Anda di halaman 1dari 13

10/1/2018

• Ratio kasus AIDS antara laki-laki dan perempuan


adalah 3:1
• Kumulatif kasus AIDS tertinggi dilaporkan pada
kelompok umur 20-29 tahun (50,07%)
• Cara penularan kasus AIDS:
Heteroseksual (48,8%)
YUNIE ARMIYATI IDU (41,5%)
Lelaki Seks Lelaki (3,3%).

• HIV (Human Immune Deficiency Virus) adalah virus yang dapat


menyerang sistem kekebalan tubuh manusia, virus ini dalam
jumlah besar terdapat dalam darah, cairan vagina dan sperma.
• Sebelum HIV berubah menjadi AIDS, penderitanya akan tampak
sehat dalam waktu ± 5 – 10 tahun.
• Walaupun tampak sehat, mereka dapat menularkan HIV pada
orang lain.
• AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome ) yaitu sekumpulan
gejala penyakit infeksi yang di dapat karena menurunnya
kekebalan tubuh yang disebabkan oleh virus HIV

1
10/1/2018

 Envelop
 GP 120
 GP 41
Gp 40
 Enzym Gp 120
 Reverse transcriptase
 Integrase
 Protease

 Inti
 P17 (matrix)
 P24 (kapsid)
 P7/P9 (nucleocapsid) CD4 receptor
of host cell

• Virus: Retrovirus
Virus attached
• Semula hanya menyerang Limfosit T
to mucosal
receptors • Sekarang: juga menyerang sel Dendritik, Makrofag
• Replikasi unik  manfaatkan fasilitas Limfosit T
Membrane
or skin
portal of
• Sebabkan infeksi kronis  inflamasi kronis
entry
• Target Utama :
Microscopic view of
proces • CD4 Limfosit T.
Dendritic cells
• Monosit dan makrofag.
underlying skin shelter
and amplify virus • Virus memindahkan RNAnya kedalam sel manusia :
• Terintegrasi kedalam materi genetik.
• Replikasi.
Spread of virus to
lymphatic organ, bone
• Menghasilkan antibodi
marrow, circulation

 10 billion new HIV/d & up to 2 billion CD4 killed and replaced

2
10/1/2018

SISTEM IMUN NORMAL


Stem cell
 Hubungan seksual dengan seseorang yang telah terinfeksi AIDS
(oral, genital)
Lymphoid precursor
Myeloid precursor THANK YOU VERY MUCH  Transfusi darah yang tercemar HIV/AIDS
TERIMAKASIH
Helper T cell  Pemakaian alat-alat yang terkontaminasi/ terinfeksi cairan tubuh
pasien  jarum suntik, jarum tusuk, pencukur kumis, dll
Platelets MATUR NUWUN
Cytotoxic T cell  Secara vertikal  Ibu hamil menderita HIV/AIDS, kepada bayi
Supressor T cell yang dikandungnya melalui plasenta.
Monocyte
Eosinophil
 Penularan melalui melalui mukosa dan cairan tubuh yang
B Cell terinfeksi
Neutrophil
Mast cell
Basophil Macrophage Plasma Cell

HIV Tidak Ditularkan Melalui

• Laki-laki dan wanita pekerja seks (PSK) • Ciuman


• Pemakai Narkoba Suntik / Penasun (IDU)
• Bersentuhan, berpelukan, berjabat tangan
• Transgender
• Bersin, batuk
• Orang yang melakukan seks tidak aman (Pelanggan)
• Keringat
• Orang yang mempunyai IMS/STI
• Penggunaan peralatan makan / minum bersama-sama
• Seseorang yang telah mendapatkan tranfusi Darah
• Memakai jamban yang sama atau tinggal serumah
• Injection dan tatoo yang tidak steril
• Gigiyan nyamuk
• Perinatal Transmisi
• Pemeriksaan laboratorium sederhana dengan jarum
terkontaminasi

Potensial berisiko (OPIM= other


potentially infectious material)
Cairan bersama
sperma Air Ketuban Air Liur
• Cairan serebrospinal
Semen • Cairan amnion
Darah 11,000 Cairan Risiko tinggi
18,000 Vagina Cairan • Cairan pleura
7,000 Amnion Air Liur • Darah • Cairan peritoneal
4,000 Saliva
1
• Cairan mani • Cairan perikardial
• Cairan vagina • Cairan sendi
• ASI
Rerata jumlah partikel HIV dalam 1 ml cairan tubuh tertentu

3
10/1/2018

FAKTOR RESIKO PENULARAN AIDS


DI SEMARANG

• CAIRAN SERVIKS
• MUNTAH
• FESES TIDAK DIANGGAP
INFEKSIUS,
• AIR LIUR
KECUALI
• KERINGAT TERKONTAMINASI
• AIR MATA DARAH YANG
• URIN TERLIHAT
• CAIRAN NASAL
• SPUTUM

• Risiko penularana HIV setelah tertusuk


jarum dari klien HIV positif  3 : 1000
• Risiko penularana HBV setelah tertusuk AGEN CARA PAJANAN RESIKO INFEKSI
jarum dari klien HBV positif  27-37 :
100 HBV Perkutaneus 30 %

• Volume Percikan Darah terinfeksi HBV HCV Perkutaneus 3%


yang mampu menularkan HBV  10-8ml
= 0.00000001 ml HIV Perkutaneus 0.3 %

HIV Mukokutaneus 0.03 %

22 10/1/2018

• Temperatur dingin di bawah 39◦ Fahrenheit (3,88 ◦ C) dianggap ideal untuk


HIV untuk berkembang. Sebaliknya, HIV tidak bekerja dengan baik pada suhu
kamar (68◦ Fahrenheit/ 20◦C ) dan terus menurun saat mencapai dan melebihi
suhu tubuh (98,6◦ Fahrenheit/ 37 ◦C).
• The ideal pH level for HIV is between 7.0 and 8.0, with the optimal pH of 7.1.
Anything above or below these levels is considered unsuitable for survival
• HIV dapat bertahan hidup dalam darah kering pada suhu kamar hingga enam
hari, meskipun konsentrasi virus dalam darah kering akan selalu rendah dan
dapat diabaikan
• HIV bertahan lebih lama ketika tidak terkena radiasi ultraviolet (UV). Sinar UV
cepat mendegradasi DNA virus serta lipid yang membentuk cangkang virus,
membuatnya tidak mampu menempel dan menginfeksi sel lain

4
10/1/2018

 First, the HIV GP120 and GP41 attach to the uninfected CD4 cell surface (receptor)
• There is no document cases of HIV infection through contact and fuse with the cell membrane
wih a needle or syringe discarded in public place  Second, the viral core contents are emptied into the host cell, a process known as
uncoating.
• In 2008, the largest retrospective study of 274 Canadian  Third, HIV enzyme reverse transcriptase copies the viral genetic material from RNA
children showed not one case of HIV following an injury with into double-stranded DNA.
a discarded needle.  Fourth, double-stranded DNA is spliced into the cellular DNA by the action of another
HIV enzym integrase
 Fifth, using the integrated DNA or provirus as a blueprint, the cell makes new viral
proteins and viral RNA.
 Sixth, HIV protease cleaves the new proteins (polyproteins).
 Seventh the new proteins join the viral RNA into new viral particles.
 Finally, new viral particles bud from the cell and start the process

• Masa tunas AIDS adalah masa antara masuknya kuman


 When a T cell that harbors this integrated DNA (also known as provirus)
becomes activated against HIV or other microbes, the cell replicates and sampai timbulnya gejala pertama AIDS, rata-rata sekitar 8
also unwittingly begins to produce new copies of both RNA and viral – 10 tahun
proteins • Masa tunas infeksi HIV, yaitu waktu yang dibutuhkan dari
 Penyebab Imunodeficiency pada manusia berkaitan dengan CD4 (OKT4) masuknya kuman pertama kali ke dalam tubuh sampai
pada permukaan sel CD4 ++ (Helper) dan setelah itu memasuki dan
menginfeksi sel yang sehat  populasi sel Helper/CD4 secara progresif
perubahan hasil tes darah yang menunjukkan hasil positif
terinfeksi HIV dan fungsi sel Helper yang penting secara bertahap terinfeksi HIV, adalah sekitar rata-rata sekitar 3 – 6 bulan.
menghilang.
 HIV juga menginfeksi monosit/makrofag, sel-sel yang mempresentasikan
antigen  memperlemah kemampuan respon immune

TAHAP 1: PERIODE JENDELA


• HIV masuk ke dalam tubuh, sampai terbentuknya antibody terhadap
HIV dalam darah
• Tidak ada tanda2 khusus, penderita HIV tampak sehat dan merasa
sehat
• Test HIV belum bisa mendeteksi keberadaan virus ini Tahap ini disebut
periode jendela, umumnya berkisar 4-8 minggu bisa sampai 12
minggu

5
10/1/2018

5-7 tahun tanpa gejala: TAHAP 2: HIV POSITIF (TANPA GEJALA) RATA-RATA SELAMA 5-10
AIDS TAHAP SATU TAHUN:
• HIV berkembang biak dalam tubuh
DD:
1. Limfadenitis • Tidak ada tanda-tanda khusus, penderita HIV tampak sehat dan
2. TB Kelenjar merasa sehat
3. AIDS stadium 1 • Test HIV sudah dapat mendeteksi status HIV seseorang, karena telah
4. Limfoma Maligna terbentuk antibody terhadap HIV Umumnya tetap tampak sehat
selama 5-10 tahun, tergantung daya tahan tubuhnya (rata-rata 8
tahun (di negara berkembang lebih pendek)

TAHAP 3: HIV POSITIF (MUNCUL GEJALA)


AIDS TAHAP DUA • Sistem kekebalan tubuh semakin turun
• Mulai muncul gejala infeksi oportunistik, misalnya: pembengkakan
kelenjar limfa di seluruh tubuh, diare terus menerus, flu,
-Ulkus mulut berulang
- Ruam kulit yang gatal (seboroik atau prurigo) • Umumnya berlangsung selama lebih dari 1 bulan, tergantung daya
- Dermatitis seboroik tahan tubuhnya
TAHAP 4: AIDS
• Kondisi sistem kekebalan tubuh sangat lemah
• Berbagai penyakit lain (infeksi oportunistik) semakin parah

RIWAYAT RESIKO HARUS PERTIMBANGKAN WINDOW PERIODE

1200 Infeksi
Primer Sindrom HIV Primer Kematian
-Sindroma Wasting (HIV) : kurus kering 1100
AIDS TAHAP TIGA -Kandidiasis esofagus 1000 Infeksi
-Herpes simpleks ulseratif > 1 bulan Oportunistik
900 1:512
Infeksi laten
800 1:256
Plasma Viremia Titer
CD4 T Cells/mm3

700 1:128
)

600 Gejala 1:64


(

konstitusi
(

500 1:32
400 1:16
300 1:8
200 1:4
100 1:2
0 0
0 3
Jamur di Mulut Atau TB Paru AIDS TAHAP EMPAT 6 9 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Weeks Years

6
10/1/2018

• Demam > 1 bulan


• Group I : primary HIV
• Batuk > 1 bulan
• Group II : a-symptomatic infection
• Diare > 1 bulan
• Group III : persistent generalized lymphadenopathy
• Berat Badan turun > 10% tanpa jelas
• Group IV : symptomatic infection
• Jamur di mulut
• IVA : HIV wasting syndrom and constitutional disease
• TBC Paru (Batuk terus menerus)
• IVB : HIV encephalopathy and neurological disease
• Infeksi Menular Seksual (IMS)
• IVC1 : major opportunistic infections specified as AIDS def.
• IVC2 : minor opportunistic infections
• IVD : cancers specified as AIDS defining
• IVE : other conditions
Tes HIV

• Gastrointestinal:
• Respirasi • Lesi pada mulut  Kapossi sarkoma
• Sesak nafas (dispnea, takipnu) • Candida mulut  plag putih yang melapisi rongga mulut dan lidah 
• Batuk produktif dan batuk non produktif dengan SaO2 < kandidiasis, stomatitis
80% • Lesi putih pada lidah (hairy leukoplakia)
• Ginggivitis
• Retraksi interkostalis • Nyeri telan, nyeri pada oral
• Dada asimetris • Muntah
• Napas cuping hidung • Diare karena adanya Criptosporidiosis
• Adanya ronchi, produksi sputum yang berlebih, fremitus • Hepatosplenomegal
berkurang • Muskuloskeletal:
• Muscle wasting
• Penurunan kekuatan otot

SARKOMA KAPOSSI
• Neurologi:
Ataxia, tremor, sakit kepala (toxoplasmosis), kurang kordinasi (ADC),
kehilangan sensori, apasia, kehilangan konsentrasi (ADC), kehilangan
memori (ADC=AIDS Dementia Complex), apatis, depresi, penurunan
kesadaran, kejang (Toxoplasmosis), paralysis, koma
 Karena meningitis, ensefalitis, toksoplasmosis dan ensefalitis HIV
• Integumen
Sarkoma kapossi, eritema, candidiasis, criptococosis
• Reproduksi:
Adanya lesi atau keluaran dari genital (herpes simpleks), nyeri dan gatal
perianal
• Kardiovaskuler
Perikarditis, endokarditis

7
10/1/2018

a. ELISA (Ezym Linked Imunosorbent Assay)


 TBC: 9502 b. Rapid test
 Diare kronis: 5203 c. Westtern blot / RIPA positif  menunjukan adanya komponen
protein tertentu dari antibodi  Gp120, Gp41, dan p24
 Kandidiasis oro-faringeal: 5109
d. CD4 / T4  jumlah menurun
 Dermatitis generalisata: 1348 e. Hitung jenis leukosit  normal hingga menurun
 Limfadenopati generalisata: 642 f. Tes fungsi CD4 menurun
g. Ratio T4 dan T8 menurun  ratio terbalik (T8>T4)
h. Jumlah sel T limfosit < 20% (normal 20-40%)
Pasien HIV : peningkatan jumlah molekul yang i. Complete Blood Count (CBC)/test darah lengkap (Hb, SDP,
disebut IL-10, yang meningkatkan jumlah
protein yang disebut “BCL-3” di dalam makrofag
Trombosit, Hematokrit, MCV)  Leukositopeni
alveolar dan mengurangi kemampuannya untuk
memberantas infeksi TB. Journal of Leukocyte
Biology.

Metoda untuk mendeteksi virus HIV


j. Reaksi sensitifitas tes kulit menurun
k. Viral Load  mengatahui jumlah virus HIV  HIV RNA dalam
plasma • Rapid tests • Viral RNA /DNA
l. Hepatitis B, C  mengetahui komplikasi
m. Herpes Simpleks  mengetahui komplikasi
n. Rontgen  adanya tanda kelainan paru • ELISA • Culture methods
o. CT scan  adanya kelainan pada otak
p. Lumbal pungsi  mengetahui adanya komplikasi meningitis
dan ensefalitis • Western blot • Antigen Assays
q. Elektrolit  mengetahui komplikasi akibat diare >> 
kehilangan elektrolit Gunakan: Antibodi
r. EKG  mengetahui kelainan irama jantung karena perikarditis
dan miokarditis

VIRAL LOAD HIV DAPAT MEMBANTU MENEGAKKAN DIAGNOSIS HIV DI HARI KE 9

8
10/1/2018

1. Terduga HIV simptomatis pertama kali dilakukan pemeriksaan


Dengan test initial A1 dan test tambahan A2 dan A3
RAPID TEST (A1)
A1 = Rapid test
2. Jika antibodi NEGATIF  dianggap tidak ditemukan antibodi HIV.
A2 = ELISA Jika antibodi HIV positif  test tambahan ELISA (A2)
A3 = Western Blot, Indirect immunofluoresence assay 3. Apabila antibodi POSITIF dan ada manifestasi klinis  diagnosis
(IFA) atau radioimunnoprecipitation assay (RIPA) pasti HIV. Apabila antibodi negatif  Lakukan test ulang Rapid test
dan ELISA.
4. Apabila test ulang hasilnya POSITIF atau apabila salah satu test
POSITIF  Test alternatif (A3)  Western Blood, IFA atau RIPA

5. Apakah Test A1, A2 dan A3 positif? Jika YA  Diagnosis pasti HIV. • Informed consent di fasilitas layanan kesehatan dapat diberikan
secara lisan tidak perlu secara tertulis.
6. Apakah test A1 positif, salah satu A2 atau A3 negatif? Jika TIDAK 
pastikan Apakah test A1 positif, A2 dan A3 negatif  Jika YA anggap • Bagi mereka yang menolak pemeriksaan HIV dicatat dalam catatan
INDETERMINASI. medik untuk dilakukan penawaran pemeriksaan dan atau konseling
ulang ketika kunjungan berikutnya.
7. Jika test A1 positif, A2 dan A3 negatif  Jika TIDAK, namun resiko
tinggi  anggap INDETERMINASI.
Undang-undang Praktik Kedokteran No. 29 Tahun 2004

PEDOMAN NASIONAL KONSELING DAN TES HIV, KEMENKES RI 2013

Pemeriksaan Elisa (1)


(1)
RASIONAL PEMERIKSAAN:
INTERPRETASI HASIL
Pemeriksaan ELISA  menunjukan adanya antibodi terhadap  HIV (+), berarti orang tersebut memiliki antibodi
HIV HIV + atau HIV terhadap HIV  HIV+ terinfeksi HIV. INTERPRETASI HASIL
Hasil akan didapatkan lebih lama  3-4 hari  HIV (-), berarti: • ELISA POSITIF PALSU
ELISA sebaiknya dilakukan pada mereka:
 Periode jendela/’window period’ (3-6 bulan
 Beresiko tinggi (IDU, PSK dan pelanggannya, WPS dan
setelah terinfeksi). Seseorang yang
wanita hamil multipara, pasca malaria, penyakit autoimune tertentu,
pelanggannya, Gay)
mengalami pemanjangan proses infeksi yang penderita berbagai jenis limpoma, penggunaan obat intravena
 Riwayat transfusi mengganggu sistem imun. bersamaan, reaksi spesifik pada H9, reaksi silang dengan dinding sel
 Tidak sembuh dari gejala batuk-batuk, demam, atau diare
 Mengalami penurunan BB tanpa sebab yang jelas
 Orang tersebut tidak terinfeksi HIV. dimana HIV tumbuh, titer antibodi HTLV 1 tinggi, bayi baru lahir
 Orang yang khawatir telah terpapar HIV.  Jika hasil ELISA (+)  harus dikonfirmasi dengan dengan antibodi maternal s/d usia 15 bulan
pemeriksaan Western Blot.
• ELISA NEGATIF PALSU
SYARAT TES:  Hasil pemeriksaan ELISA:
 Sukarela  Positif palsu
infeksi HIV dini (kurang dari 3 bulan), kanker yang mendasari, terapi
 Informed concern
 Negatif palsu
imunosupresif jangka panjang
 Dilakukan konseling sebelum dan sesudah tes.
 Hasil tes dirahasiakan

9
10/1/2018

PEMERIKSAAN RAPID TEST (1)


RATIONAL PEMERIKSAAN: INTERPRETASI HASIL
NURSING IMPLICATION: • Mengetahui adanya antibodi HIV
BEFORE: dalam tubuh  Rapid test HIV +, berarti orang
• Lebih cepat  10-15 menit tersebut memiliki antibodi
1. Jelaskan pada klien tentang prosedur  tidak puasa
2. Informed consent CARA PEMERIKSAAN: terhadap HIV  HIV+
3. Pakai sarung tangan (universal precaution)
Diambil sampel darah vena tanpa puasa terinfeksi HIV.
 pemeriksaan dua kali  interval 1
4. Ambil darah vena atau perifer 10 cc minggu  HIV -, berarti:
AFTER: SYARAT TES:  Periode jendela/’window period’ (3-
1. Tekan area tusukan • Sukarela 6 bulan setelah terinfeksi).
• Informed concern Seseorang yang mengalami
2. Jika hasil positif  ada virus HIV dalam tubuh  belum tentu AIDS  bisa • Dilakukan konseling sebelum dan pemanjangan proses infeksi yang
menularkan pada orang lain sesudah tes. mengganggu sistem imun.
3. Jika hasil positif  berikan dukungan  kontak seksual  identifikasi • Hasil tes dirahasiakan  Orang tersebut tidak terinfeksi HIV.
kemungkinan penularan pada partner seksual test ELISA pada pasangan seksual

PEMERIKSAAN CD4
RASIONAL PEMERIKSAAN: HASIL PEMERIKSAAN:
NURSING IMPLICATION: • CD4 merupakan target invasi virus CD4 pada klien HIV  dibawah 200 mm3  pembentukan
BEFORE: HIV  bila terjadi infeksi HIV  CD4
antibodi berkurang
IMPLIKASI KEPERAWATAN:
1. Jelaskan pada klien tentang prosedur  tidak puasa menurun (Normal CD4 600-1.200 BEFORE:
2. Informed consent sel/mm3) menggambarkan 1. Jelaskan pasien tidak perlu puasa
3. Pakai sarung tangan (universal precaution) jumlah dan tidak menggambarkan
2. Pakai sarung tangan  ambil darah vena 10 cc  5
4. Ambil darah vena atau perifer 10 cc cc dengan heparin dan 5 cc tambah EDTA  tidak
fungsinya boleh masuk kulkas
AFTER: • CD4 (T Helper)  berperan dalam AFTER:
1. Tekan area tusukan membantu sel B menghasilkan 1. Tekan area tusukan
2. Jika hasil positif  ada virus HIV dalam tubuh  belum tentu AIDS antibodi
2. Observasi area tusukan terhadap adanya infeksi 
pasien HIV dan resipiennya memiliki daya tahan
 bisa menularkan pada orang lain rendah
3. Jika hasil positif  berikan dukungan  kontak seksual  3. Diskusikan hasil  CD4 turun  pembentukan
identifikasi kemungkinan penularan pada partner seksual test antibodi berkurang  daya tahan tubuh kurang
ELISA pada pasangan seksual

HASIL PEMERIKSAAN: Tes viral load adalah tes untuk mengukur jumlah virus HIV dalam
Jumlah sel T limfosit pasien HIV< 20% (normal 20-40%) darah. Ada beberapa cara untuk melakukan tes ini:
IMPLIKASI KEPERAWATAN:  Alat PCR (polymerase chain reaction) memakai suatu enzim
BEFORE: untuk menggandakan HIV dalam contoh darah. Kemudian
1. Jelaskan pasien tidak perlu puasa reaksi kimia menandai virus. Penanda diukur dan dipakai untuk
menghitung jumlah virus. Tes jenis ini dibuat oleh Roche dan
2. Pakai sarung tangan  ambil darah vena 10 cc  5 cc dengan heparin dan 5 cc tambah Abbott.
EDTA  tidak boleh masuk kulkas  Alat bDNA (branched DNA) menggabung bahan yang
AFTER: menimbulkan cahaya dengan contoh darah. Bahan ini
1. Tekan area tusukan mengikatkan dengan bibit HIV. Jumlah cahaya diukur dan
2. Observasi area tusukan terhadap adanya infeksi  pasien HIV dan resipiennya memiliki dijadikan jumlah virus. Tes jenis ini dibuat oleh Bayer
daya tahan rendah  Alat NASBA (nucleic acid sequence based amplification)
3. Diskusikan hasil  T limfosit turun  pembentukan AB ↓  daya tahan tubuh ↓ menggandakan protein virus agar dapat dihitung. Tes jenis ini
dibuat oleh bioMerieux.

10
10/1/2018

Provider-initiated HIV Counseling And Testing


Jelaskan prosedur rutin tes HIV Dapat dilakukan
Pastikan pemahaman dalam kelompok
Pasien dan keuntungan tes

Pasien mundur atau


Menolak testing
Rekomendasikan dan tawarkan tes HIV:
Periksa riwayat penularan HIV dan
Tanya Jawab
Tes HIV + (reaktif) Tes HIV Tes HIV – (non reaktif)
Atasi hambatan untuk Tes Cepat
testing

Rencanakan untuk
kembali tes
HIV
Informasikan Hasil Tes (+) dan
Siapkan dukungan
Minum Obat ARV Diulang 1 bulan lagi
Informasikan Hasil tes (-)
Lakukan Rekomendasi Rawatan
(Antiretroviral 3 jenis)
Lakukan
Klinis HIV
Seumur hidup
Dorong untuk lakukan
Rujukan psgan dan Motivasi
pembukaan status dan rujukan
Pasien utk kurangi risiko
pasangan

Jumlah virus (VL) ,


Respon kebutuhan dukungan dan
Siapkan rujukan

Dpt dilakukan petugas


kesehatan atau konselor kekebalan (CD4) 

1. Upaya Biomedik
• Obat Anti Retro Viral
• Sunat,, Sirkumsisi
Sunat
• Kondom,, Pengobatan penyakit menular seksual
Kondom

2. Upaya Struktural
• Ekonomi,, Budaya,
Ekonomi Budaya, Pendidikan, Hukum
Hukum,, Kesetaraan gender
3. Perubahan Perilaku,
Perilaku, Positive Preventif

Terapi lebih awal


Populasi Rekomendasi
Inisiasi ART pada orang terinfeksi HIV stadium klinis 3 dan 4, atau jika jumlah CD4 ≤
Dewasa dan Castilla J, Del Romero J, Hernando V, Marincovich B,
350 sel/mm3
anak > 5 tahun Garcia S, Rodriguez C. Effectiv eness of highly active
Inisiasi ART tanpa melihat stadium klinis WHO dan berapapun jumlah CD4
antiretroviral therapy in reducing heterosexual
 Koinfeksi TB
transmission of HIV. J Acquir Immune Defic
 Ibu hamil dan menyusui terinfeksi HIV
 Koinfeksi Hepatitis B
Syndr 2005; 40: 96-101
 Orang terinfeksi HIV yang pasangannya HIV negatif (pasangan serodiskordan),  Dengan ARV  Prevalensi HIV pasangan turun dari
untuk mengurangi risiko penularan 10.3% (1991-1995) menjadi 1.9% (1999-2003; p =
 LSL, PS, atau Penasun
 Populasi umum pada daerah dengan epidemi HIV meluas 0.0061).
 ODHA yang minum ARV, Penularan HIV turun 80%
Anak < 5 tahun Inisiasi ART tanpa melihat stadium klinis WHO dan berapapun jumlah CD4
65

11
10/1/2018

Golongan Obat (generik)


• 90% ODHA tahu status dirinya HIV positif
Nucleoside Reverse Transcriptase Zidovudin (AZT) Didanosis (ddI)
• 90% ODHA mendapat pengobatan ARV (antiretroviral=obat menekan Inhibitor Lamivudin (3TC) Abacavir (ABC)
virus HIV) Stavudine (d4T) Tenofovir (TDF)
Non-Nucleoside Reverse Transcriptase Evafirenz (EFV)
• 90% ODHA Viral load (jumlah virus di dalam darah) tidak terdeteksi Nevirapine (NVP)
• Hidup berkualitas Proterase Inhibitor Lopinavir (LPV) Atazanavir (ATZ)
Ritonavir (RTV)
• Tidak menular ke orang lain Fusion Inhibitor Fezeon, Maravirox
• Women with HIV take HIV medicines (ARV) during pregnancy and Integrase Inhibitor Raltegravir
childbirth to reduce the risk of passing HIV to their babies  Their CCR5 receptor antagonist
newborn babies also receive HIV medicine for 4 to 6 weeks after Maturation Inhibitors Alpha interferon,Vivecon, bevirimat
birth. The HIV medicine reduces the risk of infection from any HIV Lain-lain dalam penelitian
that may have entered a baby’s body during childbirth
69

Beberapa antiretroviral di Indonesia


Lebih mudah dan sederhana
Dosis: 2 x sehari Dosis: 1 x sehari

Jenis ART Lebih mudah dan sederhana

Dewasa dan anak usia >5 tahun Anak usia <5 tahun

Mulai dengan salah satu paduan

Pilihan NRTI Pilihan NRTI ke- Pilihan NNRTI


TDF + 3TC + EFV (kombinasi dosis
Pilihan ke-1 2
tetap/KDT)
Zidovudin
(AZT) Nevirapin (NVP)
TDF + 3TC (atau FTC) + NVP
Stavudin Lamivudin
alternatif AZT + 3TC + EFV (d4T) (3TC)
Tenofovir Efavirenz (EFV)
AZT + 3TC + NVP (TDF)
Sudah dalam terapi lini pertama

Dosis: 2 x sehari Teruskan paduan yang sudah digunakan


72

12
10/1/2018

• Post-exposure prophylaxis (PEP) involves taking HIV medicines very


soon after a possible exposure to HIV to prevent becoming infected
with HIV.
• PEP is intended for emergency situations. It is not meant for regular
use by people who may be exposed to HIV frequently.
• PEP must be started as soon as possible to be effective and always
within 72 hours (3 days) after a possible exposure to HIV.
• PEP involves taking HIV medicines every day for 28 days.

13

Anda mungkin juga menyukai