Anda di halaman 1dari 13

Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan 

Volume 9, Nomor 1, April 2009: 56 ‐ 68 

MEMAHAMI KEMISKINAN DAN  
STRATEGI PENANGGULANGANNYA 

Nano Prawoto 
Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta 
Jalan Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta,  
Telp/Fax. 0274‐387656 psw 184,  387646  E‐mail: nanoprawoto@yahoo.co.id 

Abstrak: Studi ini mengamati masalah kemiskinan kronis dan rumit, yang membutuhkan
analisis memadai guna menampung setiap komponen dari permasalahan. Langkah-langkah
strategis yang tepat dan berkelanjutan juga diperlukan untuk memecahkan masalah. Beberapa
variabel yang digunakan untuk analisis hasil serangkaian strategi dan kebijakan untuk
memberantas kemiskinan. Sebagian besar program-program pemerintah untuk pemberantasan
kemiskinan tidak begitu berhasil karena terjadi penyimpangan dalam pelaksanaan dari
rencana mereka. Seperti banyak negara lain seperti Amerika Serikat telah mencoba dengan
beberapa perbedaan dalam pendekatan dan penekanan mereka, Indonesia juga telah melakukan
sejumlah upaya. Program-program pengentasan kemiskinan di Indonesia memberi lebih
banyak penekanan pada aspek ekonomi daripada sosial, budaya, hukum dan bahkan religius.
Ini kesalahan paradigmatik yang mengarah pada kesalahan analitis dan tidak menyertakan
variabel-variabel yang signifikan bias menghasilkan perkiraan dan hasil yang tidak
diharapkan. Studi ini meneliti lebih lanjut strategi pemberantasan kemiskinan dan komponen
yang memadai untuk pelaksanaan lebih baik.
Kata kunci: kemiskinan, INPRES, bantuan langsung tunai

Abstract: This study observes the chronic and intricate problems of poverty, which require an
adequate analysis accommodating every single component of the problems. Proper strategic
and sustainable measures are also required to solve the problems. Some variables used for
analysis result a set of strategies and policies to eradicate poverty. Most of the government
programs for poverty eradication have not been very successful due to deviation in
implementation from their plans. As many other countries such as the United States have
endeavored with some differences in their approach and emphasis, Indonesia has also
conducted a number of efforts. Poverty alleviation programs in Indonesia give more emphasis
on economic aspects than those of social, cultural, legal and even religious ones. This
paradigmatic blunder which leads to analytical mistakes and does not include significant
variables generates bias estimates and unexpected results. This study examines further the
strategies of poverty eradication and their adequate components for better implementation.
Keywords: poverty, INPRES, direct cash assistance

PENDAHULUAN  menghasilkan  laju  pertumbuhan  ekonomi 


sebesar  rata‐rata  7  persen  per  tahun.  Pemba‐
Pembangunan  ekonomi  yang  ditempuh  ngunan  ekonomi  tersebut  dimulai  sejak 
bangsa  Indonesia  selama  Pembangunan  Pembangunan Lima Tahun Pertama (Repelita 
Jangka  Panjang  Pertama  (PJP  I)  telah  I)  tahun  1969  yang  lalu,  dan  proses  pemba‐
ngunan berjalan mulus hingga tahun 1970‐an 
dan  1980‐an,  namun  demikian  tampaknya  ini  mendasarkan  diri  pada  pembangunan 
pembangunan  ekonomi  Indonesia  tersebut  industri  secara  besar‐besaran.  Permasalahan 
juga  beberapa  kali  telah  mengalami  external  yang  timbul  adalah  tidak  berjalannya 
shocks  seperti  harga  minyak  mentah  turun  di  mekanisme  trickle  down  effcts,  dimana 
pasar  internasional  dan  apresiasi  nilai  tukar  mekanisme  tersebut  sebenarnya  sangat 
Yen  terhadap  Dollar  Amerika  Serikat  selama  diyakini  akan  terbentuk  sejalan  dengan 
tahun 1980‐an dan yang paling parah adalah  meningkatnya  akumulasi  kapital  dan 
saat  terjadinya  krisis  moneter  pada  akhir  perkembangan  institusi  ekonomi  yang 
tahun  1997  dan  awal  tahun  1998  yang  lalu  mampu  menyebarkan  kesejahteraan  yang 
pembangunan  ekonomi  Indonesia  terasa  merata.  Namun  demikian  yang  terjadi  justru 
terhenti  dan  bahkan  mengalami  pertum‐ sebaliknya,  yaitu  tetesan  dorongan  atau 
buhan  negatif  sampai  13  persen  (Prawoto,  pemerataan ke bawah tidak terjadi, mungkin 
2005).  sejak awal aturan dari pemerintah tidak jelas 
dan  juga  egoistik  konglomerasi  akhirnya 
Bangsa  Indonesia  sejak  awal  kemerde‐
yang terjadi adalah ketidakseimbangan pem‐
kaan,  telah  mempunyai  perhatian  besar 
bagian  pendapatan  dari  pembangunan  itu 
terhadap  terciptanya  masyarakat  yang  adil 
sendiri. 
dan  makmur  sebagaimana  termuat  dalam 
alinea  keempat  pembukaan  Undang‐Undang  Problema  kemiskinan  terus  menjadi 
Dasar 1945. Program‐program pembangunan  masalah  besar  sepanjang  sejarah  Indonesia 
yang  dilaksanakan  selama  ini  juga  selalu  sebagai  sebuah  negara.  Dalam  negara  yang 
memberikan perhatian besar terhadap upaya  salah  urus,  tidak  ada  persoalan  yang  lebih 
pengentasan  kemiskinan  karena  pada  besar,  selain  persoalan  kemiskinan.  Kemis‐
dasarnya  pembangunan  yang  dilakukan  kinan  telah  membuat  jutaan  anak‐anak  tidak 
bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan  bisa  mengenyam  pendidikan  yang  berkua‐
masyarakat.  Meskipun  demikian,  masalah  litas, kesulitan membiayai kesehatan, kurang‐
kemiskinan  sampai  saat  ini  terus‐menerus  nya  tabungan  dan  tidak  adanya  investasi, 
menjadi masalah yang berkepanjangan. Sebe‐ kurangnya  akses  ke  pelayanan  publik, 
narnya  sudah  banyak  program  pengentasan  kurangnya  lapangan  pekerjaan,  kurangnya 
kemiskinan yang dilakukan oleh pemerintah,  jaminan  sosial  dan  perlindungan  terhadap 
namun  belum  membawa  perubahan  yang  keluarga,  menguatnya  arus  urbanisasi  ke 
berarti.  kota,  dan  yang  lebih  parah,  kemiskinan 
menyebabkan jutaan rakyat memenuhi kebu‐
Strategi  pembangunan  yang  dikembang‐
tuhan  pangan,  sandang  dan  papan  secara 
kan  bangsa  Indonesia  selama  ini  adalah 
terbatas.  Kemiskinan,  menyebabkan  masya‐
bertumpu  pada  pertumbuhan  ekonomi  yang 
rakat  desa  rela  mengorbankan  apa  saja  demi 
tinggi. Pertumbuhan ekonomi yang dianggap 
keselamatan  hidup,  safety  life  (James.  C.Scott, 
tinggi  tersebut  ternyata  tidak  diikuti  dengan 
1981),  mempertaruhkan  tenaga  fisik  untuk 
pemerataan  distribusi  pendapatan  pada 
memproduksi  keuntungan  bagi  tengkulak 
semua golongan masyarakat. Sehingga terjadi  
lokal dan menerima upah yang tidak sepadan 
trade‐off  antara  pertumbunan  dan  pemera‐
dengan  biaya  tenaga  yang  dikeluarkan.  Para 
taan. Dalam atmosfer strategi ini, memuncul‐
buruh tani desa bekerja sepanjang hari, tetapi 
kan  budaya  konglomerasi  yang  diharapkan 
mereka  menerima  upah  yang  sangat  sedikit 
akan  menghasilkan  trickle  down  effect  kepada 
(Sahdan, 2005). 
lapisan ekonomi di bawahnya. Model seperti 

Memahami Kemiskinan dan Strategi Penanggulangannya ... (Nano Prawoto)  57
Pendek  kata,  kemiskinan  merupakan  keberlanjutannya  sangat  tergantung  pada 
persoalan  yang  sangat  kompleks  dan  kronis.  ketersediaan  anggaran  dan  komitmen  peme‐
Karena  sangat  kompleks  dan  kronis,  maka  rintah.  Di  samping  itu,  tidak  adanya  tatanan 
cara  penanggulangan  kemiskinan  pun  mem‐ pemerintahan  yang  demokratis  menyebab‐
butuhkan  analisis  yang  tepat,  melibatkan  kan  rendahnya  akseptabilitas  dan  inisiatif 
semua  komponen  permasalahan,  dan  diper‐ masyarakat  untuk  menanggulangi  kemiski‐
lukan  strategi  penanganan  yang  tepat,  nan dengan cara mereka sendiri. 
berkelanjutan  dan  tidak  bersifat  temporer. 
Masalah kemiskinan memang telah lama 
Sejumlah variabel dapat dipakai untuk mela‐
menjadi  problema  ada  sejak  dahulu  kala. 
cak  persoalan  kemiskinan,  dan  dari  variabel 
Pada  masa  lalu  umumnya  masyarakat  men‐
ini  dihasilkan  serangkaian  strategi  dan  kebi‐
jadi  miskin  bukan  karena  kurang  pangan, 
jakan  penanggulangan  kemiskinan  yang 
tetapi  miskin  dalam  bentuk  minimnya 
tepat  sasaran  dan  berkesinambungan.  Dari 
kemudahan atau materi. Dari ukuran kehidu‐
dimensi  pendidikan  misalnya,  pendidikan 
pan  modern  pada  masa  kini  mereka  tidak 
yang  rendah  dipandang  sebagai  penyebab 
menikmati  fasilitas  pendidikan,  pelayanan 
kemiskinan. Dari dimensi kesehatan, rendah‐
kesehatan, dan  kemudahan‐kemudahan  lain‐
nya  mutu  kesehatan  masyarakat  menyebab‐
nya  yang  tersedia  pada  jaman  modern. 
kan  terjadinya  kemiskinan.  Dari  dimensi 
Kemiskinan  sebagai  suatu  penyakit  sosial 
ekonomi,  kepemilikan  alat‐alat  produktif 
ekonomi  tidak  hanya  dialami  oleh  negara‐
yang  terbatas,  penguasaan  teknologi  dan 
negara  yang  sedang  berkembang,  tetapi  juga 
kurangnya  keterampilan,  dilihat  sebagai 
negara‐negara  maju,  seperti  Inggris  dan 
alasan  mendasar  mengapa  terjadi  kemiski‐
Amerika  Serikat.  Negara  Inggris  mengalami 
nan. Faktor kultur dan struktural juga sering 
kemiskinan  di  penghujung  tahun  1700‐an 
dilihat  sebagai  elemen  penting  yang  menen‐
pada  era  kebangkitan  revolusi  industri  yang 
tukan  tingkat  kemakmuran  dan  kesejah‐
muncul di Eropa. Pada masa itu kaum miskin 
teraan masyarakat. Tidak ada yang salah dan 
di  Inggris  berasal  dari  tenaga‐tenaga  kerja 
keliru  dengan  pendekatan  tersebut,  tetapi 
pabrik yang sebelumnya sebagai petani yang 
dibutuhkan  keterpaduan  antara  berbagai 
mendapatkan  upah  rendah,  sehingga 
faktor  penyebab  kemiskinan  yang  sangat 
kemampuan  daya  belinya  juga  rendah. 
banyak  dengan  indikator‐indikator  yang 
Mereka  umumnya  tinggal  di  permukiman 
jelas,  sehingga  kebijakan  penanggulangan 
kumuh  yang  rawan  terhadap  penyakit  sosial 
kemiskinan  tidak  bersifat  temporer,  tetapi 
lainnya,  seperti  prostitusi,  kriminalitas, 
permanen dan berkelanjutan. 
pengangguran.  Amerika  Serikat  sebagai 
Selama  tiga  dekade,  upaya  penanggula‐ negara  maju  juga  dihadapi  masalah  kemis‐
ngan  kemiskinan  dilakukan  dengan  penye‐ kinan, terutama pada masa depresi dan resesi 
diaan  kebutuhan  dasar  seperti  pangan,  ekonomi  tahun  1930‐an.  Pada  tahun  1960‐an 
pelayanan  kesehatan  dan  pendidikan,  Amerika  Serikat  tercatat  sebagai  negara  adi 
perluasan  kesempatan  kerja,  pembangunan  daya  dan  terkaya  di  dunia.  Sebagian  besar 
pertanian,  pemberian  dana  bergulir  melalui  penduduknya  hidup  dalam  kecukupan. 
sistem  kredit,  pembangunan  prasarana  dan  Bahkan  Amerika  Serikat  telah  banyak 
pendampingan,  penyuluhan  sanitasi  dan  memberi bantuan kepada negara‐negara lain. 
sebagainya.  Dari  serangkaian  cara  dan  Namun,  di  balik  keadaan  itu  tercatat 
strategi  penanggulangan  kemiskinan  terse‐ sebanyak  32  juta  orang  atau  seperenam  dari 
but, semuanya berorentasi material, sehingga  jumlah  penduduknya  tergolong  miskin. 

58 Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 9, Nomor 1, April 2008: 56 ‐ 68 
Namun  demikian  seperti  pernyataan  di  atas  sumsi  di  bawah  $2  per  hari  dengan  rata‐rata 
tadi bahwa kemiskinan di negara maju tentu  konsumsi  per  hari  hanya  85  sen  Dollar.    65 
relatif berbeda dengan di negara terbelakang  persen  hidup  dengan  konsumsi  di  bawah  $1 
seperti  di  Indonesia.  Di  Indonesia  tekanan  per  hari  dan  dengan  rata‐rata  konsumsi  per 
kemiskinan  selain  tidak  menerima  fasilitas  hari hanya  59 sen Dollar. Data lain di negara 
kehidupan  modern  tetapi  kebutuhan  dasar  terbelakang  di  Asia  menunjukkan  pada  per‐
(basic  need)  masih  menjadi  problema  serius.  tengahan  tahun  1990an,  terdapat  65  persen 
Dan  dalam  waktu  akhir‐akhir  ini  banyak  penduduk  yang  hidup  dengan  konsumsi  di 
berita  media  massa  mengekspos  kondisi  bawah $2 dan dengan rata‐rata konsumsi per 
masyarakat  miskin  yang  semakin  ke  arah  hari  hanya  $1.42.  Sedangakan  terdapat  23% 
kebutuhan  dasar  saja  seperti  makan,  san‐ penduduk  yang  hidup  dengan  konsumsi  di 
dang,  papan,  berarti  menunjukkan  kondisi  bawah  $1  dengan  rata‐rata  konsumsi  hanya 
kemiskinan  sekarang  semakin  buruk  dari  sebesar 90 sen Dollar.  
kemiskinan pada tahun‐tahun sebelumnya. 
Gambaran  tersebut  akhirnya  memuncul‐
Masalah  kemiskinan  bukan  hanya  meli‐ kan  pemikiran  Ragnar  Nurske,  bahwa 
batkan  negara  dunia  ketiga  melainkan  juga  kemiskinan  ditengarai  adanya  lingkaran 
negara  yang  sedang  berkembang.  Hal  ini  setan  (the  vicious  circle  of  poverty).  Jadi  ling‐
karena  disamping  kemiskinan  berkaitan  karan  setan  menggambarkan  bahwa  tidak 
dengan orang yang tidak mampu membiayai  adanya  ujung  pangkal  penyebab  kemiskinan 
hidupnya  secara  layak  (kemiskinan  absolut)  (seperti duluan mana antara telor dan ayam) 
namun  juga  berkaitan  dengan  perbandingan  apakah  karena  tabungan  rendah,  investasi 
yang  timpang  antara  penduduk  berpengha‐ rendah,  kekurangan  modal,  rendahnya  pro‐
silan  tinggi  dengan  penduduk  berpenghasi‐ duktifitas,  pendapatan  rendah  yang  kembali 
lan  yang  paling  rendah.  Data  yang  sudah  menyebabkan  tabungan  rendah  dan  seterus‐
cukup lama pada tahun 1993 total penduduk  nya.  Pertanyaannya  yang  mana  dulu  penye‐
miskin  dunia  sekita  1,2  milyar.  Dari  jumlah  babnya?.  Demikian  akhirnya  semua  hanya 
itu  sebagaian  besar  berada  di  kawasan  Asia  berputar  tanpa  ada  pangkal  yang  bisa 
Selatan  sebesar  520  juta.  Di  bagian  belahan  ditunjuk sebagai sebabnya. (Hudiyanto, 2001) 
dunia  lainnya,  di  Asia  Timur  penduduk 
Indikator  kemiskinan  yang  dikeluarkan 
miskin  sebesar  220  juta,  sub  Sahara  Afrika 
oleh  BAPPENAS  mempunyai  makna  yang 
sebesar 160 juta, di timur tengah/Afrika utara 
relatif luas, yaitu dari berbagai sisi kebutuhan 
sebesar  60  juta  dan  kawasan  Amerika  latin 
kehidupan, antara lain adalah; (1) terbatasnya 
sebesar 70 juta (Word Bank report).  
kecukupan dan mutu pangan; (2) terbatasnya 
Angka  estimasi  relatif  baru  1995  –  1999  akses  dan  rendahnya  mutu  layanan  kese‐
dari  UNCTAD,  United  Nations  Report  2002  hatan;  (3)  terbatasnya  akses  dan  rendahnya 
jumlah  penduduk  49  negara  terbelakang  mutu  layanan  pendidikan;  (4)  terbatasnya 
(LDC)  sebesar  613  juta  yang  hidup  dengan  kesempatan kerja dan berusaha; (5) lemahnya 
biaya  di  bawah  $1  per  hari  sebesar  307  juta  perlindungan  terhadap  aset  usaha,  dan 
orang. Sedang penduduk yang hidup dengan  perbedaan  upah;  (6)  terbatasnya  akses 
biaya  per  hari  di  bawah  $2  sebesar  495  juta  layanan  perumahan  dan  sanitasi;  (7)  terba‐
orang.  Di  negara  terbelakang  Afrika  pada  tasnya  akses  terhadap  air  bersih;  (8)  lemah‐
pertengahan  tahun  1990an,  terdapat  87  nya  kepastian  kepemilikan  dan  penguasaan 
persen  penduduknya  hidup  dengan  kon‐ tanah;  (9)  memburuknya  kondisi  lingkungan 

Memahami Kemiskinan dan Strategi Penanggulangannya ... (Nano Prawoto)  59
hidup  dan  sumberdaya  alam,  serta  terbatas‐ PEMBAHASAN 
nya akses masyarakat terhadap sumber daya 
alam;  (10)  lemahnya  jaminan  rasa aman;  (11)  Menurut  data  BPS  hasil  Susenas  pada  akhir 
lemahnya  partisipasi;  (12)  besarnya  beban  tahun 1998, garis kemiskinan penduduk per‐
kependudukan  yang  disebabkan  oleh  besar‐ kotaan  ditetapkan  sebesar  Rp.  96.959  per 
nya  tanggungan  keluarga;  (13)  tata  kelola  kapita  per  bulan  dan  penduduk  miskin 
pemerintahan  yang  buruk  yang  menyebab‐ perdesaan  sebesar  Rp.  72.780  per  kapita  per 
kan  inefisiensi  dan  inefektivitas  dalam  bulan.  Dengan  perhitungan  uang  tersebut 
pelayanan  publik,  meluasnya  korupsi  dan  dapat  dibelanjakan  untuk  memenuhi  kon‐
rendahnya  jaminan  sosial  terhadap  masyara‐ sumsi  setara  dengan  2.100  kalori  per  kapita 
kat. (Sahdan, 2005)  per  hari,  ditambah  dengan  pemenuhan 
Dalam  literatur  banyak  mendefinisikan  kebutuhan  pokok  minimum  lainnya,  seperti 
kemiskinan,  namun  pada  dasarnya    dapat  sandang, kesehatan, pendidikan, transportasi. 
dibedakan  menjadi  tiga  pengertian  kemiski‐ Angka garis kemiskinan ini jauh sangat tinggi 
nan antara lain; kemiskinan absolut, kemiski‐ bila  dibanding  dengan  angka  tahun  1996 
nan  relatif  dan  kemiskinan  kultural.  Seseo‐ sebelum  krisis  ekonomi  yang  hanya  sekitar 
rang  termasuk  golongan  miskin  absolut  apa‐ Rp.  38.246  per  kapita  per  bulan  untuk  pen‐
bila  hasil  pendapatannya  berada  di  bawah  duduk  perkotaan  dan  Rp.  27.413  bagi 
garis  kemiskinan,  tidak  cukup  untuk  meme‐ penduduk perdesaan. 
nuhi  kebutuhan  hidup  minimum:  pangan,  Sebagai  perbandingan  batas  kemiskinan 
sandang,  kesehatan,  papan,  pendidikan.  di  negara  maju  seperti  Amerika  Serikat, 
Seseorang  yang  tergolong  miskin  relatif  Departemen  Pertanian  AS  pertama‐tama 
sebenarnya telah hidup di atas garis kemiski‐ melakukan  estimasi  biaya  untuk  mendapat‐
nan  namun  masih  berada  di  bawah  kemam‐ kan makanan tepat gizi. Kemudian berdasar‐
puan  masyarakat  sekitarnya.  Sedang  miskin  kan asumsi bahwa  orang miskin membelan‐
kultural  berkaitan  erat  dengan  sikap  seseo‐ jakan  sepertiga  pendapatan  mereka  untuk 
rang atau sekelompok masyarakat yang tidak  makanan. Batas kemiskinan dihitung dengan 
mau  berusaha  memperbaiki  tingkat  mengalikan  biaya  makanan  tersebut  3  (tiga) 
kehidupannya sekalipun ada usaha dari fihak  kali.  Penyesuaian  dilakukan  atas  dasar 
lain  yang  membantunya.  Lebih  lanjut,  garis  keluarga  dan  inflasi  dari  waktu  ke  waktu. 
kemiskinan  merupakan  ukuran  rata‐rata  Batas resmi pendapatan tunai untuk keluarga 
kemampuan  masyarakat  untuk  dapat  me‐ miskin dengan empat anggota adalah $16.400 
menuhi kebutuhan hidup minimum. Melalui  pada  tahun  1997.  Keluarga  dengan  empat 
pendekatan  sosial  masih  sulit  mengukur  anggota  yang  berada  pada  atau  dibawah 
garis  kemiskinan  masyarakat,  tetapi  dari  batas  pendapatan  tersebut  dikatakan  berada 
indikator  ekonomi  secara  teoritis  dapat  dihi‐ pada  garis  kemiskinan.  Batas  kemiskinan 
tung  dengan  menggunakan  tiga  pendekatan,  tahun  1997  adalah  terbentang  mulai  $8.350 
yaitu pendekatan produksi, pendapatan, dan  per  tahun  untuk  orang  yang  hidup  sendiri 
pengeluaran.  Sementara  ini  yang  dilakukan  dan  $32.566  untuk  keluarga  dengan  9  (sem‐
Biro Pusat Statistik (BPS) untuk menarik garis  bilan) atau lebih anggota. Definisi kemiskinan 
kemiskinan  adalah    dengan  menggunakan  didasarkan  pada  pendapatan  tunai  sebelum 
pendekatan pengeluaran.   pajak,  termasuk  transfer  tunai,  tetapi  tidak 
memasukkan  nilai  transfer  non  tunai  seperti 

60 Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 9, Nomor 1, April 2008: 56 ‐ 68 
jatah  makan,  bantuan  kesehatan,  perumahan  pada  tahun  2002.  Penurunan  jumlah  pen‐
yang  bersubsidi,  atau  asuransi  kesehatan  duduk miskin juga terjadi pada periode 2002‐
tenaga kerja otomatis (McEachern, 2001).  2005  sebesar  3,3  juta,  yaitu  dari  38,40  juta 
pada  tahun  2002  menjadi  35,10  juta  pada 
Angka Kemiskinan Indonesia  tahun  2005.  Persentase  penduduk  miskin 
turun  dari  18,20  persen  pada  tahun  2002 
Tabel  1  menunjukkan  bahwa  jumlah  pendu‐ menjadi 15,97 persen pada tahun 2005. 
duk  miskin  di  Indonesia  lebih  banyak 
didominasi  di  daerah  pedesaan,  lebih  2  kali   
lipat  dari  perkotaan.  jumlah  dan  persentase  60,00
penduduk  miskin  pada  periode  1996‐2005  49,50 47,97
50,00
berfluktuasi  dari  tahun  ke  tahun  meskipun  38,70 37,90 38,40 37,30 39,05
40,00 34,01 36,20 35,10
terlihat  adanya  kecenderungan  menurun 
30,00
pada  periode  2000‐2005.  Pada  periode  1996‐
20,00
1999  jumlah  penduduk  miskin  meningkat 
sebesar  13,96  juta  karena  krisis  ekonomi,  10,00

yaitu dari 34,01 juta pada tahun 1996 menjadi  0,00
1996 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006
47,97 juta pada tahun 1999. 
Persentase  penduduk  miskin  meningkat  Gambar  1.  Jumlah  Penduduk  miskin  di 
dari  17,47  persen  menjadi  23,43  persen  pada  Indonesia (dalam jutaan) 
periode  yang  sama.  Pada  periode  1999‐2002   
terjadi  penurunan  jumlah  penduduk  miskin  Jumlah  penduduk  miskin  di  Indonesia 
sebesar  9,57  juta,  yaitu  dari  47,97  juta  pada  pada  bulan  Maret  2006  sebesar  39,05  juta 
tahun  1999  menjadi  38,40  juta  pada  tahun  (17,75  persen).  Dibandingkan  dengan  pen‐
2002.  Secara  relatif  juga  terjadi  penurunan  duduk  miskin  pada  Februari  2005  yang  ber‐
persentase  penduduk  miskin  dari  23,43  per‐ jumlah  35,10  juta  (15,97  persen),  berarti 
sen  pada  tahun  1999  menjadi  18,20  persen  jumlah  penduduk  miskin  meningkat  sebesar 

Tabel 1. Jumlah dan Prosentase Penduduk Miskin di Indonesia Menurut Daerah, 
Tahun 1996‐2006 
Jumlah Penduduk Miskin (Juta)  Prosentase Penduduk Miskin 
Tahun  
Kota  Desa  Kota+Desa  Kota  Desa  Kota+Desa 
1996  9,42  24,59  34,01  13,39  19,78  17,47 
1998  17,60  31,90  49,50  21,92  25,72  24,23 
1999  15,64  32,33  47,97  19,41  26,03  23,43 
2000  12,30  26,40  38,70  14,60  22,38  19,14 
2001  8,60  29,30  37,90  9,76  24,84  18,41 
2002  13,30  25,10  38,40  14,46  21,10  18,20 
2003  12,20  25,10  37,30  13,57  20,23  17,42 
2004  11,40  24,80  36,20  12,13  20,11  16,66 
2005  12,40  22,70  35,10  11,37  19,51  15,97 
2006  14,29  24,76  39,05  13,36  21,90  17,75 
 Sumber : Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (susenas) 

Memahami Kemiskinan dan Strategi Penanggulangannya ... (Nano Prawoto)  61
3,95  juta.  Pertambahan  penduduk  miskin  di  terlembaganya  nilai‐nilai  seperti  apatis, 
daerah  perdesaan  sedikit  lebih  tinggi  dari  apolitis,  fatalistik,  ketidakberdayaan, 
pada  daerah  perkotaan.  Selama  periode  dsb.  Sementara  dalam  konteks  dimensi 
Februari  2005‐Maret  2006,  penduduk  miskin  struktural  atau  politik,  orang  yang 
di  daerah  perdesaan  bertambah  2,06  juta,  mengalami  kemiskinan  ekonomi  pada 
sementara  di  daerah  perkotaan  bertambah  hakekatnya karena mengalami kemiski‐
1,89 juta orang. Persentase penduduk miskin  nan struktural dan politis.  
antara daerah perkotaan dan perdesaan tidak 
2. Lebih  bernuansa  karitatif  (kemurahan 
banyak  berubah.  Pada  bulan  Februari  2005, 
hati)  ketimbang  produktivitas.  Penang‐
sebagian  besar  (64,67  persen)  penduduk 
gulangan  kemiskinan  yang  hanya 
miskin  berada  di  daerah  perdesaan,  semen‐
didasarkan  atas  karitatif,  tidak  akan 
tara  pada  bulan  Maret  2006  persentase  ini 
muncul  dorongan  dari  masyarakat 
turun  sedikit  menjadi  63,41  persen  (Berita 
miskin  sendiri  untuk  berupaya  bagai‐
Resmi Statistik, 2006). 
mana  mengatasi  kemiskinannya. 
30,00 Mereka  akan  selalu  menggantungkan 
25,00
24,23 23,43 diri pada bantuan yang diberikan pihak 
20,00 17,47
19,14 18,41 18,20
17,42 16,66 17,75 lain.  Padahal  program  penanggulangan 
15,97
15,00 kemiskinan  seharusnya  diarahkan 
10,00 supaya mereka menjadi produktif. 
5,00
3. Memosisikan  masyarakat  miskin  seba‐
0,00
1996 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006
gai  objek  daripada  subjek.  Seharusnya, 
mereka  dijadikan  sebagai  subjek,  yaitu 
Gambar 2. Persentase Penduduk Miskin  sebagai  pelaku  perubahan  yang  aktif 
di Indonesia  terlibat  dalam  aktivitas  program 
penanggulangan kemiskinan. 
Paradigma yang Keliru 
4. Pemerintah  masih  sebagai  penguasa 
Program  penanggulangan  kemiskinan  yang  daripada fasilitator. Dalam penanganan 
dilakukan  oleh  pemerintah  selama  ini  hasil‐ kemiskinan,  pemerintah  masih  bertin‐
nya  masih  belum  sesuai  harapan  semua  dak  sebagai  penguasa  yang  kerapkali 
pihak.  Evaluasi  penanganan  tampaknya  turut campur tangan terlalu luas dalam 
masih  memperlihatkan  beberapa  kekeliruan  kehidupan  orang‐orang  miskin.  Sebali‐
paradigmatik  (Huraerah, 2005):  knya,  pemerintah  semestinya  bertindak 
sebagai  fasilitator,  yang  tugasnya 
1. Masih berorientasi pada aspek ekonomi  mengembangkan  potensi‐potensi  yang 
daripada  aspek  multidimensional.  mereka  miliki.  Dalam  hal  ini,  Suharto 
Penanggulangan  kemiskinan  dengan  (2003)  mengatakan  bahwa  paradigma 
fokus  perhatian  pada  aspek  ekonomi  baru  menekankan  “apa  yang  dimiliki 
terbukti  mengalami  kegagalan,  karena  orang  miskin”  ketimbang  “apa  yang 
pengentasan  kemiskinan  yang  direduk‐ tidak  dimiliki  orang  miskin”.  Potensi 
si  dalam  soal‐soal  ekonomi  tidak  akan  orang  miskin  tersebut  bisa  berbentuk 
mewakili  persoalan  kemiskinan  yang  aset  personal  dan  sosial,  serta  berbagai 
sebenarnya.  Dalam  konteks  budaya,  strategi  penanganan  masalah  (coping 
orang  miskin  diindikasikan  dengan 

62 Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 9, Nomor 1, April 2008: 56 ‐ 68 
strategies)  yang  telah  dijalankannya  Berbagai  program  yang  dijalankan  oleh 
secara lokal.   pemerintah  tersebut,  lebih  banyak  menuai 
kegagalan  dibandingkan  dengan  keberhasi‐
Kegagalan Penanggulangan Kemiskinan  lannya.  Program  yang  dilakukan  banyak 
mengalami  kegagalan  dikarenakan  pada 
Kebijakan  penanggulangan  kemiskinan  pelaksanaannya  terjadi  penyimpangan‐
selama  ini,  dilakukan  secara  sentralistik  oleh  penyimpangan,  seperti  KUT  (kredit  usaha 
pemerintah pusat yang diwakili BAPPENAS,  tani).  Sejak  tahun  2000,  program  KUT  yang 
dengan  dana  APBN  (Anggaran  Pendapatan  dianggap gagal total diganti pemerintah den‐
dan  Belanja  Negara)  dan  utang  kepada  Bank  gan  program  baru  yakni  Program  Kredit 
Dunia serta lembaga keuangan multinasional  Ketahanan  Pangan  (KKP)  yang  pelaksa‐
lainnya.  Sejak  tahun  1970‐an  dengan  kebija‐ naannya  diserahkan  sepenuhnya  kepada 
kan  pembangunan  pertumbuhan  ekonomi  bank,  pemerintah  hanya  bertindak  sebagai 
yang  tinggi    pemerintah  pusat  menjadikan  pemberi  subsidi  pada  tahap  awal.  Di 
desa  dan  sebagian  kota  sebagai  obyek  dari  samping  program  KUT  dan  KKP  juga  ada 
seluruh  proyek  yang  dijalankan  untuk  Program  Pengembangan  Kecamatan  (PPK). 
menanggulangi  kemiskinan.  Berdasarkan  Program  ini  bertujuan  mengurangi  kemiski‐
kebijakan  tersebut,  pemerintah  pusat  men‐ nan  di  tingkat  pedesaan,  sekaligus  memper‐
jalankan program‐programnya dalam bentuk:  baiki  kinerja  pemerintah  daerah  dengan  cara 
(1)  menurunkan  bantuan  kredit,  jaminan  memberi  bantuan  modal  dan  pengadaan 
usaha  dan  pengadaan  sarana  dan  prasarana  infrastruktur.  Inti  dari  program  ini  adalah 
di  desa  seperti  PUSKESMAS,  INPRES,  KUD,  perencanaan  yang  melibatkan  masyarakat, 
dan  sebagainya;  (2)  mengusahakan  pemenu‐ laki‐laki  dan  perempuan,  termasuk  masyara‐
han  kebutuhan  pangan  melalui  distribusi  kat  miskin.  Program  ini  di  beberapa  daerah 
sembako yang dibagikan secara gratis kepada  mengalami  kegagalan,  karena  tidak  adanya 
penduduk miskin; (3) mengusahakan pelaya‐ perencanaan  yang  matang  dan  juga 
nan  kesehatan  yang  memadai  dengan  kurangnya  transparansi  penggunaan  dan 
menyebarkan  tenaga‐tenaga  kesehatan  ke  alokasi anggaran kepada masyarakat desa.    
desa  dan  pengadaan  obat‐obatan  melalui 
PUSKESMAS; (4) mengusahakan penyediaan  Kisah  kegagalan  program  yang  diran‐
fasilitas  pendidikan  dasar  dengan  pendirian  cang  dan  didanai  oleh  pemerintah  dan  Bank 
sekolah‐sekolah  INPRES;  (5)   menyediakan  Dunia,  juga  terjadi  dalam  Program  Padat 
kesempatan  bekerja  dan  berusaha  melalui  Karya Desa‐Pengembangan Wilayah Terpadu 
proyek‐proyek  perbaikan  sarana  dan  (PKD‐PWT)  di  NTT,  Sulawesi  Selatan,  NTB 
prasarana  milik  pemerintah,  penyediaan  dan  Sulawesi  Utara  serta  program  PDMDEK 
kredit  dan  modal  usaha  yang  diberikan  di Jawa Barat. Program PKD‐PWT membagi‐
dalam  bentuk  pinjaman  kepada  masyarakat  kan  uang  bantuan  sebesar  50  juta  rupiah 
miskin;  (6)  memenuhi  kebutuhan  papan  dan  kepada  setiap  desa  dan  langsung  disalurkan 
sanitasi  dengan  penyediaan  rumah‐rumah  ke  rekening  Tim  Pelaksana  Desa  (TPD). 
sederhana  untuk  orang  miskin  PERUMNAS;  Jumlah  desa  yang  dibantu  dengan  program 
(7)  mengusahakan  pemenuhan  air  bersih  ini  mencapai  1.957  desa.  Program  ini 
dengan  pengadaan  PAM;  (8)  menyediakan  mengalami  kegagalan,  karena  proses  peren‐
sarana  listrik  masuk  desa,  sarana  telekomu‐ canaan, pelaksanaan dan penyaluran bantuan 
nikasi dan sejenisnya; dan sebagainya.  kepada desa, sangat tergantung kepada TPD. 
Sementara  PDMDEK  di  Jawa  Barat,  menga‐

Memahami Kemiskinan dan Strategi Penanggulangannya ... (Nano Prawoto)  63
lami  kegagalan  karena  dana  bergulir  yang  memperbaiki  kondisi  pemukiman  perkotaan 
diberikan  kepada  masing‐masing  desa  dan  pedesaan,  perluasan  kesempatan  pen‐
sebanyak 14 juta rupiah per desa, digunakan  didikan  dan  kerja  untuk  para  pemuda, 
masyarakat untuk tujuan konsumtif. (Sahdan,  penyelenggaraan  pendidikan  dan  pelatihan 
2005)  bagi  orang  dewasa,  dan  pemberian  bantuan 
kepada  kaum  miskin  usia  lanjut.  Selain 
Masih banyak program lain dalam upaya 
program  pemerintah,  juga  kalangan 
mengatasi  kemiskinan  tersebut  telah  dilaku‐
masyarakat  ikut  terlibat  membantu  kaum 
kan, misalnya, program Inpres Desa Terting‐
miskin  melalui  organisasi  kemasyarakatan, 
gal  (IDT).  Inpres  ini,  yaitu  Inpres  No.  5/1993 
gereja,  dan sebagainya. Sedangkan di  negara 
tentang Peningkatan Penanggulangan Kemis‐
Indonesia sebenarnya dari uraian di atas juga 
kinan.  Pada  saat  terjadinya  krisis  ekonomi 
melakukan  upaya  yang  hampir  sama  seperti 
yang  kemudian  berlanjut  menjadi  krisis 
yang dilakukan di Amerika Serikat, mungkin 
multidimensional,  diluncurkan  program 
tingkat  komprehensifitasnya  yang  masih 
daerah  dalam  mengatasi  dampak  krisis 
diperlukan.  Penanganan  kemiskinan  di 
ekonomi  (PDM‐DKE)  yang  kemudian  dilan‐
Indonesia  masih  didominasi  sektor  ekonomi, 
jutkan  dengan  program  pengentasan  kemis‐
belum  begitu  menyentuh  aspek  lain  seperti 
kinan  perkotaan  (P2KP),  dan  lain‐lain. 
sosial,  budaya,  hukum  dan  politik,  bahkan 
Meskipun  masyarakat  miskin  telah  menda‐
agama. 
patkan  bantuan  program  pengentasan 
kemiskinan,  tapi  hasilnya  tidak  seperti  yang  Kekeliruan paradigma dalam memahami 
diharapkan. Dengan demikian evaluasi selalu  kemiskinan  tentu  menyebabkan  adanya 
harus  dilakukan  oleh  pemerintah  karena  analisis  yang  keliru,  artinya  seharusnya 
bagaimanapun  program  penanggulangan  memunculkan  variabel‐variabel  yang  signi‐
kemiskinan tetap harus dijalankan.  fikan  untuk  menganggulangi  kemiskinan 
justru  variabel  yang  tidak  signifikan 
Strategi Penanggulangan Kemiskinan  dimasukkan, sehingga estimasi bias dan hasil 
yang  diharapkan  tidak  terjadi.  Mencermati 
Memahami  dan  upaya  menangani  kemiski‐ beberapa  kekeliruan  paradigmatik  penang‐
nan memang menarik untuk disimak. Dalam  gulangan  kemiskinan  tadi,  ada  strategi  yang 
teori  ekonomi  mengatakan  bahwa  untuk  harus dilakukan untuk mengatasi kemiskinan 
memutus  mata  rantai  lingkaran  setan  kemis‐ (Huraerah, 2005): 
kinan dapat dilakukan peningkatan keteram‐
pilan sumber daya manusianya, penambahan  1. Karena  kemiskinan  bersifat  multi‐
modal  investasi,  dan  mengembangkan  dimensional,  maka  program  pengen‐
teknologi.  Melalui  berbagai  suntikan  maka  tasan  kemiskinan  seyogyanya  juga 
diharapkan  produktifitas  akan  meningkat.  tidak  hanya  memprioritaskan  aspek 
Namun,  dalam  praktek  persoalannya  tidak  ekonomi  tapi  memperhatikan  dimensi 
semudah  itu.  Lantas  apa  yang  dapat  dilaku‐ lain.  Dengan  kata  lain,  pemenuhan 
kan?  Program‐program  penanggulangan  kebutuhan  pokok  memang  perlu 
kemiskinan  sudah  banyak  dilaksanakan  di  mendapat  prioritas,  namun  juga  harus 
berbagai  negara.  Sebagai  perbandingan,  di  mengejar  target  mengatasi  kemiskinan 
Amerika  Serikat  program  penanggulangan  nonekonomik.  Strategi  pengentasan 
kemiskinan  diarahkan  untuk  meningkatkan  kemiskinan  hendaknya  diarahkan 
kerjasama  ekonomi  antarnegara  bagian,  untuk  mengikis  nilai‐nilai  budaya 

64 Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 9, Nomor 1, April 2008: 56 ‐ 68 
negatif seperti apatis, apolitis, fatalistik,  ke desa. Artinya strategi daerah menciptakan 
ketidakberdayaan,  dan  sebagainya.  iklim  yang  memungkinkan  masyarakat 
Apabila  budaya  ini  tidak  dihilangkan,  berkembang,  memperkuat  potensi  dan  daya 
kemiskinan  ekonomi  akan  sulit  untuk  yang  dimiliki  masyarakat,  juga  model 
ditanggulangi.  Selain  itu,  langkah  pemberdayaan masyarakat. 
pengentasan  kemiskinan  yang  efektif 
Strategi  yang  bersifat  bantuan  langsung 
harus  pula  mengatasi  hambatan‐
(BLT)  ke  masyarakat  miskin  yang  diseleng‐
hambatan  yang  sifatnya  struktural  dan 
garakan  selama  ini  sangat  bersifat  jangka 
politis. 
pendek  dan  itu  sebenarnya  menurut  penga‐
2. Untuk  meningkatkan  kemampuan  dan  laman  di  negara  maju  seperi  misalnya 
mendorong  produktivitas,  strategi  yang  Amerika  Serikat,  BLT  hanya  diberikan 
dipilih adalah peningkatan kemampuan  kepada  masyarakat  yang  benar‐benar  tidak 
dasar  masyarakat  miskin  untuk  berdaya.  Strategi  yang  dikembangkan  yang 
meningkatkan  pendapatan  melalui  berorentasi  jangka  panjang  adalah  justru 
langkah  perbaikan  kesehatan  dan  bantuan  tidak  langsung  yang  bersifat 
pendidikan,  peningkatan  keterampilan  pemberdayaan.  misalnya,  program  pening‐
usaha,  teknologi,  perluasan  jaringan  katan  kemampuan  dan  keterampilan  kerja/ 
kerja (networking), serta informasi pasar.   usaha melalui pendidikan dan latihan‐latihan 
kerja,  perluasan  jaringan  usaha  (networking), 
3. Melibatkan  masyarakat  miskin  dalam 
dan informasi pasar, bantuan modal kerja.  
keseluruhan  proses  penanggulangan 
kemiskinan,  mulai  dari  perencanaan,  Untuk  menunjang  keberhasilan  strategi 
pelaksanaan,  pengawasan,  dan  eva‐ tersebut,  diperlukan  unsur‐unsur  berikut  
luasi, bahkan pada proses pengambilan  (Sahdan, 2005): 
keputusan.  
1. Upaya  penanggulangan  kemiskinan 
4. Strategi  pemberdayaan.  Kelompok  tersebut  sebaiknya  dilakukan  secara 
agrarian  populism  yang  dipelopori  menyeluruh, terpadu, lintas sektor, dan 
kelompok  pakar  dan  aktivis  LSM,  sesuai  dengan  kondisi  dan  budaya 
menegaskan, masyarakat miskin adalah  lokal,  karena  tidak  ada  satu  kebijakan 
kelompok  yang  mampu  membangun  kemiskinan yang sesuai untuk semua. 
dirinya  sendiri  jika  pemerintah  mau 
2. Memberikan  perhatian  terhadap  aspek 
memberi  kebebasan  bagi  kelompok  itu 
proses,  tanpa  mengabaikan  hasil  akhir 
untuk mengatur dirinya.  
dari  proses  tersebut.  Biarkan  orang 
Selain  strategi  di  atas  barangkali  dalam  miskin  merasakan  bagaimana  proses 
era  otonomi  daerah  sekarang  ini  sebesarnya  mereka bisa keluar dari lingkaran setan 
jika  kita  jujur  bahwa  data  kemiskinan,  baik  kemiskinan. 
yang  bersifat  kuantitatif  maupun  kualitatif 
3. Melibatkan dan merupakan hasil proses 
yang  menyangkut  perilaku,  potensi,  daya 
dialog  dengan  berbagai  pihak  dan 
saing  masyarakat  adalah  pemerintah  daerah. 
konsultan  dengan  segenap  pihak  yang 
Memang ironisnya pemerintah daerah seolah 
berkepentingan  terutama  masyarakat 
tidak  tanggap.  Dan  ketika  wartawan  dan 
miskin. 
media  massa  mengekspos  ada  daerah  yang 
penduduknya makan nasi ”aking” atau ”telo”, 
Bupati  dan  jajarannya  baru  gerah  dan  turun 

Memahami Kemiskinan dan Strategi Penanggulangannya ... (Nano Prawoto)  65
4. Meningkatkan  kesadaran  dan  kepedu‐ hanya  dengan  mengandalkan  pende‐
lian  di  kalangan  semua  pihak  yang  katan  ekonomi,  akan  tetapi  juga 
terkait,  serta  membangkitkan  gairah  mengandalkan  kebijakan  dan  program 
mereka  yang  terlibat  untuk  mengambil  di  bidang  sosial,  politik,  hukum  dan 
peran  yang  sesuai  agar  tercipta  rasa  kelembagaan.  
memiliki program. 
3. Kebijakan  dan  Program  yang  Melin‐
5. Menyediakan  ruang  gerak  yang  seluas‐ dungi  Kelompok  Miskin.  Kelompok 
luasnya, bagi munculnya aneka inisiatif  masyarakat miskin sangat rentan terha‐
dan  kreativitas  masyarakat  di  berbagai  dap  goncangan  internal  (misalnya 
tingkat. Dalam hal ini, pemerintah lebih  kepala  keluarga  meninggal,  jatuh  sakit, 
berperan  hanya  sebagai  inisiator,  kena  PHK)  maupun  goncangan  ekster‐
selanjutnya bertindak sebagai fasilitator  nal  (misalnya  kehilangan  pekerjaan, 
dalam  proses  tersebut,  sehingga  akhir‐ bencana  alam,  konflik  sosial),  karena 
nya, kerangka dan pendekatan penang‐ tidak  memiliki  ketahanan  atau  jaminan 
gulangan  kemiskinan  disepakati  bersa‐ dalam  menghadapi  goncangan‐gonca‐
ma.  ngan tersebut.  
6. Pemerintah  dan  pihak  lainnya  4. Kebijakan dan Program untuk memutus 
(ORNOP,  Perguruan  Tinggi,  pengusa‐ pewarisan  kemiskinan  antar  generasi; 
ha,  masyarakat  madani,  partai  politik  hak  anak  dan  peranan  perempuan. 
dan  lembaga  sosial  keagamaan)  dapat  Kemiskinan  seringkali  diwariskan  dari 
bergabung  menjadi  kekuatan  yang  generasi ke generasi berikutnya. Karena 
saling mendukung.  itu,  rantai  pewarisan  kemiskinan  harus 
diputus. Meningkatkan pendidikan dan 
7. Mereka  yang  bertanggungjawab  dalam 
peranan  perempuan  dalam  keluarga 
menyusun  anggaran  belanja  harus 
adalah salah satu kunci memutus rantai 
menyadari pentingnya penanggulangan 
kemiskinan.  
kemiskinan  ini  sehingga  upaya  ini 
ditempatkan  dan  mendapat  prioritas  5. Kebijakan  dan  program  penguatan 
utama  dalam  setiap  program  di  setiap  otonomi  desa.  Otonomi  desa  dapat 
instansi.  Dengan  demikian,  penanggu‐ menjadi  ruang  yang  memungkinkan 
langan  kemiskinan  menjadi  gerakan  masyarakat  desa  dapat  menanggulangi 
dari, oleh dan untuk rakyat.  sendiri kemiskinannya.  
Secara  umum,  program  strategis  yang 
Penanggulangan Kemiskinan Aspek 
dapat  dijalankan  untuk  menanggulangi 
Sosial Budaya  
kemiskinan  adalah: 
1. Membuka  peluang  dan  kesempatan  Mengingat  kemiskinan  yang  sebenarnya 
berusaha  bagi  orang  miskin  untuk  tidak  sekedar  miskin  secara  ekonomi,  maka 
berpartisipasi  dalam  proses  pemba‐ penanggulangan  kemiskinan  dari  aspek 
ngunan ekonomi.   sosial budaya juga sangat diharapkan melalui 
beberapa program seperti: 
2. Kebijakan  dan  program  untuk  mem‐
berdayakan  kelompok  miskin.  Kemis‐ 1. Dengan  adanya  keberagaman  budaya 
kinan  memiliki  sifat  multidimensional,  (multikultur)  dan  kearifan  lokal  (local 
maka  penanggulangannya  tidak  cukup  wisdom),  yang  juga  diperlukan  pencer‐

66 Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 9, Nomor 1, April 2008: 56 ‐ 68 
matan  tersendiri,  apabila  melakukan  Tabel 2 . Nilai Komposit Kemajuan 
proses  empowerment  masyarakat  miskin 
maka  melakukan    transformasi  sosial  dari  Nilai Komposit  Nilai Komposit 
masyarakat  yang  tidak  berdaya,  menjadi  Kemajuan  Keterbelakangan 
masyarakat  berdaya,  untuk  selanjutnya  1. Produktif dan  Eksploitatif dan 
berproses  menuju  masyarakat  mandiri  humanistik  intimidatif 
hingga  mencapai  suatu  masyarakat  yang 
2. Keadilan dan  Imperalistik dan berbudi 
madani (civil society).  berbudi pekerti  pekerti  rendah 
tinggi 
2. Patriarkhi  menempatkan  perempuan 
sebagai  subordinat,  sehingga  terjadi  3. Menjunjung  Bercerai berai dan saling 
tinggi solidaritas  menyalahkan 
peran  dominasi  laki‐laki  atas  perempuan 
dalam  ranah  keluarga  maupun  kemasya‐ 4. Mengutamakan  Mendahulukan hasil 
rakatan.  Dari  sini  akan  memunculkan  keberlanjutan dan  segera dan kerapuhan 
ketegaran diri  diri yang tinggi 
ketidaksetaraan  yang  lebih  menguntung‐ yang tinggi 
kan  laki‐laki  dan  lebih  jauh  mengarah 
ketidakadilan  gender,  sehingga  untuk   
melakukan  perubahan  sosial  dalam  Tabel 3. Nilai‐nilai Dasar Kemajuan 
mendekonstruksi  ketidakadilan  gender 
dalam  pembangunan  harus  dilakukan  Nilai‐nilai Dasar  Nilai‐nilai Dasar 
melalui perspektif gender.  Kemajuan  Terbelakang 

3. Meningkatkan  peran  keberadaan  para  1. Rasa malu dan  Rai gedheg dan rendah 


elite  di  masyarakat  dalam  sebuah  kultur  harga diri  diri 
yang  paternalistik  adalah  sangat  berpe‐ 2. Kerja keras  Kerja lembek 
ngaruh dalam hubungan kemasyarakatan  3. Rajin dan disiplin  Malas dan seenaknya 
dan memiliki andil besar dalam kebijakan 
4. Hidup hemat dan  Borong dan konsumtif 
pembangunan aras desa.  produktif 
4. Reformasi diri melalui perubahan budaya  5. Gandrung inovasi  Resisten inovasi 
ʺstatikʺ ke budaya ʺprogresifʺ di kalangan  Askriptif/ primordial 
6. Menghargai 
masyarakat.  Dari  budaya  yang  malas,  prestasi    
tidak  teratur,  kurang  disiplin,  statis  dll, 
7. Sistematik dan  Acak dan difuse 
menjadi  memiliki  budaya  giat  bekerja,  terorganisir    
teratur, disiplin, ambil bagian, progresif. 
8. Empati tinggi  Antipati tinggi 
5. Morishama (1982) mengemukakan keber‐ 9. Rasional/  Emosional/personal 
hasilan  pembangunan  ekonomi  Jepang  impersonal    
terjadi  sebagai  akibat  dari  ciri‐ciri  10. Sabar dan syukur  Pemarah dan penuntut 
konfusianisme  yang  mengajarkan  umat‐
11. Amanah (high  Tidak bisa dipercaya 
nya  loyal,  nasionalis,  dan  kolektivitas 
trust)    
sosial. 
12. Visi jangka  Visi jangka pendek 
6. Mengembangkan  nilai‐nilai  budaya  panjang 
bangsa  yang  lulur  pada  sisi  nilai  dasar 
dan komposit kemajuan seperti pada dua 
Tabel 2  dan Tabel 3. (Tri Pranadji, 2004) 

Memahami Kemiskinan dan Strategi Penanggulangannya ... (Nano Prawoto)  67
KESIMPULAN  memberikan  perhatian  terhadap  aspek 
proses,  tanpa  mengabaikan  hasil  akhir  dari 
Masalah  kemiskinan  sampai  saat  ini  terus‐ proses  tersebut;  melibatkan  dan  merupakan 
menerus  menjadi  masalah  yang  berkepanja‐ hasil  proses  dialog  dengan  berbagai  pihak 
ngan.  Sebenarnya  sudah  banyak  program  dan  konsultan  dengan  segenap  pihak  yang 
pengentasan kemiskinan yang dilakukan oleh  berkepentingan terutama masyarakat miskin; 
pemerintah,  namun  belum  membawa  peru‐ meningkatkan  kesadaran  dan  kepedulian  di 
bahan yang berarti.   kalangan  semua  pihak  yang  terkait;  menye‐
diakan ruang gerak yang seluas‐luasnya, bagi 
Program‐program  penanggulangan  ke‐ munculnya  aneka  inisiatif  dan  kreativitas 
miskinan  sudah  banyak  dilaksanakan  di  masyarakat;  Pemerintah  dan  pihak  lainnya 
berbagai negara. Strategi pembangunan yang  bergabung  menjadi  kekuatan  yang  saling 
dikembangkan  bangsa  Indonesia  selama  ini  mendukung. 
adalah  bertumpu  pada  pertumbuhan  ekono‐
mi  yang  tinggi.  Pertumbuhan  ekonomi  yang 
DAFTAR PUSTAKA 
dianggap  tinggi  tersebut  ternyata  tidak 
diikuti  dengan  pemerataan  distribusi  penda‐
patan  pada  semua  golongan  masyarakat.  Dalle  Daniel.  2003.  “Pemberdayaan  Masya‐
Sehingga  terjadi    trade‐off  antara  pertumbu‐ rakat  Miskin  di  Era  Otonomi  Daerah”. 
han dan pemerataan.  Jurnal  Ekonomi  Rakyat  Tahun  II,  No.  2. 
Yogyakarta. 
Mencermati  beberapa  kekeliruan  para‐
digmatik  penanggulangan  kemiskinan,  Sahdan,  Gregorius.  2005.  Menganggulangi 
dimana  analisis  yang    seharusnya  memun‐ Kemiskinan  Desa.  Artikel‐Ekonomi 
culkan  variabel‐variabel  yang  signifikan  Rakyat dan Kemiskinan. Yogyakarta. 
Suntuk  menganggulangi  kemiskinan  justru  Hudiyanto.  2001.  Pengantar  Ekonomi  Pemba‐
variabel  yang  tidak  signifikan  dimasukkan,  ngunan. PPE UMY. Yogyakarta. 
maka  strategi  yang  harus  dilakukan  untuk 
Huraerah, Abu. 2005. Strategi Penanggulangan 
mengatasi  kemiskinan:  seyogyanya  juga 
Kemiskinan.  www.google.com,    Indone‐
tidak hanya memprioritaskan aspek ekonomi 
sia. 
tapi  memperhatikan  dimensi  lain;  untuk 
meningkatkan  kemampuan  dan  mendorong  McEachern,  William  A.  2001.  Ekonomi  Mikro, 
produktivitas,  strategi  yang  dipilih  adalah  Terjemahan.  Penerbit  Salemba  Empat. 
peningkatan  kemampuan  dasar  masyarakat  Jakarta. 
miskin  untuk  meningkatkan  pendapatan; 
Prawoto,  Nano.  2005.  “Analisis  Elastisitas 
melibatkan  masyarakat  miskin  dalam 
dan  Tingkat  Kesulitan  Realisasi  Pene‐
keseluruhan  proses  penanggulangan  kemis‐
rimaan  Sumber  Keuangan  Kabupaten 
kinan; strategi pemberdayaan.  
Sleman”.  Jurnal  Ekonomi  dan  Studi 
Untuk  menunjang  keberhasilan  strategi  Pembangunan  Vol 6 No. 1. FE UMY 
tersebut,  diperlukan  unsur‐unsur  berikut: 
Wiwik  Suhartiningsih.  2006.  Kemiskinan  dan 
Upaya  tersebut  sebaiknya  dilakukan  secara 
Data  Kemiskinan.  www.google.  com, 
menyeluruh,  terpadu,  lintas  sektor,  dan 
Indonesia. 
sesuai  dengan  kondisi  dan  budaya  lokal; 

68 Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 9, Nomor 1, April 2008: 56 ‐ 68 

Anda mungkin juga menyukai