Anda di halaman 1dari 10

J u r n a l S o s i o l o g i N u s a n t a r a , V o l .

1 N o 1 , D e s e m b e r 2 0 1 5 | 38

NILAI-NILAI LOKAL MASYARAKAT PESISIR


DALAM UPAYA PELESTARIAN SUMBERDAYA PESISIR
DI KOTA BENGKULU

Heni Nopianti, Sri Handayani Hanum dan Sumarto Widiono


Dosen Jurusan Sosiologi FISIP Universitas Bengkulu

ABSTRACT
This study aims to identify and describe the local values of the coastal
community of Bengkulu city in managing coastal resources. The data and information
were collected from a number of informants who were selected based on purposive
sampling technique. The required data were collected through interviews, observation,
and documentation. Data analysis was done simultaneously in conjunction with the data
collection process by using conventional analytical techniques applicable in qualitative
research.
The result of this study shows that there are a number of local values in the
coastal community of Bengkulu city, either they are still alive or have been ignored. The
values had been continuously maintained for the preservation of coastal resources are:
using boats (canoes) and traditional equipments in fishing instead of using trawls; avoid
using explosives and poison potassium in making the catch; making restrictions on the
catchment area; managing household waste; doing reforestation; and not catching the
sharks.

Keywords : Local Value, Management, Coastal Resource

PENDAHULUAN yang tawar dan berganti menjadi asin.


Provinsi Bengkulu dengan Kerusakan ini disebabkan selain karena
panjang pantai 525 km berlokasi di faktor perilaku manusia, seperti
pantai barat Sumatra menghadap Laut penebangan pohon bakau, konversi
Hindia, kondisi pesisirnya pun tidak hutan pantai menjadi perkebunan, juga
luput dari kerusakan. Ini terlihat dari karena faktor alam itu sendiri (Walhi,
banyaknya abrasi yang terjadi sehingga 2003).
menyebabkan penyempitan kawasan. Di kawasan pantai Kota
Selain itu juga terjadi intrusi Bengkulu, kerusakan saat ini pada
(perembesan air laut ke daratan) yang umumnya adalah akibat aktivitas
dapat mengakibatkan rusaknya air tanah manusia, seperti penambangan pasir di
J u r n a l S o s i o l o g i N u s a n t a r a , V o l . 1 N o 1 , D e s e m b e r 2 0 1 5 | 39

Teluk Sepang, pembuangan limbah maupun nilai-nilai yang baru muncul


rumah tangga, penebangan hutan pantai karena kesadaran mereka terhadap
untuk pembuatan jalan dari Pulau Baai, lingkungan pesisir dan laut yang
Pantai Panjang hingga Tapak Paderi, semakin terdegradasi.
pengambilan pasir pantai hingga Penelitian ini berupaya
pembuangan limbah batu bara di sekitar menemukenali dan menggali nilai-nilai
Sungai Bengkulu. lokal yang dianut masyarakat pesisir
Berdasarkan pemaparan di atas Kota Bengkulu dalam pengelolaan
dapat diketahui bahwa kondisi wilayah sumberdaya pesisir, sehingga pada
pesisir di Indonesia secara umum, dan di muaranya dapat dijadikan pedoman oleh
Bengkulu secara khusus sudah sangat para pengambil kebijakan dalam
memprihatinkan. Oleh karena itu pemberdayaan masyarakat pesisir dan
dibutuhkan kepedulian dan tindakan pengelolaan sumberdaya pesisir.
nyata dari berbagai pihak untuk
mengatasi kondisi ini, termasuk
METODE PENELITIAN
partisipasi dari masyarakat setempat.
Penelitian ini bertujuan
Masyarakat pesisir merupakan bagian
mengidentifikasi dan mendeskripsikan
yang tidak terpisahkan dengan
nilai-nilai lokal masyarakat pesisir Kota
pembangunan di wilayah pesisir.
Bengkulu dalam pengelolaan
Masyarakat pesisir, khususnya di kota
sumberdaya pesisir, khususnya dalam
Bengkulu, telah lama mendiami daerah
upaya pelestarian sumberdaya pesisir.
pesisir kota Bengkulu. Mereka tentunya
Data dan informasi dikumpulkan dari
sangat berkepentingan terhadap
sejumlah informan yang dipilih
lingkungan pesisir dan laut karena
berdasarkan teknik purposive sampling.
pesisir dan laut tersebut berperan sebagai
Data tersebut dikumpulkan melalui
tempat mencari pendapatan hidup.
wawancara, observasi, dan studi
Keberadaan masyarakat pesisir tentunya
dokumentasi. Analisis data dilakukan
tidak terlepas dari nilai-nilai lokal, baik
secara simultan bersamaan dengan
nilai-nilai yang masih mereka
proses pengumpulan data dengan
pertahankan maupun nilai-nilai yang
menggunakan teknik analisis yang lazim
telah mereka tinggalkan, baik nilai-nilai
berlaku dalam penelitian kualitatif.
yang sudah lama ada dan terus diwarisi
J u r n a l S o s i o l o g i N u s a n t a r a , V o l . 1 N o 1 , D e s e m b e r 2 0 1 5 | 40

Penelitian ini menggunakan teori Bengkulu merupakan pranata yang dapat


struktural fungsional sebagai landasan menjembatani hubungan antara kegiatan
analisis. Teori ini berdasarkan paradigma masyarakat pesisir dengan lingkungan
fakta sosial (Ritzer, 1992:21). Pusat alamnya. Hal ini karena nilai-nilai lokal
perhatian penyelidikan sosiologi berisi aturan yang berlaku atau
menurut paradigma ini adalah fakta- digunakan dan dijadikan sebagai acuan
fakta sosial. Secara garis besar fakta masyarakat pesisir Kota Bengkulu dalam
sosial terdiri atas dua tipe yaitu struktur bertindak. Dalam kaitannya dengan
sosial dan pranata sosial. pengelolaan sumberdaya pesisir, nilai-
Pranata diartikan sebagai nilai lokal masyarakat pesisir Kota
seperangkat aturan yang digunakan Bengkulu telah dijadikan acuan bagi
secara aktual oleh sekumpulan individu masyarakat tersebut dalam mengelola
untuk mengorganisasikan tindakan yang sumberdaya pesisir.
berulang-ulang, yang menghasilkan Nilai-nilai lokal adalah sistem
suatu keluaran yang mempengaruhi yang menghubungkan kelompok
individu-individu tersebut, dan juga manusia terhadap setting lingkungan
potensial mempengaruhi orang lain. mereka. Nilai-nilai lokal masyarakat
Dengan kata lain, pranata adalah pesisir memiliki peran besar dan dapat
seperangkat aturan yang berlaku atau mempengaruhi hubungan antara manusia
digunakan yang dijadikan sebagai acuan dengan lingkungannya. Nilai-nilai lokal
untuk bertindak. Struktur sosial adalah tersebut dapat berperan dalam menjaga
jaringan hubungan sosial yang kondisi keseimbangan hubungan antara
memungkinkan interaksi sosial berproses manusia dan sumberdaya pesisir.
dan terorganisasi. Melalui struktur sosial
tersebut posisi-posisi sosial dari individu HASIL DAN PEMBAHASAN
dan sub kelompok dapat dibedakan. Beberapa nilai yang perlu terus
Fokus penelitian ini adalah nilai- dipertahankan oleh masyarakat pesisir
nilai lokal masyarakat pesisir dalam Kota Bengkulu demi menjaga
pengelolaan sumberdaya pesisir, kelestarian sumberdaya pesisir adalah:
khususnya dalam upaya pelestarian 1. Menggunakan Kapal Dan Alat
sumberdaya pesisir. Dalam hal ini nilai- Tangkap Tradisional Dalam
nilai lokal masyarakat pesisir Kota Melaut
J u r n a l S o s i o l o g i N u s a n t a r a , V o l . 1 N o 1 , D e s e m b e r 2 0 1 5 | 41

Ada beberapa jenis kapal yang trawl, peledak atau racun potassium
digunakan oleh nelayan di Kota dalam melakukan tangkapan. Mereka
Bengkulu untuk melaut, yaitu sampan, melarang keras penggunaan trawl, racun
jongkong, dan lancang. Sampan dan potassium dan peledak dalam melakukan
jongkong adalah jenis kapal yang tangkapan. Hal ini menurut mereka
menggunakan dayung sebagai alat dapat merusak laut, yaitu merusak
geraknya. Lancang merupakan jenis bahkan menghancurkan terumbu karang
kapal yang menggunakan motor tempel. yang merupakan tempat berkumpulnya
Jenis motor yang digunakan adalah jenis ikan-ikan. Seperti dikemukakan oleh pak
mesin kurang dari 5 GT dengan Hmd:
kekuatan 5 PK. Ukuran sampan dan ―Kami pantang nian nangkap
ikan pakai trawl dan pukat
lancang hampir sama yaitu panjang 4-5
harimau, itu karena sifat trawl
meter dan lebar 0,5 meter. dan pukat harimau yang merusak
dan menghabiskan ikan yang ada
Alat tangkap yang digunakan
di laut. Karena trawl itulah
adalah pukat, jaring, dan pancing. Jenis pendapatan ikan kami saat ini
sedikit. Yang menggunakan
pukat yang digunakan adalah pukat tepi
trawl, pukat harimau dan alat lain
yang ditarik beramai-ramai dari tepi yang merusak adalah nelayan
yang berasal dari luar wilayah
pantai, dan jenis pukat yang ditarik oleh
kami‖.
para nelayan dari kapal. Jenis pukat ini
Menurut informan kondisi ikan
bisanya beroperasi di tengah laut. Jadi
yang semakin sulit didapat saat ini
tidak seperti pukat tepi. Bahan dasar
disebabkan oleh karena masih
pukat dibuat dari benang yang berwarna
beroperasinya trawl. Trawl mengambil
hijau. Untuk jenis pukat tepi hanya ada
ikan tidak diseleksi karena jaring yang
satu orang yang masih menggunakannya,
digunakan adalah jaring dengan jenis
yaitu di Kelurahan Pasar Bengkulu.
mata jaring yang kecil yaitu kurang dari
3 inch sehingga semua ikan dengan
2. Larangan Penggunaan Pukat
ukuran paling kecil pun dapat terjaring.
(Trawl), Peledak dan Racun
Ketika ikan kecil terjaring, biasanya ikan
Potassium dalam Melakukan
akan dibuang ke laut lagi, tetapi
Tangkapan
sayangnya ikan-ikan kecil tersebut sudah
Masyarakat nelayan tradisional
mati.
Kota Bengkulu tidak menggunakan
J u r n a l S o s i o l o g i N u s a n t a r a , V o l . 1 N o 1 , D e s e m b e r 2 0 1 5 | 42

Selain itu nelayan tradisional Sesuai dengan peraturan


Kota Bengkulu menolak penggunaan pemerintah tersebut, nelayan-nelayan
bom dan potas dalam mencari ikan. tradisional berada pada Jalur I dan II
Mereka menyadari bahwa penggunaan yang masing-masing berjarak 0-3 mil
bom dan potas dapat menyebabkan dan 3-6 mil dari tepi pantai. Nelayan-
rusaknya terumbu karang. Menurut nelayan di pesisir Kota Bengkulu sudah
mereka, jika ada penggunaan bom mengikuti aturan tersebut, namun tidak
biasanya bukan berasal dari nelayan demikian dengan nelayan-nelayan besar
tradisional Melayu Bengkulu, mereka yang berasal dari ‗luar‘ wilayah.
adalah pendatang. Menurut pak Hmd dan pak Syh, nelayan-
nelayan ‗luar‘ yang menggunakan kapal
3. Diberlakukan Batasan Wilayah
besar dan pukat trawl sering merangsek
Tangkapan
masuk ke wilayah tangkapan mereka
Menurut pak Al, dulu ada batas sehingga sangat mengganggu mereka.
wilayah penangkapan sumberdaya di Mereka berharap agar pemerintah dan
laut. Batas itu berupa boya putih. Untuk aparat dapat tegas menindak kapal-kapal
nelayan yang menggunakan kapal pukek yang jelas melanggar aturan batasan
payang wilayah tangkapnya adalah wilayah penangkapan. Selama ini
setelah batas boya putih. Wilayah laut mereka dapat dengan bebas memasuki
sebelum boya putih merupakan wilayah wilayah tangkapan nelayan-nelayan kecil
tangkap nelayan-nelayan yang tanpa dikenai sanksi.
menggunakan kapal kecil, seperti
sampan, dayung atau jongkong. 4. Pengelolaan Sampah dan Limbah
Saat ini pun nelayan-nelayan Rumah Tangga
tradisional di sepanjang pesisir Pantai Di kawasan pesisir Pantai
Panjang Kota Bengkulu masih menaati Panjang Kota Bengkulu, kesadaran
aturan itu. Hanya saja batasan wilayah warga masyarakat mengenai pentingnya
tangkapan sekarang tidak lagi ditandai lingkungan yang bersih sudah mulai
oleh boya putih, melainkan diatur oleh tumbuh. Ini dibuktikan dengan
peraturan pemerintah yang menentukan lingkungan pemukiman yang sudah
batas-batas jalur penangkapan ikan. mulai bersih dan kesadaran
masyarakatnya untuk mengumpulkan
sampah dan membuang di tempat yang
J u r n a l S o s i o l o g i N u s a n t a r a , V o l . 1 N o 1 , D e s e m b e r 2 0 1 5 | 43

sudah disediakan. Selama ini masyarakat Kesadaran untuk peduli dengan


pesisir membuang sampahnya di sungai lingkungannya ini ditunjukkan
dan di laut, seperti yang dikemukakan masyarakat pesisir sekitar pantai dengan
oleh pak Amr: cara bergotong royong membersihkan
―Sebelumnya masyarakat sampah di tepi pantai dan membakarnya.
Kelurahan Pasar Bengkulu
Selain itu, pengelolaan sampah dan
membuang sampah di sungai
atau laut. Menurut saya, kepedulian terhadap limbah rumah
membuang sampah di sungai
tangga juga sudah mulai diperhatikan.
dan laut ternyata tidak
menyelesaikan masalah, tapi Ini ditunjukkan dengan adanya sarana
justru menimbulkan masalah
MCK (Mandi, Cuci, Kakus) di rumah-
baru. Banyak penyakit yang
timbul akibat sampah. DBD rumah sebagian warga pesisir Kota
(Demam Berdarah) adalah salah
Bengkulu. Kalau dahulu sebagian besar
satu penyakit yang pernah
menyerang warga disana. Sudah mereka dengan santainya membuang
itu kalau hujan deras, sungai
‗hajat‘ di tepi laut, saat ini kebiasaan
meluap dan sampah balik lagi
ke pemukiman kami.‖ tersebut semakin berkurang.

Oleh karena itu sebagai ketua


5. Reboisasi
LPM Kelurahan Pasar Bengkulu, pak
Ada peraturan lain yang
Amr menganggap penting program
diberlakukan pada masyarakat di sekitar
kebersihan dan keindahan di
Pantai Panjang Kota Bengkulu, yaitu
lingkungannya. Pernyataan pak Amr
siapa yang menebang pohon cemara,
dibenarkan oleh pak Hmd yang
maka dia harus menggantinya dengan
mengatakan bahwa ia (pak Hmd) sudah
menanam bibit yang baru. Memang
tidak bisa lagi buang sampah ke sungai
kenyataannya, di tepi Pantai Panjang
karena sungai kini sudah semakin
Kota Bengkulu banyak sekali pohon-
dangkal sehingga sampah tidak bisa
pohon cemara yang baru ditanam.
mengalir ke laut. Pada saat laut surut,
Batang cemara ini sering dimanfaatkan
sampah-sampah banyak yang mampir di
untuk keperluan pembuatan
tepi pantai. Tidak hanya itu, terkadang
perlengkapan kapal nelayan, seperti
saat di tengah laut pun ia sering bertemu
membuat tiang bendera yang dipasang di
dengan sampah berupa kayu yang
kapal serta membuat sayap kiri dan
mengapung dan itu dapat mengganggu
kanan kapal.
jaringnya.
J u r n a l S o s i o l o g i N u s a n t a r a , V o l . 1 N o 1 , D e s e m b e r 2 0 1 5 | 44

Menurut Pak Ujg, ide reboisasi Kota Bengkulu sangat terkenal dengan
ini baru mulai digalakkan setelah salah satu kulinernya yang disebut
pengembangan kawasan pariwisata dengan ―bagar hiu.‖ Kuliner ini
pantai panjang berlangsung. Dalam berbahan dasar ikan hiu yang
pengembangan kawasan pariwisata ditambahkan dengan aneka bumbu.
tersebut banyak sekali pohon cemara Saat sekarang ini nelayan sudah
yang harus ditebang karena di areal tidak lagi menangkap ikan hiu juga
tempat pohon cemara tumbuh itu katung sebab kedua satwa ini sudah
dibangun berbagai fasilitas untuk langka sehingga sulit sekali ditemukan
pariwisata, seperti jogging track, tempat- nelayan. Katung adalah satwa sejenis
tempat untuk berteduh dan istirahat para penyu yang sekarang keberadaannya
wisatawan serta tempat hiburan. dilindungi oleh undang-undang. Dahulu
Kalaupun ada nelayan yang juga katung seringkali dicari oleh masyarakat
memanfaatkan pohon cemara, namun untuk diambil telurnya. Menurut Pak
jumlahnya sedikit tidak seperti ketika Hmd, ada keyakinan pada masyarakat
pohon cemara yang terpaksa harus yang menyatakan bahwa katung,
ditebang demi perkembangan kawasan terutama telurnya, bisa dijadikan obat.
pariwisata. Nilai-nilai lokal yang masih
dipertahankan di masyarakat pesisir
6. Larangan menangkap ikan Hiu dan
Kota Bengkulu tersebut merupakan
Katung
bentuk perlindungan mereka terhadap
Para nelayan tidak diperbolehkan
sumberdaya yang ada agar sumberdaya
menangkap ikan hiu karena konon
tersebut terus dapat dimanfaatkan
mereka menganggap hiu adalah hewan
mereka dan anak cucu mereka. Dalam
penolong yang menunjukkan jalan bagi
melangsungkan kehidupannya, manusia
para nelayan tersesat di lautan.
di mana pun berada, tergantung pada
Setidaknya ini adalah cerita yang
lingkungan alam tempatnya hidup.
disampaikan oleh nenek moyang nelayan
dahulu kepada anak-anaknya. Analisis Teori

Namun realitanya di era generasi Nilai-nilai lokal yang masih

berikutnya, para nelayan di sepanjang dipertahankan di masyarakat pesisir

pesisir Pantai Panjang Kota Bengkulu Kota Bengkulu merupakan bentuk

sering juga menangkap ikan hiu. Apalagi perlindungan mereka terhadap sumber
J u r n a l S o s i o l o g i N u s a n t a r a , V o l . 1 N o 1 , D e s e m b e r 2 0 1 5 | 45

daya yang ada agar sumber daya tersebut lingkungan untuk tetap melangsungkan
terus dapat dimanfaatkan mereka dan kehidupan. Dan nilai-nilai lokal adalah
anak cucu mereka. Dalam bagian dari kebudayaan.
melangsungkan kehidupannya, manusia Nilai-nilai lokal masyarakat
dimana pun berada, tergantung pada pesisir Kota Bengkulu dapat
lingkungan alam tempatnya hidup. menjembatani hubungan antara kegiatan
Soemarwoto (1988) masyarakat pesisir dengan lingkungan
mengemukakan bahwa ekosistem tempat alamnya. Nilai-nilai lokal adalah sistem
hidup manusia merupakan bagian yang yang menghubungkan kelompok
tidak terpisahkan dari unsur-unsur manusia terhadap setting lingkungan
lainnya. Kelangsungan hidup manusia mereka. Nilai-nilai lokal masyarakat
tergantung kepada kelestarian pesisir memiliki peran besar dan dapat
ekosistemnya, karena ekosistem ini mempengaruhi hubungan antara manusia
terbentuk oleh hubungan timbal balik dengan lingkungannya. Ia dapat berperan
antara manusia dan lingkungannya. dalam menjaga kondisi keseimbangan
Untuk menjaga kelestarian ekosistem itu, hubungan antara manusia dan sumber
manusia harus menjaga keserasian daya pesisir.
hubungan dengan lingkungannya. Jelaslah bahwa nilai-nilai lokal
Manakala keserasian hubungan dengan merupakan pranata berisi seperangkat
lingkungan hidupnya terganggu, maka aturan yang berlaku atau digunakan dan
akan terganggu pula kesejahteraan dijadikan sebagai acuan masyarakat
manusia. pesisir Kota Bengkulu untuk bertindak.
Seperti yang telah dikemukakan Dalam kaitannya dengan pengelolaan
oleh Forde dan dinyatakan Suparlan sumber daya pesisir, nilai-nilai lokal
(1980 : 20) sebelumnya hubungan antara masyarakat pesisir kota Bengkulu telah
kegiatan manusia dengan lingkungan dijadikan acuan bagi masyarakat
alamnya dijembatani oleh pola-pola tersebut dalam mengelola sumber daya
kebudayaan yang dimiliki manusia. pesisirnya.
Dengan menggunakan kebudayaan inilah
KESIMPULAN
manusia beradaptasi dengan
Hasil penelitian menunjukkan
lingkungannya, dan dalam proses
ada beberapa nilai yang perlu terus
adaptasi ini manusia mendayagunakan
dipertahankan demi menjaga kelestarian
J u r n a l S o s i o l o g i N u s a n t a r a , V o l . 1 N o 1 , D e s e m b e r 2 0 1 5 | 46

sumberdaya pesisir pada masyarakat sumberdaya laut, maka diperlukan


pesisir Kota Bengkulu, yaitu: kebijakan, khususnya kebijakan desa
menggunakan kapal dan alat tangkap bahkan daerah untuk menyelamatkan
tradisional dalam melaut; larangan sumberdaya pesisir serta dengan
penggunaan pukat (trawl), peledak dan memformulasikan suatu kelembagaan
racun potassium dalam melakukan formal baru dengan mengembangkan
tangkapan; diberlakukan batasan wilayah kebiasaan yang telah ada di dalam
tangkapan; pengelolaan sampah dan masyarakat. Dalam hal ini LPM
limbah rumah tangga; reboisasi; dan (Lembaga Pemberdayan Masyarakat)
tidak menangkap ikan hiu. Kelurahan adalah salah satu lembaga
Saran yang diberikan yang dapat dijadikan media untuk upaya
berdasarkan hasil penelitian adalah: tersebut.
kesadaran yang mulai muncul di
kalangan masyarakat pesisir Kota DAFTAR PUSTAKA
Bengkulu terhadap upaya penyelamatan
Dwi Susilo, Rachmad K. 2008. Sosiologi
dan pelestarian sumberdaya pesisir patut Lingkungan. Jakarta : Rajawali
diapresiasi oleh pemerintah desa atau Pers.

kota dengan terus mensosialisasikan Garna, Judistira K. 2009. Metoda


pentingnya menjaga kelestarian laut dan Penelitian Kualitatif. Bandung :
Primaco Akademika.
sumberdayanya dan menginisiasi untuk
mengupayakan tindakan nyata. Tindakan Keraf, Sonny A. 2002. Etika Lingkungan
: Teori-teori etika, etika
nyata tersebut dapat dimulai dengan Lingkungan dan Politik
menindak tegas oknum-oknum yang Lingkungan; dari Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi,
melakukan pelanggaran dalam Kembali ke Kearifan Tradisional.
memanfaatkan sumberdaya pesisir, Jakarta : Buku Kompas.

seperti: oknum yang melaut masih Kusnadi. 2002. Konflik Sosial Nelayan,
menggunakan alat-alat tangkap yang Kemiskinan dan Perebutan
Sumber Daya Alam. Yogyakarta :
dapat merusak sumberdaya pesisir dan LKiS Yogyakarta.
beroperasi di wilayah tangkap yang tidak
----------. 2009. Keberdayaan Nelayan
semestinya. dan Dinamika Ekonomi Pesisir.
Berkaitan dengan upaya Yogyakarta : Ar-Ruzz Media.

penyelamatan dan pelestarian Soemarwoto, Otto. 1988. Ekologi,


Lingkungan Hidup dan
J u r n a l S o s i o l o g i N u s a n t a r a , V o l . 1 N o 1 , D e s e m b e r 2 0 1 5 | 47

Pembangunan. Jakarta :
Djambatan.

Suparlan, Parsudi. 1980. ”Manusia,


Kebudayaan, dan Lingkungan:
Perspektif Antropologi Budaya”.
Makalah pada Seminar Manusia
dalam Keserasian Lingkungan.
Jakarta : Universitas Indonesia.

Supriharyono. 2002. Pelestarian dan


Pengelolaan Sumber Daya Alam
di Wilayah Pesisir Tropis. Jakarta
: PT Gramedia.

Walhi, 2003. Kerusakan wilayah Pesisir


Bengkulu Sebabkan Penyempitan
Pulau Sumatra. Diakses melalui
situs www.walhibengkulu.or.id.

Anda mungkin juga menyukai