6446 12161 1 PB
6446 12161 1 PB
1 N o 1 , D e s e m b e r 2 0 1 5 | 38
ABSTRACT
This study aims to identify and describe the local values of the coastal
community of Bengkulu city in managing coastal resources. The data and information
were collected from a number of informants who were selected based on purposive
sampling technique. The required data were collected through interviews, observation,
and documentation. Data analysis was done simultaneously in conjunction with the data
collection process by using conventional analytical techniques applicable in qualitative
research.
The result of this study shows that there are a number of local values in the
coastal community of Bengkulu city, either they are still alive or have been ignored. The
values had been continuously maintained for the preservation of coastal resources are:
using boats (canoes) and traditional equipments in fishing instead of using trawls; avoid
using explosives and poison potassium in making the catch; making restrictions on the
catchment area; managing household waste; doing reforestation; and not catching the
sharks.
Ada beberapa jenis kapal yang trawl, peledak atau racun potassium
digunakan oleh nelayan di Kota dalam melakukan tangkapan. Mereka
Bengkulu untuk melaut, yaitu sampan, melarang keras penggunaan trawl, racun
jongkong, dan lancang. Sampan dan potassium dan peledak dalam melakukan
jongkong adalah jenis kapal yang tangkapan. Hal ini menurut mereka
menggunakan dayung sebagai alat dapat merusak laut, yaitu merusak
geraknya. Lancang merupakan jenis bahkan menghancurkan terumbu karang
kapal yang menggunakan motor tempel. yang merupakan tempat berkumpulnya
Jenis motor yang digunakan adalah jenis ikan-ikan. Seperti dikemukakan oleh pak
mesin kurang dari 5 GT dengan Hmd:
kekuatan 5 PK. Ukuran sampan dan ―Kami pantang nian nangkap
ikan pakai trawl dan pukat
lancang hampir sama yaitu panjang 4-5
harimau, itu karena sifat trawl
meter dan lebar 0,5 meter. dan pukat harimau yang merusak
dan menghabiskan ikan yang ada
Alat tangkap yang digunakan
di laut. Karena trawl itulah
adalah pukat, jaring, dan pancing. Jenis pendapatan ikan kami saat ini
sedikit. Yang menggunakan
pukat yang digunakan adalah pukat tepi
trawl, pukat harimau dan alat lain
yang ditarik beramai-ramai dari tepi yang merusak adalah nelayan
yang berasal dari luar wilayah
pantai, dan jenis pukat yang ditarik oleh
kami‖.
para nelayan dari kapal. Jenis pukat ini
Menurut informan kondisi ikan
bisanya beroperasi di tengah laut. Jadi
yang semakin sulit didapat saat ini
tidak seperti pukat tepi. Bahan dasar
disebabkan oleh karena masih
pukat dibuat dari benang yang berwarna
beroperasinya trawl. Trawl mengambil
hijau. Untuk jenis pukat tepi hanya ada
ikan tidak diseleksi karena jaring yang
satu orang yang masih menggunakannya,
digunakan adalah jaring dengan jenis
yaitu di Kelurahan Pasar Bengkulu.
mata jaring yang kecil yaitu kurang dari
3 inch sehingga semua ikan dengan
2. Larangan Penggunaan Pukat
ukuran paling kecil pun dapat terjaring.
(Trawl), Peledak dan Racun
Ketika ikan kecil terjaring, biasanya ikan
Potassium dalam Melakukan
akan dibuang ke laut lagi, tetapi
Tangkapan
sayangnya ikan-ikan kecil tersebut sudah
Masyarakat nelayan tradisional
mati.
Kota Bengkulu tidak menggunakan
J u r n a l S o s i o l o g i N u s a n t a r a , V o l . 1 N o 1 , D e s e m b e r 2 0 1 5 | 42
Menurut Pak Ujg, ide reboisasi Kota Bengkulu sangat terkenal dengan
ini baru mulai digalakkan setelah salah satu kulinernya yang disebut
pengembangan kawasan pariwisata dengan ―bagar hiu.‖ Kuliner ini
pantai panjang berlangsung. Dalam berbahan dasar ikan hiu yang
pengembangan kawasan pariwisata ditambahkan dengan aneka bumbu.
tersebut banyak sekali pohon cemara Saat sekarang ini nelayan sudah
yang harus ditebang karena di areal tidak lagi menangkap ikan hiu juga
tempat pohon cemara tumbuh itu katung sebab kedua satwa ini sudah
dibangun berbagai fasilitas untuk langka sehingga sulit sekali ditemukan
pariwisata, seperti jogging track, tempat- nelayan. Katung adalah satwa sejenis
tempat untuk berteduh dan istirahat para penyu yang sekarang keberadaannya
wisatawan serta tempat hiburan. dilindungi oleh undang-undang. Dahulu
Kalaupun ada nelayan yang juga katung seringkali dicari oleh masyarakat
memanfaatkan pohon cemara, namun untuk diambil telurnya. Menurut Pak
jumlahnya sedikit tidak seperti ketika Hmd, ada keyakinan pada masyarakat
pohon cemara yang terpaksa harus yang menyatakan bahwa katung,
ditebang demi perkembangan kawasan terutama telurnya, bisa dijadikan obat.
pariwisata. Nilai-nilai lokal yang masih
dipertahankan di masyarakat pesisir
6. Larangan menangkap ikan Hiu dan
Kota Bengkulu tersebut merupakan
Katung
bentuk perlindungan mereka terhadap
Para nelayan tidak diperbolehkan
sumberdaya yang ada agar sumberdaya
menangkap ikan hiu karena konon
tersebut terus dapat dimanfaatkan
mereka menganggap hiu adalah hewan
mereka dan anak cucu mereka. Dalam
penolong yang menunjukkan jalan bagi
melangsungkan kehidupannya, manusia
para nelayan tersesat di lautan.
di mana pun berada, tergantung pada
Setidaknya ini adalah cerita yang
lingkungan alam tempatnya hidup.
disampaikan oleh nenek moyang nelayan
dahulu kepada anak-anaknya. Analisis Teori
sering juga menangkap ikan hiu. Apalagi perlindungan mereka terhadap sumber
J u r n a l S o s i o l o g i N u s a n t a r a , V o l . 1 N o 1 , D e s e m b e r 2 0 1 5 | 45
daya yang ada agar sumber daya tersebut lingkungan untuk tetap melangsungkan
terus dapat dimanfaatkan mereka dan kehidupan. Dan nilai-nilai lokal adalah
anak cucu mereka. Dalam bagian dari kebudayaan.
melangsungkan kehidupannya, manusia Nilai-nilai lokal masyarakat
dimana pun berada, tergantung pada pesisir Kota Bengkulu dapat
lingkungan alam tempatnya hidup. menjembatani hubungan antara kegiatan
Soemarwoto (1988) masyarakat pesisir dengan lingkungan
mengemukakan bahwa ekosistem tempat alamnya. Nilai-nilai lokal adalah sistem
hidup manusia merupakan bagian yang yang menghubungkan kelompok
tidak terpisahkan dari unsur-unsur manusia terhadap setting lingkungan
lainnya. Kelangsungan hidup manusia mereka. Nilai-nilai lokal masyarakat
tergantung kepada kelestarian pesisir memiliki peran besar dan dapat
ekosistemnya, karena ekosistem ini mempengaruhi hubungan antara manusia
terbentuk oleh hubungan timbal balik dengan lingkungannya. Ia dapat berperan
antara manusia dan lingkungannya. dalam menjaga kondisi keseimbangan
Untuk menjaga kelestarian ekosistem itu, hubungan antara manusia dan sumber
manusia harus menjaga keserasian daya pesisir.
hubungan dengan lingkungannya. Jelaslah bahwa nilai-nilai lokal
Manakala keserasian hubungan dengan merupakan pranata berisi seperangkat
lingkungan hidupnya terganggu, maka aturan yang berlaku atau digunakan dan
akan terganggu pula kesejahteraan dijadikan sebagai acuan masyarakat
manusia. pesisir Kota Bengkulu untuk bertindak.
Seperti yang telah dikemukakan Dalam kaitannya dengan pengelolaan
oleh Forde dan dinyatakan Suparlan sumber daya pesisir, nilai-nilai lokal
(1980 : 20) sebelumnya hubungan antara masyarakat pesisir kota Bengkulu telah
kegiatan manusia dengan lingkungan dijadikan acuan bagi masyarakat
alamnya dijembatani oleh pola-pola tersebut dalam mengelola sumber daya
kebudayaan yang dimiliki manusia. pesisirnya.
Dengan menggunakan kebudayaan inilah
KESIMPULAN
manusia beradaptasi dengan
Hasil penelitian menunjukkan
lingkungannya, dan dalam proses
ada beberapa nilai yang perlu terus
adaptasi ini manusia mendayagunakan
dipertahankan demi menjaga kelestarian
J u r n a l S o s i o l o g i N u s a n t a r a , V o l . 1 N o 1 , D e s e m b e r 2 0 1 5 | 46
seperti: oknum yang melaut masih Kusnadi. 2002. Konflik Sosial Nelayan,
menggunakan alat-alat tangkap yang Kemiskinan dan Perebutan
Sumber Daya Alam. Yogyakarta :
dapat merusak sumberdaya pesisir dan LKiS Yogyakarta.
beroperasi di wilayah tangkap yang tidak
----------. 2009. Keberdayaan Nelayan
semestinya. dan Dinamika Ekonomi Pesisir.
Berkaitan dengan upaya Yogyakarta : Ar-Ruzz Media.
Pembangunan. Jakarta :
Djambatan.