.2. Ilustrasi Cara Pengukuran NL (kiri) dan HTL (Kanan) pada
Software E-Film

Gambar 4.3. Ilustrasi Cara Pengukuran HAL (kiri) dan NSA(kanan) pada
Software E-Film

commit to user

41
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

4.1.2 KOMPARASI RASIO GEOMETRI FEMUR PROKSIMAL

A). Komparasi Fraktur Collum Femur Laki-laki dan Fraktur

Intertrochanter Femur Laki-laki

Pada kelompok pasien laki-laki yang mengalami Fraktur Collum Femur

memiliki rata-rata umur 72,6 tahun, sedangkan pada kelompok pasien laki-laki

yang mengalami Fraktur Intertrochanter Femur memiliki rata-rata umur 70,2

tahun. Secara statistik perbedaan tersebut tidak berbeda signifikan (p 0,446). Pada

kelompok fraktur Collum Femur laki-laki rata-rata rasio HW/HAL adalah

0,42±0,02 (Mean±SD), sedangkan pada kelompok Fraktur Intertrochanter Femur

laki-laki rata-rata HW/HAL adalah 0,43±0,02. Secara statistik perbedaan tersebut

tidak signifikan (p 0,128). Rasio HW/HTL pada kelompok Fraktur Collum femur

laki-laki adalah 0,49±0,02, sedangkan pada kelompok fraktur Intertrochanter

Femur rata-rata HW/HTL adalah 0,49±0,03. Secara statistik perbedaan tersebut

tidak signifikan (p 0,496). Rata-rata rasio HW/NL pada kelompok Fraktur Collum

Femur laki-laki adalah 1,55±0,09, sedangkan pada kelompok Fraktur

Intertrochanter Femur memiliki rata-rata 1,56±1,15. Perbedaan tersebut secara

statistik tidak signifikan (p 0,722). Rata-rata Rasio NW/HAL pada kelompok

Fraktur Collum Femur adalah 0,28±0,01, sedangkan pada kelompok fraktur

Intertrochanter Femur memiliki rata-rata 0,29±0,01. Perbedaan tersebut secara

statistik signifikan (p 0,034). Rata-rata rasio NW/HTL pada kelompok Fraktur

Collum Femur adalah 0,32±0,02, sedangkan pada kelompok Fraktur

Intertrochanter femur memiliki rata-rata 0,33±0,02. Secara statistik perbedaan


commit to user
tersebut tidak signifikan (p 0, 402). Rata –rata rasio NW/NL pada kelompok

42
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Fraktur Collum femur adalah 1,04±0,08, sedangkan pada kelompok fraktur

Intertrochanter femur memiliki rata-rata 1,05±0,08. Perbedaan tersebut secara

statistik tidak signifikan (p 0, 568). Rata-rata rasio TW/HAL pada kelompok

fraktur Collum Femur adalah 0,50±0,02, sedangkan pada kelompok fraktur

Intertrochanter Femur memiliki rata-rata 0, 51±0,01. Secara statistik perbedaan

tersebut berbeda tidak signifikan ( p 0,071). Rata-rata rasio TW/ HTL pada

kelompok fraktur Collum femur adalah 0, 58±0,02, sedangkan pada kelompok

Fraktur Intertrochanter Femur memiliki rata-rata 0, 58±0,03. Secara statistik

perbedaan tersebut tidka signifikan (p 0, 710). Rata-rata rasio TW/NL pada

kelompok fraktur Collum femur adalah 1,83±0,12, sedangkan rata-rata pada

kelompok fraktur Intertrochanter Femur adalah 1, 84±0,13. Secara statistik

perbedaan tersebut tidak signifikan (p, 0, 954). Rata-rata rasio NW/ HW pada

kelompok fraktur Collum Femur adalah 0,67±0,03, sedangkan pada kelompok

Fraktur Intertrochanter Femur memiliki rata-rata 0, 67±0,03. Secara statistik

perbedaan tersebut tidak signifikan (p 0, 517). Rata rata rasio NW/ TW pada

kelompok fraktur Collum femur adalah 0, 56±0,03, sedangkan pada kelompok

Fraktur Intertrochanter Femur memiliki rata-rata 0, 57±0,02. Secara statistik

perbedaan tersebut tidak signifikan (p 0, 422). Rata-rata rasio HW/ TW pada

kelompok Fraktur Collum femur adalah 0,84±0,04, sedangkan pada kelompok

Fraktur Intertrochanter femur memiliki rata-rata 0, 85±0,04. Secara statistik

perbedaan tersebut tidak signifikan (p 0, 674). Rata- rata rasio NL /HAL pada

kelompok fraktur Collum Femur adalah 0, 27±0,01, sedangkan pada kelompok

commit torat-rata
fraktur Intertrochanter Femur memiliki user 0, 28±0,01. Secara statistik

43
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

perbedaan tersebut tidak signifikan (0, 217). Rata-rata rasio NL/ HTL pada

kelompok fraktur Collum femur adalah 0, 31±0,01, sedangkan pada kelompok

Fraktur Intertrochanter Femur memiliki rata-rata 0, 31±0,02. Perbedaan tersebut

secara statistik tidak signifikan (p 0, 949). Rata-rata rasio HTL/HAL pada

kelompok Fraktur Collum Femur adalah 0, 87±0,02, sedangkan pada kelompok

fraktur Intertrochanter Femur memiliki rata-rata 0, 88±0,03. Secara statistik

perbedaan tersebut tidak signifikan (p 0, 122). Perhatikan Tabel dibawah.

Gambar 4.4. Contoh Foto Pelvis yang memenuhi syarat pada kelompok Fraktur
Collum Femur laki-laki

commit to user
Gambar.4.5 Contoh Foto Pelvis yang memenuhi syarat pada kelompok Fraktur
Intertrochanter Femur Laki-laki
44
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tabel 4.1. Rata-rata rasio Geometri Femur Proksimal pada pasien Laki-laki

Fr.
Intertrochanter
Rasio Fr. Collum Femur Femur
Geometri
No. Femur Laki-laki Laki-laki p
Proksimal
(Rata-rata±SD) (Rata-rata±SD)

1 HW/HAL 0,42±0,02 0,43±0,02 0,128

2 HW/HTL 0,49±0,02 0,49±0,03 0,496

3 HW/NL 1,55±0,09 1,56±1,15 0,722

4 NW/HAL 0,28±0,01 0,29±0,01 0,034

5 NW/HTL 0,32±0,02 0,33±0,02 0,402

6 NW/NL 1,04±0,08 1,05±0,08 0,568

7 TW/HAL 0,50±0,02 0,51±0,01 0,071

8 TW/HTL 0,58±0,02 0,58±0,03 0,710

9 TW/NL 1,83±0,12 1,84±0,13 0,954

10 NW/HW 0,67±0,03 0,67±0,03 0,517

11 NW/TW 0,56±0,03 0,57±0,02 0,422

12 HW/TW 0,84±0,04 0,85±0,04 0,674

13 NL/HAL 0,27±0,01 0,28±0,01 0,217

14 NL/HTL 0,31±0,01 0,31±0,02 0,949

15 HTL/HAL 0,87±0,02 0,88±0,03 0,122

commit to user

45
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

B). Komparasi Fraktur Collum Femur Perempuan dan Fraktur

Intertrochanter Femur Perempuan

Pada kelompok pasien perempuan yang mengalami Fraktur Collum Femur

memiliki rata-rata umur 72,5 tahun, sedangkan pada kelompok pasien perempuan

yang mengalami Fraktur Intertrochanter Femur memiliki rata-rata umur 70,2

tahun. Secara statistik perbedaan tersebut tidak berbeda signifikan (p 0,457). Pada

kelompok fraktur Collum Femur perempuan rata-rata rasio HW/HAL adalah

0,44±0,02, sedangkan pada kelompok Fraktur Intertrochanter Femur perempuan

rata-rata HW/HAL adalah 0,43±0,02. Secara statistik perbedaan tersebut tidak

signifikan (p 0,112). Rasio HW/HTL pada kelompok Fraktur Collum femur

perempuan adalah 0,51±0,03, sedangkan pada kelompok fraktur Intertrochanter

Femur rata-rata HW/HTL adalah 0,50±0,02. Secara statistik perbedaan tersebut

tidak signifikan (p 0,333). Rata-rata rasio HW/NL pada kelompok Fraktur Collum

Femur perempuan adalah 1,59±0,16, sedangkan pada kelompok Fraktur

Intertrochanter Femur memiliki rata-rata 1,59±0,18.Perbedaan tersebut secara

statistik tidak signifikan (p 0,926). Rata-rata Rasio NW/HAL pada kelompok

Fraktur Collum Femur adalah 0,27±0,01, sedangkan pada kelompok fraktur

Intertrochanter Femur memiliki rata-rata 0,28±0,01. Perbedaan tersebut secara

statistik tidak signifikan (p 0,003). Rata-rata rasio NW/HTL pada kelompok

Fraktur Collum Femur adalah 0,32±0,02, sedangkan pada kelompok Fraktur

Intertrochanter femur memiliki rata-rata 0,32±0,02. Secara statistik perbedaan

tersebut tidak signifikan (p 0,914). Rata –rata rasio NW/NL pada kelompok
commit to user
Fraktur Collum femur adalah 1,02±0,10, sedangkan pada kelompok fraktur

46
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Intertrochanter femur memiliki rata-rata 1,05±0,09. Perbedaan tersebut secara

statistik tidak signifikan (p 0, 236). Rata-rata rasio TW/HAL pada kelompok

fraktur Collum Femur adalah 0,48±0,02, sedangkan pada kelompok fraktur

Intertrochanter Femur memiliki rata-rata 0, 50±0,02. Secara statistik perbedaan

tersebut berbeda signifikan ( p 0,004). Rata-rata rasio TW/ HTL pada kelompok

fraktur Collum femur adalah 0, 57±0,05 , sedangkan pada kelompok Fraktur

Intertrochanter Femur memiliki rata-rata 0, 57±0,03. Secara statistik perbedaan

tersebut tidka signifikan (p 0, 534). Rata-rata rasio TW/NL pada kelompok fraktur

Collum femur adalah 1,81±0,20, sedangkan rata-rata pada kelompok fraktur

Intertrochanter Femur adalah 1, 84±0,18. Secara statistik perbedaan tersebut tidak

signifikan (p, 0, 532). Rata-rata rasio NW/ HW pada kelompok fraktur Collum

Femur adalah 0,65±0,03, sedangkan pada kelompok Fraktur Intertrochanter Femur

memiliki rata-rata 0, 66±0,03. Secara statistik perbedaan tersebut tidak signifikan

(p 0, 494). Rata rata rasio NW/ TW pada kelompok fraktur Collum femur adalah

0, 56±0,05, sedangkan pada kelompok Fraktur Intertrochanter Femur memiliki

rata-rata 0, 57±0,03. Secara statistik perbedaan tersebut signifikan (p 0,581). Rata-

rata rasio HW/ TW pada kelompok Fraktur Collum femur adalah 0,88±0,05,

sedangkan pada kelompok Fraktur Intertrochanter femur memiliki rata-rata 0,

86±0,04. Secara statistik perbedaan tersebut tidak signifikan (p 0, 125). Rata- rata

rasio NL /HAL pada kelompok fraktur Collum Femur adalah 0, 28±0,02,

sedangkan pada kelompok fraktur Intertrochanter Femur memiliki rat-rata 0,

27±0,02. Secara statistik perbedaan tersebut tidak signifikan (0, 266). Rata-rata

rasio NL/ HTL pada kelompokcommit to user


fraktur Collum femur adalah 0, 32±0,02,

47
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

sedangkan pada kelompok Fraktur Intertrochanter Femur memiliki rata-rata 0,

31±0,02. Perbedaan tersebut secara statistik tidak signifikan (p 0, 207). Rata-rata

rasio HTL/HAL pada kelompok Fraktur Collum Femur adalah 0, 87±0,03,

sedangkan pada kelompok fraktur Intertrochanter Femur memiliki rata-rata 0,

88±0,02. Secara statistik perbedaan tersebut tidak signifikan (p 0, 307). Perhatikan

Tabel dibawah.

Gambar.4.6. Contoh Foto Pelvis Rontgen yang memenuhi syarat pada kelompok

Fraktur Collum Femur Perempuan

Gambar. 4.7. Contoh Foto Rontgen commit


Pelvis yang memenuhi syarat pada kelompok
to user

Fraktur Intertrochanter Femur Perempuan


48
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tabel 4.2. Rata-rata rasio Geometri Femur Proksimal pada pasien Perempuan

Fr.
Intertrochanter
Rasio Fr. Collum Femur Femur
Geometri
No. Femur perempuan Perempuan P
Proksimal
(Rata-rata±SD) (Rata-rata±SD)

1 HW/HAL 0,44 ±0,02 0,43±0,02 0,112

2 HW/HTL 0,51±0,03 0,50±0,02 0,333

3 HW/NL 1,59±0,16 1,59±0,18 0,926

4 NW/HAL 0,27±0,01 0,28±0,01 0,003

5 NW/HTL 0,32 ±0,02 0,32±0,02 0,914

6 NW/NL 1,02±0,10 1,05±0,09 0,236

7 TW/HAL 0,48±0,02 0,50±0,02 0,004

8 TW/HTL 0,57±0,05 0,57±0,03 0,534

9 TW/NL 1,81±0,20 1,84±0,18 0,532

10 NW/HW 0,65±0,03 0,66±0,03 0,494

11 NW/TW 0,56±0,05 0,57±0,03 0,581

12 HW/TW 0,88±0,05 0,86±0,04 0,125

13 NL/HAL 0,28±0,02 0,27±0,02 0,266

14 NL/HTL 0,32±0,02 0,31±0,02 0,207

15 HTL/HAL 0,87±0,03 0,88±0,02 0,307

4.1.3 Komparasi Neck-Shaft Angle (NSA)

Pada kasus fraktur Collum femu laki-laki rata-rata NSA adalah 130,18 ±3,1o.

Sedangkan pada kasus Fraktur Intertrochanter Femur laki-laki rata-rata NSA adalah

130,90±2,5 o. Secara statistik perbedaan rata-rata tersebut tidak signifikan (p 0,324).

Pada kasus fraktur Collum femurcommit to userrata-rata NSA adalah 129,43±2,1o .


perempuan

49
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Sedangkan pada kasus Fraktur Intertrochanter Femur perempuan rata-rata NSA

adalah 131,09±2,6 o. Secara statistik perbedaan rata-rata tersebut signifikan (p 0,007).


o
Rata-rata keseluruhan NSA pada semua kelompok adalah 130,40±2,7 .Perhatikan

tabel dibawah.

Tabel 4.3. Rata-rata NSA pada Pasien Fraktur Femur proksimal laki-laki dan

perempuan

NSA NSA
No Jenis Kelamin Fr.Collum Fr. p
Femur Intertrochanter
Femur
(rata-rata±SD)
(rata-rata±SD)

1 Laki-laki 130,18 ±3,1o 130,90±2,5 o 0,324

2 Perempuan 129,43±2,1 o 131,09±2,6 o 0,007

4.2. PEMBAHASAN

Pada penelitian ini didapatkan proporsi pasien yang mengalami fraktur Intertrochanter

femur adalah 63,6% pada perempuan dan 36,3% pada laki-laki.Sedangkan proporsi fraktur

Collum femur adalah 69% pada perempuan dan 31% terjadi pada laki-laki. Jumlah tersebut

tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian lain di Finlandia dimana proporsi fraktur

Intertrochanter femur adalah 61% perempuan dan 39% laki-laki, sedangkan proporsi fraktur

Collum femur adalah 65% perempuan dan 35% laki-laki. Rasio kejadian fraktur

interrtrochanter femur dibanding fraktur Collum femur adalah 3: 2, baik pada laki-laki

maupun perempuan (Panula et al ,2008).

Penelitian mengenai pemeriksaan rasio-rasio geometri femur proksimal secara


commit to user
komprehensif belum pernah dilakukan sebelumnya. Terdapat salah satu penelitian

50
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

sebelumnya yang membandingan rasio NL/NW antara fraktur collum femur dan fraktur

Intertrochanter Femur perempuan, didapatkan bahwa rasio NL/NW pada kelompok fraktur

Collum femur secara signifikan lebih besar dibanding kelompok fraktur intertrochanter femur

(Patton et al 2006). Hal tersebut menunjukan bahwa panjang Collum femur yang relatif lebih

panjang meningkatkan risiko fraktur Collum femur. Pada penelitian tersebut pengukuran

HAL dan NL menunjukan perbedaan signifikan antara kelompok fraktur collum femur dan

Intertochanter femur. Namun ukuran HW,NW dan HTL tidak berbeda signifikan pada kedua

kelompok. Pada penelitian ini rasio NW/NL antara kelompok fraktur Collum Femur dan

Intertrochanter femur baik pada laki-laki maupun perempuan tidak berbeda signifikan (Laki-

laki: 1,04±0,08 vs 1,05±0,08, p 0,56, Perempuan:1,02±0,1 vs 1,05±0,09, p 0,23). Rasio-rasio

geometri femur proksimal lainnya yang mengikutsertakan pengukuran NW atau NL juga

tidak berbeda signifikan. Hal ini menunjukan bahwa rasio NW/NL belum secara konsisten

menunjukan perbedaan antara kejadian fraktur Collum femur dan Intertrochanter Femur.

Pada kelompok fraktur femur proksimal laki-laki, didapatkan perbedaan yang

signifikan (p 0,03) pada rata-rata rasio NW/HAL antara kelompok fraktur Collum femur dan

Intertrochanter femur. Dimana rata-rata rasio NW/HAL pada kelompok fraktur

Intertrochanter femur lebih besar dibanding kelompok fraktur Collum femur ( 0, 29±0,01 vs

0,28±0,01). Sedangkan seluruh rasio geometri femur proksimal lainnya (HW/HAL,

HW/HTL, HW/NL, TW/HAL, NW/HTL, NW/NL, TW/HTL, TW/NL, NW/HW, NW/TW,

NL/HAL, NL/HTL, HTL/HAL) yang diperiksa memiliki perbedaan yang tidak signifikan (p

> 0,05). Pada pasien perempuan, didapatkan rasio geometri femur proksimal NW/HAL Dan

TW/HAL antara kelompok Fraktur Collum Femur dan Fraktur Intertrochanter Femur berbeda

signifikan. Rasio NW/HAL pada kelompok fraktur Collum Femur lebih kecil dibanding

kelompok Fraktur Intertrochanter femur (0,27±0,01 vs 0,28±0,01, p 0,003). Selain itu, rasio
commitjuga
TW/HAL pada kelompok fraktur Collum Femur to user
lebih kecil dibanding kelompok Fraktur

51
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Intertrochanter femur (0,48±0,02 vs 0,50±0,02, p 0,004). Sedangkan pada kelompok laki-laki,

rata-rata rasio TW/HAL menunjukan perbedaan yang tidak signifikan (0,50±0,02 vs 0,

51±0,01, p 0,07). Hasil diatas menunjukan bahwa rasio geometri femur proksimal yang

secara konsisten menunjukan adanya perbedaan antara kelompok fraktur Collum Femur dan

Fraktur Intertrochanter Femur adalah NW /HAL. Penjelasan mengenai pengaruh NW/HAL

pada terjadinya fraktur collum femur atau fraktur Intertrochanter Femur dapat dijelaskan

dengan membuat gambar ” ilustrasi Elips” pada Rontgen Femur proksimal.

Gambar 4.8. Rasio NW/HAL yang lebih besar pada kelompok Fraktur

Intertrochanter Femur memberikan gambaran Elips yang lebih pendek dan gemuk

Gambar 4.9.Rasio NW/HAL yang lebih


commit kecil pada kelompok fraktur Collum
to user

Femur memberikan gambaran Elips yang panjang dan ramping


52
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Data dari penelitian-penelitian sebelumnya bahwa pengukuran yang menunjukan hasil

yang paling konsisten adalah HAL. Peneliti lain menyebutkan bahwa HAL secara spesifik

berhubungan dengan fraktur Collum femur,namun tidak dengan fraktur Osteoporosis lainnya.

Disebutkan bahwa fraktur collum femur secara spesifik berhubungan dengan bentuk dan

geometri femur proksimal. Disebutkan juga bahwa geometri yang berbeda dapat

menimbulkan gambaran BMD yang berbeda karena distribusi stress yang berbeda. Pasien

yang memiliki HAL yang lebih panjang menunjukan densitas tulang yang lebih rendah pada

aspek superior dari Collum femur. Oleh karena itu pasien dengan HAL yang lebih besar

memiliki risiko lebih besar untuk mengalami fraktur Collum femur (Dubeouf et al 1997).

Panula et al (2008) menyebutkan bahwa kejadian fraktur Collum femur dan

Intertrochanter Femur tidak dapat dibedakan dari FNAL/HTL dan NSA. HTL yang

merupakan komponen terbesar dari HAL tidak menunjukan pengaruh yang signifikan pada

kejadian fraktur Collum femur maupun Fraktur Intertrochanter Femur. Pada penelitian ini

rasio geometri femur proksimal yang memiliki komponen HTL juga tidak menunjukan

perbedaan yang signifikan antara dua kelompok baik pada laki-laki maupun perempuan.

Pada penelitian ini didapatkan rata-rata NSA secara keseluruhan baik dari kelompok

laki-laki maupun perempuan adalah 130,40±2,7°.Sebagai perbandingan, Bahruddin et al

(2011) di Malaysia melakukan pemeriksaan geometri Femur proksimal. Didapatkan bahwa

rata-rata HW pada laki-laki adalah 43.6±3.1 mm, sedangkan pada perempuan adalah

38.9±2.2 mm. Rata-rata pada laki-laki adalah NL: 91.1±5.7 mm dan pada perempuan

adalah81.8±4.3 mm. Rata-rata NW pada laki-laki adalah 28.9±3.4 mm dan pada perempuan

adalah 26.0±4.3 mm. Rata-rata NSA pada laki-laki adalah: 132.3°±3.4° dan pada perempuan

129.9°±4.0°.

commit to user

53
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Penelitian lain oleh Partanen et al (2001) menyebutkan hasil yang berbeda, bahwa

NSA yang secara statistik lebih besar ditemukan pada kelompok fraktur Collum femur

dibanding kelompok fraktur Intertrochanter Femur. Pada penelitian ini didapatkan bahwa

NSA pada perempuan dengan fraktur Collum Femur lebih kecil secara bermakna dibanding

perempuan dengan fraktur Intertrochanter Femur (129,43° vs 131,09°, p 0,007). Sedangkan

pada laki-laki secara statistik tidak berbeda signifikan antara kelompok fraktur Collum femur

dan Fraktur Intertrochanter Femur.

Maeda et al (2011) menunjukan bahwa NSA antara kelompok fraktur Collum femur

dan Intertrochanter Femur secara statistik tidak signifikan (p 0,05). Pada penelitian tersebut

HAL, HTL dan Head offset juga tidak berbeda signifikan antara kelompok fraktur Collum

femur dan Intertrochanter femur. Calis et al ( 2004) menunjukan bahwa pasien dengan fraktur

Collum femur memiliki NSA yang lebih kecil secara signifikan dibanding pasien tanpa

fraktur Collum femur ( 128° vs 132°, p 0,01). Pasien dengan NSA yang lebih kecil akan

cenderung memiliki Head offset yang lebih panjang sehingga memiliki leverarm yang lebih

panjang. Hal tersebut dapat meningkatkan risiko fraktur Collum femur. Temuan tersebut

sejalan hasil penelitian ini, dimana pada perempuan NSA pada kelompok fraktur Collum

femur secara signifikan lebih kecil.

commit to user

54
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. KESIMPULAN

1. Terdapat perbedaan rasio NW/HAL antara Fraktur Collum dan Fraktur Intertrochanter

Femur baik pada pasien geriatri laki-laki maupun perempuan.

2. Terdapat perbedaan NSA antara Fraktur Collum dan Intertrochanter Femur pada

pasien geriatri Perempuan, namun tidak terdapat perbedaan pada kelompok geriatri

laki-laki.

5.2. SARAN

1. Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai peran rasio NW/HAL dan NSA

sebagai faktor prediktor dan pembeda antara kejadian Fraktur Collum Femur dan

Intertrochanter Femur

2. Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan rasio-rasio geometri

Femur proksimal dengan Bone Mineral Density dan derajat keparahan fraktur femur

proksimal berdasarkan berbagai klasifikasi fraktur femur proksimal.

commit to user

55
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR PUSTAKA

Baharuddin MY, Abdul Kadir MR, Zulkifly AH, Saat A, Aziz AA, Lee MH (2011).
Morphology Study of the Proximal Femur in Malay Population. Int. J. Morphol.,
29(4):1321-1325
Bucholz RW, Heckman JD, Court-Brown CM, Tornetta P (2010). Rockwood and Green’s
Fracture in Adults: Fracture of Neck and Intertrochanter Femur (7th ed).
Philadelphia: Lippincot William and Wilkins.
Canale T, Beaty JH (2008). Campbell’s Operative Orthopaedic: Fracture of the Hip (11th
ed). Philadelphia: Mosby Elsevier.
Calis HT, Eryavuz M, Calis M (2004). Comparison of Femoral Geometry Among Cases with
and Without Hip Fracture. Yonsei Medical Journal. 45(5): 901-907
Cristofolini L, Juszczyk M, Taddei F, Viceconti M (2009).Strain Distribution in the Proximal
Human Femoral Metaphysis. Proc. IMechE. J. Engineering in Medicine. 223: 273-288
Duboeuf F, Hans D, Schott AM, Kotzki PO, Favier F, Marcelli C, Meunier PJ et al (1997).
Different Morphometric and Densitometric Parameters Predict Cervical and
Trochanteric Hip Fracture : The EPIDOS Study. J Bone Miner Res 12(11) : 1895-1902.
Gnudi S, Malavolta N, Testi D, Viceconti M (2004). Differences in Proximal Femur Geometry
Distinguish Vertebral from Femoral Neck Fractures in Osteoporotic Women. The
British Journal of Radiology. 77: 219–223.
Gnudi S, Ripamonti C, Gualtieri G, Malavolta N (1999). Geometry of Proximal Femur in The
Prediction of Hip Fracture in Osteoporosis Women. The British Journal of Radiology.
72: 729–733.
Greenspan A (2004). Orthopaedic imaging a practical approach: Pelvic Girdle and Proximal
Femur (4th Ed). Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins.
Hamill J, Knutze KM (2009). Biomechanical Basis Of Human Movement :Biomechanic of the
Hip (3rd Ed). Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins.
Jóhannesdóttir F (2012). The Distribution and Importance of Cortical Thickness in Femoral
Neck and Femoral Shaft and Hip Fracture and Lower Limb Fracture. Dissertation.
Faculty of Industrial Eng, Mechanical Eng. and Computer Science School of
Engineering and Natural Sciences University of Iceland.
Maeda Y, Sugano N, Saito M, Yonenobu K (2011). Comparison of Femoral Morphology and
commitNeck
Bone Mineral Density between Femoral to user
Fractures and Trochanteric Fractures.
Clin Orthop Relat Res 469:884–889.

56
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Moore K L (2006). Clinically Oriented Anatomy: Anatomy of the Hip (5th ed). Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins .
Murti B (2010). Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif di
Bidang Kesehatan (Edisi ke-2). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Panula J, Jaatinen PT, Aarnio P, Kivelä SL (2008). The Impact of Proximal Femur Geometry
on Fracture Type – a Comparison Between Cervical and Trochanteric Fractures with
Two parameters. Scandinavian Journal of Surgery. 97:1–000
Partanen J, Jämsä T, Jalovaara P (2001). Influence of the upper femur and pelvic geometry on
the risk and type of hip fractures. J Bone Miner Res 16(8):1540–1546
Patton MS, Duthie RA, Sutherland AG (2006). Proximal Femoral Geometry and Hip
Fractures. Acta Orthopaedica Belgica 72: 51-54
Pierre MA, Zurakowski D , Nazarian A, Hauser-Kara DA , Snyder BD (2010). Assessment
of the Bilateral Asymmetry of Human Femur based on Physical, Densitometric and
Structural Rigidity Characteristics. Journal of Biomechanics. 43: 2228–2236
Nareliya R, Kumar V (2012). Finite Element Application to Femur Bone: a Review. Journal
of Biomedical and Bioengineering. 3 (1): 57-62
Ruedi TP, Murphy WM (2007). AO Principles of Fracture Management: Fracture of
Proximal Femur (2nd ed). Switzerland: AO Publishing.
Setyonegoro K (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas. Teori Dan Praktek Dalam
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Sopiyudin M (2009).Seri Evidence Based Medicine: Statistik Untuk Kedokteran Dan
Kesehatan (Edisi ke-4). Jakarta : Salemba Medika.
Solomon L, Warwick D, Nayagam S (2010). Apley’s System of Orthopaedics and Fracture:
The Hip (9th Ed). London: Hodder Arnold.
Standring S (2005). Grays Anatomy The Anatomical Basis of Clinical Practice: Hip Joint
(39th Ed). Philadelphia: Elsevier Churchill-Livingstone.
Thompson JC (2001). Netter's Concise Atlas of Orthopaedic Anatomy: Anatomy of proximal
femur. Philadelphia: Elsevier.
Voo L, Armand M, Kleinberger M (2004). Stress Fracture Risk Analysis of the Human Femur
Based on Computational Biomechanics. Johns Hopkins Apl Technical Digest. 25(3):
223-230
Voo L, Armand M, (2003). Effects of Femoral Neck Geometry on Stress Distribution:
Implication for Stress Fracture Risk.commit to user and Injury Prevention. 371-372
Biomechanics

57
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Lampiran 1: Analisis Statistik,


Descriptives

Umur
95% Confidence Interval
for Mean
Std. Std. Lower Upper Maximu
N Mean Deviation Error Bound Bound Minimum m
Collum Laki-Laki 32 72.6176 7.63570 1.30951 69.9534 75.2819 65.00 90.00
Collum Perempuan 32 72.5588 6.04624 1.03692 70.4492 74.6685 65.00 87.00
Intertrochanter Laki-
32 70.2941 4.84630 .83113 68.6032 71.9851 65.00 80.00
Laki
Intertrochanter
32 70.2647 4.29453 .73651 68.7663 71.7631 65.00 80.00
Perempuan
Total 128 71.4338 5.89752 .50571 70.4337 72.4340 65.00 90.00

ANOVA
Umur
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 181.316 3 60.439 1.767 .157
Within Groups 4514.088 132 34.198
Total 4695.404 135

Multiple Comparisons
Umur
Scheffe
Mean 95% Confidence Interval
Difference (I-
(I) Kelompok (J) Kelompok J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
Collum Laki-Laki Collum Perempuan .05882 1.41832 1.000 -3.9577 4.0754
Intertrochanter Laki-
2.32353 1.41832 .446 -1.6930 6.3401
Laki
Intertrochanter
2.35294 1.41832 .434 -1.6636 6.3695
Perempuan
Collum Perempuan Collum Laki-Laki -.05882 1.41832 1.000 -4.0754 3.9577
Intertrochanter Laki-
2.26471 1.41832 .469 -1.7518 6.2812
Laki
Intertrochanter
2.29412 1.41832 .457 -1.7224 6.3107
Perempuan
Intertrochanter Laki- Collum Laki-Laki -2.32353 1.41832 .446 -6.3401 1.6930
Laki
Collum Perempuan -2.26471 1.41832 .469 -6.2812 1.7518
Intertrochanter
.02941 1.41832 1.000 -3.9871 4.0459
Perempuan
Intertrochanter Collum Laki-Laki -2.35294 1.41832 .434 -6.3695 1.6636
Perempuan
Collum Perempuan -2.29412 1.41832 .457 -6.3107 1.7224
Intertrochanter Laki-
-.02941 1.41832 1.000 -4.0459 3.9871
Laki commit to user

58
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Group Statistics
Kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
NSA Collum Perempuan 32 1.2944E2 2.15433 .38083
Intertrochanter Perempuan 32 1.3109E2 2.60718 .46089

Independen
t Samples
Test
Levene's Test for t-test for
Equality of Equality of
Variances Means
95%
Confidence
Interval of
the
Sig. Mean Std. Error
Difference
(2- Differen Differenc
F Sig. t df tailed) ce e Lower Upper
NSA Equal -
-
variances 1.889 .174 2.7 62 .007 .59787 -2.85138 -.46112
1.65625
assumed 70
Equal -
59. -
variances not 2.7 .007 .59787 -2.85223 -.46027
872 1.65625
assumed 70

Group Statistics
Kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
NSA Collum Laki-Laki 32 1.3019E2 3.15653 .55800
Intertrochanter Laki-Laki 32 1.3091E2 2.59478 .45870

Independent Samples Test

Levene's Test for


Equality of Variances t-test for Equality of Means
Std. 95% Confidence Interval
Error of the Difference

Sig. (2- Mean Differe


F Sig. t df tailed) Difference nce Lower Upper
NSA Equal variances -
assumed 1.254 .267 .99 62 .324 -.71875 .72234 -2.16268 .72518
5
Equal variances not -
59.7
assumed .99 .324 -.71875 .72234 -2.16375 .72625
62
5

commit to user

59
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Descriptives
NSA
95% Confidence Interval for
Mean
Std. Minimu Maximu
N Mean Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound m m
Collum Laki-Laki 32 130.1875 3.15653 .55800 129.0494 131.3256 126.00 137.00
Collum Perempuan 32 129.4375 2.15433 .38083 128.6608 130.2142 126.00 136.00
Intertrochanter Laki-
32 130.9062 2.59478 .45870 129.9707 131.8418 126.00 137.00
Laki
Intertrochanter
32 131.0938 2.60718 .46089 130.1538 132.0337 127.00 137.00
Perempuan
Total 128 130.4062 2.70152 .23878 129.9337 130.8788 126.00 137.00

Group Statistics
Kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
HW/HAL Collum Laki-Laki 32 .4291 .02234 .00395
Intertrochanter Laki-Laki 32 .4375 .02140 .00378
HW/HTL Collum Laki-Laki 32 .4922 .02485 .00439
Intertrochanter Laki-Laki 32 .4975 .03619 .00640
HW/NL Collum Laki-Laki 32 1.5559 .09221 .01630
Intertrochanter Laki-Laki 32 1.5672 .15238 .02694
NW/HAL Collum Laki-Laki 32 .2869 .01469 .00260
Intertrochanter Laki-Laki 32 .2953 .01646 .00291
NW/HTL Collum Laki-Laki 32 .3288 .02075 .00367
Intertrochanter Laki-Laki 32 .3334 .02364 .00418
NW/NL Collum Laki-Laki 32 1.0422 .08095 .01431
Intertrochanter Laki-Laki 32 1.0544 .08857 .01566
TW/HAL Collum Laki-Laki 32 .5047 .02155 .00381
Intertrochanter Laki-Laki 32 .5137 .01773 .00314
TW/HTL Collum Laki-Laki 32 .5809 .02988 .00528
Intertrochanter Laki-Laki 32 .5838 .03035 .00536
TW/NL Collum Laki-Laki 32 1.8381 .12714 .02248
Intertrochanter Laki-Laki 32 1.8400 .13395 .02368
NW/HW Collum Laki-Laki 32 .6703 .03720 .00658
Intertrochanter Laki-Laki 32 .6766 .03956 .00699
NW/TW Collum Laki-Laki 32 .5678 .03210 .00567
Intertrochanter Laki-Laki 32 .5741 .02971 .00525
HW/TW Collum Laki-Laki 32 .8472 .04034 .00713
Intertrochanter Laki-Laki 32 .8516 .04236 .00749
NL/HAL Collum Laki-Laki 32 .2766 .01638 .00290
Intertrochanter Laki-Laki 32 .2819 .01768 .00312
NL/HTL Collum Laki-Laki 32 .3169 .01804 .00319
Intertrochanter Laki-Laki 32 .3172 .02083 .00368
HTL/HAL Collum Laki-Laki commit
32 to user.8722 .02802 .00495
Intertrochanter Laki-Laki 32 .8841 .03241 .00573

60
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Independent Samples Test kelompok laki-laki


Levene's Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence
Interval of the
Sig. (2- Mean Std. Error Difference
F Sig. t df tailed) Difference Difference Lower Upper
HW/ Equal variances
.117 .734 -1.543 62 .128 -.00844 .00547 -.01937 .00250
HAL assumed
Equal variances
-1.543 61.886 .128 -.00844 .00547 -.01937 .00250
not assumed
HW/ Equal variances
3.130 .082 -.685 62 .496 -.00531 .00776 -.02083 .01020
HTL assumed
Equal variances
-.685 54.919 .497 -.00531 .00776 -.02087 .01024
not assumed
HW/NL Equal variances
1.402 .241 -.357 62 .722 -.01125 .03149 -.07419 .05169
assumed
Equal variances
-.357 51.018 .722 -.01125 .03149 -.07446 .05196
not assumed
NW/ Equal variances
.341 .561 -2.164 62 .034 -.00844 .00390 -.01623 -.00064
HAL assumed
Equal variances
-2.164 61.214 .034 -.00844 .00390 -.01623 -.00064
not assumed
NW/ Equal variances
.870 .355 -.843 62 .402 -.00469 .00556 -.01580 .00643
HTL assumed
Equal variances
-.843 60.977 .403 -.00469 .00556 -.01581 .00643
not assumed
NW/NL Equal variances
.792 .377 -.575 62 .568 -.01219 .02121 -.05459 .03021
assumed
Equal variances
-.575 61.505 .568 -.01219 .02121 -.05460 .03022
not assumed
TW/ Equal variances
.942 .335 -1.837 62 .071 -.00906 .00493 -.01892 .00080
HAL assumed
Equal variances
-1.837 59.786 .071 -.00906 .00493 -.01893 .00081
not assumed
TW/ Equal variances
.174 .678 -.374 62 .710 -.00281 .00753 -.01786 .01224
HTL assumed
Equal variances
-.374 61.985 .710 -.00281 .00753 -.01786 .01224
not assumed
TW/NL Equal variances
.188 .666 -.057 62 .954 -.00188 .03265 -.06714 .06339
assumed
Equal variances
-.057 61.832 .954 -.00188 .03265 -.06714 .06339
not assumed
NW/ Equal variances
1.411 .240 -.651 62 .517 -.00625 .00960 -.02544 .01294
HW assumed
Equal variances commit
-.651 61.766to user
.517 -.00625 .00960 -.02544 .01294
not assumed

61
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

NW/ Equal variances


1.279 .262 -.808 62 .422 -.00625 .00773 -.02171 .00921
TW assumed
Equal variances
-.808 61.633 .422 -.00625 .00773 -.02171 .00921
not assumed
HW/ Equal variances
.000 .986 -.423 62 .674 -.00437 .01034 -.02505 .01630
TW assumed
Equal variances
-.423 61.853 .674 -.00437 .01034 -.02505 .01630
not assumed
NL/ Equal variances
.002 .967 -1.247 62 .217 -.00531 .00426 -.01383 .00320
HAL assumed
Equal variances
-1.247 61.646 .217 -.00531 .00426 -.01383 .00321
not assumed
NL/HTL Equal variances
1.750 .191 -.064 62 .949 -.00031 .00487 -.01005 .00942
assumed
Equal variances
-.064 60.762 .949 -.00031 .00487 -.01005 .00943
not assumed
HTL/ Equal variances
.985 .325 -1.568 62 .122 -.01187 .00757 -.02702 .00327
HAL assumed
Equal variances
-1.568 60.732 .122 -.01187 .00757 -.02702 .00327
not assumed

commit to user

62
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

T-Test

Group Statistics
Kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
HW/HAL Collum Perempuan 32 .4472 .02750 .00486
Intertrochanter Perempuan 32 .4369 .02348 .00415
HW/HTL Collum Perempuan 32 .5103 .03496 .00618
Intertrochanter Perempuan 32 .5025 .02885 .00510
HW/NL Collum Perempuan 32 1.5991 .16922 .02991
Intertrochanter Perempuan 32 1.5950 .18004 .03183
NW/HAL Collum Perempuan 32 .2781 .01447 .00256
Intertrochanter Perempuan 32 .2887 .01338 .00237
NW/HTL Collum Perempuan 32 .3259 .02474 .00437
Intertrochanter Perempuan 32 .3266 .02134 .00377
NW/NL Collum Perempuan 32 1.0234 .10850 .01918
Intertrochanter Perempuan 32 1.0541 .09598 .01697
TW/HAL Collum Perempuan 32 .4897 .02376 .00420
Intertrochanter Perempuan 32 .5066 .02149 .00380
TW/HTL Collum Perempuan 32 .5794 .05099 .00901
Intertrochanter Perempuan 32 .5728 .03029 .00536
TW/NL Collum Perempuan 32 1.8172 .20953 .03704
Intertrochanter Perempuan 32 1.8481 .18298 .03235
NW/HW Collum Perempuan 32 .6566 .03498 .00618
Intertrochanter Perempuan 32 .6625 .03408 .00602
NW/TW Collum Perempuan 32 .5662 .05204 .00920
Intertrochanter Perempuan 32 .5722 .03108 .00549
HW/TW Collum Perempuan 32 .8825 .05559 .00983
Intertrochanter Perempuan 32 .8631 .04344 .00768
NL/HAL Collum Perempuan 32 .2822 .02485 .00439
Intertrochanter Perempuan 32 .2753 .02409 .00426
NL/HTL Collum Perempuan 32 .3209 .02787 .00493
Intertrochanter Perempuan 32 .3119 .02901 .00513
HTL/HAL Collum Perempuan 32 .8769 .03177 .00562
Intertrochanter Perempuan 32 .8847 .02885 .00510

commit to user

63
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Independent Samples Test

Levene's Test for


Equality of Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence
Interval of the
Difference
Sig. (2- Mean Std. Error
F Sig. t df tailed) Difference Difference Lower Upper
HW/ Equal variances
.131 .719 1.613 62 .112 .01031 .00639 -.00247 .02309
HAL assumed
Equal variances
1.613 60.511 .112 .01031 .00639 -.00247 .02310
not assumed
HW/ Equal variances
.216 .644 .975 62 .333 .00781 .00801 -.00821 .02383
HTL assumed
Equal variances
.975 59.842 .334 .00781 .00801 -.00822 .02384
not assumed
HW/NL Equal variances
.010 .922 .093 62 .926 .00406 .04368 -.08325 .09137
assumed
Equal variances
.093 61.763 .926 .00406 .04368 -.08325 .09138
not assumed
NW/ Equal variances
.005 .942 -3.050 62 .003 -.01062 .00348 -.01759 -.00366
HAL assumed
Equal variances
-3.050 61.626 .003 -.01062 .00348 -.01759 -.00366
not assumed
NW/ Equal variances
.254 .616 -.108 62 .914 -.00063 .00578 -.01217 .01092
HTL assumed
Equal variances
-.108 60.696 .914 -.00063 .00578 -.01218 .01093
not assumed
NW/NL Equal variances
1.891 .174 -1.196 62 .236 -.03062 .02561 -.08181 .02056
assumed
Equal variances
-1.196 61.091 .236 -.03062 .02561 -.08183 .02058
not assumed
TW/ Equal variances
1.845 .179 -2.980 62 .004 -.01687 .00566 -.02820 -.00555
HAL assumed
Equal variances
-2.980 61.389 .004 -.01687 .00566 -.02820 -.00555
not assumed
TW/ Equal variances
9.672 .003 .626 62 .534 .00656 .01048 -.01439 .02752
HTL assumed
Equal variances
.626 50.461 .534 .00656 .01048 -.01449 .02762
not assumed
TW/NL Equal variances
1.794 .185 -.629 62 .532 -.03094 .04918 -.12924 .06736
assumed
Equal variances
-.629 60.895 .532 -.03094 .04918 -.12927 .06740
not assumed
NW/ Equal variances
.075 .785 -.688 62 .494 -.00594 .00863 -.02319 .01132
HW assumed
Equal variances
-.688 61.958 .494 -.00594 .00863 -.02319 .01132
not assumed
NW/ Equal variances
6.090 .016 -.554 62 .581 -.00594 .01072 -.02736 .01548
TW assumed
Equal variances commit to user
-.554 50.620 .582 -.00594 .01072 -.02745 .01558
not assumed

64
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

HW/ Equal variances


2.285 .136 1.554 62 .125 .01938 .01247 -.00555 .04430
TW assumed
Equal variances
1.554 58.574 .126 .01938 .01247 -.00558 .04433
not assumed
NL/ Equal variances
.075 .785 1.124 62 .266 .00688 .00612 -.00536 .01911
HAL assumed
Equal variances
1.124 61.941 .266 .00688 .00612 -.00536 .01911
not assumed
NL/HTL Equal variances
.008 .930 1.274 62 .207 .00906 .00711 -.00515 .02328
assumed
Equal variances
1.274 61.900 .207 .00906 .00711 -.00515 .02328
not assumed
HTL/ Equal variances
.108 .744 -1.030 62 .307 -.00781 .00759 -.02298 .00735
HAL assumed
Equal variances
-1.030 61.432 .307 -.00781 .00759 -.02298 .00735
not assumed

commit to user

65
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Lampiran 2: Surat Izin Pengambilan Data

commit to user

66

Anda mungkin juga menyukai