ID Memahami Kemiskinan Dan Strategi Penanggulangannya PDF
ID Memahami Kemiskinan Dan Strategi Penanggulangannya PDF
Volume 9, Nomor 1, April 2009: 56 ‐ 68
MEMAHAMI KEMISKINAN DAN
STRATEGI PENANGGULANGANNYA
Nano Prawoto
Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Jalan Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta,
Telp/Fax. 0274‐387656 psw 184, 387646 E‐mail: nanoprawoto@yahoo.co.id
Abstrak: Studi ini mengamati masalah kemiskinan kronis dan rumit, yang membutuhkan
analisis memadai guna menampung setiap komponen dari permasalahan. Langkah-langkah
strategis yang tepat dan berkelanjutan juga diperlukan untuk memecahkan masalah. Beberapa
variabel yang digunakan untuk analisis hasil serangkaian strategi dan kebijakan untuk
memberantas kemiskinan. Sebagian besar program-program pemerintah untuk pemberantasan
kemiskinan tidak begitu berhasil karena terjadi penyimpangan dalam pelaksanaan dari
rencana mereka. Seperti banyak negara lain seperti Amerika Serikat telah mencoba dengan
beberapa perbedaan dalam pendekatan dan penekanan mereka, Indonesia juga telah melakukan
sejumlah upaya. Program-program pengentasan kemiskinan di Indonesia memberi lebih
banyak penekanan pada aspek ekonomi daripada sosial, budaya, hukum dan bahkan religius.
Ini kesalahan paradigmatik yang mengarah pada kesalahan analitis dan tidak menyertakan
variabel-variabel yang signifikan bias menghasilkan perkiraan dan hasil yang tidak
diharapkan. Studi ini meneliti lebih lanjut strategi pemberantasan kemiskinan dan komponen
yang memadai untuk pelaksanaan lebih baik.
Kata kunci: kemiskinan, INPRES, bantuan langsung tunai
Abstract: This study observes the chronic and intricate problems of poverty, which require an
adequate analysis accommodating every single component of the problems. Proper strategic
and sustainable measures are also required to solve the problems. Some variables used for
analysis result a set of strategies and policies to eradicate poverty. Most of the government
programs for poverty eradication have not been very successful due to deviation in
implementation from their plans. As many other countries such as the United States have
endeavored with some differences in their approach and emphasis, Indonesia has also
conducted a number of efforts. Poverty alleviation programs in Indonesia give more emphasis
on economic aspects than those of social, cultural, legal and even religious ones. This
paradigmatic blunder which leads to analytical mistakes and does not include significant
variables generates bias estimates and unexpected results. This study examines further the
strategies of poverty eradication and their adequate components for better implementation.
Keywords: poverty, INPRES, direct cash assistance
Memahami Kemiskinan dan Strategi Penanggulangannya ... (Nano Prawoto) 57
Pendek kata, kemiskinan merupakan keberlanjutannya sangat tergantung pada
persoalan yang sangat kompleks dan kronis. ketersediaan anggaran dan komitmen peme‐
Karena sangat kompleks dan kronis, maka rintah. Di samping itu, tidak adanya tatanan
cara penanggulangan kemiskinan pun mem‐ pemerintahan yang demokratis menyebab‐
butuhkan analisis yang tepat, melibatkan kan rendahnya akseptabilitas dan inisiatif
semua komponen permasalahan, dan diper‐ masyarakat untuk menanggulangi kemiski‐
lukan strategi penanganan yang tepat, nan dengan cara mereka sendiri.
berkelanjutan dan tidak bersifat temporer.
Masalah kemiskinan memang telah lama
Sejumlah variabel dapat dipakai untuk mela‐
menjadi problema ada sejak dahulu kala.
cak persoalan kemiskinan, dan dari variabel
Pada masa lalu umumnya masyarakat men‐
ini dihasilkan serangkaian strategi dan kebi‐
jadi miskin bukan karena kurang pangan,
jakan penanggulangan kemiskinan yang
tetapi miskin dalam bentuk minimnya
tepat sasaran dan berkesinambungan. Dari
kemudahan atau materi. Dari ukuran kehidu‐
dimensi pendidikan misalnya, pendidikan
pan modern pada masa kini mereka tidak
yang rendah dipandang sebagai penyebab
menikmati fasilitas pendidikan, pelayanan
kemiskinan. Dari dimensi kesehatan, rendah‐
kesehatan, dan kemudahan‐kemudahan lain‐
nya mutu kesehatan masyarakat menyebab‐
nya yang tersedia pada jaman modern.
kan terjadinya kemiskinan. Dari dimensi
Kemiskinan sebagai suatu penyakit sosial
ekonomi, kepemilikan alat‐alat produktif
ekonomi tidak hanya dialami oleh negara‐
yang terbatas, penguasaan teknologi dan
negara yang sedang berkembang, tetapi juga
kurangnya keterampilan, dilihat sebagai
negara‐negara maju, seperti Inggris dan
alasan mendasar mengapa terjadi kemiski‐
Amerika Serikat. Negara Inggris mengalami
nan. Faktor kultur dan struktural juga sering
kemiskinan di penghujung tahun 1700‐an
dilihat sebagai elemen penting yang menen‐
pada era kebangkitan revolusi industri yang
tukan tingkat kemakmuran dan kesejah‐
muncul di Eropa. Pada masa itu kaum miskin
teraan masyarakat. Tidak ada yang salah dan
di Inggris berasal dari tenaga‐tenaga kerja
keliru dengan pendekatan tersebut, tetapi
pabrik yang sebelumnya sebagai petani yang
dibutuhkan keterpaduan antara berbagai
mendapatkan upah rendah, sehingga
faktor penyebab kemiskinan yang sangat
kemampuan daya belinya juga rendah.
banyak dengan indikator‐indikator yang
Mereka umumnya tinggal di permukiman
jelas, sehingga kebijakan penanggulangan
kumuh yang rawan terhadap penyakit sosial
kemiskinan tidak bersifat temporer, tetapi
lainnya, seperti prostitusi, kriminalitas,
permanen dan berkelanjutan.
pengangguran. Amerika Serikat sebagai
Selama tiga dekade, upaya penanggula‐ negara maju juga dihadapi masalah kemis‐
ngan kemiskinan dilakukan dengan penye‐ kinan, terutama pada masa depresi dan resesi
diaan kebutuhan dasar seperti pangan, ekonomi tahun 1930‐an. Pada tahun 1960‐an
pelayanan kesehatan dan pendidikan, Amerika Serikat tercatat sebagai negara adi
perluasan kesempatan kerja, pembangunan daya dan terkaya di dunia. Sebagian besar
pertanian, pemberian dana bergulir melalui penduduknya hidup dalam kecukupan.
sistem kredit, pembangunan prasarana dan Bahkan Amerika Serikat telah banyak
pendampingan, penyuluhan sanitasi dan memberi bantuan kepada negara‐negara lain.
sebagainya. Dari serangkaian cara dan Namun, di balik keadaan itu tercatat
strategi penanggulangan kemiskinan terse‐ sebanyak 32 juta orang atau seperenam dari
but, semuanya berorentasi material, sehingga jumlah penduduknya tergolong miskin.
58 Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 9, Nomor 1, April 2008: 56 ‐ 68
Namun demikian seperti pernyataan di atas sumsi di bawah $2 per hari dengan rata‐rata
tadi bahwa kemiskinan di negara maju tentu konsumsi per hari hanya 85 sen Dollar. 65
relatif berbeda dengan di negara terbelakang persen hidup dengan konsumsi di bawah $1
seperti di Indonesia. Di Indonesia tekanan per hari dan dengan rata‐rata konsumsi per
kemiskinan selain tidak menerima fasilitas hari hanya 59 sen Dollar. Data lain di negara
kehidupan modern tetapi kebutuhan dasar terbelakang di Asia menunjukkan pada per‐
(basic need) masih menjadi problema serius. tengahan tahun 1990an, terdapat 65 persen
Dan dalam waktu akhir‐akhir ini banyak penduduk yang hidup dengan konsumsi di
berita media massa mengekspos kondisi bawah $2 dan dengan rata‐rata konsumsi per
masyarakat miskin yang semakin ke arah hari hanya $1.42. Sedangakan terdapat 23%
kebutuhan dasar saja seperti makan, san‐ penduduk yang hidup dengan konsumsi di
dang, papan, berarti menunjukkan kondisi bawah $1 dengan rata‐rata konsumsi hanya
kemiskinan sekarang semakin buruk dari sebesar 90 sen Dollar.
kemiskinan pada tahun‐tahun sebelumnya.
Gambaran tersebut akhirnya memuncul‐
Masalah kemiskinan bukan hanya meli‐ kan pemikiran Ragnar Nurske, bahwa
batkan negara dunia ketiga melainkan juga kemiskinan ditengarai adanya lingkaran
negara yang sedang berkembang. Hal ini setan (the vicious circle of poverty). Jadi ling‐
karena disamping kemiskinan berkaitan karan setan menggambarkan bahwa tidak
dengan orang yang tidak mampu membiayai adanya ujung pangkal penyebab kemiskinan
hidupnya secara layak (kemiskinan absolut) (seperti duluan mana antara telor dan ayam)
namun juga berkaitan dengan perbandingan apakah karena tabungan rendah, investasi
yang timpang antara penduduk berpengha‐ rendah, kekurangan modal, rendahnya pro‐
silan tinggi dengan penduduk berpenghasi‐ duktifitas, pendapatan rendah yang kembali
lan yang paling rendah. Data yang sudah menyebabkan tabungan rendah dan seterus‐
cukup lama pada tahun 1993 total penduduk nya. Pertanyaannya yang mana dulu penye‐
miskin dunia sekita 1,2 milyar. Dari jumlah babnya?. Demikian akhirnya semua hanya
itu sebagaian besar berada di kawasan Asia berputar tanpa ada pangkal yang bisa
Selatan sebesar 520 juta. Di bagian belahan ditunjuk sebagai sebabnya. (Hudiyanto, 2001)
dunia lainnya, di Asia Timur penduduk
Indikator kemiskinan yang dikeluarkan
miskin sebesar 220 juta, sub Sahara Afrika
oleh BAPPENAS mempunyai makna yang
sebesar 160 juta, di timur tengah/Afrika utara
relatif luas, yaitu dari berbagai sisi kebutuhan
sebesar 60 juta dan kawasan Amerika latin
kehidupan, antara lain adalah; (1) terbatasnya
sebesar 70 juta (Word Bank report).
kecukupan dan mutu pangan; (2) terbatasnya
Angka estimasi relatif baru 1995 – 1999 akses dan rendahnya mutu layanan kese‐
dari UNCTAD, United Nations Report 2002 hatan; (3) terbatasnya akses dan rendahnya
jumlah penduduk 49 negara terbelakang mutu layanan pendidikan; (4) terbatasnya
(LDC) sebesar 613 juta yang hidup dengan kesempatan kerja dan berusaha; (5) lemahnya
biaya di bawah $1 per hari sebesar 307 juta perlindungan terhadap aset usaha, dan
orang. Sedang penduduk yang hidup dengan perbedaan upah; (6) terbatasnya akses
biaya per hari di bawah $2 sebesar 495 juta layanan perumahan dan sanitasi; (7) terba‐
orang. Di negara terbelakang Afrika pada tasnya akses terhadap air bersih; (8) lemah‐
pertengahan tahun 1990an, terdapat 87 nya kepastian kepemilikan dan penguasaan
persen penduduknya hidup dengan kon‐ tanah; (9) memburuknya kondisi lingkungan
Memahami Kemiskinan dan Strategi Penanggulangannya ... (Nano Prawoto) 59
hidup dan sumberdaya alam, serta terbatas‐ PEMBAHASAN
nya akses masyarakat terhadap sumber daya
alam; (10) lemahnya jaminan rasa aman; (11) Menurut data BPS hasil Susenas pada akhir
lemahnya partisipasi; (12) besarnya beban tahun 1998, garis kemiskinan penduduk per‐
kependudukan yang disebabkan oleh besar‐ kotaan ditetapkan sebesar Rp. 96.959 per
nya tanggungan keluarga; (13) tata kelola kapita per bulan dan penduduk miskin
pemerintahan yang buruk yang menyebab‐ perdesaan sebesar Rp. 72.780 per kapita per
kan inefisiensi dan inefektivitas dalam bulan. Dengan perhitungan uang tersebut
pelayanan publik, meluasnya korupsi dan dapat dibelanjakan untuk memenuhi kon‐
rendahnya jaminan sosial terhadap masyara‐ sumsi setara dengan 2.100 kalori per kapita
kat. (Sahdan, 2005) per hari, ditambah dengan pemenuhan
Dalam literatur banyak mendefinisikan kebutuhan pokok minimum lainnya, seperti
kemiskinan, namun pada dasarnya dapat sandang, kesehatan, pendidikan, transportasi.
dibedakan menjadi tiga pengertian kemiski‐ Angka garis kemiskinan ini jauh sangat tinggi
nan antara lain; kemiskinan absolut, kemiski‐ bila dibanding dengan angka tahun 1996
nan relatif dan kemiskinan kultural. Seseo‐ sebelum krisis ekonomi yang hanya sekitar
rang termasuk golongan miskin absolut apa‐ Rp. 38.246 per kapita per bulan untuk pen‐
bila hasil pendapatannya berada di bawah duduk perkotaan dan Rp. 27.413 bagi
garis kemiskinan, tidak cukup untuk meme‐ penduduk perdesaan.
nuhi kebutuhan hidup minimum: pangan, Sebagai perbandingan batas kemiskinan
sandang, kesehatan, papan, pendidikan. di negara maju seperti Amerika Serikat,
Seseorang yang tergolong miskin relatif Departemen Pertanian AS pertama‐tama
sebenarnya telah hidup di atas garis kemiski‐ melakukan estimasi biaya untuk mendapat‐
nan namun masih berada di bawah kemam‐ kan makanan tepat gizi. Kemudian berdasar‐
puan masyarakat sekitarnya. Sedang miskin kan asumsi bahwa orang miskin membelan‐
kultural berkaitan erat dengan sikap seseo‐ jakan sepertiga pendapatan mereka untuk
rang atau sekelompok masyarakat yang tidak makanan. Batas kemiskinan dihitung dengan
mau berusaha memperbaiki tingkat mengalikan biaya makanan tersebut 3 (tiga)
kehidupannya sekalipun ada usaha dari fihak kali. Penyesuaian dilakukan atas dasar
lain yang membantunya. Lebih lanjut, garis keluarga dan inflasi dari waktu ke waktu.
kemiskinan merupakan ukuran rata‐rata Batas resmi pendapatan tunai untuk keluarga
kemampuan masyarakat untuk dapat me‐ miskin dengan empat anggota adalah $16.400
menuhi kebutuhan hidup minimum. Melalui pada tahun 1997. Keluarga dengan empat
pendekatan sosial masih sulit mengukur anggota yang berada pada atau dibawah
garis kemiskinan masyarakat, tetapi dari batas pendapatan tersebut dikatakan berada
indikator ekonomi secara teoritis dapat dihi‐ pada garis kemiskinan. Batas kemiskinan
tung dengan menggunakan tiga pendekatan, tahun 1997 adalah terbentang mulai $8.350
yaitu pendekatan produksi, pendapatan, dan per tahun untuk orang yang hidup sendiri
pengeluaran. Sementara ini yang dilakukan dan $32.566 untuk keluarga dengan 9 (sem‐
Biro Pusat Statistik (BPS) untuk menarik garis bilan) atau lebih anggota. Definisi kemiskinan
kemiskinan adalah dengan menggunakan didasarkan pada pendapatan tunai sebelum
pendekatan pengeluaran. pajak, termasuk transfer tunai, tetapi tidak
memasukkan nilai transfer non tunai seperti
60 Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 9, Nomor 1, April 2008: 56 ‐ 68
jatah makan, bantuan kesehatan, perumahan pada tahun 2002. Penurunan jumlah pen‐
yang bersubsidi, atau asuransi kesehatan duduk miskin juga terjadi pada periode 2002‐
tenaga kerja otomatis (McEachern, 2001). 2005 sebesar 3,3 juta, yaitu dari 38,40 juta
pada tahun 2002 menjadi 35,10 juta pada
Angka Kemiskinan Indonesia tahun 2005. Persentase penduduk miskin
turun dari 18,20 persen pada tahun 2002
Tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah pendu‐ menjadi 15,97 persen pada tahun 2005.
duk miskin di Indonesia lebih banyak
didominasi di daerah pedesaan, lebih 2 kali
lipat dari perkotaan. jumlah dan persentase 60,00
penduduk miskin pada periode 1996‐2005 49,50 47,97
50,00
berfluktuasi dari tahun ke tahun meskipun 38,70 37,90 38,40 37,30 39,05
40,00 34,01 36,20 35,10
terlihat adanya kecenderungan menurun
30,00
pada periode 2000‐2005. Pada periode 1996‐
20,00
1999 jumlah penduduk miskin meningkat
sebesar 13,96 juta karena krisis ekonomi, 10,00
yaitu dari 34,01 juta pada tahun 1996 menjadi 0,00
1996 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006
47,97 juta pada tahun 1999.
Persentase penduduk miskin meningkat Gambar 1. Jumlah Penduduk miskin di
dari 17,47 persen menjadi 23,43 persen pada Indonesia (dalam jutaan)
periode yang sama. Pada periode 1999‐2002
terjadi penurunan jumlah penduduk miskin Jumlah penduduk miskin di Indonesia
sebesar 9,57 juta, yaitu dari 47,97 juta pada pada bulan Maret 2006 sebesar 39,05 juta
tahun 1999 menjadi 38,40 juta pada tahun (17,75 persen). Dibandingkan dengan pen‐
2002. Secara relatif juga terjadi penurunan duduk miskin pada Februari 2005 yang ber‐
persentase penduduk miskin dari 23,43 per‐ jumlah 35,10 juta (15,97 persen), berarti
sen pada tahun 1999 menjadi 18,20 persen jumlah penduduk miskin meningkat sebesar
Tabel 1. Jumlah dan Prosentase Penduduk Miskin di Indonesia Menurut Daerah,
Tahun 1996‐2006
Jumlah Penduduk Miskin (Juta) Prosentase Penduduk Miskin
Tahun
Kota Desa Kota+Desa Kota Desa Kota+Desa
1996 9,42 24,59 34,01 13,39 19,78 17,47
1998 17,60 31,90 49,50 21,92 25,72 24,23
1999 15,64 32,33 47,97 19,41 26,03 23,43
2000 12,30 26,40 38,70 14,60 22,38 19,14
2001 8,60 29,30 37,90 9,76 24,84 18,41
2002 13,30 25,10 38,40 14,46 21,10 18,20
2003 12,20 25,10 37,30 13,57 20,23 17,42
2004 11,40 24,80 36,20 12,13 20,11 16,66
2005 12,40 22,70 35,10 11,37 19,51 15,97
2006 14,29 24,76 39,05 13,36 21,90 17,75
Sumber : Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (susenas)
Memahami Kemiskinan dan Strategi Penanggulangannya ... (Nano Prawoto) 61
3,95 juta. Pertambahan penduduk miskin di terlembaganya nilai‐nilai seperti apatis,
daerah perdesaan sedikit lebih tinggi dari apolitis, fatalistik, ketidakberdayaan,
pada daerah perkotaan. Selama periode dsb. Sementara dalam konteks dimensi
Februari 2005‐Maret 2006, penduduk miskin struktural atau politik, orang yang
di daerah perdesaan bertambah 2,06 juta, mengalami kemiskinan ekonomi pada
sementara di daerah perkotaan bertambah hakekatnya karena mengalami kemiski‐
1,89 juta orang. Persentase penduduk miskin nan struktural dan politis.
antara daerah perkotaan dan perdesaan tidak
2. Lebih bernuansa karitatif (kemurahan
banyak berubah. Pada bulan Februari 2005,
hati) ketimbang produktivitas. Penang‐
sebagian besar (64,67 persen) penduduk
gulangan kemiskinan yang hanya
miskin berada di daerah perdesaan, semen‐
didasarkan atas karitatif, tidak akan
tara pada bulan Maret 2006 persentase ini
muncul dorongan dari masyarakat
turun sedikit menjadi 63,41 persen (Berita
miskin sendiri untuk berupaya bagai‐
Resmi Statistik, 2006).
mana mengatasi kemiskinannya.
30,00 Mereka akan selalu menggantungkan
25,00
24,23 23,43 diri pada bantuan yang diberikan pihak
20,00 17,47
19,14 18,41 18,20
17,42 16,66 17,75 lain. Padahal program penanggulangan
15,97
15,00 kemiskinan seharusnya diarahkan
10,00 supaya mereka menjadi produktif.
5,00
3. Memosisikan masyarakat miskin seba‐
0,00
1996 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006
gai objek daripada subjek. Seharusnya,
mereka dijadikan sebagai subjek, yaitu
Gambar 2. Persentase Penduduk Miskin sebagai pelaku perubahan yang aktif
di Indonesia terlibat dalam aktivitas program
penanggulangan kemiskinan.
Paradigma yang Keliru
4. Pemerintah masih sebagai penguasa
Program penanggulangan kemiskinan yang daripada fasilitator. Dalam penanganan
dilakukan oleh pemerintah selama ini hasil‐ kemiskinan, pemerintah masih bertin‐
nya masih belum sesuai harapan semua dak sebagai penguasa yang kerapkali
pihak. Evaluasi penanganan tampaknya turut campur tangan terlalu luas dalam
masih memperlihatkan beberapa kekeliruan kehidupan orang‐orang miskin. Sebali‐
paradigmatik (Huraerah, 2005): knya, pemerintah semestinya bertindak
sebagai fasilitator, yang tugasnya
1. Masih berorientasi pada aspek ekonomi mengembangkan potensi‐potensi yang
daripada aspek multidimensional. mereka miliki. Dalam hal ini, Suharto
Penanggulangan kemiskinan dengan (2003) mengatakan bahwa paradigma
fokus perhatian pada aspek ekonomi baru menekankan “apa yang dimiliki
terbukti mengalami kegagalan, karena orang miskin” ketimbang “apa yang
pengentasan kemiskinan yang direduk‐ tidak dimiliki orang miskin”. Potensi
si dalam soal‐soal ekonomi tidak akan orang miskin tersebut bisa berbentuk
mewakili persoalan kemiskinan yang aset personal dan sosial, serta berbagai
sebenarnya. Dalam konteks budaya, strategi penanganan masalah (coping
orang miskin diindikasikan dengan
62 Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 9, Nomor 1, April 2008: 56 ‐ 68
strategies) yang telah dijalankannya Berbagai program yang dijalankan oleh
secara lokal. pemerintah tersebut, lebih banyak menuai
kegagalan dibandingkan dengan keberhasi‐
Kegagalan Penanggulangan Kemiskinan lannya. Program yang dilakukan banyak
mengalami kegagalan dikarenakan pada
Kebijakan penanggulangan kemiskinan pelaksanaannya terjadi penyimpangan‐
selama ini, dilakukan secara sentralistik oleh penyimpangan, seperti KUT (kredit usaha
pemerintah pusat yang diwakili BAPPENAS, tani). Sejak tahun 2000, program KUT yang
dengan dana APBN (Anggaran Pendapatan dianggap gagal total diganti pemerintah den‐
dan Belanja Negara) dan utang kepada Bank gan program baru yakni Program Kredit
Dunia serta lembaga keuangan multinasional Ketahanan Pangan (KKP) yang pelaksa‐
lainnya. Sejak tahun 1970‐an dengan kebija‐ naannya diserahkan sepenuhnya kepada
kan pembangunan pertumbuhan ekonomi bank, pemerintah hanya bertindak sebagai
yang tinggi pemerintah pusat menjadikan pemberi subsidi pada tahap awal. Di
desa dan sebagian kota sebagai obyek dari samping program KUT dan KKP juga ada
seluruh proyek yang dijalankan untuk Program Pengembangan Kecamatan (PPK).
menanggulangi kemiskinan. Berdasarkan Program ini bertujuan mengurangi kemiski‐
kebijakan tersebut, pemerintah pusat men‐ nan di tingkat pedesaan, sekaligus memper‐
jalankan program‐programnya dalam bentuk: baiki kinerja pemerintah daerah dengan cara
(1) menurunkan bantuan kredit, jaminan memberi bantuan modal dan pengadaan
usaha dan pengadaan sarana dan prasarana infrastruktur. Inti dari program ini adalah
di desa seperti PUSKESMAS, INPRES, KUD, perencanaan yang melibatkan masyarakat,
dan sebagainya; (2) mengusahakan pemenu‐ laki‐laki dan perempuan, termasuk masyara‐
han kebutuhan pangan melalui distribusi kat miskin. Program ini di beberapa daerah
sembako yang dibagikan secara gratis kepada mengalami kegagalan, karena tidak adanya
penduduk miskin; (3) mengusahakan pelaya‐ perencanaan yang matang dan juga
nan kesehatan yang memadai dengan kurangnya transparansi penggunaan dan
menyebarkan tenaga‐tenaga kesehatan ke alokasi anggaran kepada masyarakat desa.
desa dan pengadaan obat‐obatan melalui
PUSKESMAS; (4) mengusahakan penyediaan Kisah kegagalan program yang diran‐
fasilitas pendidikan dasar dengan pendirian cang dan didanai oleh pemerintah dan Bank
sekolah‐sekolah INPRES; (5) menyediakan Dunia, juga terjadi dalam Program Padat
kesempatan bekerja dan berusaha melalui Karya Desa‐Pengembangan Wilayah Terpadu
proyek‐proyek perbaikan sarana dan (PKD‐PWT) di NTT, Sulawesi Selatan, NTB
prasarana milik pemerintah, penyediaan dan Sulawesi Utara serta program PDMDEK
kredit dan modal usaha yang diberikan di Jawa Barat. Program PKD‐PWT membagi‐
dalam bentuk pinjaman kepada masyarakat kan uang bantuan sebesar 50 juta rupiah
miskin; (6) memenuhi kebutuhan papan dan kepada setiap desa dan langsung disalurkan
sanitasi dengan penyediaan rumah‐rumah ke rekening Tim Pelaksana Desa (TPD).
sederhana untuk orang miskin PERUMNAS; Jumlah desa yang dibantu dengan program
(7) mengusahakan pemenuhan air bersih ini mencapai 1.957 desa. Program ini
dengan pengadaan PAM; (8) menyediakan mengalami kegagalan, karena proses peren‐
sarana listrik masuk desa, sarana telekomu‐ canaan, pelaksanaan dan penyaluran bantuan
nikasi dan sejenisnya; dan sebagainya. kepada desa, sangat tergantung kepada TPD.
Sementara PDMDEK di Jawa Barat, menga‐
Memahami Kemiskinan dan Strategi Penanggulangannya ... (Nano Prawoto) 63
lami kegagalan karena dana bergulir yang memperbaiki kondisi pemukiman perkotaan
diberikan kepada masing‐masing desa dan pedesaan, perluasan kesempatan pen‐
sebanyak 14 juta rupiah per desa, digunakan didikan dan kerja untuk para pemuda,
masyarakat untuk tujuan konsumtif. (Sahdan, penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan
2005) bagi orang dewasa, dan pemberian bantuan
kepada kaum miskin usia lanjut. Selain
Masih banyak program lain dalam upaya
program pemerintah, juga kalangan
mengatasi kemiskinan tersebut telah dilaku‐
masyarakat ikut terlibat membantu kaum
kan, misalnya, program Inpres Desa Terting‐
miskin melalui organisasi kemasyarakatan,
gal (IDT). Inpres ini, yaitu Inpres No. 5/1993
gereja, dan sebagainya. Sedangkan di negara
tentang Peningkatan Penanggulangan Kemis‐
Indonesia sebenarnya dari uraian di atas juga
kinan. Pada saat terjadinya krisis ekonomi
melakukan upaya yang hampir sama seperti
yang kemudian berlanjut menjadi krisis
yang dilakukan di Amerika Serikat, mungkin
multidimensional, diluncurkan program
tingkat komprehensifitasnya yang masih
daerah dalam mengatasi dampak krisis
diperlukan. Penanganan kemiskinan di
ekonomi (PDM‐DKE) yang kemudian dilan‐
Indonesia masih didominasi sektor ekonomi,
jutkan dengan program pengentasan kemis‐
belum begitu menyentuh aspek lain seperti
kinan perkotaan (P2KP), dan lain‐lain.
sosial, budaya, hukum dan politik, bahkan
Meskipun masyarakat miskin telah menda‐
agama.
patkan bantuan program pengentasan
kemiskinan, tapi hasilnya tidak seperti yang Kekeliruan paradigma dalam memahami
diharapkan. Dengan demikian evaluasi selalu kemiskinan tentu menyebabkan adanya
harus dilakukan oleh pemerintah karena analisis yang keliru, artinya seharusnya
bagaimanapun program penanggulangan memunculkan variabel‐variabel yang signi‐
kemiskinan tetap harus dijalankan. fikan untuk menganggulangi kemiskinan
justru variabel yang tidak signifikan
Strategi Penanggulangan Kemiskinan dimasukkan, sehingga estimasi bias dan hasil
yang diharapkan tidak terjadi. Mencermati
Memahami dan upaya menangani kemiski‐ beberapa kekeliruan paradigmatik penang‐
nan memang menarik untuk disimak. Dalam gulangan kemiskinan tadi, ada strategi yang
teori ekonomi mengatakan bahwa untuk harus dilakukan untuk mengatasi kemiskinan
memutus mata rantai lingkaran setan kemis‐ (Huraerah, 2005):
kinan dapat dilakukan peningkatan keteram‐
pilan sumber daya manusianya, penambahan 1. Karena kemiskinan bersifat multi‐
modal investasi, dan mengembangkan dimensional, maka program pengen‐
teknologi. Melalui berbagai suntikan maka tasan kemiskinan seyogyanya juga
diharapkan produktifitas akan meningkat. tidak hanya memprioritaskan aspek
Namun, dalam praktek persoalannya tidak ekonomi tapi memperhatikan dimensi
semudah itu. Lantas apa yang dapat dilaku‐ lain. Dengan kata lain, pemenuhan
kan? Program‐program penanggulangan kebutuhan pokok memang perlu
kemiskinan sudah banyak dilaksanakan di mendapat prioritas, namun juga harus
berbagai negara. Sebagai perbandingan, di mengejar target mengatasi kemiskinan
Amerika Serikat program penanggulangan nonekonomik. Strategi pengentasan
kemiskinan diarahkan untuk meningkatkan kemiskinan hendaknya diarahkan
kerjasama ekonomi antarnegara bagian, untuk mengikis nilai‐nilai budaya
64 Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 9, Nomor 1, April 2008: 56 ‐ 68
negatif seperti apatis, apolitis, fatalistik, ke desa. Artinya strategi daerah menciptakan
ketidakberdayaan, dan sebagainya. iklim yang memungkinkan masyarakat
Apabila budaya ini tidak dihilangkan, berkembang, memperkuat potensi dan daya
kemiskinan ekonomi akan sulit untuk yang dimiliki masyarakat, juga model
ditanggulangi. Selain itu, langkah pemberdayaan masyarakat.
pengentasan kemiskinan yang efektif
Strategi yang bersifat bantuan langsung
harus pula mengatasi hambatan‐
(BLT) ke masyarakat miskin yang diseleng‐
hambatan yang sifatnya struktural dan
garakan selama ini sangat bersifat jangka
politis.
pendek dan itu sebenarnya menurut penga‐
2. Untuk meningkatkan kemampuan dan laman di negara maju seperi misalnya
mendorong produktivitas, strategi yang Amerika Serikat, BLT hanya diberikan
dipilih adalah peningkatan kemampuan kepada masyarakat yang benar‐benar tidak
dasar masyarakat miskin untuk berdaya. Strategi yang dikembangkan yang
meningkatkan pendapatan melalui berorentasi jangka panjang adalah justru
langkah perbaikan kesehatan dan bantuan tidak langsung yang bersifat
pendidikan, peningkatan keterampilan pemberdayaan. misalnya, program pening‐
usaha, teknologi, perluasan jaringan katan kemampuan dan keterampilan kerja/
kerja (networking), serta informasi pasar. usaha melalui pendidikan dan latihan‐latihan
kerja, perluasan jaringan usaha (networking),
3. Melibatkan masyarakat miskin dalam
dan informasi pasar, bantuan modal kerja.
keseluruhan proses penanggulangan
kemiskinan, mulai dari perencanaan, Untuk menunjang keberhasilan strategi
pelaksanaan, pengawasan, dan eva‐ tersebut, diperlukan unsur‐unsur berikut
luasi, bahkan pada proses pengambilan (Sahdan, 2005):
keputusan.
1. Upaya penanggulangan kemiskinan
4. Strategi pemberdayaan. Kelompok tersebut sebaiknya dilakukan secara
agrarian populism yang dipelopori menyeluruh, terpadu, lintas sektor, dan
kelompok pakar dan aktivis LSM, sesuai dengan kondisi dan budaya
menegaskan, masyarakat miskin adalah lokal, karena tidak ada satu kebijakan
kelompok yang mampu membangun kemiskinan yang sesuai untuk semua.
dirinya sendiri jika pemerintah mau
2. Memberikan perhatian terhadap aspek
memberi kebebasan bagi kelompok itu
proses, tanpa mengabaikan hasil akhir
untuk mengatur dirinya.
dari proses tersebut. Biarkan orang
Selain strategi di atas barangkali dalam miskin merasakan bagaimana proses
era otonomi daerah sekarang ini sebesarnya mereka bisa keluar dari lingkaran setan
jika kita jujur bahwa data kemiskinan, baik kemiskinan.
yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif
3. Melibatkan dan merupakan hasil proses
yang menyangkut perilaku, potensi, daya
dialog dengan berbagai pihak dan
saing masyarakat adalah pemerintah daerah.
konsultan dengan segenap pihak yang
Memang ironisnya pemerintah daerah seolah
berkepentingan terutama masyarakat
tidak tanggap. Dan ketika wartawan dan
miskin.
media massa mengekspos ada daerah yang
penduduknya makan nasi ”aking” atau ”telo”,
Bupati dan jajarannya baru gerah dan turun
Memahami Kemiskinan dan Strategi Penanggulangannya ... (Nano Prawoto) 65
4. Meningkatkan kesadaran dan kepedu‐ hanya dengan mengandalkan pende‐
lian di kalangan semua pihak yang katan ekonomi, akan tetapi juga
terkait, serta membangkitkan gairah mengandalkan kebijakan dan program
mereka yang terlibat untuk mengambil di bidang sosial, politik, hukum dan
peran yang sesuai agar tercipta rasa kelembagaan.
memiliki program.
3. Kebijakan dan Program yang Melin‐
5. Menyediakan ruang gerak yang seluas‐ dungi Kelompok Miskin. Kelompok
luasnya, bagi munculnya aneka inisiatif masyarakat miskin sangat rentan terha‐
dan kreativitas masyarakat di berbagai dap goncangan internal (misalnya
tingkat. Dalam hal ini, pemerintah lebih kepala keluarga meninggal, jatuh sakit,
berperan hanya sebagai inisiator, kena PHK) maupun goncangan ekster‐
selanjutnya bertindak sebagai fasilitator nal (misalnya kehilangan pekerjaan,
dalam proses tersebut, sehingga akhir‐ bencana alam, konflik sosial), karena
nya, kerangka dan pendekatan penang‐ tidak memiliki ketahanan atau jaminan
gulangan kemiskinan disepakati bersa‐ dalam menghadapi goncangan‐gonca‐
ma. ngan tersebut.
6. Pemerintah dan pihak lainnya 4. Kebijakan dan Program untuk memutus
(ORNOP, Perguruan Tinggi, pengusa‐ pewarisan kemiskinan antar generasi;
ha, masyarakat madani, partai politik hak anak dan peranan perempuan.
dan lembaga sosial keagamaan) dapat Kemiskinan seringkali diwariskan dari
bergabung menjadi kekuatan yang generasi ke generasi berikutnya. Karena
saling mendukung. itu, rantai pewarisan kemiskinan harus
diputus. Meningkatkan pendidikan dan
7. Mereka yang bertanggungjawab dalam
peranan perempuan dalam keluarga
menyusun anggaran belanja harus
adalah salah satu kunci memutus rantai
menyadari pentingnya penanggulangan
kemiskinan.
kemiskinan ini sehingga upaya ini
ditempatkan dan mendapat prioritas 5. Kebijakan dan program penguatan
utama dalam setiap program di setiap otonomi desa. Otonomi desa dapat
instansi. Dengan demikian, penanggu‐ menjadi ruang yang memungkinkan
langan kemiskinan menjadi gerakan masyarakat desa dapat menanggulangi
dari, oleh dan untuk rakyat. sendiri kemiskinannya.
Secara umum, program strategis yang
Penanggulangan Kemiskinan Aspek
dapat dijalankan untuk menanggulangi
Sosial Budaya
kemiskinan adalah:
1. Membuka peluang dan kesempatan Mengingat kemiskinan yang sebenarnya
berusaha bagi orang miskin untuk tidak sekedar miskin secara ekonomi, maka
berpartisipasi dalam proses pemba‐ penanggulangan kemiskinan dari aspek
ngunan ekonomi. sosial budaya juga sangat diharapkan melalui
beberapa program seperti:
2. Kebijakan dan program untuk mem‐
berdayakan kelompok miskin. Kemis‐ 1. Dengan adanya keberagaman budaya
kinan memiliki sifat multidimensional, (multikultur) dan kearifan lokal (local
maka penanggulangannya tidak cukup wisdom), yang juga diperlukan pencer‐
66 Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 9, Nomor 1, April 2008: 56 ‐ 68
matan tersendiri, apabila melakukan Tabel 2 . Nilai Komposit Kemajuan
proses empowerment masyarakat miskin
maka melakukan transformasi sosial dari Nilai Komposit Nilai Komposit
masyarakat yang tidak berdaya, menjadi Kemajuan Keterbelakangan
masyarakat berdaya, untuk selanjutnya 1. Produktif dan Eksploitatif dan
berproses menuju masyarakat mandiri humanistik intimidatif
hingga mencapai suatu masyarakat yang
2. Keadilan dan Imperalistik dan berbudi
madani (civil society). berbudi pekerti pekerti rendah
tinggi
2. Patriarkhi menempatkan perempuan
sebagai subordinat, sehingga terjadi 3. Menjunjung Bercerai berai dan saling
tinggi solidaritas menyalahkan
peran dominasi laki‐laki atas perempuan
dalam ranah keluarga maupun kemasya‐ 4. Mengutamakan Mendahulukan hasil
rakatan. Dari sini akan memunculkan keberlanjutan dan segera dan kerapuhan
ketegaran diri diri yang tinggi
ketidaksetaraan yang lebih menguntung‐ yang tinggi
kan laki‐laki dan lebih jauh mengarah
ketidakadilan gender, sehingga untuk
melakukan perubahan sosial dalam Tabel 3. Nilai‐nilai Dasar Kemajuan
mendekonstruksi ketidakadilan gender
dalam pembangunan harus dilakukan Nilai‐nilai Dasar Nilai‐nilai Dasar
melalui perspektif gender. Kemajuan Terbelakang
Memahami Kemiskinan dan Strategi Penanggulangannya ... (Nano Prawoto) 67
KESIMPULAN memberikan perhatian terhadap aspek
proses, tanpa mengabaikan hasil akhir dari
Masalah kemiskinan sampai saat ini terus‐ proses tersebut; melibatkan dan merupakan
menerus menjadi masalah yang berkepanja‐ hasil proses dialog dengan berbagai pihak
ngan. Sebenarnya sudah banyak program dan konsultan dengan segenap pihak yang
pengentasan kemiskinan yang dilakukan oleh berkepentingan terutama masyarakat miskin;
pemerintah, namun belum membawa peru‐ meningkatkan kesadaran dan kepedulian di
bahan yang berarti. kalangan semua pihak yang terkait; menye‐
diakan ruang gerak yang seluas‐luasnya, bagi
Program‐program penanggulangan ke‐ munculnya aneka inisiatif dan kreativitas
miskinan sudah banyak dilaksanakan di masyarakat; Pemerintah dan pihak lainnya
berbagai negara. Strategi pembangunan yang bergabung menjadi kekuatan yang saling
dikembangkan bangsa Indonesia selama ini mendukung.
adalah bertumpu pada pertumbuhan ekono‐
mi yang tinggi. Pertumbuhan ekonomi yang
DAFTAR PUSTAKA
dianggap tinggi tersebut ternyata tidak
diikuti dengan pemerataan distribusi penda‐
patan pada semua golongan masyarakat. Dalle Daniel. 2003. “Pemberdayaan Masya‐
Sehingga terjadi trade‐off antara pertumbu‐ rakat Miskin di Era Otonomi Daerah”.
han dan pemerataan. Jurnal Ekonomi Rakyat Tahun II, No. 2.
Yogyakarta.
Mencermati beberapa kekeliruan para‐
digmatik penanggulangan kemiskinan, Sahdan, Gregorius. 2005. Menganggulangi
dimana analisis yang seharusnya memun‐ Kemiskinan Desa. Artikel‐Ekonomi
culkan variabel‐variabel yang signifikan Rakyat dan Kemiskinan. Yogyakarta.
Suntuk menganggulangi kemiskinan justru Hudiyanto. 2001. Pengantar Ekonomi Pemba‐
variabel yang tidak signifikan dimasukkan, ngunan. PPE UMY. Yogyakarta.
maka strategi yang harus dilakukan untuk
Huraerah, Abu. 2005. Strategi Penanggulangan
mengatasi kemiskinan: seyogyanya juga
Kemiskinan. www.google.com, Indone‐
tidak hanya memprioritaskan aspek ekonomi
sia.
tapi memperhatikan dimensi lain; untuk
meningkatkan kemampuan dan mendorong McEachern, William A. 2001. Ekonomi Mikro,
produktivitas, strategi yang dipilih adalah Terjemahan. Penerbit Salemba Empat.
peningkatan kemampuan dasar masyarakat Jakarta.
miskin untuk meningkatkan pendapatan;
Prawoto, Nano. 2005. “Analisis Elastisitas
melibatkan masyarakat miskin dalam
dan Tingkat Kesulitan Realisasi Pene‐
keseluruhan proses penanggulangan kemis‐
rimaan Sumber Keuangan Kabupaten
kinan; strategi pemberdayaan.
Sleman”. Jurnal Ekonomi dan Studi
Untuk menunjang keberhasilan strategi Pembangunan Vol 6 No. 1. FE UMY
tersebut, diperlukan unsur‐unsur berikut:
Wiwik Suhartiningsih. 2006. Kemiskinan dan
Upaya tersebut sebaiknya dilakukan secara
Data Kemiskinan. www.google. com,
menyeluruh, terpadu, lintas sektor, dan
Indonesia.
sesuai dengan kondisi dan budaya lokal;
68 Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 9, Nomor 1, April 2008: 56 ‐ 68