Anda di halaman 1dari 22

STANDAR OPERASIONAL KETERAMPILAN

PEMERIKSAAN RANGSANG SELAPUT MENINGEAL

Nama Mahasiswa : …………………….


NIM : …………………….
Asal Institusi : …………………….

Dilakukan
No ASPEK YANG DI NILAI
Ya Tdk
A. Fase Pre Interaksi
1 Mengecek program terapi medic
Mempersiapkan alat:
2 - Selimut mandi
3 - Sampiran
4 - Handscone
B. Fase Interaksi
5 Mengucapkan salam terapeutik
6 Melakukan evaluasi/ validasi
7 Melakukan kontrak (waktu, tempat, topik)
8 Menjelaskan tujuan dan langkah- langkah tindakan
9 Menjaga privacy klien
C. Fase Kerja
10 Cuci Tangan
11 Gunakan Handscone
12 Meletakkan alat kedekat klien
13 Menutup area dengan selimut mandi
14 Melakukan pemeriksaan :
1. Kaku Kuduk atau Nuchal Rigiditi
a. Posisi klien terlentang tanpa bantal
b. Tangan pemeriksa ditempatkan dileher bagian
belakang
c. Lakukan fleksi leher (normalnya, rentang gerak
fleksi leher, dagu dapat menyentuh dada)
d. Rasakan adanya tahanan pada saat fleksi leher
dilakukan. Hal ini dikarenakan kekakuan pada otot
leher
e. Kaku kuduk dinyatakan positif bila klien tidak
mampu melakukan fleksi secara maksimal dan
dijumpai nyeri
f. Bila pemeriksaan ini dilakukan pada saat klien
koma/kesadaran menurun, maka fleksi dilakukan pada
saat klien ekspirasi karena inspirasi dapat
menyebabkan tahanan sedikit
g. Pada klien koma kadang-kadang kaku kuduk
menghilang atau berkurang
2. Tanda Laseque
a. Posisi klien terlentang dengan kedua tungkai
ekstensi
b. Kemudian satu tungkai diangkat lurus dan sendi
panggul difleksikan sementara tungkai yang lainnya
tetap dalam keadaan ekstensi
c. Tanda laseque positif, bila pada saat fleksi kurang
dari 70 derajat timbul rasa sakit dan tahanan
3. Tanda Kernig
a. Posisi klien terlentang
b. Fleksi paha hingga persendian panggul mencapai
sudut 90 derajat
c. Setelah itu tungkai bawah diekstensikan pada
persendian lutut
d. Tanda kernig positif bila terdapat tahanan dan rasa
sakit sebelum tercapai sudut 135 derajat
4. Tanda Brudzinski I (Brudzinski’ neck sign)
a. Posisi klien terlentang
b. Tangan kiri pemeriksa ditempatkan dibawah
kepala klien, dan tangan yang lainnya ditaruh didada
klien
c. Fleksikan kepala atau leher sejauh mungkin, dagu
menyentuh dada
d. Tanda Brudzinski I positif bila pada saat fleksi
leher terjadi pula fleksi kedua tungkai. Sebelumnya
perlu diperhatikan apakah tungkainya tidak lumpuh
5. Tanda Brudzinski II (Brudzinski’ Leg sign)
a. Klien posisi berbaring
b. Satu tungkai difleksikan pada persendian panggul,
sedang tungkai yang lainnya berada dalam keadaan
ekstensi
c. Tanda Brudzinski II dinyatakan positif bila tungkai
yang ekstensi ikut fleksi
D. Fase Terminasi
16 Mengevaluasi respons klien
17 Memberikan reinforcement positif
18 Merencanakan tindak lanjut
19 Melakukan kontrak yang akan datang (waktu, tempat dan topik)
20 Mencuci tangan
21 Melakukan dokumentasi tindakan dan respon klien

Keterangan:
Ya = dilakukan
Tidak = tidak melakukan

Nilai Total = Nilai A + Nilai B + Nilai C + Nilai D = ………………………………


Jumlah item penilaian

Bandar Lampung,………………….2017
Penguji,

( ………………………… )
STANDAR OPERASIONAL KETERAMPILAN
PEMERIKSAAN FISIK NERVUS CRANIAL

Nama Mahasiswa : ……………………............


NIM : ……………………............
Asal Institusi : …………………….............

Dilakukan
No ASPEK YANG DI NILAI
Ya Tdk
A. Fase Pre Interaksi
1 Mengecek program terapi medic
Mempersiapkan alat:
2 - Sarung tangan steril dan bersih
3 - Reflek hammer
4 - Botol berisi : kopi, gula, garam
5 - Bau-bauan : jeruk, tembakau
6 - Karu snellen
7 - Kapas
8 - Senter
9 - Botol berisi air dingin dan panas
10 - Sampiran
11 - Benda yang runcing
B. Fase Interaksi
12 Mengucapkan salam terapeutik
13 Melakukan evaluasi/ validasi
14 Melakukan kontrak (waktu, tempat, topik)
15 Menjelaskan tujuan dan langkah- langkah tindakan
16 Menjaga privacy klien
C. Fase Kerja
17 Cuci Tangan
18 Gunakan handscone
19 Meletakkan alat kedekat pasien
20 Menutup area dengan selimut mandi
21 Memposisikan pasien : tidur terlentang
22 Menggunakan sarung tangan
23 Nervus Olfaktorius (N I)
Fungsi : Sensoris khusus (Menghidu, Membau)
1. Periksa lubang hidung ada sumbatan atau kelainan
setempat
2. Meminta pasien untuk menghirup dengan
menyumbat hidung bergantian menggunakan jari
3. Uji setiap lubang hidung secara bergantian
4. Dengan mata tertutup meminta pasien untuk
menentukan bau-bauan yang umum
Nervus Optikus (N II)
Fungsi : Sensoris khusus (Melihat)
1. Ketajaman Penglihatan :
 Gunakan kacamata jika diperlukan
 Uji setiap mata secara terpisah untuk penglihatan
jauh dan dekat
2. Lapang Pandang
 Periksa mata secara terpisah
 Tutup satu mata dan melihat kemata pemeriksa
 Periksa sisi bagian luar lapangan pandang dari
24
bagian pinggir pada beberapa tempat disekeliling kuadran
atas dan kuadran bawah, kuadran nasal temporal dari
lapangan pandang
 Mintakan pasien untuk menyatakan sesegera
mungkin kalau melihat gerakan ujung jari
 Petakan gangguan lapangan sentral dengan
menggerakkan jari melintasi lapangan pandang
 Uji inatensi visual dengan meminta pasien untuk
melaporkan jika ujung jari digerakkan pada satu atau
kedua sisi secara serentak
Nervus Okulomotorius (N III)
Fungsi : Somatomotorik, Viseromotorik (Mengurus kontraksi pupil,
mengatur lensa mata
1. Inspeksi adanya asimetri (ptosis)
2. Sinari satu mata dan periksa apakah kedua pupil
mengecil
3. Nilai kecepatan dan sejauhmana pengecilan pada
25
masing-masing mata secara terpisah
4. Tutup mata yang lain dari cahaya sewaktu
melakukannya guna menguji refleks cahaya langsung
dan ikutan
5. Minta pasien untuk menatap kejauhan dan kemudian
melihat kejari yang diletakkan dekat hidung pasien,
perhatikan reaksi kedua pupil
26 Nervus Trochlearis (N IV)
Fungsi : Somatomotorik
1. Periksa dengan hati-hati apakah ada strabismus
2. Meminta pasien untuk memfiksasi tatapan pada jari
pemeriksa dan melaporkan jika terjadi penglihatan
ganda sewaktu mengikuti gerakan jari dari jarak
paling kurang (50 cm)
3. Gerakkan jari keatas dan kebawah, kemudian
kekanan dan atas dan kebawah, selanjutnya kekiri
dan keatas dan kebawah
4. Rekam arah dimana terlihat penglihatan ganda serta
terjadinya pemisahan bayangan maksimal
5. Minta pasien menutup satu mata secara bergantian
untuk menentukan mata mana yang menimbulkan
bayangan palsu
26 Nervus Trigeminus (V)
Fungsi : Sensasi pada wajah, reflek kornea, mengunyah

Fungsi Sensasi pada Wajah


1. Anjurkan pasien menutup kedua mata
2. Sentuhkan kapas pada dahi, pipi dan dagu
3. Bandingkan kedua sisi yang berlawanan
4. Sensitivitas terhadap nyeri daerah permukaan diuji
dengan menggunakan benda runcing dan diakhiri
dengan spatel lidah yang tumpul
5. Lakukan pengkajian dengan benda tajam dan tumpul
secara bergantian
6. Catat masing-masing gerakkan dan tusukkan dari
benda tajam dan tumpul
7. ika respon tidak sesuai uji sensasi suhu dengan
tabung kecil yang berisi air panas atau dingin
gunakan saling bergantian
Fungsi Reflek Kornea
1. Pada saat pasien melihat keatas, lakukan sentuhan
ringan dengan sebuah gumpalan kapas kecil didaerah
temporal
2. Bila terjadi kedipan mata keluarnya air mata
merupakan respon normal
Fungsi Mengunyah
1. Pegang daerah rahang pasien dan rasakan gerakan
dari sisi ke sisi
2. Palpasi otot masester dan temporal apakah
kekuatannya sama atau tidak
3. Minta pasien untuk membuka rahang melawan
tahanan : Rahang akan menyimpang kearah sisi
muskulus pterigoideus yang lemah
4. Raba muskulus masester sewaktu gigi dikatupkan
untuk menilai kekuatan serta adanya asimetri
5. Untuk membangkitkan reflek rahang, minta pasien
untuk membuka mulut, tempatkan ibu jari tangan
pemeriksa pada dagu dan ketuk ibu jari dengan palu
tendon
Nervus Abdusen (N VI)
Fungsi :
1. Cari nistagmus sewaktu memeriksa gerakan mata
2. Catat bila terdapat nistagmus vertikal, horizontal atau
berputar serta arah tatapan pada mana nistagmus ini
27
paling nyata
3. Perhatikan arah komponen cepat dari nistagmus
4. Apakah arahnya berubah dengan arah tatapan dan
apakah derajat nistagmus berbeda pada masing-
masing mata
Nervus Fasialis (N VII)
Fungsi : Gerakan otot wajah, ekspresi wajah, sekresi air mata dan
ludah
Fungsi Motorik :
1. Cari tanda-tanda paralisis wajah : tidak adanya kerut
dahi, terkulainya sudut mulut atau mendatarnya
lipatan nasolabial
2. Minta pasien untuk memberengut, mengerutkan dahi
dan menutup mata sekuat mungkin
3. Minta pasien untuk menyeringai, memperlihatkan
gigi, menggembungkan pipi dan bersiul
4. Bandingkan gerakan wajah involunter dengan
28
mencoba membuat pasien tersenyum spontan
Fungsi Sensorik :
1. Uji pengecapan primer ; manis, asin, pahit, dan asam.
Gunakan gula, garam, kuinin dan cuka secara
berturut-turut
2. Pegang lidah yang dijulurkan secara baik dengan
memakai kasa
3. Dengan memakai kepingan kayu, tempatka bahan
penguji pada setiap sisi lidah secara bergantian, dan
minta pasien untuk menentukan rasa dengan
menunjukkan pada kata-kata manis, asin, pahit, atau
asam pada suatu kartu
Nervus Vestibullokoklear (N VIII)
Fungsi : Keseimbangan dan Pendengaran
1. Uji pendengaran pada setiap telinga secara bergantian
dengan menggosokkan dua jari didekat pasien, dan
telinga yang satu lagi disumbat dengan menekankan
jari diatas lubang telinga
2. Uji bisikan suara dan bunyi detak jam
3. Letakkan gagang garpu tala yang sedang bergetar
29
pada tulang mastoid sampai suara melemah,
kemudian letakkan ujung garpu tala didepan lubang
telinga. Normal mestinya terdengar suara (test Rinne)
4. Letakkan gagang garpu tala pada verteks tulang
kepala dan tanya pasien pada sisi telinga manasuara
terdengar (test weber)
5. Periksa saluran telinga luar dan gendang telinga
dengan memakai auriskope
Nervus Glosofaringeus (IX)
Fungsi : Rasa kecap sepertiga bagian lidah bagian anterior
1. Kaji kemampuan pasien untuk membedakan rasa
gula dan garam pada sepertiga posterior lidah
30
2. Sentuh dinding faring bagian posterior untuk
membangkitkan reflek muntah dimana saraf
aferennya adalah dari nervus glosofaringeus dan saraf
efferennya dari vagus
Nervus Vagus (N X)
Fungsi : Kontraksi faring, gerakan simetris dari pita suara, gerakan
simetris palatum mole
1. Tekan spatel lidah pada lidah posterior atau
menstimulasi faring posterior untuk menimbulkan
31 reflek menelan
2. Adanya suara serak
3. Minta pasien untuk batuk dan mengucapkan bunyi
konsonan seperti ”a”, ”e”, ”i”, ”u”, ”o”
4. Minta pasien mengatakan ”ah” observasi terhadap
peninggian uvula simetris dan palatum mole
32 Nervus Aksesorius Spinal (N XII)

Fungsi : Gerakan otot sternokleidomastoid dan trapezius


1. Periksa besar dan kekuatan muskulus
sternokleidomastoideus dan trapezeus
2. Lihat dari belakang tanda-tanda pengecilan otot, dan
perhatikan posisi tangan yang berada disamping
badan
3. Minta pasien untuk mengangkat kedua bahu yang
ditahan
4. Minta pasien untuk menekukkan leher, menekan
dagu kebawah melawan pegangan pemeriksa, dengan
demikian menguji kedua muskulus sternomastoideus
sekaligus
5. Minta pasien untuk memutar dagu ketiap sisi secara
bergantian melawan tahanan guna menguji masing-
masing sternomastoideus
Nervus Hypoglosus (N XII)
Fungsi : Mengerakan lidah dan mengubah-ubah bentuk lidah
1.Instruksikan pasien membuka mulut dan perhatikan lidah dalam
keadaan istirahat
2. Dalam keadaan istirahat perhatikan besarnya lidah, kesamaan
bagian kiri dan kanaan,adanya atrofi,apakah lidah berkerut,apakah
sikap lidah simetris. Bila lidah dijulurkan perhatikan tampak
33 simetris . Bila lidah dijulurkan perhatikan apakah tampak simetris
3. Ukur kekuatan lidah dengan cara
- Instruksikan pasien untuk menjulurkan lidahnya lurus-lurus
kemudian menarik dan menjulurkan kembali dengan cepat
- Perhatikan kekuatan gerakannya
4. Instruksikan pada pasien untuk mengerakan lidah kekiri dan
kanan dengan cepat,kemudian menekankan pada pipi kiri dan
kanan,pemeriksa merasakan kekuatan lidah tadi
34 D. Fase Terminasi
35 Mengevaluasi respons klien
36 Memberikan reinforcement positif
37 Merencanakan tindak lanjut
38 Melakukan kontrak yang akan datang (waktu, tempat dan topik)
39 Mencuci tangan
40 Melakukan dokumentasi tindakan dan respon klien

Keterangan:
Ya = dilakukan
Tidak = tidak melakukan

Nilai Total = Nilai A + Nilai B + Nilai C + Nilai D = ………………………………


Jumlah item penilaian
Bandar Lampung ………………….2017
Penguji,

( ………………………)
STANDAR OPERASIONAL MEMBERIKAN OBAT INJEKSI SUBKUTAN(SC)

Nama Mahasiswa :
NPM :

NO ASPEK YANG DIKERJAKAN DILAKUKAN


YA TIDAK
A. FASE PRE INTERAKSI
1 Mengecek program terapi
2 Mempersiapkan Alat:
- Spuit ukuran 2 ml dg kalibrasi mililiter.
- Jarum dengan ukuran nomor 25, 26 atau gauge, panjang 5/8 –
1/2.
- Kapas alcohol
- Bak suntik
- Pengalas
- Catatan dan pena
- Sarung tangan steril
- Bengkok
- Vial atau ampula berisi obat yg diberikan

B. FASE INTERAKSI
3 Mengucapkan salam terapeutik.
4 Melakukan validasi
5 Melakukan kontrak
6 Menjelaskan tujuan & langkah tindakan
7 Jaga privacy klien
C. FASE KERJA
9 Mengambil obat yang benar, membaca label dan kadarluasa
10 Menghitung dosis obat
11 Melakukan dobel cek(oleh teman sejawat): nama obat, dosis, dan
hasil perhitungan.
12 Memilih suntikan dan jarum yang sesuai
13 Menyiapkan obat, menarik obat dari ampul/vial.
14 Membaca lebel obat sekali lagi
15 Membawa obat ke klien
16 Menggergaji leher ampul bila diperlukan, membuka tutup yang
melindungi vial tanpa menyentuh karet, membersihkan dengan
alcohol bila perlu
17 Menggunakan kasa atau kapas alcohol, meletakan disekeliling leher
ampul lalu mematahkan leher ampul. Pada vial mengocok obat bila
diperlukan sesuai aturan
18 Memegang ampul dengan tangan non dominan dan alat suntik
ditangan dominan. Masukan jarum ke dalam ampul/vial dan menarik
sesuai dengan kebutuhan.
19 Lepaskan jarum dari ampul/vial dan mengeluarkan gelembung udara
yang ada disuntikan
20 Membaca kembali lebel obat untuk ke tiga kalinya sebelum
mengembalikan obat kedalam lemari penyimpanan.
Membawa obat ke klien, menjelaskan tujuan pengobatan dan prosedur
tindakan
21
22 Mengkaji identitas klien ( cek nama minta klien menyebutkan
namanya)
23 Mengatur posisi yang nyaman dan membantu klien untuk
memperoleh posisi yang nyaman dan benar dan tentukan lokasi
injeksi.
24 Menggunakan sarung tangan dan melakukan pembersihan area
suntikan dengan cara berputar dari dalam keluar
25 Pegang spuit dengan salah satu tangan antara jempol dari jari-jari
pada area injeksi dengan telapak tangan menghadang kearah samping
atau atas untuk miring 45° atau dengan telapak tangan menghadap ke
bawah untuk miring 45°. Gunakan tangan yang tidak memegang spuit
untuk mengangkat atau merentangkan kulit, lalu secara hati-hati dan
mantap tangan yang lain menusukan jarum.
26 Lakukan aspirasi, bila muncul darah maka segera cabut spuit untuk
dibuang dan diganti spuit dan obat baru. Bila tidak muncul darah,
maka pelan-pelan dorong ke dalam jaringan
27 Menarik suntikan, membuang pada tempat yang disediakan dan aman,
memberikan plester bila diperlukan dan membantu klien pada posisi
yang nyaman
28 Melepaskan sarung tangan
29 Rapihkan pasien dan bereskan peralatan
30 Mencuci tangan
31 Melakukan dokumentasi tindakan yang dilakukan.
D. FASE TERMINASI
32 Mengevaluasi respon pasien
33 Merencanakan tindak lanjut
34 Melakukan kontrak yang akan dating
PROSEDUR
MEMASANG KATETER URIN
Nama Mahasiswa : ……………………............
NIM : ……………………............
Asal Institusi : …………………….............

NILAI
NO ASPEK YANG DINILAI
0 1 2
1 Menyiapkan alat :
1. Kateter steril, ukuran disesuaikan dengann pasien
2. Kapas sublimat/kapas savlon steril dalam tempatnya
3. Lumbrikant/ jelly
4. Betadhine yang sudah diencerkan
5. Perlak dan alasnya
6. Bengkok 2 buah (untuk kapas kotor dan penampung urin)
7. Pinset anatomi steril
8. Duk steril
9. Spuit dan aquadest
10. Sarung tangan steril (2 pasang)
11. Plaster
12. Gunting
2 Persiapan perawat :
1. Memberitahu dan menjelaskan tujuan tindakan
2. Atur posisi dorsal recumbent bagi klien

3 Persiapan lingkungan :
1. Ciptakan lingkungan yang tenang
2. Gunakan sketsel saat melakukan prosedur
Pada Klien Pria :
4 Menjelaskan prosedur dan tujuan pada klien/ keluarga
5 Mengatur posisi klien supine dan kedua kaki dilebarkan.
6 Menyambungkan kateter dengan urobag atau penampung urine
7 Mencuci tangan dan memasang sarung tangan steril.
8 Mencuci gland penis di sekitar meatus dengan antiseptik
menggunakan kasa steril (kapas savlon dan betadine).
9 Mengganti sarung tangan steril
10 Meletakkan duk bolong steril di sekitar perineal.
11 Mengolesi kateter dengan jeli pelumas.
12 Memegang penis (tangan kiri) dan menegakkannya
13 Memasukkan kateter ke dalam uretra (15-25 cm) sampai urine
mengalir keluar.
14 Menarik penis sedikit ke bawah jika agak sulit memasukkan kateter
15 Menampung urine pada botol steril untuk pemeriksaan dan
menampung sisanya pada tempat yang telah disediakan.
17 Jika urine sudah keluar, masukkan kateter ke dalam kurang lebih 2,5
cm.
18 Lakukan fiksasi kateter atau penggembungan balon kateter dengan
menggunakan spuit berisi air steril/NaCI steril sebanyak yang
ditentukan oleh pabrik kateter.
19 Memfiksasi kateter dengan plester pada paha
20 Mencuci tangan
21 Mendokurnentasikan hasil pemasangan kateter urine dan respons
klien pada catatat; klien.
Pada Klien Wanita
22 Meletakkan perlak dan alas dibawah bokong
23 Meletakkan bengkok diantara kedua tungkai
24 Menyambungkan kateter dengan urobag atau penampung urine
25 Mencuci tangan dan menggunakan sarung tangan
26 Membuka labia minora dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri
27 Vulva dibersihkan dengan kapas savlon minimal 3 kali (dari atas ke
bawah, kapas kotor diletakkan dalam bengkok)
28 Mengganti sarung tangan steril, kemudian memasang duk bolong
steril
29 Dengan memakai sarung tangan steril atau dengan pinset
mengambil kateter dan diberi pelumas pada ujungnya
30 Perawat membuka labia minora dengan tangan kiri dan
memasukkan kateter ke dalam uretra perlahan-lahan dan
menganjurkan pasien untuk menarik nafas panjang
31 Urine yang keluar ditampung dalam bengkok atau botol steril jika
diperlukan untuk pemeriksaan laboratorium
32 Bila kateter dipasang permanent/tetap maka kateter dikunci
memakai spuit dan aquadest steril (mengisi balon)
33 Lakukan fiksasi dengan plester pada paha
34 Pasien dirapikan dan alat-alat dibereskan
35 Mencuci tangan
TOTAL : Pringsewu,
Nilai = 1 x ..... + 2 x ..... x 100 = ........... x 100 ........./......../.....
2x ...
=
TTD
STANDAR OPERASIONAL KETERAMPILAN
PERAWATAN LUKA

Nama Mahasiswa : ....................................


NIM : …………………………....
Asal Institusi : …………………………....

NILAI
NO ASPEK YANG DINILAI
Ya Tidak
A. Fase Preinteraksi
1 Mengecek catatan medis dan perawatan
Menyiapkan alat-alat yang diperlukan:
ALAT STERIL :
2 1 Bak instrumen
3 2 pinset anatomis
4 2 pinset cirurgis
5 1 arteri klem
6 kapas lidi
7 depper
8 gunting lurus
9 gunting up hecting
10 3 Kom Tutup
11 kassa steril dan perban gulung dalam tromol
12 Hand scone
13 Korentang dalam tempatnya

ALAT BERSIH :

14 Bak Instrumen
15 handscon bersih,
16 gunting perban,
17 pinset anatomi bersih,
18 plester,
29 perban gulung atau elastis perban
20 kapas alcohol dalam tempatnya,
21 bengkok,
22 larutan pembersih H2O2
23 Larutan NaCl,
24 betadin,
25 obat sesui terapi
26 alas
27 tempat sampah.
B. Fase Interaksi
28 Memberikan Salam terapeutik
29 Melakukan evaluasi/validasi
30 Melakukan kontrak (waktu, tempat dan topic)
31 Menerangkan tujuan dan prosedur tindakan
32 Menjaga privasi klien dengan memasang penghalang
C. Fase Kerja
33 Cuci tangan, Gunakan Hand Scone
34 Mengatur posisi pasien
36 Mempersiapkan dan meletakkan alat di dekat pasien
37 Pasang alas dibawah luka
38 Letakkan bengkok dekat area luka yang akan dirawat
Gunakan pinset untuk mengangkat balutan lama, sebelumnya
39 gunakan kapas alcohol(jika diperlukan) untuk membuka plester
dan buang dalam bengkok/ kotak sampah
Bila balutan lengket pada luka, lepaskan dengan memberikan
40
larutan steril
41 Lepaskan sarung tangan dengan menarik bagian dalam keluar
Set up peralatan:
42 - membuka peralatan steril
- siapkan cairan yang diperlukan
43 Kenakan sarung tangan steril
Inspeksi luka, perhatikan kondisinya, integritas jahitan atau
44 penutupan kulit, karakter drainase, palpasi bila perlu bila tangan
non dominant
Bersihkan luka dengan larutan NaCl 0,9%. Pegang kassa yang
telah dibasahi larutan NaCl dengan pinset. Gunakan kassa untuk
45
sekali usap. Bersihkan dari daerah yang kurang terkontaminasi ke
daerah yang terkontaminasi.
46 Lakukan nekrotomi jika ada jaringan yang nekrosis
47 Membilas luka dengan NaCl 0,9%
48 Gunakan kassa baru untuk mengeringkan luka atau insisi
49 Berikan obat jika dipesankan
Tutup luka dengan kassa steril yang telah diberi larutan steril lalu
50
dilapisi lagi dengan kassa kering
51 Lepaskan sarung tangan
52 Pasang plester
53 Bantu pasien untuk posisi yang nyaman
54 Rapikan alat-alat
D. Fase Terminasi
55 Mengevaluasi klien setelah ganti balutan
56 Memberikan reimfoichment positif
57 Kontrak untuk kegiatan selanjutnya
58 Cuci tangan
59 Pendokumentasian kondisi luka

Keterangan:
Ya = dilakukan
Tidak = tidak melakukan
Nilai Total = Nilai A + Nilai B + Nilai C + Nilai D = ………………………………
Jumlah item penilaian

Bandar Lampung, ..........2018


Penguji

(.......................................................)
STANDAR OPERASIONAL KETERAMPILAN
PERAWATAN LUKA DAN PEMASANGAN BIDAI

Nama Mahasiswa : ...........................................


NIM : …………………………....
Asal Institusi : …………………………....

NO. ASPEK YANG DINILAI DILAKUKAN


YA TIDA
K
A. Fase Preinteraksi
1 Mengecek catatan medis, perawatan, cuci tangan sebelum dan
setelah menyiapkan alat
2 Alat yang disiapkan :
Alat Steril : 1 Bak instrumen (kecil), 2 pinset anatomis, 2 pinset
cirurgis, 1 arteri klem, 1 gunting lurus, 1 gunting up hecting, 3
kom tertutup, 1 sarung tangan steril, kasa steril dalam tromol
secukupnya, atau di pak, 1 korentang dalam tempatnya.
Alat bersih :
1 Bak Instrumen (kecil), 1 sarung tangan bersih, 1 gunting verban,
1 pinset anatomi bersih, 1 bengkok, 2 elastis verban, kapas
alcohol dalam tempatnya, larutan NaCl, betadin, plester, atau
hipafik, kassa gulung, obat sesuai terapi (tetes/salep), 1 pengalas,
1 tempat sampah, bidai 3 buah sesuai ukuran ekstremitas yang
fraktur.
B. Fase Interaksi
3 Memberikan salam terapeutik
4 Melakukan evaluasi/validasi
5 Melakukan kontrak (waktu, tempat dan topic)
6 Menerangkan tujuan dan prosedur tindakan
7 Jaga privasi klien
C. Fase Kerja
8 Cuci tangan, dan pakai sarung tangan bersih
9 Mengatur posisi pasien, mempersiapkan dan meletakkan alat di
dekat pasien
10 Letakkan bengkok dekat area luka yang akan dirawat
11 Perawat I membuka elastis verban atau verban gulung, lepaskan
bidai yang lama dan selanjutnya pasang alas dibawah luka
sedangkan perawat II membantu mengangkat bidai.
12 Basahi plester dengan kapas alcohol dan angkat plester. Gunakan
pinset bersih untuk mengangkat balutan lama. Bila balutan bagian
dalam lengket dengan luka, maka basahi balutan tersebut dengan
larutan steril NaCl 0,9% dan angkat balutan pelan-pelan dan hati-
hati,dan lalu buanglah balutan tersebut ke dalam bengkok atau
kotak sampah yang telah disediakan
13 Lepaskan sarung tangan dengan menarik bagian dalam keluar.
14 Set up peralatan dengan membuka peralatan steril,. Kenakan
sarung tangan steril dan siapkan kom steril, siapkan cairan, kasa
steril lembab dan kering yang diperlukan.
15 Inspeksi luka, perhatikan kondisinya, integritas jahitan atau
penutupan kulit, karakter drainase, palpasi bila perlu bila tangan
non dominant
16 Bersihkan luka dengan larutan NaCl 0,9%. Pegang kasa lembab
dengan pinset steril. Gunakan kasa untuk sekali usap. Bersihkan
dari daerah yang kurang terkontaminasi ke daerah yang
terkontaminasi atau arah vertikal atau horisontal.
17 Lakukan up heacting jika ada intruksi dan bersihkan kembali
dengan kasa lembab.
18 Lakukan pengeringan luka atau insisi dengan kasa kering
19 Berikan obat jika ada instruksi, lalu tutup dasar luka dengan kasa
lembab-kering pada kondisi luka ada drainase atau kering-kering
pada kondisi luka kering. Kemudian ditutup dengan kasa kering
steril ( 1 atau 2 lapisan) sesuai kondisi luka. Lalu kasa tersebut
difiksasi dengan plester, jika alergi dengan menggunakan plester
hipafix.
20 Atur/ pertahankan kesejajaran fraktur pada posisi anatomis dan
kaji pulsasi, motorik dan sensorik pada daerah distal.
21 Perawat II mengangkat daerah yang akan dipasang bidai
22 Perawat I meletakkan bidai (3 bidai: kiri, kanan, bawah) melewati
dua persendian anggota gerak
23 Jumlah dan ukuran bidai yang dipakai disesuaikan dengan lokasi
patah tulang
24 Petugas I mempertahankan posisi sementara petugas II mengikat
bidai dengan menggunakan verband gulung atau elastis verban
(tidak terlalu kencang dan longgar)
25 Mengatur posisi klien yang nyaman dan bereskan alat
26 Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
D. Fase Terminasi
27 Mengevaluasi klien setelah ganti balutan dan bidai : kaji pulsasi,
pergerakan (motorik), sensasi (sensorik) pada daerah distal fraktur
28 Rencana tindak lanjut
29 Kontrak untuk kegiatan selanjutnya
30 Pendokumentasian kondisi luka

Pringsewu,
Penguji,

( ………………………… )
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERAWATAN LUKA

Nama Mahasiswa : ............................................


NIM : …………………………....
Asal Institusi : …………………………....

NO ASPEK YANG DINILAI NILAI


Ya Tidak
A. Fase Preinteraksi
1. Mengecek catatan medis dan perawatan
2. Cuci tangan
3. Menyiapkan alat-alat yang diperlukan sesuai kondisi luka :
ALAT STERIL : 1 bak instrumen, 2 pinset anatomis, 2 pinset
cirurgis, 1 arteri klem, kapas lidi, depper, gunting lurus, gunting
up heacting, 3 kom tutup, kassa steril dan perban gulung dalam
tromol, hand scone, korentang dalam tempatnya.
ALAT BERSIH : Bak instrumen, handscon bersih, gunting
perban, pinset anatomi bersih, plester, perban gulung atau elastis
perban, kapas alcohol dalam tempatnya,
bengkok, larutan pembersih H2O2, Larutan NaCl, betadin,
obat sesui terapi, alas, tempat sampah.
B. Fase Interaksi
4 Memberikan Salam terapeutik
5 Melakukan evaluasi/validasi
6 Melakukan kontrak (waktu, tempat dan topic)
7 Menerangkan tujuan dan prosedur tindakan
8 Menjaga privasi klien dengan memasang penghalang
C. Fase Kerja
9 Cuci tangan, dan pasang sarung tangan bersih
10 Mengatur posisi pasien
11 Mempersiapkan dan meletakkan alat di dekat pasien
12 Perawat mencuci tangan
13 Pasang alas dibawah luka
14 Letakkan bengkok dekat area luka yang akan dirawat
15 Gunakan pinset untuk mengangkat balutan lama, sebelumnya
gunakan kapas alcohol(jika diperlukan) untuk membuka plester
dan buang dalam bengkok/ kotak sampah
16 Bila balutan lengket pada luka, lepaskan dengan memberikan
larutan steril
17 Lepaskan sarung tangan steril dengan menarik bagian dalam
keluar
18 Set up peralatan:
- membuka peralatan steril
- siapkan cairan yang diperlukan
19 Kenakan sarung tangan steril
20 Inspeksi luka, perhatikan kondisinya, integritas jahitan atau
penutupan kulit, karakter drainase, palpasi bila perlu bila tangan
non dominant
21 Bersihkan luka dengan larutan NaCl 0,9%. Pegang kassa yang
telah dibasahi larutan NaCl dengan pinset. Gunakan kassa untuk
sekali usap. Bersihkan dari daerah yang kurang terkontaminasi
ke daerah yang terkontaminasi.
22 Lakukan nekrotomi jika ada jaringan yang nekrosis
23 Membilas luka dengan NaCl 0,9%
24 Gunakan kassa baru untuk mengeringkan luka atau insisi
25 Berikan obat jika dipesankan
26 Tutup luka dengan kassa steril yang telah diberi larutan steril lalu
dilapisi lagi dengan kassa kering
27 Lepaskan sarung tangan
28 Pasang plester
29 Bantu pasien untuk posisi yang nyaman
30 Rapikan alat-alat
D. Fase Terminasi
31 Mengevaluasi klien setelah ganti balutan
32 Memberikan reimfoichment positif
33 Rencana tindak lanjut
34 Kontrak untuk kegiatan selanjutnya
35 Cuci tangan
36 Pendokumentasian kondisi luka

Keterangan:
Ya = dilakukan
Tidak = tidak melakukan
Lampiran 7

Anda mungkin juga menyukai