Anda di halaman 1dari 4

Nama : Lila Darul Qomariyah

NIM : 1905128007

PENGENALAN OBJEK

Teori-teori Perseptual

Para psikolog yang mempelajari persepsi telah mengembangkan dua teori utama tentang cara
manusia manusia memahami dunia. Sebuah teori, persepsi konstruktif (constructive perception),
menyatakan bahwa manusia “mengkostuksi” persepsi dengan secara aktif memilih stimuli dan
menggabungkan sensasi dengan memori. Sedangkan persepsi langsung (direct perseption),
menyatakan bahwa persepsi terbentuk dari perolehan informasi secara langsung dari lingkungan.

Persepsi adalah sebuah efek kombinasi dari informasi yang diteria sistem sensorik dan
penetahuan yang dipelajari tentang dunia yang didapatkan dari pengalaman. Perubahan-perubahan
pola pada stimulus-stimulus asli tetap dikenali karena adanya interferensi bawah sadar, yakni
sebuah proses ketika secara spontan mengitengrasikan informasi dari sejumlah sumber, untuk
menyusun suatu interpretasi.

Teori persepsi langsung menyatakan bahwa informasi dalam stimuli adalah elemen penting
dalam persepsi dan bahwa pembelajaran dan kognisi tidaklah penting dalam persepsi karena
lingkungan telah mengandung cukup informasi yang dapat digunakan untuk interpretasi. Menurut
James Gibson (1966, 1979) menyatakan bahwa “persepsi langsung mengasumsikan bahwa
keanekaragaman lapisan-lapisan optik sama kayanya dengan keanekaragaman dalam dunia ini”.

Pandangan persepsi langsung adalah penting bagi pemahaman terhadap persepi karena dua
alasan teori tersebut menekankan stimuli sensorik, mengindikasikan bahwa pemrosesan stimuli
berlangsung secara sederhana dan langsung, dan bahwa kognisi dan persepsi adalah fenomena yang
alamiah dan ekologis.

Pengalan Pola Visual

Teori-teori spesifik diantaranya teori kompitasional, teori Gestalt, pemrosesan bottun-up dan
top-down, pencocokan template, analisis fitur, teori prototipe, dan sebuah bentuk gabungan dari teori
persepsi. Kontur ilusoris adalah sejenis ilusi yang menggambarkan cara pikiran mengorganisasikan
stimuli visual sekaligus menggambarkan pentingnya fikiran dalam pengenalan objek. Berdasarakan
sudut pandang evolusioner kebutuhan untuk melihat bentuk, sudut dan pergerakan adalah kebutuhan
yang penting sekali bagi kelangsungan hidup.

Teori Gestalt

Organisasi pola, bagi para psikolog Gestalt melibatkan kerja sama seluruh stimuli dalam
menghasilkan sebuah kesan yang melampaui gabungan seluruh sensasi. Beberapa hukum Gestalt lain
meliputi: hukum keterdekatan, hukum kesamaan, hukum penutupan, hukum simetri, hukum
kontunuitas, dan hukum nasib bersama. Hukum keterdekatan misalnya membuat pengaturan dari
delapan titik yang tidak memiliki bentuk dan memiliki persepsi abstrak kemudian disusun yang setiap
dua titik dibuat berdampingan dengan jarak tertentu sehingga terbentuk pola yang saling berdekatan.
Selanjutnya jika pola titik-titik diubah dan disusun dua baris maka merupakan pengaruh hukum
kesamaan. Beberapa pola stimuli tampaknya dipersepsi dengan cara yang sama oleh sebagian besar
orang, fenomena ini dinamai hukum penutupan. Menurut para sikolog Gestalt, hukum simetris
terjadi ketika suatu objek tidak simetris menyebakan objek tersebut tampak menonjol. Ketika sedang
berusaha menguraikan sebuah stimuli persepstual artinya kita sedang menerapkan hukum
kontiunitas. Kontuinitas memungkinkan pikiran kita untuk melanjutkan atau meneruskan suatu pola
sekalipun secara fisik pola tersebut telah terhenti. Hukum nasib bersama berisikan gagasan bahwa
objek-objek yang menghadap, menuju, atau bergerak keara yang sama pastilah tergabung dalam
kelompok yang sama sehingga dipersepsikan sebagai suatu kelompok.

Perseptif Kanonik

Peseptif Kanonik adalah sudut pandang terbaik untuk mempresentasikan suatu objek, atau
suatu citra yang muncul pertama kali dipikiran saat anda mengingat suatu bentuk. Representasi
Kanonik dibentuk melalui pengalaman dalam anggota sejenis dari suatu katagori, disebut eksemplar.
Sebuah penjelasan teoritis tentang generalitas perseptip kanonik adalah beradasarkan pengalaman
keseharian dengan objek-objek, mengembangkan memori permanen tentang pemandangan atau
penampilan paling representatif dari suatau objek dan tentang suatu pemandangan yang memberikan
informasi terbanyak.

Pemrosesan Bottom-Up versus Pemrosesan Top-down

Pemerosesan Bottom-up adalah teori yang mengajukan gagasan bahwa proses pengenalan
diawali oleh identifikasi terhadap bagian-bagian spesifik dari suatu pola, yang menjadi landasan bagi
pengenalan pola secara keseluruhan. Pemerosesan Top-down. Adalah teori yang mengajukan
gagasan bahwa proses pengenalan diawali oleh suatu hipotesis mengenai identitias suatu pola, yang
diikuti oleh pengenalan terhadapa bagian-bagian pola tersebut, berdsarkan asumsi yang sebelumnya
telah dibuat. Menurut Palmer dalam sebagian besar situasi, interpretasi terhadap bagian dan
keseluruhan pola terjadi secara bersamaan antara Top-down dan Bottom-up. Pemerosesan top-down
memerlukan sejumlah waktu pelaksanaan.

Pencocokan Template

Pencocokan template adalah sebuah teori mula-mula tentang cara otak mengenali pola dan
objek. Sebuah template merujuk sebuah kontruk internal ynag menyebakan terjadinya pengenalan
sebuah objek. Teori pencocokan template, sebuah teori pngenalan pola memiliki kekutan dan
kelemahan. Kekuatannya adalah agar dapat mengenali sebuah bentuk otak perlu melakukan
pembandingan stimuli visual tersebut dengan suatu bentuk internal yang tersimpan dalam memori,
sedangkan kelemahannya ketika pengenalan terhadap objek hanya taerjadi ketika objek eksternal
diidentifikasi persisi sama dengan representasi internal, maka jika terdapat sedikit perbedaan objek
tersebut tidak dapat dikenali.

Teori Geon (geometrical ion) mengajukan gagasan suatu bahwa seluruh bentuk-bentuk yang
kompleks tersusun dari geon-geon. Geon memiliki 24 yang membentuk sejenis sistem. Pemahaman
mngenai pengenalan sebuah objek diupayakan melalui dua pendekatan: (1) domain-general,
penjelasan yang mengatakan bahwa otak dan sistem kognitif memiliki proses-proses umum untuk
mengenali sejumlah besar katagori objek; (2) domain-spesifik yakni penjelasan bahwa otak dan
sistem memiliki “sistem-sistem fungsional yag berperan dalam pengenalan katagori objek yang
spesifik dan khusus.

Analisis Fitur
Analisis fitur menyatakan bahwa pengenalan objek merupakan pemerosesan informasi
tingkat tinggi yang didahului oleh pengindentifikasian stimuli kompleks yang masuk ke retina sesuai
dengan fitur-fitur yang lebih sederhana. Otak menterjemahkan seluruh informasi tersebut menjadi
suatu rekasi motorik. Besarnya sel dalam korteks visual memiliki impilkasi yang penting, yakni
mengendalikan sebuah bagian yang terbatas di retina dan merespon hanya sebuah stimulus denhan
arah tertentu. Perubahan tatanan stumulus akan mengubah keseluruhan jenis sel yang merespon.
Analisis fitur merupakan suatu tahap dalam pemrosesan informasi yang harus terjadi sebelum proses
pengenalan objek tingkat tinggi dapat dilaksanakan.

Sebuah pendekatan dalam analsis fitur adalah pengamatan terhadap pergerakan dan fiksasi
mata. Pendistribusian titik-titik fiksasi adalah suatu fungsi dari kehendak seseorang. Persesi
terhadap fitur dla pola-pola yang kompleks yang tidak tergantung pada hakikat stimuli fisik namun
juga melibtakn proes-proses kognitif tingkat tinggi.

Pencocokan Prototipe

Pencocokan prototipe memungkinkan pengenalan pola-pola yang tidak lazim namun tetap
memiliki hubungan dengan prototipe. Sebagi sebuah pengenalan pola terdapat adanya suatu operasi
atau tindakan yang berlangsung dalam memori. Sebuah pola diindentifikasi oleh sejumlah proses yang
melibtakan pencocokan informasi sensorik dengan sejumlah jejak ikatan yang disimpan ditempat
penyimpanan informasi dalam memori.

Suatu prototipe adalah sebuah abstraksi dari suatu rangkaian stimuli yang mencakup sejumlah
besar bentuk-bentuk serupa dari pola yang sama. Rangkaian-rangkaian pola yang baru tersusun dari:
(1) distorsi-distorsi lama; (2) distorsi-dostorsi baru; dan (3) prototipe-prototipe itu sendiri. Prototipe
dan pola-pola konfigurasi yang bermakna lebih mudah diidentifikasi dibandingkan prototipe yang tak
bermakna dan pola yang didistorsi minimal.

Psoudomemori adalah keadaan dimana terjadi kekeliruan yakni mengenali prototipe sebagai
bentuk stimulus yang pernah ditampilkan sebelumnya. Kekuatan memori dalam meningat fitur
ditentukan oleh frekuensi pemaparan terhadap fitur yang bersangkutan. Sejumlah kesimpulan
mengenasi prototipe visual beserta manfaatnya: (1) terbentuknya suatu prototipe berdasarkan
karakteristik-karakteristik rata-rata dari eksemplar; (2) informasi spesifik mengenai prototipe
diperoleh saat mengamati eksemplar saja; (3) informasi umum mengenai karakteristik-karakteristik
umum suatu prototipe diperoleh kemudian prototipe yang dikenal tersebut tidaklah seinklusif
prototipe asing; (4) eksemplar dinilai berdasarkan jenjang kemiripannya dengan prototipe; dan (5)
prototipe dibentuk berdasarkan abstraksi terhadap eksemplar, dan selanjutnya mengevaluasi hubungan
antara bentuk prototipe berdasarkan jarak prototipe tersebut antara satu dengan yang lain.

Muncul dua model teoritis tentang pembentukan prototipe, yakni teori tendensi sentral dan
teori frekuensi atribut. Daam teori tendensi sentral sebuah prototipe dikonseptualisasikan mewakili
rata-rata suatu set eksemplar. Prototipe tersebut adalah suatu abstraksi tersimpan dalam memori yang
mewakili tendensi sentral dari katagori yang bersangkutan. Teori frekuensi atribut menunjukan
bawa sebuah prorotipe mewakili mode atau kombinasi atribu-atribut yang paling sering dialami
seseorang hal ini menyebabkan seseorang menyakini bahwa dirinya telah melihat figur tersebut
sebelumnya akibat adanya aribut-atribut yang telah tersimpan dalam memori orang yang bersangkutan
sehingga pengetahuan mengenai hubungan antara fitur-fitur tidak tersimpan dalam memori sebesar
pengetahuan mengenai fitur-fitur

Pengenalan Pola pada Para Pakar


Bongkahan-bongkahan informasi yang disatukan oleh hubungan-hubungan yang bersifat
abstrak merupakan landasan teori sintaksis pola. Potongan-potongan informasi yang tidak disertai
konteks yang bermakna atau yang sulit dikelompokkan ternyata lebih sulit disandikan apapun bentuk
informasi itu. Apabila informasi ditempatkan dalam struktur yang bermakna informasi tersebut
menjadi signifikan karena dapat diabstraksikan dengan mudah menjadi suatu hal yang gampang
diingat. Suatu atribut manusia yang lazim, dapat diaplikasikan keseluruh bentuk sensorik adalah
tendensi untuk menyandikan informasi menjadi abtarksi realita tingkat tinggi yang di dalamnya
informasi-informasi baru disesuaikan.

Pengenalan Objek-Peran Pengamat

Dalam lingkungan alami, dunia dipenuhi oleh stimuli sensorik yang ketika diorganisasikan
dan dikalsifikasikan menghasilkan pengenalan terhadap objek atau pola. Stimuli itu sendiri tidaklah
memiliki makna, dan baru memiliki makna ketika kita menganalisis stimuli tersebut menjadi pola-
pola tingkat tinggi. Stimuli yang dikenali otak menimbulkan suatu makna lebih utuh dibandingkan
saat stimuli-stimuli tersebut merangsang indra fisik kita. Pemaknaan tersebut dimungkinkan oleh
memori kita yang membagikan pengalaman-pengalama langsung dalam alas realitas yang lebih luas.
Dan demikian pemaknaan terhadap stimuli sensorik dilakukan oleh pengamat itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai