id
BAB I
PENDAHULUAN
Fraktur femur proksimal (Fraktur Hip) pada usia tua baik Fraktur Collum Femur
sebagai “Fraktur Osteoporosis”. Kedua macam fraktur tersebut memiliki aspek biologis dan
terapi yang berbeda (Panula et al, 2008). Selain itu, telah dilaporkan beberapa perbedaan
parameter morfometri pada kedua macam fraktur tersebut (Maeda et al, 2011)
biomekanik yang tergantung pada geometri dan ukurannya. Bedasarkan posisi anatomisnya,
fraktur femur proksimal dibagi menjadi fraktur intrakapsular (Fraktur Collum Femur/
Femoral Neck Fracture) dan fraktur ekstrakapsular (Fraktur Intertrochanter) (Patton et al.
2006). Tipe fraktur femur proksimal lainnya yaitu fraktur subtrochanter lebih jarang terjadi
dan korelasinya terhadap osteoporosis masih belum jelas (Voo dan Armand , 2003).
Beberapa penelitian telah menunjukan bahwa massa tulang dan densitas tulang
karakteristik material (densitas tulang) dan konfigurasi geometri tulang tersebut. Geometri
femur proksimal telah diketahui memiliki peran yang penting pada risiko fraktur. Salah satu
ukuran geometri femur proksimal yang banyak dikaitkan dengan risiko fraktur femur
proksimal adalah Hip Axis Length (HAL). HAL telah diketahui merupakan faktor risiko yang
dapat mempredikasi kejadian fraktur femur proksimal pada wanita usia tua secara independen
terhadap usia dan Bone Mineral Density (BMD). Disebutkan bahwa HAL yang lebih besar
memberikan risiko lebih besar untuk terjadinya fraktur collum femur (intrakapsular) (Panula
commit to user
et al, 2008). Penelitian lain menyebutkan bahwa panjang collum femur (Neck Length/NL)
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ekstrakapsular (Patton et al 2006). Namun pada penelitian lain menyebutkan bahwa tidak ada
perbedaan yang signifikan pada Neck Langth/NL pada kejadian fraktur intrakapsular dan
ekstrakapsular. Ukuran geometri yang lain yaitu Head Trochanter Length (HTL)/Femoral
neck axis length (FNAL) dan Neck Shaft Angle (NSA) masih kontroversial dalam perannya
Peran geometri femur proksimal pada risiko fraktur osteoporosis femur proksimal
telah banyak diteliti. Ukuran yang dipakai sebagai variabel pada penelitian-penelitian
sebelumnya adalah ukuran aktual yang didapat dari foto rontgen polos pelvis anteroposterior.
Ukuran aktual tersebut sangat dipengaruhi oleh magnifikasi yang dihasilkan dari variasi jarak
teknik proses mengambilan foto rontgen. Selain itu, dengan berkembangnya metode digital
dalam pencetakan hasil foto rontgen, banyak foto rontgen yang dicetak dengan ukuran tidak
aktual (diperkecil atau diperbesar). Hal ini menyebabkan hasil penelitian sebelumnya sulit
untuk diterapkan secara menyeluruh sebagai faktor risiko dan pembeda antara Fraktur
mengeliminasi faktor pengganggu berupa pembesaran atau pengecilan dari foto rontgen, pada
penelitian ini dilakukan studi komparasi variabel geometri femur proksimal dari Fraktur
Collum Femur dan Fraktur Intertrochanter Femur dengan variabel berupa rasio dari ukuran-
ukuran geometri tersebut baik pada kelompok geriatri laki-laki maupun perempuan. Selain itu
oleh karena variabel sudut tidak dipengaruhi magnifikasi, penelitian ini juga akan menilai
Neck Shaft Angle (NSA) sebagai faktor pembeda Fraktur Collum Femur dan Intertrochanter
Femur.
commit to user
2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
1.2. Permasalahan
1. Apakah terdapat perbedaan rasio-rasio geometri femur proksimal pada kasus Fraktur
2. Apakah terdapat perbedaan Neck Shaft Angle (NSA) pada kasus Fraktur Collum
1.3 Tujuan
Mengetahui peran geometri femur proksimal sebagai faktor pembeda pada kasus
1.3.2.Tujuan Khusus
1. Mengetahui perbedaan rasio geometri femur proksimal pada kasus Fraktur Collum
2. Mengetahui perbedaan Neck Shaft Angle (NSA) pada kasus Fraktur Collum Femur
1.4 Manfaat
1. Dapat memberikan tambahan teori mengenai pengaruh geometri femur proksimal pada
2. Sebagai dasar bagi penelitian berikutnya dalam penggunaan variabel rasio geometri
commit to user
femur proksimal sebagai faktor risiko fraktur osteoporosis femur proksimal
3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2. Dapat mengasilkan variabel yang lebih mudah diterapkan sebagai faktor prediktor
commit to user
4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada tubuh manusia, femur adalah tulang yang paling panjang dan besar.
Rerata panjang femur laki-laki adalah 48 cm dan rerata diameter 2,84 cm pada
pertengahan femur serta dapat menahan hingga 30 kali berat tubuh manusia
dewasa (Nareliya dan Kumar, 2012). Pada sendi coxae (Hip Joint) terjadi
artikulasi antara caput femur dengan acetabulum dari tulang coxae. Caput femur
membentuk sekitar 2/3 dari permukaan spheris. Kecuali pada tempat dimana ada
perlekatan ligamentum capitis femoris (fovea capitis femoris), seluruh caput femur
ditutupi oleh kartilago artikularis. Kartilago artikularis ini paling tebal pada daerah
dimana mendapat tekanan berat badan paling besar. Pada acetabulum kartilago
paling tebal ada pada anterosuperior, sedang pada caput femur paling tebal ada
anteromedial terhadap arteri femoralis oleh tendo dari otot Psoas mayor, Bursa
Collum femur paling sempit ada pada bagian tengahnya dan bagian paling
lebar adalah pada bagian lateral. Collum menghubungkan caput terhadap corpus
femur dengan sudut inklinasi (Neck Shaft Angle) kurang lebih 125o , hal ini
5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Keterangan:
5 1.Caput Femur,
2.Collum Femur,
3.Linea Intertrochanterica
4.Trochanter minor,
5.Trochanter mayor
Gambar. 2.1. Anatomi femur proksimal tampak anterior (Sumber: Standring, 2005)
Keterangan:
1. Fossa trochanterica
2. Trochanter mayor
3. Tuberculum quadratum
4. Crista intertrochanterica
5. Tuberositas glutea
6. Linea aspera
8. Trochanter minor
9. Linea spiralis
commit to user
Gambar. 2.2. Anatomi femur proksimal tampak posterior (Sumber: Standring, 2005)
6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Sudut inklinasi paling lebar pada masa pasca kelahiran (20-25o lebih besar) dan
terus menurun sampai masa remaja serta sudut ini akan lebih kecil pada wanita. Sudut
ini sangat penting karena menentukan efektivitas abduksi sendi coxae, panjang tungkai
dan gaya yang mengenai sendi coxae. Sudut inklinasi >125o disebut sebagai coxa
otot abductor, meningkatkan beban pada caput femur dan menurunkan beban pada
collum femur. Pada coxa vara dimana sudut inklinasi <120o menyebabkan tungkai
namun meningkatkan beban pada collum femur (Hamill dan Knutze, 2009).
Gambar.2.3. Sudut inklinasi collum femur(Neck Shaft Angle/NSA) kurang lebih 125o.
Jika sudut <125o disebut coxa vara, sedang jika >125o disebut coxa valga (Sumber:
Hamill dan Knutze, 2009).
Collum femur berada pada posisi rotasi lateral terhadap corpus femur. Sudut
yang terjadi disebut sebagai sudut anteversi, besar sudut ini adalah 10-15o , walaupun
disebutkan sangat bervariasi antar individu dan populasi. Perlekatan collum terhadap
corpus pada aspek anterior ditandai oleh linea intertrocahnetrica sedang pada aspek
posterior oleh crista intertrochanterica. Terdapat banyak foramina vascular pada collum
7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Gambar. 2.4. Sudut inklinasi collum femur (NSA) mempengaruhi beban pada collum
femur dan efektivitas otot abductor coxa. Pada coxa vara ekstremitas lebih pendek dan
otot abductor lebih efektif karena moment arm yang lebih panjang, beban lebih sedikit
terjadi pada caput femur dan beban lebih berat terjadi pada collum femur. Coxa valga
memperpanjang ekstremitas, menurunkan efektivitas abductor karena moment arm
yang lebih pendek, meningkatkan beban pada caput femur dan menurunkan beban pada
collum femur (Sumber: Hamill dan Knutze, 2009).
eksternal rotator. Sebaliknya terdapat penurunan efisiensi otot Gluteus medius dan otot
Vastus medial yang menyebabkan hilangnya kontrol gerakan pada bidang frontal dan
transversal. Terjadinya over-anteversi pada sendi coxae (sudut >14o), caput femur tidak
tertutup dan seseorang harus melakukan postur internal rotasi untuk mempertahankan
caput femur pada acetabulum. Perubahan ekstremitas bawah akibat anteversi berlebihan
antara lain meningkatnya Q-angle, pronasi lebih besar pada sendi subtalar dan
peningkatan kurvatura lumbal. Selain itu juga berhubungan dengan gaya kontak yang
lebih besar serta tekanan sendi patellafemoral yang lebih besar. Jika sudut anteversi
8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Gambar.2.5. Sudut dari collum femur pada bidang frontal disebut sudut anteversi.
Normalnya 12-14o . Apabila sudut lebih besar dari normal terjadi toe-in position. Jika
sudut kurang dari normal disebut retroversi dan terjadi toing-out. (Sumber: Hamill dan
Knutze, 2009).
9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Sistem trabekula internal pada caput dan collum femur telah banyak dijelaskan.
Oriaentasi trabekula terjadi sepanjang jalur tekanan (stress) dan garis yang lebih tebal
datang dari calcar femur dan naik menuju area wight bearing dari caput femur.
Trabekula yang lebih sedikit terdapat mulai dari daerah inferior dari fovea melewati
caput dan bagian superior dari collum menuju trochanter dan korteks lateral. Calcar
femur adalah struktur berupa plat tulang padat yang berjalan mulai dari bagian
posteromedial collum dibawah trochanter minor dan menyebar kearah lateral menuju
trochanter mayor memperkuat collum femur pada daerah posteroinferior. Calcar femur
lebih tebal pada daerah medial dan menipis pada daerah lateral (Standring, 2005).
commit to user
10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Kapsula sendi pada sendi coxae merupakan kapsula yang kuat ,tersusun atas
lapisan jaringan fibrosa . Pada daerah proksimal lapisan fibrosa melekat pada
acetabuli. Pada daerah distal melakat pada linea intertrochanterica pada daerah anterior
dan pada daerah posterior kapsula melewati collum femur proksimal dari krista
spiral namun beberapa serabut dalam (profunda) berjalan sirkular disekitar collum
yang disertai penebalan kapsula spiral yang disebut sebagai ligamen. Lapisan fibrosa
kapsula menambah stabilitas sendi coxae namun menghambat ekstensi sendi sebesar
10-20% (Moore, 2006). Terdapat 3 ligamentum intrinsik dari kapsula sendi yaitu :
berbentuk huruf Y yang melekat proksimal pada spina iliaca anterior inferior dan
limbus acetabuli serta pada daerah distal melekat pada linea intertrchanterica.
Ligamen ini dikatakan sebagai ligamen yang paling kuat yang secara spesifik
iliofemoral dan tegang ketika ekstensi dan abduksi sendi coxae. Ligamentum
commitischial
melekat dari limbus acetabuli bagian to userberpilin kearah superolateral menuju
11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
collum femur. Disebutkan sebagai bagian ligamen yang paling lemah dibanding
Ligamen dan otot periartikular (Otot-otot rotator medial dan letaral) berperan
penting dalam mempertahankan integritas sendi coxae. Otot dan ligamen menarik caput
femur kearah acetabulum dan bekerja saling melengkapi. Otot rotator medial (terletak
didepan) merupakan otot dengan jumlah lebih sedikit, lebih lemah dan memilki peran
mekanis yang kecil, sebaliknya ligamentum yang berada didepan merupakan ligamen
yang paling kuat. Selain itu ligamen posterior adalah ligamen yang lebih lemah yang
dibantu otot rotator lateral yang banyak,kuat dan secara mekanik sangat bermakna
(Standring, 2005).
Pada semua sendi sinovial, membran sinovial berada pada permukaan dalam
kapsul fibrosa termasuk juga permukaan tulang yang berada intrakapsular dan tidak
tertutup kartilago artikularis. Oleh karena itu, pada sendi coxae dimana kapsula sendi
melekat jauh dari caput femur, membran sinovial berjalan disepanjang collum femur
sampai batas caput femur. Lipatan longitudinal membrane sinovial (retinacula) terjadi
disepanjang membran yang menutupi collum femur. Arteri retinacula subsinovial yang
berasal dari arteri circumflexa femur medial dan sebagian dari arteri circumflexa femur
femur. Ligamentum ini adalah ligamen yang lemah dan memiliki peran yang kecil pada
kekuatan sendi coxae. Ujung lebar ligamen tersebut melekat pada tepi incisura
acetabuli dan ligamentum transversum acetabuli. Ujung sempitnya melekat pada fovea
commit
capitis femoris. Terdapat jaringan lemak topad)
(Fat user mengisi tempat pada fossa acetabuli
yang tidak tertutup ligamentum capitis femoris. Ligamentum teres berbentuk segitiga
12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
pipih. Kadang lapisan sinovial hanya berdiri sendiri tanpa inti didalamnya. Ligamen ini
tegang saat femur semi fleksi dan adduksi dan relaksasi saat abduksi.
Ligamentum capitis femoris dan Fat pad tersebut ditutupi oleh membran
sinovial. Fat pad tersebut dapat berubah bentuk sesuai dengan ruang yang tergantung
pada kongruensi caput femur dan acetabulum terkait gerakan. Protrusi sinovial pada
daerah bebas dari kapsula posterior membentuk bursa bagi tendo otot Obturatorius
dan ligamentum iliofemoralis. Bursa yang lebih jauh ada pada perlekatan tendo otot
Gluteus medius dan minimus pada trochanter mayor (Trocahnteric bursa) dan antara
commit
Gambar 2.8. Potongan coronal sendi coxaetokiri,
usertampak kapsula sendi dan membran
synovial (Sumber: Standring, 2005).
13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
gambaran distribusi Stress “Von Mises” (Voo et al 2004). Pada model femur proksimal
normal, tekanan (stress) paling besar terdapat pada basis Collum femur aspek inferior.
Sedangkan tekanan maksimal pada permukaan superior merupakan 1/3 dari tekanan
pada permukaan inferior. Tekanan pada daerah ini meningkat mencapai 65% (hanya
kurang 16%) dibandingkan collum aspek inferior pada model pasien yang memiliki
collum femur lebih panjang. Peningkatan tekanan mencapai 85% pada aspek superior
collum pada model collum femur dengan sudut Neck Shaft Angle (NSA) kecil. Pada
sebuah penelitian disebutkan bahwa panjang collum femur (Neck Length/NL) dapat
memiliki rentang > 30 mm dan Neck Shaft Angle dapat memiliki rentang > 30o pada
Gambar.2.9. Distribusi Stress Von Misses pada femur proksimal, Model normal
(kiri), Model NSA lebih kecil 15o dari normal (Sumber: Voo et al 2004).
commit to user
14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Gambar. 2.10. Distribusi Stress Von Mises pada model Collum femur yang lebih
panjang (Sumber: Voo et al 2004).
Pada studi lainnya distribusi tekanan pada femur proksimal dianalisis saat
berjalan dan saat pasien mengalami jatuh (simple fall). Saat berjalan distribusi tekanan
terutama terjadi pada basis collum femur dan sisi medial regio intertrochanter.
Sebaliknya pada saat terjatuh tekanan tertinggi terjadi pada aspek posterosuperior
collum dan regio posterior dari trochanter yaitu 4,3 kali lebih besar dibanding saat
Kontribusi tulang kortikal dan kanselosa pada fragilitas femur proksimal masih
kontroversial. Disebutkan bahwa beban total yang dialami tulang kortikal dan kanselosa
Tulang kortikal mengalami pembebanan sebesar 30% pada regio subcapital, 50% pada
pertengahan collum, 96% pada basis collum dan 80% pada regio intertrochanter
commit to user
(Jóhannesdóttir, 2012).
15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Jatuh (simple fall) adalah kejadian dan faktor risiko yang sangat penting pada
fraktur femur proksimal (fraktur Hip) pada usia tua. Diestimasikan bahwa > 90%
fraktur hip disebabkan oleh karena jatuh. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk
menganalisis karakteristik jatuh yang menjadi risiko terjadinya fraktur hip. Arah
terjadinya jatuh merupakan determinan yang penting pada kejadian fraktur hip. Saat
mengalami jatuh, risiko fraktur akan meningkat 6 kali saat jatuh keaarah samping
(sideway fall) dibanding jatuh ke depan (forward fall) atau ke belakang (backward fall).
Studi lainnya menyebutkan bahwa impaksi pada sisi lateral pelvis meningkatkan risiko
fraktur sebesar 20-30 kali lipat dibandingkan saat jatuh ke sisi lainnya, selain itu jatuh
berjalan lurus. Faktor lain yang berhubungan dengan risiko fraktur potensial energi
meliputi jatuh dari ketinggian, berat badan, ketebalan jaringan lunak pada regio
seseorang. Pada saat jatuh, beban kompresif yang terjadi pada hanya mencapai 85%
dari total beban, 15% beban akan didistribusikan pada struktur disekitar sendi panggul.
Beban yang dialami akan berkurang apabila ketebalan jaringan lunak regio trochanter
tinggi. Namun penelitian lain menyebutkan penurunan ketebalan jaringan lunak regio
trochanter hanya berhubungan dengan peningkatan risiko fraktur pada wanita, tidak
Dalam sebuah penelitian prospektif disebutkan bahwa BMD yang rendah adalah
faktor risiko untuk terjadinya fraktur hip, namun lebih dari 50% fraktur hip terjadi pada
pasien dengan BMD yang tidak menurun . Korteks superior pada collum femur
manusia lebih tipis dibanding korteks sisi inferior, dan ketebalan ini terus menurun
commit
seiring bertambahnya usia. Saat terjatuh to user
,beban kompresif pada collum femur terjadi
16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
paling besar pada sisi superior collum, dengan beban tensile paling besar pada korteks
dengan kaki sedikit internal rotasi (15o) untuk mengkompensasi sudut femoral anteversi
dari collum. Untuk mendapatkan gambaran seluruh pelvis, maka arah sinar-X
diarahkan secara vertikal pada titik tengah pelvis. Gambaran rontgen pelvis
commit
Gambar 2. 11 . Pengambilan Rontgen Pelvis APto(atas),
user Hasil Rontgen Pelvis AP (Bawah
kiri), Ilustrasi Anatomi Pelvis (Bawah kanan) (Sumber: Greenspan,2004)
17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pada rontgen pelvis AP, beberapa gambaran geometri femur proksimal yang
dapat diukur antara lain Hip Axis Length (HAL), Head Trochanter Length (HTL ) atau
sering juga disebut sebagai FNAL (Femoral Neck Axis Length), Neck Length (NL),
Head Width (HW), Neck Width (NW), Trochanter Width (TW), serta Neck Shaft Angle
(NSA). Hip Axis Length /HAL adalah Panjang garis yang dibentuk antara tepi luar
trochanter dan korteks sisi dalam dari tulang pelvis melalui titik pusat Caput femur dan
titik tengah collum femur. Head Trochanter Length/HTL adalah Panjang garis yang
dibentuk antara tepi luar trochanter dan ujung Caput femur yang segaris dengan HAL.
Neck Length/NL adalah Panjang garis yang dibentuk antara garis perpendikular
terhadap HAL yang memotong trochanter minor dan titik mulai melebarnya collum
femur . Head Width/HW adalah Lebar Caput Femur pada titik yang terlebar. Neck
Width (NW) Lebar Collum Femur pada titik yang tersempit. Trochanter Width (TW)
Panjang garis yang dibentuk mulai dari titik tepat diatas trochanter minor ke titik
terlateral dari trochanter mayor. Sedangkan Neck Shaft Angle (NSA) adalah Sudut yang
dibentuk oleh perpotongan antara garis sejajar sumbu colum femur dan garis sejajar
18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Gambar 2.13. Neck Length (NL) (Kiri), Head Width (HW) (Kanan) (Sumber: Calis et
al 2004, Panula et al 2008, Patton et al 2006).
Gambar.2.14. Neck Width (NW) (Kiri), Trochanter Width (TW) (Kanan). (Sumber:
Calis et al 2004, Panula et al 2008, Patton et al 2006).
Gambar. 2.15. Neck Shaft Angle (NSA) (Sumber: Calis et al 2004, Panula et al 2008,
commit
Patton to 2006).
et al user
19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2.3.2. Peran Gambaran Geometri Femur Proksimal pada Risiko Fraktur Hip
Studi masa kini menunjukan bahwa variasi geometri femur proksimal memiiki
peran pada etiologi Fraktur Hip. Sebuah studi menunjukan bahwa Hip Axis
Length/HAL berhubungan dengan risiko fraktur dan independen terhadap usia serta
densitas mineral (Panula et al 2008, Patton et al 2006). Peneliti lain mendukung bahwa
HAL saat ini diterima sebagai faktor risiko dari fraktur Collum femur. HAL ditemukan
berbeda signifikan dibanding kontrol pada kelompok fraktur collum femur, namun
tidak berbeda signifikan terhadap kontrol pada kelompok fraktur Intertrochanter femur
(Duboeuf et al 1997). Pada sebuah studi pada wanita usia tua, HAL yang lebih
panjang, Neck Shaft Angle (NSA) yang lebih besar dan Femoral Neck Width (NW)
yang lebih besar meningkatkan risiko fraktur Hip (Gnudi et al, 1999).
FNAL/HTL yang merupakan komponen terbesar dari HAL memiliki peran yang
kontroversial pada risiko fraktur Hip. Penelitian oleh Panula et al (2008) menyatakan
bahwa kejadian fraktur collum femur dan Intertrochanter femur tidak dapat dijelaskan
oleh NSA dan FNAL. Pada studi tersebut ditunjukan bahwa Neck Length (NL) yang
menyebutkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada Head Width (HW),
Neck width (NW) atau FNAL antara kelompok fraktur Collum Femur dan
Intertrochanter Femur. Sedangkan HAL, Neck Length (NL) serta rasio Neck Length
terhadap Neck Width secara signifikan lebih besar pada kelompok fraktur Collum
Femur. Wanita dengan fraktur collum femur memiliki HAL yang lebih panjang, Neck
Width (NW) lebih lebar dan NSA lebih besar dibanding kontrol, sedangkan disisi lain
tidak terdapat perbedaan proksimal femur geometri (PFG) signifikan antara kelompok
20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
bahwa NSA secara signifikan lebih kecil pada kelompok Fraktur Intertrochanter
dibanding kelompok fraktur Collum femur (Maeda, 2011). Data ini menunjukan bahwa
terdapat spesifitas dari suatu gambaran PFG terhadap risiko fraktur femur proksimal
signifikan dari HAL, Head width (HW), dan FNAL/HTL antara kelompok fraktur
Collum femur dan kelompok tanpa fraktur collum femur, namun Neck width (NW)
secara signifikan lebih besar pada kelompok Fraktur collum femur. Data diatas
sebagai faktor risiko pada fraktur femur proksimal, namun terdapat beberapa parameter
2.4.1. Epidemiologi
fraktur pada spine, radius distal, humerus dan femur proksimal (Fraktur Hip). Fraktur
femur proksimal merupakan fraktur yang paling serius yang ditimbulkan akibat
kekuatan tulang dan jatuh. Fraktur osteoporosis dapat terjadi secara spontan atau akibat
jatuh. Fraktur collum femur terjadi paling sering pada wanita usia lanjut (Canale dan
Beaty, 2008). Usia lanjut (Geriatric Age) didefinisikan sebagai usia ≥ 65/70 tahun , dan
terbagi menjadi :Umur 70 – 75 tahun (Young Old), Umur 75 – 80 tahun (Old), dan
Fraktur ini jarang terjadi pada usia < 60 tahun. Terdapat beberapa variasi rasial,
fraktur ini jarang terjadi pada ras kulit hitam, sering pada ras kulit putih. Insidensi
commit to user
fraktur hip meningkat secara eksponensial seiring bertambahnya usia. Risiko untuk
21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
mengalami fraktur hip yang kedua kalinya dalam 2 tahun menjacapai 10% pada wanita
dan 5% pada pria. Lebih dari 70% pasien akan mengalami fraktur hip dengan tipe yang
sama pada fraktur yang kedua. Studi epidemiologi menyembutkan beberapa faktor
risiko yang berhubungan dengan peningkatan risiko fraktur hip antara lain: Body Mass
index/BMI yang rendah, paparan sinar matahari yang rendah, merokok, riwayat fraktur
kortikosteroid (Bucholz et al, 2010). Faktor risiko fraktur hip dapat dibagi menjadi
kelompok yang meingkatkan risiko jatuh dan faktor yang menjadi faktor predisposisi
perubahan masa tulang. Risiko jatuh meningkat seiring usia karena berbagai sebab
penglihatan dan efek samping obat sedatif atau kardiovaskular. Diestimasikan bahwa
insidensi fraktur hip akan bertambah dua kali lipat menjadi 2,6 juta pada tahun 2025
dan 4,5 juta pada 2050. Persentase peningkatannya meningkat lebih besar pada pria
(310%) dibanding perempuan (240%). Pada tahun 1990, 26% fraktur hip terjadi di
Asia, diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 37%, dan pada tahun 2050 akan
mencapai 45%. Risiko seseorang untuk mengalami fraktur hip semasa hidupnya adalah
5,6 % pada laki-laki dan 20% pada perempuan (Canale dan Beaty, 2008).
proksimal femur.
garis fraktur berada lebih proksimal dari basis colum Femur dan distal dari Caput
commit
Femur. Mayoritas fraktur ini terjadi pada to user
usia tua. Penyababnya yang peling sering
22
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
adalah karena jatuh akibat gaya yang ditransmisikan ke collum melalui trochanter
femur. Mekanisme lainnya adalah eksternal rotasi dari tungkai yang menyebabkan
terjadinya gaya tension pada kapsul anterior dan ligamen iliofemoral. Saat collum
mengalami rotasi, caput femur masih terfiksir, maka fraktur collum femur akan
terjadi. Lokasi yang paling sering mengalami fraktur adalah bagian yang paling lemah
yaitu tepat dibawah permukaan sendi (articular surface) (Bucholz et al, 2010).
(1) Klasifikasi:
Terdapat beberapa sistem klasifikasi pada fraktur collum femur. Ada yang
menurut AO/OTA. Pada sistem ini fraktur collum femur masuk dalam kategori 31.B.
Angka 3 untuk Femur, angka 1 untuk Femur proksimal dan huruf B untuk fraktur
Collum femur. Kategori tersebut dibagi lagi berdasarkan lokasi fraktur dan derajat
pergeseran yang terjadi. Perhatikan gambar dibawah (Ruedi dan Murphy, 2007).
(2).Pemeriksaan :
dapet terdiagnosis dari foto Anteroposterior (Ruedi dan Murphy, 2007). Pengambilan
foto lateral dapat mengalami kesulitan akibat nyeri, namun foto posisi lateral dapat
mengidentifikasi ada tidaknya fraktur atau pergeseran fraktur. Pada 2% kasus, fraktur
sulit atau tidak mungkin divisualisikan pada foto rontgen polos. Dahulu Bone scan
sering digunakan pada situasi ini. Pada kasus dimana diagnosis meragukan,
pemeriksaan MRI dapat dilakukan. Disebutkan bahwa MRI lebih akurat dibanding
commit to user
Bone scan (Canale dan Beaty, 2008).
23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Gambar. 2.16. Klasifikasi Fraktur Collum Femur AO/OTA (Sumber: Bucholz et al, 2010).
(3).Manajemen:
antara lain bergeser atau tidak, umur pasien, status kognitif, kebutuhan fungsional dan
ada atau tidaknya komorbid medis lainnya. Ringkasan mengenai penanganan kasus
commit to user
fraktur collum femur ditampilkan pada Algoritma dibawah.
24
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
tidak memperhatikan usia pasien atau pertimbangan lainnya. Kebanyakan fraktur ini
sembuh dengan terapi ini serta prosedur ini dapat dilakukan dengan ekspose operasi
yang minimal dan morbiditas pasca operasi yang rendah. Digunakan 3 screw untuk
fiksasi collum femur. Terapi non-operatif juga dapat menjadi pilihan, namun terdapat
Terdapat tiga kategori utama pada tipe fraktur ini: fraktur pada usia muda,
fraktur pada usia tua dengan fisik fit, fraktur pada usia tua dengan limitasi mobilitas.
Pada mayoritas pasien usia < 60 tahun, terapi dilakukan dengan Operasi
reduksi dan fiksasi internal (Open reduction and Internal Fixation/ORIF) dengan
pasien mondok. Walaupun demikian ada bukti yang menyatakan bahwa operasi yang
dilakukan sampai 1 minggu memberikan hasil yang sama dengan operasi urgent.
Screw canulated lebih dipilih dibanding Dynamic Hip Screw (DHS). Tidak terdapat
perbedaan hasil pada kedua macam teknik internal fiksasi tersebut. Pasca Operasi
pasien dapat memulai mobilisasi berjalan dengan Partial Weight Bearing (PWB)
khususnya jika pasien usia > 40 th. Angka kegagalan internal fiksasi sangat tinggi,
kortikosteroid jangka panjang. Jikacommit to user pasien sangat tinggi maka dipilih
level fungsional
25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
tinggi untuk mengalami dislokasi pasca THA. Oleh karena itu pada pasien tersebut
b. Fraktur Collum Femur Displaced pada Usia tua dengan kondisi fisik baik
Dahulu manajemen pada pasien tipe ini masih kontroversial, namun saat ini
telah banyak bukti yang menyatakan bahwa Total Hip Arthroplasty adalah pilihan
utama. Manajemen dengan Total Hip Arthroplasty menunjukan hasil fungsioanl yang
lebih baik. Pasca operasi pasien dapat berjalan sesuai dengan toleransi nyeri, Follow
up dilakukan pada minggu ke-6, 3 bulan , 6 bulan dan 1 tahun pasca operasi.
c. Fraktur Collum Femur displaced pada usia tua dengan limitasi mobilitas
70%, dan sekitar 25-30% pasien memiliki gangguan kognitif. Terapi dengan ORIF
memberikan hasil yang sangat buruk. Oleh karena terapi pilihan adalah dengan
Bipolar hemiarthroplasty. Walaupun tidak ada bukti yang menyatakan bahwa Bipolar
lebih baik dibanding Unipolar, namun implant Bipolar modern dengan sistem modular
memberi keuntungan berupa koreksi panjang kaki dan kerusakan jaringan lunak yang
lebih minimal saat Operasi. Implant Cemented lebih dipilih dibanding implant Non
ini hanya diperuntukan bagi pasien yang memiliki mobilitas sangat rendah dengan
commit to user
26
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Gambar 2.17. Algoritma penanganan Fraktur Collum Femur (Sumber: Bucholz et al,
2010).
fraktur terjadi mulai dari basis collum ekstrakapsular menuju regio sepanjang
trochanter minor sampai regio sebelum terbentuknya canalis medularis. Regio ini
fraktur yang paling sering dioperasi, dengan fatality rate pasca operasi yang tinggi,
serta menjadi beban ekonomi yang berat akibat biaya perawatan pasca truama yang
27
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
penyembuhan pasien pasca operasi untuk kembali dapat melakukan mobilisasi secara
Fokus penelitian pada akhir abad ke-20 adalah bagaimana agar meminimalisir
kegagalan internal fiksasi. Selain itu karena kebanyakan fraktur ini berkaitan dengan
Osteoporosis, paradigma saat ini beralih pada : 1. Prevensi dengan skrining yang
agresif dan terapi pada pasien dengan risiko tinggi fraktur osteoporosis, 2.
dan desain implant baru bagi tulang osteoporosis. Mekanisme trauma pada tipe fraktur
ini hampir 90% akibat jatuh (simple falls), khususnya pada pasien usia > 50 th.
Fraktur ini juga dapat terjadi akibat trauma mayor, namun lebih sering terjadi pada
(1).Klasifikasi
tinggi. Pada klasifikasi AO/OTA terdapat 9 tipe, dengan 3 kategori utama yaitu: Tipe
31A1 merupakan fraktur yang paling stabil, Tipe 32A2 merupakan fraktur yang
kurang stabil, dan Tipe 31A3 merupakan fraktur yang paling tidak stabil. Perhatikan
(2).Pemeriksaan
diagnosis dan perencanaan pra-operasi. Foto rontgen dalam traksi dan internal rotasi
juga diperlukan pada kasus kominutif atau high energy untuk menentukan jenis
implant. CT Scan dan MRI jarang diperlukan pada fraktur yang bergeser, namun dapat
28
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
(3).Manajemen
atau dengan demensia kronis dengan nyeri yang dapat dikontrol dengan
analgesik dan istirahat, penyakit terminal dengan harapan hidup < 6 minggu,
komorbid medis berat dan infeksi aktif yang merupakan kontra indikasi bagi
pemasangan implant. Selain itu terapi non-operatif juga dapat digunakan pada
melakukan traksi. Callus akan terbentuk pada minggu ke-3, dan pada minggu
mayor antara terapi konservatif dan operatif kecuali pada waktu perawatan
dirumah sakit yang lebih pendek serta rehabilitasi yang lebih baik pada
29
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2. Terapi Operatif
dilakukan, teruatama dalam 24-48 jam awal. Hal ini akan menurunkan
lamanya hospital stay dan angka komplikasi. Operasi yang dilakukan lebih
awal tidak berhubungan dengan morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi.
Pemilihan implan dapat berupa plate dan screw, nail, eksternal fiksator dan
dapat dilakukan fiksasi dengan berbagai implant yang ada asalkan pasien
memiliki stok tulang yang cukup. Alat yang paling banyak dipilih adalah
Dynamic Hip Screw (DHS). Pada tipe 31A2 dan tipe 31A3 memerlukan
teknik fiksasi yag lebih stabil. Pada Tipe A31A2 dipilih implant tipe Nail
(Proximal Femur Nail/PFN). Pada tipe 31A3 dapat dipilih PFN atau locking
bahwa arthroplasty adalah prosedur salvage pada internal fiksasi yang gagal
dan tidak ada studi level 1 yang menyatakan perbedaan antara DHS dan
arthroplasty, kecuali pada angka transfusi yang lebih tinggi pada arthroplasty
commit to user
30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Faktor risiko
jatuh
Jatuh Jatuh
Perbedaan Rasio
Geometri Femur
Perbedaan Proksimal dan Nack Perbedaan
Distribusi Stress Shaft Angle Distribusi Stress
pada Femur pada Femur
Proksimal Proksimal
Fraktur
Fraktur Collum
Intertrochanter
Femur
Femur
commit to user
31
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2.6. HIPOTESIS
1. Terdapat perbedaan rasio gambaran radiologi geometri femur proksimal pada kasus
2. Terdapat perbedaan Neck Shaft Angle pada kasus Fraktur Collum femur dan Fraktur
Intertrochanter Femur
commit to user
32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan Penelitian Observational Analitik, dengan tinjauan Cross Sectional
Foto Rontgen Pelvis Anteroposterior dari Pasien Geriatri (Usia ≥ 65 th) laki-laki dan
perempuan yang mengalami Fraktur Collum Femur atau Intertrochanter Femur oleh karena
Besar sampel ditentukan dengan Rumus Jumlah sampel untuk membedakan Mean dua
Didapatkan Standar deviasi (σ) dari penelitian sebelumnya oleh Patton et al.( 2006 )
adalah 0,11, target beda mean yang diperkirakan adalah 0,1,dengan tingkat keyakinan 95%
33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
1. Foto Rontgen Pelvis Anteroposterior dari Pasien Geriatri (usia ≥ 65th) perempuan dan
1. Foto Pelvis berasal dari pasien yang mengalami fraktur akibat trauma mayor
4. Foto Pelvis dengan Fraktur Femur Collum atau Intertrochanter Femur > 4 minggu
5. Foto Pelvis dengan Fraktur Femur Collum atau Intertrochanter Femur Bilateral
6. Foto berasal dari pasien yang mengalami Penyakit malignansi , Penyakit Inflamasi
senilis/postmenopause
8. Foto pelvis dari pasien yang mengalami malunion Femur Proksimal sisi kontralateral,
34
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13. Rasio Neck Lenght (NL) terhadap Hip Axis lenght (HAL)
14. Rasio Neck Length (NL) terhadap Head Trochanter Length (HTL)
15. Rasio Head Trochanter Length (HTL) terhadap Hip Axis Length (HAL)
Fraktur Femur proksimal dimana garis fraktur berada pada area setinggi atau
lebih proksimal dari basis colum Femur dan lebih distal dari Caput Femur
Fraktur Femur proksimal dimana garis fraktur berada pada area lebih distal
dari basis colum Femur sampai dengan regio mulai terbentuknya canalis
commit to user
medullaris.
35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Panjang garis yang dibentuk antara tepi luar trochanter dan korteks sisi dalam
dari tulang pelvis melalui titik pusat Caput femur dan titik tengah collum
Panjang garis yang dibentuk antara tepi luar trochanter dan ujung Caput femur
Panjang garis yang dibentuk antara garis perpendikular terhadap HAL yang
memotong trochanter minor dan titik mulai melebarnya collum femur dalam
Lebar Caput Femur pada titik yang terlebar dalam satuan milimeter (mm)
Lebar Collum Femur pada titik yang tersempit dalam satuan milimeter (mm)
Panjang garis yang dibentuk mulai dari titik tepat diatas trochanter minor ke
Sudut yang dibentuk oleh perpotongan antara garis sejajar sumbu colum femur
36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Data diambil dari Soft File Data Base Foto Rontgen Pelvis Anteroposterior di
dengan dasar kriteria inklusi dan eksklusi. Data dasar pasien diambil dari Catatan
terhadap Mean dari variabel yang diperiksa. Analisis dilakukan dengan menggunakan
commit to user
37
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Rontgen Pelvis AP
l
Kriteria Inklusi
dan Eksklusi
CF Intertrochanter
CF Collum Femur
Femur
Neck Shaft Angle Neck Shaft Angle Neck Shaft Angle Neck Shaft Angle
Komparasi Komparasi
Kelompok Kelompok
A1 vs A2 B1 VS B2
commit to user
38
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB IV
4.1. HASIL
2012 adalah 187 pasien. Sebanyak 119 pasien (63,6%) adalah perempuan
dengan rentang umur 30- 90 tahun. Sebanyak 121 ( 64,7 %) pasien berusia ≥
selama tahun 2012 adalah 165 pasien. Sebanyak 114 (69%) pasien adalah
perempuan dengan rentang umur 13-90 tahun dan 51 (31%) pasien adalah laki-
laki dengan rentang umur 4 - 100 tahun. Sebanyak 84 ( 50,9%) pasien berusia
≥65 tahun.
120
100
119 114
80
60 63, Perempuan
6% Laki-laki
40 68
) 51
20
63
0
Intertrochanter femur Collum Femur
Grafik 4.1. Distribusi Kejadian Fraktur Intertrochanter Femur dan Fraktur Collum
commit selama
Femur di RSO.Prof. Dr. R. Soeharso to user Januari 2012- Desember 2012.
39
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
140
120
100 121
80
60 84 Usia ≥ 65
40 81 66 Usia < 65
20
0
Collum Femur Intertrochanter
Femur
commit to user
40
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Gambar 4.2. Ilustrasi Cara Pengukuran NL (kiri) dan HTL (Kanan) pada
Software E-Film
Gambar 4.3. Ilustrasi Cara Pengukuran HAL (kiri) dan NSA(kanan) pada
Software E-Film
commit to user
41
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
memiliki rata-rata umur 72,6 tahun, sedangkan pada kelompok pasien laki-laki
tahun. Secara statistik perbedaan tersebut tidak berbeda signifikan (p 0,446). Pada
tidak signifikan (p 0,128). Rasio HW/HTL pada kelompok Fraktur Collum femur
tidak signifikan (p 0,496). Rata-rata rasio HW/NL pada kelompok Fraktur Collum
42
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
tersebut berbeda tidak signifikan ( p 0,071). Rata-rata rasio TW/ HTL pada
perbedaan tersebut tidak signifikan (p, 0, 954). Rata-rata rasio NW/ HW pada
perbedaan tersebut tidak signifikan (p 0, 517). Rata rata rasio NW/ TW pada
perbedaan tersebut tidak signifikan (p 0, 674). Rata- rata rasio NL /HAL pada
commit torat-rata
fraktur Intertrochanter Femur memiliki user 0, 28±0,01. Secara statistik
43
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perbedaan tersebut tidak signifikan (0, 217). Rata-rata rasio NL/ HTL pada
Gambar 4.4. Contoh Foto Pelvis yang memenuhi syarat pada kelompok Fraktur
Collum Femur laki-laki
commit to user
Gambar.4.5 Contoh Foto Pelvis yang memenuhi syarat pada kelompok Fraktur
Intertrochanter Femur Laki-laki
44
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Tabel 4.1. Rata-rata rasio Geometri Femur Proksimal pada pasien Laki-laki
Fr.
Intertrochanter
Rasio Fr. Collum Femur Femur
Geometri
No. Femur Laki-laki Laki-laki p
Proksimal
(Rata-rata±SD) (Rata-rata±SD)
commit to user
45
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
memiliki rata-rata umur 72,5 tahun, sedangkan pada kelompok pasien perempuan
tahun. Secara statistik perbedaan tersebut tidak berbeda signifikan (p 0,457). Pada
tidak signifikan (p 0,333). Rata-rata rasio HW/NL pada kelompok Fraktur Collum
tersebut tidak signifikan (p 0,914). Rata –rata rasio NW/NL pada kelompok
commit to user
Fraktur Collum femur adalah 1,02±0,10, sedangkan pada kelompok fraktur
46
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
tersebut berbeda signifikan ( p 0,004). Rata-rata rasio TW/ HTL pada kelompok
tersebut tidka signifikan (p 0, 534). Rata-rata rasio TW/NL pada kelompok fraktur
signifikan (p, 0, 532). Rata-rata rasio NW/ HW pada kelompok fraktur Collum
(p 0, 494). Rata rata rasio NW/ TW pada kelompok fraktur Collum femur adalah
rata rasio HW/ TW pada kelompok Fraktur Collum femur adalah 0,88±0,05,
86±0,04. Secara statistik perbedaan tersebut tidak signifikan (p 0, 125). Rata- rata
27±0,02. Secara statistik perbedaan tersebut tidak signifikan (0, 266). Rata-rata
47
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Tabel dibawah.
Gambar.4.6. Contoh Foto Pelvis Rontgen yang memenuhi syarat pada kelompok
Tabel 4.2. Rata-rata rasio Geometri Femur Proksimal pada pasien Perempuan
Fr.
Intertrochanter
Rasio Fr. Collum Femur Femur
Geometri
No. Femur perempuan Perempuan P
Proksimal
(Rata-rata±SD) (Rata-rata±SD)
Pada kasus fraktur Collum femu laki-laki rata-rata NSA adalah 130,18 ±3,1o.
Sedangkan pada kasus Fraktur Intertrochanter Femur laki-laki rata-rata NSA adalah
49
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
tabel dibawah.
Tabel 4.3. Rata-rata NSA pada Pasien Fraktur Femur proksimal laki-laki dan
perempuan
NSA NSA
No Jenis Kelamin Fr.Collum Fr. p
Femur Intertrochanter
Femur
(rata-rata±SD)
(rata-rata±SD)
4.2. PEMBAHASAN
Pada penelitian ini didapatkan proporsi pasien yang mengalami fraktur Intertrochanter
femur adalah 63,6% pada perempuan dan 36,3% pada laki-laki.Sedangkan proporsi fraktur
Collum femur adalah 69% pada perempuan dan 31% terjadi pada laki-laki. Jumlah tersebut
tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian lain di Finlandia dimana proporsi fraktur
Intertrochanter femur adalah 61% perempuan dan 39% laki-laki, sedangkan proporsi fraktur
Collum femur adalah 65% perempuan dan 35% laki-laki. Rasio kejadian fraktur
interrtrochanter femur dibanding fraktur Collum femur adalah 3: 2, baik pada laki-laki
50
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
sebelumnya yang membandingan rasio NL/NW antara fraktur collum femur dan fraktur
Intertrochanter Femur perempuan, didapatkan bahwa rasio NL/NW pada kelompok fraktur
Collum femur secara signifikan lebih besar dibanding kelompok fraktur intertrochanter femur
(Patton et al 2006). Hal tersebut menunjukan bahwa panjang Collum femur yang relatif lebih
panjang meningkatkan risiko fraktur Collum femur. Pada penelitian tersebut pengukuran
HAL dan NL menunjukan perbedaan signifikan antara kelompok fraktur collum femur dan
Intertochanter femur. Namun ukuran HW,NW dan HTL tidak berbeda signifikan pada kedua
kelompok. Pada penelitian ini rasio NW/NL antara kelompok fraktur Collum Femur dan
Intertrochanter femur baik pada laki-laki maupun perempuan tidak berbeda signifikan (Laki-
tidak berbeda signifikan. Hal ini menunjukan bahwa rasio NW/NL belum secara konsisten
menunjukan perbedaan antara kejadian fraktur Collum femur dan Intertrochanter Femur.
signifikan (p 0,03) pada rata-rata rasio NW/HAL antara kelompok fraktur Collum femur dan
Intertrochanter femur lebih besar dibanding kelompok fraktur Collum femur ( 0, 29±0,01 vs
NL/HAL, NL/HTL, HTL/HAL) yang diperiksa memiliki perbedaan yang tidak signifikan (p
> 0,05). Pada pasien perempuan, didapatkan rasio geometri femur proksimal NW/HAL Dan
TW/HAL antara kelompok Fraktur Collum Femur dan Fraktur Intertrochanter Femur berbeda
signifikan. Rasio NW/HAL pada kelompok fraktur Collum Femur lebih kecil dibanding
kelompok Fraktur Intertrochanter femur (0,27±0,01 vs 0,28±0,01, p 0,003). Selain itu, rasio
commitjuga
TW/HAL pada kelompok fraktur Collum Femur to user
lebih kecil dibanding kelompok Fraktur
51
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
51±0,01, p 0,07). Hasil diatas menunjukan bahwa rasio geometri femur proksimal yang
secara konsisten menunjukan adanya perbedaan antara kelompok fraktur Collum Femur dan
pada terjadinya fraktur collum femur atau fraktur Intertrochanter Femur dapat dijelaskan
Gambar 4.8. Rasio NW/HAL yang lebih besar pada kelompok Fraktur
Intertrochanter Femur memberikan gambaran Elips yang lebih pendek dan gemuk
yang paling konsisten adalah HAL. Peneliti lain menyebutkan bahwa HAL secara spesifik
berhubungan dengan fraktur Collum femur,namun tidak dengan fraktur Osteoporosis lainnya.
Disebutkan bahwa fraktur collum femur secara spesifik berhubungan dengan bentuk dan
geometri femur proksimal. Disebutkan juga bahwa geometri yang berbeda dapat
menimbulkan gambaran BMD yang berbeda karena distribusi stress yang berbeda. Pasien
yang memiliki HAL yang lebih panjang menunjukan densitas tulang yang lebih rendah pada
aspek superior dari Collum femur. Oleh karena itu pasien dengan HAL yang lebih besar
memiliki risiko lebih besar untuk mengalami fraktur Collum femur (Dubeouf et al 1997).
Intertrochanter Femur tidak dapat dibedakan dari FNAL/HTL dan NSA. HTL yang
merupakan komponen terbesar dari HAL tidak menunjukan pengaruh yang signifikan pada
kejadian fraktur Collum femur maupun Fraktur Intertrochanter Femur. Pada penelitian ini
rasio geometri femur proksimal yang memiliki komponen HTL juga tidak menunjukan
perbedaan yang signifikan antara dua kelompok baik pada laki-laki maupun perempuan.
Pada penelitian ini didapatkan rata-rata NSA secara keseluruhan baik dari kelompok
rata-rata HW pada laki-laki adalah 43.6±3.1 mm, sedangkan pada perempuan adalah
38.9±2.2 mm. Rata-rata pada laki-laki adalah NL: 91.1±5.7 mm dan pada perempuan
adalah81.8±4.3 mm. Rata-rata NW pada laki-laki adalah 28.9±3.4 mm dan pada perempuan
adalah 26.0±4.3 mm. Rata-rata NSA pada laki-laki adalah: 132.3°±3.4° dan pada perempuan
129.9°±4.0°.
commit to user
53
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Penelitian lain oleh Partanen et al (2001) menyebutkan hasil yang berbeda, bahwa
NSA yang secara statistik lebih besar ditemukan pada kelompok fraktur Collum femur
dibanding kelompok fraktur Intertrochanter Femur. Pada penelitian ini didapatkan bahwa
NSA pada perempuan dengan fraktur Collum Femur lebih kecil secara bermakna dibanding
pada laki-laki secara statistik tidak berbeda signifikan antara kelompok fraktur Collum femur
Maeda et al (2011) menunjukan bahwa NSA antara kelompok fraktur Collum femur
dan Intertrochanter Femur secara statistik tidak signifikan (p 0,05). Pada penelitian tersebut
HAL, HTL dan Head offset juga tidak berbeda signifikan antara kelompok fraktur Collum
femur dan Intertrochanter femur. Calis et al ( 2004) menunjukan bahwa pasien dengan fraktur
Collum femur memiliki NSA yang lebih kecil secara signifikan dibanding pasien tanpa
fraktur Collum femur ( 128° vs 132°, p 0,01). Pasien dengan NSA yang lebih kecil akan
cenderung memiliki Head offset yang lebih panjang sehingga memiliki leverarm yang lebih
panjang. Hal tersebut dapat meningkatkan risiko fraktur Collum femur. Temuan tersebut
sejalan hasil penelitian ini, dimana pada perempuan NSA pada kelompok fraktur Collum
commit to user
54
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
5.1. KESIMPULAN
1. Terdapat perbedaan rasio NW/HAL antara Fraktur Collum dan Fraktur Intertrochanter
2. Terdapat perbedaan NSA antara Fraktur Collum dan Intertrochanter Femur pada
pasien geriatri Perempuan, namun tidak terdapat perbedaan pada kelompok geriatri
laki-laki.
5.2. SARAN
1. Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai peran rasio NW/HAL dan NSA
sebagai faktor prediktor dan pembeda antara kejadian Fraktur Collum Femur dan
Intertrochanter Femur
Femur proksimal dengan Bone Mineral Density dan derajat keparahan fraktur femur
commit to user
55
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Baharuddin MY, Abdul Kadir MR, Zulkifly AH, Saat A, Aziz AA, Lee MH (2011).
Morphology Study of the Proximal Femur in Malay Population. Int. J. Morphol.,
29(4):1321-1325
Bucholz RW, Heckman JD, Court-Brown CM, Tornetta P (2010). Rockwood and Green’s
Fracture in Adults: Fracture of Neck and Intertrochanter Femur (7th ed).
Philadelphia: Lippincot William and Wilkins.
Canale T, Beaty JH (2008). Campbell’s Operative Orthopaedic: Fracture of the Hip (11th
ed). Philadelphia: Mosby Elsevier.
Calis HT, Eryavuz M, Calis M (2004). Comparison of Femoral Geometry Among Cases with
and Without Hip Fracture. Yonsei Medical Journal. 45(5): 901-907
Cristofolini L, Juszczyk M, Taddei F, Viceconti M (2009).Strain Distribution in the Proximal
Human Femoral Metaphysis. Proc. IMechE. J. Engineering in Medicine. 223: 273-288
Duboeuf F, Hans D, Schott AM, Kotzki PO, Favier F, Marcelli C, Meunier PJ et al (1997).
Different Morphometric and Densitometric Parameters Predict Cervical and
Trochanteric Hip Fracture : The EPIDOS Study. J Bone Miner Res 12(11) : 1895-1902.
Gnudi S, Malavolta N, Testi D, Viceconti M (2004). Differences in Proximal Femur Geometry
Distinguish Vertebral from Femoral Neck Fractures in Osteoporotic Women. The
British Journal of Radiology. 77: 219–223.
Gnudi S, Ripamonti C, Gualtieri G, Malavolta N (1999). Geometry of Proximal Femur in The
Prediction of Hip Fracture in Osteoporosis Women. The British Journal of Radiology.
72: 729–733.
Greenspan A (2004). Orthopaedic imaging a practical approach: Pelvic Girdle and Proximal
Femur (4th Ed). Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins.
Hamill J, Knutze KM (2009). Biomechanical Basis Of Human Movement :Biomechanic of the
Hip (3rd Ed). Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins.
Jóhannesdóttir F (2012). The Distribution and Importance of Cortical Thickness in Femoral
Neck and Femoral Shaft and Hip Fracture and Lower Limb Fracture. Dissertation.
Faculty of Industrial Eng, Mechanical Eng. and Computer Science School of
Engineering and Natural Sciences University of Iceland.
Maeda Y, Sugano N, Saito M, Yonenobu K (2011). Comparison of Femoral Morphology and
commitNeck
Bone Mineral Density between Femoral to user
Fractures and Trochanteric Fractures.
Clin Orthop Relat Res 469:884–889.
56
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Moore K L (2006). Clinically Oriented Anatomy: Anatomy of the Hip (5th ed). Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins .
Murti B (2010). Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif di
Bidang Kesehatan (Edisi ke-2). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Panula J, Jaatinen PT, Aarnio P, Kivelä SL (2008). The Impact of Proximal Femur Geometry
on Fracture Type – a Comparison Between Cervical and Trochanteric Fractures with
Two parameters. Scandinavian Journal of Surgery. 97:1–000
Partanen J, Jämsä T, Jalovaara P (2001). Influence of the upper femur and pelvic geometry on
the risk and type of hip fractures. J Bone Miner Res 16(8):1540–1546
Patton MS, Duthie RA, Sutherland AG (2006). Proximal Femoral Geometry and Hip
Fractures. Acta Orthopaedica Belgica 72: 51-54
Pierre MA, Zurakowski D , Nazarian A, Hauser-Kara DA , Snyder BD (2010). Assessment
of the Bilateral Asymmetry of Human Femur based on Physical, Densitometric and
Structural Rigidity Characteristics. Journal of Biomechanics. 43: 2228–2236
Nareliya R, Kumar V (2012). Finite Element Application to Femur Bone: a Review. Journal
of Biomedical and Bioengineering. 3 (1): 57-62
Ruedi TP, Murphy WM (2007). AO Principles of Fracture Management: Fracture of
Proximal Femur (2nd ed). Switzerland: AO Publishing.
Setyonegoro K (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas. Teori Dan Praktek Dalam
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Sopiyudin M (2009).Seri Evidence Based Medicine: Statistik Untuk Kedokteran Dan
Kesehatan (Edisi ke-4). Jakarta : Salemba Medika.
Solomon L, Warwick D, Nayagam S (2010). Apley’s System of Orthopaedics and Fracture:
The Hip (9th Ed). London: Hodder Arnold.
Standring S (2005). Grays Anatomy The Anatomical Basis of Clinical Practice: Hip Joint
(39th Ed). Philadelphia: Elsevier Churchill-Livingstone.
Thompson JC (2001). Netter's Concise Atlas of Orthopaedic Anatomy: Anatomy of proximal
femur. Philadelphia: Elsevier.
Voo L, Armand M, Kleinberger M (2004). Stress Fracture Risk Analysis of the Human Femur
Based on Computational Biomechanics. Johns Hopkins Apl Technical Digest. 25(3):
223-230
Voo L, Armand M, (2003). Effects of Femoral Neck Geometry on Stress Distribution:
Implication for Stress Fracture Risk.commit to user and Injury Prevention. 371-372
Biomechanics
57
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Umur
95% Confidence Interval
for Mean
Std. Std. Lower Upper Maximu
N Mean Deviation Error Bound Bound Minimum m
Collum Laki-Laki 32 72.6176 7.63570 1.30951 69.9534 75.2819 65.00 90.00
Collum Perempuan 32 72.5588 6.04624 1.03692 70.4492 74.6685 65.00 87.00
Intertrochanter Laki-
32 70.2941 4.84630 .83113 68.6032 71.9851 65.00 80.00
Laki
Intertrochanter
32 70.2647 4.29453 .73651 68.7663 71.7631 65.00 80.00
Perempuan
Total 128 71.4338 5.89752 .50571 70.4337 72.4340 65.00 90.00
ANOVA
Umur
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 181.316 3 60.439 1.767 .157
Within Groups 4514.088 132 34.198
Total 4695.404 135
Multiple Comparisons
Umur
Scheffe
Mean 95% Confidence Interval
Difference (I-
(I) Kelompok (J) Kelompok J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
Collum Laki-Laki Collum Perempuan .05882 1.41832 1.000 -3.9577 4.0754
Intertrochanter Laki-
2.32353 1.41832 .446 -1.6930 6.3401
Laki
Intertrochanter
2.35294 1.41832 .434 -1.6636 6.3695
Perempuan
Collum Perempuan Collum Laki-Laki -.05882 1.41832 1.000 -4.0754 3.9577
Intertrochanter Laki-
2.26471 1.41832 .469 -1.7518 6.2812
Laki
Intertrochanter
2.29412 1.41832 .457 -1.7224 6.3107
Perempuan
Intertrochanter Laki- Collum Laki-Laki -2.32353 1.41832 .446 -6.3401 1.6930
Laki
Collum Perempuan -2.26471 1.41832 .469 -6.2812 1.7518
Intertrochanter
.02941 1.41832 1.000 -3.9871 4.0459
Perempuan
Intertrochanter Collum Laki-Laki -2.35294 1.41832 .434 -6.3695 1.6636
Perempuan
Collum Perempuan -2.29412 1.41832 .457 -6.3107 1.7224
Intertrochanter Laki-
-.02941 1.41832 1.000 -4.0459 3.9871
Laki commit to user
58
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Group Statistics
Kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
NSA Collum Perempuan 32 1.2944E2 2.15433 .38083
Intertrochanter Perempuan 32 1.3109E2 2.60718 .46089
Independen
t Samples
Test
Levene's Test for t-test for
Equality of Equality of
Variances Means
95%
Confidence
Interval of
the
Sig. Mean Std. Error
Difference
(2- Differen Differenc
F Sig. t df tailed) ce e Lower Upper
NSA Equal -
-
variances 1.889 .174 2.7 62 .007 .59787 -2.85138 -.46112
1.65625
assumed 70
Equal -
59. -
variances not 2.7 .007 .59787 -2.85223 -.46027
872 1.65625
assumed 70
Group Statistics
Kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
NSA Collum Laki-Laki 32 1.3019E2 3.15653 .55800
Intertrochanter Laki-Laki 32 1.3091E2 2.59478 .45870
commit to user
59
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Descriptives
NSA
95% Confidence Interval for
Mean
Std. Minimu Maximu
N Mean Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound m m
Collum Laki-Laki 32 130.1875 3.15653 .55800 129.0494 131.3256 126.00 137.00
Collum Perempuan 32 129.4375 2.15433 .38083 128.6608 130.2142 126.00 136.00
Intertrochanter Laki-
32 130.9062 2.59478 .45870 129.9707 131.8418 126.00 137.00
Laki
Intertrochanter
32 131.0938 2.60718 .46089 130.1538 132.0337 127.00 137.00
Perempuan
Total 128 130.4062 2.70152 .23878 129.9337 130.8788 126.00 137.00
Group Statistics
Kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
HW/HAL Collum Laki-Laki 32 .4291 .02234 .00395
Intertrochanter Laki-Laki 32 .4375 .02140 .00378
HW/HTL Collum Laki-Laki 32 .4922 .02485 .00439
Intertrochanter Laki-Laki 32 .4975 .03619 .00640
HW/NL Collum Laki-Laki 32 1.5559 .09221 .01630
Intertrochanter Laki-Laki 32 1.5672 .15238 .02694
NW/HAL Collum Laki-Laki 32 .2869 .01469 .00260
Intertrochanter Laki-Laki 32 .2953 .01646 .00291
NW/HTL Collum Laki-Laki 32 .3288 .02075 .00367
Intertrochanter Laki-Laki 32 .3334 .02364 .00418
NW/NL Collum Laki-Laki 32 1.0422 .08095 .01431
Intertrochanter Laki-Laki 32 1.0544 .08857 .01566
TW/HAL Collum Laki-Laki 32 .5047 .02155 .00381
Intertrochanter Laki-Laki 32 .5137 .01773 .00314
TW/HTL Collum Laki-Laki 32 .5809 .02988 .00528
Intertrochanter Laki-Laki 32 .5838 .03035 .00536
TW/NL Collum Laki-Laki 32 1.8381 .12714 .02248
Intertrochanter Laki-Laki 32 1.8400 .13395 .02368
NW/HW Collum Laki-Laki 32 .6703 .03720 .00658
Intertrochanter Laki-Laki 32 .6766 .03956 .00699
NW/TW Collum Laki-Laki 32 .5678 .03210 .00567
Intertrochanter Laki-Laki 32 .5741 .02971 .00525
HW/TW Collum Laki-Laki 32 .8472 .04034 .00713
Intertrochanter Laki-Laki 32 .8516 .04236 .00749
NL/HAL Collum Laki-Laki 32 .2766 .01638 .00290
Intertrochanter Laki-Laki 32 .2819 .01768 .00312
NL/HTL Collum Laki-Laki 32 .3169 .01804 .00319
Intertrochanter Laki-Laki 32 .3172 .02083 .00368
HTL/HAL Collum Laki-Laki commit
32 to user.8722 .02802 .00495
Intertrochanter Laki-Laki 32 .8841 .03241 .00573
60
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
61
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
T-Test
Group Statistics
Kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
HW/HAL Collum Perempuan 32 .4472 .02750 .00486
Intertrochanter Perempuan 32 .4369 .02348 .00415
HW/HTL Collum Perempuan 32 .5103 .03496 .00618
Intertrochanter Perempuan 32 .5025 .02885 .00510
HW/NL Collum Perempuan 32 1.5991 .16922 .02991
Intertrochanter Perempuan 32 1.5950 .18004 .03183
NW/HAL Collum Perempuan 32 .2781 .01447 .00256
Intertrochanter Perempuan 32 .2887 .01338 .00237
NW/HTL Collum Perempuan 32 .3259 .02474 .00437
Intertrochanter Perempuan 32 .3266 .02134 .00377
NW/NL Collum Perempuan 32 1.0234 .10850 .01918
Intertrochanter Perempuan 32 1.0541 .09598 .01697
TW/HAL Collum Perempuan 32 .4897 .02376 .00420
Intertrochanter Perempuan 32 .5066 .02149 .00380
TW/HTL Collum Perempuan 32 .5794 .05099 .00901
Intertrochanter Perempuan 32 .5728 .03029 .00536
TW/NL Collum Perempuan 32 1.8172 .20953 .03704
Intertrochanter Perempuan 32 1.8481 .18298 .03235
NW/HW Collum Perempuan 32 .6566 .03498 .00618
Intertrochanter Perempuan 32 .6625 .03408 .00602
NW/TW Collum Perempuan 32 .5662 .05204 .00920
Intertrochanter Perempuan 32 .5722 .03108 .00549
HW/TW Collum Perempuan 32 .8825 .05559 .00983
Intertrochanter Perempuan 32 .8631 .04344 .00768
NL/HAL Collum Perempuan 32 .2822 .02485 .00439
Intertrochanter Perempuan 32 .2753 .02409 .00426
NL/HTL Collum Perempuan 32 .3209 .02787 .00493
Intertrochanter Perempuan 32 .3119 .02901 .00513
HTL/HAL Collum Perempuan 32 .8769 .03177 .00562
Intertrochanter Perempuan 32 .8847 .02885 .00510
commit to user
63
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
64
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66