Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Masailul Fiqhiyyah
Dosen Pengampu :
Disusun oleh :
Kelompok 12
JAKARTA
2019
DAFTAR ISI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Beberapa tahun yang lalu atau kini hampir sepuluh tahunan kita masih
disibukkan dengan banyaknya perusahaan dan pelaku bisnis yang masih
mengandalkan media cetak, televisi serta radio untuk memasarkan produk –
produknya masing – masing. Tetapi di era modern ini, semenjak adanya internet,
orang – orang makin banyak menggunakannya, karena mampu membuat orang –
orang merasa makin mudah dalam bertransaksi dalam hal bisnis. Tentunya hal
serupa seperti ini tak luput dari yang namanya era elektronik. Nyatanya sampai
uang elektronik-pun ada dan itu menjadi alat transaksi seseorang dalam melakukan
hal berbisnis dalam hal jual – beli. Namun bila kita kembali pada hukum Islam,
apakah hal semacam ini ada pada saat itu ? lalu, kalo tidak ada, bagaimana dengan
kondisi sekarang saat ini ?
Maka oleh karena itu, pemakalah menyajikan tentang prosesi bisnis dalam
hal jual – beli yang menggunakan elektronik baik itu akad maupun transaksi
pembayarannya dengan sistem online yang ditinjau dari hukum Islamnya seperti
apa. Mudah mudahan dengan adanya makalah ini, dapat membantu pemahaman
para pembaca setia semua. Terima kasih.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dapat dijadikan pembahasan makalah ini, ialah:
1. Apa sejarah dan pengertian E-Business ?
2. Apa saja macam – macam E-Business ?
3. Apa saja kelebihan dan kekurangan E-Business ?
4. Apa pandangan hukum Islam terkait E-Business ?
5. Bagaimana pandangan Islam tentang Fintech ?
C. Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Sejarah dan pengertian E-Business sendiri itu seperti apa.
2. Macam – macam E-Business.
3. Kelebihan dan kekurangan E-Business.
4. Mengetahui bagaimana pandangan Islam tentang E-Business.
5. Dan mengetahui bagaimana pandangan Islam terhadap Finansial Technology.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah E-Business
1
Ambo Aco, Andi Hutami Endang, “Analisis Bisnis E-Commerce pada Mahasiswa Universitas Islam
Negeri Alauddin Makassar”, Jurusan Teknik Informatika FSAINSTEK UINAM, hlm. 3
2
Budi Sutedjo Dharma Oetomo, dkk. Pengantar Teknologi Informasi Internet: Konsep dan Aplikasi,
(Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2007), hlm. 1
3
Internet yang dieksplorasi untuk membangun ekonomi di berbagai belahan
dunia telah melahirkan sistem yang disebut ekonomi digital atau disebut pula
istilah – istilah lain seperti Internet Economy,the New Economy¸ atau Web
Economy. Lahirnya ekonomi digital pada tahun 1990-an telah mengubah secara
mendasar kinerja dan pengoperasian perusahaan dan cara memberi nilai kepada
pelanggan.3
Era ekonomi digital disebut juga era informasi, di mana informasi telah
menjadi kebutuhan pokok dan komoditas baru. Era demikian dipantik oleh
teknologi informasi (TI) yang berperan mempercepat dan meningkatkan
keakuratan dalam pencatatan dan pengolahan data menjadi suatu informasi.
Kemudian kita pun dapat membuka aplikasi – aplikasi bisnis berbasis web yang
disebut e-business.
Bisnis adalah adanya sebuah kerjasama antara beberapa elemen, baik itu
individu ke individu, individu ke lembaga, atau lembaga ke lembaga yang
bertujuan sama – sama ingin mendapatkan keuntungan berupa uang, melalui
perdagangan, jasa, jual – beli produk, hingga investasi.
3
Budi Sutedjo, . . . hlm. 2
4
Budi Sutedjo, . . . hlm. 3
5
Hapzi Ali dan Tonny Wangdra, Technopreneurship Dalam Perspektif Bisnis Online, (Jambi: Baduose
Media, 2010), hlm. 45
4
fleksibel, agar berhubungan lebih erat dengan pemasok dan mitra usaha, dan
untuk lebih memuaskan keinginan pelanggan.
Bentuk bisnis online yang sampai saat ini masih berjalan dan
mendatangkan keuntungan bagi pengelolanya, diantaranya adalah8:
1. Toko Online
6
Candra Ahmadi dan Dadang Hermawan, E-Business & E-Commerce, (Yogyakarta: CV. Andi Offset,
2013), hlm. 9
7
Budi Sutedjo, Op.Cit., . . . hlm. 3
8
Hafzi Ali dan Tonny Wangdra, Op.Cit., . . . hlm. 46 – 49
5
Bedanya antara MLM konvensional dan MLM online adalah cara mencari
member dan jangkauan member yang dapat dicapai.
Bisnis web hosting pada umumnya juga menangani jasa untuk klaim
nama domain pribadi baik dot com, dot org, dot net, dot bis ataupun yang
lainnya. Layanan lain yang disediakan oleh bisnis web hosting adalah web
desain sehingga jika ada seseorang yang buta sama sekali dengan internet
namun hendak memiliki website maka dengan menghubungi sebuah alamat
web hosting dan membayar biaya hosting masalah sudah dapat terselesaikan.
5. Google Adsense
6. E-Commerce
6
menyediakan layanan “get and deliver”. E-Commerce akan merubah semua
kegiatan marketing dan juga sekaligus memangkas biaya – biaya operasional
untuk kegiatan trading (perdagangan).
Dalam setiap sistem yang di buat akan selalu ada tentang kelebihan dan
kekurangannya, begitu halnya dengan bisnis online antara keunggulan dan
kekurangannya sebagai berikut :
1. Kelebihan
a. Mengurangi biaya
e. Informasi
7
Jika sebuah bisnis memiliki situs web, maka bisa memperoleh
informasi yang relevan kepada pelanggan, termasuk informasi kontak,
deskripsi produk dan riwayat perusahaan.
f. Penjualan
2. Kekurangan
a. Impersonal
Salah satu kelemahan yang bisa diperdebatkan untuk menjamurnya
internet dalam bisnis modern adalah bahwa beberapa korespondensi
antara pelanggan dan bisnis dapat menjadi impersonal.
b. Tidak mencoba sebelum membeli
Dalam dunia ritel online ‘mencoba sebelum membeli’ tidak mungkin
dilakukan. Peritel online telah mencoba untuk mengimbangi ini
dengan mengizinkan pengguna untuk meninjau produk dan dengan
memajang foto dan video produk yang sedang beraksi, namun masih
ada beberapa hal yang lebih baik dibeli atau diakses orang.
c. Kompetisi
Pengecer online lebih banyak memiliki persaingan di dunia ritel
internet.
d. Produktifitas
Jika mengoperasikan toko fisik, seseorang memiliki jam operasi.
Seseorang tahu jadwal bisnisnya sendiri dan tahu kapan ia harus
bekerja. Namun, internet adalah sistem yang 24 jam non stop, artinya
bisnis yang dijalankan selalu terbuka dan aktif tanpa henti. Hal inilah
yang dapat menyebabkan gangguan produktifitas seseorang jika ia
tidak pandai dalam mengatur waktu.
e. Kredibilitas
8
Karena ada banyak persaingan di ritel online, ada kekhawatiran
kredibilitas di antara banyak bisnis yang beroperasi. Itulah salah satu
keuntungan memiliki lokasi fisik yaitu dapat membangun rasa percaya
dan otoritas di antara pelanggan, dan ini menggambarkan bisnis anda
dalam cahaya yang lebih profesional.
f. Pelayanan pelanggan yang menyebabkan kurangnya interkasi
Bisnis dengan toko fisik lebih kepribadian dengan klien mereka.
mereka dapat menunjukan bagaimana sebuah produk bekerja, dan
mereka dapat memecahkan masalah dengan produk sambil
menjelaskan tindakan mereka, berbeda dengan online.
g. Konektivitas internet yang eror dan mampu menyebabkan pelanggan
berpotensi untuk tidak membeli produk dari kita.9
1. Penjual dan pembeli tidak berada pada satu tempat yang sama, bisa dalam
kota, wilayah atau negara yang berbeda;
2. Konsekuensi dari point yang pertama, maka fisik barang yang
diperjualbelikan dalam transaksi bisnis online ini tidak ada pada satu tempat,
dimana penjual dan pembeli bertamu. Kalaupun ada, barang tersebut berupa
image, bisa foto atau film yang ditunjukan kepada pembeli sebelum terjadinya
transaksi jual-beli;
3. Pembayaran dilakukan oleh pembeli di depan secara tunai, bukan dihutang,
baru kemudian barang akan dikirim oleh penjual kepada pembeli;
4. Alat pembayaran yang digunakan adalah uang yang ditransfer melalui kartu
kredit, kartu debit atau smartcard.
9
Artika Nesa, 16 Kelebihan dan Kekurangan Bisnis Online, di akses dari
https://www.google.com/amp/s/dosenekonomi.com/bisnis/bisnis-obline/kelebihan-dan-kekurangan-bisnis-
online/amp pada tanggal 30 Maret 2019 jam 09.02
9
hukum jual-beli jarak jauh, salam, salaf, hawalah dan penggunaan uang
elektronik10.
Maka oleh karena itu, jual beli jarak jauh adalah pertukaran harta
dengan harta dalam bentuk pemindahan pemilik pada kondisi, dimana
keberadaan penjual dan pembeli di dua tempat berbeda. Sebagaimana dalam
ketentuan jual beli secara umum, syariat telah menjadikan faktor suka sama
suka sebagai syarat mendasar bagi akad jual beli.
Di dalam hadis ini ada dalalah yang jelas, bahwa seruan kepada Allah
dari jarak jauh sama dengan seruan seseorang kepada orang yang berada di
tempat yang sama. Andai saja seruan dari jarak jauh itu tidak dihukumi
tabligh (menyampaikan secara langsung), dan tidak bisa dijadikan hujjah
(bagi Nabi di hadapan Allah), niscaya Rasul saw tidak akan melakukannya
guna menyampaikan risalah dan menegakkan hujjah terhadap setiap diktator
10
Hafidz Abdurrahman, Yahya Abdurrahman, Bisnis Dan Muamalah Kontemporer, (Al-Azhar
Freshzone Publishing, Bogor: 2015), hlm. 101
11
Sapiudin Shidiq, Fikih Kontemporer, (Jakarta: PT Kharisma Putra Utama, 2017), hlm. 295-296
10
itu. Karena itu, hadis ini mengisyaratkan, bahwa akad jual beli jarak jauh
yang memenuhi syarat – syarat jual beli adalah sama hukumnya dengan akad
jual beli dimana penjual dan pembelinya berada di satu tempat yang sama.12
As-salam (سلم
َ )الdalam istilah fikih disebut juga as-salaf. Secara
etimologis kedua kata memiliki makna yang sama, yaitu mendahulukan
pembayaran dan mengakhirkan barang. Penggunaan kata as-salam biasanya
digunakan oleh orang – orang Hijaz, sedangkan penggunaan kata as-salaf
biasanya digunakan oleh orang – orang Irak. Secara terminologis, salam
adalah menjual suatu barang yang penyerahannya ditunda, atau menjual suatu
barang yang ciri – cirinya disebutkan dengan jelas dengan pembayaran modal
terlebih dahulu, sedangkan barangnya diserahkan dikemudiaan hari.13
)فاكتبوه (يا أيها الَذين ءامنوا إذا تداينتم بدين إلى أجل مسمى
“Hai orang – orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak
secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu
menuliskannya” (QS al-Baqarah (2): 282)
12
Hafidz Abdurrahman, Op.Cit., hlm. 101 – 102
13
M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (Fiqh Muamalat), (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2003), hlm. 143
14
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, Juz 12, (Bandung: Al-Ma’arif, 1988), hlm. 110
15
Hafidz Abdurrahman, Op.Cit. hlm. 104 - 105
11
Jadi, salam adalah bagian dari jual beli, maka di dalamnya berlaku
syarat dan ketentuan yang sama dengan jual – beli secara umum. Namun, di
dalamnya ditambahkan beberapa hukum, yang khusus untuk salam. Misalnya,
didahulukannya pembayaran harga di majelis akad. Ibn Hajar berkata,
“mereka sepakat, bahwa untuk salam itu disyaratkan apa saja yang
disyaratkan untuk jual beli.”
Semua syarat yang diterapkan dalam jual beli salam dan salaf di atas
juga berlaku dalam salah satu transaksi bisnis saat ini, seperti e-commerce.
Dengan demikian, dari aspek akad salam dan salaf, sesungguhnya transaksi
12
ini sah diperbolehkan. Dengan catatan, jika seluruh syarat dan ketentuan
salam dan salaf di atas terpenuhi.16
Dengan daya nalar hawalah seperti ini, maka bisa dipraktekan, bahwa
pemegang kartu debit tadi bertindak sebagai muhil, sementara pihak bank
adalah muhal. Dan pihak ketiga yang mendapatkan haknya disebut muhal
‘alaih, dan hak (uang) yang diberikan kepadanya disebut muhal bihi.
16
Hafidz Abdurrahman, . . . hlm. 107
17
Abdul Ghafur Anshori, Perbankan Syariah di Indonesia, (Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, 2009), hlm. 153
18
Hafidz Abdurrahman, Op.Cit., hlm. 110
13
“Hai orang – orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak
secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu
menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu
menuliskannya dengan benar.” (QS al-Baqarah (2): 282)
Islam adalah agama yang sempurna. Semua telah diatur dalam Islam.
Termasuk juga dalam hal financial technology ini, ada pandangan Islam
terhadapnya. Produk fintech ini dibolehkan jika memenuhi rambu – rambu, di
antaranya transaksi harus menjelaskan ketentuan akad sesuai syariah, transaksi
digital ini diketahui dan disepakati, dan objek usahanya halal. Begitu pula ada ijab
qabul sesuai ‘urf-nya, terjadi perpindahan kepemilikan, ada perlindungan
konsumen, dan berdasarkan peraturan perundang – undangan yang berlaku, ada
pengawasan syariah yang memastikan prinsip syariah diterapkan.
19
M. Majid, Mengenal Fintech, Inovasi Sistem Keuangan di Era Digital, di akses dari
https://www.maxmonroe.com/mengenal-fintech-inovasi-sistem-keuangan-di-era-digital.html pada tanggal 8 Juli
2019 pukul 02.05 WIB.
14
technology) syariah. Dua fatwa ini merupakan bagian dari 13 fatwa terbaru di
2018. Fatwa tentang uang elektronik syariah No. 116/DSN-MUI/IX/2017 dan
fatwa tentang layanan pembiayaan berbasis teknologi informasi berbasis syariah
(Fatwa No.117/DSN-MUI/IX/2018), merupakan dua fatwa yang berkaitan dengan
aktivitas atau produk lembaga keuangan syariah dan lembaga bisnis syariah.
Menurut fatwa No.117/DSN-MUI/IX/2018 tentang layanan pembiayaan berbasis
teknologi informasi berdasarkan prinsip syariah, model layanan pembiayaan yang
dapat dilakukan oleh penyelenggara antara lain, pembiayaan anjak piutang,
pembiayaan pengadaan barang pesanan pihak ketiga, pembiayaan pengadaaan
barang untuk pelaku usaha yang berjualan secara daring (online seller),
pembiayaan pengadaan barang untuk pelaku usaha yang berjualan secara daring
dengan pembiayaan melalui penyelenggara jasa pembayaran (payment gateaway),
dan pembiayaan untuk pegawai (employee).20
Jika dilihat dari segi pandang Islam dalam kaidah fiqih muamalah, segala
kegiatan transaksi dibidang muamalah masih terus bisa berinovasi selama belum
ada dalil yang mengharamkannya, disisi lain perlu diperhatikan bahwa inovasi
tersebut lebih mengandung maslahat, tidak merugikan orang lain dan tidak
mengandung maisir, gharar, dan riba.
20
Jajang, Fintech Bagi Muslim, di akses dari
https://www.google.com/amp/s/www.dakwatuna.com/2019/02/02/95443/fintech-bagi-muslim/amp/ pada
tanggal 8 Juli 2019 pukul 02.30 WIB.
15
Pada hakikatnya, Islam tidak menghendaki kesusahan pada umat-Nya,
justru Islam selalu menghendaki kemudahan. Sebagaimana firman Allah yang
tertulis dalam surah Al-Baqarah ayat 185 :
ر ۡ ُ ۡ ُ ُ ُ ُ ُ ُ َُ ُ ُ ُۡ ۡ ر رر
١٨٥....... ي ِريد ٱّلل بِكم ٱليس وَل ي ِريد بِكم ٱلعس.....
21
Imam Abdul Aziz, Peluang Fintech Syariah Seiring Perkembangan Teknologi, di akses dari
https://www.kompasiana.com/imamabdulaziz/5a3cb4265e137359ba5d6df2/peluang-fintech-syariah-seiring-
perkembangan-teknologi?page=all pada tanggal 8 Juli 2019 pukul 02.44 WIB
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara umum, yang namanya bisnis terutama dalam kaca mata Islam
menjelaskan adanya transaksi yang bersifat fisik, dengan menghadirkan benda
tersebut ketika transaksi, atau tanpa menghadirkan benda yang dipesan, tetapi
dengan ketentuan harus dinyatakan sifat benda secara konkret, baik diserahkan
langsung atau diserahkan kemudian sampai batas waktu tertentu, seperti dalam
transaksi as’salam. Jadi, bisnis online ini pada dasarnya tidak memiliki perbedaan
dengan transaksi as-salam dan tentunya barang harus sesuai dengan apa yang
telah disifati ketika bertransaksi.
Oleh karena itu, bisnis onlineyang sama seperti halnya bisnis offline
menjumpai istilah halal dan haram yang dalam hal ini bisnis online yang
dibolehkan ialah bisnis dengan transaksi online yang berdasarkan prinsip – prinsip
yang ada dalam perdagangan menurut Islam, kecuali pada barang/jasa yang tidak
boleh diperdagangkan menurut syariat Islam.
B. Saran
17
DAFTAR PUSTAKA
18